• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMBELI DALAM LELANG SEBAGAI BARANG SITAAN YANG MENJADI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMBELI DALAM LELANG SEBAGAI BARANG SITAAN YANG MENJADI OBJEK JAMINAN FIDUSIA"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)PERLINDUNGAN HUKUM PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMBELI DALAM LELANG SEBAGAI BARANG SITAAN YANG MENJADI OBJEK JAMINAN FIDUSIA TESIS DiajukanUntukMemperolehGelar Magister KenotariatanPada Program Studi Magister KenotariatanFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara. Oleh. NURLIANI 167011023 / M.Kn. PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018. 1. Universitas Sumatera Utara.

(2) 2. LEGAL PROTECTION FOR A THIRD PARTY AS BUYER IN AUCTION AGAINST CONFISCATED GOODS USED AS FIDUCIARY COLLATERAL. THESIS. By. NURLIANI 167011023 / M.Kn. MASTER OF NOTARIAL AFFAIRS STUDY PROGRAM FACULTY OF LAW UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN 2018. Universitas Sumatera Utara.

(3) 3. Universitas Sumatera Utara.

(4) 4. Telah Diuji Pada Tanggal : 24 Agustus 2018. TIM PENGUJI TESIS KETUA. :Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum. ANGGOTA. : 1. Dr. Sutiarnoto, SH, M.Hum 2. Dr. T. Keizerina Devi A. SH., CN., M.Hum 3. Dr. Jelly Leviza, SH M.Hum 4. Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum. Universitas Sumatera Utara.

(5) 5. PERNYATAAN ORISINALITAS. Saya, Nurliani, dengan ini menyatakan bahwa tesis saya: “PERLINDUNGAN HUKUM PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMBELI DALAM LELANG SEBAGAI BARANG SITAAN YANG MENJADI OBJEK JAMINAN FIDUSIA” Adalah karya orisinal saya dan setiap serta seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara. Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesrjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.. Medan, 21 Agustus 2018 Yang menyatakan,. Nurliani NIM : 167011023. Universitas Sumatera Utara.

(6) 6. PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Saya, yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA. : NURLIANI. NIM. : 167011023. PROGRAM STUDI : MAGISTER KENOTARIATAN Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti non Ekslusif (Non exclusive, royalty free right) untuk mempublikasikan tesis saya yang berjudul : PERLINDUNGAN HUKUM PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMBELI DALAM LELANG TERHADAP BARANG SITAAN YANG MENJADI OBJEK JAMINAN FIDUSIA. Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tesis saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.. Demikian persetujuan publikasi ini saya buat dengan sebenarnya.. Medan, 21 Agustus 2018 Yang menyatakan. NURLIANI NIM : 167011023. Universitas Sumatera Utara.

(7) 7. ABSTRAK Suatu pembelian kredit berarti menanggung resiko tidak dibayarnya pengembalian kredit baik sengaja maupun tidak. dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang prestasi merupakan hal yang pokok. Jika terjadi wanprestasi, maka sepatutnya harus ada suatu proses yang dilakukan sehingga pihak yang dirugikan mendapatkan kembali haknya. Dalam hal debitor lalai atau wanprestasi akibatnya adalah pihak kreditor berhak menuntut kepada pihak debitor agar melakukan pelunasan atas seluruh atau sisa hutang pembiayaan yang masih ada, baik yang telah jatuh tempo maupun yang belum jatuh tempo, untuk seketika dn sekaligus dan pihak kreditur berhak untuk menarik atau mengambil barang jaminan kembali. Berdasarkan titel eksekutorial, penerima fidusia dapat langsung melaksnakan eksekusi melalui pelelangan umum atas objek jaminan fidusia tanpa melalui pengaadilan. Lelang adalah cara penjualan barang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun, untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang. lelang memberikan manfaat atau kebaikanmanfaat atau kenbaikan dibandingkan dengan penjualan lainnya yaitu : adil, cepat, aman, mewujudkan harga yang tingi dan memberikan kepastian hukum. Balai lelang sebagai instansi yang menyelenggarakan proses pelelangan serta mengeluarkan risalah lelang seharusnya dapat memberikan perlindungan hukum bagi pemenang lelang Tesis ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif, yaitu suatu penelitian hukum yang menggunakan data sekunder yang dimulai dengan analisis terhadap permasalahan hukum yang baik yang berasal dari literatur maupun perundangundangan penelitian ini menggunakan menggunakan perndekatan perundangundangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum pihak ketiga sebagai pembeli dalam lelang yang terhadap barang sitaan yang menjadi objek jaminan fidusia . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketentuan yang memberikan perlindungan hukum bagi pemenang lelang dapat dibedakan atas (2) dua macam, yaitu ketentuan umum dan ketentuan khusus, akibat hukum bagi penjual lelang atas objek lelang apabila terjadi pembatalan lelang adalah penjual tidak berhak atas pemenuhan perjanjian kredit dan kewajiban-kewajiban tereksekusi lelang atas objek lelang, sehingga penjual lelang harus mengembalikan hasil lelang kepada pembeli lelang, perlindungan hukum pihak ketiga sebagai pembeli dalam lelang terhadap barang sitaan yang mejadi objek jaminan fidusia dalam tesis ini yaitu melalui proses gugatan terlebih dahulu. Upaya perlindungan lainya adalah mengajukan perlawan kepada balai lelang, perusahaan leasing, selain itu mengajukan tuntutan ganti kerugian atas harga yang telah dibayarkan dalam membeli objek lelang ini. Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Lelang,Barang Sitaan , Fidusia. Universitas Sumatera Utara.

(8) 8. ABSTRACT. A credit purchase means to guarantee that the credit return will not be intentionally paid or not. Performance is the main thing in consumer’s financing agreement. In the event of a default, there are things to do so that all injured parties can receive their rights back. In case a debtor defaults, the creditor is rightful to file a lawsuit to the debtor to pay all or the rest of his outstanding due, either it has been due or not at once; an the creditor s also rightful to withdraw or seizethe collateral. According to executorial title, the receiver of fiduciary can directly execute the collateral through public auction without going to the court. Auction is a sale method which is open for public by selecting written or oral highest price offer which increases or decreases, to get the highest offer, which is initiated by an announcement about the auction. Auction has advantage compared to other kind of sale, namely fair, quick and safe; and it achieves the highest price and provides legal certainty. Auction office as the institution that conducts the auction process and issues the minutes of the auction which can provide legal protection for the winner of the auction. This is a normative juridical research. It is a legal research that uses secondary data; started with the analysis of legal problems from either books or laws. It employs statutory approach related to legal protection for a third party as the buyer in an auction against confiscated goods used as fiduciary collateral. The results of the research show that there are two kinds of provisions that provide legal protection for the winner of the auction, namely general and special provisions. The legal consequence to the seller of the auction object if the auction is annulled, is that the seller is not rightful to settle the loan agreement and the obligaitons have been executed for the auction object, so that the seller has to return the auction revenue to the buyer. The legal protection for the third party is obtained by filing a lawsuit first. The other legal efforts are by submitting objection to the auction office and leasing company; and filing a claim for indemnity for the money that has been paid to buy the auction object.. Keywords: Legal Protection, Auction, Confiscated Goods, Fiduciary. Universitas Sumatera Utara.

(9) 9. KATA PENGANTAR. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kenikmatan dan anugerah kepada penulis, menuntun dan membimbing dalam segala kasih dan karunia-Nya, dan tidak lupa shalawat dan salam dihaturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mengajarkan kepada umat manusia tentang ilmu dan amal serta hidup taat dan patuh kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: “PERLLINDUNGAN HUKUM PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMBELI DALAM LELANG TERHADAP BARANG SITAAN YANG MENJADI OBJEK JAMINAN FIDUSIA” Ketika melakukan penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi tulisan maupuncara penulisannya. Hal ini dikarenakan oleh terbatasnya pengetahuan dan pengalaman untuk menuangkannya kedalam tesis ini, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan maupun saran guna memperbaiki kualitas dari penulisan dan bermanfaat pada masa yang akan datang. Saat penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari tidak akan mampu untuk membalas kebaikan dari berbagai pihak tersebut, dan hanya dapat berdo‟a agar semua pihak yang membantu penulis selalu dalam lindungan Allah SWT. Sebagai ungkapan terima kasih, maka izinkanlah penulis untuk menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.. Universitas Sumatera Utara.

(10) 10. 2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH.,CN.,M.Hum., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, serta selaku Dosen Pembimbing II. 3. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Komisi Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan pengarahan, petunjuk baik berupa saran dan arahan yang membangun dalam penyelesaian tesis ini. 4. Dr. Sutiarnoto SH. M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II , yang telah meluangkan waktu dan tenaganya. untuk memberikan pengarahan. petunjuk baik berupa saran dan arahan yang membangun dalam penyelesaian tesis ini. 5. Dr. T. keizerina Devi A., SH., CN., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing III, yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk dalam pembuatan tesis ini. 6. Bapak/IbuDosenMagister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan tambahan wawasan ilmu dan pengetahuan hukum selama menjalankan perkuliahan di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 7. Seluruh staf dan pegawai Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu selama proses perkuliahan selama ini.. Universitas Sumatera Utara.

(11) 11. 8. Terima kasih kepada bapak Elit Perdana sebagai Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang, yang memberikan izin kepada penulis untuk melakukan wawancara tersebut.. 9. Penulis ingin mengucapkan terima kasih, rasa hormat dan rasa sayang yang tak terhingga kepada Bapakku tersayang (Alm) Nurdin Sitorus yang semasa hidupnya selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang sebesar-besarnya kepada penulis. Semoga ALLAH Subhanahuwata‟ala menerima alm di sisiNYa. 10. Terima kasih atas rasa sayang yang tak terhingga kepada Ibundaku tersayang Nur‟ani Ilyas yang tidak pernah lelah memberikan do‟a, bantuan, dukungan yang luar biasa, semangat, serta kasih sayang yang tiada batas kepada penulis. Semoga ALLAH Subhanahuwata‟ala selalu merahmati bunda kami dengan kasih sayangNYA. 11. Terima kasih yang sebesar besarnya dan rasa hormat kepada Abangda Revizal SE MH atas do‟a,. bantuan moral maupun materil,. serta. dukungannya sekuat tenaga, nasehat, cinta dan kasih sayang yang tiada batas kepada penulis. Semoga ALLAH Subhanahuwata‟ala selalu merahmati Abangda dengan kasih sayangNYA. 12. Terima kasih kepada Kakak-kakakku :Nita Hartati SH, Nilda Harliani SE MSi, Nini Herleni SE, Elida Hafni SH, Masyitah, Abang-abangku Aidil Akbar, Ulul Azmi Spd, Adiku tersayang Miskah Yolanda SE, Abang-. Universitas Sumatera Utara.

(12) 12. abang Ipar dan juga keponakan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa semangat dan dukungan. 13. Teman- teman seperjuangan empat srikandi saya: Pinta Purnama Sari Siregar, Ria Juliana Siregar, Kartika Siregar, Pocut Meutia, De Geng Gong: Ina, Ica, Oni, dan Rini, Geng Ecek-ecek: bang Tigor Ambarita, Ira Yulia, Diana, Hendri, Fatimah, Putri, teman-teman grup C dan Grup E, dan juga semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu , terima kasih banyak atas doa, dukungan, semangat dan bantuannya. 14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan saran. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum.. Medan, 21 Agustus 2018 Penulis. Nurliani NIM : 167011023. Universitas Sumatera Utara.

(13) 13. DAFTAR RIWAYAT HIDUP. I.. DATA PRIBADI. Nama. : Nurliani. Tempat/Tanggal Lahir. : Medan/ 14 Mei 1985. Jenis Kelamin. :Perempuan. Agama. : Islam. Alamat. : Jalan Karya Ujung gg Keluaga no 65 Medan. Telepon/Hp. : 081396919940. II.. KELUARGA. Nama Ayah. : Nurdin Sitorus (Alm). Nama Ibu. : Nur‟ani Ilyas. Nama Kakak. : Nita Hartati SH Nilda Harliani SE, Msi Nini Herleni SE Elida Hafni SH Masyitah. Nama Abang. : Aidil Akbar Ulul Azmi SPd. Nama Adik. : Miskah Yolanda SE. Universitas Sumatera Utara.

(14) 14. III. PENDIDIKAN FORMAL 1.. SD Swasta Pertiwi Medan. : Tahun Lulus 1998. 2.. SMP Pertiwi Medan. : Tahun Lulus 2001. 3.. SMA Kartika I-I Medan. : Tahun Lulus 2004. 4.. S1 Fakultas Hukum Universitas Darma Agung Medan : Tahun Lulus 2009. 5.. S2 Program Studi Magister Kenotariatan FH-USU. : Tahun Lulus 2018. Universitas Sumatera Utara.

(15) DAFTAR ISI PENGESAHAN ........................................................................................................ i TANGGAL UJIAN PERNYATAAN ORISINALITAS PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI............................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah............................................................................................... 9 C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................10 D. Manfaat Penulisan .................................................................................................10 E. Keaslian Penelitian ................................................................................................11 F. Kerangka Teori dan Konsepsi ...............................................................................12 1. Kerangka Teori ................................................................................................12 2. Konsepsi ............................................................................................................15 G. Metode Penelitian ..................................................................................................17 1. Jenis dan Sifat Penelitian................................................................................18 2. Sumber Data ...................................................................................................19 3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................20 4. Analisis Data ..................................................................................................22 BAB II KETENTUAN LELANG YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMENANG LELANG .............24 A Tinjauan Umum Lelang di Indonesia ............................................................24 1. Pengertian dan Dasar Hukum Lelang......................................................24 2. Organisasi Lelang ....................................................................................32 3. Jenis-Jenis Lelang ...................................................................................33 4. Asas – asas Lelang ..................................................................................37 5. Fungsi Lelang ..........................................................................................37 6. Tata Cara Lelang .....................................................................................38 B Lelang Sebagai Sarana Pelunasan Hutang ....................................................44 1. Tentang Jaminan Fidusia .........................................................................44 2. Eksekusi Jaminan Fidusia .......................................................................47 3. Dasar Hukum Lelang Jaminan Fidusia ..................................................54 4. Tatacara Lelang Jaminan Fidusia Dan Pungutan Yang Dikenakan Dalam Lelang Barang Jaminan Fidusia .................................................55 5. Lelang Sebagai Jalan Keluar Penyelesaian Utang .................................57 6. Pemasaran Untuk Lelang Barang Jaminan Fidusia .................................58 C. Ketentuan Lelang Yang Memberikan Perlindungan Hukum Dalam Lelang ......................................................................................60. ii. Universitas Sumatera Utara.

(16) BAB III AKIBAT HUKUM BAGI PENJUAL LELANG ATAS OBJEK LELANG APABILA TERJADI PEMBATALAN LELANG ...............64 A. Setelah Lelang Objek Jaminan Fidusia Dilaksanakan ..................................64 B. Akibat Hukum Bagi Peserta Lelang yang Ditetapkan Sebagai Pemenang Dalam Lelang .................................................................................................67 C. Problematika yang Terjadi Terhadap Pembeli Setelah dinyatakan Pemenang Lelang Atas Objek Jaminan Fidusia di PT.X ...............................72 D. Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Pemenang Lelang ..................................77 E. Akibat Hukum Bagi Penjula Lelang Atas Objek Lelang Apabila Terjadi Penbatalan Lelang ..........................................................................................79 BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM PIHAK KETIGA SEBAGAI PEMBELI DALAM LELANG TERHADAP BARANG SITAAN YANG MENJADI OBJEK JAMINAN FIDUSIA ...........................85 A. Ganbaran Umum Barang Sitaan .....................................................................85 1. Fungsi Sita ................................................................................................91 2. Bentuk-bentuk Penyitaan .........................................................................93 3. Tujuan Penyitaan ......................................................................................93 B. Pelaksanaan Asas – asas Lelang Sebagai Jaminan Perlindungan Hukum Bagi Pemeng Lelang ......................................................................................94 1. Dasar Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang ..............................94 2. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemenang lelang .....................99 3. Asas – asas Lelang sebagai Jaminan Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang ....................................................................................100 C. Kekuatan Hukum Risalah Lelang Sebagai Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang ...........................................................................................103 1. Pembatalan Risalah Lelang Atas Objek Jaminan Fiduasi .......................103 2. Pembatalan Risalah Lelang Akibat Gugatan Pihak Ketiga .....................104 3. Ganti Rugi Kepada Pemenang Lelang Akibat Pembatalan Risalah .......105 4. Pembeli yang Beritikad Baik...................................................................106 D. Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Sebagai Pembeli Dalam Lelang Terhadap Barang Sitaan yang Menjadi Objek Jaminan Fidusia ....................109 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................123 A. KESIMPULAN ..............................................................................................123 B. SARAN ..........................................................................................................124 DAFTAR PUSTAKA. iii. Universitas Sumatera Utara.

(17) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Semakin pesatnya jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi oleh perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan teknologi, menyebabkan kebutuhan masyarakat akan lembaga pembiayaan (leasing) semakin meningkat, mengenai hal tersebut diatas, maka pengaturan lembaga pembiayaan sangat penting, mengingat jumlah manusia yang akan memanfaatkan jasa perusahaan leasing tersebut akan semakin bertambah. Dalam konteks Indonesia dikenal adanya lembaga keuangan, baik lembaga keuangan bank, maupun lembaga keuangan bukan bank. Perbedaan diantara keduanya terletak pada kegiatan usaha yang dapat dilakukan, yakni bahwa bank adalah lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usahanya dengan menarik dana langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit pembiayaan. “Sementara lembaga keuangan bukan bank tidak dapat melakukan kegiatan penarikan dana langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan “.1 Lembaga keuangan bukan bank hanya bisa menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit pembiayaan.. 1. Umam Khotibul, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2010),. hal. 1.. 1. Universitas Sumatera Utara.

(18) 2. Melihat ruang lingkup bidang usaha perusahaan pembiayaan yang jenisnya beragam, “perusahaan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula disebut multi finance company”2 . Perusahaan pembiayaan menyediakan dana bagi konsumen dimana konsumen dapat menggunakan dana tersebut untuk pembelian kendaraan bermotor. Debitor yang membutuhkan dana tersebut harus memenuhi syaratsyarat yang telah ditentukan oleh perusahaan pembiayaan. Dalam melakukan pembiayaan untuk kredit pembelian kendaraan bermotor, maka lembaga pembiayaan mensyaratkan adanya suatu jaminan yaitu kendaraan bermotor itu sendiri sebagai jaminan dari kredit yang diberikan. Dengan kata lain lembaga pembiayaan sebagai kreditor mensyaratkan adanya suatu jaminan dari debitor. Jaminan adalah “sesuatu yang diberikan debitor kepada kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitor akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan3.” Oleh karena itu, “hukum jaminan erat sekali dengan hukum benda”.4 Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda yang mempunyai ciri-ciri dan mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitor dan dapat dipertahankann kepada siapa pun atau mengikuti bendanya serta dapat dialihkan. Salah satu jaminan kebendan ini adalah lembaga jaminan fidusia.. 2. Sumaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hal.6 Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, (yogyakarta : Liberty 1984), hal. 50 4 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Crediverband, Gadai dn Fidusia, (Bandung : Alumni, 1987), hal. 227 3. Universitas Sumatera Utara.

(19) 3. Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sejak masa Hindia Belanda sebagai suatu bentuk lembaga jaminan yang lahir dari yurisprudensi yang memungkinkan kepada pemberi fidusia untuk menguasai barang yang dijaminkan untuk melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan jaminan fidusia. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu barang yang hak kepemilikannya yang dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemiliknya. 5 Dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia mensyaratkan bahwa “benda bergerak yang dibebani dengan jaminan fidusia, wajib didaftrakan di kantor pendaftaran fidusia”. Ketentuan diatas menentukan bahwa setiap perjanjian jaminan fidusia harus dibuat dengan akta Notaris dan didaftarkan, maka perjanjian fidusia yang dibuat secara dibawah tangan yang hanya diketahui oleh kedua belah pihak saja tidak memiliki kekuatan sebagai perjanjian fidusia. Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 ayat (3) yang berbunyi : “Apabila debitor cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Setiap benda yang dijaminkan fidusia setelah didaftarkan harus mendapatkan sertifikat jaminan fidusia yang mencantumkan kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, orang menyebut mempunyai kekuatan yang tetap untuk dilaksanakan sebagai tittle eksekutorial “.6. 5. M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan di Indonesia (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007 ). Hal. 51 6. J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993 ), hal. 10. Universitas Sumatera Utara.

(20) 4. Suatu pemberian kredit berarti menanggung resiko tidak dibayarnya pengembalian kredit baik sengaja maupun tidak. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen prestasi merupakan salah satu hal yang pokok. Jika terjadi wanprestasi, maka sepatutnya harus ada suatu proses yang dilakukan sehingga pihak yang dirugikan mendapatkan kembali haknya. Menurut pasal 1234 KUHPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang memberikan sesuatu, berbuat seuatu, tidak berbuat sesuatu, sebaliknya dianggap wanprestasi yaitu apabila seseorang : 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya ; 2. Melaksanakan apa yang diperjanjiakan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan ; 3. Melakukan apa yang dijanjikan tapi terlambat ; atau 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Seorang debitur yang tidak mengemukakan overmacht dalam hal ia tidak bisa memenuhi kewajibannya disebut wanprestasi (tidak ada prestasi). Seorang debitur yang melakukan prestasi itu mempunyai akibat yang merugikan.7 Untuk mengetahui saat kapan debitur dalam keadaan wanprestasi perlu diperhatikan apakah dalam perikatan itu ditentukan tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi atau tidak. Dalam hal tenggang waktu pelaksaaan pemenuhan prestasi ditentukan, maka. menurut ketentuan Pasal 1238. KUHPerdata bahwa debitur dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang telah ditentukan. Dalam hal pihak debitur lalai atau wanprestasi akibatnya adalah pihak kreditur berhak menuntut kepada pihak debitur agar melakukan pelunasan atas 7. Mashudi dan Muhammad Chaidir Ali, Bab-bab Hukum Perikatan, (Bandung, Mandar Maju, 1995), hal 64.. Universitas Sumatera Utara.

(21) 5. seluruh atau sisa hutang pembiayaan yang masih ada , baik yang telah jatuh tempo maupun yang belim jatuh tempo, untuk seketika dan sekaligus dan pihak kreditur berhak untuk menarik atau mengambil barang jaminan kembali. Sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial sama dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, jadi berdasarkan titel eksekutorial ini penerima fidusia dapat langsung melaksanakan eksekusi melalui pelelangan umum atas objek jamina fidusia tanpa melaui pengadilan. Lelang adalah “cara penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan /atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang. Penjualan dimuka umum yaitu dengan cara mengundang orang-orang atau sebelumnya sudah diberitahu tentang adanya pelelangan, kemudian diberi kesempatan kepada orang-orang tersebut untuk berlelang atau membeli untuk menawar harga, menyetujui harga serta mendaftrakan”.8 Lelang memberikan manfaat atau kebaikan dibandingkan dengan penjualan lainnya yaitu : adil, cepat, aman, mewujudkan harga yang tinggi dan memberikan kepastian hukum. Keuntungan lain yang didapat melalui lelang yaitu dengan sistem lelang maka pembeli lelang sering kali mendapat harga lebih murah dari harga pasaran.9. 8. Harahap. M Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidng Perdata, (Jakarta : PT Gramedia, 1989). Hal. 115 9 Muhammad Chandra Noor Fajri, Perlindungan Hukum Terhadap Pemenang Lelang, ( Yogyakarta : fakultas Hukum UGM, 2007), hal 46.. Universitas Sumatera Utara.

(22) 6. Syarat –syarat untuk dapat melakukan penjualan dimuka umum yaitu : 1. Penjualan di muka umum harus selengkap mungkin. 2. Ada kehendak untuk mengikat diri. 3. Bahwa pihak lainnya (pembeli yang akan mengadakan / melakukan perjanjian tidak dapat ditumjuk sebelumnya 10, dengan perkataan lain belum ada pelanggaran aturan lelang jika hanya memberikan kesempatan kepada khalayak ramai. Unsur pokok pengertian lelang pada prinsipnya meliputi antara lain: 1. Saat dan tempat tertentu. 2. Dilakukan di depan umum dengan mengumpulkan peminat melalui cara pengumuman. 3. Dilaksanakan dengan cara penawaran yang khusus yaitu tertulis dan atau lisan 4. Penawaran tertiggi dinyatakan pemenang.11 Berdasarkan pasal 2 Surat Keputusan Menteri Keuangan selanjutnya disebut. Kepmenkeu. Nomor. 306/KMK.01/2002. Tentang. Balai. Lelang. menyatakan bahwa balai lelang dapat didirikan oleh swasta nasional, asing atau patungan dalam bentuk perorangan atau badan hukum Indonesiayang khusus didirikan untuk usaha balai lelang. Kantor lelang baik dalam bentuk lembaga pemerintahan (Kantor Negara dan Lelang selanjutnya disebut KPKNL) maupun bali lelang dalam bentuk perorangan atau pun badan hukum membutuhkan jaminan hukum atau kepastian yang dapat menimbulkan rasa kepercayaan atas keberadaan kantor lelang tersebut.12 Kepastian hukum yang menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap pelelangan yang terjadi atas pelelangan baik barang bergerak maupun barang. 10. Darwin Winata, Prosedur Hukum Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan, Eresco, Bandung, 2006,hal. 67 11 Firman Septianto, Hukum Lelang Pelaksanaan dan Dasar hukumnya, (Jakarta : Prenada Media, Media, 2006), hal 15 12 Rudianto Halim, Pelaksanaan Lelang dan Permasalahan Hukumnya di Indonesia, (Bandung: Bumin Aksara, 2006), hal 29.. Universitas Sumatera Utara.

(23) 7. tidak bergerak yang didukung dengan kepastian mengenai pihak-pihak yang terkait dalam pelelangan dan hak serta kewajiban dari pihak-pihak tersebut antara lain pejabat lelang yang merupakan orang khusu diberi wewenang oleh Menteri Keuangan selanjutnya disebut Menkeu untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang berdasarkan perturan perundang-undangan yang berlaku. Notaris juga merupakan salah satu pejabat yang khusus diberi wewenang sebagai pejabat lelang kelas II Menkeu sehingga seorang Notaris harus mengetahui dengan jelas mengenai hak dan kewajibannya sebagai pejabat lelang yang berkedududkan baik dikantor pejabat lelang perorangan atau balai lelang berbentuk badan hukum.13 Lelang yang dilaksanakan di balai lelang mempunyai persyaratan dan tata cara untuk mengikuti lelang bagi setiap calon pembeli. Selain mengisi formulir pendaftaran lelang sesuai kartu identitas diri, peserta wajib menyetor uang jaminan. Selain itu juga calon pembeli lelang, harus terlebih dahulu membaca katalog atau daftar kendaraan yang akan dijual.14 Daftar katalog kendaraan yang akan dijual dibalai lelang, berisikan keterangan mulai dari nomor polisi, merk/type, warna, tahun , harga limit, bpkb dan lain sebagaimya. Disinilah balai lelang membuat persyaratan dan tata cara lelang mobil, agar calon pembeli membaca katalog dan melihat kondisi barang yang dilelang adalah sebagai mana adanya. Karena apabila terdapat kekurangan atau cacat baik yang terlihat, maupun yang tidak terlihat menjadi tanggung jawab/resiko pemenang lelang, oleh karena itu pemenang lelang dengan ini 13 14. Ratna Cahyanti Kurnia, Risalah Lelang, (Jakarta : Prenada Media, 2009), hal.28 Daftar Katalog Final balai lelang swasta PT X. Universitas Sumatera Utara.

(24) 8. melepaskan segala hak untuk menuntut dan/atau meminta ganti kerugian atas hal tersebut.15 Dalam prakteknya pelaksanaan lelang yang dilakukan dibalai lelang swasta PT X, pada saat studi di lapangan, masih ada ditemui suatu peristiwa yang terkait dengan perlindungan hukum pihak kedua sebagai pembeli dalam lelang terhadap barang sitaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Nasir16 salah seorang pembeli lelang yang sudah dinyatakan menang oleh balai lelang atas objek jaminan fidusia. Dimana pada bulan juni 2017 Muhammad Nasir adalah peserta lelang di balai lelang swasta PT X. Narasumber dalam hal ini hanya sebagai orang yang dipercayakan showroom untuk mengikuti lelang untuk membeli objek lelang jaminan fidusia yang telah disepakati. Namun dalam pembayaran, uang lelang berasal dari pihak showroom. Muhammad Nasir hanya mendapat fee atas objek lelang yang dibeli dibalai lelang PT X. Objek lelang yang dimenangkan oleh narasumber pada waktu itu adalah satu unit mobil kijang innova berwarna hitam dengan harga Rp. 120.000.000 (seratus dua puluh juta rupiah). Setelah dinyatakan sebagai pemenang oleh balai lelang atas objek jaminan fidusia, kemudian sebagai salah satu persyaratan yang harus dilakukan oleh sebagai pemenang lelang adalah wajib melunasi harga lelang ditambah dengan ditambah dengan biaya administrasi. Setelah segala kewajiban sebagai pemenang lelang atas objek jaminan fidusia tersebut dilaksanakan dan pemenang lelang tersebut juga telah menerima 15 16. Persyaratan dan & Tata Cara Lelang Mobil balai lelang swasta PT X Wawancara dengan Muhammad Nasir pada tanggal 6 Maret 2018. Universitas Sumatera Utara.

(25) 9. haknya yaitu mendapatkan objek lelang berupa satu unit mobil innova, berikut lengkap dengan surat-surat kendaraan bermotor. Namun beberapa waktu setelah objek lelang dimiliki oleh pihak pemenang lelang, pihak balai lelang tersebut menghubungi kembali pemenang lelang tersebut untuk meminta agar objek jaminan fidusia yang telah dimenangkan itu dikembalikan lagi ke balai lelang tersebut. Balai lelang sebagai instansi yang menyelenggarakan proses pelelangan serta yang mengeluarkan risalah lelang seharusnya dapat memberikan perlindungan hukum bagi pemenag lelang. Artinya bahwa adanya kepastian hukum atas hak pemenang lelang terhadap barang yang dibelinya melalui proses lelang serta dapat menguasai obyek lelang yang telah dimilikinya secara yuridis maupun secara materiil, karena ia merupakan pembeli beritikad baik. Hal inilah yang akan dikaji mengenai perlindungan hukum atas lelang objek jaminan fidusia. Untuk lebih rinci dalam uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul: Perlindungan Hukum Pihak Kedua Sebagai Pembeli Dalam Lelang Terhadap Barang Yang Menjadi Objek Jaminan Fidusia “. B.. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang, maka. dapat dirumuskan permasalahan dalam penilaian ini sebagai berikut : 1. Apakah ketentuan hukum lelang sudah memuat perlindungan bagi pemenang lelang ? 2. Bagaimana akibat hukum bagi penjual lelang atas objek lelang apabila terjadi pembatalan lelang ?. Universitas Sumatera Utara.

(26) 10. 3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pihak ketiga sebagai pembeli dalam lelang terhadap barang yang menjadi objek jaminan fidusia? C.. Tujuan Penulisan Merujuk pada pokok permasalahan dalam penelitian ini maka dapat. disampaikan untuk tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan hukum lelang telah memuat perlindungan hukum bagi pemenang lelang. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum bagi penjual lelang atas objek lelang apabila terjadi pembatalan lelang. 3. Untuk mengetahui perlindungan hukum pihak ketiga sebagai pembeli dalam lelang terhadap barang sitaan yang menjadi objek jaminan fidusia. D.. Manfaat Penulisan Melalui penelitian yang dilakukan maka diharapkan dapat memberikan. manfaat teoritis dan praktis : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangsih bagi perkembangan hukum lelang pada umumnya mengenai tata cara prosedur lelang atas objek jaminan fidusia pada khususnya, juga dalam hal ini. yang membahas mengenai perlindungan hukum pihak kedua sebagai. pembeli dalam lelang terhadap barang sitaaan yang menjadi objek jaminan fidusia.. Universitas Sumatera Utara.

(27) 11. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat khususnya di kota medan, maupun pihak-pihak yang terkait mengenai hukum lelang pada umumnya. E.. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran serta pengecekan baik di Magister. Kenotariatan maupun di perpustakaan Magister Ilmu Hukum yang ada di Linkungan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini beli pernah dilakukan. Tetapi ada beberapa judul yang ada kaitannya dengan topik yang dibahas pada penelitian ini, diantaranya : 1. Fenni Ciptani Saragih / MKn (NIM :107011051), dengan judul penelitian : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Lelang Terhadap Boedel Kepailitan Berupa Jaminan Hak Tanggungan di Indonesia “. Permasalahan yang diteliti adalah : a. Bagaimanakah hak kreditur pemengang Hak Tanggungan atas barang jaminan dalam Undang-Undang Hak Tanggungan ? b. Bagaimana. pelaksanaan. hak. kreditur. pemegang. Hak. Tanggungan. berdasarkan Pasal 59 Undang-undang Kepailitan? c. Bagaimana permasalahn-permasalah hukum yang timbul dalam pelelangan terhadap boedel pailit yang termasuk dalam Undang-undang Hak Tanggungan 2. Martinus Tjipto / (NIM:077011079), dengan judul penelitian : “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Dibawah Tangan”. Permasalahan yang diteliti adalah : a. Apakah faktor-faktor penyebab lembaga pembiayaan melakukan perjanjian fidusia?. Universitas Sumatera Utara.

(28) 12. b. Bagaimana kedudukan hukum perjanjian fidusia yang dibuat dibawah tangan? c. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian fidusia yang dibuat dibawah tangan jika terjadi wanprestasi ? F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori Melakukan suatu penelitian sangat dibutuhkan teori sebagai pemandu untuk dijadikan sebagai bahan untuk memperjelas dan mempertajam permasalahn yang diteliti.17 Teori adalah untuk menerangkan atau mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.18 Kerangka teori dapat dijadikan sebagai bahan masukan eksternal bagi peneliti yang berfungsi sebagai kerangka pemikiran atau buku-buku pendapat. Tesis mengenai suatu kasus ataupun permasalahan yang dijadikan sebagai perbandingan, pegangan teoritis apakah disetujui atau tidak dengan teori.19 Teori berfungsi sebagai pisau analisis dalam penelitian dan teori merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional serta harus sesuai dengan obyek yang dipermasalahkan dan harus didukung dengan adanya fakta atas permasalahan yang diteliti agar dapat diuji kebenarannya. 20 Dengan pedoman tersebut diharapkan akan memberi wawasan berfikir untuk menemukan kebenaran dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian.. 17. Sugiyono , Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2011 ), hal. 10 18 JJJ M, Wusiman dengan penyuntingan M. Hisyam, Penelitian ilmu-ilmu Sosial , (Jakarta : FE UI, 1996 ), hal 203. 19 M Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hal.6 20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta : UI Press, 1982 ), hal. 6. Universitas Sumatera Utara.

(29) 13. Penelitian hukum harus berpijak pada teori hukum, karena teori hukum adalah seluruh pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan –aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem hukum tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan.21 Penelitian ini merujuk pada teori hukum tentang kepastian hukum yang didukung dengan teori perlindungan hukum. 1. Teori Kepastian Hukum. Pendapat mengenai kepastian hukum dikemukakan oleh Jan Michiel Otto yang mengatakan bahwa kepastian hukum dalam situasi tertentu mensyaratkan sebagai berikut22: a. Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih, konsisten dan mudah diperoleh (accesible), yang diterbitkan oleh kekuasaan negara; b. Bahwa instansi-instansi penguasa (pemrintahan) menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya; c. Bahwa mayoritas warga pada prinsipnya menyetujui muatan isi dan karena itu menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut; d. Bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelasaikan sengketa hukum; dan e. Bahwa keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan. Menurut Jan Michiel bahwa semakin baik suatu negara hukum berfungsi, maka semakin tingkat kepastian hukum nyata. Sebaliknya bila suatu negara tidak memilikisistem hukum yang berfungsi secara otonom, maka kecil pula tingkat kepastian hukumnya. 23 Untuk mewujudkan keteraturan dalam hal ini pelelangan maka dibuat suatu aturan mengenai lelang dan hal ini memang sudah dijalankan jauh sebelum 21. HR Otje Salman, Teori Hukum, (Jakarta : Refika Atitama, 2002), hal. 60 Jan Michiele Otto Sulistiowaty Irianto, Kajian Sosiologi-Legal, (Bali : Pustaka Larasan, 2012), hal 122 23 Jan Michiele Otto, Sulistyowati, Kajian Sosiologi-Legal , (Bali : Pustaka Larasan, 2012), hal 122 22. Universitas Sumatera Utara.

(30) 14. Indonesia merdeka yaitu dengan mengacu pada VR Stbl 1940 Nomor 56 yang merupakan produk hukum peninggalan Hindia Belanda. Tujuan hukum lelang dibuat adalah untuk mengatur masing-masing pihak karena dengan banyaknya kepentingan maka tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik karena konflik yang saling bertentangan. Selama tidak ada kepentingan manusia (conflict of human interest) atau selama kepentingan manusia tidak dilanggar, maka tidak akan ada yang mempersoalkan siapa yang benar dan siapa yang salah. 24 2. Teori perlindungan hukum Pemengang lelang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum secara preventif dan represif. Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap pemerintah dilandasi dua prinsip negara hukum, yaitu :25 a. Perlindungan hukum yang prefentif. Perlindungan hukum kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi bentuk yang menjadi definitif. b. Perlindungan hukum yang represif. Perlindungan hukum yang represife bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Kedua bentuk perlindungan hukum diatas bertumpu dan bersumber pada pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia serta berlandaskan pada prinsip negara hukum. Perlindungan preventif pada pemenang lelang dapat dilakukan dalam risalah lelang. Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna,26 dan risalah lelang berisi jual beli yang didasari. 24. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Edisi ke 4, (Yogyakarta :Liberty,. 1996),hal3 25. Zahirin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hak 2 26 Pasal 1 angka 32 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Universitas Sumatera Utara.

(31) 15. kesepakatan dua pihak, dan Pejabat lelang sebagai pejabat umum, hanya menyatakan, menyaksikan dan mengesahkan. Pelindungan hukum menurut Philipus. Hadjon adalah. represif. upaya untuk mendapatkan perlindungan. hukum yang dilakukan melalui badan peradilan.27 Perjanjian tidak bernama, misalnya leasing adalah perjanjian-perjanjian yang belum ada pengaturannya secara khusus didalam Undang-undang, karena tidak diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang selanjutnya disebut KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang selanjutnya disebut KUHD. Lahirnya perjanjian ini di dalam prakteknya adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij otonomi. Tentang perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata, yaitu yang berbunyi : “Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak kenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab yang ini dan bab yang lain” 2. Konsepsi Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini menggabungkan teori hukum, antara kasus hukum dengan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.28. 27. Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia : Sebuah Studi tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara,(Surabaya :Bina Ilmu, 1987), hal 2 28 Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian , (Jakarta : Grafindo Persada, 1998 ), hal 31. Universitas Sumatera Utara.

(32) 16. Defenisi operasional adalah mendefenisikan suatu variabel yang akan diamati dalam proses dengan mana variabel itu akan diukur.29 Defenisi-defenisi yang berkaitan dengan pembahasan pada penelitianpenelitian ini yaitu : a. Perlindungan hukum Perlindungan hukum adalah sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari yang lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak tersebut.30 b. Lelang Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umumbaik secara langsung maupun melalui media elektronik dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan peminat.31 c. Pembeli Lelang Pembeli adalah orang atau badan hukum atau badan usaha yang mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.32 d. Pihak kedua Pihak kedua adalah pembeli yang dinyatakan sebagai pemenang dalam lelang.. 29. L.N Jewel, Siegel Marc, psikologi Industri/ Organisasi Modern, penerjemah, A Hadyana Pudjaatmaka dan Maetasari, (Jakarta : Archan, 1998 ), hal.27. 30 Philipus M. Hadjon, Op.cit, hal.5 31 Sutiarnoto., Diktat Kuliah Peraturan Lelang, hal.2 32 Pasal 1 angka 22 PMK Nomor 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Universitas Sumatera Utara.

(33) 17. e. Fidusia Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.33 f. Jaminan Jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum.34 g. Barang Sitaan Barang Sitaan adalah semua benda yang disita oleh penyidik, penuntut umum atau pejabat berwenang untuk menyita barang guna keperluan barang bukti penyidikan atau sebagai jaminan untuk melunasi hutang pajak, sesuai peraturan perundang-undangan. G. Metode Penelitian Secara Etimologi metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan atau mengerjakan sesuatu, metode berasal dari bahasa yunani “ Methodos “ yang artinya “ jalan meuju “, bagi kepentingan ilmu pengetahuan , metode merupakan titik awal menuju proposisi-proposisi akhir dalam bidang pengetahuan tertentu.35 Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. 36. 33. Tan Kamelo, Op.Cit, hal.31 Tan Kamello, Op. Cit , hal.31 35 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, (Bandung :Mander Maju,2008), 34. hal.13 36. Mohammad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998), hal.51. Universitas Sumatera Utara.

(34) 18. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode. 37 Menurut Sugiono berpendapat bahwa Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.38 Dengan demikian metode penelitian dapat juga diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian. 39 Untuk mencapai hasil yang diharapkan maka untuk penelitian ini digunakan metode yaitu : 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah adalah yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder yang dimulai dengan analisis terhadap permasalahan hukum yang baik berasal dari literatur maupun perundang-undangan.40 Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum pihak ketiga sebagai pembeli dalam lelang terhadap barang sitaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Tujuannya adalah guna mendapatkan jawaban tentang perlindungan hukum pihak ketiga sebagai pembeli dalam lelang terhadap barang sitaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan. 37. Jonathan Sarwono, Analisa Data Penelitian Menggunakan SPSS 13), (Yogyakarta : PT, Raja Grafindo Persada, 2006), hal.15 38 Sugiyono, Methode Penelitian Bisnis, (Bandung :Alfabeta, 2004), hal. 1 39 Lukman Hadi Darmanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2001), hal.30 40 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 37-38. Universitas Sumatera Utara.

(35) 19. berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.41 Adapun dalam penelitian untuk menggambarkan, menjelaskan, menganalisis dan menerangkan suatu ketentuanketentuan hukum yang berlaku, fakta-fakta yang ada dalam aspek hukum yang berkaitan dengan perlindungan hukum pihak ketiga sebagai pembeli dalam lelang terhadap barang sitaan yang menjadi objek jaminan fidusia. 2. Sumber Data Data merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung berhasilnya suatu penelitian, karena data adalah gejala yang akan dicari untuk diteliti, gejala yang diamati oleh peneliti dan hasil pencatatan terhadap gejala yang diamati oleh peneliti.42 Penelitian ini bertolak belakang dari suatu pengertian bahwa penelitian pada hakekatnya mencakup kegiatan pengumpulan data, analisa data dan konstruksi data yang semuanya dilaksanakan secara sistematis dan konsisten.43 Data yang diperoleh agar bisa digunakan secara relevan atau sesuai permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan data primer dan data skunder sebagai bahan penunjang dalam penelitian. Data primer dalah adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, 44 sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh melalui data kepustakaan.45. 41. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Ke-20, (Bandung : Alumni,1994), hal. 101 42 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Peran dan Penggunaan Perpustakaan di dalam Penelitian Hukum, (Jakarta : PDHUI, 1979), hal. 1 43 Ibid, hal 1 44 J Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta :PT Rineka Cipta, 2003), hal 2 45 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (jakarta : Bumi Aksara, 2001), hal. 81. Universitas Sumatera Utara.

(36) 20. Menurut Soerjono Soekanto bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari norma atau kaidah dasar yaitu Pembukaan, Undang-Undang Dasar 1945, peraturan dasar, peraturan perundangundangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan misalnya hukum adat, yurisprudensi, traktat dan KUHPerdata.46 1) Bahan hukum primer yaitu: a. Hukum dan Peraturan Perundang-undangan Tentang Lelang b. Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia c. Peraturan Perundangan-undangan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan hukum lelang di Indonesia d. Undang-undang Peraturan Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 2) Bahan hukum sekunder yaitu : a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, buku-buku, literatur, artikel, makalah, dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan lelang di Indonesia. b. Dokumen atau arsip resmi yang berkaitan dengan kasus lelang atas jaminan fidusia 3) Bahan hukum tersier berupa Kamus Hukum, Ensiklopedia, Jurnal Ilmiah. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tesis ini yakni : a. Studi Kepustakaan (Library Research). 46. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1981), hal.. 151-152. Universitas Sumatera Utara.

(37) 21. Studi kepustakaan adalah metode tunggal yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif.47 Informasi itu dapat diperoleh peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, mengumpulkan bahan-bahan hukum skunder yaitu hasil penelitian hukum, pendapat ahli hukum serta mengumpulkan bahan-bahan hukum tersier yaitu dokumen-dokumen hukum, buku-buku hukum, majlah hukum, internet. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah studi Literatur yaitu suatu alat untuk menyelesaikan permasalahn dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.48 b. studi Lapangan (Field Research) studi lapangan adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan dengan mempergunakan teknik pengumpulan data.49 Tujuannya untuk menjawab. rumusan. permasalahan. didalam. penelitian. ini,. teknik. pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara pada informan. Adapun informan yang dimaksud Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan negara dan Lelang Negara Sumatera Utara, Kepala Direktorat Jenderal Keuangan Negara Sumatera Utara, Pemenang Lelang, Peserta Lelang di Balai Lelang PT X. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen yaitu salah satu alat yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data-data yang valid dan relevan dengan cara menghimpun dan 47. Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 1996),. hal.50 48. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hal. 2 49 Ibid, hal.18. Universitas Sumatera Utara.

(38) 22. menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis maupun dokumen elektronik,50 dan juga pedoman wawancara. 4. Analisis data Analisis. data. merupakan. proses. mengatur. urutan. data/mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat dimukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja yang disarankan data.51 Kegiatan analisis dimulai dengan melakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiag, peraturan perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam penelitian ini sangat diperlukan suatu analisi data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahn yang diteliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biglen sebagaimana dikutip oleh Moleong, menyatakan bahwa : Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.52. 50. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pemdidikan , (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2008), hal. 221 51 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 101 52 Ibid, hal. 248. Universitas Sumatera Utara.

(39) 23. Kemudian Data yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan metode deduktif, yaitu dimulai dari hal-hal yang umum dan menarik hal-hal yang umum tersebut kepada hal-hal yang khusus.53 Dalam hal penelitian ini, semua data yang diperoleh dalam proses pengumpulan data diorganisasikan, dipilah-pilah dalam satu kesatuan yang dapat dikelola, disentesiskan , mencari serta menemukan pola sesuai dengan rumusan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yang penting dan yang dipelajari dimasukkan kedalam penelitian ini, yang kemudian dijabarkan dari hal-hal yang umum dan menarik ke dalam hal-hal yang khusus.. 53. Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta : Grasindo,2007),. hal. 41. Universitas Sumatera Utara.

(40) BAB II KETENTUAN LELANG YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEMENANG LELANG. A. Tinjauan Umum Lelang di Indonesia. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Lelang Menurut sejarahnya kata lelang berasal dari bahasa latin yaitu auction yang artinya peningkatan harga secara bertahap. Dalam literatur yunani, lelang telah lama dikenal dalam sejarah manusia yaitu sejak tahun 450 sebelum masehi, dimana saat itu penjualan secara lelang dilakukan untuk hasil karya seni mupun hasil perkebunan dan peternakan. Perkembangan lelang kemudian sampai ke negara maju seperti Inggris, Belanda, Australia, Swiss dan Amerika dan saat ini hampir seluruh negara banyak menggunakan proses lelang dalam menjalankan proses lelang dalam menjalankan roda perekonomian. Transaksi penjualan suatu barang pada suatu negara, umumnya dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu : 1. Penjualan konvensional atau non lelang yang sangat umum dilakukan oleh masyarakat 2. Melakukan penjualan secara lelang yang dilakukan bersifat terbuka dan lisan atau dinegara maju dikenal dengan istilah auction.54 Sebelum Indonesia merdeka dan dalam masa penjajahan Belanda, lelang secara resmi dimasukkan dalam sistem perundang-undangan sejak tahun 1908 yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement yang selanjutnya disebut VR Stbl. 54. Rochmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, Edisi Kedua, (Bandung : Eresco, 1987), hal 54.. 24. Universitas Sumatera Utara.

(41) 25. 1908 Nomor 189 Vendu Instructie Stbl. 1908 Nomor 190. Kedua peraturan tersebut yang menjadi dasar hukum pelaksanaan lelang di Indonesia. Latar belakang dari pembentukan lelang karena hukum dibutuhkan dalam mengatur suatu perbuatan yang melibatkan orang banyak, hukum yang mempunyai sifat memaksa dan mengatur, hukum merupakan peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan (yang disebut norma atau kaidah ) yang dapat memaksa orang untuk mentaati tata tertib dalam lingkungan masyarakat, serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau memenuhi peraturan tersebut.55 Demikian halnya dengan pembentukan hukum lelang di Indonesia, dibuat karena berkaitan dengan kepentingan tiap-tiap yang terlihat langsung dalam proses lelang. Kepentingan tersebut diartikan sebagai suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan dapat penuhi dan diakomodir dalam suatu peraturan hukum karena fungsi utama hukum adalah untuk melindungi kepentingan yang ada dalam masyarakat. Salah. satu. kepentingan. yang. harus. dipenuhi. adalah. mengenai. terlaksananya lelang secara terbuka jujur dan adil bagi para pihak. Untuk menyempurnakan peraturan yang telah ada dalam VR diterbitkan juga beberapa peraturan pelaksana baik yang dikeluarkan oleh pemerintah berupa Undangundang maupun Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri maupun Keputusan Menteri.. 55. C.S.T. Kansil dan Christine Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan hukum Dagang Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002) hal 3-4. Universitas Sumatera Utara.

(42) 26. Pengertian lelang Kepmenkeu Nomor 93/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang pada Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa lelang adalah penjualan barang terbuka untuk umumdengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului oleh pengumuman lelang.56 Pada kamus hukum pengertian lelang tidak jauh berbeda dengan yang disebutkan dalam Kepmenkeu yaitu: Lelang adalah penjualan barang-barng dimuka umum dan diberikan pada penawar yang yang tertinggi.57 Kamus bahasa Indonesia juga menyebutkan hal yang sama yaitu lelang adalah menjual atau penjualan dihadapan orang banyak dengan tawaran yang beratas-atasan.58 Menurut Roell sebagaimana dikutip Rochmat Soemitro, menyatakan : Penjualan umum adalah suatu rangkaian kejadian yang terjadi antara saat mana seseorang hendak menjual sesuatu atau lebih dari suatu barang, baik secara pribadi maupun dengan peraturan kuasanya dengan memberikan kesempatan kepada yang hadir untuk melakukan penawaran.59 Pelaksanaan penjualan lelang melalui lelang tidak terlepas dari unsur perjanjian jual beli sebagaimana yang diatur dalam pasal 1339 KUHPerdarta yang menyebutkan bahwa persetujuan tidak hanya mengikat hal-hal yang secara tegas didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan Undang-undang. Dalam hal ini. 56. Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksana Lelang. 57 J. C.T Simorangkir, dkk, Kamus Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal 90. 58 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Alumni, 1972), hal 218. 59 Rahmat Soemitro, Op Cit, hal 107. Universitas Sumatera Utara.

(43) 27. diwujudkan dengan terjadinya kesepakatan dari pihak-pihak yang terkait dalam lelang yaitu penjual, pembeli serta objek lelang dan harga terbentuk dalam penawaran terakhir dalam proses lelang. Dasar hukum lelang yang bermula dari VR Nomor 189 dan peraturan pelaksananya yang terdapat dalam Vendu Instruksi selanjutnya disebut VI Nomor 190 Tahun 1908 bersifat khusus (lex specialis) namun dengan semakin berkembangnya minat masyarakat dalam pembelian maupun penjualan melalui proses lelang dan untuk lebih mengatur pelaksanaan proses lelang dengan lebih teratur dan seimbang maka diterbitkan beberapa peraturan pelaksana lainnya dalam hal lelang. Hal yang mendasari diterbitkannya peraturan tambahan tidak lain karena mengikuti perkembangan masyarakat sebab aturan-aturan yang ada dalam VR dan VI tidak sepenuhnya dapat mengakomodir kebutuhan mayarakat akan minat lelang meskipun kedua peraturan tersebut masih berlaku sampai saat ini. Hukum memerlukan pembaharuan, istilah pembaharuan hukum pada dasarnya mengandung makna yang luas. Menurut Friedman, sistem pembaharuan hukum terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu60 : 1. Struktur kelembagaan hukum, yang terdiri dari sistem dan mekanisme kelembagaan yang menopang pembentukan dan penyelenggaraan hukum disuatu negara, termasuk diantaranya adalah lembaga-lembaga peradilan, aparatur penyelenggaraan hikim, mekanisme penyelenggaraan hukum, dan sistem pengawasan pelaksanaan hukum. 2. Materi hukum, yaitu meliputi kaedah-kaedah yang telah dituangkan ke dalam peraturan perundang-undangan tertulis maupun maupun yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta bersifat mengikat bagi semua lapisan masyarakat dan, 60. Lawrence M . Friedman, American Law An Introduction Second Edition ( Hukum Amerika Sebuah Pengantar Sebuah Pengantar) Penerjemah Wisnu Basuki, ( Jakarta : PT. Tatanusa, 2001) hal 7-9.. Universitas Sumatera Utara.

(44) 28. 3. Budaya hukum. Ketiga unsur menopang sistem hukum tersebut saling berkaitan dalam rangka bekerja menggerakkan roda hukum suatu negara. Pembaharuan yang dilakukan dalam hukum lelang diterapkan dengan berlakunya peraturan-peraturan mengenai petunjuk pelaksanaan lelang dan hal ini menunjukkan bahwa keberadaan lelang sebagai bentuk khusus dari penjualan benda telah diakui dalam banyak peraturan perundang-undangan di Indonesia61. Peraturan tersebut terbagi dalam peraturan umum dan peraturan khusus, dimana peraturan umum yaitu peraturan perundang-undangan yang tidak secara khusus mengatur lelang, namun ada pasal-pasal didalamnya yang terkait mengenai aturan lelang yaitu antara lain : a. KUHPerdata, Stbl. 1847/23 pada pasal 389 , 395, 1139 (1), 1159 (1). b. RGB (Reglemen Hukum Acara untuk Daerah Wilayah Luar Jawa dan Madura) Stbl. 1927/227 Pasal 206- 228. c. RIB/HIR (Reglemen Indonesia yang diperbaharui ) Stbl. 1941/44 Pasal 195208. d. Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara Pasal 10 dan Pasal 13. e. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1970 Tentang Penjualan dan atau Pemindahtanganan Barang-Barang yang Dimiliki/Dikuasai Negara. f. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 45 dan Pasal 273. g. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian. 61. Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Lelang, Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara, Biro Hukum – Sekretariat Jenderal piutang dan Lelang Negara, Biro Hukum – Sekretariat Jenderal, Jakarta, 18 Februari 2005, hal 9.. Universitas Sumatera Utara.

(45) 29. h. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara i. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 48. Menurut Bagir Manan, fungsi peraturan perundang-undangan dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok utama yaitu : fungsi eksternal dan fungsi internal 62. Fungsi Eksternal adalah keterkaitan peraturan perundang-undangan dengan tempat berlakunya. Fungsi eksternal ini dapat disebut sebagai fungsi sosial hukum, yang meliputi fungsi perubahan, fungsi stabilitas dan fungsi kemudahan. Dengan demikian, fungsi ini dapat juga berlaku pada hukum-hukum kebiasaan, hukum adat atau hukum yurisprudensi. Bagi Indonesia, fungsi sosial ini akan lebih diperankan oleh peraturan perundang-undangan63. Fungsi. internal. diantaranya. adalah pembaharuan hukum. dimana. penerapannya dilakukan dengan mengganti atau menambah peraturan hukum yang bertujuan untuk menjalankan fungsi pembaharuan hukum terhadap peraturan yang dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Demikian juga dengan hukum lelang yang memuat peraturan umum dan peraturan khusus. Selain peratuan umum yang mengatur tentang lelang seperti yang tertera diatas, juga terdapat peraturan khusus 64 yang diantaranya adalah : 1. VR yang dimuat dalam Staatblaad Tahun 1908 Nomor 198 sebagaimana yang terakhir telah diubah menjadi Staatblaad Tahun 1941 Nomor 3, VR mulai. 62. Bagir Manan, Fungsi Dan Materi Peraturan Perundang-Undangan, Makalah Hukum, 1994, hal 47. 63 Ibid 64 http://www.djkn.go.id/sejarah_djkn. Universitas Sumatera Utara.

(46) 30. berlaku pada tanggal 1 April 1908 yaitu peraturan yang mengatur tentang prinsip-prinsip dasar lelang. 2. VR Staatsblaad Tahun 1908 Nomor 190 sebaiman yang terakhir telah diubah menjadi Staatsblaad Tahun 1930 Nomor85. VI merupakan ketentuanketentuan yang melaksanakan VR. 3. PMR Nomor : 93/PMK.06/2010 Tanggal 23 April 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. 4. PMK Nomor : 174/ PMK.06/2010 Tanggal 30 Seotember 2010 Tentang Pejabat Lelang Kelas I. 5. PMK Nomor : 175/ PMK.06/2010 Tanggal 30 September 2010 Tentang Pejabat Lelang Kelas II. 6. PMK Nomor : 176/PMK.06/2010 Tentang Balai Lelang. 7.PMK Nomor. : 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. dimana peraturan tersebut merupakan utama untuk peraturan teknis tentang lelang. VR dan VI merupakan peraturan dasar mengenai lelang dan juga peraturan hukum yang sangat tua dibanding dengan peraturan hukum lainya, namun peraturan tersebut harus tetap dipelajari oleh pejabat lelang khususnya bagi Notaris, jika Notaris ditempatkan dikota-dikota kecil yang tidak ada juru lelang kelas I sehingga memungkinkan Notaris diangkat/ditunjuk menjadi pejabat lelang kelas II65.. 65. Rochmat Soemitro, Op Cit, hal 48. Universitas Sumatera Utara.

(47) 31. Di Indonesia, lelang masuk secara resmi dalam perundang-undngan sejak tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Regelement atau Peraturan Lelang yang dimuat dalam Staatblad tahun 1908 Nomor 189 dan Vendu Instructie atau Instruksi Lelang yang dimuat dalam Staatblaad tahun 1908 Nomor 190. Peraturan-peraturan lelang ini masih berlaku sampai saat ini dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia. Dalam Pasal 1Vendu Reglement Tahun Tahun 1908 Nomor 189 tersebut ditulis bahwa Penjualan Umum atau Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulkan para peminat atau peserta lelang. Penjualan umum atau Lelang tersebut harus dilakukan oleh atau dihadapan seorang Pejabat Lelang dengan memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a. Lelang adalah suatu cara penjualan yang dilakukan pada suatu saat dan tempat yang telah ditentukan. b. Dilakukan. dengan. cara. mengumumkannya. terlebih. dahulu. untuk. mengumpulkan peminat /peserta lelang. c. Dilakukan dengan cara penawaran atau pembentukan harga yang khusus yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan atau secara tertulisyang bersifat kompetitf. d. Peserta yang mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai pemenang/pembeli.. Universitas Sumatera Utara.

(48) 32. 2. Organisasi Lelang. Pada mulanya Unit Lelang Negara berdiri sendiri dengan nama “Inspeksi Urusan Lelang” yang berada dilingkungan Departemen Keuangan dan kemudian dalam perkembangannya kurang lebih pada tahun 1960, Unit Lelang Negara digabungkan dan berada dibawah Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini dilakukan antara lain dengan pertimbangan bahwa sifat pemungutan Bea Lelang dikategorikan sebagai penerima pajak tidak langsung. Sejak. tanggal. 1. April. 1990,. Pimpinan. Departemen. Keuangan. memindahkan kedudukan dan tanggung jawab Unit Lelang Negara ke dalam lingkungan Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) yaitu salah satu unit eselon 1 dilingkungan Departemen Keuangan. Adapun tujuan agar Unit Lelang Negara dapat lebih difungsikan secara optimal, disamping untuk memberi kesempatan Direktorat Jenderal Pajak berkonsentrasi pada bidang tugas pokoknya yang makin tambah berat. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 dalam rangka menyempurnakan. sistem. pengurusan. Piutang. Negara. dan. untuk. mengembangkan pelayanan jasa lelang maka organisasi Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) diubah menjadi Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). Sejak Unit Lelang berada dilingkungan BUPLN maka setiap ibukota propinsi di Indonesia telah dibentuk Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang dan di 87 Kota Madya/Kabupaten telah didirikan Kantor Pejabat Lelang Kelas II yang telah siap memberikan pelayanan lelang kepada pihak-pihak yang membutuhkan.. Universitas Sumatera Utara.

(49) 33. Pada saat ini Badan Urusan Piutng dan Lelang Negara telah diubah menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara yaitu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001. 3. Jenis – Jenis Lelang Jenis lelang dibedakan berdasarkan sebab barang dijual dan penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang ditinjau dari sudut pandang sebab barang dilelang dibedakan antara lelang eksekusi dan lelang non eksekusi. Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan atau dokumen yang dipersamakan dengan itu sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Lelang non eksekusi adalah lelang selain lelang eksekusi yang meliputi Lelang Non Eksekusi Wajib dan Lelang Non Eksekusi Sukarela. Sifat lelang ditinjau dari sudut penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang, dibedakan antara yang sifatnya wajib, yang menurut peraturan perundang-undangan wajib melalui Kantor Lelang dan Lelang yang sifatnya sukarela atas permintaan masyarakat. Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang milik negara/daerah yang dipisahkan sesuai peraturan yang berlaku. Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang untuk melaksanakan kehendak perorangan atau badan untuk menjual barang miliknya.66 1. Lelang Yang Bersifat Eksekusi dan Wajib 66. Purnama Tiora Sianturi, Perlindaungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidk Bergerak Melalui Balai Lelang, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2008), hal.57.. Universitas Sumatera Utara.

(50) 34. a. Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang (PUPN) Adalah pelayan lelang yang diberikan kepada Panitia Pengurus Piutang Negara/Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara dalam rangka proses penyelesaian pengurusan piutang negara atas barang jaminana atau sitaan milik penanggung utang, dimana Debitor tidak membayar utangnya kepada negara. Dasar hukumnya adalah Undang-undang Nomor 49 Peraturan Pemerintah Tahun 1960 tentang Pengurusan Piutang Negara Lelang Eksekusi PN. b. Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri (PN)/ Pengadilan Agama (PA) Adalah lelang yang diminta oleh panitera PN/PA untuk melaksanakan keputusan hakim pengadilan yang telah berkekuatan pasti, khususnya dalam rangka perdata, termasuk lelang hak tanggungan, yang oleh pemegang hak tanggungan telah diminta fiat eksekusi kepada ketua pengadilan. c. Lelang Barang Temuan dan Sitaan, Rampasan Kejaksaan/Penyidik Adalah lelang yang dilaksanakan terhadap barang temuan dan lelang dalam rangka acara pidana sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang antara lain meliputi lelang eksekusi barang yang telah dipitus dirampas untuk negara, termasuk dalam kaitan itu adalah lelang eksekusi Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yaitu lelang barang bukti yang mudah rusak, busuk dan memerlukan biaya penyimpanan tinggi.. Universitas Sumatera Utara.

(51) 35. d. Lelang Sita Pajak Adalah lelang atas sitaan pajak sebagai tindak lanjut penagihan piutang pajak kepada negara baik pajak pusat maupun pajak daerah. Dasar hukum dari pelaksanaan lelang ini adalah Undang-undnag Nomor 19 Tahun 1997. e. Lelang Eksekusi Barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Barang Tak Bertuan) Lelang ini dapat diadakan terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikauasi Negara dan barang yang menjadi milik Negara. Direktorat Bea dan Cukai telah mengelompokkan barang menjadi tiga, yaitu barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasi Negara dan barang yang menjadi milik Negara. Lelang barang yang tak bertuan dimaksudkan untuk menyebut lelang yang dilakukan terhadap barang yang dalam jangka waktu yang ditentukan tidak dibayar bea masuknya. f. Eksekusi Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan( UUHT) Lelang eksekusi yang dilakukan berdasarkan Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan, yang memberikan hak kepada pemegang Hak Tanggungan Pertama untuk menjual sendiri secara lelang terhadap objek hak tanggungan didasarkan Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan. g. Lelang Eksekusi Fidusia Adalah lelang terhadap objek fidusia karena Debitor cidera janji, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Parate eksekusi Fidusia, Kreditur tidk perlu meminta fiat. Universitas Sumatera Utara.

(52) 36. eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri apabila akan menjual secara lelang barang agunan kredit yang diikat fidusia, jika debitur cidera janji. 2. Lelang Non Eksekusi Wajib Adalah lelang yang dilakukan dalam. rangka. penghapusan barang. milik/dikuasai negara adalah aset pemerintah pusat/daerah, ABRI maupun sipil. Barang yang dimiliki negara adalah barang yang pengadaannya bersumber dari dana yang berasal dari APBN serta sumber-sumber lainnya atau barang yang nyata-nyata dimiliki negara berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undnagan yang berlaku tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan. 3. Lelang Sukarela a. Lelang Sukarela/ Swasta Adalah jenis pelayanan lelang atas permohonan masyarakat secara sukarela. Jenis pelayan lelang ini sedang dikembang untuk dapat bersaing dengan berbagai bentuk jual beli individual/jual beli biasa yang dikenal dimasyarakat. Lelang sukarela yang saat ini sudah berjalan antara lain lelang barang-barang milik kedutaan/korps diplomatik, lelang barang seni seperti karpet dan lukisan, lelang sukarela yang diadakan oleh Balai Lelang. b. Lelang Sukarela BUMN Pasal 37 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2001 mengatur, bagi persero tidak berlaku Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 1970 tentang Penjualan dan atau. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pewarnaan celup dan cetak langsung untuk melihat warna yang dihasilkan, sedangkan untuk melihat daya lekat warna dilakukan melaui pembatikan dan pemanasan (pelorodan).

Hand-rub sebagai berikut: a) melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan.. mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan.

Di era globalisasi saat ini teknologi informasi dan komunikasi sedang berkembang pesat. Perkembangan tersebut secara tidak langsung berpengaruhh terhadap jalannya aktivitas manusia

Agar informasi berkualitas maka sistem infomasi taekwondo mememenuhi syaratnya yaitu, keakuratan dengan cara infomasi diolah dan diberikan langsung oleh pengurus cabang sleman,

penataan vegetasi pada zona I dengan tujuan memberikan kemudahan bagi pengemudi untuk melihat terkait persimpangan yang tidak bersignyal sehingga menghilangkan

Dari hasil survei dari penelitian yang dilakukan di pelabuhan pendaratan ikan Hiu di Kawal bahwa jenis yang dijumpai paling banyak yaitu Hemigaleus microstoma (Hiu

Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Desa Drancang Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik begitu tinggi, ini dikarenakan didalam RTRW(Rencana Tata

BAB IV : Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang kedudukan ahli digital forensik berkaitan dengan alat bukti digital dalam melakukan pembuktian perkara pidana cyber crime