• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL MATA KULIAH CHAPTER KEBIJAKAN FISKAL KEBIJAKAN FISKAL. Revisi: 00/2019. Hal. 1 dari 11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL MATA KULIAH CHAPTER KEBIJAKAN FISKAL KEBIJAKAN FISKAL. Revisi: 00/2019. Hal. 1 dari 11"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hal. 1 dari 11

Revisi: 00/2019

9

KEBIJAKAN FISKAL

(2)

Hal. 2 dari 11

CHAPTER 9 PERPAJAKAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang perpajakan.

Overview

Pajak merupakan salah satu sumber penting pemerintah untuk mendukung kelancaran jalannya pembangunan ekonomi suatu negara. Pada banyak negara, pendapatan dari sektor perpajakan memegang porsi terbesar dari seluruh pendapatan negara. Posisi tesebut membuat pajak menjadikan pajak sebagai instrumen yang cukup berpengaruh terhadap jalannya perekonomian, sehingga pemerintah perlu berhati–hati dalam memperlakukan tarif pajak, agar tidak terjadi gejolak yang signifikan dalam masyarakat.

Tujuan

1. Mahasiswa memahami konsep perpajakan suatu negara.

2. Mahasiswa mampu memahami pengaruh perpajakan terhadap jalannya roda perekonomian.

3. Mahasiswa mampu menganalisis dampak perubahan tarif pajak terhadap sektor

industri dan rumah tangga.

(3)

Hal. 3 dari 11

Apa itu pajak?

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Untuk apa sih pajak itu?

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara tidak dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi:

Pembayaran gaji aparatur negara seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia, dan Polisi Negara Republik Indonesia sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan; subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), subsidi listrik, subsidi pupuk, Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) atau sejenisnya, pengadaan Beras Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi;

pembiayaan lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan lembaga yang mengelolanya, pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pajak Pusat

Pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak antara lain:

a. Pajak Penghasilan (PPh);

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

c. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM);

d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sector Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan (P3);

e. Bea Meterai.

(4)

Hal. 4 dari 11

2. Pajak Daerah

Pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, dalam hal ini ditangani oleh Dinas Pendapatan Daerah atau instansi yang menangani pemungutan pajak daerah, antara lain:

a. Provinsi:

1) Pajak Kendaraan Bermotor;

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

4) Pajak Air Permukaan;

5) Pajak Rokok.

b. Kabupaten/Kota:

1) Pajak Hotel;

2) Pajak Restoran;

3) Pajak Hiburan;

4) Pajak Reklame;

5) Pajak Penerangan Jalan;

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

7) Pajak Parkir;

8) Pajak Air Tanah;

9) Pajak Sarang Burung Walet;

10) Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (mulai tahun 2011 atau selambat-lambatnya tahun 2014);

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (mulai berlaku 1 Januari 2011).

Siapa sih yang wajib bayar pajak?

Pada dasarnya setiap orang pribadi baik Warga Negara Indonesia/Warga Negara Asing

yang bertempat tinggal di Indonesia dan badan yang didirikan/berkedudukan di Indonesia

merupakan Wajib Pajak, kecuali ketentuan peraturan perundang-undangan menentukan

lain. Mengingat sifatnya yang wajib, maka orang atau suatu badan yang menurut

(5)

Hal. 5 dari 11

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).

Lalu, siapa saja yang menjadi Wajib Pajak?

Wajib Pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Orang Pribadi

Adalah mereka yang telah mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai batasan PTKP telah ditentukan oleh Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2. Badan

Adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan Iainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Pajak sebenarnya sudah dikenal dan dipraktikkan sejak zaman dahulu oleh nenek moyang kita pada masa kerajaan. Setiap rakyat diwajibkan menyerahkan upeti yang sudah ditentukan besarnya kepada raja. Upeti dimaksud dapat berupa hasil bumi ataupun harta benda Iainnya. Pemungutan upeti ini atau pajak terus berlanjut hingga zaman penjajahan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, pajak ditetapkan dan dipungut oleh negara, bukanlah seperti upeti atau hal lain yang membebani warganya. Namun pajak merupakan kontribusi pembangunan dari warga. Hal ini sebagai bentuk dari komitmen rakyat Indonesia dan konsekuensi dari mendirikan suatu negara yang merdeka dan uang pajak anda sangat berarti bagi pembangunan negeri ini berdaulat. Membayar pajak juga merupakan bentuk dari partisipasi warga dalam mengisi kemerdekaan.

Sistem pemungutan pajak ada beberapa macam. Pada awal kemerdekaan, sistem

pemungutan pajak Indonesia berdasarkan Official Assesment System yaitu pihak yang

(6)

Hal. 6 dari 11

penentuan jumlah pajak terutang dari Wajib Pajak ditetapkan oleh aparat pajak. Sejak reformasi perpajakan di Indonesia pada tahun 1984, sistem pemungutan pajak yang baru diperkenalkan di Indonesia yaitu Self Assessment System. Sistem pemungutan ini memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri, menghitung, memperhitungkan utang pajaknya sendiri, membayar pajak terutang ke bank tempat pembayaran pajak dan kantor pos serta melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak. Pada sistem ini aparat pajak bertugas untuk mengawasi, melakukan pelayanan dan penyuluhan kepada Wajib Pajak.

Sesuai dengan sistem self assessment, maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang diberikan kepada Wajib Pajak mempunyai fungsi, yaitu:

1. sebagai sarana dalam administrasi perpajakan,

2. sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya,

3. menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.

Mengingat fungsinya sebagai tanda pengenal diri, maka Orang Pribadi dan Badan yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak wajib memiliki NPWP. Kini Wajib Pajak diberikan kemudahan untuk mendaftarkan diri melalui menu aplikasi di internet yang bernama e-registration dengan alamat www.pajak.go.id

Contoh NPWP

NPW: 09.967.955.7-034.000

Setelah memiliki NPWP, Wajib Pajak memiliki kewajiban untuk melaksanakan 3M yaitu:

1. Menghitung pajak;

2. Menyetor/membayar pajak;

3. Melaporkan pajak.

(7)

Hal. 7 dari 11

Gimana cara bayar pajak yang benar?

Membayar pajak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) sebanyak 4 rangkap yang terlebih dahulu telah diisi/ditulis dan ditandatangani. Pembayaran Pajak dapat dilakukan di: Bank tempat pembayaran pajak; atau Kantor Pos

Batas waktu Pembayaran Pajak:

1. PPh Pasal 21, 23 dan 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir;

2. PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir;

3. PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.

4. SPT Tahunan Orang Pribadi paling lambat dibayar akhir bulan ke tiga setelah akhir tahun pajak (31 Maret). Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.

Pajak dilaporkan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk:

1. melaporkan jumlah penghasilan yang menjadi objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

2. melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak;

3. melaporkan harta dan kewajiban dan susunan anggota keluarga (tanggungan).

Terdapat 2 macam SPT yaitu:

1. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak (dilaporkan setiap

tanggal 20 setelah saat terutangnya pajak atau masa pajak berakhir). Untuk SPT Masa

PPN harus disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa

Pajak. Dalam hal akhir bulan adalah hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur

nasional, maka SPT Masa PPN dapat disampaikan pada hari kerja berikutnya.

(8)

Hal. 8 dari 11

2. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak dilaporkan paling lambat akhir bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir untuk WP Orang Pribadi dan paling lambat akhir bulan keempat setelah tahun pajak berakhir untuk WP Badan.

SPT dapat disampaikan:

1. Secara langsung yaitu melalui KPP dan KP2KP terdekat, Pojok Pajak, Mobil Pajak, atau Drop Box di tempat public yang ditentukan.

2. Melalui pos, jasa ekspedisi atau jasa kuriri yang dapat meberikan tanda bukti pengiriman.

3. Secara Elektronik (e-filing) melalui jalur internet.

Cara mendapatkan/memperoleh formulir SPT:

1. datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama;

2. datang langsung ke Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);

3. mendownload melalui web site Ditjen Pajak (www.pajak.go.id)

Dalam struktur Kantor Pajak Modern setiap Wajib Pajak dilayani oleh satu orang Account Representative (AR) yang akan melayani seluruh kebutuhan Wajib Pajak secara personal.

Definisi Tiap Jenis Pajak Pusat Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak yang dikenakan atas setiap penghasilan yang diterima yang diperoleh Wajib Pajak.

Penghasilan dimaksud adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi dan menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dengan demikian penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium,

hadiah, hasil sewa rumah, bunga, deviden, royalti, komisi, gratifikasi, bonus dan lain

sebagainya.

(9)

Hal. 9 dari 11

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak yang dipungut dari konsumen atas konsumsi setiap barang dan/atau jasa di dalam negeri. Pada prinsipnya setiap barang dan jasa dikenai PPN, kecuali ditetapkan lain oleh Undang-Undang, misalnya kebutuhan pokok seperti beras.

Pajak Penjualan atas Barang yang tergolong Mewah (PPnBM)

Pajak yang dikenakan terhadap konsumsi barang-barang yang tergolong mewah. Barang yang tergolong mewah adalah:

1. Barang tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok;

2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;

3. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.

Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan bumi dan/atau bangunan.

Contoh: apabila A memiliki tanah perkebunan, dan tanah tersebut disewakan kepada PT X maka dalam hal ini PT X yang mendapat manfaat langsung dari tanah tadi wajib membayar PBB-nya, kecuali perjanjian menentukan lain.

Bea Meterai

Pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen-dokumen tertentu. Contoh: surat berharga, kuitansi pembayaran yang menyebutkan jumlah uang, surat perjanjian, akta- akta notaris termasuk salinannya, akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, surat-surat lain yang digunakan sebagai alat pembuktian di depan pengadilan, dan sebagainya.

Tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat

antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa secara berkeadilan. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya negara

membutuhkan dana yang tidak sedikit sebagaimana dituangkan dalam APBN. Sumber

pembiayaan negara dari pajak merupakan sumber dana yang paling memungkinkan dan

(10)

Hal. 10 dari 11

sekaligus menunjukkan kemandirian pembangunan suatu negara. Dari tahun ke tahun, penerimaan pajak yang ditargetkan selalu meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut, selain tergantung pada faktor pertumbuhan ekonomi, juga sangat tergantung pada kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban sebagai warga negara. Pajak memiliki aspek strategis yang bukan semata-mata sebagai sumber penerimaan negara tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab dan wujud kebersamaan (kegotong-royongan) semua warga negara demi keberlangsungan bangsa. Tentunya yang dimaksud masyarakat di sini adalah masyarakat yang sadar dan peduli melaksanakan kewajiban perpajakan.

Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya peranan pajak serta kecenderungan ketidakrelaan untuk membayar pajak ketika memperoleh penghasilan sering menimbulkan sikap penghindaran pajak. Ironisnya, masyarakat tersebut banyak menuntut pemerintah agar menyediakan berbagai fasilitas. Sikap semacam ini sesungguhnya dapat dikatakan sebagai pendompleng (free rider) pembangunan. Ilustrasi berikut ini untuk memudahkan pemahaman mengenai hal tersebut di atas.

Negara dengan masyarakat didalamnya dianalogikan sebagai kelompok siswa yang sedang mengerjakan tugas bersama. Negara mempunyai cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, demikian juga dengan kelompok siswa yang mempunyai cita-cita untuk menyelesaikan tugas kelompok. Ketika ada siswa yang hanya

“numpang nama” dan tidak memberi kontribusi dalam pengerjaan tugas kelompok, siswa tersebut bisa disebut sebagai free rider. Atau contoh lainnya, negara dianalogikan sebagai kereta api yang berangkat membawa penumpang (rakyat) untuk menuju stasiun pemberhentian sesuai dengan yang dicita-citakan dalam Pembukaan UUD 1945. Namun didalam kereta api tersebut terdapat “penumpang gelap” (free rider) yang menikmati jasa angkutan tanpa membayar tiket perjalanan kereta api dimaksud.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, warga negara yang mampu tetapi tidak

berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran pajak dan hanya mau ikut

menikmati hasil pembangunan tidak ada bedanya dengan free rider. Jadi, sebagai warga

negara yang baik, harus menjaga keseimbangan antara pelaksanaan kewajiban dan

penuntutan hak kepada negara.

(11)

Hal. 11 dari 11

BAHAN REVIEW

Mahasiswa diharapkan melakukan review terkait modul chapter di atas!

Referensi

Dokumen terkait

• Pengambilan contoh bertujuan ( purposive sampling ) adalah pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan syarat atau kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

Kehandalan model serta estimator yang digunakan pada kenyataan belum cukup untuk menghasilkan model pengenalan terbaik, akan tetapi ada faktor lain yang

memengaruhi persepsi publik terhadap reputasi perusahaan yang sering diminta menjadi narasumber atau sering diminta pendapatnya mengenai suatu kasus atau isu oleh media

Zakat fitrah wajib bagi orang islam yang mempunyai kelebihan keperluan makan bagi dirinya dan orang tanggungannya pada siang  juga malam hari raya(Idul

Memang kendala dari para siswa tentang proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis ICT atau multimedia tidak begitu serius. Hal ini karena memang kebanyakan

[r]

Dari hasil penelitian ini dikatakan bahwa pada ibu primigravida maupun multigravida sebagian besar ditunggui suaminya yang tidak ditunggu mengalami mekanisme koping non

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB atau dokumen lain yang dipersamakan adalah surat keputusan yang menentukan