• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban pidana dan perbuatan pidana. Pidana merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban pidana dan perbuatan pidana. Pidana merupakan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Adanya sanksi pidana dalam hukum pidana sangat penting karena dasar hukum pidana salah satunya adalah pidana sebagai sanksi disamping pertanggungjawaban pidana dan perbuatan pidana. Pidana merupakan pemberian suatu nestapa bagi pelanggar tindak pidana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pidana menurut teori retributif dimana pidana merupakan pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan (mutlak).1

Kemudian Roeslan Saleh mengartikan pidana sebagai reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara kepada pelaku delik pidana merupakan suatu sanksi yang dimaksudkan untuk memberikan penderitaan kepada pelaku tindak pidana agar menimbulkan efek jera.2 Bisa diartikan dari pengertian pakar hukum tersebut bahwa pidana adalah suatu penderitaan yang bertujuan untuk memberikan efek jera pada pelaku tindak pidana tersebut agar tidak mengulanginya dikemudian hari dan juga menjadi gambaran dan contoh kepada masyarakat agar tidak mengikuti pelaku tidak pidana tersebut.

Dalam prakteknya di Indonesia lebih sering menerapkan pemidanaan pemasyarakatan yang mempunyai dasar hukum Undang – Undang Nomor 12

1 Basjori dan Azhar Datuk Herman. 2019. Prospek Pidana Kerja Sosial Sebagai Alternatif Pemidanaan. Di akses melalui http://eprints.umm.ac.id/50300/ pada tanggal 21 januari 2021

2 Ibid

(2)

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Pemidanaan pemasyarakatan yang diatur dalam Undang – Undang Pemasyarakatan mengatur tentang sebuah sistem pembinaan narapidana yang menerapkan nilai – nilai Pancasila di dalamnya untuk meningkatkan kesadaran serta kualitas narapidana agar tidak mengulangi perbuatan tindak pidana yang dilakukannya. Berdasarkan Pasal 6 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, pemidanaan pemasyarakatan ini dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Lembaga Pemasyarakatan wajib melakukan pembinaan narapidana agar narapidana dapat menyadari dan memperbaiki diri agar tidak mengulangi tindak pidana yang mereka lakukan. Dengan pembinaan pemasyarakatan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan diharapkan narapidana bisa diterima kembali oleh keluarga dan masyarakat, narapidana juga bisa berturut serta ikut berpartisipasi dalam pembangunan, dan menjadi warga yang baik serta bertanggung jawab di masa yang akan datang.

Dalam menunjang kinerja dari suatu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) agar bisa bekerja secara maksimal dan optimal maka dibutuhkan beberapa faktor penunjang yaitu sarana dan prasarana yang memadai dan berkualitas, program pemasyarakatan yang sesuai dengan minat dan bakat narapidana itu, serta yang terpenting kualitas dan kuantitas dari petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) itu sendiri.

Tetapi yang terjadi dan ditemukan adalah beberapa Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia mengalami overcapacity, masalah ini dialami oleh banyak lapas di Indonesia. Menurut sumber data Kementerian

(3)

Hukum dan Hak Azazi Manusia pada tahun 2017 ada beberapa Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang mengalami overcapacity yaitu Lapas kelas II A Jambi yang merupakan unit pelaksana teknis di wilayah Jambi yang memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 218 orang, tetapi Lapas kelas II A Jambi telah menampung 1.779 warga binaan pemasyarakatan, Lapas Kelas II A Banjarmasin Kalsel memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 366 orang tetapi Lapas Kelas II A Banjarmasin Kalsel telah menampung 2.450 orang warga binaan pemasyarakatan, Lapas Kelas II B Tanjung Balai Asahan Sumut memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 198 orang tetapi Lapas Kelas II B Balai Asahan Sumut telah menampung 1.271 orang warga binaan pemasyarakatan, Rutan Teluk Kuantan Riau memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 53 orang tetapi Rutan Teluk Kuantan Riau telah menampung 324 orang warga binaan pemasyarakatan, Rutan Langsa memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 63 orang tetapi Rutan Langsa telah menampung 371 orang warga binaan pemasyarakatan, Lapas Kelas II A Tarakan Kaltim memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 155 orang tetapi Lapas Kelas II A Tarakan Kaltim telah menampung 900 orang warga binaan pemasyarakatan, Lapas Kelas II A Kotabaru Kalsel memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 180 orang tetapi Lapas Kelas II A Kotabaru Kalsel telah menampung 1.010 orang warga binaan pemasyarakatan, Lapas Narkotika Kelas II A Bandar Lampung memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 168 orang tetapi Lapas Kelas II A Bandar Lampung

(4)

telah menampung 935 orang warga binaan pemasyarakatan, dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Martapura Kalsel memiliki kapasitas warga binaan pemasyarakatan sebesar 210 orang tetapi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Martapura Kalsel Kalsel telah menampung 1.129 orang warga binaan pemasyarakatan,3 Rutan Bagan Siapi – Api Riau memiliki kapasitas warga binaan sebesar 125 orang tetapi Rutan Bagan Siapi – Api Riau telah menampung 771 warga binaan pemasyarakatan.4

Kondisi tersebut merupakan suatu fenomena kepadatan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dimana jumlah warga binaan pemasyarakatan tidak sebanding dengan kapasitas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Kepadatan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti meningkatnya kejahatan tetapi yang perlu menjadi perhatian paling besar adalah sistem pemidanaan yang menjadi faktor paling besar yang menyebabkan terjadinya kepadatan warga binaan pemasyarakatan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Pemidanaan pemasyarakatan juga kurang optimal untuk kalangan menengah dan kebawah karena ada sebagian masyarakat yang ingin dipenjara karena mereka merasa terjamin kehidupannya karena apapun yang mereka lakukan dipenjara akan ditanggung oleh negara.

3 Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia. 2017. 5 Lapas di Indonesia Over Kapasitas Lebih dari 500%. Diakses melalui https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/02/07/5-lapas-di-indonesia- over-kapasitas-lebih-dari-500 pada tanggal 15 Maret 2020 .

4 Jupri Jabar. 2019. Berebut Oksigen di Balik Jeruji. Diakses melalui https://www.youtube.com/watch?v=xGgI4eJW0_Y pada tanggal 15 Maret 2020.

(5)

Hal tersebut menjadi bukti bahwa pemidanaan pemasyarakatan dinilai kurang optimal, di Indonesia sendiri ada program asimilasi yaitu merupkaan proses pembinaan wargabinaan dengan masyarakat. Tujuan asimilasi ini adalah mempersiapkan wargabinaan untuk kembali menjalani kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Pelaksanaan asimilasi berdasarkan sistem pemasyarakatan bertujuan agar warga binaan menjadi manusia seutuhnya, sebagaimana telah menjadi arah pembangunan nasional, melalui jalur pendekatan memantapkan iman dan membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam kehidupan kelompok selama dalam Lembaga Pemasyarakatan dan kehidupan yang lebih luas

Tugas dalam asimilasi ini memiliki berbagai macam jenis seperti membersihkan sungai, menyapu jalanan umum, membersihkan ikon kota, dan lain sebagainya. Program asimilasi ini juga akan membawa berbagai pengaruh positif, disisi lain juga para pelaku tindak pidana akan lebih mudah diterima dilingkungan masyarakat tanpa takut stigma negatif dan kehilangan kepercayaan diri. Pelaku tindak pidana yang dikemudian hari mengulangi perbuatannya juga bisa dihukum pidana pemasyarakatan dan denda.

Pada saat ini proses asimilasi yang telah diterapkan di Indonesia dirasa masih kurang membuahkan hasil yang maksimal, karena pada dasarnya proses asimilasi yang dijalani oleh para warga binaan hanya sekedar memindahkan para warga binaan ke tempat lain atau rumah warga binaan itu sendiri tanpa disertai evaluasi mendalam dan juga tugas yang harus dikerjakan oleh para warga binaan. Kemudian disini penulis tertarik untuk mengangkat

(6)

pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di indonesia, dimana selain memberikan efek positif disini juga program asimilasi dapat mengurangi overcapacity yang ada di Lapas Indonesia. Sehingga judul dari penelitian ini adalah “PEMBAHARUAN TAHAPAN ASIMILASI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN YANG RELEVAN DENGAN TUJUAN PEMIDANAAN DI INDONESIA.”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah urgensi pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia?

2. Bagaimanakah model pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang ideal diterapkan di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui urgensi pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui model pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang ideal diterapkan di Indonesia.

(7)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan banyak memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak sumbangan pemikiran secara yuridis normatif agar menambah wawasan dalam bidang hukum pidana, khususnya permasalahan tentang urgensi pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia dan untuk menambah kepustakaan di bidang ilmu hukum.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Memberikan banyak wawasan bagi penulis dalam mengetahui urgensi pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia.

b. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan Pemerintah dalam memperbaharui proses asimilasi kedepannya, karena bisa menjadi solusi bagi Pemerintah untuk mengurangi overcapacity di Lapas.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan tambahan pengetahuan serta wawasan tentang pentingnya pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga

(8)

pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia dan diharapkan dapat mengurai overcapacity di Lapas dan mencegah pelaku tindak pidana akan mengulangi perbuatannya dikemudian hari.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah wawasan tentang pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia. Kemudian secara kegunaan teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap kebijakan pemerintah dalam mengetahui pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia dan secara kegunaan praktis hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan input kepada aparat yang berwenang khususnya pemerintah dalam mengedepankan pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum, sebagaimana yang disampaikan oleh Mohammad Radhi yang merumuskan bahwa penelitian hukum sebagai keseluruhan aktifitas berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikan fakta-fakta serta hubungan-hubungan di lapangan

(9)

hukum yang berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dapatlah dikembangkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan cara-cara ilmiah untuk menanggapi fakta dan hubungan tersebut.5 Penelitian ini mengamati kondisi yang terus berkembang di dalam masyarakat sehingga akan memberikan wawasan kepada pemerintah untuk menyadari pentingnya pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia.

Agar hasil dari penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah diperlukan ketepatan dalam memilih suatu metode penelitian agar sesuai dan tepat sasaran pada suatu permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Pendekatan

Pada penelitian ini, digunakan pendekatan yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah dimana hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.6 Dalam menerapkan metode ini digunakan tiga jenis pendekatan yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan perundang-undangan ini berarti penulis akan mengkaji dan

5 Soejono, SH. 2003 .Metode Penelitian Hukum. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Hal. 110 .

6 Amiruddin & Zainal asikin. 2012. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Penerbit Raja Grafindo Persada.Jakarta. hal 118

(10)

memahami hierarki, dan asas asas dalam perundang-undangan. Sehingga penulis juga akan menggunakan pendekatan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Yang kedua pendekatan pendekatan konseptual yang dimana dilakukan dengan cara mengindentifikasi doktrin para ahli dan asas-asas untuk menghasilkan suatu gagasan baru dikemudian hari. Dan yang ketiga adalah pendekatan perbandingan, pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan studi perbandingan hukum. Perbandingan hukum menurut Munir Fuadiy adalah Suatu pengetahuan atau metode mempelajari ilmu hukum dengan meninjau lebih dari satu sistem hukum, dengan meninjau kaidah dan/atau aturan hukum dan/atau yurisprudensi serta pendapat ahli yang kompeten dalam berbagai sistem hukum tersebut, untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan, sehingga dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan dan konsep-konsep tertentu, dan kemudian dicari sebab-sebab timbulnya persamaan dan perbedaan secara historis, sosiologis analitis dan normatif.7 Kegiatan ini dapat dijadikan rekomendasi untuk penyusunan suatu kebijakan baru atau suatu perubahan kebijakan.

7 Munir Fuady. 2010. Perbandingan Ilmu Hukum. Penerbit PT Refika Aditama.

(11)

2. Jenis Bahan Hukum

Pada penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum yang merupakan hasil dari Tindakan oleh suatu lembaga yang berwenang. Antara lain, bahan hukum yang berasal dari analisa perundang-undangan yakni Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Permenkumham No. 21 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Menjelang Bebas, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat Dan Cuti Bersyarat, dan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

b. Bahan Hukum Sekunder

Berasal dari buku, jurnal ilmiah, dan artikel yang berkaitan dengan pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Google, Ensiklopedia, Youtube dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum penelitian ini gunakan adalah studi kepustakaan (library research) yaitu pengkajian berbagai macam informasi

(12)

tertulis mengenai hukum yang diperoleh dari berbagai macam sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif.

4. Teknik Analisa Bahan Hukum

Analisa bahan hukum menggunakan analisa deskriptif kualitatif, dengan cara mengkaji dan menelaah urgensi pembaharuan tahapan asimilasi secara komprehensif yang kemudian dianalisis untuk menemukan pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia tersebut, setelah pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia tersebut didapatkan, selanjutnya akan dirumuskan dan disesuaikan dalam tujuan pemidanaan di Indonesia. Sehingga analisa penulis akan menemukan pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia.

G. Sistematika Penelitian

Dalam menyusun proposal penulisan hukum ini penulis menyusun dalam empat bab yang terdiri atas sub bab agar mempermudah memahami proposal penulisan hukum. Adapun sistematika penelitian adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub bab yang akan memuat diantaranya: 1) latar belakang yang merupakan penjelasan akar dari

(13)

permasalahan yang diangkat serta pengantarnya, 2) rumusan masalah yang menjelaskan permasalahan yang terbagi menjadi dua permasalahan yang akan menjadi fokus permasalahan dalam penulisan ini, 3) tujuan penulisan merupakan pencapaian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam membuat penelitian hukum ini, 4) Manfaat yang menjelaskan kegunaan bagi penulis, pemerintah, dan masyarakat, 5) Metode Penelitian yang digunakan penulis dalam hal ini adalah yuridis normatif, dan 6) Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab tinjauan Pustaka ini berisi deskripsi atau uraian dari teori yang digunakan atau yang melandasi dari penulisan Urgensi pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia. Dalam hal ini menguraikan tentang tinjauan umum tentang urgensi, tinjauan umum tentang pidana, tinjauan umum tentang pemidanaan ,tahap pembinaan warga binaan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa analisa atau kajian jawaban dari alasan pembaharuan tahapan asimilasi di lembaga pemasyarakatan yang relevan dengan tujuan pemidanaan di Indonesia dan mengetahui dalam kasus seperti apa idealnya pembaharuan asimilasi itu diterapkan

BAB IV : PENUTUP

Bab penutup yang menjadi sub bab yakni kesimpulan dan saran dari penulis. Kesimpulan berisi inti dari hasil pembahasan yang didapatkan

(14)

dalam penelitian ini. Sedangkan saran berisikan rekomendasi dari penulis atas beberapa permasalahan yang diangkat.

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini akan mengupas tentang peluang dan tantangan usaha sapi Perah di Jawa Tengah serta upaya-upaya yang akan dilakukan untuk ikut mewujudkan kesadaran masyarakat minum

Di dalam sumber yang sama Rgveda juga ditemukan konsepsi Tuhan yang tunggal sebagai berikut “Ekam sat wiprah bahudha vadanti” hanya satu Tuhan, tapi para bijaksana

In this research, the researcher used error analysis as design of this research, based on Corder (1967) in Agustina (2016) that was determining the data, identifying the

Aplikasi mobile-smarthome ini merupakan aplikasi yang digunakan untuk memudahkan pemilik rumah untuk dapat memantau, mengendalikan pintu,alarm, kunci, kendali kamera dengan

Kevalidan soal secara kualitatif ditunjukkan dari hasil penilaian validator pada tahap expert review yang menyatakan bahwa soal telah baik dari segi konten yaitu

Telah diakui bahwa kepuasan kerja merupakan satu faktor yang berkontribusi terhadap kesehatan mental karyawan, sehingga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Hasil pemeriksaan terhadap kelengkapan dan ketersediaan dokumen mutasi bahan baku dan produksi (LMHHOK) selama periode Agustus 2015 – Juli 2016 auditee telah melakukan

Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty, pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit