15
Universitas Kristen Petra
4. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
4.1 Tinjauan Umum Perusahaan
PT. X adalah perusahaan garmen yang memproduksi tas dan tikar.
Perusahaan ini mengerjakan tas pesanan untuk beberapa perusahaan, seperti Tupperware, Joger dan juga untuk kebutuhan Jemaah Haji Indonesia. Perusahaan ini memiliki unit produksi yang terletak di Jl Raya Geluran Surabaya serta memiliki unit pemasaran dan gudang yang berbeda lokasi.
PT X memiliki sistem perencanaan produksi make to order untuk memenuhi permintaan konsumen. Jam kerja yang berlaku sebagai berikut:
Senin-Jumat : 07.30 - 15.30 Sabtu : 07.30 – 12.3
Jam istirahat : 11.30 – 12.30 (hari senin-jumat)
Para pekerja bekerja dibawah pengawasan supervisor. Supervisor inilah yang bertugas mengawasi serta membagi pekerjaan untuk setiap pekerjanya.
Setiap supervisor akan membawahi satu line kerja yang berisi 7 pekerja.
Supervisor ini menentukan tugas untuk setiap penjahitnya ini berdasarkan kemampuan menjahitnya. Kemampuan menjahit setiap pekerja dinilai oleh supervisor berdasarkan subyektivitas saja karena hanya berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Metode pengecekan di PT. X adalah 100% inspection. Hal ini dilakukan untuk mencegah komplain dari customer.
4.2 Proses Produksi
Tahap dalam proses pembuatan tas ini dimulai dengan melakukan pemotongan bahan baku. Setiap produk tas memiliki banyak jenis bahan baku.
Hasil akhir pemotongan ini kemudian akan didstribusikan ke tiap bagian untuk dijahit. Besar tiap potongan kain sesuai dengan model tas yang diproduksi.
Bahan baku yang telah dipotong ini kemudian akan dijahit per bagiannya,
untuk tas Tupperware ini ada tiga bagian besar yaitu bagian tutup , bagian bawah
16
Universitas Kristen Petra
dan bagian tengah. Bagian tutup terdiri dari pegangan, bagian permukaan dan bagian dalam. Bagian permukaan menggunakan bahan polyester dan bagian dalam menggunakan bahan spunbound. Selain itu ada juga kabel yang digunakan sebagai rangka tas. Sedangkan bagian bawah memiliki bahan yang sama dengan bagian tutup , kecuali tidak dipasangkan pegangan. Bagian tengah ini memiliki ukuran cutting yang berbeda dengan bagian tutup dan bagian bawah, yaitu dengan ukuran 80 cm x 8 cm. Bahan baku bagian tengah untuk permukaaan adalah bahan polyester dengan didalamnya menggunakan bahan spunbound. Ketiga proses ini berjalan bersamaan karena tidak ada ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Ketiga proses ini setelah selesai kemudian akan disatukan, lalu diinspeksi untuk dicek apakah ada kecacatan atau tidak sekaligus dibersihkan serabut yang ada.
4.3 Pengambilan Data Waktu
Data yang diambil digunakan untuk melakukan perhitungan kapasitas awal secara teoritis dibandingkan dengan keaadaan yang sebenarnya. Pengamatan dilakukan pada tanggal 25 Juli hingga 18 Septermber. Pengamatan ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode stopwatch time study. Pengamatan dilakukan pada tiap proses untuk memproduksi tas untuk perusahaan Tupperware.
Pengamatan pada proses produksi bagian bawah ini hanya terdiri dari
satu elemen kerja yaitu menjahit pinggiran bagian bawah. Pengamatan ini
dilakukan untuk mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proses tersebut. Perhitungan waktu dimulai ketika operator memegang bahan yang
akan dijahit dan dianggap selesai ketika meletakan bahan yang telah selesai
dikerjakan. Data waktu untuk proses ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dan data
pengukuran lain dapat dilihat pada lampiran 2.
17
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Data Waktu Proses Menjahit Pinggiran Bagian Bawah Data Waktu(Detik)
38,8 33,2 33,6 38,2 32,8 29,5 36,9 34,6 38,6 39,2 30 38,5 39,6 40,5 36,4 33,6 37,9 34,7 39,7 36,6 31,6 38,2 36,7 33,7 35,7 31,1 38,6 37,9 39,1 34,4 40,3 34,4 34,6 35,3 35,5 34,5 32,7 36,6 33,4 34,2 33,2 41,3 37,8 39,3 34,3 38,8 33,2 40,2 39,3 41,3
Proses ini dilakukan oleh satu orang operator pada tiap mesinnya. Mesin yang digunakan adalah menjahit jahit single needle. Perhitungan waktu baku pada proses ini nantinya juga akan memperhitungkan performance rating serta allowance yang berkaitan dengan nilai kebutuhan operator dan kondisi lingkungan kerja. Proses menjahit pinggiran bagian bawah ini bertujuan untuk memberikan bentuk pada tas serta mengisi kabel yang nantinya akan menjadi rangka tas. Proses menjahit pinggiran bagian bawah menggunakan bahan polyester kemudian ditempelkan dengan bahan spunbound. Proses ini bertujuan untuk memberikan bentuk pada tas serta merekatkan kedua bahan tersebut.
Proses untuk memproduksi bagian atas ini terdiri dari enam elemen kerja.
Elemern kerja tersebut antara lain menjahit polyester dengan pegangan,
membersihkan sisa bordiran, menjahit polyester 17 cm dengan polyester 3 cm,
menjahit spounbound 25 cm dengan polyester 17 cm, menjahit spunbound 25 cm
dengan polyester 25 cm dan menjahit pinggiran. Setiap elemen kerja ini dilakukan
oleh operator yang berbeda-beda. Elemen kerja ini keseluruhan menggunakan
mesin jahit single needle, kecuali untuk membersihkan serabut yang
menggunakan gunting serta menjahit polyester dengan pegangan yang
menggunakan mesin backtracking. Rangkaian proses ini dimulai ketika polyester
yang telah dipotong akan ditempelkan dengan pegangan menggunakan mesin
backtracking. Proses ini kemudian akan dilanjutkan dengan membersihkan
serabut. Proses lain yang bisa dilakukan bersamaaan adalah menjahit polyester 17
18
Universitas Kristen Petra
cm dengan polyester 3 cm yang dilanjutkan dengan menjahit spunbound dengan polyester 17 cm. Hasil dari kedua proses ini kemudian akan djahit menjadi satu lalu dijahit pinggirannya. Perhitungan yang dilakukan pada tiap elemen kerja ini dilakukan dengan cara yang sama yaitu dimulai ketika operator memegang bahan dan berhenti setelah pekerjaan tersebut usai. Perhitungan performance rating dan allowance nantinya akan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan serta
kondisi tempat kerjanya.
Proses untuk memproduksi bagian tengah ini terdiri dari 6 elemen kerja.
Keseluruhan elemen kerja dilakukan dengan menggunakan mesin jahit single needle. Elemen kerja tersebut saling berkaitan dengan elemen kerja yang pertama kali dilakukan adalah menjahit spunbound 80 cm dengan resleting. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan menjahit hasil elemen kerja diatas dengan polyester 80 cm, kemudian akan dipasang kepala resletingnya. Elemen kerja berikutnya adalah memasukkan busa, lalu memasang plastik tempat label dan terakhir menjahit kedua ujungnya menjadi satu. Perhitungan semua elemen kerja ini dimulai ketika operator memegang bahan dan berakhir ketika operator selesai mengerjakannya.
Proses finishing ini dilakukan setelah bagian bawah, bagian atas dan bagian tengah selesai diproduksi. Proses ini terdiri tiga elemen kerja, yaitu menjahit bagian bawah, tengah dan atas menjadi satu. Proses tersebut kemudian dilanjutkan dengan menambahkan polyester 2,5 cm dan terakhir akan dilakukan proses pengecekan sekaligus membersihkan serabut. Keseluruhan elemen kerja ini menggunakan mesin jahit single needle, kecuali pada proses membersihkan serabut yang menggunakan gunting benang.
4.5 Pengujian Data Waktu
Data yang telah didapatkan dari pengamatan ini selanjutnya akan diolah
lebih lanjut dengan cara diuji terlebih dahulu. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang telah didapatkan telah memenuhi syarat untuk
digunakan dalam pengolahan data yang berikutnya. Data-data yang telah berhasil
melewati pengujian akan digunakan untuk tahap berikutnya. Pengujian yang
dilakukan terdiri dari tiga hal, yaitu :
19
Universitas Kristen Petra
Uji Kenormalan
Uji Keseragaman Data
Uji Kecukupan Data
4.5.1 Uji kenormalan Data
Pengujian kenormalan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan ini akan dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat ketelitian 5%. Hipotesa awal yang digunakan dalam pengujian ini sebagai berikut :
H0 : Data pengamatan berdistribusi normal.
H1 : Data pengamatan tidak berdistribusi normal.
Data akan dikatakan gagal tolak H0 apabila nilai p-value > 0.05.
Kesimpulan yang didapatkan jika gagal tolak H0 adalah data pengamatan ini telah berdistribusi normal. Gambar berikut merupakan hasil pengujian kenormal an dari waktu untuk elemen kerja membersihkan serabut.
55 50
45 40
35 30
25 20
99
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
Membersihkan serabut
Percent
Mean 37.54 StDev 6.658
N 50
KS 0.095
P-Value >0.150
Probability Plot of Membersihkan serabut Normal
Gambar 4.1 Grafik Uji Kenormalan Waktu Membersihkan Serabut (Kolomogorov
Smirnov)
20
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa aktivitas membersihkan serabut yang berlangsung pada proses produksi memiliki P-value sebesar >0.150. P-value tersebut lebih besar dari nilai α, hal ini menunjukkan bahwa data waktu membersihkan serabut ini memiliki distribusi normal karena gagal tolak H0. Hasil uji kenormalan yang lain dapat dilihat pada tabel 4.2.
4.5.2 Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data ini dilakukan untuk dapat memastikan bahwa data pengukuran yang didapatkan ini memiliki keseragaman benda dalam ruang lingkup yang sama. Pengujian ini akan dilakukan mengggunakan control chart yang dapat menunjukkan jika data-data yang diperoleh melewati batas LCL(Lower Control Limit ) atau UCL (Upper Control Limit). Data pengamatan akan dinyatakan seragam jika tidak ada data yang melewati batas LCL dan UCL.
Berikut merupakan hasil pengujian keseragaman data dari waktu proses membersihkan serabut.
46 41 36 31 26 21 16 11 6 1 60
50
40
30
20
Observation
Individual Value
_X=37.54 UCL=56.61
LCL=18.48 I Chart of Membersihkan serabut
Gambar 4.2 Grafik Uji Keseragaman Data Waktu Membersihkan Serabut
Grafik pada gambar 4.2 menunjukkan tidak aadanya data yang melewati
batas LCL dan UCL, dengan demikian dapat dikatakan bahwa data waktu
21
Universitas Kristen Petra
membersihkan serabut ini seragam. Hasil pengujian keseragaman data untuk proses yang lain dapat dilihat pada tabel 4.2
4.5.3 Uji Kecukupan Data
Data yang didapatkan dari proses pengamatan yang telah lolos uji keseragaman dan kenormalan data, kemudian akan diuji kecukupan datanya. Uji kecukupan data ini dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang ada atau tidak. Berikut merupakan perhitungan uji kecukupan data dar proses membersihkan serabut.
N = 50
Tingkat kepercayaan 95%
k = 1,96 S = 5 %
N’ = [
N’ = 47,3628
Nilai dari N’ yang muncul menunjukkan data sampel yang dibutuhkan
dalam proses pengamatan. Nilai yang muncul adalah 47,3628 data , sedangkan
jumlah N atau data yang diambil pengamat sebanyak 50 data. Jumlah N yang
lebih besar daripada N’ ini menunjukkan data yang diambil pengamat dikatakan
cukup dan sampel dapat mewakili populasi. Hasil perhitungan uji kecukupan
data lainnya dapat dilihat pada tabel 4.2
22
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Pengujian
Nama Aktivitas
Uji Kenormalan Data Uji Keseragaman
Data
Uji Kecukupan Data
p-value Hasil Jumlah Hasil
Membersihkan
serabut >0.150 Normal Seragam 47,3628 Cukup Menjahit pinggiran
bagian bawah + isi
kabel 0.064 Normal Seragam 10,466 Cukup
Menjahit Pegangan
dengan bagian atas >0.150 Normal Seragam 13,703 Cukup Menjahit Polyester 3
cm dengan polyester
17 cm >0.150 Normal Seragam 36,2208 Cukup Menjahit resleting
dengan spunbound
80 cm >0.150 Normal Seragam 15,1076 Cukup Menjahit Polyester
80 cm dengan
spunbound 80 cm >0.150 Normal Seragam 41,501 Cukup Memasang kepala
resleting >0.150 Normal Seragam 16,3935 Cukup Menjahit Polyester
17 cm dengan
polyester 25 cm >0.150 Normal Seragam 29,8837 Cukup Menjahit Polyester
bagian atas dengan
spunbound 25 cm >0.150 Normal Seragam 12,1735 Cukup
23
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Pengujian (Sambungan)
Nama Aktivitas
Uji Kenormalan Data Uji Keseragaman
Data
Uji Kecukupan Data
p-value Hasil Jumlah Hasil
Memasukkan
busa 0,139 Normal Seragam 18,401 Cukup
Menjahit Plastik >0,150 Normal Seragam 45,6734 Cukup Menyatukan 2
ujung 0,093 Normal Seragam 45,0397 Cukup
Menjahit pinggiran bagian
atas + isi kabel >0,150 Normal Seragam 2,3722 Cukup Menjahit bagian
tengah dengan bagian atas dan
bawah 0,094 Normal Seragam 13,2258 Cukup
Menjahit sisi tas
jadi >0,150 Normal Seragam 17,06 Cukup Memotong sisa
pegangan >0,150 Normal Seragam 39,261 Cukup
4.6 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu baku
Waktu pengamatan yang telah di lolos pengujian sebelumnya, kemudian akan diproses lebih lanjut yaitu perhitungan waktu baku yang digunakan untuk menghitung kapasitas produksi. Perhitungan waktu baku ini diawali dengan menghitung waktu siklus, yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung waktu normal.
4.6.1 Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh pekerja dalam
membuat satu produk dalam satu elemen kerja. Perhitungan waktu siklus
dilakukan dengan cara mencari nilai rata-rata data. Berikut merupakan data
pengamatan untuk proses membersihkan serabut yang dapat dilihat pada tabel 4.4.
24
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Data Waktu Aktivitas Membersihkan Serabut Data waktu (dalam detik)
45,3 45,5 53,4 36,3 27,9
43,3 30,5 25,9 33,3 29
43,7 46,1 48,2 37,4 29,3 36,9 44,3 34,1 28,2 44,5 30,5 39,2 41,9 42,9 36,8 39,1 33,3 42,3 28,1 28,9 36 46,4 35,6 37,8 38,2 36,2 42,3 38,8 35,7 43,5
41,1 38 39 26,5 27,7
42,7 40,3 44,2 26,1 35
Waktu siklus dapat dihitung dengan cara menjumlahkan semua data kemudian dibagi dengan jumlah data yang didapatkan. Berikut merupakan perhitugan waktu siklus pada proses membersihkan serabut .
N = 50 Xi = Data ke-i Ws =
= 45,3+ 43,3 + 36,9 +…..+38,2+ 43,5 + 27,7+35/50
= 1877,2/ 50
= 37,544 detik
Waktu yang ditemukan setelah proses perhitungan merupakan waktu
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melakukan pekerjaaan
membersihkan serabut yaitu sebesar 37,544 ddetik. Waktu yang ditemukan ini
akan digunakan sebagai waktu standar yang dibutuhkan pekerja tanpa melihat
performance rating dan allowance yang dibutuhkan oleh pekerja.
25
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Performance Rating Operator
Keterangan :
OP 1 = Aktivitas membersihkan serabut OP 6 = Menjahit polyester 80 cm dengan spunbound 80 cm OP2 = Aktivitas Menjahit pinggiran bagian bawah + isi kabel OP 7 = Memasang kepala resleting
OP 3 = Menjahit pegangan dengan bagian atas OP 8 = Menjahit polyester 17 cm dengan polyester 25 cm OP4 = Menjahit Polyester 3 cm dengan polyester 17 cm OP 9 = Menjahit polyester bagian atas dengan spunbound 25 cm OP5= Menjahit resleting dengan spunbound 80 cm OP 10 = Memasukkan busa
OP 11= Menjahit Plastik OP 12 = Menyatukan 2 ujung
Performance Rating
Operator
OP1 OP2 OP3 OP4 OP5 OP6 OP7 OP8 OP9 OP10 OP11 OP12 OP13 OP14 OP15 OP16 Skill 0,06 0,08 0,06 0,08 0,08 0,03 0,06 0,08 0,06 0,08 0,06 0,08 0,06 0,08 0,08 0,08 Effort 0,08 0,08 0,08 0,05 0,05 0,08 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,02 0,02
Condition 0 0 0.02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Consistency 0,01 0,03 0,03 0,03 0,01 0,01 0,03 0,04 0,03 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,01 0,03
Total 0,15 0,19 0,19 0,16 0,14 0,12 0,14 0,17 0,14 0,17 0,14 0,16 0,14 0,16 0,11 0,13
26
Universitas Kristen Petra
Keterangan :
OP13 = Menjahit Pinggiran bagian atas + isi kabel
OP 14 = Menjahit bagian tengah dengan bagian atas dan bawah OP 15 = Menjahit sisi tas jadi
OP 16 = Memotong sisa pegangan 4.6.2 Waktu Normal
Penghitungan waktu yang berikutnya adalah perhitungan waktu normal.
Perhitungan waktu normal ini dilakukan karena tidak adanya standar kerja yang sama. Tabel performance rating yang telah ditentukan dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tahap selanjutnya setelah menentukan performance rating adalah tahap perhitungan waktu normal. Berikut merupakan salah satu perhitungan normal untuk aktivitas membersihkan serabut yang dilakukan oleh operator 1 dengan performance rating 0,15.
WN = WS x P
WN = 37,544 x (1 + 015) WN = 43,1756 detik
Hasil perhitungan yaitu sebesar 43,1756 detik ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator dengan mempertimbangkan faktor performance rating dari operator. Perhitungan waktu ini normal ini akan
dilakukan untuk setiap elemen kerja.
4.6.3 Waktu Baku
Perhitungan waktu yang dilakukan berikutnya setelah menemukan waktu
siklus adalah menghitung waktu baku. Perhitungan waktu ini digunakan untuk
menghitung kapasitas produksi. Perhitungan waktu baku ini akan
mempertimbangkan faktor performance rating dan faktor allowance dari setiap
operator. Tabel allowance untuk perhitungan waktu baku ini dapat dilihat pada
tabel 4.6.
27
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Daftar Allowance Operator
Allowance
Operator OP1
OP 2
OP 3
OP 4
OP 5
OP 6
OP 7
OP 8
OP 9
OP1 0
OP1 1
OP1 2
OP1 3
OP1 4
OP1 5
OP1 6 Tenaga yang
dikeluarkan 2% 4% 1% 4% 4% 4% 2% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 2% 4%
Sikap kerja 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1%
Gerakan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kelelahan mata 7,5% 7% 7% 7% 7% 7% 6% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 6%
Keadaan temperatur
tempat kerja 5% 5% 2% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Keadaan Atmosfer 2% 3% 1% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 2% 3%
Keadaan lingkungan
yang baik 3% 5% 4% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Personal needs 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 2% 4%
Total
24,5
% 29
% 20
% 29
% 29
% 29
% 26
% 29
% 29
% 29% 29% 29% 29% 29% 24% 28%
28
Universitas Kristen Petra
Penentuan nilai allowance ini didasarkan pada faktor-faktor yang berpengaruh dan yang tertera di dalam tabel allowance. Allowance ini akan menunjukkan kondisi yang dialami operator selama didalam pabrik. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai nilai allowance yang diberikan kepada operator.
1. Allowance untuk tenaga yang dikeluarkan memiliki nilai sebesar 1 % untuk operator , 2% untuk operator 2 dan operator 15 serta sisanya memiliki nilai 4%. Keseluruhan elemen kerja ini dilakukan dalam posisi duduk. Operator 1 mendapat nilai 1 % karena hanya bertugas untuk membersihkan serabut sehingga tidak terlalu membutuhkan tenaga. Operator 2 mendapat nilai 2 % karena menggunakan mesin jahit yang semi otomatis, sehingga hanya perlu menempatkan posisinya dan menunggu pekerjaan tersebut selesai. Operator 15 mendapat nilai sebesar 2 % Karena operator yang mengerjakan berjenis kelamin laki-laki, sehingga memiliki kapasitas tenaga yang lebih besar.
Operator lainnya mendapat nilai sama karena berjenis kelamin sama dan melakukan pekerjaan yang hampir sama.
2. Allowance untuk sikap kerja diberi nilai sebesar 1 % untuk semua pekerjaan.
Hal ini dikarenakan keseluruhan pekerjaan dilakukan dalam posisi duduk dan melakukan pekerjaan tertentu seperti menjahit atau membersihkan serabut.
3. Allowance untuk gerakan kerja diberikan nilai sebesar 0% untuk keseluruhan pekerjaan. Hal ini dikarenakan operator tidak membawa benda yang berat disetiap pekerjaannya. Operator 1 contohnya, hanya memegang gunting benang yang tentunya tidak terlalu membebani.
4. Allowance yang diberikan untuk kelelahan mata sebesar 7.5 % untuk operator 1, 6 % untuk untuk operator 7 dan operator 16 serta sisanya 7 %. Operator 1 diberi allowance lebih tinggi karena harus melihat dengan teliti dalam membersihkan serabut , sedangkan operator 7 dan operator 16 diberi nilai lebih rendah karena pekerjaannya tidak terlalu membutuhkan ketelitian.
5. Allowance untuk keadaan temperatur tempat kerja memiliki nilai allowance 5
%. Nilai allowance tersebut untuk operator yang berada dilantai produksi
biasa, kecuali untuk operator 3 yang berada diruangan yang memiliki
pendingin udara. Operator 3 ini memiliki nilai allowance 2%.
29
Universitas Kristen Petra
6. Allowance untuk keadaan atmosfer diberikan nilai sebesar 3% untuk operator yang berada dilantai 2 dan 2 % untuk yang berada di lantai 1 serta 1 % untuk yang berada diruangan khsusu seperti operator 3.Penilaian ini didasarkan pada keadaan lantai 2 yang terasa lebih pengap dibandingkan lantai 1 yang memiliki sirkulasi udara yang lebih baik.
7. Allowance untuk keadaan lingkungan yang diberikan allowance masing- masing 5 % untuk semua operator yang bekerja dengan mesin jahit dan 3 % untuk yang membersihkan serabut serta 4 % untuk yang bertugas diruangan khusus. Allowance untuk keadaan lingkungan kerja ini diberikan sebesar 5 % karena suara bising yang ditimbulkan dari mesin jahit yang bekerja. Operator memiliki allowance lebih kecil karena berada dilokasi yang tidak terlalu dekat dengan mesin jahit sehingga tidak bising.
8. Allowance untuk personal needs diberikan sebesar 2 % untuk pekerja pria dan 4 % untuk pekerja wanita. Hal ini dikarenakan operator juga memerlukan waktu untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Kebutuhan pribadi yang dimaksud disini adalah untuk minum dan buang air kecil.
Penentuan allowance setelah dilakukan, dilanjutkan dengan perhitungan waktu baku. Berikut merupakan perhitungan waktu baku untuk proses membersihkan serabut.
WB= WN x
WB = 43,1756 x (100% /100%- 21,5%) WB = 55,0007 detik
Waktu yang didapatkan sebesar 55,0007 detik ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan sebuah aktivitas.
Perhitungan waktu baku ini dilakukan pada elemen kerja yang menggunakan
bantuan operator. Hasil Perhitungan waktu baku yang lain dapat dilihat pada
rekapitulasi waktu baku di tabel 4.7.
30
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.7 Rekapitulasi Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku (dalam detik)
Nama Aktivitas
Waktu Siklus Waktu normalWaktu Baku
Jumlah OperatorMembersihkan serabut
37,544 43,175657,168225
3Menjahit pinggiran
bagian bawah + isi kabel
36,202 43,0803860,67679
1
Menjahit Pegangan
dengan bagian atas
23,568 28,0459235,0574
1
Menjahit Polyester 3 cm
dengan polyester 17 cm
7,782 9,0271212,7412
1
Menjahit resleting dengan
spunbound 80 cm
17,44 19881628,002
1
Menjahit Polyester 80 cm
dengan spunbound 80 cm
9,982 11,1798415,7465
1
Memasang kepala
resleting
7,82 8,914812,047
1
Menjahit Polyester 17 cm
dengan polyester 25 cm
17,458 20,4258628,7688
1
Menjahit Polyester
bagian atas dengan
spunbound 25 cm
9,946 11,3884415,9696
1
Memasukkan busa
15,772 18,4532424,93681
1Menjahit Plastik
10,054 11,4615616,14304
1Menyatukan 2 ujung
1,59 1,84442,5977
1Menjahit pinggiran
bagian atas + isi kabel
21,89 23,954635,14732
1
Menjahit bagian tengah
dengan bagian atas dan
bawah
27,362 31,7399244,70411
1
Menjahit sisi tas jadi
65,606 72,8226695,81929
3Memotong sisa pegangan
7,046 7,9619811,05831
14.6.4 Total Waktu Baku
Total waktu baku akan dihitung pada setiap proses pembuatan tas
Tupperware ini. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan total waktu yang
dibutuhkan operator untuk menghasilkan satu produk. Total waktu baku
digunakan untuk menghitung kapasitas produksi yang ideal. Peta proses operasi
dari proses pembuatan tas Tupperware dapat dilihat pada gambar 4.3
31
Universitas Kristen Petra
PETA PROSES OPERASI
NAMA OBJEK : TAS TUPPERWARE COOL AND CHIC
NOMOR PETA : 1
DIPETAKAN OLEH : ALDO CHRISTIANTO S TANGGAL DIPETAKAN : 30 SEPTEMBER 2014
kabel
Menjahit dan mengisi pinggiran dengan
kabel benang
benang
Menjahit pegangan
dengan bagian atas
coklat
O-5 Menggu
nting sisa Pegang
an
benang
Menjahit bahan polyester 17
cm hijau dengan polyester 3cm
Menjahit polyester 25
cm cokelat dengan polyester 17
cm hijau benang
benang
Menjahit spunboun d 25 cm dengan polyester 25 cm cokelat kabel
benang
benang
Menjahit resleting dengan spunbound 80 cm
benang
Menjahit polyester 80 cm dengan spunbound 80 cm Kepala
resleting
Memasang kepala resleting
benang
Memasukkan busa
Menjahit plasik tempat label Plastik
benang
benang
Menjahit 2 ujung bagian sisi
menjadi 1
Menjahit 2 sisi dengan bagian tengah
Menjahit sisi tas dengan polyester
2,5 cm
Membersihkan serabut 60,6767
11,05831 Spunb
ound 25 cm Polyester
2,2 cm hijau Polyester 25 cm
cokelat
Pegangan Polyester 25
cm cokelat
Polyester 3cm Polyester 17cm
hijau
Spunbound 25 cm hijau
Menjahit dan mengisi pinggiran dengan
kabel
Spunbound 80 cm
Relsleting
busa
benang
Polyester 2,5 cm
benang O-1
I-1
O-2 I-2
O-3 I-3
0-4 I-4
O-6 I-5
O-7
I-6 O-8
I-7
O-9 I-8
O-10 I-9
O-11 I-10
O-12 I-11
O-13 I-12
O-16 I-15 O-15 I-14 O-14
I-13 Polyester hijau
80 cm
35,0574 12.7412 28,002
15.7465
28,7688
15,9696
35,14732
12,0470
24,93681
16,14304
2,5977
57,16822 95,81929
44,70411
485,5249
11,05831
496,5823
Gambar 4.3 Peta Proses Operasi
32
Universitas Kristen Petra
4.6.7 Kapasitas Produksi
Perhitungan kapasitas produksi ini dilakukan untuk mengetahui output dari perusahaan. Perhitungan ini dilakukan dengan cara membagi waktu efektif produksi dengan waktu baku terpanjang. Waktu efektif produksi didapatkan dari jam kerja setiap harinya dikurangi dengan waktu istirahat.
Kapasitas =
Kapasitas =
= 563,7079~ 564 tas/hari
Jumlah tas yang mampu diproduksi setiap harinya dengan memperhitungan allowance yang ada adalah sebanyak 564 tas. Perhitungan ini didapatkan dengan asumsi jam kerja selama tujuh jam dan pekerja sebanyak 20 orang.
4.7 Perbandingan Kapasitas Ideal dengan Output Produk yang Baik Kapasitas tas yang dapat diproduksi dapat dihitung berdasarkan waktu baku yang telah didapat. Hasil perhitungan kapasitas ideal ini akan dibandingkan dengan output produk yang baik. Perbandingan ini akan digunakan untuk menentukan apakah hasil produksinya mencapai kapasitas maksimal atau belum.
Perbandingan kapasitas ini dapat dilihat pada tabel 4.8. Jumlah output produk baik hanya sekitar 24,81 % dari kapasitas idealnya. Rendah jumlah output produk yang baik ini juga dipengaruhi oleh tingginya jumlah produk produk yang harus di rework . Data minggu pertama bulan agustus 2014 menunjukkan dari 2800 tas
yang diproduksi, 800 tas (28 %) diantaranya harus di rework.
Tabel 4.8 Perbandingan Kapasitas Ideal dan Output Produk yang Baik
Jenis Tas
Output Produk yang Baik
Kapasitas
Ideal Selisih %
Pencapaian
Tupperware 139,9 563,7079 423,8079 24,81%
33
Universitas Kristen Petra
4.8 Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di PT X ini antara lain adalah pekerja yang tidak mencapai target, produktivitas yang menurun setelah pukul 14.30, pekerja yang tidak mencapai target, dan output menurun sehari setelah adanya pengiriman barang.
4.8.1
Output Menurun Setelah Pukul 14.30Pekerja di PT X ini bekerja setiap hari senin sampai sabtu, dengan jam kerja untuk hari senin sampai jumat dimulai pukul 07.30 sampai 15.30. Grafik tersebut sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Ketika hari senin-Jumat mulai sekitar pukul 14.30 para pekerja mulai tidak fokus lagi dengan pekerjaannnya. Kebanyakan dari pekerja bekerja sambil mengobrol dengan rekan kerjanya. Tabel 4.9 merupakan data output dari pekerjaan menyatukan bagian tengah, atas dan bawah. Data output tersebut dilihat perjamnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jam kerja mana yang paling sedikit outputnya. Tabel 4.9 menunjukkan output produksi menurun saat yang diambil data pukul 14.30-15.30.
Tabel 4.9 Data Output Perjam
Jam Output
07.30-08.30 73
08.30-09.30 71
09.30-10.30 69
10.30-11.30 69
12.30-13.30 71
13.30-14.30 70
14.30-15.30 65
4.9.2 Pekerja tidak Mencapai Target
Sistem pengupahan di PT X ini berdasarkan upah borongan, yaitu jumlah
yang dapat dikerjakan setiap harinya dengan mempertimbangkan pemberian upah
standar minimum. Pekerja di PT X jika dapat menjahit melebihi target maka akan
mendapatkan upah yang lebih, sedangkan jika tidak mencapai target hanya akan
34
Universitas Kristen Petra
mendapatkan upah minimum. Berikut merupakan gambar yang menunjukkan persentase pekerja yang tidak mencapai target pada bulan januari 2014.
Gambar 4.4 Perbandingan Pekerja yang Mencapai Target
Total pekerja pada bulan januari 2014 sebanyak 139 orang, 132 orang diantaranya tidak mampu mencapai target. Hal ini menimbulkan selisih upah yang harus ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp 20.420.100,00 dapat diangggap sebagai kerugian bagi perusahaan. Jumlah pekerja yang tidak mencapai target untuk bulan Februari 2014 mengalami peningkatan menjadi 151 orang. Hal ini membuat perusahaan harus menanggung selisih upah sebesar Rp 6.813.100,00.
4.9.3
Output Menurun Sehari setelah Pengiriman Barang.Pengiriman barang jadi ke customer ternyata mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Pengiriman barang, khususnya pada hari jumat akan menyebabkan output pada keesokan harinya akan menurun. Pengiriman barang ini ditentukan berdasarkan purchase order yang dibuat. Tanggal dari purchase order ini dapat dilihat juga pada Surat Perintah Kerja (SPK) yang dibuat.
SPK untuk produk tas Tupperware ini dibuat untuk jangka waktu bulan
Mei sampai Februari 2015, yang kemudian dibagi lagi kedalam beberapa
purchase order. Setiap purchase order terdiri dari pesanan sebanyak tiga puluh
ribu unit yang harus terpenuhi pada tanggal yang ditentukan.
35
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.5 SPK Untuk Tas Tupperware
Barang yang dipesan berdasarkan purchase order dapat dikirim dalam tiga sampai tujuh kali pengiriman. Prosedur pengiriman barang dimulai ketika tas yang telah diproduksi terkumpul sekitar 7000 unit. Kepala pabrik kemudian akan menyewa truk untuk mengirimkan produk jadi tersebut ke customer. Kapasitas truk tersebut maksimal dapat terisi sekitar 11000 unit tas. Truk yang disewa tersebut tidak hanya digunakan untuk mengangkut tas saja, tetapi juga digunakan untuk mengirim barang lain ke cabang PT. X di Jakarta, sehingga rata-rata hanya sekitar 7000 unit tas yang dikirim dalam sekali pengiriman.
Pemilihan hari pengiriman ini juga mempengaruhi output produksi dari
PT X. Hal ini ditunjukkan pada grafik output produksi di gambar 4.6 . Pada
gambar 4.6 yang dimaksud dengan ada pengiriman adalah PT X mengirim barang
ke Tupperware pada hari jumat.
36
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.6 Perbandingan Output Produksi Hari Sabtu Bulan Mei- November Untuk mengetahui adanya perbedaan tersebut maka dilakukan pengujian menggunakan metode two sample t. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
1. Ho: µ1 = µ2 2. H
1: µ1< µ2
Dengan µ1 merupakan rerata dari output hari sabtu saat ada pengiriman sehari sebelumnya, sedangkan µ2 merupakan mean dari rerata output hari sabtu saat tidak ada pengiriman sehari sebelumnya.
Tabel 4.10 merupakan hasil pengujian yang dilakukan menggunakan minitab.
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Two Sample T Two-sample T for Ada vs Tidak
N Mean StDev SE Mean
Ada 14 865 523 140
Tidak 10 1382 553 175
Difference = mu (Ada) - mu (Tidak) Estimate for difference: -516 95% CI for difference: (-987, -46) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -
2,31
P-Value = 0,033 DF = 18
37
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 menunjukkan nilai P-value sebesar 0,033, nilai P-Value ini jika dibandingkan dengan alfa (0,05) menunjukkan nilai yang lebih kecil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil tolak hipotesis null dan menunjukkan rata-rata output produksi ketika ada pengiriman hari jumat lebih kecil dari rata-rata output produksi ketika tidak ada pengiriman.
4.9 Usulan Perbaikan
Berdasarkan analisa yang dilakukan pada permasalahan yang terjadi di PT X, maka akan diberikan usulan perbaikan. Perbaikan ini akan dilakukan pada faktor yang dianggap menyebabkan produktivitas dari PT X tidak maksimal.
4.9.1 Perubahan Hari Pengiriman
Perubahan hari pengiriman yang dimaksud adalah menghindari mengirim barang jadi pada hari jumat. Sesuai dengan penjelasan permasalahan yang terjadi, pengiriman yang dilakukan pada hari jumat akan mengurangi jumlah output produksi di hari sabtu. Sedangkan jika pengiriman dilakukan diantara hari senin- kamis maka tidak akan mempengaruhi output produksi keesokan harinya.Perubahan hari pengiriman ini seharusnya dapat dilakukan karena hari pengiriman ditentukan oleh PT X. Tabel 4.11 berisikan output rata-rata di hari sabtu pada bulan Mei sampai November yang dibedakan berdasarkan ada tidaknya pengiriman di hari jumat.
Tabel 4.11 Output produksi rata-rata Pengiriman output rata-rata
Tidak pengiriman 1381
ada pengiriman 865
4.9.2 Penentuan Target Produksi Tiap Proses
Kondisi saat ini di PT. X , setiap pekerja tidak memiliki target produksi
yang harus selesai dijahitnya setiap hari. Pekerja hanya memiliki target jumlah
yang harus diproduksinya agar mendapatkan insentif. Target yang ditetapkan
38
Universitas Kristen Petra