• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit pertama masuk di Indonesia pada tahun 1848, di bawah dari Mauritius dan Amsterdan oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagai keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura.

Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.277 Ha pada tahun 1916 menjadi 92.307 Ha pada tahun 1983.

Sebagai areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikan perkebunan ini digantikan oleh perusahaan-perusahaan asing di Eropa. Pada tahun 1957, pemerintah Republik Indonesia menasionalisasikan (mengambil alih) seluruh perkebunan milik asing menjadi perusahaan milik negara. Perkebunan kelapa sawit di

(2)

Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalanannya mengalami pasang surut.

2.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dapat dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan varietas lain.

2.2.1 Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung

Berdasarkan tebal tipisnya tempurung, kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas utama, yaitu :

a. Varietas Dura

Tempurung cukup tebal (2-8 mm), daging buah tipis. Persentase daging buah terhadap buah 35-50%, inti buah (kernel) besar, tetapi kandungan minyaknya rendah. Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Dura selalu dijadikan sebagai tanaman betina (ibu) oleh pusat-pusat penelitian.

b. Varietas Psifera

Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak pada inti rendah, karena ukuran kernelnya sangat kecil. Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan (bapak) atau sebagai penghasil tepung sari.

(3)

c. Varietas Tenera

Merupakan persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera (P) sehingga sifat-sifat morfologi dan anatomi varietas ini (DxP) merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya. Tebal tempurung varietas Tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentase daging buah terhadap buah 18-23%, dan kandungan minyak inti 5%.

2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah

Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut :

1. Nigrescens, Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak.

2. Virescens, Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan sisa-sisa warna hijau.

3. Albescens, Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan jika sudah tua/masak.

Diantara ketiga varietas di atas, Nirescens paling banyak dibudidayakan. Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian oleh lembaga-lembaga penelitian.

2.3 Buah Kelapa Sawit

Hasil utama perkebunan kelapa sawit adalah buah kelapa sawit. Selanjutnya buah kelapa sawit diproses ( ekstraksi ) di pabrik penggilingan (mill) sehingga

(4)

menghasilkan ekstrak, berupa minyak kelapa sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil).

Pada kelapa sawit, minyak diambil dari dua sumber. Pertama hasil ekstraksi sabut sebagai sumber utama, dan kedua, dari inti buah yang berada dibagian dalam tempurung. Sabut pada kelapa sawit disebut daging buah, sedangkan inti buah yang terdapat di bagian dalam tempurung disebut kernel. Hasil ekstraksi sabut kelapa sawit adalah CPO, sedangkan hasil ekstraksi inti buah adalah KPO. CPO dan KPO merupakan minyak kelapa sawit mentah dan merupakan hasil industri hulu yang selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, nonpangan, dan industri

2.4 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari dan lain-lain.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, detergen, BBM, dan lain-lain). 2.4.1 Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah:

a. Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk keperluan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain) tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, detergen, BBM, dan lain-lain).

b. Inti sawit yang menghasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan sabun, minyak goreng, kosmetik dan sebagainya.

(5)

c. Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan baker.

d. Tandan kosong untuk bahan baker ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk kalium e. Ampas lumatan daging buah untuk bahan baker ketel uap (Hadi,2004).

2.5 Panen

Kelapa sawit biasanya sudah mulai berbuah pada umur 3-4 tahun setelah persemaian. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah ( Tim Penulis, 1997). Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat dipanen seteleh berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan ( Naibaho, 1998 ).

Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Hal ini disebut dengan istilah membrondol ( Tim Penulis, 1997 ).

2.5.1 Fraksi Tandan Buah Segar (TBS)

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat ditentukan oleh faktor ini. Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2 dan 3.

(6)

Tabel 2.1 Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan 1 2 3 Mentah Matang Lewat Matang 00 0 1 2 3 4 5

Tidak ada, buah berwarna hitam 1 – 12,5% buah luar membrondol 12,5 – 25% buah luar membrondol 25 – 50% buah luar membrondol 50 – 75% buah luar membrondol 75 – 100% buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk

Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat Matang I Leawat Matang II ( Tim Penulis, 1997 ).

2.6. Pengolahan Kelapa Sawit

Tahap – tahap pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) adalah sebagai berikut:

2.6.1 Tempat Pemungutan Hasil (TPH)

Sebelum diolah dalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS), tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima ditempat pemungutan buah kemudian diangkut ke stasiun penerimaan buah untuk ditimbang dijembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp).

(7)

2.6.1.1 Jembatan Timbang

Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta saat keluar (berat truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih.

2.6.1.2 Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang dijembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk kemudian dilakukan penyortasian. Penyortasian dilakukan berdasarkan kriteria kematangan buah , hal ini bertujuan pada penentuan rendemen minyak. Loading ramp merupakan merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi plat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45o. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan dengan hidrolik sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,5 ton TBS.

(8)

2.6.1.3 Stasiun Rebusan (Sterilizer)

A. Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer.

B. Sterilizer yang digunakan adalah berkapasitas 8 lori atau setara 20 ton TBS. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap temperatur 135oC dan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dengan waktu siklus 90-100 menit.

C. Tujuan dari perebusan TBS adalah :

a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid. b. Memudahkan pemipilan brondol dari tandan.

c. Penyempurnaan dalam pengolahan.

d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.

Gambar 2.2. Rebusan (Sterilizer) Main Inlet

Aux. Inlet Exhaust

Savety Valve

Mechanical Interlock

Bleed Valve

Dearerator

Condensate Electrical Interlock Switch

(9)

2.6.1.4 Stasiun Pemipilan (Stripper)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan kealat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara tandan kosong yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh elevator, kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper.

2.6.1.5. Stasiun Pencacahan (Digester)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan/ pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan/ pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pemecah dibagian didalamnya.

Fungsi dari stasiun digester adalah untuk melumatkan daging buah, memisahkan daging buah dengan biji, mempersiapkan feeding fresser, mempermudah proses di presser, memecahkan oil cell.

2.6.1.6 Stasiun Pengempaan (Presser)

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk kealat pengempaan yang persis dibagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan

(10)

screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan tertekan oleh sliding cone. Dengan demikian, minyak dari bubur buah terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage,sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.

Gambar 2.3 Screw Press

2.6.1.7 Pemurnian (Clarifier)

Minyak hasil pengempaan dialirkan (masuk) ke sand trap tank (penangkap pasir) lalu menuju vibro separator untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil tank). Selanjutnya dikirim ke Vertical Clarifier Tank (VCT), di VCT proses pemisahan dilakukan berdasarkan berat jenis antara minyak, air dan sludge, dimana minyak yang ringan akan keatas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.

Hidraulic Cones Presscake Gearbox Worm Screw Gear Electromotor V-Belt

(11)

Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di pabrik kelapa sawit, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung didalamnya, lalu dialirkan kembali ke VCT lalu dikirim ke oil tank.

Dari oil tank minyak dimurnikan kembali melalui oil purifier, setelah itu dikirim ke vacuum drier untuk dihilangkan kandungan air yang ada didalam minyak dan siap dikirim ke tangki penimbunan (storage tank) (Pahan, 2007).

Gambar 2.4 Vertikal Clarifier Tank

2.7. Pengolahan Inti Sawit

Pengolahan biji dimaksudkan untuk memperoleh inti sawit yang berasal dari dari biji sawit (nut). Adapun tahap-tahapan pengolahan biji adalah sebagai berikut:

Ke Oil Tank

Skimer

Dari Dist. Tank

Ke Sludge Tank

Stirrer

Steam Injection Steam Coil

(12)

A. Cake Breaker Conveyor

Cake (ampas campur biji) yang berasal dari perasan dimasukkan ke dalam cake breaker conveyor. Alai ini berupa tulang yang memiliki dinding rangkap dan terdapat as screw yang mempunyai pisau-pisau pemecah.

B. Depericarper

Depericarper merupakan tromol panjang dan tegak yang memiliki blower pengisap campuran ampas dan biji. Di dalam alat ini, ampas terisap ke fibre cyclone yang selanjutnya bisa dijadikan bahan bakar untuk ketel uap. Sementara itu, bijinya jatuh ke nut polishing drum.

C. Nut Polishing Drum

Alat ini berupa drum dengan kerangka berputar dan memiliki plat pada as-nya. Biji kelapa sawit yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk ke dalam alat ini. Akibat putaran drum tersebut, biji-biji akan diproses (dilepaskan serat-seratnya yang masih tertinggal pada biji) oleh plat yang pada as.

D. Nut Elevator

Nut Elevator berfungsi untuk mengangkut biji yang telah dipolish atau dipisahkan dari kotoran polishing drum menuju Nut Silo.

E. Nut Silo

Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Kebersiahan shaking grade pada nut silo harus diperhatikan karena

(13)

berpengaruh terhadap troughput nut silo,agar nut yang terolah sesuai dengan aturan First In First out (FIFO). Jumlah nut silo ada 2 unit.

F. Pemecah Biji ( Ripple Mill )

A. Fungsi dari ripple mil adalah memecah nut. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah:

a. Kualitas dan kuantitas umpan b. Kondisi ripple plate dan rotor bar

c. Jarak atau clearance antara cover dengan rotor d. Jumlah bar

B. Kualitas umpan dipengaruhi oleh :

1. Kekoplakan nut, kalau nut tidak koplak, maka banyak inti yang lekat pada cangkang

2. Jenis buah ( dura atau tenera ) 3. Ukuran nut

4. Kadar air yang terkandung pada nut

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inti pecah yang keluar dari ripple mill adalah :

a. Clearanceantara ripple plate dengan rotor bar terlalu kecil b. Umpan yang terlalu banyak (Berlebihan)

c. Nut terlalu kering

d. Presentasinut pecah pada umpan terlalu besar

G. Light Tenera Dust Separator (LTDS) A. Fungsi dari LTDS adalah :

(14)

1. Memisahkan cangkang, inti utuh dan inti pecah 2. Membawa cangkang untuk bahan bakar boiler B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LTDS

1. Hisapan (

adalah : dumper airlock danfan

2. Kebocoran ducting

)

3. Kualitas dan kuantitas umpan 4. Desain

5. Adjustment dumper column

H. Hydrocyclone

Inti dan cangkang masih tercampur akan dipisahkan dalam alat ini berdasarkan gaya sentrifuge dan perbedaan berat jenis. Berat jenis cangkang 1,3 dan berat jenis inti 1,08.

A. Fungsi Hydrocyclone adalah alat untuk mengutip kembali inti yang terikut dengan cangkang, mengurangi loses inti pada cangkang dan kotoran.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja hidrocyclone adalah : a. Kondisi clone

b. Kulitas dan kuantitas umpan c. Penyetelan vortex finder d. Kondisi baffle

Sistem kerja hidrocyclone untuk memisahkan cangkang dengan inti secara basah berdasarkan berat jenis dengan gaya sentrifugal, berat jenis yang lebih ringan akan naik keatas melalui vortex finder dengan masuk kedalam dewatering drum, sedangkan cangkang yang berat jenisnya lebih berat akan turun kebawah melaui conus

(15)

dan masuk kedalam kompartment II. Cangkang yang masih bercampur inti dihisap oleh pompa dan ditekan kedalam tabung pemisah II mengakibatkan inti naik keatas melaui vortex finder dan dikembalikan kedalam kompartment I. perlu diperhatikan jika persentase inti dalam cangkang terlalu tinggi maka vortex finder diturunkan, sebaliknya jika persentase cangkang dalam inti tinggi maka vortex finder dinaikkan. Hasil inti yang telah bersih keluar dan masuk ke Wet Kernel Transport Fan menuju kernel silo sedangkan cangkangnya masuk ke Wet Shell Transport Fan menuju

Penurunan inti harus benar-benar diawasi dengan cermat dan jangan sampai lengah yang mengakibatkan kadar air pada inti produksi tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya adalah :

Shell Hopper.

a. Kebersihan Blower . b. Kebocoran heater fan. c. Kebersihan Shaking grate. d. Steam

I. Kernel Dryer

A. Fungsi dari kernel dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung didalam inti produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel dryer adalah :

a. Temperatur.

b. Waktu.

c. Kualitas dan kuantitas umpan d. Kondisi dan kebersihan heater e. Steam supply, steam trap, strainer

(16)

f. Kondisi blower/fan

g. Kebersihan kisi-kisi dalam silo h. FIFO

B. Pada kernel dryer ada tiga tingkat temperatur yaitu a. Bagian atas : 50oC

b. Bagian tengah : 60oC c. Bagian bawah : 70oC

J. Kernel Storage

Fungsi dari kernel storage adalah untuk menyimpan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap air yang masih terkandung didalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi didalam storage lembab. Kernel storage yang ada di PKS Rambutan ada 1 unit.

(www.scribd.com › School Work › Study Guides, Notes, & Quizzes)

2.8 Inti Sawit

Inti sawit merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya dan selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50%. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung di dalamnya (disebut minyak inti) diekstraksi dan sisanya atau bangkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak.

(17)

Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada waktu perebusan yaitu sekitar 130oC. Suhu kerja maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang berubah warna. Brondolan buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya adalah lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.

Tabel 2.2 Sifat Fisik Minyak Inti Sawit

Sifat fisik Range

Berat Jenis pada 99/15,5oC 0,860 – 0,873 Indeks refraksi pada 40oC 1,449 – 1,452

Bilangan Iodium 14 – 22 Bilangan Penyabunan 245 – 255 Zat tak tersabunkan % Tak lebih 0,8

Titik lebur, oC 24o – 26o Titik padat, oC 20o – 26o

Pada umunya jika tandan dibiarkan 45 – 60 menit saja pada tekanan uap jenuh 2,5 kg/cm2 dalam rebusan, hanya sedikit inti sawit yang mengalami perubahan warna, minyaknya akan berwarna kuning muda. Dalam hal warnanya cokelat tua atau lebih gelap minyaknya akan sukar atau tidak dapat dipucatkan. Demikian juga minyak dari inti sawit yang berasal dari inti yang kurang kering atau dari inti yang disimpan basah. (Mangoensoekarjo,2003)

(18)

2.8.1 Komposisi Biji Inti Sawit

Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian yang disebut protein yang tak dapat diekstrak yang mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati, tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Komposisi rata-rata inti sawit dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit

Komponen Jumlah (%)

Minyak 47 – 52

Air 6 – 8

Protein 7,5 – 9,0

Nitrogen yang tak dapat diekstrak 23 – 24

Selulosa 5

Abu 2

(Ketaren,1986)

2.9 Minyak Inti Sawit

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti sawit yang dinamakan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampingannya adalah bungkil inti kelapa sawit ( Palm Kernel Meal atau Pellet). Bangkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. (Ketaren,1986)

Minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil ( PKO) adalah berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5%. Minyak inti sawit yang baik berkadar asam

(19)

lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bangkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi tidak berubah. (http://seafast.ipb.ac.id)

2.10 Asam Lemak

Asam lemak merupakan suatu asam karbosilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, umunya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang. Asam lemak yang paling tersebar merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati, minyak-minyak ini disebut poliunsaturat. (Fessenden,1986)

Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya: asam kaprilat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat dan asam stearat. Sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh (http://id.wikipedia.org/wiki/asam lemak)

2.10.1 komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen daging buah/sabut (perikarp) dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam daging buah/sabut sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

(20)

Table 2.4 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit. Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%) Asam kaprilat Asam kaproat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam oleat Asam linoleat - - - 1,1 – 2,5 40 – 46 3,6 – 4,7 39 – 45 7 – 11 3 – 4 3 – 7 46 – 52 14 – 17 6,5 – 9 1 – 2,5 13 – 19 0,5 – 2

Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm, kandungan tekoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren, 1986).

2.11. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun, untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.

Kenaikan kasar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis. Semakin

(21)

lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Tim Penulis, 1997). O O CH2 – O – C – R CH2 – OH2 R – C – OH O O CH – O – C – R CH – OH + R – C – OH O O CH2 – O – C – R CH2 – OH R – C – OH

Minyak Sawit Gliserol ALB

Gambar 2.5 Reaksi glikolisis trigliserida

Minyak inti sawit juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada inti pecah dan inti berjamur. Faktor yang menentukan pada peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit yang basah akan menjadi tempat biakan mikroorganisme (jamur). Prosesnya adalah sama seperti pada minyak sawit.

Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahannya hanya 0,5%. Jadi pembentukan ALB lebih banyak trjadi pada penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab nisbi udara sekitar. (Mangoensoekarjo,2003)

Panas, Air Keasaman,enzim

(22)

2.12 Kadar Air

Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit pada pemanasan 105oC. Kadar air inti sawit adalah 7%, jika inti sawit dikeringkan sampai kadar air yang lebih rendah, selama ditimbun inti sawit akan menyerap air sampai mencapai 7% tersebut. Sebaliknya jika kadar air lebih tinggi, udara sekitarnya pada penimbunan akan menjadi lembab, mikroba lipolitik (jamur) akan berkembang biak dengan cepat. Untuk mencegah ini, inti sawit disemprot dengan uap (sterilisasi) sebelum pengeringan dalam silo inti. (Mangoensoekarjo,2003)

Kadar air permukaan inti hasil pemisahan basah dapat diatasi dengan melewatkan inti pada ayakan getar sehingga air cepat kering dan ada baiknya jika dibantu dengan pemberian uap panas. (Naibaho,1998)

Gambar

Tabel 2.1 Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar
Gambar 2.1. Lori untuk mengangkut TBS ke Rebusan
Gambar 2.2. Rebusan (Sterilizer)
Gambar 2.3 Screw Press
+6

Referensi

Dokumen terkait

Eka   Permanasari

Sistem E-Commerce sebagai suatu bentuk kemajuan teknologi informasi telah membawa sejumlah perubahan, di antaranya menurunkan biaya interaksi antara pembeli dan penjual, interaksi

Untuk kajian QSAR dalam penelitian ini digunakan analisis regresi multilinear dengan data log (1/IC 50 ) sebagai variabel tidak bebas, sedangkan data muatan bersih atom pada

Pembuatan website yang berbasis multimedia ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : Perancangan, Pembentukan Elemen, Pengujian dan Analisa. Website ini dibangun dengan

pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang tinggi jumlah jenis. makrozoobenthos yang hidup di dalamnya

Dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel tayangan fashion dari internet dengan hasil belajar desain busana karena r hitung

[r]

Untuk itu penulis akan membahas Pemanfaatan Augmented Reality Pada Aplikasi Home Seekers 3D Sebagai Strategi Marketing Penjualan Rumah. Bagaimana sebuah aplikasi bisa