• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN TIGANDERKET OLEH POPY DAYANI BR SEMBIRING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN TIGANDERKET OLEH POPY DAYANI BR SEMBIRING"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN PETANI PADI

SAWAH DI KECAMATAN TIGANDERKET

OLEH

POPY DAYANI BR SEMBIRING

130501170

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Kecamatan Tiganderket”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani padi sawah di Kecamatan Tiganderket dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, tenaga kerja,modal kerja, dan harga terhadap tingkat kesejahteraan petani padi di Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat petani melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner.

Dalam menganalisis besarnya perngaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dari hasil regresi, variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi. Variabel tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan petani padi. Variabel modal kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan petani padi . Variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteaan petani padi.

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel tingkat kesejahteraan petani padi sebagai variabel dependen mampu menjelaskan oleh variabel – variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja, modal kerja dan harga sebesar 87,6%, sedangkan 12,4% dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini. Pengujiam secara keseluruhan menggunakan uji F, dimana F hitung (167,127 > F table (2,70). Artinya variabel luas lahan, tenaga kerja, modal kerja, dan harga jual berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah di Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo.

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE FACTORS OF PRODUCTION AFFECTING WELFARE OF RICE FARMERS IN TIGANDERKET SUB-DISTRICT

This research entitled "Analysis of the FactorsOf Production Affecting Welfare of Rice Farmers in Tiganderket Sub-district". The purpose of this research is to know how welfare of paddy farmer in Tiganderket subdistrict and to know how influence of land area, labor, working capital, and price to welfare level of paddy farmer in Tiganderket Sub-district of Karo Regency. The data used are primary data, that is data obtained from the farmer community through observation and direct interview using questionnaire in the form of questionnaire.

In analyzing the effect of independent variables on the dependent variable econometric model used by regressing existing variables using multiple regression analysis. . From result of regresi, variable of land area have positive and statistically significant effect to welfare variable of paddy farmer. Labor variable has negative and insignificant effect to paddy farmer's welfare. Working capital variable has positive and insignificant effect to paddy farmer's welfare. Price variables have a positive and significant effect on the welfare of rice farmers.

The result of determination coefficient test (R2) shows that variable of welfare level of paddy farmer as dependent variable can explain by independent variables that is land area, labor, working capital and price equal to 87,6%, while 12,4% other factors not investigated by this study. Pengujiam as a whole using F test, where F arithmetic (167,127> F table (2.70) .This means that the variable of land area, labor, working capital, and selling price significantly influence the welfare of paddy rice farmers in Tiganderket District Karo Regency. Keywords: Farmers welfare, land area, labor, capital, price

(7)

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani Padi di Tiganderket”. Penulisan skripsi ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa bantuan dan dorongan baik materil maupun spiritual dari berbagai pihak. Dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa hormat dan penghargaan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis: Ayahanda Sudarman Sembiring dan Ibunda Perhatian Br Sinuraya atas segala kasih, motivasi, perhatian, doa, dukungan baik moril maupun materil yang senantiasa diberikan kepada penulis dengan tulus dan penuh kasih sayang.

Di kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, M.P. selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E., M.Si selaku Sekretaris

(8)

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran, dan masukan dari awal penulisan hingga skripsi ini selesai dengan sangat baik. Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. selaku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh Staf Administrasi Program Studi Ekonomi Pembangunan yang telah mendukung penyelesaian proses administrasi penuis yang dibutuhkan selama ini.

6. Teruntuk Abang Penulis Dafriandi Sembiring dan Rikky Sahputra Sembiring S.T yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis hingga selesai.

7. Kepada Deyar Birano Surbakti yang menjadi orang yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis dan juga memberikan semangat, motivasi, dukungan dan doa yang tiada henti mulai dari awal masuk perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai

8. Kepada teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU, Meryani, S.E, Azrini Juliyanti Siregar, S.E, Deby Arina Husna

(9)

Octavia, S.E yang telah banyak memberi keceriaan dan menyemangati penulis dalam mengerjakan skripsi ini dan selama berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Medan, Januari 2018

Popy Dayani Br Sembiring NIM: 130501170

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pertanian ... 9

2.2 Pengertian Usahatani ... 10

2.3 Gambaran Umum Sektor Pertanian ... 11

2.4 Teori Tingkat Kesejahteraan ... 14

2.5 Faktor- Faktor Produksi Pertanian ... 16

2.5.1 Tanah/Luas Lahan ... 16

2.5.2 Tenaga Kerja... 17

1. Sistem Upah ... 18

2. Lamanya waktu kerja... 18

3. Kehidupan sehari-hari... 19

4. Kecakapan ... 19

5. Umur tenaga kerja ... 19

2.5.3 Modal Kerja ... 19 2.5.4 Harga ... 21 2.7 Fungsi Produksi ... 22 2.8 Penelitian Terdahulu ... 23 2.9 Kerangka Konseptual ... 25 2.10 Hipotesis……… ………26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 27

3.3 Batasan Operasional ... 27

3.4 Definisi Operasional ... 27

(11)

3.7 Teknik Analisis Data ... 31

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 31

3.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 31

3.8 Pengujian Asumsi Klasik... 32

3.8.1 Uji Multikolineritas ... 32

3.8.2 Heterokedastisitas ... 32

3.8.3 Uji autokorelasi ... 33

3.8.4 Uji Normalitas ... 33

3.9 Test Of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)... 34

3.9.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 34

3.9.2 Uji t- Statistik (Uji secara parsial) ... 34

3.9.3 Uji F- statistic (Uji secara serentak) ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Letak dan Geografis Kecamatan Tiganderket ... 37

4.1.2 Iklim ... 37

4.1.3 Pemerintahan ... 38

4.1.4 Penduduk ... 38

4.1.5 Luas Penggunaan Tanah ... 39

4.1.6 Profil Petani Padi... 40

4.1.6.1 Profil Petani Padi Menurut Umur ... 40

4.1.6.2 Profil Petani Padi Menurut Tingkat Pendidikan ... 40

4.1.6.3 Profil Petani Menurut Luas Lahan ... 41

4.1.6.4 Profil Petani Menurut Tenaga Kerja... 42

4.1.6.5 Profil Petani Menurut Modal Kerja ... 43

4.1.6.6 Profil Petani Menurut Harga... 44

4.1.6.7 Profil Petani Menurut Produksi Usahatani padi ... 45 4.1.6.8 Profil Petani Menurut Tingkat

(12)

4.1.6.9 Profil Petani Menurut Tingkat

Kesejahteraan... 48

4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 49

4.2.1.1 Uji Asumsi Klasik ... 51

4.2.2.1 Uji Multikolinieritas ... 51 4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 52 4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 53 4.2.2.4 Uji Normalitas ... 54 4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 55 4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 55 4.2.3.2 Pengujian Secara Bersama (uji F) ... 56

4.2.3.3 Pengujian Parsial (uji t) ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

Kecamatan di Kecamatan Tiganderket ... 4

Tabel 1.2 Data Produksi Padi Sawah di Kecamatan Tiganderket ... 5

Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa di Kecamatan Tiganderket Tahun 2015... 38

Tabel 4.2 Responden Menurut Tingkat Umur Pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tiganderket... 40

Tabel 4.3 Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tiganderket ... 41

Tabel 4.4 Luas Lahan yang Digarap Petani Padi di Kecamatan Tiganderket ... 42

Tabel 4.5 Tenaga Kerja yang Digunakan Petani Padi di Kecamatan Tiganderket ... 43

Tabel 4.6 Modal Kerja yang Digunakan Petani Padi di Kecamatan Tiganderket ... 44

Tabel 4.7 Tingkat Harga yang Didapatkan Petani Padi di Kecamatan Tiganderket ... 45

Tabel 4.8 Produksi Usahatani Padi di Kecamatan Tiganderket ... 46

Tabel 4.9 Tingkat Konsumsi yang Digunakan Petani Padi Di Kecamatan Tiganderket ... 47

Tabel 4.10 Tingkat Kesejahteraan yang Diperoleh Petani Padi Di Kecamatan Tiganderket ... 48

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 49

Tabel 4.12 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas ... 51

Tabel 4.13 Tabel Hasil Uji Autokorelasi ... 54

Tabel 4.14 Tabel Kriteria Uji Autokorelasi ... 54

Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 56

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji Bersama-sama (Uji F) ... 56

Tabel 4.17 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji Parsial (Uji t) ... 57

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 25 Gambar 4.1 Luas Lahan yang Digarap Petani Padi

di Kecamatan Tiganderket ... 42 Gambar 4.2 Tenaga Kerja yang Digunakan Petani Padi

di Kecamatan Tiganderket ... 43 Gambar 4.3 Modal yang Digunakan Petani Padi

di Kecamatan Tiganderket ... 44 Gambar 4.4 Harga yang Digunakan Petani Padi

di Kecamatan Tiganderket ... 45 Gambar 4.5 Hasil Produksi Usahatani Padi

di Kecamtan Tiganderket... 46 Gambar 4.6 Tingkat Konsumsi Usahatani Padi

di Kecamatan Tiganderket ... 47 Gambar 4.7 Tingkat Kesejahteraan Usahatani Padi

di Kecamatan Tiganderket ... 48 Gambar 4.8 Scatter Plot pada Uji Heteroskedastisitas ... 52 Gambar 4.9 Sebaran Plot pada Uji Normalitas Data... 54

(15)

Lampiran Judul

1 Kuesioner Penelitian

2 Input Data Hasil Responden

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memperbincangkan pembangunan khususnya di negara berkembang, tidak bisa terlepas dari sektor pertanian. Sebab sederhana saja, sebagian besar penduduk di negara berkembang bermukim di daerah pedesaan yang mayoritas mata pencaharian dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dari sektor pertanian. Sampai saat ini, Indonesia sebetulnya masih dianggap sebagai negara yang kuat dalam sektor pertaniannya, dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian dalam Gross National Produk (GNP). Di luar itu, perkembangan sektor pertanian sendiri telah lama menjadi stimulus pembangunan ekonomi yang memiliki kemampuan mengatasi kemiskinan, karena berkaitan dengan harga pangan, permintaan tenaga kerja, dan pertumbuhan sektor modern. Namun, salah satu persoalan pelik dalam membangun sektor pertanian adalah keterbatasan modal.

Keterbatasan modal telah menyebabkan sirkulasi kegiatan petani tidak berjalan dengan lancar, sebaliknya tanpa ada perputaran aktivitas ekonomi, proses akumulasi kapital juga tidak bisa terjadi. Kebutuhan modal sangat di perlukan bagi petani dalam mengembangkan usaha pertaniannya, meningkatkan produktivitasnya, dan menghidupi kebutuhan sehari-harinya. Kebutuhan modal juga diperlukan untuk menggapai hasil panen yang diharapkan, dengan modal yang cukup, kebutuhan akan benih,pupuk, dan segala hal yang berhubungan dengan pertanaman pun dapat teratasi. Petani juga menghadapi banyak masalah dalam perannya menghasilkan bahan pangan. Dimana saat ini mayoritas petani

(17)

sangat sedikit, dikarenakan enggan menjadi petani. Karena menurutnya menjadi petani tidak akan menjamin kehidupan mereka (I Gede Setiawan Adi Putra dkk,2010:1). Dilain pihak, petani juga mempunyai masalah jika hasil panen petani gagal, atau harga anjlok. Itu akan membuat para petani menjadi lebih sulit untuk mendapatkan kesejahteraan petani tersebut. Maka para petani menginginkan harga yang stabil setiap tahunnya untuk hasil panennya.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan petani adalah pendapatan. Pendapatan dapat diartikan sebagai semua penghasilan yang menyebabkan bertambahnya kemampuan seseorang, baik digunakan untuk konsumsi maupun untuk tabungan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani padi, diantaranya yaitu luas lahan. Luas lahan sangat mempengaruhi produksi padi, apabila produksi meningkat maka kehidupan petani lebih tinggi dan kesejahteraan lebih merata (Trimayuri, 2010). Produksi padi meningkat apabila luas lahan petani semakin luas dan pendapatan petani padi juga meningkat. Pada tahun 2016 luas lahan petani padi sawah 13.986 Ha.

Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan adalah jumlah produksi padi. Faktor produksi pertanian dipengaruhi oleh tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen (science and skill). Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan yang paling penting. Hal ini dikarenakan dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor –faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995). Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting

(18)

3

produksi modal, modal dibagi menjadi dua yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap diantaranya tanah, bangunan dan mesin-mesin. Sedangkan modal tidak tetap meliputi biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Dalam meningkatkan kesejahteraan para petani, maka petani dapat melakukan perluasan lahan yang dapat dibantu oleh pemerintah atau lembaga-lembaga yang memberikan kredit produksi kepada petani. Memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada para petani agar mampu memahami segala aspek-aspek bertani yang lebih baik. Memberi pencerahan kepada pemuda-pemudi yang enggan menjadi petani,dikarenakan merasa bahwa bertani tidak menjamin kehidupan mereka.

Usahatani adalah ujung tombak pembangunan nasional yang mempunyai peran penting. Untuk mewujudkan pembangunan nasional bidang pertanian (agribisnis) masa mendatang harus mengupayakan sejauh mungkin mengatasi masalah dan kendala yang sampai sejauh ini belum mampu diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius. Dalam hal ini terlihat meskipun meningkatnya produktivitas pertanian atau output tetapi belum mensejahterakan petani secara signifikan dalam usahataninya. Petani sebagai unit agribisnis terkecil belum mampu meraih nilai tambah yang rasional sesuai skala usahatani terpadu (integrated farming system). Oleh karena itu persoalan membangun kelembagaan (institution) di bidang pertanian dalam pengertian yang luas menjadi semakin penting, agar petani mampu melaksanakan kegiatn yang tidak hanya menyangkut on farmbussines saja, akan tetapi juga terkait erat dengan aspek-aspek off farm bussines (Tjiptoherijanto, 2008).

(19)

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani diperlukan adanya himpunan informasi dan data dasar komponen-komponen indikator pembangunan ekonomi tingkat rumah tangga desa yang cukup memadai dan berkesinambungan, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi sebagai dampak dari berbagai kegiatan program pembangunan pedesaan. Berikut tentang data luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Karo 2015 :

Tabel 1.1

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2015

No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) 1 Mardingding 4565 27022 59.19 2 Laubaleng 5713 34006 59.52 3 Tigabinanga 283 1672 59.09 4 Juhar 3689 21877 59.3 5 Munte 1979 11753 59.39 6 Kutabuluh 38 223 58.56 7 Payung 577 3462 59.99 8 Tiganderket 35 209 59.74 9 Simpang Empat 0 0 0 10 Naman Teran 0 0 0 11 Merdeka 0 0 0 12 Kabanjahe 0 0 0 13 Berastagi 3 17 57.82 14 Tigapanah 0 0 0 15 Dolat Rakyat 0 0 0 16 Merek 32 194 60.65 17 Barusjahe 1006 6001 59.65 Total 17920 106436 59.4

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo 2016

Dari Tabel 1, diketahui bahwa kecamatan Tiganderket merupakan produksi padi sawah yang terendah diantara kecamatan yang lainnya, dengan luas paneh yang hanya 35 Ha dan produksi yang hanya 209 ton. Karena padi sawah bukanlah komoditi utama di daerah tersebut. Daerah yang jumlah produksi yang

(20)

5

panen 4565 Hektar. Padi sawah merupakan salah satu tanaman pangan yang ditanam di daerah Tiganderket. Meskipun luas paneh dan produksinya yang rendah, namun produktivitas padi sawah lumayan tinggi yaitu 59.74.

Padi sawah memang bukan tanaman pangan dengan luas panen terluas di Kecamatan Tiganderket. Seperti pada tahun 2015, untuk padi sawah terdapat 35 Ha luas panen dengan produksi 209 ton. Di Kecamatan Tiganderket tidak hanya terdapat padi sawah, tetapi ada juga komoditi sayur-sayuran seperti tomat, kol/kubis, kentang, sawi, bawang merah, cabe rawit, cabe merah, buncis, kacang panjang dan terung. Berikut data produksi komoditi padi sawah di Kecamatan Tiganderket:

Tabel 1.2

Data Produksi Padi Sawah di Kecamatan Tiganderket

No Desa Produksi PadiSawah

1 Tanjung Pulo 5,23

2 Tanjung Mbelang 8,90

3 Nari Gunung Dua 0,00

4 Jandi Meriah 39,43 5 Suka Tendel 61,02 6 Tanjung Merawa 49,06 7 Tiga Nderket 36,72 8 Perbaji 7,18 9 Temburun 0,00 10 Mardingding 0,00 11 Kuta Mbaru 0,00 12 Susuk 0,00 13 Gunung Merlawan 0,00

14 Nari Gunung Satu 0,00

15 Kuta Galuh 0,00

16 Penampen 0,00

17 Kuta Kepar 0,00

Tiganderket 209,00

(21)

Desa yang paling tinggi produksi padi sawah adalah Desa Suka Tendel dengan jumlah produksi sebesar 61,02 dan masih banyak desa yang tidak memproduksi padi sawah karena rendahnya modal dan pendidikan di desa-desa tersebut. Dan juga karena beberapa desa yang pengairan irigasinya tidak ada. Maka dari itu hanya beberapa desa yang memproduksi padi sawah. Untuk memperoleh produksi yang maksimal, petani harus mengadakan pemilihan penggunaan faktor produksi secara tepat.

Kesejahteraan petani memang harus ditingkatkan karena dengan hal tersebut pilihan untuk menanam produk pangan tetap menjadi fokus mereka. Tanpa petani yang sejahtera, niscaya kebijakan swasembada pangan akan terabaikan. Menemukan solusi alternatif untuk memecahkan masalah tersebut tidak mudah dan membutuhkan kemampuan, keterampilan dan kreativitas pihak-pihak yang terlibat.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, alasan mengapa pentingnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani adalah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi nasional. Dilihat dari beberapa masalah yang telah di ungkapkan maka peneliti tertarik untuk membahas mengenai faktor-faktor atau indikator-indikator kesejahteraan petani melalui penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor Produksi yang Mempengaruhi

Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Kecamatan Tiganderket Kabupaten

(22)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh tanah/luas lahan terhadap kesejahteraan petani padi?

2. Bagaimanakah pengaruh tenaga kerja terhadap kesejahteraan petani padi?

3. Bagaimanakah pengaruh modal kerja terhadap kesejahteraan petani padi?

4. Bagaimanakah pengaruh harga jual terhadap kesejahteraan petani padi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh tanah/luaslahan terhadap kesejahteraan petani padi.

2. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap kesejahteraan petani padi.

3. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap kesejahteraan petani padi.

4. Untuk mengetahui pengaruh harga jual terhadap kesejahteraan petani padi.

1.4 Manfaat Penelitian

(23)

1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan-kebijakan sehubungan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.

2. Sebagai sarana informasi kepada masyarakat untuk dapat mengetahui apakah masyarakat petani tersebut sudah merasakan kesejahteraan. 3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya di

bidang ekonomi pertanian dan penelitian ini diharapkan mampu membangkitkan kemampuan dalam memahami fenomena terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan petani.Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universias Sumatera Utara, khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pertanian

Pertanian adalah sejenis proses produksi khusus yang didasarkan atas

proses pertumbuhan tanaman dan hewan (Satari, 1999). Sedangkan Bishop dan Toussaint (1972 dalam Rodjak, 2004) mendefinisikan pertanian sebagai suatu perusahaan yang khusus mengombinasikan sumber-sumber alam dan sumberdaya manusia dalam menghasilkan hasil pertanian. Dari definisi diatas dapat ditarik pengertian pertanian adalah sesuatu yang dilakukan manusia untuk mengelola lingkungan hidupnya guna mengembangbiakkan tumbuhan dan atau hewan.

Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena sebagian besar daerahnya berada di daerah tropik yang berlangsung dipengaruhi oleh garis katulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Pertanian juga sebagai sektor pemimpin, konsep dasar dari pentingnya pertanian sebagai sektor pemimpin dalam pernyataan dari Simatupang dan Syafa’at (2000) sebagai berikut : Sektor andalan perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi. Sektor andalan merupakan tulang punggung (backone) dan mesin penggerak perekonomian (engine of growth).

Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian. Dalam ilmu ekonomi pertanian dipelajari mengenai

(25)

faktor sumber daya atau faktor produksi dilengkapi dengan permasalahan, potensi, dan kebijakan serta kemitraan, kelembagaan, dan faktor pendukung lainnya.

Masalah utama dalam ekonomi pertanian adalah tenggang waktu yang cukup lebar dalam proses produksi, biaya produksi, tekanan jumlah penduduk, dan sistem usaha tani. Sektor pertanian sangat tergantung pada komoditas yang diusahakan. Masalah lainnya dalam ekonomi pertanian yaitu dalam menunggu, petani atau pengusaha pertanian juga bertarung dengan ketidakpastian, yang antara lain bisa disebabkan oleh keadaan alam, perkembangan hama dan penyakit dan ketersediaan modal untuk intensifikasi perawatan.

Biaya untuk proses produksi juga menjadi masalah ekonomi pertanian karena tidak kalah rumitnya dibandingkan waktu. Dimana biaya dibutuhkan setiap saat, sementara tidak semua petani yang memiliki tanahnya sendiri ,ada yang sewa tanah terutama seperti petani kecil. Penerimaan petani yang diperoleh hanya setiap musim tanah setelah panen, sedangkan pengeluaran dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan.

2.2 Pengertian Usaha Tani

Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usaha tani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau ilmu usaha tani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.

(26)

11

Sedangkan menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang orang yang melakukan pertanian dan orang yang berusaha mengelola unsur-unsur produksi guna untuk menghasilkan sesuatu di pertanian tersebut.

Secara garis besar ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (plantation, estate, enterprise). Terdapat perbedaan diantara usahatani keluarga dan perusahaan pertanian, yaitu seperti pada tujuan akhirnya. Tujuan akhir usahatani keluarga adalah pendapatan keluarga petani yang terdiri atas laba, upah tenaga keluarga dan bunga modal sendiri. Sedangkan pada perusahaan pertanian tujuan akhirnya adalah keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya, yaitu selisih antara nilai hasil produksi dikurangi dengan biaya. Terdapat perbedaan juga di luas usaha, bentuk hukum, jumlah modal, jumlah tenaga kerja, unsur usahatani, sifat usaha dan pemanfaatan terhadap hasil-hasil pertanian.

2.3 Gambaran Umum Sektor Pertanian

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang terpenting didalam pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia. Namun dalam serangkaian kajian dan pengamatan yang dilakukan para pakar di bidang ilmu-ilmu sosial, ternyata sektor pertanian merupakan kemiskinan absolut terutama di subsektor tanaman

(27)

pangan. Dan kemiskinan itu sendiri merupakan resultan interaksi antara teknologi, sumber daya alam,kapital, sumber daya manusia, dan kelembagaan/kebijaksanaan.

Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di negara-negara sedang berkembang (NSB) merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensi dalam empat (4) bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut:

1. Kontribusi Produk

Kuznets (1964) mencoba menganalisis kontribusi output dari sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDB dengan melihat bagaimana keterkaitan antara pangsa output dari sektor tersebut di dalam pertumbuhan PDB dengan hasil dari pangsa awalnya dan laju pertumbuhann relatif dan produk-produk neto pertanian dan nonpertanian.

2. Kontribusi Pasar

Kuznets (1964) menyebut kontribusi pasar dikarenakan kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan, maka populasi di sektor pertanian membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen.

3. Kontribusi Faktor-faktor Produksi

Karena relatif pentingnya pertanian, tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor

(28)

13

Jadi,pembangunan ekonomi melibatkan modal untuk investasi di dalam ekonomi.

4. Kontribusi Devisa

Adalah lewat pertumbuhan ekspor dan/atau pengurangan impor negara tersebut atas komoditi-komoditi pertanian. Tetapi, peranan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan devisa bisa berlawanan dengan peranannya sebagai kontributor terhadap pasar domestik.

Peran penting dari sektor pertanian di dalam perekenomian Indonesia adalah terutama dalam bentuk penyediaan kesempatan kerja dan kontribusinya terhadap pembentukan PDB dan ekspor. Secara relatif, pangsa dari pertanian di dalam total kesempatan kerja menunjukkan suatu tren perubahan jangka panjang yang negatif; sementara dari industri pengolahan positif.

Sektor pertanian juga penting sebagai motor penggerak pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, hal ini pertama kali diusulkan oleh Irma Adelman (1973), yang terutama lewat keterkaitan pendapatan dan konsumsi. Pandangan strategis ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar lokal akan berkembang apabila pendapatan masyarakat setempat meningkat, dan faktor terakhir kali ini bisa terjadi apabila ada peningkatan produktivitas di sektor pertanian.

Sektor pertanian akan lebih berperan lagi bagi perkembangan sektor industri kalau sektor pertanian sebagai pemasok (supply) bahan baku di sektor industri tersebut memenuhi persyaratan seperti tepat waktu, tempat, bentuk, jumlah dan harga. Jadi bila sektor pertanian dianggap sebagai pemasok yang

(29)

handal bagi agroindustri maka lima persyaratan tersebut (waktu, tempat, bentuk, jumah dan harga) harus dipenuhi.

Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang terus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan investasi. Untuk tercapainya pembangunan pertanian, Mosher (1984) mengidentifikasikan bahwa terdapat lima syarat mutlak dan lima syarat pelancar pembangunan pertanian. Syarat-syarat mutlak yang disebut Mosher tersebut adalah :

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang.

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu.

Sedangkan syarat pelancar yang dimaksud Mosher adalah :

1. Pendidikan pembangunan. 2. Kredit produksi

3. Kegiatan gotong-royong petani

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. 5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.

2.4 Teori Tingkat Kesejahteraan

(30)

15

harfiah mengandung makna yang luas dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal yang terjadi yang menjadi ciri utama. Kesejahteraan bermula dari kata sejahtera, berawalan kata ke dan berakhiran kata an. Sejahtera berarti aman sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan adalah salah satu aspek yang penting untuk melihat apakah suatu daerah tersebut bahagia dan makmur atau tidaknya. Jika tidak ada kesejahteraan tersebut maka tidak ada kebahagiaan dan kemakmuran yang terdapat di daerah tersebut. Bahkan setiap manusia memiliki keinginan untuk sejahtera.

Menurut Daniel (2002), hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul ketika petani melakukan aktivitas penjualan barang-barang hasil produksi di luar. Dengan meningkatnya pendapatan tersebut maka akan meningkatkan standar kehidupan petani karena dengan meningkatnya pendapatan maka akan meningkatkan konsumsi.

Selain pendapatan, tingkat kesejahteraan juga di ukur oleh tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang membuat masyarakat bersaing dalam dunia kerja, karena diharapkan dengan semakin tinggi pendidikan seseorang, maka produktivitas seseorang itu juga akan semakin tinggi (Buranda, 2015). Begitu juga dalam bidang pertanian, pendidikan juga sangat penting untuk

(31)

menjadi faktor kesejahteraan, karena akan lebih mengerti untuk mengolah suatu produksi jika pendidikannya lebih tinggi.

Kesehatan merupakan faktor dari tingkat kesejahteraan juga. Untuk menganalisis kesehatan, ada empat indikator yang digunakan, yang meliputi status gizi, status penyakit, ketersediaan pelayanan kemiskinan dan penggunaan layanan-layanan kesehatan tersebut.

Status kesejahteraan dapat diukur berdasarkan proporsi pengeluaran rumah tangga tersebut (Bappenas,2000). Rumah tangga dapat dikategorikan sejahtera apabila proporsi pengeluaran untuk kebutuhan pokok sebanding atau lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, dapat dikategorikan sebagai rumah tangga dengan kesejahteraan yang masih rendah.

2.5 Faktor-Faktor Produksi Pertanian

Faktor produksi dikenal dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi diperoleh melalui suatu proses yang sangat panjang dan cukup beresiko. Faktor produksi pertanian terdiri dari empat komponen yaitu, tanah, tenaga kerja, modal dan harga.

2.5.1 Tanah/Luas Lahan

Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani keseluruhannya. Tanah mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang produksi, tidak dapat diperbanyak, dan tidak dapat dipindah-pindah. Hubungan tanah dan

(32)

17

manusia dapat dibedakan dalam 3 (tiga) tingkat dari yang terkuat sampai yang terlemah yaitu, hak milik, hak sewa, dan hak bagi hasil.

Dilihat dari sisi letak tanahnya, maka pada umumnya letak tanah usahatani tidak mengelompok dalam satu tempat, tetapi terpencar dalam beberapa lokasi. Dari tingkat kesuburan tanahnya, tanah yang subur baik fisik maupun kimiawi lebih menguntungkan dalam usahatani. Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa luas lahan dan tanah yang subur dapat melihat bagaimana kesejahteraan para petani padi. Dan dalam penelitian ini luas tanah yang ditanami padi sawah pada satu kali musim panen dengan satuan rante.

2.5.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Karakteristik tenaga kerja bidang usahatani menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut:

a. Keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan tidak merata.

b. Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas. c. Tidak mudah distandarkan, dirasionakan, dan dispesialisasikan.

d. Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

(33)

Tenaga kerja juga membedakan antara tenaga kerja keluarga dengan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja.

1. Sistem Upah

Sistem upah dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Upah borongan adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja dengan pekerja tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja.

b. Upah waktu adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. c. Upah premi adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan

produktivitas dan prestasi kerja.

2. Lamanya waktu kerja

Lama waktu kerja dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk bekerja.

3. Kehidupan sehari-hari

Dilihat dari kehidupan sehari-harinya, jika kehidupan sehari-harinya tidak sesuai dengan syarat atau dengan keadaan yang jelek maka kemungkinan kinerjanya akan juga jelek atau hasil yang tidak memuaskan.

(34)

19

4. Kecakapan

Kecakapan juga menentukan kinerja seseorang. Jika kecakapannya lebih tinggi maka kinerjanya akan jauh lebih tinggi dibandingkan seseorang yang tidak cakap.

5. Umur tenaga kerja

Semakin tuanya tenaga kerja tesebut akan semakin rendahnya kualitas kinerja tenaga kerja tersebut, itu dilihat dari pekerjaan secara fisik. Namun, dalam hal tanggung jawab, semakin tua umur tenaga kerja maka kualitas tenaga kerja tersebut cukup bagus, dikarenakan cukupnya pengalaman.

2.5.3 Modal Kerja

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usahatani. Menurut Vink, benda-benda yang dapat mendatangkan pendapatan dianggap sebagai modal. Dalam arti sehari-hari modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang. Modal juga dapat diartikan segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki oleh masyarakat disebut kekayaan masyarakat.

Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang berupa barang di luar tanah adalah ternak beserta kandangnya,cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih di sawah dan lain-lain (Mubyarto,1973:91)

Menurut Bob Sadino (2001) pembentukan modal memang dapat berasal dari dalam perusahaan sendiri (dana intern) dan dari luarnya (dana ekstern).

(35)

Keuntungannya kalau membentuk modal dari dana intern ialah bahwa dana itu leluasa penggunaannya, dan tidak berkewajiban mengembalikan dan membayar bunga. Sedangkan dana dari luar (dana ekstern) dananya bisa diambil dari berbagai sumber dan jumlahnya juga tidak terbatas. Namun pengguna modal akan terbebani kewajiban mengembalikan hutang ditambah bunganya.

Modal merupakan salah satu faktor produksi. Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan. Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja.

Dalam kegiatan faktor produksi pertanian, modal dapat di bedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap adalah modal yang faktor produksinya meliputi bangunan,mesin-mesin dan tanah.Modal tetap juga dapat didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam prosesproduksi yang tidak habis dalam sekali produksi. Sedangkan modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau untuk membayar para tenaga kerja.

Bibit dan pupuk juga merupakan faktor produksi penting. Bibit dan pupuk merupakan modal petani. Dimana bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit unggul biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi dibandingkan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing di pasar.

(36)

21

Sedangkan pupuk adalah salah satu yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi tumbuhan. Jenis pupuk yang sering digukanan adalah pupuk organik dan anorganik.

2.5.4 Harga

Harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah mengenai harga, tetapi sampai saat ini tetap saja harga masih merupakan masalah bagi petani. Menurut Kohls dan Uhl (1985) harga dipertimbangkan berdasarkan tiga tipe pasar yaitu: geographic markets, product markets, dan seasonal markets. Pada geographic markets harga akan berbeda karena perbedaan kegunaan tempat (place utility); pada product markets, harga akan berbeda karena kegunaan bentuk; dan pada seasonal markets, harga berbeda karena ada perbedaan kegunaan waktu.

Dalam hal komoditi pertanian, khususnya komoditi pertanian yang menyangkut kepentingan orang banyak, maka kebijaksanaan harga sering diatur oleh pemerintah. Kebijaksanaan harga yang diatur oleh pemerintah ditetapkan melalui dua macam harga, yaitu harga dasar (floor price) dan harga atap (ceiling price). Harga dasar diperlukan untuk menjaga agar harga pasar pada saat panen tidak turun, supaya produsen bisa menerima hasilnya sesuai dengan harga yang ditetapkan tersebut. Harga atap merupakan kisaran berdasarkan besarnya masukan yang diberikan petani dalam proses produksi komoditas tersebut.Dalam keadaan harga pasar berada di antara harga dasar dan harga atap, maka baik produsen maupun konsumen masing-masing tidak dirugikan.

(37)

Harga barang yang sering berfluktuasi secara tajam, yang bukan saja berpengaruh terhadap ketidakstabilan pendapatan produsen dan tingkat konsumsi masyarakat, tetapi juga keadaan seperti ini akan memperbesar risiko pemasaran.

2.6 Fungsi Produksi

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan ouput. (Sugiharso: 1994).

Sesuai dengan pengertian produksi diatas, maka dapat disimpulkan produksi pertanian adalah sebagai suatu usaha pemeliharaan suatu komoditi yang mempunyai manfaat tertentu guna memenuhi kebutuhan manusia dimana setiap input dan outputnya mempunyai nilai yang positif.

Fungsi produksi menjelaskan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan input, sedangkan hasil produksi dikenal dengan output. Hubungan dengan kedua variabel tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan, sebagai berikut:

Dimana : Q = Output K = Modal

L = jumlah tenaga kerja N = Sumber daya alam T = Teknologi.

Dalam penerapannya, hubungan input dan output dapat dipisahkan secara

(38)

23

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan oleh Christofel D. Nababan (2009) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo”, variabel yang digunakan dalam model adalah Biaya Pupuk, Jumlah Tenaga Kerja, dan Luas Lahan. Data yang digunakan adalah data primer dalam satu kali musim panen di bulan April 2008- Agustus 2008). Metode yang digunakan adalah OLS, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa, Independen variabel dapat menjelaskan dependen variabel, sebagian variabel yaitu Jumlah Tenaga Kerja, dan Luas Lahan berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Petani Jagung, sebagian lagi yaitu Biaya Pupuk pengaruhnya tidak nyata terhadap Pendapatan Petani Jagung.

Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Awalul Rizal pada tahun 2000 dengan judul: Analisis Usaha Tani Kopi Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di Kecamatan Bebesan Kabupaten Aceh Tengah. Analisis yang digunakan adalah analisis fungsi produksi Cobb Douglas. Dari hasil penelitian diperoleh nilai R-squared fungsi produksi yang telah diidentifikasi yaitu luas lahan (X1), bibit (X2), tenaga kerja (X3), dan modal kerja (X4) secara bersama-sama (serempak)dapat berpengaruh (variasi) terhadap perubahan produksi sebesar 93.35 persen pada tingkat kepercayaan 99 persen, sedangkan 6.65 persen dipengaruhi faktor di luar penduga tersebut. Pengaruh faktor-faktor produksi secara serempak dapat dilihat dari nilai total koefisien regresi (Ʃ bi) sebesar 1,0138, dengan demikian dapat dikatakan bahwa bila faktor-faktor produksi secara serempak ditambah sebesar satu persen maka produksi akan bertambah sebesar 1,0138 persen dan secara

(39)

serempak pula petani responden telah rasionil menggunakan faktor-faktor produksi, berlaku keadaan hasil yang semakin meningkat atas skala produksi atau disebut juga keadaan “incresing return to scale”.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Idayani Damanik (2012) dengan judul “Analisis Kebutuhan Modal Usaha Tani bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani padi di Kecamatan Panei dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, tenaga kerja, modal dan harga terhadap tingkat kesejahteraan petani padi di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat petani yang memiliki usaha pertanian padi melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuisioner. Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengen meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dan hasil regresi, variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi sawah, variabel tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi, variabel modal berpengaruh positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi, variabel harga berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap variabel kesejahteraan petani padi.

(40)

25

variabel-variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja, modal dan harga sebesar 98,4% sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F, dimana F hitung (119,062) > F (2,955) , artinya variabel luas lahan, tenaga kerja, modal dan harga berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan petani padi sawah di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.

2.8 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hal ini berarti hipotesa yang ada bukanlah jawaban akhir, namun menjadi kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya dengan data-data yang mempunyai hubungan, ataupun dengan

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHA TANI PADI SAWAH

LUAS LAHAN TENAGA KERJA MODAL KERJA HARGA JUAL

KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN TIGANDERKET

(41)

melihat fakta yang terjadi di lapangan. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Luas lahan mempunyai pengaruh positif terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

2. Jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

3. Modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

4. Harga jual mempunyai pengaruh positif terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan metode kualititatif. Penelitian deskriptif merupakan metode yang menggambarkan permasalahan atau kasus yang dikemukakan berdasarkan fakta yang ada dengan berpijak pada fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti untuk dipecahkan permasalahannya dan ditarik kesimpulan secara umum.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo, khususnya petani padi. Waktu penelitian adalah pada Juli 2017 sampai dengan selesai.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional ini dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini hanya melihat faktor-faktor sebagai berikut:

1. Luas lahan 2. Modal Kerja 3. Tenaga kerja 4. Harga Jual

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional mengacu pada makna serta pengukuran dari variabel (karakteristik yang melekat dari sebuah variabel, bisa formatif atau reflesif).

(43)

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang menjadi objek penelitian dapat di definisikan sebagai berikut:

1. Kesejahteraan (Y) adalah suatu kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga dapat terpenuhi. Untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani yaitu konsumsi petani (rupiah)

2. Luas Lahan (X1) adalah tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil

produksi kelar. Luas lahan atau tanah juga adalah luas tanah petani padi yang digunakan untuk menanam padi. Satuannya rante.

3. Modal Kerja (X2) adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor

produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang yaitu hasil pertanian.Modal kerja jugasejumlah uang yang dikeluarkan oleh petani selama satu musim panen untuk merawat dan memanen usahatani dan diukur dengan satuan Rupiah (Rp.). Modal kerja digunakan untuk pembiayaan alat kerja, obat pembasmi hama, bibit unggul jagung manis dan upah buruh dalam satu musim panen.

4. Tenaga kerja (X3) adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang

tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditunjukkan pada usaha produksi dengan usia produktif 15-64 tahun. Upah tenaga kerja satuannya dalam rupiah. Tenaga kerja satuannya orang. Penggunaan jumlah tenaga kerja keluarga dan non keluarga petani yang digunakan dalam satu kali masa tanam/panen (orang)

(44)

29

5. Harga jual (X4) adalah suatu yang ditentukan oleh kedua pelaku ekonomi

sebagai keseimbangan diantara jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang ditawarkan. Satuannya dalam rupiah.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi memiliki pengertian sebagai seluruh kumpulan elemen (orang, kejadian, produk) yang dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan. Populasi juga disebut sebagai totalitas subjek penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani di Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil/ditentukan berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu. Munculnya ide sampling disebabkan sampel yang sifatnya ekonomis dan cepat.

Berdasarkan data yang ada, di Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo pada tahun 2015 terdapat 6543 petani, maka dipilih sejumlah sampel yang mewakili populasi petani.Banyaknya sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2003), maka jumlah total sampel sebagai berikut:

Keterangan: n = jumlah sampel

N = Jumlah populasi rumah tangga d = presesi (10%)

n =

(45)

Dengan rumus tersebut maka jumlah sampel penelitian adalah : n =

n =

n = 98,49 atau dibulatkan menjadi 100

3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data yaitu data yang dikumpulkan dari petani padi sawah di Kecamatan Tiganderket dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) dan melakukan observasi, meliputi batasan variabel dan data yang diperlukan dalam mendukung penelitian ini.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam publikasi (Muhammad, 2008:102) yaitu data dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Kantor Camat Kecamatan Tiganderket serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui

(46)

31

2. Observasi, merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. (Sutrisno Hadi,1986).

3. Kuesioner (angket), merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Peneliti membuar daftar pertanyaan kepada petani padi sawah di Kecamatan Tiganderket dimana pertanyaan yang dibuat relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk menganalisi data penelitian yang dimana metode ini dilakukan dengan cara data yang disusun dan dikelompokkan,kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk memperjelas hasil perhitungan. Data diperoleh dari data primer berupa daftar pernyataan yang berupa kuisioner yang telah diisi oleh sejumpah responden penelitian yaitu petani jagung di Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo.

3.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis regresi linier berganda ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas dengan variabel terkait. Model analisis ini menguji antara kesejahteraan dengan luas lahan, modal, harga dan tenaga kerja.

(47)

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Keterangan:

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4 = Koefisien Regresi X1, X2, X3, X4

X1 = Tenaga Kerja (orang)

X2 = Modal (Rupiah)

X3 = Tanah (Rante/Ha)

X4 = Harga (rupiah)

e = Error

3.8 Pengujian Asumsi Klasik

3.8.1 Uji Multikolineritas

Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independet) (Ghozali 2001 : 57). Untuk menguji hipotesis ini digunakan perhitungan dengan program SPSS 20.

3.8.2 Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang laintetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2001: 69).

Kebanyakan data cross section mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar). Sedangkan dasar dari pengambilan keputusan dengan melihat grafik

(48)

33

scatterplot pada tabel SPSS dengan program komputasi SPSS for Windows release 20,0.dengan dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.(Ghozali 2001:69).

3.8.3 Uji Autokorelasi

Pada uji ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengukurannya dengan melihat dari Durbin Watson Test (DW), dimana jika nilai DW terletak antara -2 dan 2 berarti terdapat autokorelasi

3.8.4 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normalataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali 2001: 74).

Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

(49)

Untuk menguji hipotesis ini digunakan perhitungan dengan program komputansi SPSS for Windows release 20.0.

3.9 Test Of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.9.1 Koefisien determinasi ( R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk menilai seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai variabel independen.

Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1<(0<R<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependennya.

3.9.2 Uji t-statistik (Uji secara parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan mengganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis berikut:

a. H0 : b1= 0, masing-masing variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak

bebasnya .

b. H0 : b1≠ 0, masing-masing variabel bebas mempengaruhi variabel tidak

bebasnya.

Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis di atas, yaitu:

(50)

35

a. H0 diterima jika ttabel ≤ thitung ≤ ttabelhal ini berarti variabel bebas tidak

mempengaruhi variabel tidak bebasnya secara signifikan.

b. H0 diterima jika ttabel< thitung> ttabel, hal ini berarti variabel bebas mempengaruhi

variabel tidak bebasnya secara signifikan.

dapat dihitung dengan rumus:

Dimana:

b1 = koefisien variabel independen ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke i 3.9.3 Uji F-statistik (Uji secara serentak)

Uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji F ini juga bertujan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap dependen variabel. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

a. H0 : b1= b2= b3 = b4... = 0 (tidak ada pengaruh) b. H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3≠b4...= 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel . Jika

Fhitung >Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen.

(51)

Nilai Fhitungdapat diperoleh dengan rumus:

Dimana:

R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel dependen n = jumlah sampel

Kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut: a. H0 diterima jika Fhitung < Fα

b. H0 ditolak jika Fhitung > Fα

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Letak dan Geografis Kecamatan Tiganderket

Kecamatan Tiganderket adalah salah satu dari dari 13 Kecamatan yang berada di Kabupaten Karo. Kecamatan Tiganderket, berada pada ketinggian 724m-1.138 m dan terletak di kaki gunung Sinabung sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Secara Geografis letak kecamatan Tiganderket berada diantara 3o8’ Lintang Utara dan 98o37’ Bujur Timur dengan luas 86,76 Km2 atau 4,08 persen dari luas Kabupaten Karo.

Kecamatan Tiganderket berbatasan dengan 4 Kecamatan dan 1 Kabupaten diantaranya :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Munte dan Payung - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan namanteran dan Payung - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kutabuluh

4.1.2 Iklim

Kecamatan Tiganderket beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata pada tahun 2013 adalah 19,7oC dengan suhu terendah 17,9o C dan suhu tertinggi

23,9oC. Musim penghujan antara bulan September- April dipengaruhi oleh

angin musim barat sedangkan musim kemarau antara bulan Februari- Agustus yang dipengaruhi oleh angin timur. Sedangkan jumlah curah hujan 392.2 mm dan jumlah hari hujan 168 hari.

(53)

4.1.3 Pemerintahan

Kecamatan Tiganderket terdiri dari 17 desa yang dipimpin oleh seorang Camat. Pemerintah Desa yang ada di Kecamatan Tiganderket masing-masing dikepalai oleh seorang Kepala Desa. Jarak kantor Camat ke kantor Bupati 23Km. Ada 2 swakarya dan 15 swasembada.

4.1.4 Penduduk

Pada tahun 2015, jumlah penduduk Kecamatan Tiganderket sebanyak 14.078 jiwa yang terbagi laki-laki 6.901 jiwa dan perempuan 7.177 jiwa dan tersebar di 17 desa, dengan perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan sebesar 96,15. Jumlah penduduk terbesar berada di Desa Tiganderket yaitu sebesar 1.854 penduduk dengan luas desa sebesar 5,90 Km2 dan yang penduduk

terkecil berada di Desa Kuta Kepar yaitu sebesar 190 penduduk dengan luas desa sebesar 2,70 Km2. Desa yang memiliki luas wilayah terbesar di Desa Susuk

dengan luas 8,50 Km2 dan wilayah terkecil di Desa Tanjung Pulo dengan luas

2,10 Km2.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Desa di Kecamatan Tiga Nderket Tahun 2015

No Desa/Kelurahan Luas (Km2

) Rasio Terhadap Total Luas Kecamatan (%)

1 Tanjung Pulo 2,10 2,42

2 Tanjung Mbelang 7,60 8,76

3 Nari Gunung Dua 2,40 2,77

4 Jandi Meriah 7,40 8,53

(54)

39 7 Tiga Nderket 5,90 6,80 8 Perbaji 2,60 3,00 9 Temburun 2,20 2,54 10 Mardingding 8,20 9,45 11 Kuta Mbaru 3,90 4,49 12 Susuk 8,50 9,80 13 Gunung Merlawan 2,20 2,54

14 Nari Gunung Satu 6,50 7,49

15 Kuta Galuh 6,90 7,95

16 Penampen 6,90 7,95

17 Kuta Kepar 2,70 3,11

Jumlah 86,76 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik

4.1.5 Luas Penggunaan Tanah

Kecamatan Tiganderket merupakan salah satu daerah pertanian di Kabupaten Karo, hal tersebut ditunjukkan dengan masih luasnya laha pertanian.

Sebagian besar Wilayah Kecamatan Tiganderket adalah Lahan pertanian. Luas untuk padi sawah terdapat 35 Ha dengan produksi 209 ton sedangkan untuk padi ladang terdapat 533 Ha luas panen dengan produksi 1.951 ton. Selain itu terdapat 2.479 Ha luas panen tanaman jagung dengan produksi 17.041 ton. Ada juga yang menanam sayur-sayuran, dengan komoditas yang dihasilkan di Kecamatan Tiganderket antara lain tomat, kol/kubis, kentang, sawi, bawang merah, cabe rawit, cabe merah, buncis, kacang panjang dan terung.

Tanaman perkebunan rakyat juga diusahakan di Kecamatan Tiganderket seperti kemiri, kopi, kelapa, coklat dan tembakau.

(55)

4.1.6 Profil Petani Padi

4.1.6.1 Profil Petani Padi Menurut Umur

Profil mengenai petani padi di Kecamatan Tiganderket menurut umur didapat dari lembar identitas responden pada kuesioner yang diberikan kepada petani padi sawah. Berikut disajikan profil petani padi di Kecamatan Tiganderket menurut umur secara lebih rinci:

Tabel 4.2

Responden Menurut Umur Pada Usahatani padi sawah di Kecamatan Tiganderket

No. Rentang Umur (Tahun) Jumlah %

1. 2. 3. 4. 25 – 35 36 – 45 46 – 55 = >56 32 49 12 7 32 49 12 7 Jumlah 100 100

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa petani padi yang paling banyak di Kecamatan Tiganderket adalah petani padi yang berumur antara 36-45 tahun sebanyak 49 orang (49%) dan petani padi yang berumur antara 25-35 tahun sebanyak 32 orang (32%). Sedangkan petani padi yang jumlahnya sedikit di Kecamatan Tiganderket adalah petani padi yang berumur 46-55 tahun sebanyak 12 orang (12%) dan petani padi yang berumur antara =>56 tahun sebanyak 7 orang (7%).

4.1.6.2 Profil Petani Padi Menurut Tingkat Pendidikan

Profil mengenai petani padi di Kecamatan Tiganderket menurut tingkat pendidikan didapat dari lembar identitas responden pada kuesioner yang diberikan

(56)

41

kepada petani padi. Berikut disajikan profil petani padi di Kecamatan Tiganderket menurut tingkat pendidikan secara lebih rinci:

Tabel 4.3

Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pada Usahatani padi sawah di Kecamatan Tiganderket

No. Tingkat Pendidikan Jumlah %

1. 2. 3. 4. SMA SMP SD Sarjana 16 57 23 4 16 57 23 4 Jumlah 100 100

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa petani padi yang paling banyak di Kecamatan Tiganderket adalah petani padi yang menempuh pendidikan terakhir di tingkat SMP sebanyak 57 orang (57%) dan petani padi yang menempuh pendidikan terakhir di tingkat SMA sebanyak 16 orang (16%). Sedangkan petani padi yang jumlahnya sedikit di Kecamatan Tiganderket adalah petani padi yang menempuh pendidikan terakhir di tingkat Sarjana sebanyak 4 orang (4%) dan petani padi yang menempuh pendidikan terakhir di tingkat SD sebanyak 23 orang (23%).

4.1.6.3 Profil Petani Menurut Luas Lahan

Secara rata-rata luas lahan yang digunakan untuk menanam padi di Kecamatan Tiganderket adalah seluas 0.29 Ha dan luas yang paling sempit hanya 0.15 Ha dan yang paling luas mencapai 0.60 Ha. Berikut disajikan gambaran tentang luas lahan petani di Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo terangkum pada tabel berikut:

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Konseptual
Tabel Hasil Uji Multikolinieritas
Tabel Kriteria Uji Autokorelasi  Nilai statistic Durbin Watson  Hasil keputusan

Referensi

Dokumen terkait

Sintesis surfaktan stearil alkohol etoksilat dari bahan baku stearil alkohol derivat minyak kelapa sawit telah dilakukan dan produk yang dihasilkan memiliki

Pemahaman merupakan proses pengetahuan yang dimiliki atau pada.. diri

Hubungan yang terjadi pada lantrak pemerintah adalah hubungan hukum yang bersifat privat, sehingga penyelesaian sengketa iasa konstruksi masuk dalam ,onih hukum

SPT Masa Bulan Juni, Juli dan Agustus dan SKF yang terbit di Tahun 2012 atau bisa bisa diganti dengan SKF yang Terbit di Bulan September.. 7

[r]

Parameter pengujian yang digunakan adalah resistansi dan tegangan keluaran sensor, (ii) membuat rangkaian akuisisi data untuk menguji sensor dalam mendeteksi bahan

penjatuhan pidana penjara 2 (dua) tahun tersebut, karena mengingat latar belakang dan profesi terdakwa dan akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana penodaan agama yang

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2012 Dinas Bina Marga