PADA PT. KERTA RAJASA RAYA
SIDOARJO
ARTIKEL
Oleh : Teguh Primantoro 0513010135/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
xi
PT. KERTA RAJASA RAYA SIDOARJO
Oleh
Teguh Primantoro
ABSTRAK
Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana seorang manajer berusaha untuk mempengaruhi anggota-anggota organisasi untuk mengimplementasikan strategi-strategi organisasi. Beberapa aktivitas yang termasuk dalam pengendalian manajemen adalah perencanaan aktivitas yang akan dilakukan, pengorganisasian aktivitas, pengkomunikasian dan pengevaluasian informasi, pembuatan keputusan tentang apakah suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak, dan bagaimana mempengaruhi orang dalam organisasi untuk merubah perilakunya. Sejalan dengan uraian tersebut maka tujuan penelitian adalah untuk menguji secara empiris pengaruh pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, dan pengendalian personal secara positif terhadap kinerja manajerial.
Obyek penelitian ditujukan kepada PT. KERTA RAJASA RAYA di Waru Sidoarjo dengan sampel sebanyak 13 orang manajer yang ada di PT. KERTA RAJASA RAYA Waru Sidoarjo dan teknik yang digunakan adalah sampling jenuh atau sensus. Untuk menjawab perumusan masalah, hipotesis dan tujuan penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajerial, sehingga hipotesis penelitian ini teruji kebenarannya. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama peningkatan pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal memberikan sumbangan yang nyata terhadap peningkatan kinerja manajerial.
Kata Kunci : Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku, Pengendalian Personal dan Kinerja Manajerial
xii
By
Teguh Primantoro
ABSTRACT
Management control is a process whereby a manager is trying to influence members of organizations to implement organizational strategies. Some activities are included in management control is the planning activities that will be done, organizing events, communicating and evaluating information, making decisions about whether an activity would take place or not, and how to influence people within the organization to change its behavior. In line with the above description, the purpose of research is to empirically examine the effect of accounting controls, controlling behavior, and personal control positively to managerial performance.
Object of research is intended to. Rajasa PT. KERTA RAJASA RAYA in Waru Sidoarjo with a sample of 13 managers in PT. KERTA RAJASA RAYA Waru Sidoarjo and sampling techniques used are saturated or census. To answer the problem formulation, hypothesis and research purposes is the analysis used multiple linear regression analysis.
The results of this study concludes that accounting controls, control of behavior and personal control had significant positive effect on managerial performance, so the hypothesis of this study verified. This shows that the jointly improving accounting controls, control of behavior and personal control contributed significantly to the improvement of managerial performance.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin ketat,
hal ini akan membuat setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya
semaksimal mungkin agar dapat memenangkan persaingan, tetapi
peningkatan kinerja tidak akan berhasil apa bila tidak didukung dengan
sumber daya yang memadai. Salah satu sumber daya yang paling penting
dalam organisasi adalah sumber daya manusia atau tenaga kerja. Sumber
daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang melakukan
investasi untuk merekrut, menyeleksi dan mempertahankan sumber daya
manusia.
Perusahaan dapat dilihat sebagai sistem organisasi sumber daya
manusia, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya untuk
mencapai tujuan. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan salah
satu faktor paling penting yang menentukan keefektifan organisasi, untuk
itu setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen dengan
tujuan untuk mengatur aktivitas organisasi melalui para pimpinan organisasi
agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan.
Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana seorang
manajer berusaha untuk mempengaruhi anggota-anggota organisasi untuk
termasuk dalam pengendalian manajemen adalah perencanaan aktivitas
yang akan dilakukan, pengorganisasian aktivitas, pengkomunikasian dan
pengevaluasian informasi, pembuatan keputusan tentang apakah suatu
aktivitas akan dilakukan atau tidak dan bagaimana mempengaruhi orang
dalam organisasi untuk merubah perilakunya (Faisal dan Kusuma,
2002:162).
Adapun bentuk pengendalian dapat berupa pengendalian akuntansi,
pengendalian perilaku dan pengendalian personal, proses pengendalian
dilakukan melalui para pimpinan (manajer) dengan penentuan tujuan dan
strategi, pelaksanaan dan pengukuran, serta analisis prestasi dan
penghargaan.
Pemilihan pengendalian yang tepat akan sangat menentukan
efektifitas pengendalian tersebut, penggunaan pengendalian yang tidak tepat
akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan oleh perusahaan seperti
meningkatnya perpindahan tenaga kerja, timbulnya ketegangan kerja,
menurunnya kepuasan kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
komitmen pada organisasi dan menurunkan kinerja perusahaan secara
keseluruhan.
Setiap perusahaan memerlukan pengendalian manajemen, karena
sistem tersebut didesain untuk mengukur aktivitas anggota organisasi
melalui para pimpinan atau manajer dengan penentuan tujuan dan strategi,
pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan, karena
dalam pelaksanaan pembangunan diera globalisasi ini, tenaga kerja
mencapai tujuan pembangunan, untuk itu dibutuhkan manusia yang
berkualitas dan tangguh untuk siap memasuki era globalisasi serta mampu
melakukan perubahan untuk dapat bersaing.
Konsep pengendalian manajemen dirasakan sebagaimana proses
yang dirancang untuk mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam
organisasi, sebagai konsekuensinya pemahaman tentang sistem
pengendalian hanya didasarkan pada mekanisme penginvestigasian yang
diimplementasikan oleh manajemen untuk mengendalikan pekerjaan melalui
pengamatan dan pemantauan perilaku dan output. (Faisal dan Kusuma,
2002: 163).
Maksud atribut sistem kontrol akuntansi adalah semua prosedur dan
sistem formal yang menggunakan informasi untuk menjaga atau mengubah
pola aktifitas organisasi, dalam hal ini termasuk didalam sistem kontrol
akuntansi adalah sistem perencanaan, sistem pelaporan dan prosedur
monitoring yang didasarkan pada informasi, yang tidak termasuk didalam
sistem kontrol akuntansi adalah mekanisme sistem kontrol kultural dan
kontrol sosial (Syafrudin, 2001: 101).
Para akuntan sangat berkepentingan terhadap pemahaman tentang
hubungan rancangan sistem kontrol akuntansi dengan berbagai variabel
organisasional seperti ukuran organisasi, teknologi dan lingkungan
organisasi. Review literatur tentang sistem kontrol akuntansi menunjukkan
bahwa keberadaan sistem kontrol akuntansi dalam suatu organisasi tertentu
efektifitas rancangan sistem kontrol akuntansi yang ada dalam organisasi
tergantung pada konteks penggunaan sistem kontrol tersebut.
Menurut Muchammad Syafrudin (2001: 101) terdapat hubungan
antara atribut perencanaan strategik dengan sistem kontrol akuntansi dan
menyatakan bahwa setiap organisasi akan memodifikasi rancangan sistem
kontrol akuntansi tergantung pada konteks organisasi yang bersangkutan.
Berbagai contoh atribut sistem kontrol akuntansi adalah ketatnya sasaran
yang ada dalam anggaran, penggunaan sistem kontrol cost, frekuensi
pelaporan dan intensitas monitoring terhadap hasil kerja manajemen.
Teori kontigensi menyatakan bahwa rancangan dan kegunaan sistem
kontrol akuntansi merupakan suatu yang dependen atau tergantung pada
konteks setting organisasi dan hipotesa yang didukung oleh data empiris,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem kontrol akuntansi sangat penting
dalam pencapaian strategi yang diterapkan top manajemen (Syafrudin,
2001: 101).
Menurut pendapat Muchammad Syafrudin (2001: 101) perusahaan
menggunakan strategi entepreneurial, yaitu strategi pengembangan pasar
produk secara continue, membutuhkan jenis sistem kontrol akuntansi
tertentu untuk memonitor akses inovasinya. Disimpulkan dalam riset ini
bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara sistem kontrol akuntansi
perusahaan dengan akses inovasi, artinya semakin canggih sistem kontrol
pengembangan pasar produk menjadi semakin berkurang dengan
mengusulkan pandangan untuk menguatkan teori kontingensi.
Berdasarkan data yang diperoleh pada PT. Kerta Rajasa Raya
Sidoarjo menunjukkan bahwa target penjualan tahun 2006 sampai 2008
tidak terealisasi atau tidak sesuai dengan yang diinginkan perusahaan
(dalam lembar), seperti tercantum dalam tabel total target penjualan berikut
ini :
Tabel 1. Laporan Perbandingan Target dan Realisasi PT. Kerta Rajasa Raya
Sidoarjo
Tahun Target Penjualan
(dalam lembar)
Realisasi Penjualan (dalam lembar)
Selisih
2006 51.647.806 49.774.147 1.873.659
2007 54.476.951 52.097.353 2.379.598
2008 60.350.432 58.842.355 1.508.077
Sumber : PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo
Tabel diatas dapat diketahui bahwa target penjualan yang diinginkan
PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo tidak terrealisasi, sehingga produksi
menjadi menurun, hal ini disebabkan oleh kurangnya perilaku manajer
dalam mengawasi dan memonitor tindakan bawahan untuk memastikan
apakah tindakan karyawan sudah sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh
perusahaan.
Gambaran bagaimana kinerja manajerial pada PT. Kerta Rajasa Raya
Waru Sidoarjo saat ini, sehingga perlu adanya penelitian yang membahas
masalah penurunan kinerja manajerial untuk menjadi masukan bagi pihak
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Pengendalian Akuntansi,
Pengendalian Perilaku dan Pengendalian Personal terhadap Kinerja
Manajerial pada PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Apakah pengendalian akuntansi, pengendalian
perilaku dan pengendalian personal berpengaruh secara positif terhadap
kinerja manajerial?”
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dalam perumusan diatas maka tujuan penelitian adalah untuk
menguji secara empiris pengaruh pengendalian akuntansi, pengendalian
perilaku, dan pengendalian personal secara positif terhadap kinerja
manajerial.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Dalam penelitian ini dapat dijadikan suatu perbandingan antar teori-teori
yang selama ini peneliti dapatkan dengan kenyataan yang ada. Sehingga
dapat diketahui masalah yang dihadapi perusahaan dan kesesuaian
antara yang diperoleh, sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah
b. Bagi Akademis
Memberikan tambahan informasi untuk dapat digunakan sebagai
tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang tenaga kerja manajerial.
c. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi personalia untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan mempengaruhi
kinerja manajerial serta bagaimana cara meningkatkan kinerja
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pengkajian yang
berkaitan dengan penelitian ini, telah dilakukan oleh:
a. Faisal dan Indra Wijaya Kusuma (2002)
Judul : Pengaruh Karakteristik Tugas terhadap Keefektifan Bentuk
Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal dalam Peningkatan
Kinerja Manajer Riset dan Pengembangan.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier
berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
pengendalian perilaku dan personal tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan pengendalian
akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
manajerial dan untuk karakteristik tugas tidak mampu memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.
b. Muchamad Syafruddin (2001)
Judul : Pengaruh Moderasi Dinamika Lingkungan pada Sistem Kontrol
Akuntansi dan Kinerja Perusahaan.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier berganda
kontrol akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja. Sedangkan sistem kontrol akuntansi yang dimoderasi dinamika
lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, dinamika
lingkungan secara signifikan mempunyai hubungan antara sistem
kontrol akuntansi dengan kinerja perusahaan.
c. Hafid Nasruddin (2008)
Judul : Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal
Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Intraco Adhitama Surabaya.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier
berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
Pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian
personal berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
d. Yafia Bunga Justita (2003)
Judul : Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal
Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Terminal Petikemas Surabaya.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regersi linier
berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
Pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian
personal berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial, dan
variabel paling dominan mempengaruhi kinerja manajerial adalah
pengendalian perilaku.
Penelitian ini ditekankan bahwa hasil penelitian terdahulu hanya
hipotesisnya, sedangkan penelitian sekarang adalah replikasi dari
penelitian Yafia Bunga Justifa (2003), tetapi obyek, tempat dan lokasi
penelitian serta waktu penelitiannya berbeda. Metode penelitian yang
digunakan sekarang sama dengan metode yang digunakan oleh Yafia
Bunga Justifa (2003) yaitu analisis regresi linier berganda.
2.2. Perbedaan dan persamaan dengan Penelitan Terdahulu
Table 2. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitan Terdahulu
No. Nama Judul Penelitian Variabel
1. Faisal dan Indra Perilaku dan Personal dalam Peningkatan Kinerja Manajer Riset dan
Pengembangan. pada Sistem Kontrol Akuntansi dan Kinerja Perusahaan.
3. Hafid Nasruddin
(2008)
4. Yafia Bunga Justita (2003)
Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Terminal Petikemas
5. Teguh Primantoro
(2010)
Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku dan Pengendalian Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo.
Pengaruh
Sumber : Peneliti
2.3. Kajian Teori
2.3.1. Kinerja Manajerial
Kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat
atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan (Suartana, 2000 dalam
Faisal dan Indra WK, 2002:167)
Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi
dalam kegiatan manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi,
koordinasi, supervise, pengaturan staff, negosiasi dan representasi
(Mahoney et al. 1963 dalam Laksmana dan Muslichah, 2002 : 116).
2.3.1.1. Tugas Manajer
Efektifitas kinerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian suatu
manufaktur, efektifitas kinerja adalah apabila unit kerja mampu memenuhi
target produksi baik dalam hal kuantitas maupun kualitas yang dihasilkan.
Efisiensi kerja adalah mengukur biaya sumber daya yang diperlukan
sehubungan dengan pencapaian tujuan, dalam hal ini perbandingan antara
keluaran (output) riil yang dihasilkan dengan masuk (input) yang digunakan
(Schermerhorn. Jr, 2003 : 5).
Menurut T. Hani Handoko (1999: 29) tugas penting yang
dilaksanakan oleh manajer adalah sebagai berikut :
1) Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Istilah “orang”
mencakup tidak hanya para bawahan dan atasan, tetapi juga manajer
lainnya dalam organisasi. Disamping itu, “orang” juga termasuk
individu dari luar organisasi yaitu : langganan, penyedia (supplier),
konsumen, pengurus serikat karyawan, pejabat dan karyawan kantor
pemerintah, dan sebagainya.
2) Manajer memajukan dan menyeimbangkan tujuan yang saling
bertentangan dan menetapkan prioritas.
3) Manajer bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan. Para
manajer ditugaskan untuk pengelolaan pekerjaan secara sukses. Mereka
biasanya dievaluasi atas dasar seberapa baik mereka mengatur tugas
yang harus diselesaikan.
4) Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual. Untuk menjadi
pemikir yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisahkan
komponen tersebut, kemudian mencari penyelesaian yang layak
(flexible) dengan akurat. Lebih penting bagi manajer adalah menjadi pemikir konseptual, yang mampu memandang keseluruhan tugas dan
mengkaitkan suatu tugas dengan tugas lainnya.
5) Manajer adalah seorang mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang,
yang saling tidak setuju atau saling bertentangan. Dalam suatu unit kerja
atau organisasi, maka bisa menurunkan semangat kerja dan
produktivitas, kejadian seperti ini menuntut peranan manajer sebagai
mediator (penengah).
6) Manajer adalah seorang politisi. Seperti apa yang dilakukan politisi
dalam mengkampanyekan program-programnya, manajer harus
mengembangkan hubungan baik untuk mendapatkan dukungan atas
usulan dan keputusannya.
7) Manajer adalah seorang diplomat. Manajer harus berperan sebagai wakil
(representatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan
organisasional.
8) Manajer berani mengambil keputusan yang sulit. Organisasi selalu
banyak menghadapi masalah (misal : kesulitan finansial, masalah
personalia, dan sebagainya). Manajer adalah orang yang diharapkan
dapat menemukan pemecahan masalah sulit dan mengambil berbagai
Tugas manajer menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich (1996 : 24)
adalah : Mengelola organisasi, mengelola orang, mengelola produksi
dan operasi.
2.3.1.2. Penilaian Kinerja Manajerial
Penilaian kinerja menurut Sjafri Mangkuprawira (2004: 223)
merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja
pekerjaan seseorang.
Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 415) adalah penentuan
secara periodik dan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kreteria yang
telah ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasarnya dijalankan
oleh manusia, maka penilaian kinerja merupakan penilaian atas perilaku
manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam
organisasi.
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan
dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku
yang ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan perusahaan.
2.3.1.3. Manfaat dan Tahap Penilaian Kinerja Manajerial
Menurut Sjafri Mangkuprawira (2004: 224) Penilaian kinerja
karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan
perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai
a. Perbaikan Kinerja
Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis
personal dalam bentuk kegiatan yang tepat.
b. Penyesuaian Kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan menentukan apa yang
seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk kegiatan
yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
c. Keputusan Penetapan
Promosi, transfer dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada
kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk penghargaan.
d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan
kebutuhan kembali.
e. Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang
karier spesifik karyawan.
f. Definisi Proses Penempatan Staf
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan
dalam proses penempatan staf di departemen SDM.
g. Ketidakakuratan Informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi
analisis pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen
h. Kesalahan Rancangan Pekerjaan
Kinerja buruk mungkin sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang
keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan.
i. Kesempatan Kerja yang Sama
Penilaian kerja yang akurat secara actual menghitung kaitannya dengan
kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah
suatu yang bersifat diskriminasi.
j. Tantangan-tantangan Eksternal
Kinerja dipengaruhi oleh faktor lingkungan pekerjaan, seperti keluarga,
finansial, kesehatan dan masalah lainnya.
Tahap penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 420) adalah sebagai
berikut : Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama (tahap
persiapan dan tahap penilaian). Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci
yaitu Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggungjawab; Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja;
Pengukuran kinerja sesungguhnya. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap
rinci yaitu Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya; Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan
kinerja sesungguhnya dari yang telah ditetapkan standar; Penegakan
perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah
2.3.1.4. Tingkatan Manajerial dan Keterampilan
Tingkatan manajer menurut John. R. Schermerhorn. Jr (2003: 10)
adalah sebagai berikut :
a. Top Manager
Adalah seorang manajer yang bertugas menetapkan tujuan,
kebijaksanaan, dan strategi organisasi, membuat keputusan jangka
panjang. Top manajer harus mempunyai kepedulian atas apa yang terjadi
di dalam lingkungan, siap menghadapi peluang dan ancaman potensial
di masa mendatang, serta mempersiapkan cara-cara untuk
mengantisipasinya, sebutan khas bagi top manajer adalah direktur,
presiden, kepala devisi, wakil presiden senior, dan sebagainya.
b. Middle Manager
Seorang manajer yang bertugas mengawasi beberapa unit kerja dan
menerapkan rencana sesuai tujuan dari tingkatan yang lebih tinggi. Para
middle manajer harus berorientasi pada kelompok (team-oriented) serta
dapat bekerja sama dengan baik untuk melakukan koordinasi
kegiatan-kegiatan antar unit dalam organisasi.
c. First-line Manager
Adalah seseorang yang mendapatkan laporan dari para karyawan
operasional, sebutan lain untuk jabatan ini antara lain supervisor, kepala
departemen, serta yang paling umum adalah pimpinan kelompok.
mampu menyelesaikan tugas dengan tujuan jangka pendek yang sesuai
dengan rencana middle dan top manajer.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer yang
efektif menurut T. Hani Handoko (1999: 36) adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan konseptual (conceptual skills) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan
dan kegiatan organisasi.
2) Keterampilan kemanusiaan (human skill) adalah untuk bekerja dengan, memahami, dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu maupun
kelompok. Manajer membutuhkan keterampilan ini agar dapat
memperoleh partisipasi dan mengarahkan kelompoknya dalam
pencapaian tujuan.
3) Keterampilan teknik (technical skill) adalah kemampuan untuk
menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-prosedur, atau teknik-teknik
dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi, produksi, penjualan, atau
permesinan dan sebagainya.
2.3.2. Sistem Pengendalian Manajemen
Setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen,
karena sistem tersebut didesain untuk mengukur aktivitas anggota organisasi
melalui para pimpinan (manajer) orang agar sesuai dengan tujuan yang
diinginkan perusahaan. Proses pengendalian dilakukan melalui para
pimpinan dengan penentuan tujuan dan strategi pelaksanaan dan pengukuran
Menurut Antony dan Govindarajan (2002: 5). Sistem merupakan
suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk melaksanakan suatu atau
serangkaian aktivitas. Sistem yang digunakan oleh manajemen untuk
mengendalikan aktivitas suatu aktivitas organisasi disebut sistem
pengendalian manajemen.
Menurut Mahduh M. Hanafi (2003: 405). Pengendalian manajemen
adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi tertentu dengan
merencanakan mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan
prestasi yang sesungguhnya dengan standar prestasi, menentukan apakah
terjadi penyimpangan dan mengukur apakah penyimpangan ini berarti
(signifikan), dan melakukan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan
bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara yang paling
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Supriyono (2000: 27). Sistem pengendalian manajemen
adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi
anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan strategi dan
kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
2.3.2.1. Elemen Sistem Pengendalian
Menurut Anthony dan Govindarajan (2002: 1) setiap sistem
pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen, yaitu :
b. Penaksir (assesor) adalah suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa actual, dengan membandingkannya dengan beberapa
standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
c. Effector adalah suatu perangkat (yang sering disebut “feedback”) yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan kebutuhan yang perlu
dipenuhi.
d. Jaringan komunikasi adalah perangkat yang meneruskan informasi
antara detector dan assesor dan effector.
2.3.2.2. Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian
Menurut Robert J. Mockler dalam Stoner, dkk (2003:248)
langkah-langkah dalam proses pengendalian adalah sebagai berikut : Menetapkan
standar dan metode mengukur prestasi kerja; Mengukur prestasi kerja;
Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar; Mengambil
tindakan korektif.
2.3.2.3. Karakteristik dan Manfaat Pengendalian Manajemen
Untuk mencapai kesuksesan organisasi harus mempunyai dan
mempertahankan pengendalian manajemen yang baik (Merchant, 1981:
271). Beberapa karakeristik pengendalian yang baik meliputi : Pengendalian
berorientasi masa depan, pengendalian harus mampu mendorong pencapaian
tujuan organisasi, pengendalian mampu menjamin pencapaian tujuan
organisasi yang lebih baik dari periode sebelumnya.
Menurut (Stoner dkk, 2003: 250) manfaat pengendalian adalah,
menambah nilai, menyatukan pekerja dari berbagai latar belakang dan kultur
yang berbeda, memudahkan delegasi dan kerja tim.
2.3.2.4. Jenis Pengendalian Manajemen
Menurut John R. Schermerhorn. Jr (2003: 167) jenis pengendalian
manajemen adalah sebagai berikut :
a. Feedforward Control (Pengendalian awal)
Merupakan pelaksanaan kegiatan pengendalian sebelum aktivitas kerja
dimulai, dan memastikan arah yang ditentukan sudah benar.
b. Concurrent Control
Tipe pengendalian ini memfokuskan apa yang terjadi selama kegiatan
tersebut berlangsung (steering control), yang memonitor kegiatan yang sedang berlangsung sehingga dapat memastikan segala sesuatu berjalan
dengan semestinya.
c. Feedback Control
Disebut sebagai pengendalian pasca tindakan (postaction control), dilaksanakan setelah seluruh kegiatan selesai.
2.3.3. Pengendalian Akuntansi
Pengendalian adalah proses untuk mengarahkan seperangkat variabel
(misalnya, mesin-mesin, manusia, dan peralatan) ke arah terciptanya sasaran
atau tujuan, dalam organisasi, pengendalian adalah proses mengarahkan
kegiatan yang menggunakan berbagai sumber ekonomi agar sesuai dengan
Menurut Heckert dalam Faisal (2002:163) pengendalian adalah
mengembangkan dan merevisi norma (standar) yang memuaskan sebagai
ukuran pelaksanaan dan penyediaan pedoman serta bantuan kepada para
anggota manajemen yang lain dalam menjamin adanya penyesuaian hasil
pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma-norma.
Akuntansi merupakan proses pengolahan informasi yang berkaitan
dengan kesatuan ekonomi yang bersifat kualitatif yang dapat menjadi dasar
bagi pihak ekstern untuk mengambil keputusan, sehingga akuntansi disebut
sebagai bahasa bisnis karena akuntansi mengukur dan mengkomunikasikan
informasi keuangan dan lainnya kepada pembuatan keputusan. Selain itu
akuntansi disebut juga sebagai sistem informasi karena menerima informasi
dan lingkungan, mengukurnya, mencatat, memproses dan mengeluarkan
laporan kembali ke lingkungan dan orang-orang mengambil tindakan
berdasarkan laporan tersebut.
Manfaat pengendalian akuntansi menurut Anthony (1991:23),
meliputi :
1. Alat untuk memastikan bahwa transaksi hanya dilaksanakan atas ijin
manajemen.
2. Alat untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat untuk
memungkinkan, paling sedikit, penyusunan laporan keuangan yang
3. Alat untuk memastikan dengan pemeriksaan fisik berkala dengan
perhitungan sumber daya organisasi, bahwa laporan yang mencatat
pertanggung jawaban untuk sumber daya organisasi adalah benar.
4. Cara untuk memastikan bahwa penggunaan sumber daya seperti
persediaan dan barang dagangan atau peralatan dan mesin hanya
dilakukan dengan izin tertulis manajemen.
Tujuan Pengendalian Akuntansi Internal menurut Supriyono (2000:
33) antara lain :
1. Menjaga kekayaan dan mencatat organisasi.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Pengendalian Akuntansi adalah pengendalian yang menggunakan
ukuran-ukuran, keuangan, yang salah satu bentuknya yaitu anggaran.
Anggaran digunakan sebagai pedoman kerja dan sebagai alat pengawasan
kerja. Dengan demikian anggaran merupakan alat bagi manajemen untuk
membantu menjalankan fungsi-fungsinya.
Pengendalian akuntansi adalah pengendalian yang berdasarkan pada
angka-angka akuntansi seperti anggaran, standard coting, flexible budgeting
(Faisal dan Kusuma, 2002: 167)
2.3.3.1. Manfaat Pengendalian Akuntansi
Pengendalian akuntansi menekankan pada tindakan-tindakan untuk
(tindakan-tindakan penyimpangan yang disengaja). Menurut Anthony dkk,
(1992: 26) manfaat pengendalian akuntansi adalah sebagai berikut :
a. Sarana untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi hanya dilakukan
sesuai dengan ijin manajemen.
b. Sarana untuk memastikan bahwa semua transaksi tersebut dicatat untuk
memungkinkan, penyusunan laporan keuangan yang semestinya dan
untuk menjaga tanggung jawab atas sumber daya.
c. Sarana untuk memastikan, melalui pemeriksaan fisik berkala dan
perhitungan sumber daya organisasi, bahwa laporan akuntansi yang
mencatat pertanggung jawaban atas sumber daya organisasi.
d. Sarana untuk memastikan bahwa akses ke sumber daya, seperti bahan
pembantu dan barang dagangan, serta penggunaan sumber daya, seperti
peralatan dan mesin-mesin, hanya dilakukan berdasarkan ijin tertulis
manajemen.
Menurut Supriyono (2000: 33) manfaat pengendalian akuntansi
internal adalah menjaga kekayaan dan catatan organisasi serta mengecek
ketelitian data akuntansi.
2.3.3.2. Tujuan Pengendalian Akuntansi
Menurut Supriyono (2000: 33) manfaat pengendalian akuntansi
internal adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.
2.3.4. Pengendalian Perilaku
Pengendalian perilaku adalah pengendalian yang berdasarkan
struktur otoritas, peraturan formal, prosedur standar pengoperasian (Faisal
dan Kusuma, 2002: 163). Pengendalian perilaku meliputi aktivitas
pengawasan, monitoring aktivitas yang sedang berjalan dan mengamati
anggota organisasi berperilaku sesuai dengan cara yang dikehendaki.
Definisi Behavioral Accounting menurut Siegel dan Marconi (1989: 2) adalah “Behavioral Accounting is the between human behavior and the accounting system”. Berdasarkan keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa akuntansi perilaku merupakan cabang atau bagian dari akuntansi yang
menitikberatkan pada hubungan antara perilaku manusia dengan sistem
akuntansi manajemen, jadi akuntansi perilaku mempunyai lingkup yang luas
memperhatikan perilaku manusia dan hubungannya dengan rancangan
bentuk dan kegunaan sistem informasi akuntansi.
Menurut L. Massie (1985: 156) macam perilaku pimpinan (manajer)
terdiri dari :
a. Perilaku instrumental (Instrumental Behavior), bersamaan dengan Struktur Permulaan, terdiri dari : perencanaan, organisasi, control dan
koordinasi bawahan dalam tugasnya secara dekat.
b. Perilaku yang mendukung (supportive Behavior), sangat mirip dengan pertimbangan, terdiri dari : menunjukka perhatian atas minat, kebutuhan,
c. Perilaku partisipatif (participative Behavior), ditandai dengan sumbang dan saran informasi serta penekanan atas konsultasi dengan bawahan.
d. Perilaku berorientasi pada pencapaian (Achievement-Oriented
Behavior): mencanangkan sasaran yang menantang, mengharapkan bawahan suatu pelaksanaan yang tinggi, dan selalu mencari perbaikan
dalam prestasi.
2.3.5. Pengendalian Personal
Pengendalian personal adalah pengendalian yang berdasarkan pada
pembuatan kebijakan-kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia
(Faisal dan Kusuma 2002: 163). Kebijakan-kebijakan ini menyediakan
informasi personal yang vital untuk perencanaan dan pengembalian
keputusan manajemen SDM, bila kegiatan-kegiatan pengendalian personal
tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan karyawan secara sukses. Para
karyawan mungkin terkumpul dan melakukan kegiatan kolektif, hal ini
mengakibatkan kegiatan personal dihadapkan dengan situasi baru, hubungan
serikat karyawan, untuk menanggapi “tuntutan-tuntutan” kolektif para
karyawan, fungsi personal perlu merundingkan dan mengadministrasikan
suatu perjanjian kerja.
Pengendalian personal yang sering disebut pengendalian
professional (clan control) merupakan pengendalian yang didasarkan pada proses sosial dan self control. Jenis pengendalian ini diperluka oleh organisasi yang mempekerjakan personal yang menguasai mekanisme yang
ketidakpastian. Mereka tidak hanya memiliki pengetahuan dan pengalaman
untuk melaksanakan tugas yang kompleks, tetapi mereka sudah terbiasa
bertindak secara independen tanpa pengendalian formal dan administratif,
mereka dapat mencari dan mengimplementasikan solusi yang diharapkan
dari suatu permasalahan (Widiatmoko, 2003: 271).
Tujuan pengendalian personal adalah untuk mengawasi dan
memonitor tindakan bawahan untuk memastikan bahwa tindakan tersebut
sesuai dengan aturan yang ditetapkan. (Faisal dan Indra WK, 2002: 164).
2.3.6. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Akuntansi Terhadap
Kinerja Manajerial
Teori Kendala mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi
oleh kendala-kendalanya. Kemudian, teori kendala mengembangkan
pendekatan yang spesifik untuk mengendalikan kendala, untuk mendukung
tujuan, yaitu kemajuan yang terus menerus bagi suatu perusahaan. Menurut
teori kendala, jika ingin meningkatkan kinerja, suatu perusahaan harus
mengidentifikasi kendala-kendalanya, mendayagunakan kendala-kendala
dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang dan menemukan cara untuk
mengatasi kendala-kendala (Hansen dan Mowen, 2001: 666).
Akuntan sangat berkepentingan terhadap pemahaman tentang
hubungan rancangan sistem kontrol akuntansi dengan berbagai variabel
organisasi. Pengendalian akuntansi seperti anggaran dapat digunakan
sebagai alat perencanaan untuk menyusun target kinerja dan mengukur hasil
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
pengendalian akuntansi merupakan suatu perencanaan, sistem pelaporan dan
prosedur monitoring yang didasarkan pada sistem informasi. Sehingga
pengendalian akuntansi dalam menggunakan anggarannya akan
mempengaruhi kinerja di dalam organisasi itu sendiri.
2.3.7. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Perilaku Terhadap
Kinerja Manajerial
Teori pembentukan perilaku (operant conditioning) menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi pemuasan
cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti
konsekuensi-konsekusensi hukuman cenderung tidak diulang. Teori ini menunjukkan
bahwa peningkatan kinerja manajerial apabila penilaian kinerjanya diikuti
dengan konsekuensi yang memuaskan seperti dengan memberikan
penghargaan (Handoko, 1992: 246).
Pengendalian perilaku merupakan salah satu bentuk pengendalian
administratif. Pengendalian administratif meliputi : struktur otoritas,
peraturan-peraturan formal, prosedur standar pengoperasian, standar untu
mengatur perilaku para manajer dan pekerja, anggaran, reward, dan sistem insentif (Faisal, 2002: 167).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
pengendalian perilaku bertujuan untuk menjamin hasil yang ingin dicapai
meliputi aktivitas pengawasan, monitoring, dan aktivitas yang sedang
dikehendaki. Sehingga dalam suatu organisasi, pengendalian perilaku akan
mempengaruhi terhadap kinerja manajerial.
2.3.8. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Personal Terhadap
Kinerja Manajerial
Teori X dan Teori Y dari Douglas Mc. Gregor. Teori X
berpendapat bahwa orang memiliki dalam dirinya sendiri sikap tidak suka
akan pekerjaan, walaupun mereka dianggap kerja itu perlu, mereka
menghindarinya bila mungkin. Teori Y, beranggapan bahwa kerja adalah
sama wajarnya seperti bermain atau istirahat, bahwa sesungguhnya orang
ingin bekerja dan dalam lingkungan yang benar, mendapat sejumlah
kepuasan dalam kerja. Orang memiliki kemampuan untuk menerima bahkan
mencari tanggung jawab dan menerapkan imajinasi, kepandaian, dan
kreativitas pada masalah organisasi.
Menurut teori Y yang menjadi masalah adalah bahwa kehidupan
industri modern tidak sepenuhnya mengerahkan kemampuan rata-rata
manusia, untuk memanfaatkan keinginan dan kemampuan kerja bawahan
mereka yang merupakan bawaan sejak lahir, para manajer hendaknya
memberikan suatu iklim yang kondusif bagi perkembangan pribadi, dalam
hal ini, manajemen partisipatif adalah model yang ideal (Douglar Mc.
Gregor dalam Thoha, 2004 : 241).
Menurut Faisal (2002: 166). Pengendalian personal merupakan salah
satu bentuk pengendalian di depan. Pengendalian di depan dalam sumber
Pemilihan dan penempatan karyawan sesuai dengan persyaratan kerja dan
keterampilan berdasarkan spesifikasi sifat dan tugas yang akan dijalankan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian personal merupakan suatu pengendalian yang didasarkan pada
pembuatan kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia. Sehingga
dapat menyediakan informasi personal untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan manajemen atau organisasi, dengan adanya kebijakan yang baik
dalam perusahaan akan dapat menghasilkan kinerja yang diharapkan.
2.4. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, maka
kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut :
Regresi Linier Berganda
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Pengendalian Akuntansi
(X1)
Pengendalian Perilaku (X2)
Pengendalian Personal (X3)
2.5. Hipotesis
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan dan landasan
teori yang ada dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut : “Bahwa
pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, dan pengendalian personal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu
definisi yang di berikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara
memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau pun memberikan
suatu operasional yamg diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel
tersebut.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kinerja
manajerial (Y) sebagai variable terikat dan variable bebasnya yaitu :
a) Pengendalian akuntansi (X1)
b) Pengendalian perilaku (X2)
c) Pengendalian personal (X3)
Definisi operasional variabel-variabel sebagai berikut :
a) Pengendalian akuntansi (X1) adalah pengendalian yang berdasarkan
pada angka-angka akuntansi, seperti anggaran, standard costing, dan
flexible budgeting. Variabel ini diukur dengan menggunakan
Instrumen yang dikembangkan oleh Hopwood 1972 (Faisal dan
Kusuma, 2002: 167).
b) Pengendalian perilaku (X2) adalah pengendalian yang didasarkan pada
struktur otoritas, peraturan-peraturan formal dan prosedur standar
yang dikembangkan oleh Brownell dan Hirst, Vancil, Ferrel dan
Skinner (Faisal dan Kusuma, 2002: 168).
c) Pengendalian personal (X3) adalah pengendalian yang didasarkan pada
pembuatan kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia.
Variabel ini diukur dengan menggunakan Instrumen yang
dikembangkan oleh Hage dan Aiken (Faisal dan Kusuma, 2002: 168).
d) Kinerja manajerial (Y) adalah hasil dari kegiatan manajerial yang
meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi,
pengawasan, pengaturan staff, negosiasi dan perwakilan. Variabel ini
diukur dengan menggunakan Instrumen yang dikembangkan oleh
Mahoney dkk.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
penelitian ini adalah menggunakan skala Simantic Differential, skala ini tersusun dalam satu kontinum dengan jawaban sangat positif disebelah
kanan dan negatifnya terletak disebelah kiri atau bahkan sebaliknya. Skala
data yang digunakan adalah skala interval, yang terdiri atas variabel bebas
dan terikat (Sumarsono, 2004 : 25).
Skala Simantic Differential:
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Berikut uraian singkat tentang pengukuran variabel penelitian serta
a. Pengendalian akuntansi (X1).
Instrumen ini dikembangkan oleh Hopwood (1976), dalam Faisal
dan Kusuma (2002). Pengendalian akuntansi dalam pengukuran akuntansi
yang biruk menunjukkan dalam pengukuran menggunakan skore rendah
(poin 1). Sedangkan skore tinggi (poin 7) menunjukkan bahwa
pengedalian akuntansi yang baik.
b. Pengendalian perilaku (X2).
Instrumen ini dikembangkan oleh Brownej dan Hirst (partisipasi
dalam pembuatan keputusan), Vancil (hirarki wewenang) dan Ferrel dan
Skinner (formalisasi) dalam Faisal dan Kusuma (2002). Pengendalian
perilaku dalam pengukuran menggunakan skala tujuh poin, dengan
perincian skore rendah (poin 1) menunjukkan rendahnya struktur otoritas
dan peraturan formal di perusahaan, sedangkan skore tinggi (poin 7)
menggunakan tingginya struktur otoritas dan peraturan formal di
perusahaan.
c. Pengedalian personal (X3).
Instrumen ini dikembangkan oleh Hage danAiken (1967). Dalam
analisa penelitian ini, skore rendah (poin 1) menunjukkan rendahnya
kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia, sedangkan skore tinggi
(poin 7) menunjukkan tingginya kebijakan yang menyangkut sumber daya
manusia di sesuaikan dengan kondisi responden.
d. Kinerja manajerial (Y).
Instrumen ini dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Reny
Mustika (1999). Dalam pengukuran kinerja manajerial digunakan skala
manajerial yang rendah sedangkan skore yang tinggi (poin 7)
menunjukkan kinerja manajerial yang tinggi.
Definisi di atas merupakan pengembangan dari penelitian dimana 7
berarti sangat setuju dengan persyaratan yang diberikan, jawaban 1 berarti
sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban
nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat setuju dan sangat tidak setuju
dari pernyataan yang diberikan. Jadi jawaban antara nilai 5 dan 7 berarti
cenderung sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan dan jawaban
antara nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan
pernyataan yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Obyek Penelitian
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. KERTA
RAJASA RAYA Waru Sidoarjo.
3.2.2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas dan
ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2003: 325). Populasi merupakan
kelompok obyek atau subyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik
tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain,
dari kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian
(Sumarsono, 2004: 44). Maka ada perangkapan fungsi di struktur
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para
manajer PT. KERTA RAJASA RAYA di Waru Sidoarjo yang
berjumlah 13 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagi dari populasi (Nazir, 2003:271). Dalam
penelitian ini sampelnya adalah seluruh populasi yang ada pada obyek
sehingga penelitian ini menggunakan metode sensus.
Jumlah sampel yang sedikit, maka sampel ini disebut sampling
jenuh atau sensus, yaitu teknik pengumpulan sampel bila semua
anggota populasi dijadikan sampel, berdasarkan uraian diatas maka
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 13 orang.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber tidak melalui perantara (Indriantoro dan Supomo, 1999: 146).
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
akan diteliti.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan tiap pertanyaan
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat
ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur.
Paling tidak yang dapat dilakukan dalam menetapkan validitas suatu
instrumen pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari
kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam
pengukuran (Umar, 1997:85).
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat
pengukur itu ( kuesioner ) apa yang di inginkan. Valid atau tidaknya alat
ukur tersebut dapat di uji dengan mengoreksi antara skor yang diperoleh
dari penjumlahan semua skor pertanyan. Apabila korelasi antara skor
total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan ( ditunjukkan
dengan taraf signifikan < 0,05 ), maka dapat dikatakan bahwa alat
pengukur tersebut mempunyai validitas. (Sumarsono, 2004: 31).
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang
diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan
perkataan lain, hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap obyek dan alat pengukuran yang
sama (Sumarsono, 2004:34).
Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya (Azwar, 2000 : 83).
3.4.3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti seberan normal dilakukan dengan metode Kolmogorov
Smirnov (Sumarsono, 2004:40). Pedoman dalam mengambil keputusan
apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal (Sumarsono,
2004:43) adalah :
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
3.5. Teknik Analisis
3.5.1. Uji Asumsi Klasik
Menurut Sulaiman (2004:87) regresi linier berganda dengan
persamaan Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + e persamaan regresi diatas
harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) artinya
pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk bisa
dikatakan sebagai alat ukur yang BLUE, maka persamaan regresi harus
memenuhi ketiga asumsi klasik berikut ini :
a. Tidak boleh terjadi autokorelasi.
b. Tidak boleh terjadi multikolinearitas.
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga
pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Berikut ini
uraian singkat mengenai ketiga asumsi tersebut :
a. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi
yang diurutkan berdasarkan waktu (data rime series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional) (Gujarati, 1993: 201). Untuk mendiagnosis adanya autokrelasi nilai Durbin-Watson
Penelitian ini tidak menggunakan data time series, maka uji
autokorelasi tidak digunakan.
b. Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2002 : 57), uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas :
1. Nilai koefisien determinasi berganda (R square) tinggi.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar
variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
3. Menghitung nilai tolerance dan Varience Inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah
besar dari 10 hal ini berarti terdapat multikolinier pada persmaan
regresi linier.
c. Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan hesteroskedastisitas adalah jika nilai
residual tidak konstan untuk setiap nilai tertentu variabel bebas. Jika
ketentuan ini dilanggar maka akan terjadi hesteroskedastisitas
(Ghozali, 2002 : 69), hal ini bisa diidentifikasi dengan cara
menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh
variabel bebas.
Menurut Santoso (2001:301) deteksi adanya hesteroskedastisitas
adalah :
1. Jika nilai probabilitasnya > 0,05 berarti bebas hesteroskedastisitas.
2. Jika nilai probabilitasnya < 0,05 berarti ada hesteroskedastisitas.
3.5.2. Uji Hipotesis (Uji F)
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Persamaan regresi linier
berganda tersebut adalah sebagai berikut :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + e ……. (Anonim, 2008 : L-21)
Keterangan :
0 : Konstanta
123 : Koefisien regresi
Y : Kinerja manajerial
X1 : Pengendalian akuntansi
X2 : Pengendalian perilaku
X3 : Pengendalian personal
Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi
yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y) dengan prosedur sebagai berikut :
a. Hipotesis
H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 0 (Model regresi tidak cocok)
H1 : 1 = 2 = 3 = 4 0 (Model regresi cocok)
b. Leval of signifikan () = 0,05
c. Ketentuan pengujian :
1) Jika tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak.
2) Jika tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Uji t
1) Ho : i = 0, dimana i = 1, 2, 3, (tidak terdapat pengaruh signifikan X1,
X2, X3, secara parsial terhadap Y).
Hi : i ≠ 0, dimana i = 1, 2, 3, (terdapat pengaruh X1, X2, X3,
secara parsial terhadap Y).
2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05.
3) Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a) Apabila nilai probabilitas > 0,05 Ho diterima dan Hi ditolak.
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah PT. Kerta Rajasa Raya
PT. Kerta Rajasa Raya adalah salah satu pelopor dalam memproduksi
kemasan berbahan dasar polypropylene yang berdiri pada tahun 1981 dan
banyak dikenal waktu itu dengan nama Karung Plastik. Karung plastik
banyak digunakan untuk kemasan pupuk, kedelai, beras, bahan kimia dan
bermacam-macam produk agro.
PT. Kerta Rajasa Raya mulai melakukan ekspor pada tahun 1985 yaitu
ke Negara Jepang dan Singapura. Sejak tahun 1985 – 2009 PT. Kerta Rajasa
Raya berhasil menjadi salah satu penghasil terbesar produk kemasan
berbahan dasar polypropylene dan mengekspor produknya ke beberapa
Negara besar seperti: Amerika, Benua Eropa, KAnada, Australia, Benua
Afrika, Philipina, Jepang, Malaysia, Singapura dan beberapa Negara ketiga
lainnya.
Sejak tahun 1981 sampai dengan tahun 2009 perusahaan telah
melakukan penyempurnaan-penyempurnaan dalam membuat produk
kemasan untuk pelanggan sehingga dapat menyediakan produk yang terbaik
untuk konsumen.
Pada tahun 2009 perusahaan melakukan investasi dan bekerja sama
dengan perusahaan pembuat mesin dari Negara Eropa dengan melakukan
transfer teknologi mesin untuk membuat ”Kemasan Multi Guna” termasuk
untuk kebutuhan kemasan produk semen. Nama komersial dari produk
“Kemasan Multi Guna” tersebut hádala “KRR”. Dimana untuk produk
tersebut akan diberikan penjelasan tentang perjalanan dari pembuatan
kemasan “KRR” tersebut sebagai berikut:
1. Pada waktu terdahulu kebanyakan Pabrik semen di seluruh dunia
menggunakan sarana kemasan berbahan kertas untuk mengemas produk
semen mereka. Pada masa-masa tersebut pabrik semen mengalami
banyak kendala dengan penggunaan kemasan berbahan dasar kertas yang
mana berpotensi mengalami kerusakan/kehilangan produk yang cukup
tinggi. Kerusakan/kehilangan tersebut dimulai dari proses pengemasan,
pemuatan ke dalam truk serta transportasi sampai pada consumen
pengguna produk. Kerusakan tersebut disebabkan oleh minimnya
kekuatan kertas karena sifat kertas yang tidak flrksibel dan juga rentan
terhadap air dan cuaca. Potensi kehilangan/kerusakan produk dalam
kemasan berbahan kertas Sangat tinggi bahkan di beberapa perusahaan
besar di Negara Eropa dapat mencapai lebih dari 5% total produk yang
dihasilkan. Dalam penggunaan kertas untuk kemasan semen juga
menimbulkan banyak protes dari LSM di luar negeri yang
memperjuangkan lingkungan hidup.
Oleh karena permasalahan tersebut diatas maka pada tahun 1993
salah satu dari pembuat mesin dari Negara Eropa melakukan penelitian
kemasan semen. Adapun bahan yang dipakai untuk membuat kemasan
alternatif tersebut adalah berbahan dasar Polypropylene. Polypropylene
adalah bahan material yang juga banyak digunakan untuk pembuatan
karung plastik, alat-alat rumah tangga, alat-alat industri maupun
produk-produk yang diproduk-produksi dengan teknologi tinggi.
2. Pada tahun 1996 kemasan berbahan Polypropylene tersebut mulai
digunakan oleh beberapa pabrik semen di Negara-negara Eropa maupun
Amerika Latin dimana terdapat producen semen yang cukup besar pada
waktu itu. Namun disayangkan dalam penggunaan kemasan tersebut
masih didapati kendala yang cukup mengganggu pemakaian kemasan
tersebut. Setelah dilakukan penyempurnaan pada tahun 2000 produk
kemasan berbahan Polypropylene tersebut telah dipakai di 27 Negara di
seluruh dunia yaitu benua Eropa, Amerika, Amerika Latin, Afrika,
Meksiko, timar Tengah dan dipakai sebagai standar kemasan oleh
beberapa perusahaan besar di Negara-negara tersebut. Sebagian kecil
contoh perusahaan besar yang telah menggunkan produk tersebut sebagai
standar adalah: Holcim di Meksiko, La forge di Perancis, Hiedelberg dll.
Oleh karena perbedaan geografis Negara-negara pengguna
kemasan tersebut maka pada setiap Negara dilakukan
penyesuaian-penyesuaian dalam menentukan spesifikasi dan penentuan teknis dalam
memproduksi kemasan tersebut.
3. Pada akhir tahun 2007 perusahaan telah bekerja sama dengan perusahaan
menentukan spesifikasi yang diperlukan untuk membuat kemasan yang
dibutuhkan untuk digunakan di Negara Indonesia. Oleh karena sifat
geografis Negara Indonesia yang memiliki kelembaban udara yang cukup
tinggi terutama pada waktu musim hujan, maka diperlukan perhatian
khusus dalam menentukan spesifikasi teknis dan penyesuaian mesin tang
tepat dalam membuat kemasan semen tersebut.
4. Pada akhir tahun 2009 perusahaan telah berhasil mendapatkan spesifikasi
dan penyesuaian dalam mesin khusus untuk memproduksi kemasan
semen berbahan Polypropylene tersebut sehingga dapat menghasilkan
hasil yang maksimal dalam melindungi produk semen dalam kemasan.
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Adapun misi dari preusan yaitu “Menyediakan produk yang
berkualitas dan terbaik untuk pelanggan”, preusan terus melakukan
pengembangan dan penelitian serta bekerja sama dengan
perusahaan-perusahaan pembuat mesin kemasan untuk mendapatkan kualitas yang
terbaik.
4.2. Analisis Hasil Penelitian
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 25 kuesioner
secara langsung kepada manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan
Kuesioner yang kembali sebanyak 13 buah, sehingga tingkat pengembalian
yang digunakan (usable response rate) sebesar 52%.
4.2.1. Uji Validitas
Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan
mengkorelasikan antara skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua
skor pertanyaan dengan masing-masing item, jika tingkat signifikan kurang
dari 5% (< 0,05) maka butir pernyataan tersebut adalah valid dan jika
tingkat signifikan lebih besar dari 5% (> 0,05) maka butir pernyataan
tersebut adalah tidak valid.
Hasil pengujian validitas pada masing-masing variabel dapat dilihat
pada tabel-tabel dibawah ini :
1. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1)
Pengujian validitas pada variabel pengendalian akuntansi dilakukan
sebanyak 3 (tiga) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian
validitas pada variabel pengendalian akuntansi:
Tabel 4.1 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Pertama
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X1.1 0,557 0,048 Valid
X1.2 0,777 0,002 Valid
X1.3 0,606 0,028 Valid
X1.4 0,138 0,653 Tidak Valid
X1.5 0,613 0,026 Valid
X1.6 0,831 0,000 Valid
X1.7 0,307 0,307 Tidak Valid
Uji validitas putaran pertama terdapat 2 (dua) item pernyataan yang
tidak valid yaitu X1.4 dan X1.7 karena tingkat signifikan yang dihasilkan
diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa
mengikutsertakan X1.4 dan X1.7.
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Kedua
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X1.1 0,737 0,004 Valid
X1.2 0,910 0,000 Valid
X1.3 0,393 0,184 Tidak Valid
X1.5 0,687 0,010 Valid
X1.6 0,887 0,000 Valid
Sumber : Lampiran II
Uji validitas putaran kedua masih terdapat 1 (satu) item pernyataan
yang tidak valid yaitu X1.3 karena tingkat signifikan yang dihasilkan
diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa
mengikutsertakan X1.3.
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Ketiga
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X1.1 0,765 0,002 Valid
X1.2 0,959 0,000 Valid
X1.5 0,673 0,012 Valid
X1.6 0,896 0,000 Valid
Sumber : Lampiran II
Setelah dilakukan pengujian yang ketiga, hasil pengujian validitas
menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X1.1, X1.2, X1.5
dan X1.6 adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan dibawah
2. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2)
Pengujian validitas pada variabel pengendalian perilaku dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian
validitas pada variabel pengendalian perilaku:
Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2) Iterasi/Putaran Pertama
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X2.1 0,773 0,002 Valid
Sumber : Lampiran III
Uji validitas putaran pertama terdapat 4 (empat) item pernyataan
yang tidak valid yaitu X2.2, X2.3, X2.5 dan X2.6 karena tingkat signifikan
yang dihasilkan diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa
mengikutsertakan X2.2, X2.3, X2.5 dan X2.6.
Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2) Iterasi/Putaran Kedua
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X2.1 0,879 0,000 Valid
X2.4 0,773 0,002 Valid
Sumber : Lampiran III
Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas
menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X2.1 dan X2.4
3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3)
Pengujian validitas pada variabel pengendalian personal dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian
validitas pada variabel pengendalian personal:
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3) Iterasi/Putaran Pertama
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X3.1 0,901 0,000 Valid
Sumber : Lampiran IV
Uji validitas putaran pertama terdapat 1 (satu) item pernyataan
yang tidak valid yaitu X3.7 karena tingkat signifikan yang dihasilkan
diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa
mengikutsertakan X3.7.
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3) Iterasi/Putaran Kedua
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X3.1 0,931 0,000 Valid
Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas
menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X3.1 sampai X3.6
adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan dibawah 5%.
4. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y)
Pengujian validitas pada variabel kinerja manajerial dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian
validitas pada variabel kinerja manajerial:
Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y) Iterasi/Putaran Pertama
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
Y1 0,887 0,000 Valid
Y2 0,796 0,001 Valid
Y3 0,261 0,389 Tidak Valid
Y4 0,873 0,000 Valid
Y5 0,796 0,001 Valid
Y6 0,921 0,000 Valid
Y7 0,877 0,000 Valid
Y8 0,838 0,000 Valid
Sumber : Lampiran V
Uji validitas putaran pertama terdapat 1 (satu) item pernyataan
yang tidak valid yaitu Y3 karena tingkat signifikan yang dihasilkan diatas
Tabel 4.9 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y) Iterasi/Putaran Kedua
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
Y1 0,900 0,000 Valid
Y2 0,842 0,000 Valid
Y4 0,895 0,000 Valid
Y5 0,839 0,000 Valid
Y6 0,940 0,000 Valid
Y7 0,821 0,001 Valid
Y8 0,825 0,001 Valid
Sumber : Lampiran V
Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas
menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu Y1, Y2, Y4, Y5,
Y6, Y7 dan Y8 adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan
dibawah 5%.
4.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam aplikasinya,
reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada
dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya