• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTROL EFFECT OF ACCOUNTING,BEHAVIOR AND CONTROL OF PERSONAL CONTROL ON PERFORMANCE IN MANAGERIAL PT. KERTA RAJASA RAYA SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CONTROL EFFECT OF ACCOUNTING,BEHAVIOR AND CONTROL OF PERSONAL CONTROL ON PERFORMANCE IN MANAGERIAL PT. KERTA RAJASA RAYA SIDOARJO."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PT. KERTA RAJASA RAYA

SIDOARJO

ARTIKEL

Oleh : Teguh Primantoro 0513010135/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

xi

PT. KERTA RAJASA RAYA SIDOARJO

Oleh

Teguh Primantoro

ABSTRAK

Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana seorang manajer berusaha untuk mempengaruhi anggota-anggota organisasi untuk mengimplementasikan strategi-strategi organisasi. Beberapa aktivitas yang termasuk dalam pengendalian manajemen adalah perencanaan aktivitas yang akan dilakukan, pengorganisasian aktivitas, pengkomunikasian dan pengevaluasian informasi, pembuatan keputusan tentang apakah suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak, dan bagaimana mempengaruhi orang dalam organisasi untuk merubah perilakunya. Sejalan dengan uraian tersebut maka tujuan penelitian adalah untuk menguji secara empiris pengaruh pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, dan pengendalian personal secara positif terhadap kinerja manajerial.

Obyek penelitian ditujukan kepada PT. KERTA RAJASA RAYA di Waru Sidoarjo dengan sampel sebanyak 13 orang manajer yang ada di PT. KERTA RAJASA RAYA Waru Sidoarjo dan teknik yang digunakan adalah sampling jenuh atau sensus. Untuk menjawab perumusan masalah, hipotesis dan tujuan penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajerial, sehingga hipotesis penelitian ini teruji kebenarannya. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama peningkatan pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal memberikan sumbangan yang nyata terhadap peningkatan kinerja manajerial.

Kata Kunci : Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku, Pengendalian Personal dan Kinerja Manajerial

(3)

xii

By

Teguh Primantoro

ABSTRACT

Management control is a process whereby a manager is trying to influence members of organizations to implement organizational strategies. Some activities are included in management control is the planning activities that will be done, organizing events, communicating and evaluating information, making decisions about whether an activity would take place or not, and how to influence people within the organization to change its behavior. In line with the above description, the purpose of research is to empirically examine the effect of accounting controls, controlling behavior, and personal control positively to managerial performance.

Object of research is intended to. Rajasa PT. KERTA RAJASA RAYA in Waru Sidoarjo with a sample of 13 managers in PT. KERTA RAJASA RAYA Waru Sidoarjo and sampling techniques used are saturated or census. To answer the problem formulation, hypothesis and research purposes is the analysis used multiple linear regression analysis.

The results of this study concludes that accounting controls, control of behavior and personal control had significant positive effect on managerial performance, so the hypothesis of this study verified. This shows that the jointly improving accounting controls, control of behavior and personal control contributed significantly to the improvement of managerial performance.

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin ketat,

hal ini akan membuat setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya

semaksimal mungkin agar dapat memenangkan persaingan, tetapi

peningkatan kinerja tidak akan berhasil apa bila tidak didukung dengan

sumber daya yang memadai. Salah satu sumber daya yang paling penting

dalam organisasi adalah sumber daya manusia atau tenaga kerja. Sumber

daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang melakukan

investasi untuk merekrut, menyeleksi dan mempertahankan sumber daya

manusia.

Perusahaan dapat dilihat sebagai sistem organisasi sumber daya

manusia, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya untuk

mencapai tujuan. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan salah

satu faktor paling penting yang menentukan keefektifan organisasi, untuk

itu setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen dengan

tujuan untuk mengatur aktivitas organisasi melalui para pimpinan organisasi

agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan.

Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana seorang

manajer berusaha untuk mempengaruhi anggota-anggota organisasi untuk

(5)

termasuk dalam pengendalian manajemen adalah perencanaan aktivitas

yang akan dilakukan, pengorganisasian aktivitas, pengkomunikasian dan

pengevaluasian informasi, pembuatan keputusan tentang apakah suatu

aktivitas akan dilakukan atau tidak dan bagaimana mempengaruhi orang

dalam organisasi untuk merubah perilakunya (Faisal dan Kusuma,

2002:162).

Adapun bentuk pengendalian dapat berupa pengendalian akuntansi,

pengendalian perilaku dan pengendalian personal, proses pengendalian

dilakukan melalui para pimpinan (manajer) dengan penentuan tujuan dan

strategi, pelaksanaan dan pengukuran, serta analisis prestasi dan

penghargaan.

Pemilihan pengendalian yang tepat akan sangat menentukan

efektifitas pengendalian tersebut, penggunaan pengendalian yang tidak tepat

akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan oleh perusahaan seperti

meningkatnya perpindahan tenaga kerja, timbulnya ketegangan kerja,

menurunnya kepuasan kerja yang pada akhirnya akan menurunkan

komitmen pada organisasi dan menurunkan kinerja perusahaan secara

keseluruhan.

Setiap perusahaan memerlukan pengendalian manajemen, karena

sistem tersebut didesain untuk mengukur aktivitas anggota organisasi

melalui para pimpinan atau manajer dengan penentuan tujuan dan strategi,

pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan, karena

dalam pelaksanaan pembangunan diera globalisasi ini, tenaga kerja

(6)

mencapai tujuan pembangunan, untuk itu dibutuhkan manusia yang

berkualitas dan tangguh untuk siap memasuki era globalisasi serta mampu

melakukan perubahan untuk dapat bersaing.

Konsep pengendalian manajemen dirasakan sebagaimana proses

yang dirancang untuk mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam

organisasi, sebagai konsekuensinya pemahaman tentang sistem

pengendalian hanya didasarkan pada mekanisme penginvestigasian yang

diimplementasikan oleh manajemen untuk mengendalikan pekerjaan melalui

pengamatan dan pemantauan perilaku dan output. (Faisal dan Kusuma,

2002: 163).

Maksud atribut sistem kontrol akuntansi adalah semua prosedur dan

sistem formal yang menggunakan informasi untuk menjaga atau mengubah

pola aktifitas organisasi, dalam hal ini termasuk didalam sistem kontrol

akuntansi adalah sistem perencanaan, sistem pelaporan dan prosedur

monitoring yang didasarkan pada informasi, yang tidak termasuk didalam

sistem kontrol akuntansi adalah mekanisme sistem kontrol kultural dan

kontrol sosial (Syafrudin, 2001: 101).

Para akuntan sangat berkepentingan terhadap pemahaman tentang

hubungan rancangan sistem kontrol akuntansi dengan berbagai variabel

organisasional seperti ukuran organisasi, teknologi dan lingkungan

organisasi. Review literatur tentang sistem kontrol akuntansi menunjukkan

bahwa keberadaan sistem kontrol akuntansi dalam suatu organisasi tertentu

(7)

efektifitas rancangan sistem kontrol akuntansi yang ada dalam organisasi

tergantung pada konteks penggunaan sistem kontrol tersebut.

Menurut Muchammad Syafrudin (2001: 101) terdapat hubungan

antara atribut perencanaan strategik dengan sistem kontrol akuntansi dan

menyatakan bahwa setiap organisasi akan memodifikasi rancangan sistem

kontrol akuntansi tergantung pada konteks organisasi yang bersangkutan.

Berbagai contoh atribut sistem kontrol akuntansi adalah ketatnya sasaran

yang ada dalam anggaran, penggunaan sistem kontrol cost, frekuensi

pelaporan dan intensitas monitoring terhadap hasil kerja manajemen.

Teori kontigensi menyatakan bahwa rancangan dan kegunaan sistem

kontrol akuntansi merupakan suatu yang dependen atau tergantung pada

konteks setting organisasi dan hipotesa yang didukung oleh data empiris,

sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem kontrol akuntansi sangat penting

dalam pencapaian strategi yang diterapkan top manajemen (Syafrudin,

2001: 101).

Menurut pendapat Muchammad Syafrudin (2001: 101) perusahaan

menggunakan strategi entepreneurial, yaitu strategi pengembangan pasar

produk secara continue, membutuhkan jenis sistem kontrol akuntansi

tertentu untuk memonitor akses inovasinya. Disimpulkan dalam riset ini

bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara sistem kontrol akuntansi

perusahaan dengan akses inovasi, artinya semakin canggih sistem kontrol

(8)

pengembangan pasar produk menjadi semakin berkurang dengan

mengusulkan pandangan untuk menguatkan teori kontingensi.

Berdasarkan data yang diperoleh pada PT. Kerta Rajasa Raya

Sidoarjo menunjukkan bahwa target penjualan tahun 2006 sampai 2008

tidak terealisasi atau tidak sesuai dengan yang diinginkan perusahaan

(dalam lembar), seperti tercantum dalam tabel total target penjualan berikut

ini :

Tabel 1. Laporan Perbandingan Target dan Realisasi PT. Kerta Rajasa Raya

Sidoarjo

Tahun Target Penjualan

(dalam lembar)

Realisasi Penjualan (dalam lembar)

Selisih

2006 51.647.806 49.774.147 1.873.659

2007 54.476.951 52.097.353 2.379.598

2008 60.350.432 58.842.355 1.508.077

Sumber : PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo

Tabel diatas dapat diketahui bahwa target penjualan yang diinginkan

PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo tidak terrealisasi, sehingga produksi

menjadi menurun, hal ini disebabkan oleh kurangnya perilaku manajer

dalam mengawasi dan memonitor tindakan bawahan untuk memastikan

apakah tindakan karyawan sudah sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh

perusahaan.

Gambaran bagaimana kinerja manajerial pada PT. Kerta Rajasa Raya

Waru Sidoarjo saat ini, sehingga perlu adanya penelitian yang membahas

masalah penurunan kinerja manajerial untuk menjadi masukan bagi pihak

(9)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Pengendalian Akuntansi,

Pengendalian Perilaku dan Pengendalian Personal terhadap Kinerja

Manajerial pada PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : “Apakah pengendalian akuntansi, pengendalian

perilaku dan pengendalian personal berpengaruh secara positif terhadap

kinerja manajerial?”

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dalam perumusan diatas maka tujuan penelitian adalah untuk

menguji secara empiris pengaruh pengendalian akuntansi, pengendalian

perilaku, dan pengendalian personal secara positif terhadap kinerja

manajerial.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini dapat dijadikan suatu perbandingan antar teori-teori

yang selama ini peneliti dapatkan dengan kenyataan yang ada. Sehingga

dapat diketahui masalah yang dihadapi perusahaan dan kesesuaian

antara yang diperoleh, sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah

(10)

b. Bagi Akademis

Memberikan tambahan informasi untuk dapat digunakan sebagai

tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang tenaga kerja manajerial.

c. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi personalia untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan mempengaruhi

kinerja manajerial serta bagaimana cara meningkatkan kinerja

(11)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang

dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pengkajian yang

berkaitan dengan penelitian ini, telah dilakukan oleh:

a. Faisal dan Indra Wijaya Kusuma (2002)

Judul : Pengaruh Karakteristik Tugas terhadap Keefektifan Bentuk

Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal dalam Peningkatan

Kinerja Manajer Riset dan Pengembangan.

Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier

berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

pengendalian perilaku dan personal tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan pengendalian

akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

manajerial dan untuk karakteristik tugas tidak mampu memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

b. Muchamad Syafruddin (2001)

Judul : Pengaruh Moderasi Dinamika Lingkungan pada Sistem Kontrol

Akuntansi dan Kinerja Perusahaan.

Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier berganda

(12)

kontrol akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja. Sedangkan sistem kontrol akuntansi yang dimoderasi dinamika

lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, dinamika

lingkungan secara signifikan mempunyai hubungan antara sistem

kontrol akuntansi dengan kinerja perusahaan.

c. Hafid Nasruddin (2008)

Judul : Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal

Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Intraco Adhitama Surabaya.

Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier

berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

Pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian

personal berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

d. Yafia Bunga Justita (2003)

Judul : Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal

Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Terminal Petikemas Surabaya.

Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regersi linier

berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

Pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian

personal berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial, dan

variabel paling dominan mempengaruhi kinerja manajerial adalah

pengendalian perilaku.

Penelitian ini ditekankan bahwa hasil penelitian terdahulu hanya

(13)

hipotesisnya, sedangkan penelitian sekarang adalah replikasi dari

penelitian Yafia Bunga Justifa (2003), tetapi obyek, tempat dan lokasi

penelitian serta waktu penelitiannya berbeda. Metode penelitian yang

digunakan sekarang sama dengan metode yang digunakan oleh Yafia

Bunga Justifa (2003) yaitu analisis regresi linier berganda.

2.2. Perbedaan dan persamaan dengan Penelitan Terdahulu

Table 2. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitan Terdahulu

No. Nama Judul Penelitian Variabel

1. Faisal dan Indra Perilaku dan Personal dalam Peningkatan Kinerja Manajer Riset dan

Pengembangan. pada Sistem Kontrol Akuntansi dan Kinerja Perusahaan.

3. Hafid Nasruddin

(2008)

(14)

4. Yafia Bunga Justita (2003)

Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Terminal Petikemas

5. Teguh Primantoro

(2010)

Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku dan Pengendalian Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo.

Pengaruh

  Sumber : Peneliti

2.3. Kajian Teori

2.3.1. Kinerja Manajerial

Kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat

atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan (Suartana, 2000 dalam

Faisal dan Indra WK, 2002:167)

Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi

dalam kegiatan manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi,

koordinasi, supervise, pengaturan staff, negosiasi dan representasi

(Mahoney et al. 1963 dalam Laksmana dan Muslichah, 2002 : 116).

2.3.1.1. Tugas Manajer

Efektifitas kinerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian suatu

(15)

manufaktur, efektifitas kinerja adalah apabila unit kerja mampu memenuhi

target produksi baik dalam hal kuantitas maupun kualitas yang dihasilkan.

Efisiensi kerja adalah mengukur biaya sumber daya yang diperlukan

sehubungan dengan pencapaian tujuan, dalam hal ini perbandingan antara

keluaran (output) riil yang dihasilkan dengan masuk (input) yang digunakan

(Schermerhorn. Jr, 2003 : 5).

Menurut T. Hani Handoko (1999: 29) tugas penting yang

dilaksanakan oleh manajer adalah sebagai berikut :

1) Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Istilah “orang”

mencakup tidak hanya para bawahan dan atasan, tetapi juga manajer

lainnya dalam organisasi. Disamping itu, “orang” juga termasuk

individu dari luar organisasi yaitu : langganan, penyedia (supplier),

konsumen, pengurus serikat karyawan, pejabat dan karyawan kantor

pemerintah, dan sebagainya.

2) Manajer memajukan dan menyeimbangkan tujuan yang saling

bertentangan dan menetapkan prioritas.

3) Manajer bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan. Para

manajer ditugaskan untuk pengelolaan pekerjaan secara sukses. Mereka

biasanya dievaluasi atas dasar seberapa baik mereka mengatur tugas

yang harus diselesaikan.

4) Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual. Untuk menjadi

pemikir yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisahkan

(16)

komponen tersebut, kemudian mencari penyelesaian yang layak

(flexible) dengan akurat. Lebih penting bagi manajer adalah menjadi pemikir konseptual, yang mampu memandang keseluruhan tugas dan

mengkaitkan suatu tugas dengan tugas lainnya.

5) Manajer adalah seorang mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang,

yang saling tidak setuju atau saling bertentangan. Dalam suatu unit kerja

atau organisasi, maka bisa menurunkan semangat kerja dan

produktivitas, kejadian seperti ini menuntut peranan manajer sebagai

mediator (penengah).

6) Manajer adalah seorang politisi. Seperti apa yang dilakukan politisi

dalam mengkampanyekan program-programnya, manajer harus

mengembangkan hubungan baik untuk mendapatkan dukungan atas

usulan dan keputusannya.

7) Manajer adalah seorang diplomat. Manajer harus berperan sebagai wakil

(representatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan

organisasional.

8) Manajer berani mengambil keputusan yang sulit. Organisasi selalu

banyak menghadapi masalah (misal : kesulitan finansial, masalah

personalia, dan sebagainya). Manajer adalah orang yang diharapkan

dapat menemukan pemecahan masalah sulit dan mengambil berbagai

(17)

Tugas manajer menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich (1996 : 24)

adalah : Mengelola organisasi, mengelola orang, mengelola produksi

dan operasi.

2.3.1.2. Penilaian Kinerja Manajerial

Penilaian kinerja menurut Sjafri Mangkuprawira (2004: 223)

merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja

pekerjaan seseorang.

Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 415) adalah penentuan

secara periodik dan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian

organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kreteria yang

telah ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasarnya dijalankan

oleh manusia, maka penilaian kinerja merupakan penilaian atas perilaku

manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam

organisasi.

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan

dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku

yang ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang

diinginkan perusahaan.

2.3.1.3. Manfaat dan Tahap Penilaian Kinerja Manajerial

Menurut Sjafri Mangkuprawira (2004: 224) Penilaian kinerja

karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan

perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai

(18)

a. Perbaikan Kinerja

Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis

personal dalam bentuk kegiatan yang tepat.

b. Penyesuaian Kompensasi

Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan menentukan apa yang

seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk kegiatan

yang tepat untuk memperbaiki kinerja.

c. Keputusan Penetapan

Promosi, transfer dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada

kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk penghargaan.

d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan

Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan

kebutuhan kembali.

e. Perencanaan dan Pengembangan Karier

Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang

karier spesifik karyawan.

f. Definisi Proses Penempatan Staf

Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan

dalam proses penempatan staf di departemen SDM.

g. Ketidakakuratan Informasi

Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi

analisis pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen

(19)

h. Kesalahan Rancangan Pekerjaan

Kinerja buruk mungkin sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang

keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan.

i. Kesempatan Kerja yang Sama

Penilaian kerja yang akurat secara actual menghitung kaitannya dengan

kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah

suatu yang bersifat diskriminasi.

j. Tantangan-tantangan Eksternal

Kinerja dipengaruhi oleh faktor lingkungan pekerjaan, seperti keluarga,

finansial, kesehatan dan masalah lainnya.

Tahap penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 420) adalah sebagai

berikut : Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama (tahap

persiapan dan tahap penilaian). Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci

yaitu Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang

bertanggungjawab; Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja;

Pengukuran kinerja sesungguhnya. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap

rinci yaitu Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya; Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan

kinerja sesungguhnya dari yang telah ditetapkan standar; Penegakan

perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah

(20)

2.3.1.4. Tingkatan Manajerial dan Keterampilan

Tingkatan manajer menurut John. R. Schermerhorn. Jr (2003: 10)

adalah sebagai berikut :

a. Top Manager

Adalah seorang manajer yang bertugas menetapkan tujuan,

kebijaksanaan, dan strategi organisasi, membuat keputusan jangka

panjang. Top manajer harus mempunyai kepedulian atas apa yang terjadi

di dalam lingkungan, siap menghadapi peluang dan ancaman potensial

di masa mendatang, serta mempersiapkan cara-cara untuk

mengantisipasinya, sebutan khas bagi top manajer adalah direktur,

presiden, kepala devisi, wakil presiden senior, dan sebagainya.

b. Middle Manager

Seorang manajer yang bertugas mengawasi beberapa unit kerja dan

menerapkan rencana sesuai tujuan dari tingkatan yang lebih tinggi. Para

middle manajer harus berorientasi pada kelompok (team-oriented) serta

dapat bekerja sama dengan baik untuk melakukan koordinasi

kegiatan-kegiatan antar unit dalam organisasi.

c. First-line Manager

Adalah seseorang yang mendapatkan laporan dari para karyawan

operasional, sebutan lain untuk jabatan ini antara lain supervisor, kepala

departemen, serta yang paling umum adalah pimpinan kelompok.

(21)

mampu menyelesaikan tugas dengan tujuan jangka pendek yang sesuai

dengan rencana middle dan top manajer.

Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer yang

efektif menurut T. Hani Handoko (1999: 36) adalah sebagai berikut :

1) Keterampilan konseptual (conceptual skills) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan

dan kegiatan organisasi.

2) Keterampilan kemanusiaan (human skill) adalah untuk bekerja dengan, memahami, dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu maupun

kelompok. Manajer membutuhkan keterampilan ini agar dapat

memperoleh partisipasi dan mengarahkan kelompoknya dalam

pencapaian tujuan.

3) Keterampilan teknik (technical skill) adalah kemampuan untuk

menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-prosedur, atau teknik-teknik

dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi, produksi, penjualan, atau

permesinan dan sebagainya.

2.3.2. Sistem Pengendalian Manajemen

Setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen,

karena sistem tersebut didesain untuk mengukur aktivitas anggota organisasi

melalui para pimpinan (manajer) orang agar sesuai dengan tujuan yang

diinginkan perusahaan. Proses pengendalian dilakukan melalui para

pimpinan dengan penentuan tujuan dan strategi pelaksanaan dan pengukuran

(22)

Menurut Antony dan Govindarajan (2002: 5). Sistem merupakan

suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk melaksanakan suatu atau

serangkaian aktivitas. Sistem yang digunakan oleh manajemen untuk

mengendalikan aktivitas suatu aktivitas organisasi disebut sistem

pengendalian manajemen.

Menurut Mahduh M. Hanafi (2003: 405). Pengendalian manajemen

adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi tertentu dengan

merencanakan mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan

prestasi yang sesungguhnya dengan standar prestasi, menentukan apakah

terjadi penyimpangan dan mengukur apakah penyimpangan ini berarti

(signifikan), dan melakukan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan

bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara yang paling

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Supriyono (2000: 27). Sistem pengendalian manajemen

adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi

anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan strategi dan

kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai

tujuan organisasi.

2.3.2.1. Elemen Sistem Pengendalian

Menurut Anthony dan Govindarajan (2002: 1) setiap sistem

pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen, yaitu :

(23)

b. Penaksir (assesor) adalah suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa actual, dengan membandingkannya dengan beberapa

standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.

c. Effector adalah suatu perangkat (yang sering disebut “feedback”) yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan kebutuhan yang perlu

dipenuhi.

d. Jaringan komunikasi adalah perangkat yang meneruskan informasi

antara detector dan assesor dan effector.

2.3.2.2. Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian

Menurut Robert J. Mockler dalam Stoner, dkk (2003:248)

langkah-langkah dalam proses pengendalian adalah sebagai berikut : Menetapkan

standar dan metode mengukur prestasi kerja; Mengukur prestasi kerja;

Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar; Mengambil

tindakan korektif.

2.3.2.3. Karakteristik dan Manfaat Pengendalian Manajemen

Untuk mencapai kesuksesan organisasi harus mempunyai dan

mempertahankan pengendalian manajemen yang baik (Merchant, 1981:

271). Beberapa karakeristik pengendalian yang baik meliputi : Pengendalian

berorientasi masa depan, pengendalian harus mampu mendorong pencapaian

tujuan organisasi, pengendalian mampu menjamin pencapaian tujuan

organisasi yang lebih baik dari periode sebelumnya.

Menurut (Stoner dkk, 2003: 250) manfaat pengendalian adalah,

(24)

menambah nilai, menyatukan pekerja dari berbagai latar belakang dan kultur

yang berbeda, memudahkan delegasi dan kerja tim.

2.3.2.4. Jenis Pengendalian Manajemen

Menurut John R. Schermerhorn. Jr (2003: 167) jenis pengendalian

manajemen adalah sebagai berikut :

a. Feedforward Control (Pengendalian awal)

Merupakan pelaksanaan kegiatan pengendalian sebelum aktivitas kerja

dimulai, dan memastikan arah yang ditentukan sudah benar.

b. Concurrent Control

Tipe pengendalian ini memfokuskan apa yang terjadi selama kegiatan

tersebut berlangsung (steering control), yang memonitor kegiatan yang sedang berlangsung sehingga dapat memastikan segala sesuatu berjalan

dengan semestinya.

c. Feedback Control

Disebut sebagai pengendalian pasca tindakan (postaction control), dilaksanakan setelah seluruh kegiatan selesai.

2.3.3. Pengendalian Akuntansi

Pengendalian adalah proses untuk mengarahkan seperangkat variabel

(misalnya, mesin-mesin, manusia, dan peralatan) ke arah terciptanya sasaran

atau tujuan, dalam organisasi, pengendalian adalah proses mengarahkan

kegiatan yang menggunakan berbagai sumber ekonomi agar sesuai dengan

(25)

Menurut Heckert dalam Faisal (2002:163) pengendalian adalah

mengembangkan dan merevisi norma (standar) yang memuaskan sebagai

ukuran pelaksanaan dan penyediaan pedoman serta bantuan kepada para

anggota manajemen yang lain dalam menjamin adanya penyesuaian hasil

pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma-norma.

Akuntansi merupakan proses pengolahan informasi yang berkaitan

dengan kesatuan ekonomi yang bersifat kualitatif yang dapat menjadi dasar

bagi pihak ekstern untuk mengambil keputusan, sehingga akuntansi disebut

sebagai bahasa bisnis karena akuntansi mengukur dan mengkomunikasikan

informasi keuangan dan lainnya kepada pembuatan keputusan. Selain itu

akuntansi disebut juga sebagai sistem informasi karena menerima informasi

dan lingkungan, mengukurnya, mencatat, memproses dan mengeluarkan

laporan kembali ke lingkungan dan orang-orang mengambil tindakan

berdasarkan laporan tersebut.

Manfaat pengendalian akuntansi menurut Anthony (1991:23),

meliputi :

1. Alat untuk memastikan bahwa transaksi hanya dilaksanakan atas ijin

manajemen.

2. Alat untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat untuk

memungkinkan, paling sedikit, penyusunan laporan keuangan yang

(26)

3. Alat untuk memastikan dengan pemeriksaan fisik berkala dengan

perhitungan sumber daya organisasi, bahwa laporan yang mencatat

pertanggung jawaban untuk sumber daya organisasi adalah benar.

4. Cara untuk memastikan bahwa penggunaan sumber daya seperti

persediaan dan barang dagangan atau peralatan dan mesin hanya

dilakukan dengan izin tertulis manajemen.

Tujuan Pengendalian Akuntansi Internal menurut Supriyono (2000:

33) antara lain :

1. Menjaga kekayaan dan mencatat organisasi.

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa Pengendalian Akuntansi adalah pengendalian yang menggunakan

ukuran-ukuran, keuangan, yang salah satu bentuknya yaitu anggaran.

Anggaran digunakan sebagai pedoman kerja dan sebagai alat pengawasan

kerja. Dengan demikian anggaran merupakan alat bagi manajemen untuk

membantu menjalankan fungsi-fungsinya.

Pengendalian akuntansi adalah pengendalian yang berdasarkan pada

angka-angka akuntansi seperti anggaran, standard coting, flexible budgeting

(Faisal dan Kusuma, 2002: 167)

2.3.3.1. Manfaat Pengendalian Akuntansi

Pengendalian akuntansi menekankan pada tindakan-tindakan untuk

(27)

(tindakan-tindakan penyimpangan yang disengaja). Menurut Anthony dkk,

(1992: 26) manfaat pengendalian akuntansi adalah sebagai berikut :

a. Sarana untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi hanya dilakukan

sesuai dengan ijin manajemen.

b. Sarana untuk memastikan bahwa semua transaksi tersebut dicatat untuk

memungkinkan, penyusunan laporan keuangan yang semestinya dan

untuk menjaga tanggung jawab atas sumber daya.

c. Sarana untuk memastikan, melalui pemeriksaan fisik berkala dan

perhitungan sumber daya organisasi, bahwa laporan akuntansi yang

mencatat pertanggung jawaban atas sumber daya organisasi.

d. Sarana untuk memastikan bahwa akses ke sumber daya, seperti bahan

pembantu dan barang dagangan, serta penggunaan sumber daya, seperti

peralatan dan mesin-mesin, hanya dilakukan berdasarkan ijin tertulis

manajemen.

Menurut Supriyono (2000: 33) manfaat pengendalian akuntansi

internal adalah menjaga kekayaan dan catatan organisasi serta mengecek

ketelitian data akuntansi.

2.3.3.2. Tujuan Pengendalian Akuntansi

Menurut Supriyono (2000: 33) manfaat pengendalian akuntansi

internal adalah sebagai berikut :

1. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.

(28)

2.3.4. Pengendalian Perilaku

Pengendalian perilaku adalah pengendalian yang berdasarkan

struktur otoritas, peraturan formal, prosedur standar pengoperasian (Faisal

dan Kusuma, 2002: 163). Pengendalian perilaku meliputi aktivitas

pengawasan, monitoring aktivitas yang sedang berjalan dan mengamati

anggota organisasi berperilaku sesuai dengan cara yang dikehendaki.

Definisi Behavioral Accounting menurut Siegel dan Marconi (1989: 2) adalah “Behavioral Accounting is the between human behavior and the accounting system”. Berdasarkan keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa akuntansi perilaku merupakan cabang atau bagian dari akuntansi yang

menitikberatkan pada hubungan antara perilaku manusia dengan sistem

akuntansi manajemen, jadi akuntansi perilaku mempunyai lingkup yang luas

memperhatikan perilaku manusia dan hubungannya dengan rancangan

bentuk dan kegunaan sistem informasi akuntansi.

Menurut L. Massie (1985: 156) macam perilaku pimpinan (manajer)

terdiri dari :

a. Perilaku instrumental (Instrumental Behavior), bersamaan dengan Struktur Permulaan, terdiri dari : perencanaan, organisasi, control dan

koordinasi bawahan dalam tugasnya secara dekat.

b. Perilaku yang mendukung (supportive Behavior), sangat mirip dengan pertimbangan, terdiri dari : menunjukka perhatian atas minat, kebutuhan,

(29)

c. Perilaku partisipatif (participative Behavior), ditandai dengan sumbang dan saran informasi serta penekanan atas konsultasi dengan bawahan.

d. Perilaku berorientasi pada pencapaian (Achievement-Oriented

Behavior): mencanangkan sasaran yang menantang, mengharapkan bawahan suatu pelaksanaan yang tinggi, dan selalu mencari perbaikan

dalam prestasi.

2.3.5. Pengendalian Personal

Pengendalian personal adalah pengendalian yang berdasarkan pada

pembuatan kebijakan-kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia

(Faisal dan Kusuma 2002: 163). Kebijakan-kebijakan ini menyediakan

informasi personal yang vital untuk perencanaan dan pengembalian

keputusan manajemen SDM, bila kegiatan-kegiatan pengendalian personal

tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan karyawan secara sukses. Para

karyawan mungkin terkumpul dan melakukan kegiatan kolektif, hal ini

mengakibatkan kegiatan personal dihadapkan dengan situasi baru, hubungan

serikat karyawan, untuk menanggapi “tuntutan-tuntutan” kolektif para

karyawan, fungsi personal perlu merundingkan dan mengadministrasikan

suatu perjanjian kerja.

Pengendalian personal yang sering disebut pengendalian

professional (clan control) merupakan pengendalian yang didasarkan pada proses sosial dan self control. Jenis pengendalian ini diperluka oleh organisasi yang mempekerjakan personal yang menguasai mekanisme yang

(30)

ketidakpastian. Mereka tidak hanya memiliki pengetahuan dan pengalaman

untuk melaksanakan tugas yang kompleks, tetapi mereka sudah terbiasa

bertindak secara independen tanpa pengendalian formal dan administratif,

mereka dapat mencari dan mengimplementasikan solusi yang diharapkan

dari suatu permasalahan (Widiatmoko, 2003: 271).

Tujuan pengendalian personal adalah untuk mengawasi dan

memonitor tindakan bawahan untuk memastikan bahwa tindakan tersebut

sesuai dengan aturan yang ditetapkan. (Faisal dan Indra WK, 2002: 164).

2.3.6. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Akuntansi Terhadap

Kinerja Manajerial

Teori Kendala mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi

oleh kendala-kendalanya. Kemudian, teori kendala mengembangkan

pendekatan yang spesifik untuk mengendalikan kendala, untuk mendukung

tujuan, yaitu kemajuan yang terus menerus bagi suatu perusahaan. Menurut

teori kendala, jika ingin meningkatkan kinerja, suatu perusahaan harus

mengidentifikasi kendala-kendalanya, mendayagunakan kendala-kendala

dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang dan menemukan cara untuk

mengatasi kendala-kendala (Hansen dan Mowen, 2001: 666).

Akuntan sangat berkepentingan terhadap pemahaman tentang

hubungan rancangan sistem kontrol akuntansi dengan berbagai variabel

organisasi. Pengendalian akuntansi seperti anggaran dapat digunakan

sebagai alat perencanaan untuk menyusun target kinerja dan mengukur hasil

(31)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu

pengendalian akuntansi merupakan suatu perencanaan, sistem pelaporan dan

prosedur monitoring yang didasarkan pada sistem informasi. Sehingga

pengendalian akuntansi dalam menggunakan anggarannya akan

mempengaruhi kinerja di dalam organisasi itu sendiri.

2.3.7. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Perilaku Terhadap

Kinerja Manajerial

Teori pembentukan perilaku (operant conditioning) menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi pemuasan

cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti

konsekuensi-konsekusensi hukuman cenderung tidak diulang. Teori ini menunjukkan

bahwa peningkatan kinerja manajerial apabila penilaian kinerjanya diikuti

dengan konsekuensi yang memuaskan seperti dengan memberikan

penghargaan (Handoko, 1992: 246).

Pengendalian perilaku merupakan salah satu bentuk pengendalian

administratif. Pengendalian administratif meliputi : struktur otoritas,

peraturan-peraturan formal, prosedur standar pengoperasian, standar untu

mengatur perilaku para manajer dan pekerja, anggaran, reward, dan sistem insentif (Faisal, 2002: 167).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu

pengendalian perilaku bertujuan untuk menjamin hasil yang ingin dicapai

meliputi aktivitas pengawasan, monitoring, dan aktivitas yang sedang

(32)

dikehendaki. Sehingga dalam suatu organisasi, pengendalian perilaku akan

mempengaruhi terhadap kinerja manajerial.

2.3.8. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Personal Terhadap

Kinerja Manajerial

Teori X dan Teori Y dari Douglas Mc. Gregor. Teori X

berpendapat bahwa orang memiliki dalam dirinya sendiri sikap tidak suka

akan pekerjaan, walaupun mereka dianggap kerja itu perlu, mereka

menghindarinya bila mungkin. Teori Y, beranggapan bahwa kerja adalah

sama wajarnya seperti bermain atau istirahat, bahwa sesungguhnya orang

ingin bekerja dan dalam lingkungan yang benar, mendapat sejumlah

kepuasan dalam kerja. Orang memiliki kemampuan untuk menerima bahkan

mencari tanggung jawab dan menerapkan imajinasi, kepandaian, dan

kreativitas pada masalah organisasi.

Menurut teori Y yang menjadi masalah adalah bahwa kehidupan

industri modern tidak sepenuhnya mengerahkan kemampuan rata-rata

manusia, untuk memanfaatkan keinginan dan kemampuan kerja bawahan

mereka yang merupakan bawaan sejak lahir, para manajer hendaknya

memberikan suatu iklim yang kondusif bagi perkembangan pribadi, dalam

hal ini, manajemen partisipatif adalah model yang ideal (Douglar Mc.

Gregor dalam Thoha, 2004 : 241).

Menurut Faisal (2002: 166). Pengendalian personal merupakan salah

satu bentuk pengendalian di depan. Pengendalian di depan dalam sumber

(33)

Pemilihan dan penempatan karyawan sesuai dengan persyaratan kerja dan

keterampilan berdasarkan spesifikasi sifat dan tugas yang akan dijalankan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengendalian personal merupakan suatu pengendalian yang didasarkan pada

pembuatan kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia. Sehingga

dapat menyediakan informasi personal untuk perencanaan dan pengambilan

keputusan manajemen atau organisasi, dengan adanya kebijakan yang baik

dalam perusahaan akan dapat menghasilkan kinerja yang diharapkan.

2.4. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, maka

kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut :

Regresi Linier Berganda

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Pengendalian Akuntansi

(X1)

Pengendalian Perilaku (X2)

Pengendalian Personal (X3)

(34)

2.5. Hipotesis

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan dan landasan

teori yang ada dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut : “Bahwa

pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, dan pengendalian personal

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu

definisi yang di berikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara

memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau pun memberikan

suatu operasional yamg diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel

tersebut.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kinerja

manajerial (Y) sebagai variable terikat dan variable bebasnya yaitu :

a) Pengendalian akuntansi (X1)

b) Pengendalian perilaku (X2)

c) Pengendalian personal (X3)

Definisi operasional variabel-variabel sebagai berikut :

a) Pengendalian akuntansi (X1) adalah pengendalian yang berdasarkan

pada angka-angka akuntansi, seperti anggaran, standard costing, dan

flexible budgeting. Variabel ini diukur dengan menggunakan

Instrumen yang dikembangkan oleh Hopwood 1972 (Faisal dan

Kusuma, 2002: 167).

b) Pengendalian perilaku (X2) adalah pengendalian yang didasarkan pada

struktur otoritas, peraturan-peraturan formal dan prosedur standar

(36)

yang dikembangkan oleh Brownell dan Hirst, Vancil, Ferrel dan

Skinner (Faisal dan Kusuma, 2002: 168).

c) Pengendalian personal (X3) adalah pengendalian yang didasarkan pada

pembuatan kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia.

Variabel ini diukur dengan menggunakan Instrumen yang

dikembangkan oleh Hage dan Aiken (Faisal dan Kusuma, 2002: 168).

d) Kinerja manajerial (Y) adalah hasil dari kegiatan manajerial yang

meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi,

pengawasan, pengaturan staff, negosiasi dan perwakilan. Variabel ini

diukur dengan menggunakan Instrumen yang dikembangkan oleh

Mahoney dkk.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel dalam

penelitian ini adalah menggunakan skala Simantic Differential, skala ini tersusun dalam satu kontinum dengan jawaban sangat positif disebelah

kanan dan negatifnya terletak disebelah kiri atau bahkan sebaliknya. Skala

data yang digunakan adalah skala interval, yang terdiri atas variabel bebas

dan terikat (Sumarsono, 2004 : 25).

Skala Simantic Differential:

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Berikut uraian singkat tentang pengukuran variabel penelitian serta

(37)

a. Pengendalian akuntansi (X1).

Instrumen ini dikembangkan oleh Hopwood (1976), dalam Faisal

dan Kusuma (2002). Pengendalian akuntansi dalam pengukuran akuntansi

yang biruk menunjukkan dalam pengukuran menggunakan skore rendah

(poin 1). Sedangkan skore tinggi (poin 7) menunjukkan bahwa

pengedalian akuntansi yang baik.

b. Pengendalian perilaku (X2).

Instrumen ini dikembangkan oleh Brownej dan Hirst (partisipasi

dalam pembuatan keputusan), Vancil (hirarki wewenang) dan Ferrel dan

Skinner (formalisasi) dalam Faisal dan Kusuma (2002). Pengendalian

perilaku dalam pengukuran menggunakan skala tujuh poin, dengan

perincian skore rendah (poin 1) menunjukkan rendahnya struktur otoritas

dan peraturan formal di perusahaan, sedangkan skore tinggi (poin 7)

menggunakan tingginya struktur otoritas dan peraturan formal di

perusahaan.

c. Pengedalian personal (X3).

Instrumen ini dikembangkan oleh Hage danAiken (1967). Dalam

analisa penelitian ini, skore rendah (poin 1) menunjukkan rendahnya

kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia, sedangkan skore tinggi

(poin 7) menunjukkan tingginya kebijakan yang menyangkut sumber daya

manusia di sesuaikan dengan kondisi responden.

d. Kinerja manajerial (Y).

Instrumen ini dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Reny

Mustika (1999). Dalam pengukuran kinerja manajerial digunakan skala

(38)

manajerial yang rendah sedangkan skore yang tinggi (poin 7)

menunjukkan kinerja manajerial yang tinggi.

Definisi di atas merupakan pengembangan dari penelitian dimana 7

berarti sangat setuju dengan persyaratan yang diberikan, jawaban 1 berarti

sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban

nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat setuju dan sangat tidak setuju

dari pernyataan yang diberikan. Jadi jawaban antara nilai 5 dan 7 berarti

cenderung sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan dan jawaban

antara nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan

pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Obyek Penelitian

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. KERTA

RAJASA RAYA Waru Sidoarjo.

3.2.2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas dan

ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2003: 325). Populasi merupakan

kelompok obyek atau subyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik

tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain,

dari kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian

(Sumarsono, 2004: 44). Maka ada perangkapan fungsi di struktur

(39)

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para

manajer PT. KERTA RAJASA RAYA di Waru Sidoarjo yang

berjumlah 13 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagi dari populasi (Nazir, 2003:271). Dalam

penelitian ini sampelnya adalah seluruh populasi yang ada pada obyek

sehingga penelitian ini menggunakan metode sensus.

Jumlah sampel yang sedikit, maka sampel ini disebut sampling

jenuh atau sensus, yaitu teknik pengumpulan sampel bila semua

anggota populasi dijadikan sampel, berdasarkan uraian diatas maka

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 13 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari sumber tidak melalui perantara (Indriantoro dan Supomo, 1999: 146).

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

akan diteliti.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan tiap pertanyaan

(40)

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas

Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat

ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur.

Paling tidak yang dapat dilakukan dalam menetapkan validitas suatu

instrumen pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari

kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam

pengukuran (Umar, 1997:85).

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat

pengukur itu ( kuesioner ) apa yang di inginkan. Valid atau tidaknya alat

ukur tersebut dapat di uji dengan mengoreksi antara skor yang diperoleh

dari penjumlahan semua skor pertanyan. Apabila korelasi antara skor

total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan ( ditunjukkan

dengan taraf signifikan < 0,05 ), maka dapat dikatakan bahwa alat

pengukur tersebut mempunyai validitas. (Sumarsono, 2004: 31).

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang

diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan

perkataan lain, hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap obyek dan alat pengukuran yang

sama (Sumarsono, 2004:34).

Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau

konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

(41)

angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitasnya (Azwar, 2000 : 83).

3.4.3. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data

tersebut mengikuti seberan normal dilakukan dengan metode Kolmogorov

Smirnov (Sumarsono, 2004:40). Pedoman dalam mengambil keputusan

apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal (Sumarsono,

2004:43) adalah :

 Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

 Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka

distribusi adalah normal.

3.5. Teknik Analisis

3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Menurut Sulaiman (2004:87) regresi linier berganda dengan

persamaan Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + e persamaan regresi diatas

harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) artinya

pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk bisa

dikatakan sebagai alat ukur yang BLUE, maka persamaan regresi harus

memenuhi ketiga asumsi klasik berikut ini :

a. Tidak boleh terjadi autokorelasi.

b. Tidak boleh terjadi multikolinearitas.

(42)

Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka

persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga

pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Berikut ini

uraian singkat mengenai ketiga asumsi tersebut :

a. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi

yang diurutkan berdasarkan waktu (data rime series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional) (Gujarati, 1993: 201). Untuk mendiagnosis adanya autokrelasi nilai Durbin-Watson

Penelitian ini tidak menggunakan data time series, maka uji

autokorelasi tidak digunakan.

b. Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2002 : 57), uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas :

1. Nilai koefisien determinasi berganda (R square) tinggi.

2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar

variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas

0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

3. Menghitung nilai tolerance dan Varience Inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah

(43)

besar dari 10 hal ini berarti terdapat multikolinier pada persmaan

regresi linier.

c. Heteroskedastisitas

Maksud dari penyimpangan hesteroskedastisitas adalah jika nilai

residual tidak konstan untuk setiap nilai tertentu variabel bebas. Jika

ketentuan ini dilanggar maka akan terjadi hesteroskedastisitas

(Ghozali, 2002 : 69), hal ini bisa diidentifikasi dengan cara

menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh

variabel bebas.

Menurut Santoso (2001:301) deteksi adanya hesteroskedastisitas

adalah :

1. Jika nilai probabilitasnya > 0,05 berarti bebas hesteroskedastisitas.

2. Jika nilai probabilitasnya < 0,05 berarti ada hesteroskedastisitas.

3.5.2. Uji Hipotesis (Uji F)

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda. Persamaan regresi linier

berganda tersebut adalah sebagai berikut :

Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + e ……. (Anonim, 2008 : L-21)

Keterangan :

0 : Konstanta

123 : Koefisien regresi

Y : Kinerja manajerial

X1 : Pengendalian akuntansi

X2 : Pengendalian perilaku

X3 : Pengendalian personal

(44)

Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi

yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat (Y) dengan prosedur sebagai berikut :

a. Hipotesis

H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 0 (Model regresi tidak cocok)

H1 : 1 = 2 = 3 = 4 0 (Model regresi cocok)

b. Leval of signifikan () = 0,05

c. Ketentuan pengujian :

1) Jika tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka H0 diterima dan H1

ditolak.

2) Jika tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima.

Uji t

1) Ho : i = 0, dimana i = 1, 2, 3, (tidak terdapat pengaruh signifikan X1,

X2, X3, secara parsial terhadap Y).

Hi : i ≠ 0, dimana i = 1, 2, 3, (terdapat pengaruh X1, X2, X3,

secara parsial terhadap Y).

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05.

3) Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a) Apabila nilai probabilitas > 0,05 Ho diterima dan Hi ditolak.

(45)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah PT. Kerta Rajasa Raya

PT. Kerta Rajasa Raya adalah salah satu pelopor dalam memproduksi

kemasan berbahan dasar polypropylene yang berdiri pada tahun 1981 dan

banyak dikenal waktu itu dengan nama Karung Plastik. Karung plastik

banyak digunakan untuk kemasan pupuk, kedelai, beras, bahan kimia dan

bermacam-macam produk agro.

PT. Kerta Rajasa Raya mulai melakukan ekspor pada tahun 1985 yaitu

ke Negara Jepang dan Singapura. Sejak tahun 1985 – 2009 PT. Kerta Rajasa

Raya berhasil menjadi salah satu penghasil terbesar produk kemasan

berbahan dasar polypropylene dan mengekspor produknya ke beberapa

Negara besar seperti: Amerika, Benua Eropa, KAnada, Australia, Benua

Afrika, Philipina, Jepang, Malaysia, Singapura dan beberapa Negara ketiga

lainnya.

Sejak tahun 1981 sampai dengan tahun 2009 perusahaan telah

melakukan penyempurnaan-penyempurnaan dalam membuat produk

kemasan untuk pelanggan sehingga dapat menyediakan produk yang terbaik

untuk konsumen.

Pada tahun 2009 perusahaan melakukan investasi dan bekerja sama

dengan perusahaan pembuat mesin dari Negara Eropa dengan melakukan

(46)

transfer teknologi mesin untuk membuat ”Kemasan Multi Guna” termasuk

untuk kebutuhan kemasan produk semen. Nama komersial dari produk

“Kemasan Multi Guna” tersebut hádala “KRR”. Dimana untuk produk

tersebut akan diberikan penjelasan tentang perjalanan dari pembuatan

kemasan “KRR” tersebut sebagai berikut:

1. Pada waktu terdahulu kebanyakan Pabrik semen di seluruh dunia

menggunakan sarana kemasan berbahan kertas untuk mengemas produk

semen mereka. Pada masa-masa tersebut pabrik semen mengalami

banyak kendala dengan penggunaan kemasan berbahan dasar kertas yang

mana berpotensi mengalami kerusakan/kehilangan produk yang cukup

tinggi. Kerusakan/kehilangan tersebut dimulai dari proses pengemasan,

pemuatan ke dalam truk serta transportasi sampai pada consumen

pengguna produk. Kerusakan tersebut disebabkan oleh minimnya

kekuatan kertas karena sifat kertas yang tidak flrksibel dan juga rentan

terhadap air dan cuaca. Potensi kehilangan/kerusakan produk dalam

kemasan berbahan kertas Sangat tinggi bahkan di beberapa perusahaan

besar di Negara Eropa dapat mencapai lebih dari 5% total produk yang

dihasilkan. Dalam penggunaan kertas untuk kemasan semen juga

menimbulkan banyak protes dari LSM di luar negeri yang

memperjuangkan lingkungan hidup.

Oleh karena permasalahan tersebut diatas maka pada tahun 1993

salah satu dari pembuat mesin dari Negara Eropa melakukan penelitian

(47)

kemasan semen. Adapun bahan yang dipakai untuk membuat kemasan

alternatif tersebut adalah berbahan dasar Polypropylene. Polypropylene

adalah bahan material yang juga banyak digunakan untuk pembuatan

karung plastik, alat-alat rumah tangga, alat-alat industri maupun

produk-produk yang diproduk-produksi dengan teknologi tinggi.

2. Pada tahun 1996 kemasan berbahan Polypropylene tersebut mulai

digunakan oleh beberapa pabrik semen di Negara-negara Eropa maupun

Amerika Latin dimana terdapat producen semen yang cukup besar pada

waktu itu. Namun disayangkan dalam penggunaan kemasan tersebut

masih didapati kendala yang cukup mengganggu pemakaian kemasan

tersebut. Setelah dilakukan penyempurnaan pada tahun 2000 produk

kemasan berbahan Polypropylene tersebut telah dipakai di 27 Negara di

seluruh dunia yaitu benua Eropa, Amerika, Amerika Latin, Afrika,

Meksiko, timar Tengah dan dipakai sebagai standar kemasan oleh

beberapa perusahaan besar di Negara-negara tersebut. Sebagian kecil

contoh perusahaan besar yang telah menggunkan produk tersebut sebagai

standar adalah: Holcim di Meksiko, La forge di Perancis, Hiedelberg dll.

Oleh karena perbedaan geografis Negara-negara pengguna

kemasan tersebut maka pada setiap Negara dilakukan

penyesuaian-penyesuaian dalam menentukan spesifikasi dan penentuan teknis dalam

memproduksi kemasan tersebut.

3. Pada akhir tahun 2007 perusahaan telah bekerja sama dengan perusahaan

(48)

menentukan spesifikasi yang diperlukan untuk membuat kemasan yang

dibutuhkan untuk digunakan di Negara Indonesia. Oleh karena sifat

geografis Negara Indonesia yang memiliki kelembaban udara yang cukup

tinggi terutama pada waktu musim hujan, maka diperlukan perhatian

khusus dalam menentukan spesifikasi teknis dan penyesuaian mesin tang

tepat dalam membuat kemasan semen tersebut.

4. Pada akhir tahun 2009 perusahaan telah berhasil mendapatkan spesifikasi

dan penyesuaian dalam mesin khusus untuk memproduksi kemasan

semen berbahan Polypropylene tersebut sehingga dapat menghasilkan

hasil yang maksimal dalam melindungi produk semen dalam kemasan.

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun misi dari preusan yaitu “Menyediakan produk yang

berkualitas dan terbaik untuk pelanggan”, preusan terus melakukan

pengembangan dan penelitian serta bekerja sama dengan

perusahaan-perusahaan pembuat mesin kemasan untuk mendapatkan kualitas yang

terbaik.

4.2. Analisis Hasil Penelitian

Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 25 kuesioner

secara langsung kepada manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan

(49)

Kuesioner yang kembali sebanyak 13 buah, sehingga tingkat pengembalian

yang digunakan (usable response rate) sebesar 52%.

4.2.1. Uji Validitas

Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan

mengkorelasikan antara skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua

skor pertanyaan dengan masing-masing item, jika tingkat signifikan kurang

dari 5% (< 0,05) maka butir pernyataan tersebut adalah valid dan jika

tingkat signifikan lebih besar dari 5% (> 0,05) maka butir pernyataan

tersebut adalah tidak valid.

Hasil pengujian validitas pada masing-masing variabel dapat dilihat

pada tabel-tabel dibawah ini :

1. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1)

Pengujian validitas pada variabel pengendalian akuntansi dilakukan

sebanyak 3 (tiga) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian

validitas pada variabel pengendalian akuntansi:

Tabel 4.1 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Pertama

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

X1.1 0,557 0,048 Valid

X1.2 0,777 0,002 Valid

X1.3 0,606 0,028 Valid

X1.4 0,138 0,653 Tidak Valid

X1.5 0,613 0,026 Valid

X1.6 0,831 0,000 Valid

X1.7 0,307 0,307 Tidak Valid

(50)

Uji validitas putaran pertama terdapat 2 (dua) item pernyataan yang

tidak valid yaitu X1.4 dan X1.7 karena tingkat signifikan yang dihasilkan

diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa

mengikutsertakan X1.4 dan X1.7.

Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Kedua

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

X1.1 0,737 0,004 Valid

X1.2 0,910 0,000 Valid

X1.3 0,393 0,184 Tidak Valid

X1.5 0,687 0,010 Valid

X1.6 0,887 0,000 Valid

Sumber : Lampiran II

Uji validitas putaran kedua masih terdapat 1 (satu) item pernyataan

yang tidak valid yaitu X1.3 karena tingkat signifikan yang dihasilkan

diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa

mengikutsertakan X1.3.

Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Ketiga

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

X1.1 0,765 0,002 Valid

X1.2 0,959 0,000 Valid

X1.5 0,673 0,012 Valid

X1.6 0,896 0,000 Valid

Sumber : Lampiran II

Setelah dilakukan pengujian yang ketiga, hasil pengujian validitas

menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X1.1, X1.2, X1.5

dan X1.6 adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan dibawah

(51)

2. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2)

Pengujian validitas pada variabel pengendalian perilaku dilakukan

sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian

validitas pada variabel pengendalian perilaku:

Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2) Iterasi/Putaran Pertama

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

X2.1 0,773 0,002 Valid

Sumber : Lampiran III

Uji validitas putaran pertama terdapat 4 (empat) item pernyataan

yang tidak valid yaitu X2.2, X2.3, X2.5 dan X2.6 karena tingkat signifikan

yang dihasilkan diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa

mengikutsertakan X2.2, X2.3, X2.5 dan X2.6.

Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2) Iterasi/Putaran Kedua

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

X2.1 0,879 0,000 Valid

X2.4 0,773 0,002 Valid

Sumber : Lampiran III

Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas

menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X2.1 dan X2.4

(52)

3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3)

Pengujian validitas pada variabel pengendalian personal dilakukan

sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian

validitas pada variabel pengendalian personal:

Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3) Iterasi/Putaran Pertama

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

X3.1 0,901 0,000 Valid

Sumber : Lampiran IV

Uji validitas putaran pertama terdapat 1 (satu) item pernyataan

yang tidak valid yaitu X3.7 karena tingkat signifikan yang dihasilkan

diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa

mengikutsertakan X3.7.

Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3) Iterasi/Putaran Kedua

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

X3.1 0,931 0,000 Valid

(53)

Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas

menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X3.1 sampai X3.6

adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan dibawah 5%.

4. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y)

Pengujian validitas pada variabel kinerja manajerial dilakukan

sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian

validitas pada variabel kinerja manajerial:

Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y) Iterasi/Putaran Pertama

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

Y1 0,887 0,000 Valid

Y2 0,796 0,001 Valid

Y3 0,261 0,389 Tidak Valid

Y4 0,873 0,000 Valid

Y5 0,796 0,001 Valid

Y6 0,921 0,000 Valid

Y7 0,877 0,000 Valid

Y8 0,838 0,000 Valid

Sumber : Lampiran V

Uji validitas putaran pertama terdapat 1 (satu) item pernyataan

yang tidak valid yaitu Y3 karena tingkat signifikan yang dihasilkan diatas

(54)

Tabel 4.9 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y) Iterasi/Putaran Kedua

Skor Total Item

Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan

Y1 0,900 0,000 Valid

Y2 0,842 0,000 Valid

Y4 0,895 0,000 Valid

Y5 0,839 0,000 Valid

Y6 0,940 0,000 Valid

Y7 0,821 0,001 Valid

Y8 0,825 0,001 Valid

Sumber : Lampiran V

Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas

menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu Y1, Y2, Y4, Y5,

Y6, Y7 dan Y8 adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan

dibawah 5%.

4.2.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam aplikasinya,

reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada

dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya

Gambar

Table 2. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitan Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Tabel 4.1 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Pertama
Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2) Iterasi/Putaran Pertama Item Skor Total
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh pendidikan, pelatihan dan motivasi karir terhadap tingkat pemahaman akuntansi

Tujuan dan kontribusi dalam penelitian ini adalah membuktikan secara empiris pengaruh sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan (dan perceived

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh pendidikan, pelatihan dan motivasi karir terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada

Tujuan - Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah selama pandemi covid- 19 kejelasan target anggaran, pengendalian akuntansi, sistem pelaporan, dan sumber

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan pembuktian secara empiris mengenai pengaruh dari dari tekanan pressure yang diproksikan dengan personal

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1 Menguji dan menganalisis pengaruh perilaku individu terhadap kinerja pegawai pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea

Kinerja manajerial merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang manajer dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

Hipotesis keempat H4 dimana ada efek positif dan signifikan dari locus of control, sifat machiavellian dan personal cost secara simultan terhadap whistleblowing auditor yang bekerja