PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan
Pasal 23 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
menyebutkan bahwa setiap Penyelenggara Negara
harus melaporkan dan mengumumkan harta
kekayaannya dan bersedia dilakukan pemeriksaan
terhadap kekayaannya dalam waktu
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak Undang–Undang
ini mulai berlaku;
b. bahwa untuk mendukung tercapainya
Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas
Korupsi, KoIusi, dan Nepotisme (KKN) diperlukan
komitmen bagi Penyelenggara Negara di lingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
melaporkan kekayaannya;
c. bahwa Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 22/PERMEN-KP/2013 tentang Pelaporan
Harta Kekayaan Penyelenggaran Negara Di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan
sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan kebutuhan pengelolaan pelaporan harta
kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan sehingga
perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c
perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan tentang Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3874), sebagaimana telah
2001 (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 314,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4150);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4150);
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4250), sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5661);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5135);
7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
8. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015
tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 5);
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
220);
10. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 7 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran,
Pengumuman, dan Pemeriksaan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN
PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan ini,
1. Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara di
lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan
yang menjalankan fungsi eksekutif dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya
disebut KPK adalah Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
untuk selanjutnya disebut dengan LHKPN adalah
laporan dalam bentuk cetak dan/atau bentuk
lainnya tentang uraian dan rincian informasi
mengenai harta kekayaan, data pribadi, termasuk
penghasilan, pengeluaran dan data lainnya atas
harta kekayaan Penyelenggara Negara.
4. e-LHKPN adalah penyampaian laporan harta
kekayaan secara elektronik yang dilakukan oleh
Penyelenggara Negara kepada KPK.
5. Wajib Lapor LHKPN adalah pejabat yang ditetapkan
oleh Menteri Kelautan dan Perikanan untuk
menyampaikan dan mengumumkan harta
kekayaannya.
6. Pengelola LHKPN adalah unit yang mengelola dan
mengkoordinasikan LHKPN.
7. Pendaftaran adalah penyampaian LHKPN oleh
Penyelenggara Negara kepada KPK.
8. Pengumuman adalah pengumuman LHKPN oleh
9. Admin Instansi adalah pegawai yang ditunjuk oleh
instansi untuk mengelola aplikasi e-LHKPN di
lingkungan instansinya.
10. Admin Unit Kerja adalah pegawai yang ditunjuk oleh
instansi untuk mengelola aplikasi e-LHKPN di
lingkungan unit kerjanya.
11. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
12. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan.
BAB II
WAJIB LAPOR
Pasal 2
(1) Penyelenggara Negara wajib menyampaikan LHKPN.
(2) Penyelenggara Negara yang wajib menyampaikan
LHKPN di lingkungan Kementerian terdiri dari:
a. Menteri;
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya;
c. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama;
d. Auditor;
e. Pejabat yang mengeluarkan perizinan, baik yang
berada di pusat maupun di daerah;
f. Pejabat pembuat regulasi di lingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
g. Kepala Unit Pelaksana Teknis;
h. Pejabat Pengelola Anggaran; dan
i. Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa.
(3) Rincian nama jabatan Penyelenggara Negara yang
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
BAB III
PENYAMPAIAN LHKPN
Pasal 3
(1) Penyelenggara Negara yang wajib menyampaikan
LHKPN sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(1) kepada KPK pada saat:
a. Pengangkatan pertama kali menjabat sebagai
Penyelenggara Negara;
b. Pengangkatan kembali sebagai Penyelenggara
Negara setelah berakhirnya masa Jabatan atau
Pensiun; atau
c. Berakhir masa jabatan atau pensiun sebagai
Penyelenggara Negara.
(2) Penyampaian LHKPN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan dalam jangka waktu paling
lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak saat
pengangkatan pertama /pengangkatan kembali /
berakhir jabatan sebagai Penyelenggara Negara.
Pasal 4
(1) Penyampaian LHKPN selama Penyelenggara Negara
menjabat dilakukan secara periodik setiap 1 (satu)
tahun sekali atas Harta Kekayaan yang diperoleh
sejak tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.
(2) Penyampaian LHKPN sebagaimana dimaksud pada
lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya.
Pasal 5
(1) Penyampaian LHKPN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dan Pasal 4 dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. melalui aplikasi e-LHKPN pada alamat
www.elhkpn.kpk.go.id; atau
b. mengisi formulir LHKPN format excel yang dapat
diunduh melalui
www.kpk.go.id/layanan-publik/lhkpn.
(2) Penyampaian Formulir LHKPN dalam bentuk file
excel yang telah disimpan dalam media
penyimpanan data disampaikan melalui email
elhkpn@kpk.go.id atau diserahkan kepada
Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan LHKPN.
(3) Penyampaian LHKPN sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dilakukan secara langsung di kantor
KPK atau melalui Pos.
(4) Bentuk dan Format LHKPN sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama;
b. Jabatan;
c. Instansi;
d. Tempat dan Tanggal Lahir;
e. Alamat;
f. Identitas Istri atau Suami;
g. Identitas Anak;
h. Jenis, Nilai dan Asal Usul Perolehan Harta
Kekayaan yang dimiliki;
i. Besarnya penghasilan dan pengeluaran;
k. Surat Kuasa mengumumkan harta kekayaan;
dan
l. Surat Pernyataan.
BAB IV
PENGELOLA LHKPN
Pasal 6
(1) Untuk mengelola dan mengkoordinir LHKPN
dibentuk Unit Pengelola LHKPN yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri;
(2) Unit Pengelola LHKPN sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari:
a. Koordinator: Sekretaris Jenderal.
b. Wakil Koordinator 1: Inspektur Jenderal.
c. Wakil Koordinator 2: Kepala Biro SDM Aparatur;
d. Administrator: pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri sebagai Admin Instansi.
e. Admin Unit Kerja: Pengelola Aplikasi e-LHKPN di
setiap Unit Kerja Eselon I.
(3) Unit Pengelola LHKPN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempunyai tugas:
a. Koordinator:
berkoordinasi dengan KPK dalam hal monitoring
dan evaluasi terhadap kepatuhan wajib LHKPN
dalam melaporkan dan mengumumkan harta
kekayaannya serta pemanfaatan Aplikasi
e-LHKPN dalam www.elhkpn.kpk.go.id.
b. Administrator:
1) Menyampaikan data kepegawaian dan data
paling lambat 15 Desember setiap tahun;
2) Melakukan pemutakhiran data sebagaimana
dimaksud pada angka 1) ke dalam Aplikasi
e-LHKPN;
3) Mengingatkan Wajib LHKPN dilingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
mematuhi kewajiban penyampaian dan
pengumuman LHKPN.
4) Membuat akun admin unit kerja, verifikasi
pendaftaran wajib lapor baru dan update
perubahan data wajib lapor.
(4) Admin Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf e bertugas:
a. Membuat akun Penyelenggara Negara/Wajib
LHKPN;
b. Membuat/Update daftar wajib lapor;
c. Melakukan pendampingan pengisian/e-filling;
d. Memonitor pelaporan LHKPN di masing-masing
Unit Kerja untuk selanjutnya disampaikan
kepada Admin Instansi.
BAB V
SANKSI
Pasal 7
Penyelenggara Negara yang tidak menyampaikan
LHKPN, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
diberikan sanksi disiplin tingkat berat sesuai dengan
BAB VI
TATA CARA PENJATUHAN SANKSI
Pasal 8
(1) Tata cara penjatuhan sanksi disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. diberikan peringatan secara tertulis sebanyak 3
(tiga) kali, dengan masing-masing tenggat waktu
surat selama 1 (satu) bulan;
b. jika sampai peringatan ketiga belum
menyampaikan LHKPN maka kepada
Penyelenggara Negara tersebut diberikan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7;
c. Penjatuhan sanksi disiplin dilakukan dengan
pemeriksaan terlebih dahulu oleh Inspektorat
Jenderal.
(2) Penjatuhan sanksi terhadap Wajib LHKPN yang
tidak mematuhi ketentuan/kewajibannya
diputuskan dalam rapat tim etika dan pembinaan
disiplin ASN.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
22/PERMEN-KP/2013 tentang Pelaporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara Di Lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 970), dicabut dan
Pasal 10
Peraturan Menteri mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan dan
mengundangkan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
Di undangkan di Jakarta
Pada Tanggal ...
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN
NAMA JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN YANG WAJIB MELAPORKAN HARTA KEKAYAAN YANG
DIMILIKINYA
A. PEJABAT PIMPINAN TINGGI MADYA
1. Sekretaris Jenderal;
2. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut;
3. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap;
4. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya;
5. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk kelautan dan
Perikanan;
6. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan;
7. Inspektur Jenderal;
8. Kepala Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan;
9. Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan
Hasil Perikanan;
10. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya;
11. Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan
Antarlembaga; dan
B. PEJABAT PIMPINAN TINGGI PRATAMA PUSAT
1. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Biro Perencanaan;
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Biro Sumber Daya Manusia
Aparatur;
3. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Biro Hukum dan Organisasi;
4. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Biro Kerja Sama dan Hubungan
Masyarakat;
5. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Biro Keuangan
6. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Biro Umum;
7. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat Data, Statistik, dan
Informasi;
8. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Sekretariat Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut;
9. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Perencana Ruang Laut;
10. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Pendayagunaan Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil;
11. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Jasa Kelautan;
12. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Konservasi dan
Keanekaragaman Hayati Laut;
13. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Sekretariat Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap;
14. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat pengelolaan
Sumberdaya Ikan;
15. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Kapal Perikanan dan
Alat Penangkapan Ikan;
16. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Pelabuhan Perikanan;
17. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Perizinan dan
Kenelayanan;
18. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Sekretariat Direktorat Jenderal
19. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan;
20. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Perbenihan;
21. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Pakan dan Obat Ikan;
22. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya;
23. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Jenderal Penguatan
Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan;
24. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Sistem Logistik;
25. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Bina Mutu dan
Diversifikasi Produk Kelautan;
26. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Pemasaran;
27. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Usaha dan Investasi;
28. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Sekretariat Direktorat Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan;
29. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas;
30. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Pengawasan
Pengelolaan Sumber Daya Kelautan;
31. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Pengawasan
Pengelolaan Sumber Daya Perikanan;
32. Direktur Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Direktorat Penanganan
Pelanggaran;
33. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Sekretariat Inspektorat Jenderal;
34. Inspektur I;
35. Inspektur II;
36. Inspektur III;
37. Inspektur IV;
39. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Sekretariat Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan;
40. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat Riset Kelautan;
41. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat Perikanan;
42. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat Pendidikan Kelautan dan
Perikanan;
43. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat Pelatihan dan Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan;
44. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Sekretariat Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan;
45. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat Karantina Ikan;
46. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat Pengendalian Mutu; dan
47. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Pusat Standarisasi Sistem dan
Kepatuhan.
C. AUDITOR
D. PEJABAT YANG MENGELUARKAN PERIZINAN, BAIK YANG BERADA DI
PUSAT MAUPUN DI DAERAH
E. PEJABAT PEMBUAT REGULASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN
F. KEPALA UNIT PELAKSANA TEKNIS
1. Kepala Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang;
2. Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta;
3. Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi
Tenggara;
4. Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, Jawa Tengah;
5. Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Sumatera Barat;
6. Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Sumatera Utara;
8. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon, Maluku;
9. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Jawa
Barat;
10. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate, Maluku Utara;
11. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Jawa Timur;
12. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Pemangkat, Kalimantan
Barat;
13. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga, Sumatera Utara;
14. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Tual, Maluku;
15. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Jawa Barat;
16. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Jawa Tengah;
17. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Jawa Timur;
18. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjungpandan, Bangka
Belitung;
19. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungai Liat, Pangkal
Pinang;
20. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan,
Denpasar-Bali;
21. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Banten;
22. Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai Teluk Batang;
23. Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara;
24. Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung;
25. Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi;
26. Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo;
27. Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar;
28. Kepala Balai Budidaya Air Tawar Jambi;
29. Kepala Balai Perikanan Budidaya Mandiangin;
30. Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Batam;
32. Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon;
33. Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee;
34. Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu;
35. Kepala Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya,
Karawang;
36. Kepala Balai Produksi Induk Udang Unggul dan kekerangan Karang
Asem, Bali;
37. Kepala Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan, Serang;
38. Kepala Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan;
39. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir & Laut Padang;
40. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir & Laut Pontianak;
41. Kepala Balai pengelolaan Sumber Daya Pesisir & Laut Makassar;
42. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir & Laut Denpasar;
43. Kepala Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir & Laut Sorong;
44. Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang;
45. Kepala Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pekanbaru;
46. Kepala Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir & Laut Serang;
47. Kepala Pangkalan Psdkp Jakarta;
48. Kepala Pangkalan PSDKP Bitung;
49. Kepala Stasiun Psdkp Belawan;
50. Kepala Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta;
51. Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, Palembang;
52. Kepala Balai Penelitian Pemulihan Dan Konservasi Sumber Daya
Ikan, Jatiluhur Purwakarta;
53. Kepala Balai Litbang Budidaya Air Payau, Maros;
54. Kepala Balai Litbang Budidaya Air Tawar, Bogor;
55. Kepala Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Sukamandi;
57. Kepala Balai Besar Litbang Budidaya Laut, Gondol Buleleng Singaraja;
58. Kepala Balai Penelitian Dan Observasi Laut, Perancak Bali;
59. Kepala Loka Penelitian Perikanan Tuna;
60. Kepala Loka Litbang Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan;
61. Direktur Politeknik Kp Bitung;
62. Direktur Politeknik Kp Sidoarjo;
63. Direktur Politeknik Kp Sorong;
64. Kepala Supm Ladong Aceh;
65. Kepala SUPM Pariaman;
66. Kepala SUPM Kota Agung;
67. Kepala SUPM Pontianak;
68. Kepala SUPM Tegal;
69. Kepala SUPM Bone;
70. Kepala SUPM Waiheru Ambon;
71. Kepala SUPM Sorong;
72. Kepala Balai Diklat Aparatur Sukamandi;
73. Kepala BPPP Belawan;
74. Kepala BPPP Tegal;
75. Kepala BPPP Banyuwangi;
76. Kepala BPPP Aertembaga;
77. Kepala Bppp Ambon;
78. Kepala Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta;
79. Kepala STP Bogor;
80. Kepala Balai Besar KIPM Jakarta I;
81. Kepala Balai Besar KIPM Makassar;
82. Kepala Balai Uji Standar KIPM;
84. Kepala Balai KIPM Kelas I Surabaya I;
85. Kepala Balai KIPM Kelas I Medan I;
86. Kepala Balai KIPM Kelas I Balikpapan;
87. Kepala Balai KIPM Kelas II Mataram;
88. Kepala Balai KIPM Kelas II Palembang;
89. Kepala Balai KIPM Kelas I Jayapura;
90. Kepala Balai KIPM Kelas II Manado;
91. Kepala Balai KIPM Kelas I Jakarta II;
92. Kepala Balai KIPM Kelas I Surabaya II;
93. Kepala Balai KIPM Kelas II Semarang;
94. Kepala Balai KIPM Kelas II Banjarmasin;
95. Kepala Stasiun KIPM Kelas I Pekanbaru;
96. Kepala Stasiun KIPM Kelas I Pontianak;
97. Kepala Stasiun KIPM Kelas I Padang;
98. Kepala Stasiun KIPM Kelas I Kendari;
99. Kepala Stasiun KIPM Kelas I Jambi;
100.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Bengkulu;
101.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Palu;
102.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Lampung;
103.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Palangkaraya;
104. Kepala Stasiun KIPM Kelas I Pangkal Pinang;
105.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Ternate;
106.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Yogyakarta;
107.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Ambon;
108.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Aceh;
109. Kepala Stasiun KIPM Kelas I Batam;
110.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Gorontalo;
112. Kepala Stasiun KIPM Kelas I Entikong;
113.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Tanjung Pinang;
114.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Tanjung Balai Asahan;
115.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Bima;
116.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Tahuna;
117. Kepala Stasiun KIPM Kelas II Tarakan;
118.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Sorong;
119.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Bau-bau;
120.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Cirebon;
121.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Merauke;
122. Kepala Stasiun KIPM Kelas II Merak;
123.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Mamuju;
124.Kepala Stasiun KIPM Kelas I Medan II;
125.Kepala Stasiun KIPM Kelas II Bandung;
126.Kepala Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan;
127. Kepala Loka Litbang Budidaya Rumput laut;
128.Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang;
129.Kepala SUPM Kupang;
130.Kepala Pangkalan PSDKP Lampulo;
131.Kepala Pangkalan PSDKP Batam;
132. Kepala Pangkalan PSDKP Tual;
133.Kepala Stasiun PSDKP Cilacap;
134.Kepala Stasiun PSDKP Kupang;
135.Kepala Stasiun PSDKP Tarakan;
136.Kepala Stasiun PSDKP Tahuna;
137. Kepala Stasiun PSDKP Ambon;
138.Kepala Stasiun PSDKP Biak;
G. PENGELOLA ANGGARAN
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
3. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM);
4. Bendahara Penerimaan; dan
5. Bendahara Pengeluaran.
H. PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA
1. Anggota Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan/Tim
Pengadaan; dan
2. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,