• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu pengarang yang mempunyai kedudukan penting dalam kesusastraan modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor Kesusastraan Estetisme, Intelektualisme ini berusaha melukiskan kehidupan manusia, baik kehidupan manusia itu sendiri maupun cita-citanya. Ia tidak hanya dikenal di Jepang saja, tetapi juga dikenal diseluruh dunia termasuk Indonesia.

Akutagawa Ryuunosuke salah seorang sastrawan yang mewakili kesusastraan Zaman Taisho. Karya-karya terbaiknya banyak dituangkan dalam novel sejarah, misalnya Rashomon dan Hana. Isi ceritanya sangat mewakili sifat masyarakat Jepang pada umumnya. Akutagawa menghasilkan kira-kira 150 buah karya fiksi. Karya-karyanya itu oleh Akutagawa sendiri ada yang dianggap berhasil, ada yang dianggap kurang berhasil, ada yang dianggap biasa saja dan ada juga yang digolongkan sebagai karya sastra yang gagal. Akutagawa sang seniman memang merupakan seorang sastrawan dan juga seniman yang bukan hanya penulis fiksi belaka. Bila Akutagawa menemukan sebuah tema yang baik untuk ditulis, maka ia mencari peristiwa yang luar biasa untuk mewujudkan temanya itu. Jika peristiwa tersebut dapat ditempatkan pada masa sekarang maka ia akan memilih masa sejarah yang cocok untuk itu. Bahkan bila masyarakat Jepang tidak bisa memberi tempat yang cocok, maka ia tidak segan-segan menempatkannya di negeri lain. (Rosidi, 1989:61).

(2)

Sebagian besar cerita-cerita Akutagawa Ryuunosuke mengambil latar belakang pada masa lalu. Periode sejarah pada abad ke-16, ketika pengaruh orang-orang Kristen menguat di Nagasaki, serta permulaan Era Meiji, ketika kebudayaan Eropa mulai menyebar terutama di Tokyo. Mengenai hal ini Akutagawa sering menekankan bahwa ia bukanlah ahli sejarah, melainkan seorang pengarang fiksi yang mengambil latar belakang sejarah untuk keperluan ceritanya.

Akutagawa selalu menciptakan sesuatu yang detail, tetapi adakalanya mengandung unsur kasar dan kejam seperti dalam cerita Konjaku Monogatari, sebuah koleksi cerita popular Bahkan kadang ia menciptakan satu efek penuh perasaan yang cenderung sentimental dan mengandung sensasi berlebihan.

Beberapa novel yang menambahkan kepopuleran Akutagawa sebagai pengarang terkenal adalah Rashomon, Hana, Kumo no Ito dan Jigokuken. Bahkan novel Rashomon ini pernah difilmkan oleh Kurosawa Akira dan memperoleh Gran Prix pada festival Internasional ke-12 di Venice pada tahun 1951.

1.1.1 Komentar Beberapa Sastrawan Mengenai Akutagawa Ryuunosuke

Akutagawa Ryuunosuke lahir pada 1 Maret 1892 di Irifunecho, sebuah daerah yang dikenal dengan sebutan Borough Kyobayashi, di Tokyo. Ia adalah seorang pengarang yang mempunyai wawasan yang luas. Tidak hanya dalam sastra Jepang saja, pengetahuannya tentang Sastra Barat dan Cina klasik dapat disejajarkan dalam Mori Ogai dan Natsume Soseki. Sebagai pengarang yang menolak aliran naturalisme, dia sangat mementingkan pemikiran dalam penciptaan karya seninya.

Pujian yang diberikan Natsume Soseki kepada Akutagawa melalui suratnya yang beliau tulis pada bulan Februari 1916. Beliau mengatakan bahwa Akutagawa adalah

(3)

seorang pengarang yang mampu menciptakan sesuatu yang baru. Kemampuan menggunakan gaya bahasa yang singkat dan humor yang alami yang memberikan nilai lebih sebagai seorang pengarang.

Soseki adalah guru Akutagawa dan dari beliaulah kelak Akutagwa menjadi penulis besar. Akutagawa mengagumi Soseki sejak dia duduk di bangku SMP. Pada awal Desember 1915 Akutagawa bersama seorang temannya, yaitu novelis terkenal Kume Masao (1891-1952) diajak ikut dalam salah satu pertemuan dalam Perkumpulan Kamis oleh seorang teman sekelasnya, Hayashibara Kozo. Akutagawa mulai saat itu menjadi penggemar khusus karya Soseki. Dalam pertemuan dengannya, tiba-tiba ia merasakan ‘magnetisme personal’ dalam diri Soseki. (Kappa, 2004:145-146)

Selain Natsume Soseki, sastrawan Jepang yang juga mempengaruhi Akutagawa adalah Mori Ogai. Surat Akutagawa yang ditulis pada tahun 1913 berisi bahwa dia sangat tertarik pada cerita sejarah Mori Ogai. Sikap dua pengarang yang diikutinya, khususnya dari materi sejarah sama sekali berbeda. Novel sejarah Ogai mempunyai tingkatan yang sama yang tidak mengenal kenyataan sejarah. Akan tetapi Akutagawa lebih menekankan pada situasi masa lampau sebagai batu loncatan untuk mengerjakan sesuatu lebih teliti. Akutagawa juga menuangkan ide-idenya ke dalam novel modern.

Terdapat juga pendapat-pendapat yang diberikan oleh para kritikus sastra mengenai Akutagawa Ryunosuke. Beongcheon dari Wyne State University, Detroit Amerika Serikat, mengatakan bahwa lebih dari setengah dari karya Akutagawa masih tetap berharga untuk dibaca setelah tiga puluh tahun setelah pengarang tersebut meninggal dan dengan ukuran seperti itu Akutagawa dapat disebut sebagai Empu. (Rosidi, 1989: 64)

(4)

Beongcheon mencoba menyimpulkan bahwa perbedaan pendapat diantara para kritikus Jepang dengan beberapa Sarjana Amerika dikarenakan para kritikus Jepang tidak dapat memisahkan penilaian terhadap Akutagawa sebagai seorang seniman dengan penilaian terhadap karya-karyanya, sedangkan beberapa Sarjana Amerika karena kurang mengenal Ryuunosuke, maka terbebas dari kerancuan seperti itu.

Kemudian Vittie dalam pengantar Japanese Short Stories (1961) mengatakan bahwa semua karya Ryuunosuke merupakan karya besar tanpa kekecualian. (Rosidi, 1989: 62)

Sedangkan Hibbet dalam pengantar untuk Rashomon and Other Stories (1989: 9-10) yang diterjemahkan oleh Takashi mengatakan:

Like natsume Sooseki and Mori Ogai, whom he admired, Ryuunosuke used his language delicately, precisely, and with richness enchanted by a knowledge of several literatures.

Seperti Natsume Sooseki dan Mori Ogai yang dikaguminya, Ryuunosuke menggunakan bahasa-bahasa yang indah, tepat dan diperkaya oleh pengetahuannya yang luas dalam bidang kesusastraan.

Namun komentar beberapa Sarjana Amerika yang memuji karya-karya Akutagawa ini ternyata tidak sepenuhnya didukung oleh beberapa kritikus Jepang sendiri. Moichi misalnya, mengatakan bahwa kemasyuran Akutagawa sebagai pengarang hanya disebabkan oleh kenaifan para kritisi semasanya saja (Rosidi, 1989: 62). Sedangkan Seiichi mengatakan bahwa Akutagawa bukanlah pengarang yang jenius dan sebagai moralis ia hanyalah sedang-sedang saja.

Namun Shinchiro menambahkan kenyataan tersebut hendaknya dilihat sebagai bukti bahwa pengarang yang telah meninggal 30 tahun lalu itu masih diterima dan diperlakukan seakan-akan masih berada di tengah-tengah pengarang sekarang dan hal ini tentunya merupakan bukti kelebihan Akutagawa dari pengarang lain seangkatannya.

(5)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa Akutagawa sangat menekankan pentingnya pemikiran dalam penciptaan karya-karyanya. Selain kemampuannya menempatkan setting cerita pada periode tertentu, tema karya-karyanya pun sarat dengan muatan nilai-nilai moral. Penempatan ajaran moral ini dapat kita lihat pada cerpen Hankechi. Hankechi menceritakan tentang semangat Bushido wanita Jepang ditunjukkan dari sikap Nishiyama Atsuko yang mampu mengatasi kesedihan atas kematian putranya. Saat bercerita mengenai kematian putranya ia menampakan raut muka yang tenang sambil mengulaskan sebuah senyuman.

Setelah mengetahui dan membaca salah satu karya Akutagawa, penulis merasa tertarik dengan karyanya yang berjudul Hankechi. Menurut penulis isi cerita dari karya ini menarik untuk dijadikan pokok bahasan skripsi ini. Cerpen ini bercerita mengenai etika moral bangsa Jepang yang mewarnai kehidupan orang-orang Jepang, etika moral tersebut mewarnai kehidupan tokoh Nyonya Nishiyama Atsuko.

1.2 Rumusan Permasalahan

Suatu karya sastra atau yang sering disebut fiksi adalah sebuah cerita, yang mengandung nilai estetika. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik. Daya tarik cerita inilah yang pertama-tama memotivasi orang untuk membacanya. Hal itu disebabkan cerita fiksi tersebut akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan masalah hidup dan kehidupan. (Nurgiyantoro, 2003: 3)

(6)

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, fiksi adalah cerita rekaan (roman, novel, cerpen, dan lain-lain); tidak berdasarkan kenyataan. (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997: 276)

Unsur-unsur dalam sebuah fiksi yang penulis kemukakan di dalam skripsi ini adalah alur, tokoh dan penokohan. Alur merupakan bagian yang penting dari cerita fiksi (rekaan), tokoh menunjuk pada orangnya atau pelaku ceritanya, sedangkan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu. Penjelasan mengenai unsur-unsur ini akan penulis bahas dalam bab selanjutnya.

1.3 Ruang Lingkup

Masalah yang akan penulis teliti dalam skripsi ini mengenai alur, tokoh dan penokohan dalam sebuah cerpen Hankechi yang merupakan salah satu karya Akutagawa Ryuunosuke.

Melalui penelitian ini, penulis membatasi penganalisisan masalah pengendalian diri pada diri tokoh Nishiyama Atsuko dalam mengungkapkan, menerima suatu kesedihan atau berita kematian tanpa menangis, melainkan dengan menampakan raut muka yang penuh dengan senyum, menguraikan ketegarannya menghadapi tekanan emosi yang dihadapi. Selain itu ada juga tokoh Hasegawa Kinzo. Penjelasan mengenai karakter dari tokoh Nishiyama Atsuko yang mampu mengendalikan emosi ini tercermin dalam alur, tokoh dan penokohan pada cerpen Hankechi.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis memiliki tujuan dari penelitian ini, yaitu mengenai pengungkapan kesedihan yang dilakukan dengan menutupi rasa

(7)

penderitaannya dengan cara tersenyum, seperti yang terdapat di dalam cerpen Hankechi. Penulis bermaksud memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami dan mendalami tentang sebuah karya fiksi dan unsur-unsur didalamnya, seperti alur, tokoh dan penokohan yang akan dihubungkan dengan sebuah karya fiksi dari Akutagawa Ryuunosuke, khususnya karyanya yang berjudul Hankechi.

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian kepustakaan. Buku-buku yang dijadikan bahan untuk penulisan skripsi ini diperoleh dari The Japan Foundation, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Perpustakaan CSIS, Perpustakaan Nasional, dan dari koleksi pribadi, serta dari koran dan internet. Walaupun dalam penulisan skripsi ini dirasakan banyak kekurangan, tetapi akan dicoba untuk dipenuhi pada tahap berikutnya, yang juga merupakan suatu tugas untuk melengkapi kekurangan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang ada dalam penulisan skripsi ini secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :

Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, komentar para sastrawan, permasalahan yang membahas tentang topik yang ingin penulis ajukan, ruang lingkup yang membatasi permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, teori dan metode penulisan dan sistematika penulisan.

(8)

Bab 2 : Landasan Teori

Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang digunakan untuk mendukung skripsi penulis, yaitu teori fiksi, teori alur, teori tokoh dan penokohan, yang akan di analisis dalam skripsi saya pada bab selanjutnya.

Bab 3 : Analisis Data

Bab ini menguraikan tentang analisis dari teori alur, teori tokoh dan teori penokohan untuk memperkuat teori yang ada di bab dua. Analisis alur, analisis tokoh, dan analisis penokohan.

Bab 4 : Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan penulis dan saran dari penelitian ini agar berguna kelak di kemudian hari.

Bab 5 : Ringkasan

Bab ini memuat ringkasan keseluruhan skripsi secara singkat, padat dan jelas dalam bahasa Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Students can apply their understanding of less common financial concepts and terms to contexts that will be relevant to them as they move towards adulthood, such as bank

Rumah panggung merupakan bentuk yang paling umum dari rumah-ruamh tradisional yang terdapat di Indonesia, hal ini disebabkan oleh tujuan

Pemilik dan atau representasi pemilik memberikan persetujuan terhadap keputusan tentang visi-misi, rencana representasi pemilik memberikan persetujuan terhadap keputusan

Bagaimana pengaruh interaksi metode pengolahan dan dekafeinasi terhadap potensi dan karakteristik ( kimia dan sensori) antioksidan biji kopi terdekafeinasi yang

Dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, perubahan kondisi lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal

Hubungan konsumsi cairan dengan kelelahan Tabel 3 menunjukan bahwa dari 48 responden yang diteliti, yang mengalami kelelahan ringan dengan kategori konsumsi cairan yang

Dua konferensi dan satu seminar berkaitan pembangunan akademik telah dianjurkan oleh CADe, iaitu International Conference on Knowledge Management (ICKM’05),