TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian per syar atan dalam memper oleh Gelar Sar jana Teknik ( S-1 )
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Oleh :
ACHMAD HANNAFI 0753010005
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
Dengan segenap puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan judul ” SISTEM PENGENDALIAN BANJIR SALURAN PRIMER
WONOREJO I ”. Tugas Akhir ini merupakan suatu syarat bagi mahasiswa dalam
menempuh jenjang sarjana Strata 1 (S-1) di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN
”Veteran” Jawa Timur .
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis berusaha semaksimal mungkin
menerapkan ilmu yang penulis dapatkan di bangku perkuliahan dan buku-buku literatur
yang sesuai dengan judul Tugas Akhir ini. Disamping ini penulis juga menerapkan
petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh dosen pembimbing. Namun sebagai manusia
biasa dengan keterbatasan yang ada penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
dari setiap pembaca akan penulis terima demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Dengan tersusunnya Tugas Akhir ini penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan,
dorongan, semangat, arahan serta berbagai macam bantuan baik berupa moral maupun
spiritual, terutama kepada :
1.
Ibu Ir. Naniek Ratni JAR.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
3.
Bapak Iwan Wahjudijanto, ST.,MT, selaku dosen pembimbing utama Tugas Akhir
yang telah berkenan memberikan bimbingan, waktu dan dorongan moril selama
pengerjaan Tugas Akhir sampai selesai.
4.
Ibu Novie Handajani, ST.,MT, selaku dosen pembimbing utama Tugas Akhir yang
telah berkenan memberikan bimbingan, waktu dan dorongan moril selama
pengerjaan Tugas Akhir sampai selesai.
5.
Dra Anna Rumintang, MT, selaku dosen wali yang telah berkenan memberikan
dukungan dan dorongan moril selama pengerjaan Tugas Akhir sampai selesai.
6.
Bapak Doni dari Dinas Pekerjaan Umum dan Pematusan yang telah membantu
kelengkapan data Tugas Akhir
7.
Segenap dosen dan staff Program Studi Teknik Sipil UPN ” Veteran ” Jawa Timur.
8.
Para tim penguji yang telah membantu penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
9.
Bapak, ibu dan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan lahir dan
batin, material, sipritual, dan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
10.
Sahabat-sahabat lama di Surabaya dan semua teman-teman di Gresik maupun
Sidoarjo terima kasih atas dorongan, semangat dan dukungan moril yang bermanfaat
(Risang, Alan, Sanggra, Pendik, Hendri, Dedik dan semuanya), angkatan 2008
(Sadmay, Sudian, Joko, Agung, Erwin dan semuanya), angkatan, angkatan 2006
(Mas Alif), teman-teman alumni (Yayan, Alfian) dan semua pihak yang telah
membantu Tugas Akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis
ucapkan terima kasih.
Sebagai akhir kata, penulis harapkan agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Surabaya, Mei 2012
KATA PENGANTAR………
i
ABSTRAK………..
iv
DAFTAR ISI………..
v
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR……….………
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………...
1
1.2 Perumusan Masalah………..
2
1.3 Maksud danTujuan………...
2
1.4 Batasan Masalah………...
3
1.5 Lokasi………...
4
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Umum………...………...
5
2.2 Curah Hujan Rata-rata...…..………..
6
2.2.1 Cara Arithmetik Mean …...
7
2.2.2 Cara Thiessen Polygon ……….……….
8
2.2.3 Cara Peta Isohyet ……..……….……….
9
2.3 Curah Hujan Rencana………..
10
2.4 Uji Kesesuian Distribusi Frekuensi………..…..…………...
15
2.4.1 Uji Chi Kuadrat …...
15
2.7 Sistem Pengendalian Banjir……….………...
25
2.7.1 Normalisasi …...………..………..
25
2.7.2 Tanggul(Parapet)………...
26
2.7.2 Penambahan Pompa……….…...
26
2.8 Program HEC-RAS ……….
27
2.8.1 Memasukkan Data Input………....
28
2.8.2 Simulasi Program………...
29
2.8.3 Data Output yang Dihasilkan………...
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengumpulan Data………..……
32
3.2 Langkah-langkah Pengerjaan………...
36
3.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian secara Sistematis……..
37
BAB IV PERHITUNGAN
4.1 Analisa Curah Hujan ………..
40
4.1.1 Perhitungan Analisa Frekuensi………..
44
4.1.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana………
46
4.1.3 Metode Smirnov-Kolmogorov………...
48
4.1.4 Metode Chi-Kuadrat………..
49
4.2 Analisa Debit Banjir Rencana dengan Metode Rasional…………
50
4.3 Analisa Penampang Menggunakan Program HEC-RAS 4.1……..
51
4.4.2 Kondisi Eksisting Saluran Primer Wonorejo I dengan
Pompa Wonorejo I dan II Dioperasikan………...
67
4.5 Kondisi Normalisasi……….……..
69
4.5.1 Kondisi Normalisasi Saluran Primer Wonorejo I Tanpa
Pompa………...
69
4.5.2 Kondisi Normalisasi Saluran Primer Wonorejo I dengan
Pompa Wonorejo I dan II Dioperasikan…... ………...
70
4.6 Penambahan Pompa dan Penambahan Tinggi Tanggul (Parapet).
72
4.6.1 Penambahan 3 Pompa pada Rumah Pompa Wonorejo I ....
72
4.6.2 Penambahan Tinggi Tanggul (Parapet) Saluran Primer
Wonorejo I Kondisi Eksisting dengan Pompa Wonorejo
I dan II Dioperasikan ………
73
4.6.3 Penambahan Tinggi Tanggul (Parapet) Saluran Primer
Wonorejo I Kondisi Normalisasi dengan Pompa Wonorejo
I dan II Dioperasikan ………
75
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ……….…
78
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2.1 Persyaratan Pemilihan Distribusi Frekuensi ………
12
Tabel 2.2 Nilai K Distribusi Log Pearson Type III……….…………
14
Tabel 2.3 Harga untuk Uji Chi-Kuadrat………...…………
17
Tabel 2.4 Nilai Untuk Delta Kritis (∆cr) Smirnov-Kolmogorov……….
19
Tabel 2.5 Koefisien Aliran ………
21
Tabel 4.1 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata Stasiun Kebon Agung
………
41
Tabel 4.2 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata Stasiun gunungsari……….
41
Tabel 4.3 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata Stasiun Wonorejo ………
42
Tabel 4.4 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata Stasiun Wonokromo …………
42
Tabel 4.5 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata Stasiun Keputih
………
43
Tabel 4.6 Curah Hujan Maksimum DAS Wonorejo
………...
43
Tabel 4.7 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan DAS Wonorejo
…………
44
Tabel 4.8 Perhitungan Log Pearson Type III DAS Wonorejo
………
46
Tabel 4.9 Perhitungan Curah Hujan untuk Beberapa Periode ……….
47
Tabel 4.10 Uji Kesesuaian Smirnov-Kolmogorov……….
48
Tabel 4.11 Uji Kesesuaian Chi-Kuadrat………. 49
Tabel 4.12 Debit yang masuk pada Saluran Primer Wonorejo I Q2th……..……. 53
Tabel 4.13 Debit yang masuk pada Saluran Primer Wonorejo I Q5th…………... 58
Tabel 4.14 Debit yang masuk pada Saluran Sekunder Sarono Jiwo Q2th………
63
Gambar 1.1
LokasiStudi ………..…………
4
Gambar 2.1
Bentuk Saluran ………...……….
24
Gambar 2.2
Menu Bar dalam HEC-RAS ……...……….……..
28
Gambar 3.1
Lokasi Stasiun Hujan ...
35
Gambar 3.2
Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian ... 39
Gambar 4.1
Skematik Saluran Primer Wonorejo I ... 52
Gambar 4.2
Potongan Memanjang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Eksisting Tanpa Pompa ...……….. 66
Gambar 4.3
Potongan Melintang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Eksisting Tanpa Pompa ...………. 67
Gambar 4.4
Potongan Memanjang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Eksisting Pompa Wonorejo I dan II Dioperasikan ...………..…. 68
Gambar 4.5
Potongan Melintang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Eksisting Pompa Wonorejo I dan II Dioperasikan ...………..…. 68
Gambar 4.6
Potongan Memanjang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Normalisasi……… ...………..………. 69
Gambar 4.7
Potongan Melintang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Normalisasi……… ...………..………. 70
Gambar 4.10
Potongan Memanjang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Normalisasi dan Penambahan 3 Pompa……… ...……....………. 72
Gambar 4.11
Potongan Melintang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Normalisasi dan Penambahan 3 Pompa……...…………..………. 73
Gambar 4.12
Potongan Memanjang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Eksisting dan Penambahan Tinggi Parapet…...……....…………. 74
Gambar 4.13
Potongan Melintang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Eksisting dan Penambahan Tinggi Parapet…...……....…………. 74
Gambar 4.14
Potongan Memanjang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Normalisasi dan Penambahan Tinggi Parapet…...……....………. 75
Gambar 4.15
Potongan Melintang Saluran Primer Wonorejo I Kondisi
Normalisasi dan Penambahan Tinggi Parapet…...……....………. 76
Gambar 4.16
Skematik dengan Perencanaan Pompa Disekitar Saluran Primer
Oleh :
ACHMAD HANNAFI 0753010005
ABSTRAK
Saluran Primer Wonorejo I termasuk dalam wilayah Kecamatan Kali Rungkut Kota Surabaya. Saluran Primer Wonorejo ini memiliki panjang ±15 km dan memiliki fungsi sebagai pembuangan akhir dari Saluran Tersier dan Sekunder yang berasal dari perumahan, pabrik, maupun gedung perkantoran. Di musim penghujan Saluran Sekunder dan Tersier seharusnya mampu mengalirkan air ke Saluran Primer tapi kenyataannya air tetap menggenang sampai di jalan sehingga terus bertambahnya volume air di jalan, ini mengakibatkan banjir yang luar biasa di daerah Kalirungkut yang sampai sekarang belum teratasi. Maka dari itu perencanaan dan perbaikan ini dilakukan agar meminimalis dampak akibat banjir tersebut. Metode yang digunakan adalah menghitung analisa hidrologi dan hidrolika serta menggunakan bantuan program HEC- RAS 4.1. Dikarenakan kapasitas pompa pada Wonorejo I tidak mampu mengendalikan banjir oleh karena itu direncanakan penambahan elevasi tanggul (parapet) pada kondisi eksisting. Menurut hasil analisa dengan menggunakan program HEC-RAS 4.1, kondisi eksisting penampang saluran primer wonorejo I tidak mampu menampung debit kala ulang 2 tahun, 5 tahun, untuk Q2th = 26,67 m3/dt dan Q5th = 29,205 m3/dt. maka dari itu direncanakan perubahan elevasi tanggul (parapet) dengan kondisi normalisasi. Dari hasil analisa didesain dengan menggunakan banjir kala 2 tahun dan 5 tahun didapat bahwa pada kondisi normalisasi dan menambah elevasi tanggul (parapet) 0,55 meter dari elevasi eksisting mampu mengatasi banjir.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir setiap tahun dimusim penghujan terjadi banjir pada Saluran Primer Wonorejo I yang memicu Saluran Sekunder dan Saluran Tersier tidak bisa mengalirkan air sehingga mengakibatkan timbulnya genangan banjir di beberapa tempat di wilayah Wonorejo I yang mengganggu kegiatan perekonomian di daerah tersebut.
Saluran Primer Wonorejo itu sendiri memiliki panjang ±15 km dimulai dari daerah Kebon Sari, jemur Sari, Prapen , dan menuju daerah Wonorejo I yang berada di daerah Kalirungkut Kota Surabaya kemudian melalui Pompa Saluran Primer Wonorejo II di daerah Kendal Sari yang mana akan bermuara di daerah hutan bakau..Saluran Wonorejo memiliki 5 stasiun hujan yaitu Stasiun hujan Keputih, Stasiun Hujan Wonorejo, Stasiun hujan Wonokromo, dan Stasiun hujan Kebon Agung. Kondisi Saluran Primer Wonorejo I kini mengalami pendangkalan diakibatkan karena rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan. Yang mengakibatkan pendangkalan Saluran Primer Wonorejo I dikarenakan sampah ataupun limbah pabrik yang mengangkut sedimen yang memperparah kondisi saluran Primer Wonorejo I.
pencegahan dan pengendalian banjir. Berkaitan dengan banjir yang terjadi di Saluran Wonorejo I tersebut, usaha untuk mengatasi banjir membutuhkan perencanaan yang mantap serta analisa yang benar dan tepat. Salah satu usaha tersebut yaitu dengan penambahan jumlah pompa atau normalisasi pada Saluran agar muka air banjir dapat turun.
1.2 Per umusan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada daerah Saluran Wonorejo I secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi eksisting dengan adanya pompa ?
2. Berapa debit banjir pada daerah pengaliran saluran wonorejo I sesuai dengan kondisi eksisting pada Q2th, Q5th,.?
3. Berapa besar kapasitas dan jumlah pompa yang di butuhkan untuk mengendalikan banjir?
4. Bagaimana langkah yang tepat untuk mengendalikan banjir pada saluran primer wonorejo I?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari studi ini adalah :
1. Dapat mengetahui kondisi eksisting saluran wonorejo I dengan adanya pompa.
3. Untuk mengetahui jumlah dan kapasitas pompa yang di butuhkan untuk mengendalikan banjir.
4. Untuk mengetahui langkah yang tepat guna menanggulangi banjir pada saluran primer wonorejo I
1.4 Batasan Masalah
Dengan adanya permasalahan diatas, maka ruang lingkup pembahasan dalam studi ini meliputi :
1. Mempergunakan data curah hujan mulai tahun 2000 sampai tahun 2010 (11 tahun).
2. Tidak membahas mengenai teknik pelaksanaan.
3. Perhitungan hanya mencakup saluran Primer Wonorejo I 4. Tidak membahas ekonomi teknik.
5. Tidak dilakukan analisa mengenai dampak lingkungan.
1.5 Lokasi
Lokasinya adalah Saluran Wonorejo I yaitu dari perpotongan saluran pada kecamatan Kendangsari sampai pompa wonorejo II pada daerah Kendal sari berada kecamatan Wonorejo Kota Surabaya.
lokasi
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Drainase yang berasal dari bahasa inggris drainage mempunyai arti mengalirkan, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai sesuatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.
Hanya air yang telah memenuhi baku mutu tertentu yang dimasukkan ke badan air penerima, sehingga tidak merusak lingkungan.
Drainase sering diabaikan oleh ahli hidraulik dan seringkali direncanakan seolah-olah bukan pekerjaan yang penting, atau paling tidak dianggap kecil dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan pengendalian banjir. Padahal pekerjaan drainase merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, bisa jadi memerlukan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan pengendalian banjir. Secara fungsional, kita sulit memisahkan secara jelas antara sistem drainase dan pengendalian banjir. Namun, secara praktis kita dapat mengatakan bahwa drainase menangani kelebihan air sebelum masuk ke alur-alur besar atau sungai.
Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk, dan sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan, dan kesehatan masyarakat (Dr.Ir.Suripin.M.Eng.2004).
2.2 Cur ah Hujan Rata-Rata
dan memiliki data pengukuran iklim secara lengkap. Untuk keperluan pengolahan data curah hujan menjadi data debit diperlukan data curah hujan bulanan, sedangkan untuk mendapatkan debit banjir rancangan diperlukan analisis data dari curah hujan harian maksimum. Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menentukan curah hujan rata- rata adalah sebagai berikut :
a. Cara Arithmetik mean b. Cara Theissen Polygon c. Cara Peta Isohyet 2.2.1 Car a Ar ithmetik Mean
Pada cara arithmetik dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat itu dengan merata-rata langsung stasiun penakar hujan yang digunakan. Cara arithmetik dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun penakar hujannya, dimana daearah hujannya seragam (unifrom). Perhitungannya sebagai berikut (Ir. C.D. Soemarto,1986) :
) R + + R + (R n =
R 1 1 2 ... n ...(2.1)
dengan,
R = Curah hujan daerah rata-rata (mm) R1, R2, ..., Rn = Curah hujan ditiap titik pos Curah hujan n = Jumlah pos curah hujan
2.2.2 Car a ThiessenPoligon
Pada cara Poligon Thiessen dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat itu. Cara ini digunakan apabila titik-titik pengamatan didalam daerah tersebut tidak menyebar merata, maka dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh pada tiap titik pengamatan dengan curah hujan rata-rata daerah pengaliran di dataran yang kondisinya tidak sama. Cara perhitungan dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu wilayah poligon tertutup An. Perbandingan luas poligon untuk setiap stasiun yang besarnya An /A. Thiessen Poligon memberi rumusan sebagai berikut (Ir. C.D. Soemarto,1986) :
n n n A + + A + A R A + + R A + R A = R ... ... 2 1 2 2 1 1 ...………...(2.2) A R A + + R A + R A =
R 1 1 2 2 ... n n
………....(2.3) n n
R
W
+
+
R
W
+
R
W
=
R
1 1 2 2...
………...(2.4)dengan,
R = Curah hujan daerah rata-rata (mm) R1, R2, ..., Rn = Curah hujan ditiap titik pos Curah hujan
2.2.3 Car a Peta Isohyet
Cara isohyet menggunakan peta dengan garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama, dimana sebagai garis-garis yang membagi daerah aliran sungai menjadi daerah-daerah yang luasnya dipakai sebagai faktor koreksi dalam perhitungannya. Besar curah hujan rata-rata bagi daerah seluruhnya didapat dengan mengalikan curah hujan rata-rata diantara kontur-kontur dengan luas daerah antara kedua kontur, dijumlahkan dan kemudian dibagi luas seluruh daerah. Curah hujan rata-rata di antara kontur biasanya diambil setengah harga dari kontur. Persamaan yang dipakai (Ir. C.D. Soemarto,1986) :
total + n n n A R + R A + + R + R A + R + R A = R 2 ... 2 2 1 3 2 2 2 1 1 ………..….(2.5) dengan,
R = Curah hujan daerah rata-rata (mm) R1, R2, ..., Rn = Curah hujan ditiap titik pos Curah hujan
A1, A2, ..., An = Luas daerah Thiessen yang mewakili titik pos curah hujan
Atotal = Luas total daerah Thiessen, A = A1 + A2 + ... + An n = Jumlah pos curah hujan
2.3 Cur ah Hujan Rencana
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, untuk daerah yang tidak memiliki data debit (banjir maksimum tahunan) maka debit banjir rencananya dihitung dengan metode curah hujan – limpasan (rainfall – runoff). Perhitungannya dimulai dari curah hujan rencana yang dikonversi menjadi curah hujan jam-jaman kemudian dikali karakteristik daerah aliran sungainya yang dikenal dengan nama hidrograf satuan atau hidrograf satuan sintetis. Sedangkan curah hujan rencana yang dalam hal ini adalah curah hujan harian diperoleh dari data curah hujan harian maksimum tahunan diolah dengan metode analisis frekuensi. Analisis frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam Hidrologi, yaitu : Distribusi Gumbel Tipe I, Distribusi Log Pearson III, dan Distribusi Normal.
X Sx ) 1 ( ) ( 2 − − n Rrata R 4 4 ). 2 ).( 1 ( ) . ( X i S n n R R − −
∑
− 3 3 ). 2 )( 1 ( ) . ( . X i S n n R R n − −∑
−1. Koefisien Variasi ( Cv )
Cv = ………...(2.6)
SX = ……….…...(2.7)
2. Koefisien Simetris ( Cs )
Cs = ……….…...(2.8)
dengan,
n = Jumlah data Ri = Data hujan ( mm ) R = Data Hujan Rata-rata
SX = Simpangan baku 3. Koefisien Ketajaman ( Ck )
Ck = ………..………....(2.9) dengan,
Persyaratan pemakaian distribusi tersebut didasarkan pada nilai Koefisien Skewness dan Koefisien Kurtosis, seperti persyaratan yang tercantum pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Persyaratan Pemilihan Distribusi Frekuensi Distribusi
Frekwensi
Parameter Data Statistik Koefisien Skewness (Cs)
Koefisien Kurtosis (Ck)
Gumbel 1.14 5.4
Distribusi Normal -0.015 ≤ Cs ≤ 0.05 2.7 ≤ Ck ≤ 3.3 Log Pearson type III Bebas* 1.5 Cs2 + 3 Sumber : Hidrologi Sri Harto BR ; Hidrologi Jilid 1 Soewarno
Dalam perhitungan menggunakan Distribusi Log Pearson type III
Distr ibusi Log Pear son III
Distribusi Log Pearson Type III banyak digunakan dalam analisa Hidrologi terutama analisis data maksimum dan minimum dengan nilai ekstrim. Bentuk distribusi Log Pearson Type III ini dapat menggantikan varian menjadi nilai logaritma. Untuk menganalisa frekuensi curah hujan dengan metode Log Pearson Type III adalah berikut (Ir. C.D. Soemarto,1986) :
Log RT = LogRrata+ K.S log R ………..(2.10) dengan,
R = Curah dengan kala ulang T tahun ( mm ) Log Rrata = Harga Rata-rata
S log R = Standart deviasi
n R R Log n i
∑
= = 1 log ) 1 ( ) log (log 2 1 − − =∑
= n R R Sx n i 3 3 log 1 ) 2 )( 1 ( ) log (log x n i S n n R R n Cs − − − × =∑
=koefisien Kepencengan (Cs) dan return periode (T)
Urutan perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Mencari harga Log X−
………..………..………...(2.11)
b. Mencari harga Standart Deviasi
………(2.12)
c. Mencari harga kepencengan (Cs)
Tabel 2.2 Nilai K Distribusi Log Pearson type III
Cs
Periode Ulang ( Tahun )
2 5 10 25 50 100 200 1000
Peluang ( % )
50 20 10 4 2 1 0.5 0.1
3.0 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.0 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.4 -0.255 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.8 -0.132 0.780 1.336 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.6 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.5 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.1 0.017 0.836 1.270 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.4 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.294 2.675
-0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.201 2.540
-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.7 0.166 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.8 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.4 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.6 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.8 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.0 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.2 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.5 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.0 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667 0.667 0.67
2.4 Uji Kesesuaian Distr ibusi Fr ekuensi
Untuk menentukan kecocokan (the gooodness of fit) distribusi frekuensi (empiris) dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang (frekuensi teoritis)
yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi empiris tersebut,
diperlukan pengujian secara statistik. Pemeriksaan uji kesesuaian bertujuan untuk
mengetahui kebenaran dari suatu hipotesa sehingga diketahui :
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau
yang didapatkan secara teoritis.
2. Kebenaran hipotesa (hasil model distribusi diterima atau ditolak).
Terdapat dua cara pengujian yaitu uji Chi Kuadrat dan uji
Kolomogorov-Smirnov. Pada umumnya pengujian dilaksanakan dengan cara menggambar data
pada kertas peluang dan menentukan apakah data tersebut merupakan garis lurus atau
dengan memperbandingkan kurva frekuensi dari data pengamatan terhadap kurva
frekuensi teoritisnya
2.4.1 Uji Chi Kuadr at (Chi-Square Test)
Uji Chi–Square dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi peluang yang telah di pilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang
di analisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2, oleh karena itu disebut dengan uji Chi–Square. Parameter X2 dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut (Dr. Ir. Suripin, 2003) :
Xh2=
∑
i=1 G
(
Oi−Ei
)
2dengan,
X h2 = Parameter Chi–Kuadrat terhitung
G = Jumlah sub–kelompok
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke – i
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke – i Prosedur uji Chi – Square adalah :
1. Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya)
2. Kelompokkan data menjadi G sub – grup, tiap – tiap sub grup minimal 4 data pengamatan.
3. Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap – tiap sub – grup
4. Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei
Interpretasi hasilnya adalah :
1. Apabila peluang lebih besar dari 5 %, maka persamaan distribusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
2. Apabila peluang lebih kecil dari 1 %, maka persamaan distribusi teoritis yang
digunakan tidak dapat diterima.
3. Apabila peluang berada diantara 1% sampai 5 %, adalah tidak mungkin
Tabel 2.3. Harga untuk Uji Chi–Kuadrat
Degrees
Probability of Deviation Greater Than X2 Of
Freedom
0.2 0.1 0.05 0.01 0.001
1 1.642 2.706 3.841 6.635 10.827
2 3.219 4.605 5.991 9.21 13.815
3 4.642 6.251 7.815 11.345 16.268
4 5.989 7.779 9.488 13.277 18.465
5 7.289 9.236 11.07 15.086 20.517
6 6.558 10.645 12.592 16.812 22.457
7 9.803 12.017 14.067 18.475 24.322
8 11.03 13.362 15.507 20.09 26.125
9 12.242 14.684 16.919 21.666 27.877
10 13.442 15.987 18.307 23.209 29.588
11 14.631 17.275 19.675 24.725 31.264
12 15.812 18.549 21.026 26.217 32.909
13 16.985 19.812 22.362 27.688 34.528
14 18.151 21.064 23.685 29.141 36.123
15 19.311 22.307 24.996 30.578 37.697
16 20.465 23.524 26.296 32 39.252
17 21.615 24.769 27.587 33.409 40.79
18 22.76 25.989 28.869 34.805 42.312
19 23.9 27.204 30.144 36.191 43.82
20 25.038 28.412 31.41 37.566 45.315
Sumber : Hidrologi Teknik CD, Soemarto
2.4.2 Uji Smir nov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov - Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non
parametik karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Uji ini
di peroleh dengan memplot data dan probabilitas dari data yang bersangkutan, serta
hasil perhitungan empiris dalam bentuk grafis. Dari kedua hasil pengeplotan, dapat
diketahui penyimpangan terbesar. Penyimpangan tersebut kemudian dibandingkan
Pengujian distribusi metode Smirnov Kolmogorov didasarkan pada
perhitungan probabilitas dan plotting data untuk mengetahui data yang mempunyai
simpangan terbesar.
a. Probabilitas dihitung dengan rumus Weibull (Subarkah,1980) sebagai berikut :
100%
x
1
m
n
P
+
=
…………..………..(2.15)dengan :
P = probabilitas
m = nomor urut data seri yang telah disusun
n = besarnya data
b. Menghitung nilai G untuk mengetahui probabilitas dari data yang mempunyai
simpangan terjauh berdasarkan persamaan berikut :
Log X = Log X + G x S... (2.16)
Dari tabel Log Pearson III didapatkan harga Pr
c. Pengujian kesesuaian Metode Smirnov Kolmogorov dilakukan dengan
persamaan sebagai berikut :
Px = 1 - (Pr) ... (2.17)
Δ max = Sn – Px... (2.18)
dengan :
Δ max = selisih maksimum antara peluang empiris antara peluang dan
peluang teoritis
Sn = peluang teoritis
Px = peluang empiris
A I C
Q . . .
,6 3
1 =
Tabel 2.4. Nilai Delta Kritis (∆cr) Untuk Uji Smirnov-Kolmogorov
α
v 0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.40
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.2 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.2 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
n>50 n
07 . 1 n 22 . 1 n 36 . 1 n 63 . 1
2.5 Debit Rencana Menggunakan Metode Rasional
Metode ini dipakai khusus untuk saluran tersier dan saluran kwarter di
wilayah studi. Untuk debit banjir metode rasional dipakai rumus sebagai
berikut:
……….…...(2.19)
Dimana : Q = Debit Banjir (m3/dt)
C = Koefisien Pengaliran
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
a.Koefisien Pengaliran (C )
Penentuan harga koefisien pengaliran dalam suatu daerah pematusan
berdasarkan beberapa macam kriteria, antara lain :
1. Jenis tanah, seperti permeabilitas, porositas dan lain-lain
2. Type pemakaian tanah (tata guna lahan) seperti rumah tinggal, taman
dll.
Beberapa data-data yang disajikan pada bab sebelumnya bahwa kondisi
tanah wilayah padat penduduk maka diputuskan bahwa harga koefisien
pengaliran gabungan untuk wilayah studi adalah 0,8 sesuai dengan
kondisi eksisting.
b.Waktu Konsentrasi (tc)
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya untuk perhitungan petak
tersier yang terdiri dari saluran tersier dan kwarter, dipakai persamaan yang
telah diterangkan pada bab 2.
Contoh perhitungan :
Saluran Tersier Pandugo 2
1. Waktu di lahan (t0 ) Eksisting
a. Waktu di bangunan to.1 = 1 menit (daerah perumahan)
Yaitu waktu mengalir air hujan dari atap
b. Waktu di lahan
- So = Miring lahan
- n = Type permukaan (dapat dilihat pada tabel 2.5)
Tabel 2.5. koefisien aliran ( C ) secara umum
tipe daerah aliran kondisi koefisien aliran C rerumputan tanah pasir, datar 2% 0,05 - 0,10
tanah pasir, rata-rata, 2-7% 0,10 - 0,15 tanah pasir, curam, 7% 0,15 - 0,20 tanah gemuk, datar, 2% 0,13 - 0,17 tanah gemuk, rata-rata, 2-7% 0,18 - 0,22 tanah gemuk, curam, 7% 0,25 - 0,35 business daerah kota lama 0,75 - 0,95
daerah pinggiran 0,50 - 0,70
perumahan daerah "single family" 0,30 - 0,50 "multi units" terpisah-pisah 0,40 - 0,60 "multi units" tertutup 0,60 - 0,75
"suburban" 0,25 - 0,40
daerah rumah apartemen 0,50 - 0,70
perkampungan 0,20 - 0,40
industri daerah ringan 0,50 - 0,80
daerah berat 0,60 - 0,90
pertamanan, kuburan 0,10 - 0,25
tempat bermain 0,20 - 0,35
halaman kereta api 0,20 - 0,40
daerah yang tidak jalan 0,10 - 0,30
jalan beraspal 0,10 - 0,30
beton 0,80 - 0,95
batu 0,70 - 0,85
untuk berjalan dan naik 0,70 - 0,85
atap 0,70 - 0,85
- Lo = Panjang lahan
Yaitu panjang lahan dari titik terjauh sampai saluran yang ditinjau.
- Waktu di lahan
to.2 = 1,44 x
467 , 0 0 0 S n L ……….………...(2.20)
Total waktu di lahan to = to.1 + to.2
2. Waktu di saluran (td) :
Kondisi existing
- Panjang saluran L = panjang saluran (meter)
- Kecepatan V = kecepatan aliran (m/dt)
Diperoleh dari kondisi eksisting
td=
V L 60 ……….……….…...(2.21)
3. Waktu konsentrasi (tc)
tc = to + td
tc (dalam satuan jam)
Intensitas Hujan (I)
I2 =
3 2 2 24
24
a. Debit Banjir (Q)
Contoh Perhitungan :
A = Luas Pematusan (km2 )
C = Koefisien pengaliran (eksisting)
I2 = Intensitas Hujan (mm/jam)
Maka :
Q2 = .C.I.A
6 , 3
1
……….…...(2.23)
2.6 Penampang Salur an
Saluran alam pada umumnya mempunyai penampang yang tidak beraturan.
Bentuknya bervariasi menyesuaikan diri dengan kondisi alam, mulai dari bentuk
seperti parabola sampai ke bentuk trapesium. Jenis dan bentuk saluran disesuaikan
dengan keadaan lingkungan setempat. Adapun bentuk dan jenis saluran yang sering
dipakai adalah saluran terbuka. Saluran ini terdiri dari dua bentuk dengan
karakteristik dan rumus-rumus hidrolika yang berbeda :
a. Saluran berbentuk segiempat dan modifikasinya
Saluran ini biasa dipakai pada daerah dengan luas terbatas, misalnya pada
lingkungan pemukiman. Ambang saluran ini dapat difungsikan sebagai inlet air
b. Saluran berbentuk trapesium dan modifikasinya
Saluran ini dapat diterapkan pada daerah dengan kepadatan rendah. Besarnya
talud saluran dapat disesuaikan dengan keadaan tanah setempat.
Gambar 2.1. Bentuk Saluran
Sedangkan saluran buatan biasanya direncanakan berdasarkan bentuk
geometri yang umum. Bentuk saluran buatan bermacam-macam yang pemilihannya
tergantung pada kebutuhan. Namun dalam perencanaan ini penampang saluran yang
digunakan adalah bentuk trapesium. Saluran terbuka yang penampangnya berbentuk
trapesium paling banyak di jumpai di dalam praktek, baik yang merupakan
2.7 Sistem Pengendalian Banjir
Dalam mengatasi permasalahan banjir banyak alternative cara yg dapat
dilakukan yaitu :
1. Normalisasi
2. Tanggul atau Parapet
3. Penambahan Pompa
2.7.1 Nor malisasi
Sistem pengendalian banjir dengan melakukan normalisasi alur atau
memperbesar kapasitas pengaliran saluran yang bertujuan untuk mempercepat aliran
banjir dan memperendah elevasi muka air banjir agar daerah sekitar saluran dari
bahaya banjir.
Normalisasi atau pengerukan dasar saluran perlu dipertimbangkan mengingat
kondisi saluran tersebut mengalami pengendapan sedimen yang membuat naiknya
elevasi dasar saluran. Akibatnya kondisi saluran tersebut mengalami banjir , karena
pendangkalan dasar saluran. Sehingga saluran tidak mampu menampung seluruh
debit banjir dan menyebabkan aliran saluran meluap dan melimpas ke daerah kanan
kiri saluran dan menimbulkan genangan banjir didaerah tersebut.
Untuk memperbesar luas panampang saluran dapat melakukan dengan
berbagai cara, antara lain :
- Memperdalam elevasi dasar saluran (pengerukan dasar saluran)
2.7.2 Tanggul(Par apet)
Tanggul (parapet) dibuat untuk menambah kapasitas penampang saluran,
langsung di tepi saluran atau diatas bantaran saluran. Tanggul (parapet) merupakan
salah satu bangunan pengendalian banjir untuk mengamankan bahaya limpasan dan
luapan air banjir ke daratan yang lebih rendah yang menimbulkan kerugian besar.
Tanggul (parapet) ini dibuat untuk membatasi aliran air banjir yang melimpas ke
daerah pemukiman maupun persawahan. Dengan adanya tanggul (parapet) tersebut
maka air banjir yang semula melimpas dan menggenangi daratan yang rendah disisi
kanan dan kiri saluran dapat diatasi, sehingga aliran banjir menjadi terpusat pada
suatu alur saluran yang mengakibatkan elevasi muka air sungai tersebut menjadi
lebih tinggi dari semula.
2.7.3 Penambahan Pompa
Sistem drainase yang tidak sepenuhnya mengandalkan gravitasi sebagai
faktor pendorong, maka perlu dilengkapi dengan stasiun pompa. Pompa ini berfungsi
untuk membantu mengeluarkan air dari kolam penampang banjir maupun langsung
dari saluran drainase pada saat air tidak dapat mengalir secara gravitasi karena air
dimuaranya / pengurasnya lebih tinggi baik akibat pasang surut maupun banjir.
Penambahan Pompa dilakukan jika kondisi eksisting di saluran tersebut
belum mampu mengatasi banjir oleh karena itu direncanakan penambahan pompa
dengan maksud mengurangi elevasi muka air akibat banjir. Disamping itu juga
ditujukan untuk memperlancar sistem drainase yang ada, dimana diharapkan mampu
mengatasi masalah genangan yang sering terjadi di daerah Saluran Wonorejo I.
2.8 Pr ogr am HEC-RAS
Hydrologic Engineering Center’s River Analysis System (HEC-RAS) dikembangkan oleh U.S. Army Corps of Engineers River Analysis System. HEC-RAS merupakan sebuah program yang didesain sedemikian rupa sehingga pengguna dapat
berinteraktif dalam sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan lingkungan yang
memiliki kasus beraneka ragam. Dimana pengguna dimudahkan dengan system
Graphical User Interface (GUI). HEC-RAS mempunyai kemampuan untuk melakukan perhitungan profil permukaan air steady, aquase dan unsteady serta dilengkapi dengan analisis transportasi sedimen dan desain bangunan air.
Program ini digunakan untuk perhitungan analisis aliran satu dimensi (1D),
baik untuk aliran steady maupun unsteady dalam suatu jaringan, yang berada pada saluran alami maupun buatan. Dan untuk aliran quasi unsteady dimana kedalaman dan kecepatan aliran dari suatu tempat ke tempat lainnya berubah menurut waktu.
Analisis ini banyak dilakukan dalam perencanaan perbaikan sungai dan
penanggulangan banjir terutama dalam menentukan elevasi puncak tanggul dan
daerah genangan, elevasi jembatan dan sebagainya. Aliran banjir disungai adalah
aliran tidak mantap, sehingga analisa profil muka air disepanjang sungai dilakukan
berdasarkan aliran tidak mantap (unsteady).
HEC-RAS terdiri dari tiga komponen analisis hidrolika satu dimensi (1D)
yaitu perhitungan profil permukaan aliran steady, simulasi aliran unsteady dan perhitungan transport sedimen. Dasar kuncinya adalah ketiga komponen tersebut
menggunakan data geometri umum yang mewakili serta perhitungan hidraulika dan
Adapun langkah – langkah dalam permodelan HEC-RAS adalah sebagai
berikut :
1. Memasukkan data input
2. Simulasi program
3. Data output yang dihasilkan
2.8.1 Memasukkan Data Input
1. Data Geometri
- Penentuan data geometri berupa existing sungai sebagai sungai utama
- Penentuan daerah pematusan dan koefisien pengaliran
- Penentuan koefisien manning ( n )
- Penentuan batas hilir
2. Data aliran tetap (Steady Flow)
Data hidrologi yang dimasukkan dalam data aliran tetap (Steady Flow) adalah debit konstan banjir rencana pada ujung hulu saluran utama dan debit tambahan di sepanjang sungai. Prinsip aliran tetap dalm
HEC-RAS adalah bahwa debit yang masuk pada penampang paling hulu akan
selalu konstan sampai ke hilir selama tidak ada debit tambahan
maka pada penampang sungai yang mengalami tambahan debit, besar
nilai debit dipenampang tersebut adalah komulatif dari debit di hulu dan
debit tambahan tersebut, begitu seterusnya.
3. Data Aliran Tidak Tetap (Unsteady Flow)
Data aliran tidak tetap (Unsteady Flow) berupa hidrograf banjir pada hulu sungai utama dan hidrograf banjir tambahan di sepanjang
sungai, serata hidrograf tinggi muka air pada batas hilir. Berbeda dengan
metode aliran tetap, pada aliran tidak tetap debit yang masuk tidak
bersifat komulatif.
4. Data Kondisi Batas dan Kondisi Awal (Boundary Conditions and Initial Conditions)
Kondisi batas (Boundary Conditions) diperlukan untuk
menetapkan elevasi muka air pada titik terakhir dari sistem sungai.
Kondisi awal (Initial Conditions) berupa permukaan air awal dibutuhkan oleh program untuk memulai perhitungan
2.8.2 Simulasi Pr ogr am
a. Analisa Aliran Tetap (Running Steady Flow Analysis)
Program melakukan simulasi aliran tetap.
b. Analisa Aliran tidak Tetap (Running Unsteady Flow Analysis)
2.8.3 Data Output yang Dihasilkan
1. Potongan Melintang
Berupa tampilan elevasi muka air suatu penampang melintang pada suatu
waktu dalam menerima debit yang masuk.
2. Profil Muka Air
Profil memanjang permukaan air sungai pada suatu waktu tertentu.
3. Profil Penampang Saluran
ampilan berupa berbagai grafik, misalnya grafik kedalaman hidrolis, debit
yang masuk, kecepatan aliran, luas penampang basah, volume dan angka
froude dari penampang memanjang sungai.
4. Kurva Kenaikan
Tampilan berupa grafik hubungan antara tinggi muka air dengan debit
pada suatu penampang melintang.
5. Tampilan 3D Sungai
Tampilan perspektif tiga dimensi elevasi muka air dalam suatu penggal
sungai.
6. Tabel Potongan Melintang
Berupa tabel output yang menampilkan kedalaman hidroulis, debit yang
masuk, kecepatan aliran, luas penampang basah, volume dan angka
froude.
7. Tabel Output Keseluruhan Potongan Melintang
Berupa keseluruhan tabel penampang melintang yang menampilkan
kedalaman hidroulis, debit yang masuk, kecepatan aliran, luas penampang
Sebagai program simulasi HEC-RAS mempunyai beberapa kelebihan dan
keterbatasan, adapun kelebihan dan keterbatasan HEC-RAS adalah sebagai berikut :
- Kelebihan HEC-RAS :
1. Mampu menyelesaikan perhitungan aliran subkritis, kritis, dan superkritis
serta aliran balik.
2. Mampu melakukan simulasi aliran steady dan unsteady. 3. Mampu melakukan simulasi pada jaringan yang komplek.
4. Mampu melakukan simulasi aliran pada sungai atau saluran yang terdapat
bangunan pengontrol maupun bangunan-bangunan air lainnya serta bisa
didefinisikan aturan kontrolnya.
- Keterbatasan HEC-RAS :
1. Aliran adalah satu dimensi, maksudnya kecepatan aliran seragam
(unifrom) dalam suatu penampang, dan kemiringan muka air arah transversalnya horisontal.
2. Kemiringan dasar saluran cukup kecil dan mendekati nol sehingga
cosinus sudut dianggap sama dengan satu.
3. Untuk aliran unsteady tidak dapat melakukan simulasi aliran superkritis. 4. Untuk aliran unsteady kondisi batas hilir tidak boleh lebih kecil dari
kedalaman kritis.
METODOLOGI P ENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu rancangan yang berisi langkah-langkah
dalam melakukan penelitian Tugas Akhir sehingga dapat terencana dengan baik agar
tujuan dan arah permasalahan tidak menyimpang. Metodologi penelitian berisi
tentang bagaimana mendapatkan data-data yang diperlukan, perhitungan yang
diperlukan dalam pengolahan data, dan menarik kesimpulan serta saran-saran yang
dapat diberikan dari hasil yang diperoleh.
Pada bab ketiga ini akan dijelaskan secara detail langkah-langkah yang akan
dilakukan selama penelitian dilaksanakan sehingga didapatkan hasil akhir penelitian
yang diharapkan.
3.1 Pengumpulan Data
Semua data pendukung dalam kegiatan penelitian ini diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum Pengairan Kota Surabaya dan Dinas Umum Bina Marga
Pematusan Kota Surabaya. Data yang diperlukan untuk melakukan pemodelan
mereupakan data sekunder.
Data-data akan dikumpulkan melalui salinan data (copy) dari instansi yang terkait, dan pengadaan/pembelian data/peta. Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat
berjalan dengan lancar, penulis akan melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan
instansi yang terkait untuk menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan ini. Selain itu
surat pengantar dari direksi pekerjaan sangat diperlukan guna mengantisipasi adanya
Kegiatan pengumpulan data dan langkah-langkah dalam menyusun penelitian
ini meliputi :
a. Peta Topografi
Peta Topografi sangat penting dalam studi ini, peta yang telah
didapatkan dengan skala 1 : 25000 meliputi peta geologi dan peta jaringan
drainase, apabila terdapat peta yang lebih detail dengan skala lebih besar
maka akan digunakan sebagai pemasukan.
b. Data Curah Hujan
Data hujan diperlukan dari stasiun pencatat curah hujan yaitu stasiun
pada daerah tersebut dengan periode tahun pengukuran dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2010. Adapun letak-letak stasiun hujan tersebut :
1. Stasiun Hujan Wonokromo
Lokasi : Desa Ngagel
Kecamatan : Wonokromo
Kabupaten : Kota Surabaya
2. Stasiun Hujan Kebon Agung
Lokasi : Desa Kebonsari
Kecamatan : Wonocolo
Kabupaten : Kota Surabaya
Koordinat : -7°19’65” LS dan 112°42’65” BT
3. Stasiun Hujan Wonorejo
Lokasi : Desa Wonorejo
Kecamatan : Rungkut
Kabupaten : Kota Surabaya
Koordinat : -7°18’57” LS dan 112°47’80” BT
4. Stasiun Hujan Gunung Sari
Lokasi : Desa Gunung Sari
Kecamatan : Karangpilang
Kabupaten : Kota Surabaya
Koordinat : -7°18’41” LS dan 112°43’174” BT
5. Stasiun Hujan Keputih
Lokasi : Desa Wonorejo
Kecamatan : Rungkut
Kabupaten : Kota Surabaya
Data curah hujan yang telah didapat kemudian di analisis hidrologinya
dengan menggunakan rumus Arithmetic Mean, dari hasil analisa hidrologi
tersebut maka didapat nila R rata-ratanya.
c. Data Gambar Potongan Melintang dan Memanjang dari Saluran Wonorejo I
Data potongan melintang dari Saluran Wonorejo ini berfungsi untuk
mengetahui penampang melintang dari Saluran Wonorejo itu sendiri. Selain
itu data ini berfungsi sebagai dasar dalam menghitung luasan Saluran
Wonorejo I, keliling basah, jari-jari hidrauliknya dan debit tampungan dari
Saluran Wonorejo itu sendiri.
d. Data Genangan dari Saluran Wonorejo I
Data Genangan dari Saluran Wonorejo I merupakan data air hujan
yang tidak terserap oleh tanah dan masuk ke saluran primer dan sekunder,
yang mengakibatkan daerah aliran tersebut tergenang dan banjir. Data ini
berguna untuk data volume air yang akan dibuang oleh pompa, sehingga
kapasitas pompa dapat ditentukan.
3.2 Langkah – langkah Penger jaan
1. Studi literatur.
2. Pengumpulan data-data, data yang digunakan diperoleh dari Dinas Pekerjaan
Umum dan Pematusan Kota Surabaya serta Dinas perairan Kota Surabaya.
3. Jumlah data yang digunakan mulai tahun 2000 samapai dengan tahun 2010
(11 tahun).
4. Data yang diambil atau digunakan adalah Data curah hujan jam-jaman
otomatis diperoleh dari 5 stasiun hujan, yaitu Stasiun Hujan Wonorejo,
Stasiun Hujan Kebon Agung, Stasiun Hujan Wonokromo, Stasiun Hujan
5. Curah hujan rata-rata dengan menggunakan metode Arithmetik Mean.
6. Analisa frekuensi dengan menggunakan distribusi Log Person Type III.
7. Langkah selanjutnya adalah uji kesesuaian ditribusi frekunsi yang dilakukan
dengan cara yaitu uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi Square.
8. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan metode Rasional.
9. Menganalisa dan mengecek penampang saluran dengan kondisi eksisting
(saat pompa dinyalakan) dengan bantuan software HEC-RAS 4.1.
10. Apabila pengujian model tersebut menghasilkan bentuk perubahan muka air
yang sesuai dengan kondisi yang ada, maka perumusan model dapat
digunakan. Sebaliknya jika pemodelan menyimpang dari kondisi yang ada,
maka perlu dilakukan dengan Normalisasi, Penambahan Pompa, atau
Normalisasi dan penambahan tinggi tanggul(parapet)
3.3 Langkah – langkah Pelaksanaan Penelitian Secar a Sistematis
Dari semua penjelasan diatas maka secara sistematis dapat diringkas dan
Langkah - langkah pelaksanaan penelitian ini secara sistimatis :
Menghitung Curah Hujan Rata-Rata -Metode Arithmetik Mean
Menghitung Curah Hujan Rencana -Metode Log Pearson Type III
Cek Kapasitas Penampang Saluran dalam kondisi eksisting dengan HEC-RAS 4.1 (pompa saat
dinyalakan) MULAI
Pengumpulan Data
Data Sekunder -Peta Topografi -Data Curah Hujan
-Data Gambar long dan cross section -Data Genangan
-Data tata Guna Lahan
Uji kesesuain distribusi frekuensi menggunakan uji Kolomogorov-Smirnov dan uji Chi Square
Debit Rencana Menggunakan metode Rasional
TIDAK
Gambar . 3.3. Diagr am Alur Pelaksanaan Penelitian
1. Normalisasi 2. Penambahan Pompa
3. Normalisasi dan Penambahan tinggi parapet
Selesai Kondisi Muka Air
BANJIR
A
Kondisi penampang saluran aman
Kondisi Muka Air
PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA
4.1 Analisa Cur ah Hujan
Perhitungan analisis Hidroligi ini untuk mengetahui debit yang akan
direncanakan dan memakai data curah hujan harian. Data curah hujan pada DAS
Saluran Wonorejo diperoleh dari 5 stasiun hujan, yaitu :
- Stasiun Kebon Agung
- Stasiun Gunung Sari
- Stasiun Wonokromo
- Stasiun Keputih
- Stasiun Wonorejo
Kemudian dilakukan perhitungan tinggi hujan dan dirata. Dan dari hujan
rata-rata ini dihitung tinggi hujan rencana dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10
tahun, dan 25 tahun.
Metode yang dipakai untuk perhitungan hujan bulanan maksimum rata-rata
pada daerah aliran dipakai Metode Aritmatik Mean. Metode ini digunakan bila
jumlah stasiun pencatat hujan yang ada hanya sedikit dan letaknya tidak merata
didaerah aliran sungai hanya terdapat 5 stasiun penakar hujan yaitu Stasiun Hujan
Kebon Agung, Stasiun Hujan Gunung Sari, Stasiun Hujan Wonorejo, Stasiun Hujan
Tabel 4.1 Perhitungan curah hujan rata-rata daerah Stasiun Kebon Agung
Tahun Tgl - Bln
Tinggi Curah Hujan Pada Tiap Stasiun
R= 1 2... 5
n R R R+ + +
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
Kebon Agung
Gunung
Sari Wonorejo Wonokromo Keputih (mm)
2000 23-03-00 110.0 0.0 115.0 95.0 0.0 64.0 2001 2-02-01 117.0 72.0 70.0 43.0 45.0 69.4 2002 30-01-02 105.0 113.0 115.0 113.0 123.0 113.8 2003 2-01-03 75.0 5.0 25.0 9.6 10.0 24.9
2004 5-03-04 92.0 103.0 45.0 92.0 39.0 74.2 2005 7-05-05 105.0 95.0 42.0 26.0 20.0 57.6 2006 19-02-06 98.0 81.0 94.0 29.0 0 60.4 2007 22-02-07 100.0 41.0 0.0 18.0 0.0 31.8
2008 20-11-08 85.0 43.0 68.0 30.0 75.0 60.2 2009 22-02-09 76.0 76.0 45.0 38.0 30.0 53.0
2010 3-12-10 109.0 92.0 98.0 110.0 90.0 99.8
Tabel 4.2 Perhitungan curah hujan rata-rata daerah Stasiun Gunung Sari
Tahun Tgl - Bln
Tinggi Curah Hujan Pada Tiap Stasiun
R= 1 2... 5
n R R R+ + +
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
Kebon Agung
Gunung
Sari Wonorejo Wonokromo Keputih (mm)
2000 23-12-00 53.0 84.0 60.0 0.0 0.0 39.4 2001 21-01-01 87.0 90.0 60.0 47.0 35.0 63.8
2002 30-01-02 105.0 113.0 115.0 113.0 123.0 113.8 2003 16-03-03 67.0 98.0 45.0 30.0 20.0 52.0 2004 5-03-04 92.0 103.0 45.0 92.0 39.0 74.2 2005 24-11-05 105.0 114.0 25.0 60.0 0.0 60.8
2006 7-03-06 72.0 110.0 53.0 47.0 40.0 64.4 2007 21-03-07 78.0 96.0 41.0 36.0 39.0 58.0
2008 28-12-08 31.0 81.0 59.0 70.0 60.0 60.2 2009 9-01-09 70.0 78.0 98.0 104.0 120.0 94.0
Tabel 4.3 Perhitungan curah hujan rata-rata daerah Stasiun Wonorejo
Tahun Tgl - Bln
Tinggi Curah Hujan Pada Tiap Stasiun
R= 1 2... 5
n R R R+ + +
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
Kebon Agung
Gunung
Sari Wonorejo Wonokromo Keputih (mm) 2000 23-03-00 110.0 0.0 115.0 95.0 0.0 64.0
2001 2-02-01 117.0 26.0 200.0 42.0 82.0 93.4 2002 30-01-02 105.0 113.0 115.0 113.0 123.0 113.8 2003 2-01-03 71.0 64.0 76.0 51.2 5.0 53.4
2004 5-03-04 75.0 55.0 85.0 58.0 35.0 61.6 2005 7-05-05 39.0 46.0 90.0 68.0 110.0 70.6 2006 19-02-06 94.0 63.0 153.0 100.0 140.0 110.0
2007 22-02-07 64.0 69.0 71.0 59.0 63.0 65.2 2008 20-11-08 85.0 43.0 68.0 30.0 75.0 60.2 2009 22-02-09 70.0 78.0 98.0 104.0 120.0 94.0
2010 3-12-10 109.0 92.0 98.0 110.0 90.0 99.8
Tabel 4.4 Perhitungan curah hujan rata-rata daerah Stasiun Wonokromo
Tahun Tgl - Bln
Tinggi Curah Hujan Pada Tiap Stasiun
R= 1 2... 5
n R R R+ + +
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
Kebon Agung
Gunung
Sari Wonorejo Wonokromo Keputih (mm)
2000 7-01-00 41.0 0.0 15.0 115.0 78.0 49.8 2001 1-03-01 103.0 40.0 110.0 68.0 51.0 74.4 2002 30-01-02 105.0 113.0 115.0 113.0 123.0 113.8 2003 28-11-03 45.0 76.0 32.0 76.0 16.0 49.0 2004 5-03-04 92.0 103.0 45.0 92.0 39.0 74.2
2005 9-02-05 98.0 103.0 69.0 95.0 35.0 80.0 2006 4-01-06 94.0 63.0 153.0 100.0 140.0 110.0 2007 2-05-07 0.0 0.0 0.0 107.0 0.0 21.4
2008 26-11-08 28.0 27.0 31.0 81.0 35.0 40.4 2009 9-01-09 70.0 78.0 98.0 104.0 120.0 94.0
Tabel 4.5 Perhitungan curah hujan rata-rata daerah Stasiun Keputih
Tahun Tgl - Bln
Tinggi Curah Hujan Pada Tiap Stasiun
R= 1 2... 5
n R R R+ + +
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
Kebon Agung
Gunung
Sari Wonorejo Wonokromo Keputih (mm) 2000 22-03-00 0.0 0.0 0.0 0.0 88.0 17.6
2001 21-12-01 60.0 54.0 75.0 52.0 103.0 68.8 2002 30-01-02 105.0 113.0 115.0 113.0 123.0 113.8 2003 30-01-03 5.0 29.0 19.0 71.2 102.0 45.2
2004 25-12-04 11.0 0.0 0.0 64.0 58.0 26.6 2005 15-12-05 39.0 46.0 90.0 68.0 110.0 70.6 2006 4-01-06 94.0 63.0 153.0 100.0 140.0 110.0
2007 17-12-07 98.0 67.0 37.0 18.0 127.0 69.4 2008 25-02-08 4.0 7.0 2.0 30.0 90.0 26.6 2009 9-01-09 70.0 78.0 98.0 104.0 120.0 94.0
2010 3-12-10 109.0 92.0 98.0 110.0 90.0 99.8
Tabel 4.6 Curah Hujan Maksimum DAS Wonorejo
Tahun Curah Hujan (mm)
2000 64.0
2001 93,4
2002 113,8
2003 53,44
2004 74,2
2005 80.0
2006 110.0
2007 69,4
2008 60,2
2009 94.0
4.1.1 Per hitungan Analisa Fr ekuensi
Untuk mendapatkan distribusi hujan dengan kala ulang tertentu, harus
dianalisa dahulu data curah hujan yang ada dengan parameter statistik. Tujuan dari
analisa frekuensi digunakan adalah untuk menentukan jenis distribusi yang sesuai
dengan data tersebut.
Hasil perhitungan analisa frekuensi curah hujan dapat dilihat dalam Tabel 4.7
dibawah ini :
Tabel 4.7 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan pada DAS Wonorejo
No R R- rata-r ata (R-Rr ata)² (R-Rrata)³ (R-Rr ata)⁴
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 64.00 -18.931 358.379 -6784.446 128435.736
2 93.40 10.469 109.602 1147.432 12012.569
3 113.80 30.869 952.901 29415.181 908019.884
4 53.44 -29.491 869.714 -25648.648 756401.953 5 74.20 -8.731 76.229 -665.546 5810.826
6 80.00 -2.931 8.590 -25.177 73.792
7 110.00 27.069 732.736 19834.489 536901.581 8 69.40 -13.531 183.086 -2477.313 33520.301
9 60.20 -22.731 516.694 -11744.930 266972.925
10 94.00 11.069 122.525 1356.238 15012.320
11 99.80 16.869 284.566 4800.374 80977.938
Jumlah 912.24 0.000 4215.021 9207.652 2744139.825
rata-rata 82.93
Sumber : analisa data
Rrata-rata = 11
24 , 912
Sx = 1 11 02 , 4215 − = 20,53
Cs =
(
)
353 , 20 9 10 652 , 9207 11 × × × = 0,13
Ck =
(
)
453 , 20 9 10 825 , 2744139 11 × × × = 1,89
Dari hasil perhitungan diatas dapat ditentukan jenis Distribusi yang dipilih
sesuai dengan paramater-parameter yang ada,yaitu
- Normal : Cs = 0
Ck = 3
- Gumbel : Cs = 1,139
Ck = 5,402
- Log Pearson Tipe III : yang tidak termasuk dalam syarat diatas atau
bebas
Dari hasil perhitungan analisa frekuensi curah hujan DAS Wonorejo, dapat
dilihat bahwa harga Cs, Ck yang menunjukkan ciri-ciri dari Distribusi Log Pearson
Tipe III karena nilai Cs dan Ck tidak memenuhi untuk Distribusi Normal dan
4.1.2 Per hitungan Curah Hujan Rencana
Dari hasil analisa frekuensi diatas dapat diketahui yang digunakan adalah
metode Distribusi Log Pearson Type III dan untuk perhitungan Distribusi Log
Pearson Tipe III DAS Wonorejo dapat dilihat pada Tabel 4.8 dibawah ini :
Tabel 4.8. Perhitungan Log Pearson Type III DAS Wonorejo
No Tahun Tanggal Ter jadi
R Log R (Log R - LogRr )² (Log R - LogRr )³
(mm)
1 2000 23-Mar-00 64.00 1.806 0.010 -0.001002 2 2001 2-Feb-01 93.40 1.970 0.004 0.000263 3 2002 30-Jan-02 113.80 2.056 0.022 0.003368 4 2003 2-Jan-03 53.44 1.728 0.032 -0.005675 5 2004 5-Mar-04 74.20 1.870 0.001 -0.000046 6 2005 9-Feb-05 80.00 1.903 0.000 0.000000 7 2006 19-Feb-06 110.00 2.041 0.018 0.002469 8 2007 17-Dec-07 69.40 1.841 0.004 -0.000273 9 2008 20-Nov-08 60.20 1.780 0.016 -0.002031 10 2009 22-Feb-09 94.00 1.973 0.004 0.000299 11 2010 3-Dec-10 99.80 1.999 0.009 0.000802 Jumlah = 912.24 20.969 0.121 -0.001826 Rrata-rata = 82.93 1.906 0.011 -0.000166
Rerata = 912,24 / 11 = 82,931 mm
Perhitungan Standart Deviasi :
Sx =
1 11 1213 , 0 − = 0,038
Koefisien skewness (kepencengan)
Cs =
(
)
3 038 , 0 9 10 00182 , 0 11 × × × = 1,735Tabel 4.9 Perhitungan Curah Hujan DAS Wonorejo untuk beberapa periode
R k Log R R
(mm) (mm) (mm) (mm)
2 -0.273 1.8958 78.662
5 0.653 1.9313 85.367
10 1.322 1.9570 90.565
25 2.183 1.9900 97.722
50 2.826 2.0147 103.433
Sumber : hasil analisa data
Uji Kesesuaian Distr ibusi
Untuk menentukan kecocokan distribusi frekuensi dari sample data terhadap
peluang yang dipilih, maka dalam penelitian ini menggunakan dua macam uji, yaitu
4.1.3 Metode Smirnov-Kolmogor ov
Hasil perhitungan Smirnov-Kolmogorov dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Perhitungan Uji Kesesuaian Distribusi secara Horizontal dengan Metode Smirnov - Kolmogorov
No R (mm) log R peluang agihan │Pe - Pt│
empir is teor itis (%)
Pe (% ) Pt (% )
1 53.44 1.728 8.33 1.0 7.33
2 60.20 1.780 16.67 7.0 9.67
3 64.00 1.806 25.00 12.0 13.00
4 69.40 1.841 33.33 30.0 3.33
5 74.20 1.870 41.67 44.0 2.33
6 80.00 1.903 50.00 50.0 0.00
7 93.40 1.970 58.33 84.0 25.67
8 94.00 1.973 66.67 86.0 19.33
9 99.80 1.999 75.00 92.0 17.00
10 110.00 2.041 83.33 94.5 11.17
11 113.80 2.056 91.67 96.0 4.33
Banyak data (n) = 11
Taraf Signifikan = 5%
Harga ∆cr dari tabel 2.5 = 0.39
Harga ∆max =0,2567
4.1.4 Metode Chi – Khuadrat (Chi - Squar e Test)
Hasil perhitungan Smirnov Kolmogorov dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Perhitungan Uji Kesesuaian Distribusi secara Vertikal dengan Metode Chi Square
No
peluang agihan
│Ri - Rt│²
│Ri - Rt│²
empir is teor itis Rt
Ri (mm) Rt (mm)
1 53.44 63 91.39 1.451
2 60.20 66 33.64 0.510
3 64.00 69 25.00 0.362
4 69.40 72 6.76 0.094
5 74.20 74 0.04 0.001
6 80.00 76 16.00 0.211
7 93.40 80 179.56 2.245
8 94.00 84 100.00 1.190
9 99.80 87 163.84 1.883
10 110.00 93 289.00 3.108
11 113.80 98 249.64 2.547
13.601
Sumber : hasil analisa data
Derajat kebebasan (dk) = 11-1 = 10
Taraf signifikan (α ) = 5%
Harga Rcr = 18,307
4.2 Analisa Debit Banjir Rencana dengan Metode Rasional
Contoh perhitungan :
Saluran Tersier Pandugo 2
1. Waktu di lahan (t0 ) Eksisting
a.Waktu di bangunan to.1 = 1 menit (daerah perumahan)
Yaitu waktu mengalir air hujan dari atap
genteng sampai jatuh ke lahan.
b.Waktu di lahan
- Miring lahan So = 0,00020
- Type permukaan n = 0,2 (rumput tidak padat)
- Panjang lahan Lo = 150 meter
- Yaitu panjang lahan dari titik terjauh sampai saluran yang ditinjau.
- Waktu di lahan
to.2 = 1,44x
467 , 0
0002 , 0
2 , 0
150
= 51,51 menit
Total waktu di lahan to = to.1 + to.2
2. Waktu di saluran (td) :
Kondisi existing
- Panjang saluran L = 485meter
- Kecepatan V = 0,32 m/dt
Diperoleh dari kondisi eksisting
td =
V L
60 =
32 , 0 60 485
x =25,26 menit
3. Waktu konsentrasi (tc)
tc = to + td
tc = 52,51 + 25,26 = 77,77 menit
= 1,29 jam
a.Intensitas Hujan (I)
Contoh Perhitungan :
tc (waktu konsentrasi) = 1,29 jam
R1,25 = 83,68 mm
R2 = 96,56 mm
R5 = 113,89 mm
Maka
I2 =
3 2 2 24
24
t R th = 3 2 296 , 1 24 24 66 , 78
=23,16 mm/jam
b.Debit Banjir (Q)
Contoh Perhitungan :
A (Luas Pematusan) = 0,103 km2
I2 = 23,16 mm/jam
Maka :
Q2 = .0,4.(23,16).(0,103)
6 , 3
1
=0,265 m3/dt
Semua perhitungan saluran di tiap-tiap petak tersier wilayah studi
4.3 Analisa Penampang Menggunakan Pr ogr am HEC-RAS 4.1
Kondisi penampang yang dianalisa dengan program HEC-RAS 4.1 adalah
kondisi eksisting tanpa pompa , kondisi eksisting dengan pompa, kondisi
normalisasi tanpa pompa, kondisi normalisasi dengan pompa eksisting, kondisi
normalisasi