• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH tingkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH tingkat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

MENGANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN KRITERIA MORFOLOGI TANAH DAN LAHAN

DOSEN PENGAMPU : ARIF ASHARI, M. Sc

DISUSUN OLEH :

NAMA : AISYAH NURUL LATHIFAH

NIM : 15405241014

KELAS/KELOMPOK : A/01

ASISTEN PRAKTIKUM : DEWI RAHMAWATI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

(2)

Menganalisis Tingkat Perkembangan Tanah dengan Kriteria Morfologi Tanah dan Lahan.

II. TUJUAN

1. Menganalisis tingkat perkembangan tanah dengan kriteria morfologi tanah. 2. Menganalisis tingkat perkembangan tanah dengan kriteria lahan.

III. DASAR TEORI

Tektur tanah dalam Sartohadi (2013:49) adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama. Ukuran partikel tanah yang kasar adalah pasir, dengan diameter antara 2-0,05 mm. Ukuran partikel tanah yang halus adalah lempung, dengan diameter lebih kecil 0,002 mm. Partikel tanah dengan ukuran di antara pasir dan lempung disebut sebagai debu.

Tekstur tanah di lapangan dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran, makin peka indra perasa ini, hasil penetapannya akan makin mendekati kebenaran atau maki identik dengan hasil penetapan di laboratorium. Cara ini dalam Hanafiah (2005:64) disebut metode rasa. Struktur tanah dalam Sugihayanto,dkk (2014:56) adalah bagian dari sifat fisik tanah yang membahas sekolompok partikel tanah yang mengalami koogulasi karena adanya koloid lempung dan organik. Solum tanah dalam Sugihayanto,dkk (2014:37) adalah tubuh tanah yang mengalami perkembangan secara genetis. Tubuh tanah meliputi lapisan organis sampai di atas lapisan C.

(3)

Proses perkembangan tanah khas adalah fase pembentukan horizon-horizon penciri tanah. Pada fase ini terjadi perkembangan horizon utama tanah yang berkorelasi atau sejalan dengan proses pedogenesis tanah sebagai akibat terus bekerjanya faktor pembentuk tanah yang bersifat sebagai faktor pengubah sifat jenis tanah. Tahap pembentukan horizon penciri ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu (Sugiharyanto, dkk (2014: 28 – 30) :

a. Pembentukan horizon penciri pada permukaan tanah

b. Pembentukan horizon penciri pada sub horizon (horizon bawah permukaan)

Proses pembentukan tanah/profil tanah dalam hal ini menyangkut beberapa hal, yaitu :

a. Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah, misalnya : 1. Penambahan air hujan, embun, dan lain-lain

2. Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfer

3. Penambahn N, Cl, S dari atmosfer dan curah hujan 4. Penambahan bahan organik dari sisa tanaman dan hewan 5. Bahan endapan

6. Energi sinar matahari

b. Kehilangan bahan-bahan yang ada di tanah, misalnya : 1. Kehilangan air melalui penguapan (evapotranspirasi) 2. Kehilangan N melalui denitrifikasi

3. Kehilangan C (bahan organik) sebagai CO2 karena dekomposisi bahan organik

4. Kehilangan tanah karena erosi 5. Kehilangan energi karena radiasi c. Perubahan bentuk (transformation), berupa :

1. Perubahan bahan organik kasar menjadi humus

2. Penghancuran pasir menjadi debu kemudian menjadi liat 3. Pembentukan struktur tanah

4. Pelapukan mineral dan pembentukan mineral liat 5. Pembentukan konkresi

d. Pemindahan dalam solum, berupa:

1. Pemindahan liat, bahan organik, Fe, Al dari lapisan atas ke lapisan bawah

(4)

3. Pemindahan tanah dari lapisan bawah ke lapisan atas atau sebaliknya melalui kegiatan hewan seperti tikus, rayap, dan sebagainya

4. Pemindahan garam-garam dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui air kapiler

Perkembangan tanah adalah proses pembentukan tanah lanjut setelah terbentuknya horison C. Karena proses perkembangan tanah yang terus berjalan, maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Menurut Hardjowigeno (1993) dalam Anonim (2011), ciri dari tingkat perkembangan tanah adalah sebagai berikut :

a. Tanah muda (perkembangan awal). Terjadi proses pembentukan tanah terutama proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat). Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C.

b. Tanah dewasa (perkembangan sedang). Dimana pada proses lebih lanjut terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna (Bw) yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara lebih lanjut.

c. Tanah tua (perkembangan lanjut), dengan meningkatnya unsur hara maka proses pembentukan profil tanah berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang nyata pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

a. Data kondisi tanah yang meliputi tekstur, struktur, dan konsistensi tanah untuk dianalisis

(5)

c. Alat tulis untuk mencatat

V. LANGKAH KERJA

Dalam praktikum pada kesempatan kali ini, langkah kerja yang digunakan adalah antara lain sebagai berikut :

a. Menyediakan data beberapa kondisi tanah/lahan yang digunakan sebagai sampel

b. Melakukan analisiss skoring/ pengharkatan sesuai dengan kriteria tekstur, struktur, solum tanah, dan kemiringan lereng

Tabel 1.1 Skor Tekstur Tanah.

Tekstur Tanah Skor

Pasir – geluh

pasiran 1

Geluh – geluh lempungan 2

Lempung 3

Tabel 1.2 Skor Struktur Tanah.

Struktur Tanah Skor

Butir tunggal 1

Remah

Granuler 2

Gumpal, Tiang, Prismatik 3

Tabel 1.3 Skor Solum Tanah.

Solum Tanah Skor

<60 cm 1

60 – 90 cm 2

>90 cm 3

Tabel 1.4 Skor Kemiringan Tanah.

Kemiringan Tanah Skor

<60 cm 1

60 – 90 cm 2

>90 cm 3

(6)

d. Menentukan kriteria perkembangan tanah dengan mencocokkan skor total ke dalam tabel perkembangan tanah

VI. HASIL PRAKTIKUM

Tabel 2.1 Data sampel tingkat perkembangan tanah dengan morfologi tanah dan lahan

berpasir Remah 15 cm 8 %

Desa

Kelas Interval=Skor tertinggiSkorterendah

(7)

Kelas Interval=10−4 3 Kelas Interval=2

Tabel 2.3 Pembagian perkembangan tanah.

Tingkat Perkembangan Tanah

Indeks Warna Harden Belum berkembang 4 – 6 Sedang berkembang 7 – 9

Berkembang lanjut 10 – 12

Tabel 2.3 Pembagian tingkat perkembangan tanah menggunakan indeks profil.

Lokasi Profil Tanah Skor Total Tingkat Perkembangan Tanah

SD Siluk, Imogiri 9 SB

Tanjakan Jalan Siluk 7 SB

Desa Nawungan I 10 BL

Sebelah Utara Sungai

Oyo 9 SB

Kampus FIS UNY 4 BB

VII. PEMBAHASAN PRAKTIKUM 1. SD Siluk, Imogiri

Tekstur : Geluh berdebu 2

Struktur : Gumpal membulat 3

Solum Tanah : 95 cm 3

Kemiringan : 3 % 1 (+)

9

Indeks tanah pada SD Siluk, Imogiri memiliki indeks tanah yang berkembang lanjut. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa tanah ini terjadi peningkatan unsur hara pada proses pembentukan profil tanah berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang nyata pada horison A Horison A

(8)

dan horison B. Tanah menjadi sangat masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa. Akumulasi liat atau seskuioksida di horison B sangat nyata sehingga membentuk horison argilik (Bt). Apabila terjadi penimbunan liat, maka horison E tidak terbentuk, sedang di horison B tidak terjadi seskuioksida, tetapi pelapukan akan berjalan terus menerus dan banyaklah terbentuk oksidaoksida besi dan aluminium.

Tanah pada SD Siluk, Imogiri memiliki dua horison yaitu horison A dan B. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran. Sedangkan horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A sehingga terbentuk horizon Albik, kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi) atau horizon B. Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah di bawah permukaan, bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi teguh hingga sangat teguh.

Pada tanah lapisan I dan II dapat dikatakan cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur pasir yang mempunyai rasa licin, membentuk bola agak teguh dan gulungan, permukaan mengkilat, serta agak melekat. Struktur tanah pada lapisan tersebut gumpal membulat berciri sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisi-sisi membentuk permukaan bulat. Kemiringan tanah ini hanya 3% sedangkan konsistensinya yaitu lekat yang terdapat adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar serta teguh bila dipijit agak sukar hancur.

2. Tanjakan Jalan Siluk

Tekstur : Geluh berpasir 1

(9)

Struktur : Remah 2

Solum Tanah : 15 cm 1

Kemiringan : 20 % 3 (+)

7

Indeks tanah pada Tanjakan Jalan Siluk memiliki indeks tanah yang sedang berkembang. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa dimana tanah ini pada proses lebih lanjut terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara lebih lanjut.

Tanah pada Tanjakan Jalan Siluk memiliki satu horison yaitu horison A. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran. Pada tanah lapisan I dapat dikatakan cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur geluh berpasir yang mempunyai rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak keras dan mudah hancur, serta melekat. Struktur tanah pada lapisan tersebut remah berciri membulat atau banyak sisi, relatif bukan ped, dan masing-masing butir struktur bersifat porus. Tipe remah berbentuk butir-butir tanah yang saling mengikat eperti irisan roti. Kemiringan tanah ini 20% sedangkan konsistensinya yaitu lekat yang terdapat adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar serta gembur bila dipijit agak kuat, baru hancur.

3. Desa Nawungan I

Tekstur : Lempung berdebu 3

Struktur : Gumpal membulat 3

Solum Tanah : 30 cm 1

(10)

Kemiringan : 20 % 3 (+) 10

Indeks tanah pada Desa Nawungan I memiliki indeks tanah yang berkembang lanjut. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa tanah ini terjadi peningkatan unsur hara pada proses pembentukan profil tanah berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang nyata pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa. Akumulasi liat atau seskuioksida di horison B sangat nyata sehingga membentuk horison argilik (Bt). Apabila terjadi penimbunan liat, maka horison E tidak terbentuk, sedang di horison B tidak terjadi seskuioksida, tetapi pelapukan akan berjalan terus menerus dan banyaklah terbentuk oksidaoksida besi dan aluminium.

Tanah pada Desa Nawungan I memiliki satu horison yaitu horison A. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran. Pada tanah lapisan ini dapat dikatakan cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur geluh lempung berdebu yang mempunyai rasa jelas licin, membentuk bola teguh, membentuk gulungan, permukaan mengkilat, serta melekat. Struktur tanah pada lapisan tersebut gumpal membulat berciri sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisi-sisi membentuk permukaan bulat. Kemiringan tanah ini 20% sedangkan konsistensinya yaitu lekat yang terdapat adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar serta sangat teguh bila ditekan yang kuat dan menyakitkan baru hancur.

4. Sebelah Utara Sungai Oyo

Horison A

(11)

Tekstur : Geluh lempung berpasir 2

Struktur : Gumpal bersudut 3

Solum Tanah : 100 cm 3

Kemiringan : 2 % 1 (+)

9

Indeks tanah pada Sebelah Utara Sungai Oyo memiliki indeks tanah yang sedang berkembang. Pada dasar teori di atas menyatakan bahwa tanah tersebut melalui proses lebih lanjut dimana terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna (Bw) yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara lebih lanjut.

Tanah pada Sebelah Utara Sungai Oyo memiliki dua horison yaitu horison A dan B. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran. Sedangkan horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A sehingga terbentuk horizon Albik, kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi) atau horizon B. Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah di bawah permukaan, bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi teguh hingga sangat teguh.

(12)

tanah ini hanya 2% sedangkan konsistensinya yaitu agak lekat yang terdapat sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi serta teguh bila dipijit agak sukar hancur.

5. Kampus FIS UNY

Horison A

Tekstur : Pasir 1

Struktur : Butir tunggal 1

Solum Tanah : 11,5 cm 1

Kemiringan : 3 % 1 (+)

4

Indeks tanah pada Kampus FIS UNY memiliki indeks tanah yang belum berkembang. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa tanah tersebut terjadi melalui proses pembentukan tanah terutama proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral. Pencampuran bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat). Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C.

Tanah pada Kampus FIS UNY memiliki dua horison yaitu horison A dan B. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran. Sedangkan horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A sehingga terbentuk horizon Albik, kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi) atau horizon B. Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah di bawah permukaan, bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi teguh hingga sangat teguh. Horison A

(13)

Pada tanah lapisan I dan II dapat dikatakan cukup subur karena pada lapisan I memiliki tekstur pasir memiliki tekstur pasir yang memiliki rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan, serta tidak melekat. Struktur tanah pada lapisan I berbutir tunggal yaitu tipe struktur yang khas pada tanah bertekstur pasir. Rendahnya kadar lempung dan organik di dalam tanah bertekstur pasir menyebabkan tidak adanya gaya ikat antarpartikel pair sehingga tidak membentuk agrerat tanah. Sedangkan konsistensinya yaitu tidak lekat dan lepas atau tidak ada ikatan butir-butir tanah. Sedangkan lapisan II memiliki tekstur pasir bergeluh mempunyai rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta sedikit sekali melekat. Struktur pada lapisan ini remah berciri membulat atau banyak sisi, relatif bukan ped, dan masing-masing butir struktur bersifat porus. Tipe remah berbentuk butir-butir tanah yang saling mengikat eperti irisan roti. Tanah memiliki konsistensi lekat yang menandakan adanya adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar dan gembur bila dipijit agak kuat, baru hancur. Kemiringan tanah ini hanya 3%.

VIII. KESIMPULAN

1. Tanah pada SD Siluk, Imogiri dan Desa Nawungan I memiliki tingkat perkembangan berkembang lanjut

2. Tanah pada Tanjakan Jalan Siluk dan Sebelah Utara Sungai Oyo memiliki tingkat perkembangan yang sedang berkembang

3. Tanah pada Kampus FIS UNY memiliki tingkat perkembangan yang belum berkembang

4. Kelima sampel tanah tersebut dapat dikatakan cukup subur karena rata-rata strukturnya bergumpal, teksturnya bergeluh, dan konsistensinya mendekati lekat

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tingkat Perkembangan Tanah. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 10 April 2016 di www.repository.usu.ac.id

Hanafiah, Kemas Ali. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Cetakan keempat. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Sartohadi, Junun, dkk. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Cetakan kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(15)

Gambar

Tabel 1.4 Skor Kemiringan Tanah.

Referensi

Dokumen terkait

Penyebaran mineral liat tergolong maksimum dimana terjadi penimbunan pada kedalaman 69/77 cm, hal ini dapat digunakan sebagai acuan bahwa sebaiknya penanaman tanaman

Distribusi mineral liat pada horizon tanah dapat dipengaruhi oleh proses pedogen pokok. khusus misalnya pedoturbasi pada tanah vertisol dapat merubah pola distribusi

Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1) Karakteristik tanah dengan horison penimbunan liat berbeda-beda pada setiap jenis bahan induk, baik yang berkembang dari batuan sedimen

Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40% atau lebih

Peningkatan kandungan liat kasar menurut kedalaman tanah dan horison pada tanah asal bahan induk batu pasir diduga akibat proses alih tempat melalui pergerakan air

Penyebaran mineral liat tergolong maksimum dimana terjadi penimbunan pada kedalaman 69/77 cm, hal ini dapat digunakan sebagai acuan bahwa sebaiknya penanaman tanaman

Fakta ini terjadi karena tanalr sawah dan tanah tambak memiliki kadar liat lebih rendah di horison pernrukaan daripada horison bawah, sedangkan pada tanah kebun dan semak belukar kadar

Komposisi mineral liat pada horison permukaan tanah terpengaruh Tsunami yang dirunjukkan oleh profil SND-1 terdiri dari kaolinit, vermikulit, dan goetit, sedangkan horison bawahrya