• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN INDEKS PROFIL

DOSEN PENGAMPU : ARIF ASHARI, M. Sc

DISUSUN OLEH :

NAMA : AISYAH NURUL LATHIFAH

NIM : 15405241014

KELAS/KELOMPOK : A/01

ASISTEN PRAKTIKUM : DEWI RAHMAWATI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

(2)

Analisis Tingkat Perkembangan Tanah dengan Indeks Profil.

II. TUJUAN

Mengalisis tingkat perkembangan tanah dengan indeks profil.

III. DASAR TEORI

Proses pembentukan tanah (genesa) dalam Sugiharyanto, dkk (2014:32) dimulai dari pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah, dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tanah tersebut akan menghasilkan tanah. Penampang tegak dari tanah menunjukkan susunan horizon tanah yang disebut profil tanah.

Dalam pembeuatan profil tanah di lapangan, terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan yaitu : Vertikal, baru dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Profil tanah yang sempurna berturut-turut dari atas ke bawah memiliki horizon O, A, B, dan C. Pembentukan horison tanah meliputi Sugiharyanto, dkk (2014: 34 - 37) :

A. Horizon Organik

Horizon organik adalah lapisan tanah yang sebagian besar terdiri dari bahan organik, baik masih segar maupun sudah membusuk, terbentuk paling atas di atas horizon mineral.

B. Horizon Mineral

Horizon mineral adalah lapisan tanah yang sebagian besar mengandung mineral, terbentuk pada horizon A dan B, di atas sedikit horizon C. Horizon ini memiliki ciri sebagai berikut :

a. Akumulasi basa, lempung besi, alumunium, dan bahan organik. b. Terdapat residu lempung karena larutnya karbonat dan garam-garam. c. Hasil perubahan (alterasi) dari bahan asalnya.

d. Berwarna kelam.

(3)

Regolith adalah lapisan batuan yang cukup besar yang terbentuk oleh pelapukan batuan induk, sementasi, gleisasi, sedimentasi, dan sebagainya. D. Lapisan O1

Lapisan O1 adalah lapisan tanah yang mayoritas berwarna kehitaman sesuai dengan vegetasi penutup (pengaruh dari humus). Sering pula dengan bahan asal, misalnya tulang daun, batang, sisa rubuh hewan. Lapisan ini dinamakan juga lapisan mulsa.

E. Lapisan O2

Lapisan O2 adalah lapisan tanah sisa organisme yang terurai melalui pelapukan sehingga tidak seutuhnya menampakan lagi bahan asalnya. Lapisan ini disebut juga lapisan humus

F. Lapisan A1

Lapisan A1 adalah lapisan tanah yang strukturnya lemah, warna bagian atas masih tersamar-samar dipengaruhi kandungan lapisan organis dan kandungan mineral masih campur dengan bahan organis.

G. Lapisan A2

Lapisan A2 adalah lapisan tanah yang sudah ditemukan mineral silika tanah (kuarsa SiO2). Tanah agak gumpal, warna cerah (kepucatan) karena mineral terlarut ke bawah, tekstur kasar, struktur lebih longgar. Lapisan ini disebut horizon eluviasi artinya banyak mengalami pencucian (pada musim hujan air yang meresap kedalam tanah melarutkan mineral).

H. Lapisan B1

Lapisan B1 adalah horizon peralihan dimana mineral-mineral bahan induk masih nampak dan pencucian masih kecil.

I. Lapisan B2

Lapisan B2 adalah horizon yang paling maksimal, karena terjadi akumulasi Fe+Mg+Al. Tekstur halus (berat), struktur gumpal (paling padat), dan warna coklat-merah.

J. Lapisan B3

(4)

K. Lapisan C

Lapisan C adalah horizon mineral bukan dalam bentuk batuan tetapi tersusun bahan-bahan tersendiri dan relatif tidak terpengaruh oleh proses perkembangan tanah.

L. Lapisan R

Lapisan R adalah lapisan yang belum terurai masih dalam bentuk batuan induk (asli) yang disebut juga parent rock atau bedrock.

M. Top soil

Top soil adalah lapisan tanah paling atas yang subur dan banyak mengandung bahan organik.

N. Sub soil

Sub soil adalah lapisan tanah di bawah lapisan organis dan memiliki profil yang masih jelas dan yang belum berkembang.

O. Solum tanah

Solum tanah adalah tubuh tanah yang mengalami perkembangan secara genetis. Tubuh tanah meliputi lapisan organis sampai di atas lapisan C. Tektur tanah dalam Sartohadi (2013:49) adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama. Ukuran partikel tanah yang kasar adalah pasir, dengan diameter antara 2-0,05 mm. Ukuran partikel tanah yang halus adalah lempung, dengan diameter lebih kecil 0,002 mm. Partikel tanah dengan ukuran di antara pasir dan lempung disebut sebagai debu.

(5)

fisika tanah yang menggambarkan kuat lemahnya gaya kohesi dan adhesi antarpartikel penyusun tanah.

Perkembangan tanah adalah proses pembentukan tanah lanjut setelah terbentuknya horison C. Karena proses perkembangan tanah yang terus berjalan, maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Menurut Hardjowigeno (1993) dalam Anonim (2011), ciri dari tingkat perkembangan tanah adalah sebagai berikut :

a. Tanah muda (perkembangan awal). Terjadi proses pembentukan tanah terutama proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat). Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C.

b. Tanah dewasa (perkembangan sedang). Dimana pada proses lebih lanjut terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna (Bw) yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara lebih lanjut.

c. Tanah tua (perkembangan lanjut), dengan meningkatnya unsur hara maka proses pembentukan profil tanah berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang nyata pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

a. Data kondisi tanah yang meliputi tekstur, struktur, dan konsistensi tanah untuk dianalisis

b. Kalkulator untuk menghitung jumlah konversi dan indeks profil tanah c. Alat tulis untuk mencatat

(6)

Dalam praktikum pada kesempatan kali ini, langkah kerja yang digunakan adalah antara lain sebagai berikut :

a. Menyediakan data beberapa profil tanah yang digunakan sebagai sampel. b. Mengkonversikan tekstur, struktur, dan konsistensi yang telah diketahui ke

dalam nilai konversi.

Tabel 1.1 Nilai Konversi Tekstur Tanah.

Tekstur Tanah Konversi

 Pasir

 Pasir bergeluh 1

 Geluh berpasir

 Geluh lempung berpasir 2

 Geluh berdebu

 Geluh lempung berdebu 3

 Geluh berlempung 4

Tabel 1.2 Nilai Konversi Struktur Tanah.

Struktur Tanah Perkembangan Konversi

Butir tunggal Tidak ada 1

Remah Lemah 2

Massif Sedang 3

Gumpal Kuat 4

Tabel 1.3 Nilai Konversi Konsistensi Tanah.

Konsistensi Perkembangan Konversi

Basah Lembab

-Tidak lekat Lepas 1

Agak lekat Gembur 2

Lekat Agak teguh 3

Sangat lekat Sangat teguh 4

c. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari hasil konversi dan dikaitkan dengan tebal masing-masing horison.

d. Menjumlahkan hasil yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan dibagi tebal profil tanah.

(7)

VI. HASIL PRAKTIKUM

Tabel 2.1 Data sampel tingkat perkembangan tanah dengan indeks profil tanah.

(8)

lepas HB :  Basah,

lekat  Lembab,

gembur

Tabel 2.2 Hasil perhitungan konversi dan tingkat perkembangan indeks profil.

Nama Sampel Konversi Horison A

Konversi

Horison B Indeks Profil

SD Siluk, Imogiri 13 - 13

Tanjakan Jalan

Siluk 9 - 9

Desa Nawungan I 14 - 14

Sebelah Utara

Sungai Oyo 11 - 11

Kampus FIS UNY 4 8 5,68

Kelas Interval=Skor tertinggiSkorterendah 3

Kelas Interval=14−5,68 3 Kelas Interval=2,7 7

Tabel 2.3 Pembagian perkembangan tanah.

Tingkat Perkembangan Tanah

Indeks Warna Harden Belum berkembang 5,68 – 8,45 Sedang berkembang 8,46 – 11,23

Berkembang lanjut 11,24 – 14,01

(9)

Lokasi Profil Tanah Indeks Profil Tingkat Perkembangan Tanah

SD Siluk, Imogiri 13 BL

Tanjakan Jalan Siluk 9 SB

Desa Nawungan I 14 BL

Sebelah Utara Sungai

Oyo 11 SB

Kampus FIS UNY 5,68 BB

VII. PEMBAHASAN PRAKTIKUM 1. SD Siluk, Imogiri

70 cm

25 cm

Tekstur : Geluh berdebu Struktur : Gumpal membulat

Konsistensi : Basah -> lekat, lembab -> teguh

Hasil konversi :

- Geluh berdebu 3 - Gumpal membulat 4

- Lekat 3

- Teguh 3 (+)

13 Indeks Profil

- A = 70 x 13 = 910 - B = 25 x 13 = 325 (+)

1.235 (=) 13 95

Indeks tanah pada SD Siluk, Imogiri memiliki indeks tanah yang berkembang lanjut. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa tanah ini terjadi peningkatan unsur hara pada proses pembentukan profil tanah berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang nyata pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa. Akumulasi liat atau seskuioksida di horison B sangat nyata sehingga membentuk horison Horison A

(10)

argilik (Bt). Apabila terjadi penimbunan liat, maka horison E tidak terbentuk, sedang di horison B tidak terjadi seskuioksida, tetapi pelapukan akan berjalan terus menerus dan banyaklah terbentuk oksidaoksida besi dan aluminium. Tanah pada SD Siluk, Imogiri memiliki dua horison yaitu horison A dan B. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran. Sedangkan horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A sehingga terbentuk horizon Albik, kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi) atau horizon B. Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah di bawah permukaan, bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi teguh hingga sangat teguh. Pada tanah lapisan I dan II dapat dikatakan cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur pasir yang mempunyai rasa licin, membentuk bola agak teguh dan gulungan, permukaan mengkilat, serta agak melekat. Struktur tanah pada lapisan tersebut gumpal membulat berciri sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisi-sisi membentuk permukaan bulat. Sedangkan konsistensinya yaitu lekat yang terdapat adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar serta teguh bila dipijit agak sukar hancur.

2. Tanjakan Jalan Siluk 15 cm

Tekstur : Geluh berpasir

Struktur : Remah

Konsistensi : Basah -> lekat, lembab -> gembur Hasil konversi :

- Geluh berpasir 2

- Remah 2

(11)

- Lekat 3

Gembur 2 (+)

9 Indeks Profil

- A = 15 x 9 = 135 (=) 9 15

Indeks tanah pada Tanjakan Jalan Siluk memiliki indeks tanah yang sedang berkembang. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa dimana tanah ini pada proses lebih lanjut terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara lebih lanjut. Tanah pada Tanjakan Jalan Siluk memiliki satu horison yaitu horison A. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran. Pada tanah lapisan I dapat dikatakan cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur geluh berpasir yang mempunyai rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak keras dan mudah hancur, serta melekat. Struktur tanah pada lapisan tersebut remah berciri membulat atau banyak sisi, relatif bukan ped, dan masing-masing butir struktur bersifat porus. Tipe remah berbentuk butir-butir tanah yang saling mengikat eperti irisan roti. Sedangkan konsistensinya yaitu lekat yang terdapat adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar serta gembur bila dipijit agak kuat, baru hancur.

3. Desa Nawungan I 30 cm

Tekstur : Geluh lempung berdebu Struktur : Gumpal membulat

(12)

Konsistensi : Basah -> lekat, lembab -> sangat teguh Hasil konversi :

- Geluh lempung berdebu 3

- Gumpal membulat 4

- Lekat 3

Sangat teguh 4 (+)

14 Indeks Profil

- A = 30 x 14 = 420 (=) 14 30

(13)

jari dan jika dipijit memapar serta sangat teguh bila ditekan yang kuat dan menyakitkan baru hancur.

4. Sebelah Utara Sungai Oyo 80 cm

20 cm

Tekstur : Geluh lempung berpasir Struktur : Gumpal bersudut

Konsistensi : Basah -> agak lekat, lembab -> teguh Hasil konversi :

- Geluh lempung berpasir 2

- Gumpal bersudut 4

- Agak lekat 2

Teguh 3 (+)

11 Indeks Profil

- A = 80 x 11 = 880 - B = 20 x 11 = 220 (+)

1.100 (=) 11 100

Indeks tanah pada Sebelah Utara Sungai Oyo memiliki indeks tanah yang sedang berkembang. Pada dasar teori di atas menyatakan bahwa tanah tersebut melalui proses lebih lanjut dimana terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna (Bw) yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara lebih lanjut. Tanah pada Sebelah Utara Sungai Oyo memiliki dua horison yaitu horison A dan B. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran. Sedangkan horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya Horison A

(14)

pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A sehingga terbentuk horizon Albik, kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi) atau horizon B. Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah di bawah permukaan, bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi teguh hingga sangat teguh. Pada tanah lapisan I dan II dapat dikatakan cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur geluh lempung berpasir yang mempunyai rasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, membentuk bola agak teguh, membentuk gulungan yang mudah hancur, serta agak melekat. Struktur tanah pada lapisan tersebut gumpal bersudut berciri sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisi-sisi membentuk sudut tajam. Sedangkan konsistensinya yaitu agak lekat yang terdapat sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi serta teguh bila dipijit agak sukar hancur.

5. Kampus FIS UNY 58 cm

42 cm

Horison A Tekstur : Pasir

Struktur : Butir tunggal

Konsistensi : Basah -> tidak lekat, lembab -> lepas Hasil konversi :

- Pasir 1

- Butir tunggal 1

- Tidak lekat 1

Lepas 1 (+)

4 Horison B

Tekstur : Pasir bergeluh

Struktur : Remah

Konsistensi : Basah -> Lekat, lembab -> Gembur Hasil konversi :

- Pasir bergeluh 1

Horison A

(15)

- Remah 2

- Lekat 3

- Gembur 2 (+)

8 Indeks Profil

- A = 58 x 4 = 232 - B = 42 x 8 = 336 (+)

568 (=) 5,68 100

(16)

dan organik di dalam tanah bertekstur pasir menyebabkan tidak adanya gaya ikat antarpartikel pair sehingga tidak membentuk agrerat tanah. Sedangkan konsistensinya yaitu tidak lekat dan lepas atau tidak ada ikatan butir-butir tanah. Sedangkan lapisan II memiliki tekstur pasir bergeluh mempunyai rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta sedikit sekali melekat. Struktur pada lapisan ini remah berciri membulat atau banyak sisi, relatif bukan ped, dan masing-masing butir struktur bersifat porus. Tipe remah berbentuk butir-butir tanah yang saling mengikat eperti irisan roti. Tanah memiliki konsistensi lekat yang menandakan adanya adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar dan gembur bila dipijit agak kuat, baru hancur.

VIII. KESIMPULAN

1. Tanah pada SD Siluk, Imogiri dan Desa Nawungan I memiliki tingkat perkembangan berkembang lanjut.

2. Tanah pada Tanjakan Jalan Siluk dan Sebelah Utara Sungai Oyo memiliki tingkat perkembangan yang sedang berkembang.

3. Tanah pada Kampus FIS UNY memiliki tingkat perkembangan yang belum berkembang.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tingkat Perkembangan Tanah. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 10 April 2016 di www.repository.usu.ac.id

Sartohadi, Junun, dkk. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Cetakan kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(18)

Gambar

Tabel 1.1 Nilai Konversi Tekstur Tanah.
Tabel 2.1 Data sampel tingkat perkembangan tanah dengan indeks profil tanah.
Tabel 2.4 Pembagian tingkat perkembangan tanah menggunakan indeks profil.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1) Karakteristik tanah dengan horison penimbunan liat berbeda-beda pada setiap jenis bahan induk, baik yang berkembang dari batuan sedimen

TanahDesa Jangga Toruan merupakan tanah Inceptisol yang memiliki pola distribusi mineral liat yang tidak tentu dengan tingkat perkembangan tanahnya adalah dewasa yang berkembang

Distribusi mineral liat pada horizon tanah dapat dipengaruhi oleh proses pedogen pokok. khusus misalnya pedoturbasi pada tanah vertisol dapat merubah pola distribusi

Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1) Karakteristik tanah dengan horison penimbunan liat berbeda-beda pada setiap jenis bahan induk, baik yang berkembang dari batuan sedimen

Peningkatan kandungan liat kasar menurut kedalaman tanah dan horison pada tanah asal bahan induk batu pasir diduga akibat proses alih tempat melalui pergerakan air

Pemberian beban timbunan dapat mengakibtakan terkondolidasinya lapisan tanah dasar. Dengan terkonsolidasinya lapisan tanah dasar, dapat mengakibatkan peningkata nilai

Penyebaran mineral liat tergolong maksimum dimana terjadi penimbunan pada kedalaman 69/77 cm, hal ini dapat digunakan sebagai acuan bahwa sebaiknya penanaman tanaman

Penyebaran mineral liat tergolong maksimum dimana terjadi penimbunan pada kedalaman 69/77 cm, hal ini dapat digunakan sebagai acuan bahwa sebaiknya penanaman tanaman