• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2010"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judu l :

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUN

KECAMATAN GUNUNG MALELA KABUPATEN SIMALUNGUN

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 071000267

AIDA FITRIANI NASUTION

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 22 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Ketua Penguji Penguji I

Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H NIP. 196803201993082001 NIP. 140019774

Penguji II Penguji III

dr. Heldy B.Z., M.P.H Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes NIP. 195206011982031003 NIP. 197308031999032001

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

(2)

Dr. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 196108311989031001

A B S T R A K

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik bagi bayi yang diberikan dari usia 0 sampai 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI secara eksklusif merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus bangsa di masa depan. Data profil Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2008 menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 1,67% dari target 80%. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif belum mencapai target sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Jenis Penelitian ini adalah tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dukungan sosial suami terhadap pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Bangun Tahun 2010. Populasi adalah seluruh suami yang istrinya mempunyai bayi usia 6-11 bulan. Penetapan jumlah sampel menggunakan metode "simple random sampling" diperoleh sampel sebanyak 100 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian ASI yaitu variabel dukungan emosional (p=0,003), dukungan penghargaan (p=0,003) dan dukungan instrumental (p=0,001).

Berdasarkan hasil penelitian, maka dukungan sosial suami terhadap pemberian ASI perlu ditingkatkan melalui berbagai program, menyebarluaskan informasi yang akurat melalui media cetak dan elektronik, memberikan penyuluhan yang komprehensif dan berkesinambungan oleh petugas kesehatan dan tokoh masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan suami mengenai ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun.

(3)

A B S T R A C T

Breastfeeding is the best food for babies who are given from age 0 to 6 months and continuated until 2 years old. Exclusive breastfeeding is an important activity in the maintenance of children and preparation for the next generation in the future. Based on data from Bangun Health Centre of Gunung Malela subdistrict

Simalungun district in 2008 showed that babies who receive exclusive breastfeeding

for 1.67% of the targeted 80%. This indicated that the scope of exclusive breastfeeding has not yet reached the target in accordance Minimum Service Standards (MSS).

This type of research was an explanatory type of research that aimed to describe the influence of social support for breastfeeding husband in the working area of Bangun Health Centre in 2010. The population were all husbands whose wife had baby aged 6-11 months. Determining the number of samples using the method of "random sampling" obtained a sample of 100 respondents. Data were collected using questionnaires and analyzed using multiple linear regression test.

Results showed that the variables that had a significant impact on breastfeeding variable were the variable of emotional support (p = 0.003), award support (p = 0.003) and instrumental support (p = 0.001).

Based on this research, the social support for breastfeeding husband needs to be improved through a variety of programs, disseminating accurate information through mass media and electronic media, providing a comprehensive and continuous education by health officers and community leaders are expected to increase knowledge about breastfeeding husband in the working area of Bangun Health Centre.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aida Fitriani Nasution

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar / 30-06-1985

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Saudara : Anak ke 1 dari 4 Bersaudara

Alamat Rumah : Jalan SM. Raja Garu 3 Kompleks Sempurna Indah No. 1C Medan Amplas

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 6 Bah Jambi (Tahun 1991-1997)

2. SMP Negeri 1 Pematangsiantar (Tahun 1997-2000)

3. SMU Swasta Taman Siswa Pematangsiantar (Tahun 2000-2003)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini, yang mana skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama penulisan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2010” penulis telah banyak mendapatkan batuan moril maupun materil, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan terhadap kesempurnaan skripsi ini.

3. Prof. dr. Aman, M.P.H, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

4. Evawani Yunita Aritonang, Dr. Ir. M.Kes., selaku dosen penasehat akademik. 5. Para dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, khususnya Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan.

(6)

7. Kepada kedua orang tua saya serta adik-adik saya yang telah memberikan do’a restu yang tulus, nasehat dan segalanya untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

8. Kepada teman-teman tersayang dan seperjuangan di Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, teman-teman stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu semoga kesuksesan dapat kita raih.

Semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho NYA kepada kita semua sehingga kita menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa, Amin amin yaa Rabbal’alamin.

Medan, Agustus 2010 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Air Susu Ibu (ASI) ... 9

2.2. Manfaat ASI ... 9

2.3. Langkah-langkah menyusui yang benar ... 15

2.4. Keterlibatan suami dalam menyusui ... 16

2.5. Faktor-faktor yang memengaruhi tindakan pemberian ASI ... 16

2.6. Dukungan Sosial ... 19

2.7. Landasan Teori ... 21

2.8. Kerangka Konsep ... 22

2.9. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan waktu penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 26

3.5. Defenisi Operasioanal ... 27

3.6. Aspek Pengukuran ... 27

3.6.1. Variabel Bebas ... 27

3.6.2. Variabel terikat ... 28

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1. Data geografi ... 30

4.1.2. Data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bangun ... 30

4.1.3. Data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bangun menurut Suku Bangsa .. 31

4.1.4. Data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bangun menurut mata pencaharian 32 4.1.5. Data jumlah tenaga kerja Puskesmas Bangun 32 4.1.6. Data sarana dan prasarana di wilayah kerja Puskesmas Bangun ... 33

4.2. Deskripsi Identitas Responden ... 33

4.3. Analisis Univariat ... 34

4.3.1. Deskripsi variabel dukungan emosional ... 35

4.3.2. Deskripsi variabel dukungan penghargaan .. 35

4.3.3. Deskripsi variabel dukungan instrumental .. 36

4.3.4. Deskripsi variabel dukungan sosial suami ... 37

4.3.5. Deskripsi responden dalam pemberian ASI . 38 4.4. Analisis Bivariat... 39

4.5. Analisis Multivariat ... 40

4.6. Hasil Wawancara ... 42

BAB V PEMBAHASAN ... 43

5.1. Pengaruh dukungan sosial suami terhadap pemberian ASI ... 43

5.1.1. Pengaruh dukungan emosional terhadap pemberian ASI ... 43

5.1.2. Pengaruh dukungan penghargaan terhadap Pemberian ASI ... 44

5.1.3. Pengaruh dukungan instrumental terhadap pemberian ASI ... 45

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... 49

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Daftar jumlah Bayi yang diberi ASI di Kabupaten

Simalungun... 6 Tabel 3.1. Daftar Jumlah Kepala Rumah Tangga Yang Memiliki

Bayi Usia 6-11 Bulan dab Besar Sampel ... 26 Tabel 3.2. ... Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 27 Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (dependen) ... 28 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun. 31 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun

Menurut Suku Bangsa……….. 31

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun

Menurut Mata Pencaharian……….. 32 Tabel 4.4. Distribusi Tenaga Kerja di Puskesmas Bangun…………... 33 Tabel 4.5. Distribusi Sarana dan Prasarana di Puskesmas Bangun….. 33 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Identitas….. 34 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Emosional……… 35

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Penghargaan……… 36

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Instrumental……… 37

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Sosial Suami……….. 38

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

Dr. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 196108311989031001

A B S T R A K

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik bagi bayi yang diberikan dari usia 0 sampai 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI secara eksklusif merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus bangsa di masa depan. Data profil Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Tahun 2008 menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 1,67% dari target 80%. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif belum mencapai target sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Jenis Penelitian ini adalah tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dukungan sosial suami terhadap pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Bangun Tahun 2010. Populasi adalah seluruh suami yang istrinya mempunyai bayi usia 6-11 bulan. Penetapan jumlah sampel menggunakan metode "simple random sampling" diperoleh sampel sebanyak 100 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian ASI yaitu variabel dukungan emosional (p=0,003), dukungan penghargaan (p=0,003) dan dukungan instrumental (p=0,001).

Berdasarkan hasil penelitian, maka dukungan sosial suami terhadap pemberian ASI perlu ditingkatkan melalui berbagai program, menyebarluaskan informasi yang akurat melalui media cetak dan elektronik, memberikan penyuluhan yang komprehensif dan berkesinambungan oleh petugas kesehatan dan tokoh masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan suami mengenai ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun.

(12)

A B S T R A C T

Breastfeeding is the best food for babies who are given from age 0 to 6 months and continuated until 2 years old. Exclusive breastfeeding is an important activity in the maintenance of children and preparation for the next generation in the future. Based on data from Bangun Health Centre of Gunung Malela subdistrict

Simalungun district in 2008 showed that babies who receive exclusive breastfeeding

for 1.67% of the targeted 80%. This indicated that the scope of exclusive breastfeeding has not yet reached the target in accordance Minimum Service Standards (MSS).

This type of research was an explanatory type of research that aimed to describe the influence of social support for breastfeeding husband in the working area of Bangun Health Centre in 2010. The population were all husbands whose wife had baby aged 6-11 months. Determining the number of samples using the method of "random sampling" obtained a sample of 100 respondents. Data were collected using questionnaires and analyzed using multiple linear regression test.

Results showed that the variables that had a significant impact on breastfeeding variable were the variable of emotional support (p = 0.003), award support (p = 0.003) and instrumental support (p = 0.001).

Based on this research, the social support for breastfeeding husband needs to be improved through a variety of programs, disseminating accurate information through mass media and electronic media, providing a comprehensive and continuous education by health officers and community leaders are expected to increase knowledge about breastfeeding husband in the working area of Bangun Health Centre.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan nasional adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam peningkatan mutu dan daya saing sumber daya manusia (Depkes RI, 2004).

Modal dasar dalam pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak dini, terutama ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan akan memelihara pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, sistem kekebalan dan fungsi tubuh secara optimal dan merupakan faktor yang vital untuk pencegahan penyakit terutama diare dan infeksi saluran nafas. Menyusui menyebabkan pengeluaran hormon pertumbuhan, meningkatkan perkembangan mulut yang sehat dan membangun hubungan saling percaya antara ibu dan bayi. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan (Depkes RI, 2002).

(14)

diperlukan oleh bayi untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, mulai dari hormon, antibodi (sistem kekebalan tubuh) sampai dengan antioksidan (mencegah radikal bebas). Sejalan dengan hasil kajian WHO melalui Kepmenkes RI No. 450/MENKES/2004 menetapkan perpanjangan pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan (Amiruddin, 2006).

Program peningkatan ASI eksklusif merupakan program prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Pada tahun 1999, setelah pengamatan 9 bulan, United Nations Children’s Fund (UNICEF) memberikan klasifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makanan bayi yang ilmiah, namun sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang benar tentang manfaat ASI eksklusif (Roesli, 2001).

Berdasarkan penelitian dari 100 ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, ternyata hanya dua ibu yang benar-benar kurang. Sisanya mempunyai cukup ASI tetapi kurang mendapatkan informasi manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui masih kurang tepat dan terpengaruh mitos-mitos menyusui sehingga produksi ASI terhambat (Danuatmaja, 2003).

(15)

Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 1995 terhadap ibu-ibu se-Jabotabek (Adiningsih, 2004).

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif dapat juga disebabkan oleh kurangnya dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusif adalah keberhasilan suami. Mengingat faktor psikis sangat menentukan produksi ASI, suami dan istri harus sama-sama memahami betapa pentingnya dukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya, 2008).

Menurut penelitian Harahap (2006) yang dilakukan di Puskesmas Kota Matsum Medan diketahui bahwa umur, pendidikan, jumlah anak, penghasilan, dan pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ayah dalam pemberian ASI eksklusif. Partisipasi ayah dalam pemberian ASI eksklusif termasuk rendah yaitu hanya sebesar 19,5%.

Menurut Kemalasari (2009) dalam penelitiannya, partisipasi suami dalam pemberian ASI eksklusif sebesar 58%, demikian juga dengan kesempatan suami untuk mendorong istri memberikan ASI eksklusif sebesar 59,75%, kemampuan suami mendorong istri memberikan ASI eksklusif sebesar 64,3% dan rendahnya kemauan suami membantu istri untuk memberikan ASI eksklusif sebesar 69,4%. Kondisi tersebut secara kumulatif menunjukkan bahwa peran serta suami dalam tindakan istri memberikan ASI eksklusif termasuk rendah.

(16)

Peran suami merupakan bagian integral dari peran keluarga. Pentingnya dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif sudah direkomendasikan pada Konferensi Tingkat Tinggi tentang kesejahteraan anak (1990), bahwa semua suami mengetahui arti pentingnya dukungan terhadap wanita dalam tugas pemberian ASI saja pada 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan makan anak berusia muda pada tahun-tahun rawan.

Hasil penelitian Owens dalam Kemalasari (2009), mengungkapkan bahwa kurangnya dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif adalah karena menyusui menyebabkan ibu menjadi jelek, tidak menarik dan dapat menghambat atau meninggalkan hubungan seks antara suami dan istri.

Smet (1994), mengatakan bahwa dengan pemberian dukungan sosial individu akan mendapat pengalaman yang positif, meningkatkan rasa percaya diri dan mampu mengontrol perubahan-perubahan di lingkungannya. Menurut Sarafino yang dikutip oleh Siswanto (1999), membagi empat jenis dukungan sosial antara lain (1) dukungan emosional, (2) dukungan penghargaan, (3) dukungan instrumental, dan (4) dukungan informatif.

(17)

Menurut Roesli (2000), menyusui bukan semata proses ibu dan bayi saja tetapi sang ayah pun ikut terlibat. Pada waktu bayi mulai mengisap puting ibu akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar yaitu refleks produksi ASI /refleks prolaktin dan refleks pengaliran ASI/let down refleks/ refleks oxytocin. Pada

refleks oxytocin inilah peran suami sungguh besar sebab refleks ini sangat

dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu, ini kadarnya berbeda pada setiap ibu, tergantung pengaruh emosional bisa sampai 75% dalam menghambat pengeluaran ASI. Tampak jelaslah bahwa kelancaran menyusui memerlukan kondisi kesetaraan antara suami dan istri tetapi kenyataannya hingga saat ini masih sangat sedikit keinginan suami untuk ikut berperan serta dalam perawatan anaknya termasuk mendukung aktivitas menyusui. Secara umum kerja hormon oxytocin dalam memproduksi ASI dipengaruhi oleh : (1) Kondisi lingkungan sosial, masyarakat dan keluarga yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemberian ASI. (2) Pengetahuan suami dalam memahami proses laktasi. (3) Sikap suami dalam mendukung aktivitas menyusui.

(18)

tahun, tetapi di kota-kota besar ASI sudah banyak diganti dengan susu formula. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan ASI ini. Di kota-kota besar banyak ibu-ibu ikut bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat memberikan ASInya dengan baik dan teratur. Faktor lain adalah pengaruh kosmetik, pemakaian pil Keluarga Berencana (KB), gengsi agar kelihatan lebih modern dan yang tidak kalah pentingnya pengaruh dari iklan-iklan (Soetjiningsih, 1997).

Sesuai dengan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun Tahun 2008 dapat dilihat jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebagai berikut :

Tabel 1.1. Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif di Kabupaten Simalungun Tahun 2008 No

. Kecamatan Puskesmas

Jumlah Jumlah bayi diberi ASI Eksklusif

Bayi Jumlah %

1 Silimakuta Seribu Dolok 576 31 5.38

2 P. Silimakuta - - - -

3 Raya Pematang

Raya 729 72 9.88

4 Tanah Jawa Tanah Jawa 896 121 13.50

5 Huta Bayu Raja Raja Maligas 225 19 8.44

Huta Bayu 462 0 0

6 Panei Pane Tongah 580 35 6.03

7 Sidamanik Tiga Bolon 591 12 2.03

8 Dolok Pardamean Sipintu Angin 312 11 3.53

9 Dolok Panribuan Tiga Dolok 468 6 1.28

10 Bandar Perdagangan 1106 55 4.97

11 Pematang Bandar P. Bandar 268 7 2.61

Kerasaan 476 2 0.42

12 Raya Kahean Sindar Raya 185 72 38.92

13 Siantar Batu Anam 1010 50 4.95

Simarimbun 230 0 0

14 Jorlang Hataran Tiga Balata 325 0 0

15 Girsang Sipangan Parapat 252 0 0

16 Purba Tiga Runggu 313 0 0

(19)

18 Bosar Maligas Bosar Maligas 554 0 0

19 Ujung Padang Ujung Padang 852 0 0

20 Dolok Silau Saran Padang 247 9 3.64

21 Dolok Batu. N Serbelawan 785 6 0.76

22 Tapian Dolok Tapian Dolok 660 51 7.73

23 H. Horison Haranggaol 120 0 0

24 P. Sidamanik Sidamanik 441 0 0

25 Hantonduhan Hatonduhan 436 11 2.52

26 Panombean Pane P. Pane 421 0 0

27 Gunung Malela Bangun 599 10 1.67

28 Gunung Maligas Gunung

Maligas 444 8 1.80

29 Jawa Maraja Bah Jambi

Jawa Maraja

Bah Jambi 378 0 0

30 Bandar Huluan Bandar Huluan 585 7 1.20

31 Bandar Masilam Bandar

Masilam 507 26 5.13

Jumlah 16,351 656 4.01

Sumber : Sub Dinas Binkesmas Kab. Simalungun

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela masih di bawah standar pencapaian ASI eksklusif yang telah ditetapkan oleh Depkes (2004) yaitu sebesar 80%. Nilai 0 pada data tersebut adalah karena tidak adanya laporan dari Puskesmas. Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela adalah Puskesmas ke 5 (lima) yang memiliki data terendah. Sesuai dengan data tersebut, penulis akan melakukan penelitian di Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela, di mana data jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif hanya 10 (1,67%) dari 599 orang bayi.

(20)

sebagian besar ibu menyusui kurang mendapatkan dukungan dalam pemberian ASI terutama ASI eksklusif baik dari pihak keluarga terutama suami di mana faktor penyebabnya adalah mitos yang kuat bahwa menyusui hanya urusan ibu bukan urusan suami, selain itu juga disebabkan karena pengetahuan yang kurang tentang ASI eksklusif.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti akan melihat bagaimanakah pengaruh dukungan sosial suami (dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental) terhadap pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Bangun Kabupaten Simalungun Tahun 2010.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pengaruh dukungan sosial suami (dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental) terhadap pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Bangun Kabupaten Simalungun Tahun 2010.

1.3.Tujuan Penelitian

(21)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai :

1. Bahan masukan dan informasi bagi instansi terkait yaitu Puskesmas Bangun dalam mengembangan program ASI.

2. Memperkaya khasanah pengetahuan dalam disiplin Ilmu Administrasi Kebijakan Kesehatan.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian tentang dukungan sosial suami dalam pemberian ASI.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI)

ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya (Roesli, 2007).

Menurut Manuaba (1999), ASI adalah makanan ideal yang tidak ada bandingannya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi normal dan merupakan pengaruh biologis dan emosional unik antara ibu dan bayi. Menurut Van (2009), ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang diberikan hingga usia 4-6 bulan. Selain dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI juga memiliki sejumlah keunggulan yakni memiliki zat kekebalan untuk melindungi tubuh dari bahaya penyakit, infeksi dan higienis.

2.2. Manfaat ASI

(23)

1. Menyusui dalam waktu 30 menit setelah melahirkan akan merangsang produksi dan pengeluaran ASI.

2. Bayi yang lahir sehat pada jam pertama dalam keadaan waspada dan mulut siap mengisap.

3. Menyusui bayi segera setelah lahir menyebabkan terjadinya kontak kulit bayi baru lahir dengan kulit ibu secara langsung akan menghangatkan bayi, mencegah terjadi hipotermi (penurunan suhu tubuh), dan mempererat hubungan batin antara ibu dan bayi.

Menurut Roesli (2007), ada 4 manfaat pemberian ASI, di antaranya:

1. Manfaat bagi bayi 1.1.Sebagai nutrisi

Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar air susu yang akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya.

1.2.Meningkatkan daya tahan tubuh bayi

(24)

1.3.Meningkatkan kecerdasan

Kecerdasan ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa, sedangkan faktor lingkungan ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi. Secara garis besarnya adalah melalui pola asuh, asih dan asah. Pola asuh menunjukkan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan otaknya. Pola asih menunjukkan kebutuhan bayi untuk perkembangan emosi dan spiritualnya, sedangkan pola asah menunjukkan kebutuhan bayi untuk merangsang perkembangan kecerdasan anak secara optimal.

Mengingat hal-hal tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI (eksklusif) selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian dr. Lucas dalam Roesli (2007) terhadap bayi prematur membuktikan bahwa bayi prematur yang diberi ASI (eksklusif) mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi) dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI (eksklusif).

1.4.Meningkatkan jalinan kasih sayang

(25)

2. Manfaat bagi ibu

2.1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar oxytocin yang berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu melahirkan.

2.2. Mengurangi terjadinya anemia

Menyusui mengurangi terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi perdarahan.

2.2.Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai usia bayi 12 bulan.

2.3.Mengecilkan rahim

Kadar oxytocin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui.

(26)

Oleh karena menyusui memerlukan energi, maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu akan menyusut atau lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.

2.5.Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi usia 2 tahun, diduga kejadian kanker payudara akan berkurang sampai 25%. Menyusui juga akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang sampai 20-25%.

2.6.Lebih ekonomis/murah

Pemberian ASI akan menghemat pengeluaran untuk berobat bayi, pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan bayi, dan biaya perawatan bayi selama di rumah sakit.

2.7.Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus memasak atau menyiapkan air, tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas, tidak merepotkan terutama pada malam hari. Apalagi kalau persediaan susu habis pada malam hari maka kita akan repot mencarinya.

(27)

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minum susu formula. ASI terutama ASI eksklusif dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam keadaan siap untuk diminum serta dalam suhu yang selalu tepat.

2.9.Memberi kepuasan bagi ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI terutama ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam.

3. Manfaat bagi Negara

3.1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya untuk menyiapkan susu.

3.2.Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit diare dan sakit saluran nafas 3.3.Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.

3.4. Menciptakan generasi bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun bangsa.

3.5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.

4. Manfaat bagi lingkungan

(28)

tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat transportasi yang juga mengeluarkan asap, juga tidak menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar.

Menurut Soetjiningsih (1997), faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan ASI yaitu :

1. Faktor psikologis meliputi : takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita dan tekanan batin.

2. Faktor fisik yaitu ibu menderita sakit seperti payudara bengkak dan panas.

3. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.

4. Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI.

5. Penjelasan yang salah dari petugas kesehatan untuk menggunakan PASI.

Kecenderungan pergeseran perilaku Ibu dalam memberikan ASI pada bayi merupakan kebiasaaan setiap orang untuk mencoba-coba memberikan Pendamping ASI (PASI) pada bayinya. Perilaku menyusui adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh ibu terhadap bayinya untuk mendapatkan yang terbaik (Notoatmodjo, 1993).

2.3. Langkah-langkah Menyusui yang Benar

(29)

1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan (pembersih) dan menjaga kelembaban puting susu.

2. Bayi diletakkan menghadap perut/payudara ibu. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung dan punggung dapat bersandar pada sandaran kursi. 3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah,

jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja.

4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi. Posisi yang salah apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, sehingga mengakibatkan puting susu lecet.

2.4. Keterlibatan Suami dalam Menyusui Bayi

(30)

terhambat untuk berperan, agar seorang suami tidak segan untuk memulai peran merawat bayinya, dorongan ekstra pada suami sangat diperlukan (Roesli, 2007).

2.5. Faktor-faktor yang memengaruhi tindakan pemberian ASI

Menurut Roesli (2007) faktor yang memengaruhi tindakan pemberian ASI :

1. Mempersiapkan kondisi fisik payudara. 2. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.

3. Menciptakan dukungan suami, keluarga, teman dan sebagainya.

4. Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “rumah sakit sayang bayi” atau “rumah bersalin sayang bayi”.

5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara eksklusif. 6. Mencari ahli tentang masalah dalm proses menyusui seperti konsultasi laktasi

untuk persiapan apabila kita menemui kesulitan dalam proses menyusui. 7. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.

Menurut Maharani (2007), WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI khususnya ASI Eksklusif :

1. Menyusui dalam waktu satu jam setelah melahirkan.

2. Menyusui secara eksklusif : hanya ASI, artinya tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.

(31)

4. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.

5. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan disaat tidak bersama dengan anak.

6. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.

Menurut Soetjiningsih dalam Harahap (2006), faktor-faktor yang memengaruhi produksi ASI antara lain :

1. Makanan ibu.

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung memengaruhi mutu atau jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh ibu terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi bila makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.

2. Ketentraman jiwa dan pikiran.

Pembuahan air susu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.

(32)

Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih baik dari ASI. Pengaruh ini akan lebih buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.

Bagi ibu yang pada masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. Alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yaitu Intra Uterine Device (IUD) atau spiral. Karena AKDR ini dapat merangsang uterus (rahim) ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

5. Perawatan payudara.

Perawatan payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut berguna untuk menghindari penyumbatan saluran air susu sehingga ASI akan keluar dengan lancar.

(33)

Dukungan sosial adalah penerimaan yang dirasakan dari kebersamaan orang-orang di sekitar individu. Dukungan sosial ini secara tidak langsung akan mempunyai manfaat emosional yang akan memberikan kekuatan pada diri untuk memberikan sesuatu yang terbaik. Smet mengatakan bahwa dengan pemberian dukungan sosial individu akan mendapat pengalaman yang positif, meningkatkan rasa percaya diri dan mampu untuk mengontrol perubahan-perubahan di lingkungannya (Smet, 1994).

Menurut Sarafino yang dikutip oleh Siswanto (1999), membagi dukungan sosial kedalam empat jenis di antaranya :

1.) Dukungan emosional, yaitu perasaan diri bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami kondisi emosionalnya. Orang yang menerima dukungan sosial seperti ini akan merasa tenteram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga, teman dekat dan sanak saudara yang akrab.

2.) Dukungan penghargaan, yaitu perasaan diri bahwa dirinya diakui oleh lingkungan, mampu dan berguna bagi orang lain dan dihargai usaha-usahanya. Sumber dukungan ini adalah dari suami atau keluarga, masyarakat atau instansi tempat bekerja.

(34)

4.) Dukungan informatif, yaitu perasaan diri bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan ini diperoleh dari dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya.

Dukungan kepada ibu menyusui menurut Tasya (2008), diberikan oleh berbagai pihak, di antaranya :

1. Suami. Menyusui adalah kegiatan 3 pihak yaitu ibu, bapak dan anak. Keberhasilan ibu menyusui juga keberhasilan seorang ayah, kegagalan menyusui juga merupakan kegagalan ayah. Bentuk dukungan suami yang diberikan terhadap istri yang sedang menyusui antara lain menemani istri ketika sedang menyusui, ikut merawat bayi, memberikan kata-kata pujian/pemberi semangat sehingga istri terus merasa percaya diri, melengkapi pengetahuan tentang pemberian ASI dan kegiatan menyusui, serta bangga dengan istri yang dalam masa pemberian ASI kepada bayinya.

2. Keluarga. Melengkapi pengetahuan seputar pemberian ASI dan kegiatan menyusui, memberikan pujian, semangat dan dorongan.

3. Tenaga kesehatan. Tidak mempromosikan susu formula, memberikan informasi yang tepat tentang ASI dan kegiatan menyusui, memberikan semangat dan dorongan agar ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

(35)

5. Sesama ibu menyusui. Saling berbagi pengalaman, bertukar informasi, memberikan semangat dan dukungan seputar kegiatan menyusui dan pemberian ASI yang dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.

6. Pemerintah. Senantiasa mensosialisasikan keunggulan ASI eksklusif kepada masyarakat, memperbaiki dan melengkapi perangkat yang mendukung kegiatan menyusui dan pemberian ASI, menindak dengan tegas segala bentuk pelanggaran pihak ketiga yang bertentangan dengan kebijakan pemberian ASI eksklusif serta pemberian ASI bagi bayi Indonesia.

(36)

2.7. Landasan teori

Pendapat yang dikemukakan oleh Taylor menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. “ Social support is information from others that one is loved and cared for,

esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual obligation

“ (Anonymous, 2009).

Menurut Sarafino dalam Smet (1994), dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang dari kelompok-kelompok lain. Menurut Ritter dalam Smet (1994), jaringan sosial telah diketahui memengaruhi keanekaragaman perilaku kesehatan. Dukungan sosial mengacu pada bantuan emosional, instrumental dan finasial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang.

2.8. Kerangka konsep

[image:36.612.105.513.549.683.2]

Berdasarkan tujuan penelitian dan studi kepustakaan, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian seperti yang diuraikan pada gambar 1 di bawah ini :

Gambar 1 : Kerangka konsep penelitian Dukungan Sosial Suami :

1. Dukungan emosional 2. Dukunan penghargaan 3. Dukungan instrumental

Pemberian ASI

(37)

Defenisi konsep :

Bedasarkan kerangka konsep penelitian di atas, dapat dijelaskan definisi dari kerangka konsep yaitu :

1. Dukungan sosial suami sebagai variabel independent adalah informasi dari suami bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama yang meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan intrumental.

2. Pemberian ASI sebagai variabel dependent adalah pemberian cairan kepada bayi yang terdiri dari sel-sel hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus mulai dari usia 0 bulan sampai usia 6 bulan dan danjurkan sampai usia 2 tahun.

2.9. Hipotesis Penelitian

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey explanatory research yaitu untuk menjelaskan pengaruh antara variabel penelitian melalui pengujian hipotesis pada penelitian yaitu pengaruh variabel dukungan sosial suami terhadap pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Bangun Kabupaten Simalungun Tahun 2010 (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

(39)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh suami yang istrinya mempunyai bayi usia 6 bulan-11 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bangun Kabupaten Simalungun yaitu sebanyak 473 orang. Pertimbangan suami sebagai populasi karena suami memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan istri dalam menyusui bayi.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel (n) dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan rumus yang digunakan Notoatmodjo (2003) :

N n =

1 + N (d)2 473 n =

1 + 473 (0,1)2 n = 99,79 = 100 orang Keterangan :

N = Jumlah Populasi ( 473 orang)

n = Jumlah Sampel (100 orang)

(40)
[image:40.612.111.523.271.497.2]

Pada penelitian ini diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang di mana pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Istri juga dapat dijadikan sampel guna mendukung pernyataan suami dalam menjawab pertanyaan. Berikut daftar jumlah kepala rumah tangga yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dan besar sampel tiap desa di Kecamatan Gunung Malela :

Tabel 3.1. Jumlah Kepala Rumah Tangga Yang Memiliki Bayi Usia 6-11 Bulan Dan Besar Sampel Tiap Desa di Kecamatan Gunung Malela Tahun 2009

No. Nagori/Desa Jumlah KK perdesa Sampel KK perdesa

1. Senio 22 4

2. Bangun 24 4

3. Pematang Syah Kuda 2 1

4. Syahkuda Bayu 54 9

5. Serapuh 38 7

6. Pematang Gajing 28 5

7. Silau Malela 55 9

8. Bandar Siantar 43 7

9. Bukit Maraja 56 9

10. Pematang Asilum 33 6

11. Marihat Bukit 39 7

12. Silulu 29 5

13. Lingga 50 9

Jumlah 473 82

Sumber : Puskesmas Bangun

3.4. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan, dan 30 orang istri yang menjadi

(41)

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Bangun Kabupaten Simalungun, Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dan referensi dari berbagai buku serta hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan ASI.

3.5. Definisi Operasional

1. Dukungan emosional, yaitu dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri sehingga istri merasa tenang, nyaman, dibantu dan dipedulikan oleh suaminya.

2. Dukungan penghargaan, yaitu dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri dalam bentuk kata-kata pujian, perhatian dan motivasi sehingga istri merasa dihargai oleh suami.

3. Dukungan instrumental, yaitu dukungan yang diberikan suami kepada istri dalam hal fasilitas/kebutuhan istri dan anjuran yang mendukung pada tahap pemberian ASI.

(42)

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas (dukungan suami) meliputi skala pengukuran interval dengan teknik pilihan jawaban ya (skor 2) dan tidak (skor 1) yang terdiri dari 3 pertanyaan. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Aktif, apabila total skor yang dijawab responden untuk masing-masing pertanyaan antara 5-6.

[image:42.612.112.528.414.575.2]

2. Pasif, apabila total skor yang dijawab responden untuk masing-masing pertanyaan antara 3-4.

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independent) Variabel Jumlah

Indikator Kategori Jawaban Kriteria Jawaban Bobot

Nilai Skor

Skala Ukur Dukungan

Emosional

3 1. Aktif 2. Pasif Ya Tidak 2 1 5-6 3-4 Interval Dukungan Penghargaan

3 1. Aktif

2. Pasif Ya Tidak 2 1 5-6 3-4 Interval Dukungan Instrumental

3 1. Aktif 2. Pasif Ya Tidak 2 1 5-6 3-4 Interval

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (dependent)

(43)
[image:43.612.112.530.172.319.2]

ASI 6 bulan dengan jumlah 1 pertanyaan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (dependent) Variabel Jumlah

Indikator Kriteria Jawaban

Bobot

Nilai Skor

Skala Ukur Pemberian

ASI

1 - Pemberian ASI 0 bulan - Pemberian ASI 1 bulan - Pemberian ASI 2 bulan - Pemberian ASI 3 bulan - Pemberian ASI 4 bulan - Pemberian ASI 5 bulan - Pemberian ASI 6 bulan

Interval

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik regresi linier yaitu untuk menguji pengaruh variabel dukungan sosial suami (dukungan emosional, penghargaan, instrumental) terhadap pemberian ASI dengan α = 0,05.

Rumus Regresi Linier Ganda yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = α + β1 X1+ β2 X2.1 + β2 X2.2 + β2 X2.3 + β2 X2.4 + ei

Keterangan:

Y : variabel dependen

α : intercept + nilai Y jika X = 0

(44)

x : variabel independen

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Data Geografi

Puskesmas Bangun terletak di Jalan Asahan KM 17 Simpang Bah Jambi atau Simpang Bangun. Luas wilayah kerja Puskesmas Bangun sekitar 156,13 KM2 yang terdiri atas 13 Desa/Nagori. Jarak Nagori/desa terdekat dengan wilayah kerja Puskesmas Bangun adalah Nagori Bangun dengan jarak ± 500 Meter, sedangkan jarak terjauh dengan wilayah kerja Puskesmas Bangun adalah Nagori Lingga dengan jarak 19 KM. Batas wilayah kerja Puskesmas Bangun terdiri dari :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jawa Maraja Bahjambi b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pematang Bandar c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Maligas d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siantar

(46)
[image:46.612.108.535.109.345.2]

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Tahun 2009

No. Nagori/Desa Luas Area

(KM2)

Jumlah

Penduduk Jumlah KK

1. Senio 5,48 2418 525

2. Bangun 16,55 2912 625

3. Pematang Syah Kuda 10,16 2156 510

4. Syahkuda Bayu 9,38 4322 985

5. Serapuh 24,65 1809 296

6. Pematang Gajing 5,48 1899 422

7. Silau Malela 19,12 5435 1481

8. Bandar Siantar 5,32 2514 584

9. Bukit Maraja 24,59 1639 455

10. Pematang Asilum 7,43 2033 484

11. Marihat Bukit 9,98 2131 522

12. Silulu 2,58 2097 476

13. Lingga 15,51 2419 662

Total 156,13 33.839 8027

Sumber : Profil Puskesmas Bangun Tahun 2009

4.1.3. Data Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Menurut Suku Bangsa Tahun 2009

[image:46.612.143.504.526.672.2]

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa suku terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Bangun adalah Suku Jawa yaitu sebanyak 21.996 jiwa (65%) dari jumlah penduduk, dan terendah adalah Suku India sebanyak 169 jiwa (0,5%) dari jumlah penduduk.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Menurut Suku Bangsa Tahun 2009

No. Suku Bangsa Jumlah Persentase (%)

1. Jawa 21.996 65

2. Batak 5.414 16

3. Mandailing 3.046 9

4. Minang 2.538 7,5

5. India 169 0,5

6. Lainnya 677 2

Total 33.839 100

(47)

4.1.4. Data Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009

[image:47.612.141.505.243.390.2]

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mata pencaharian terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Bangun adalah sebagai petani yaitu sebanyak 22.672 jiwa (67%) dari jumlah penduduk, dan mata pencaharian terendah adalah sebagai TNI/POLRI yaitu sebanyak 744 jiwa (2,2%) dari jumlah penduduk.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. Petani 22.672 67

2. Wiraswasta 4.263 12,6

3. Karyawan 3.148 9,3

4. Pegawai Swasta 1.929 5,7

5. PNS 1.083 3,2

6. TNI/POLRI 744 2,2

Total 33.839 100

Sumber : Profil Puskesmas Bangun Tahun 2009

4.1.5. Data Jumlah Tenaga Kerja Puskesmas Bangun Tahun 2009

(48)
[image:48.612.151.492.84.240.2]

Tabel 4.4. Distribusi Tenaga Kerja Puskesmas Bangun Tahun 2009

No. Tenaga Kerja Jumlah

1. Dokter Umum 3

2. Dokter Gigi 1

3. DIII Kebidanan 48

4. DIII Keperawatan dan SPK 8

5. DIII Gizi 1

6. DIII Sanitasi 1

7. DIII Farmasi 1

Total 63

Sumber : Profil Puskesmas Bangun Tahun 2009

4.1.6. Data Sarana dan Prasarana Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah sarana Poskesdes ada sebanyak 5 yang terletak di 5 Nagori (P. Syahkuda, M. Bukit, Bukit Maraja, P. Gajing dan N. Malela), Posyandu ada sebanyak 41, desa siaga ada sebanyak 5, Polindes ada sebanyak 5 dan 1 unit mobil ambulans.

Tabel 4.5. Distribusi Sarana dan Prasarana Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Tahun 2009

No. Sarana Prasarana Jumlah

1. Poskesdes 5

2. Posyandu 41

3. Desa Siaga 5

4. Polindes 5

5. Mobil Ambulans 1

Sumber : Profil Puskesmas Bangun Tahun 2009

4.2. Deskripsi Identitas Responden

[image:48.612.150.492.416.534.2]
(49)
[image:49.612.103.540.178.567.2]

Islam sebanyak 99 orang (99,0%), responden dengan suku terbanyak adalah Suku Jawa sebanyak 82 orang (82,0%) dan responden yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 43 orang (43,0%).

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Identitas (Pendidikan, Agama, Suku dan Pekerjaan) di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Kabupaten Simalungun Tahun 2010

No. Identitas Responden Frekuensi Persentase

1. Pendidikan

a. SD 20 20,0

b. SMP 35 35,0

c. SMA/Sederajat 45 45,0

Jumlah 100 100,0

2. Agama

a. Islam 99 99,0

b. Kristen 1 1,0

Jumlah 100 100,0

3. Suku

a. Jawa 82 82,0

b. Batak Toba 3 3,0

c. Batak Mandailing 9 9,0

d. Batak Simalungun 1 1,0

e. Melayu 5 5,0

Jumlah 100 100,0

4. Pekerjaan

a. Petani 41 41,0

b. Wiraswasta 43 43,0

c. Karyawan 14 14,0

d. Guru swasta 1 1,0

e. PNS 1 1,0

Jumlah 100 100,0

4.3. Analisis Univariat

(50)

4.3.1. Deskripsi Variabel Dukungan Emosional

[image:50.612.103.533.362.581.2]

Berdasarkan Tabel 4.7, dukungan emosional suami mengenai pernah tidaknya suami menggendong bayi untuk disusui pada ibunya sebanyak 54 (54,0%) menjawab ya dan sebanyak 46 (46,0%) menjawab tidak. Dukungan emosional suami mengenai pernah tidaknya menolong istri untuk menyendawakan bayinya sebanyak 48 (48,0%) menjawab ya dan sebanyak 52 (52,0%) menjawab tidak. Dukungan emosional suami mengenai pernah tidaknya suami menyarankan istri untuk tidak takut menyusui karena perubahan fisik sebanyak 56 (56,0%) menjawab ya dan sebanyak 44 (44,0%) menjawab tidak.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Emosional

No. Pernah tidaknya suami menggendong

bayi untuk disusui pada ibunya Frekuensi Persentase

1. Ya 54 54.0

2. Tidak 46 46,0

Jumlah 100 100,0

Menolong istri untuk menyendawakan bayinya

1. Ya 48 48,0

2. Tidak 52 52,0

Jumlah 100 100,0

Menyarankan istri untuk tidak takut menyusui karena perubahan fisik

1. Ya 56 56,0

2. Tidak 44 44,0

Jumlah 100 100,0

4.3.2. Deskripsi Variabel Dukungan Penghargaan

(51)
[image:51.612.111.531.249.492.2]

suami mengenai pernah tidaknya mendampingi istri saat menyusui bayi pada waktu luang sebanyak 64 (64,0%) menjawab ya dan sebanyak 36 (36,0%) menjawab tidak. Dukungan penghargaan suami mengenai pernah tidaknya mengalihkan pekerjaan rumah tangga pada orang lain/ membantu istri dalam melakukan pekerjaan rumah tangga sebanyak 61 (61,0%) menjawab ya dan sebanyak 39 (39,0%) menjawab tidak.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Penghargaan

No. Pernah tidaknya suami memberikan

pujian/semangat pada istri Frekuensi Persentase

1. Ya 51 51,0

2. Tidak 49 49,0

Jumlah 100 100,0

Mendampingi istri saat menyusui bayi pada waktu luang

1. Ya 64 64,0

2. Tidak 36 36,0

Jumlah 100 100,0

Mengalihkan pekerjaan rumah tangga pada orang lain/membantu istri dalam malakukan pekerjaan rumah tangga

1. Ya 61 61,0

2. Tidak 39 39,0

Jumlah 100 100,0

4.3.3. Deskripsi Variabel Dukungan Instrumental

(52)
[image:52.612.111.530.158.406.2]

pernah tidaknya suami mengeluhkan tentang pembiayaan kebutuhan istri saat menyusui sebanyak 89 (89,0%) menjawab ya dan 11 (11,0%) menjawab tidak.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental

No.

Pernah tidaknya suami menganjurkan / mengingatkan istri untuk rajin melakukan kompres pada payudara

Frekuensi Persentase

1. Ya 13 13,0

2. Tidak 87 87,0

Jumlah 100 100,0

Membelikan vitamin/susu/lainnya untuk tambahan pada istri

1. Ya 71 71,0

2. Tidak 29 29,0

Jumlah 100 100,0

Suami mengeluhkan tentang pembiayaan kebutuhan istri saat menyusui

1. Ya 89 89,0

2. Tidak 11 11,0

Jumlah 100 100,0

4.3.4. Deskripsi Dukungan Sosial Suami (Emosional, Penghargaan dan Instrumental)

Berdasarkan Tabel 4.10, jawaban responden dapat dikategorikan dukungan sosial suami terhadap pemberian ASI sebagai berikut :

1. Berdasarkan dukungan emosional suami, diketahui bahwa responden dengan kategori aktif memberikan dukungan pada istri sebanyak 52 (52,0%) dan yang pasif sebanyak 48 (48,0%).

(53)
[image:53.612.110.532.163.382.2]

3. Berdasarkan dukungan instrumental suami, diketahui bahwa responden dengan kategori aktif memberikan dukungan pada istri sebanyak 70 (70,0%) dan yang pasif sebanyak 30 (30,0%).

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial Suami (Emosional, Penghargaan dan Instrumental) No Dukungan Sosial Suami Frekuensi Persentase (%) 1 Dukungan Emosional

a. Aktif b. Pasif 52 48 52,0 48,0

Jumlah 100 100

2 Dukungan Penghargaan a. Aktif b. Pasif 65 35 65,0 35,0

Jumlah 100 100

3 Dukungan Instrumental a. Aktif b. Pasif 70 30 70,0 30,0

Jumlah 100 100

4.3.5. Deskripsi Responden dalam Pemberian ASI

[image:53.612.106.540.552.697.2]

Pemberian ASI yaitu pemberian Air Susu Ibu pada bayi sejak lahir sampai dengan bayi berusia 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.. Jumlah responden yang mulai memberikan ASI dapat dilihat pada Tabel 4.11 :

Tabel 4.11. Distribusi Responden dalam Pemberian ASI No. Pemberian ASI/Bulan Frekuensi Persentase

1. Pemberian ASI 0 Bulan 41 41,0

2. Pemberian ASI 1 Bulan 9 9,0

3. Pemberian ASI 2 Bulan 4 4,0

4. Pemberian ASI 3 Bulan 19 19,0

5. Pemberian ASI 4 Bulan 6 6,0

6. Pemberian ASI 5 Bulan 5 5,0

7. Pemberian ASI 6 Bulan 16 16,0

(54)

4.4. Analisis Bivariat

Untuk menjelaskan hubungan dukungan sosial suami (dukungan emosional, penghargaan dan instrumental) dengan pemberian ASI digunakan uji statistik korelasi Pearson Product Moment dengan hasil sebagai berikut:

1. Variabel dukungan emosional (ρ=0,003) memiliki hubungan secara signifikan

dengan pemberian ASI di mana ρ<0,05.

2. Variabel dukungan penghargaan (p=0,003) memiliki hubungan secara signifikan dengan pemberian ASI (p<0,05).

3. Variabel dukungan instrumental (p=0,001) memiliki hubungan secara signifikan dengan pemberian ASI (p<0,05).

4. Melalui hasil uji statistik dari korelasi Pearson dapat dilihat kekuatan hubungan dari dua variabel secara kualitatif sehingga ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Hubungan variabel dukungan emosional dengan pemberian ASI menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,293) dan berpola positif, artinya semakin tinggi dukungan emosional responden maka akan terjadi peningkatan pemberian ASI.

(55)
[image:55.612.117.520.273.342.2]

c. Hubungan variabel dukungan instrumental dengan pemberian ASI menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,317) dan berpola positif, artinya semakin tinggi dukungan instrumental resonden maka akan terjadi peningkatan pemberian ASI. Secara lebih terinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson

No Variabel Correlation Coefficient (r) Sig (ρ)

1. Dukungan emosional 0,293 0,003*

2. Dukungan penghargaan 0,298 0,003*

3. Dukungan instrumental 0,317 0,001*

Ket : * signifikan

4.5. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji statistik bivariat, dapat diketahui bahwa variabel dukungan emosional, penghargaan dan instrumental dapat dilanjutkan ke analisis

multivariat regresi linier berganda karena ρ-value<0,25.

Hasil uji statistik regresi linier berganda dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) menunjukkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel dukungan emosional

(ρ=0,003), dukungan penghargaan (ρ=0,003) dan dukungan instrumental

(p=0,001) terhadap pemberian ASI karena nilai ρ<0,05.

(56)

terhadap pemberian ASI, sedangkan sisanya 76,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hasil uji Anova memiliki nilai F hitung 9,813 (F=9,813) dan ρ=0,000<0,05.

3. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah:

Y = -8,749(konstanta) + 0,642 X1,1 + 1,081 X1,2 + 0,607 X1,3

Keterangan:

Y = Variabel pemberian ASI

X1,1 = Variabel dukungan emosional

X1,2 = Variabeldukungan instrumental

X1,3 = Variabel dukungan penghargaan

Berdasarkan persamaan di atas dapat dideskripsikan bahwa :

1. Apabila dinaikkan satu poin dukungan emosional, maka pemberian ASI akan naik sebesar 0,642.

2. Apabila dinaikkan satu poin dukungan instrumental maka pemberian ASI akan naik sebesar 1,081.

3. Apabila dinaikkan satu poin dukungan penghargaan maka pemberian ASI akan naik sebesar 0,607.

(57)
[image:57.612.113.532.111.211.2]

Tabel 4.13. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

No. Variabel Taraf

Signifikan

B R R

Square

ρ Value 1. Dukungan emosional 0,007 0,642 0,484 0,235 0,000 2. Dukungan

penghargaan

0,004 0,607 3. Dukungan

instrumental

0,005 1,081

4.6. Hasil Wawancara

(58)

BAB V PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa semua unsur dukungan sosial responden (suami) mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI. Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa pada dukungan sosial suami, variabel yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental. Beberapa teori menyatakan bahwa dukungan sosial mempunyai pengaruh terhadap kesehatan. Menurut Smet (1994) bahwa dengan pemberian dukungan sosial individu akan mendapat pengalaman yang positif, meningkatkan rasa percaya diri dan mampu mengontrol perubahan-perubahan di lingkungannya.

Menurut Helgenson dan Cohen dengan adanya dukungan sosial, seseorang akan mampu mencari tempat untuk melepaskan tekanan emosionalnya. Hasil penelitian Siswanto memperoleh hasil bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan yang berarti terhadap motivasi seseorang untuk lebih baik (Siswanto, 1999).

5.1. Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Pemberian ASI 5.1.1. Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Pemberian ASI

(59)

pengalaman yang positif, meningkatkan rasa percaya diri dan mampu mengontrol perubahan-perubahan di lingkungannya dalam hal ini pemberian ASI kepada bayi. Roesli (2000) menyatakan bahwa ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya. Pengertian tentang perannya yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar berhasil menyusui.

Sejalan dengan penelitian Siswanto (1999), memperoleh hasil bahwa dukungan sosial (dukungan keluarga) memberikan sumbangan yang berarti terhadap motivasi seseorang untuk lebih baik. Dukungan sosial secara tidak langsung akan mempunyai manfaat emosional yang akan memberikan kekuatan pada diri seseorang. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan dukungan emosional dapat dipastikan ibu akan memberikan ASI kepada anaknya.

5.1.2. Pengaruh Dukungan Penghargaan terhadap Pemberian ASI

Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji regresi linier berganda, ternyata ada pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan terhadap pemberian ASI karena nilai p value = 0,003 < 0,05.

(60)

Hal ini sesuai dengan pendapat Smet (1994) dengan pemberian dukungan sosial (dukungan penghargaan) individu akan mendapat pengalaman yang positif, meningkatkan rasa percaya diri dan mampu mengontrol perubahan-perubahan di lingkungannya. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan dukungan penghargaan pada istri dapat dipastikan dia akan memberikan ASI kepada anaknya.

5.1.3. Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Pemberian ASI

Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji regresi linier berganda, ternyata ada pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap pemberian ASI karena nilai p value = 0,001 < 0,005.

Menurut Sarafino dalam Smet (1994), dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian dan membantu orang lain. Dukungan sosial (instrumental) diperoleh dari orang-orang terdekat. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan dukungan instrumental kepada istri juga dapat dipastikan akan memberikan ASI kepada anaknya.

5.2. Keterbatasan Penelitian

(61)

sampel tidak merata di setiap desa, sehingga ada kemungkinan desa yang banyak bayi (6-11) bulan tidak tercakup dalam sampel yang terpilih.

Ditinjau dari segi makanan yang paling tepat untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI), tetapi karena beberapa hal bayi tidak dapat memperoleh ASI dengan berbagai alasan untuk menggantikan ASI, bayi diberi Pengganti Air Susu Ibu (PASI) yang juga dikenal dengan nama susu bayi. Oleh karena promosi PASI yang sangat berlebihan, banyak kaum ibu yang sebenarnya mampu menyusui bayinya, memberikan PASI kepada bayinya karena ingin dianggap modern. Praktik ini dapat menimbulkan akibat yang merugikan kesehatan bayi seperti penyiapan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. Sesuai dengan sikap pemerintah Indonesia yang menerima tata cara pemasaran PASI, maka Depkes mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 240/MENKES/PER/V/1985 tentang PASI, yang isinya antara lain :

1. Ketentuan tentang produksi dan peredaran PASI untuk menjamin beredarnya produk yang memenuhi syarat mutu antara lain keharusan tentang persetujuan untuk memproduksi dan pendaftaran produk sebelum diedarkan.

(62)

3. Dilarang dicantumkan pada label : (a) Gambar bayi. (b) Gambar atau tulisan yang dapat memberikan kesan bahwa PASI merupakan sesuatu yang ideal. (c) Kata-kata “semutu/setaraf dengan ASI”. (d) Tulisan “Pengganti Air Susu Ibu”

(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan antara variabel dukungan emosional terhadap pemberian ASI dengan tingkat signifikan X1,1 (p = 0,003) karena mempunyai

nilai probabilitas < 0,05.

2. Ada pengaruh yang signifikan antara variabel dukungan penghargaan terhadap pemberian ASI dengan tingkat signifikan X1,2 (p = 0,003).

3. Ada pengaruh yang signifikan antara variabel dukungan instrumental terhadap pemberian ASI dengan tingkat signifikan X1,3 (p = 0,001).

6.2. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan di atas maka untuk dapat meningkatkan dukungan sosial suami terhadap pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun Kecamatan Gunung Malela, beberapa saran yang perlu diberikan adalah sebagai berikut:

(64)

pertemuan-pertemuan oleh petugas terkait, pengajian-pengajian dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat.

2. Perlu meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan program peningkatan pemberian ASI dalam Gerakan Peduli ASI untuk menurunkan angka kematian bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bangun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N.U., 2004. Ayah “Menyusui”, Cermin Kesetaraan Gender. Penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga. Jakarta.

Amiruddin, R, 2006. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan Di Kelurahan Pa’baeng-Baeng Makasar Tahun 2006. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS. Makasar.

Annonymous, 2009. Hanya 3,7% Bayi Memperoleh ASI. http ://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 10 September 2009.

Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M., 2003. 40 Hari Pasca Persalinan : Masalah dan Solusinya. Cetakan I, Puspa Swata. Jakarta.

Depkes RI, 2002. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif. Jakarta. ---, 2004. Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan

Pemberian Air Susu Ibu Pekerja Wanita. Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI, Jakarta.

---, 2004. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi masyarakat. http ://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 23 Maret 2010.

Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Simalungun Tahun 2008.

Harahap, Masitoh., 2006. Pengaruh Karakteristik Ayah Terhadap Partisipasinya Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum. Skipsi, FKM USU. Medan.

Kemalasari, 2009. Pengaruh Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten Langkat. Tesis, Program Megister Konsentrasi Administrasi Kebijakan Kesehatan, Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program Pascasarjana USU. Medan.

Maharani, 2007. ASI Eksklusif. http ://www.google.co.id. Diakses tanggal 25 Agustus 2009.

(66)

Notoadtmojo, S., 1993. Pengantar Pendidi

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif  di Kabupaten Simalungun Tahun 2008
Gambar 1 : Kerangka konsep penelitian
Tabel 3.1. Jumlah Kepala Rumah Tangga Yang Memiliki Bayi Usia 6-11 Bulan Dan Besar Sampel Tiap Desa di Kecamatan
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independent)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dapat disimpulkan bahwa praktikan mendapat tambahan wawasan pengetahuan yang lebih luas mengenai dunia kerja yang

Tabel 4.14 Pengaruh Mediasi Variabel Iklan Hijau (Kepercayaan, Citra Iklan, Manfaat, Respon, dan Daya Tarik) dan Kesadaran Merek Hijau terhadap Green Satisfaction

I. Siswa dapat menuliskan nama-nama binatang atau tumbuhan sesuai dengan ciri yang disebutkan... b. Siswa dapat menulis ciri-ciri binatang atau

Sebesar 82,4 persen (14 orang) yang melewati tahapan ketiga, mampu mempertahankan kemampuan aksara mereka, serta mampu menerapkan kemampuan aksara tersebut dalam kehidupan

menyelesaikan skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Penerapan Outdoor Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menggambar pada Anak Kelompok B TK Taman

karena dianggap paling mudah dan mencerminkan realita yang sebenarnya (Hansen, 2008). Sedangkan peramalan mengenai ekspor dapat ditemui di penelitian skripsi

Karena hutan primer yang merupakan daerah penyerapan air yang baik dikurangi, maka air hujan yang menjadi limpasan menjadi lebih besar, megakibatkan nilai debit puncak juga lebih

(10)Untuk drainase suatu lahan pertanian dengan menggunakan drainase bawah- permukaan, akan digunakan pipa drainase yang terbuat dari tanah liat. Pipa tersebut