Kajian Proses Isolasi
α
-Selulosa dari Limbah Batang
Tanaman Manihot esculenta Crantz yang Efisien.
SKRIPSI
Oleh :
FIQIH ALQANI
0831010058
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN”
JAWA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Kajian Proses Isolasi
α
-Selulosa dari Limbah Batang Tanaman Manihot
esculenta Crantz yang Efisien
Disusun Oleh :
PUSPITA ERKA TAMARA 0831010036
FIQIH ALQANI 0831010058
TELAH DISETUJUI MELAKSANAKAN
SEMINAR HASIL PENELITIAN
Pada Tanggal : 23 Juni 2011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Telp. (031) 8406369 (Hunting) fax. (031) 8706372
Surabaya 60294
KETERANGAN REVISI
Yang Tertulis dibawah ini :
1. Nama Mahasiswa : Puspita Erka Tamara
NPM : 0831010036
Program Studi : Teknik Kimia
2. Nama Mahasiswa : Fiqih Alqani
NPM : 0831010058
Program Studi : Teknik Kimia
Telah mengerjakan revisi Hasil Penelitian dengan judul :
Kajian Proses Isolasi α-Selulosa dari Limbah Batang Tanaman Manihot esculenta Crantz yang Efisien
Surabaya,
Dosen Penguji yang memerintahkan revisi :
1. Ir. Caecilia Pujiastuti, MT (...)
NIP. 19630305 198803 2 001
2. Ir. L. Urip Widodo, MT (...) NIP. 19570414 198803 1 001
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Laporan Penelitian
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya sehingga diberikan kekuatan dan
kelancaran dalam menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kajian Proses Isolasi
α
-Selulosa dari Limbah Batang Tanaman
Manihot esculenta Crantz
yang Efisien”.
Adapun penyusunan penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh dalam kurikulum program studi S-1 Teknik Kimia dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Laporan penelitian yang tersusun atas kerja sama dan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2.
Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia UPN
“Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Ir. Ketut Sumada, MS selaku Dosen Pembimbing Penelitian.
4.
Ibu Ir. Caecilia Pujiastuti, MT selaku Dosen Penguji Penelitian.
5.
Bapak Ir. L Urip Widodo, MT selaku Dosen Penguji Penelitian.
6.
Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material
dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.
7.
Seluruh teman-teman yang memberikan bantuan dan dorongan semangat
Laporan Penelitian
Ucapan kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu
atas sumbangsihnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga semua
amal kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala berlipat ganda dari Allah
SWT. Amin.
Penyusun menyampaikan maaf atas kesalahan yang terdapat dalam
laporan penelitian ini, semoga dapat memenuhi syarat akademis dan bermanfaat
bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
penyusun berikutnya, penyusun mengucapkan terima kasih.
Surabaya, Juni 2011
Laporan Penelitian
INTISARI
Limbah batang tanaman
Manihot esculenta Crantz
merupakan salah satu
limbah yang memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Namun saat ini
limbah batang tanaman
Manihot esculenta Crantz
hanya menjadi limbah organik
yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada penelitian ini diharapkan dapat
memanfaatkan limbah batang tanaman
Manihot esculenta Crantz
untuk
menghasilkan produk
α
-selulosa yang dapat dipergunakan untuk bahan baku
kertas serta mengatasi masalah perusakan lingkungan khususnya hutan.
Limbah batang tanaman
Manihot esculenta Crantz
sebagai bahan baku
mengandung serat 65,38%, limbah kulit 29,01%, limbah kambium 5,61% dan
kadar
α
-selulosa 56,82%
Tahapan penelitian untuk menghasilkan
α
-selulosa diantaranya tahap
prehidrolisis, tahap delignifikasi, tahap bleching, dan analisis
α
-selulosa dengan
menggunakan spectrofotometrie UV-VIS SIMITZU 6200 di Balai Penelitian dan
Konsultasi Industri. Pada tahap delignifikasi ini digunakan NaOH, Na
2SO
3,
Na
2SO
4dengan konsentrasi bervariasi dari 5, 10, 15, 20, 25% berat sebagai
pendegradasi lignin yang kemudian dilanjutkan dengan tahap bleaching
menggunakan H
2O
22% dan NaOCl 5% untuk mendapat
α
-selulosa yang murni.
Hasil penelitian terbaik dengan kadar
α
-selulosa 90,41% pada proses delignifikasi
Laporan Penelitian
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
INTISARI
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR GRAFIK
viii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
1
I.2. Tujuan Penelitian
2
I.3. Manfaat Penelitian
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tanaman Ubi kayu (singkong)
3
II.2. Kayu
5
II.3. Selulosa
6
II.3.1. Kegunaan selulosa
8
II.3.2. Kandungan selulosa pada beberapa jenis
tanaman
10
II.4. Hemiselulosa
11
II.5. Lignin
12
II.6. Landasan Teori
13
II.6.1. Proses Perlakuan Pretreatment
Terhadap Bahan Baku
13
II.6.2 Proses Delignifikasi Limbah Batang
Tanaman
Manihot esculenta Crantz
14
II.6.3. Proses bleaching dan pencucian
19
II.6.4. Pengeringan
22
II.6.5. Analisis kadar
α
-selulosa 22
Laporan Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Bahan – bahan Yang digunakan
24
III.1.1. Bahan utama
24
III.1.2. Kualitas fisik limbah batang tanaman
Manihot esculenta Crantz
yang akan
diproses
25
III.1.3. Kualitas kimia limbah batang tanaman
Manihot esculenta Crantz
26
III.1.4. Bahan pembantu
26
III.2. Alat – alat yang digunakan
26
III.3. Gambar Susunan Alat
26
III.4. Kondisi
27
III.5. Metode Pelaksanaan
27
III.5.1. Perlakuan Awal
27
III.5.2. Proses Delignifikasi serta Bleaching dari
Limbah Batang Tanaman
Manihot
esculenta Crantz
28
III.5.3. Analisis kadar
α
-selulosa 28
III.6. Skema Penelitian
29
III.6.1.
Pemurnian
α
-Selulosa
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Tabel dan grafik hasil proses pengolahan
delignifikasi dan bleaching dengan H
2O
22% dan
NaOCl 5%
30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
40
V.2. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
42
APPENDIX
44
Laporan Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Analisis Kadar Selulosa dari limbah batang tanaman
Manihot esculanta Crantz
sebelum proses delignifikasi
4
Tabel II.2. Analisis Kadar Selulosa dari limbah batang tanaman
Manihot esculanta Crantz
setelah proses delignifikasi
5
Tabel II.3. Karakteristik serat dari kayu lunak dan kayu keras
5
Tabel II.4. Komposisi Kimia Serat Alam
10
Tabel II.5. Komposisi bahan baku kertas dalam industri
11
Tabel III.1. Karakteristik serat bahan awal limbah batang tanaman
Manihot esculenta Crantz
25
Tabel IV.2. Hasil
α
-selulosa pada proses delignifikasi dengan NaOH
dan bleaching dengan H
2O
22% dan NaOCl 5%
30
Tabel IV.3. Hasil
α
-selulosa pada proses delignifikasi dengan Na
2SO
3dan bleaching dengan H
2O
22% dan NaOCl 5%
30
Tabel IV.4. Hasil
α
-selulosa pada proses delignifikasi dengan Na
2SO
4dan bleaching dengan H
2O
22% dan NaOCl 5%
31
Tabel IV.5. Perolehan yield limbah batang tanaman
Manihot esculenta
Crantz
Laporan Penelitian
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Tanaman ubi kayu (
Manihot esculenta Crantz
) 3
Gambar II.2. Rantai Selulosa
7
Gambar II.3. Rumus struktur alfa selulosa
8
Gambar II.4. Rumus struktur beta selulosa
8
Gambar II.5. Rumus bangun hemiselulosa
12
Gambar II.6. Rumus bangun lignin
13
Gambar III.1. (a)batang ubi kayu yang dibelah; (b)kulit luar batang ubi
kayu; (c)kambium batang ubi kayu; (d)Batang ubi kayu
yang sudah dibelah, dikupas, dan dihilangkan
kambiumnya; (e) batang ubi kayu setelah diparut.
24
Laporan Penelitian
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.1. Hubungan antara konsentrasi bahan proses delignifikasi
dengan kandungan
α
- selulosa
34
Grafik IV.2. Hubungan antara konsentrasi bahan proses bleaching
H
2O
22% dengan kandungan
α
- selulosa
35
Grafik IV.3. Hubungan antara konsentrasi bahan proses bleaching
NaOCl 5% dengan kandungan
α
- selulosa
35
Grafik IV.4. Perolehan yield limbah batang tanaman
Manihot
esculenta Crantz
37
Grafik IV.5. Perolehan yield limbah batang tanaman
Manihot
esculenta Crantz
setelah proses bleaching H
2O
22%
38
Grafik IV.6. Perolehan yield limbah batang tanaman
Manihot
esculenta Crantz
setelah proses bleaching NaOCl 5%
Laporan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Di Indonesia singkong atau Manihot esculenta Crantz digolongkan ke
dalam kelompok tanaman pangan, walaupun komoditi tersebut dapat dimanfaatkan juga untuk berbagai keperluan industri dan pakan. Diperkirakan sekitar 77% tanaman Manihot esculenta Crantz digunakan sebagai bahan pangan dan produk bioetanol. Berdasarkan proporsi produksi terhadap produksi nasional terdapat 10 provinsi utama penghasil tanaman Manihot esculenta Crantz yaitu
Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Sumatera Utara yang menyumbang sebesar 89,47% dari produksi nasional sedangkan propinsi yang lain sekitar 11-12%. Kebanyakan tanaman Manihot esculenta Crantz hanya dimanfaatkan untuk bahan pangan saja, ubi dan
daunnya banyak digunakan untuk konsumsi, sedangkan batang tanaman Manihot
esculenta Crantz kurang diolah menjadi sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi. Sekitar 10 % dari batang tanaman Manihot esculenta Crantz yang telah dipanen biasanya ditanam kembali sedangkan sisanya digunakan sebagai kayu bakar yang tidak memiliki nilai ekonomi.
Pada batang tanaman Manihot esculenta Crantz terdapat selulosa yang cukup tinggi dan dimungkinkan untuk diproses dengan mengambil α-selulosa sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis seperti pembuatan kertas, bahan baku plastik dan nitro selulosa, serta bahan baku peledak. Sehingga limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz dapat dijadikan salah satu alternatif untuk
Laporan Penelitian
I.2. Tujuan Penelitian
Penelitian kajian proses isolasi α-selulosa dari limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz mempunyai tujuan umum:
Mengetahui kadar α-selulosa, lignin, dan ADF dari limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz.
Mengkaji proses isolasi α-selulosa dari limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz dengan proses delignifikasi menggunakan NaOH,
Na2SO3, Na2SO4 serta proses bleaching dengan H2O2 2% maupun NaOCl 5%.
Menghasilkan kadar α-selulosa yang tinggi.
I.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
Memanfaatkan limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz yang berlimpah sekaligus meningkatkan nilai ekonominya.
Mampu mengatasi kebutuhan α-selulosa dalam negeri yang semakin meningkat.
Dapat menentukan kadar α-selulosa, lignin, dan ADF dari limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz.
Laporan Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tanaman Ubi kayu (singkong)
Klasifikasi dari tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz
Nama Lokal : Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, kowi dangdeur
(Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia);
Pohon, bodin, ketela bodin, tela jendral, tela kaspo (Jawa).
Gambar II.1. Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)
Ubi kayu atau Manihot esculenta Crantz merupakan ubi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm,
tergantung dari jenis ubi kayu yang ditanam. Daging ubinya berwarna putih atau
kekuning-kuningan, ubinya mempunyai kulit yang terdiri dari 2 lapisan yaitu kulit
Laporan Penelitian
yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus
justru terdapat pada daun tanaman Manihot esculenta Crantz karena mengandung asam amino metionin.
Berdasarkan kandungan asam sianidanya, umbi kayu dapat digolongkan
menjadi empat yaitu:
Golongan yang tidak beracun, mengandung HCN 50 mg per kg umbi segar
yang telah diparut.
Beracun sedikit, mengandung HCN antara 50 dan 80 mg per kg.
Beracun, mengandung HCN antara 80 dan 100 mg per kg.
Sangat beracun, mengandung HCN lebih besar dari 100 mg per kg.
Endrah. 26 Januari 2010. Pengelolaan Limbah Tape Singkong. (Online),
(http://endrah.blogspot.com/2010/01/i.html, diakses 6 September 2010
Berdasarkan hasil analisis laboratorium UPN “VETERAN” Jawa Timur,
kualitas limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz seperti tercantum pada Tabel II.1 dan pada percobaan pendahuluan diperoleh hasil penelitian seperti
Tabel II.2 :
Tabel II. 1. Analisis Kadar Selulosa dari limbah batang tanaman Manihot esculanta Crantz sebelum proses delignifikasi
No. Parameter Hasil Uji (%)
1 selulosa 87.16
2 ADF 5,205
Laporan Penelitian
Tabel II.2. Analisis Kadar Selulosa dari limbah batang tanaman Manihot esculanta Crantz setelah proses delignifikasi
No. Parameter Hasil Uji (%)
1 Selulosa 96,44
2 ADF 1,600
3 Lignin 1,960
Sumber : Laboratorium Instrumentasi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
II.2. Kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Penyebab terbentuknya kayu
adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di
batang. Jenis kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan kertas adalah:
- Kayu lunak (softwood), adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon
pinus.
- Kayu keras (hard wood), adalah kayu dari tumbuhan yang menggugurkan
daunnya setiap tahun.
Kayu lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan
untuk memberi kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak
sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih
mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki lebih sedikit
lignin. Kertas umumnya tersusun atas campuran kayu keras dan kayu lunak untuk
mencapai kekuatan dan permukaan cetak yang diinginkan pembeli.
Tabel II.3. Karakteristik serat dari kayu lunak dan kayu keras
Keterangan Kayu Lunak Kayu Keras
Selulosa 42% + 2% 45% + 2%
Lignin 28% + 3% 20% + 4%
Ekstraktif 3% + 2% 5% + 3%
Panjang Serat 2-6 mm 0,6-1,5 mm
Laporan Penelitian
Kayu sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa
komponen antara lain :
- Selulosa, tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan panjang yang
merupakan komponen yang paling disukai dalam pembuatan kertas karena
panjang, kuat.
- Hemiselulosa, tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang.
Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam
proses pulping.
- Lignin, adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi
merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses
pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara
signifikan.
- Ekstraktif, adalah senyawa kimia yang terkandung dalam kayu maupun non
kayu dengan berat molekul rendah dan merupakan bahan organik non polimer
yang dapat dipisahkan dengan cara pelarutan dalam pelarut netral seperti eter,
alcohol-benzena, aseton air. Komponen utama ekstraktif yaitu resin, lemak,
asam lemak, asam-asam organic, terpene, tannin, fenol dan polisakarida
dengan berat molekul rendah. Ekstraktif dapat mengganggu dalam proses
isolasi alfa selulosa zat ini mengkonsumsi bahan alkali yang tinggi selama
proses pemasakan sehingga menghambat proses delignifikasi dan dapat
mengurangi rendemen. (Sugesty, 1986)
Prigi Arisandi. 3 Agustus 2008. pengetahuan tentang kertas. (Online),
(http://pembalutanion.multiply.com/journal/item/5, diakses 27 September 2010)
II.3. Selulosa
Selulosa adalah salah satu dari jenis polisakarida yang mempunyai bentuk
empiris (C6H10O5)n, berat molekul selulosa 162.000 sampai 2.430.000 dengan derajat polimerisasi 1.000 sampai 15.000 dan menjadi penyusun utama dari
dinding sel pada tumbuhan. (Casey P,1980)
Laporan Penelitian
hampir mencapai 50% karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari
dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa adalah unsur struktural dan komponen
utama dinding sel dari pohon dan tanaman tinggi lainnya. Senyawa ini juga
dijumpai dalam tumbuhan rendah seperti paku, lumut, ganggang, dan jamur. Serat
alami yang paling murni ialah serat kapas, yang terdiri dari sekitar 90% selulosa.
Eko Nopianto. Pengetahuan Bahan Agroindustri, Selulosa. (Online),
(http://eckonopianto.blogspot.com/2009/04/selulosa.html , diakses 25 September 2010).
Struktur molekul dari selulosa dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Gambar II.2. Rantai Selulosa
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa
natrium hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibagi atas tiga jenis. Yaitu :
a. α - Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP
(Derajat Polimerisasi) 600 – 15000. α - selulosa dipakai sebagai penduga dan atau tingkat kemurnian selulosa. Selulosa dengan derajat kemurnian α
Laporan Penelitian
atau bahan peledak. Sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan
sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri kain (serat rayon).
Semakin tinggi kadar alfa selulosa, maka semakin baik mutu bahannya.
Rumus struktur alfa selulosa sebagai berikut (Nuringtyas, 2010) :
Gambar II.3. Rumus struktur alfa selulosa
b. Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat Polimerisasi) 15
– 90, dapat mengendap bila dinetralkan.
Gambar II.4. Rumus struktur beta selulosa
c. Selulosa (Gamma Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat
Polimerisasi) kurang dari 15, kandungan utamanya adalah hemiselulosa.
II.3.1. Kegunaan selulosa
Secara kimia, selulosa merupakan senyawa polisakarida yang terdapat
banyak di alam. Secara niaga selulosa nitrat/NC adalah yang terpenting yang
banyak digunakan untuk bahan dasar pembuatan bahan peledak atau propelan.
Laporan Penelitian
polimerisasi (DP), maka kita dapat mengetahui kualitas dari selulosa yang ada dan
viscositas (kekentalan). Di Indonesia jenis selulosa yang berkualitas baik untuk
serat panjang adalah tanaman keras seperti pinus, aghatis, bambu, kenaf, abaca,
kapas dan rami serta untuk serat pendek adalah albasia, acasia dan eucalyptus.
Pengaruh panjang serat, untuk kasus tertentu ada korelasi antara panjang serat
dengan kadar selulosa, sebagai contoh : serat kapas mempunyai kadar selulosa
yang tinggi dibanding selulosa kayu.
Pemanfaatan Selulosa di bidang Kesejahteraan. Penggunaan selulosa dan dibidang industri untuk kesejahteraan luas sekali. Industri-indusri yang
menggunakan selulosa sebagai bahan baku meliputi industri kertas,
industri yang memproduksi bahan penyerap (absorbent) seperti popok bayi, kertas, tissue, pembalut wanita dan lain-lain. Industri yang
memproduksi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) untuk digunakan pada
industri makanan dan industri memproduksi selulosa asetat dan selulosa
nitrat sebagai bahan plastik dan tekstil (rayon).
Pemanfaatan Selulosa di bidang Pertahanan. Pemanfaatan selulosa adalah sebagai bahan baku (yang memenuhi syarat) pembuatan bahan
peledak/propelan, yaitu Nitroselulosa (NC). Untuk memperoleh NC yang
memenuhi syarat sebagai bahan peledak tersebut memiliki kandungan
kadar nitrogen sekitar 12,5 - 13,5 %. Kondisi tersebut dapat tercapai
apabila kandungannya selulosa alfa dari pulp > 92 %, yaitu antara 94,06%
- 98,16% yang memenuhi syarat untuk menghasilkan nitro selulosa
sebagai bahan baku propelan/bahan peledak.. Kebutuhan selulosa yang
diperlukan untuk membuat nitroselulosa yang perlu disisihkan oleh
Laporan Penelitian
II.3.2. Kandungan selulosa pada beberapa jenis tanaman
Tabel II.4. Komposisi Kimia Serat Alam
NAMA
SELULOSA HEMI
SELULOSA
LIGNIN
KET
Abaka 60-65 6-8 5-10 Pisang
Coir 43 1 45 Sabut Kelapa
Kapas 90 6 - Bungkus, Biji
Flax 70-72 14 4-5 -
Jute 61-63 13 3-13 -
Mesta 60 15 10 -
Palmirah 40-50 15 42-45 -
Nenas 80 - 12 Daunnya
Rami 80-85 3-4 0,5-1 Kulit Batang
Sisal 60-67 10-15 8-12 Daun
Straw 40 28 18 -
Jerami padi 39 27,5 33,5 -
Tandan
Kosong
Kelapa
Sawit
(TKKS)
45 26 29 -
Ampas Tebu 32-44 27-32 19-24 -
Bambu 26-43 15-26 21-31 -
Rumput esparto
33-38 27-32 17-19 -
Kayu keras 40-45 7-14 26-34 -
Kayu lunak 38-49 19-20 23-30 -
Sumber: Natural Organic Fiber by Hans Lilhot
Laporan Penelitian
http://www.indobioethanol.com/sumber_lain.php . Diakses 26 September 2010.
Tim Puslitbang Indhan Balitbang Dephan (Kol. Umar S. Tarmansyah).
PEMANFAATAN SERAT RAMI UNTUK PEMBUATAN SELULOSA,
(Online),
(http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=18&mnorutisi=3, diakses 26 September 2010.
Tabel II.5. Komposisi bahan baku kertas dalam industri
Kadar Selulosa 45%
Hemiselulosa 30% Lignin 20% Extractiver 5%
Sumber : PT. Tjiwi Kimia, Mojokerto
II.4. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa jika dihidrolisis
menghasilkan D-Manosa, D-Galaktosa, D-Xylosa, L-Arabinosa dan Asam Uranat.
Derajat polimerisasi antara 150-200, dapat membentuk senyawa adisi pada gugus
hidroksil. Reaksi oksidasi dan degradasi akan terjadi lebih dahulu pada
hemiselulosa daripada terhadap selulosa. Hemiselulosa tidak dapat larut dalam air,
akan tetapi larut dalam larutan alkali encer dan lebih mudah dihidrolisa asam.
Hemiselulosa berfungsi sebagai pelapis antar serat sehingga degradasi
hemiselulosa menyebabkan rendahnya kekuatan antar serat, kandungan
hemiselulosa dalam pulp akan mempermudah pembentukan fibril serat (Fibrilasi)
selama penggilingan. Hal ini disebabkan oleh struktur non kristal, berat molekul
yang rendah dan rantai yang bercabang. Struktur non bercabang juga akan
menyebabkan hemiselulosa lebih reaktif terhadap alkali dan hidrolisis asam
dibandingkan dengan selulosa, sehingga komponen ini memiliki DP (Derajat
polimer) yang rendah mengakibatkan bahan kimia pemasak mudah memutuskan
dan melarutkannya dalam larutan. Rumus bangun hemiselulosa yang telah larut
Laporan Penelitian
Gambar II.5. Rumus bangun hemiselulosa
Sumber : (Casey, 1980)
II.5. Lignin
Lignin adalah salah satu komponen penyusun tanaman. Pada batang
tanaman, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya,
sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak. Lignin terbentuk dari gugus aromatik
yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon.
Lignin dapat juga mengurangi daya swelling (pengembangan) buah dan ikatan
antar buah. Isolasi lignin digunakan pereaksi anorganik yaitu Na2S dan NaOH
untuk mendestruksi karbohidratnya. (Sugesty, 1986)
Lignin di dalam tanaman berfungsi sebagai perekat selulosa dalam
tanaman yang perlu dipisahkan dalam proses isolasi selulosa. α - selulosa akan
mempunyai sifat fisik yang baik apabila kandungan lignin dapat dikurangi karena
sifat lignin yang kaku dan rapuh. Lignin dapat mempengaruhi dalam hal
pembentukan ikatan antar serat dan dapat menurunkan derajat putih (Sugesty,
Laporan Penelitian
Gambar II.6. Rumus bangun lignin
Sumber : Barton, et al., 1999
II.6. Landasan Teori
Pada produksi α-selulosa digunakan proses delignifikasi yang mana pada proses tersebut berdasarkan reaksi antara serat limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz dengan NaOH, Na2SO3, dan Na2SO4 dan juga bleaching
(pemutih) dengan menggunakan H2O2 dan NaOCl. (Dietrich Fengel – Gerd
Wegener,1995)
Pada proses produksi α-selulosa dalam skala laboratorium dapat dibagi menjadi beberapa tahap proses, yaitu:
a. Proses perlakuan pretreatment terhadap bahan baku
b. Proses delignifikasi
c. Proses bleaching dan pencucian
d. Pengeringan
e. Analisis kadar α-selulosa
II.6.1. Proses Perlakuan Pretreatment Terhadap Bahan Baku
Limbah batang tanaman ubi kayu atau Manihot esculenta Crantz pada proses ini mengalami perlakuan antara lain :
a. Secara mekanis seperti pemotongan, pelepasan kulit dan spon, dan
Laporan Penelitian
dikehendaki, tujuannya untuk lebih memudahkan dalam proses lebih lanjut
yang banyak menggunakan reaksi kimia. Setelah berbentuk serat bahan ini
dikeringkan untuk menghilangkan kadar air yang berlebihan hingga
kering.
b. Prehidrolisis menggunakan aquadest pada suhu 100oC. Prehidrolisis
bertujuan untuk mempercepat penghilangan pentosan (hemiselulosa)
dalam bahan baku pada waktu pemasakan (cooking). Pretreatment
menggunakan air lunak (soft water) atau larutan asam encer. Kondisi
pretreatment adalah sebagai berikut:
1) Temperatur maksimum : 100°C
2) Rasio bahan baku terhadap cairan pemasak : 1 : 6
3) Waktu : 1 Jam
II.6.2. Proses Delignifikasi Limbah Batang Tanaman Manihot esculenta
Crantz
Definisi delignifikasi adalah sebuah proses pemisahan atau penghilangan senyawa lignin yang terdapat pada kayu yang bertujuan untuk memperoleh
selulosa, di mana lignin dipisahkan dari selulosa dan bahan karbohidrat dari kayu
dan bahan kayu, seperti oleh pemutihan pulp. Delignifikasi dilakukan dengan
menggunakan basa kuat seperti sejenis reaksi epoksida. Salah satunya adalah
NaOH (Natrium hidroksida). Proses delignifikasi disini adalah memisahkan serat
batang singkong dengan impuritis – impuritis dari α-selulosa dengan cara
membuka atau merengkahkan rantai pada serat sehingga impuritis – impuritis
terutama lignin dapat dikeluarkan dari serat. Delignifikasi yang dilakukan dengan
menggunakan NaOH (Natrium hidroksida) ini biasanya digunakan untuk
mengolah bahan – bahan non kayu, seperti : jerami, bagas, alang – alang dan jenis
rumput – rumputan lainnya menjadi pulp. Selain itu juga dapat digunakan pada
Laporan Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi ini adalah:
1. Waktu pemasakan, dipengaruhi oleh lignin semakin besar konsentrasi lignin
semakin lama waktu pemasakan dan kisaran waktu pemasakan antara 1- 4
jam.
2. Konsentrasi larutan pemasak, jika kadar lignin besar maka konsentrasi larutan
pemasak juga harus besar.
3. Pencampuran bahan, dipengaruhi oleh pengadukan. Dengan pengadukan, akan
dapat meratakan larutan dengan bahan baku yang akan dipisahkan ligninnya.
4. Perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku, didasarkan pada
perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku. Semakin kecil
perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku maka lignin yang
didegradasi akan kecil juga.
5. Ukuran bahan, semakin besar ukuran bahan maka semakin lama waktu
prosesnya.
6. Suhu dan Tekanan, semakin besar suhu dan tekanan maka semakin cepat
waktu prosesnya, kisaran suhunya antara 100 oC - 110 oC dan untuk
tekanannya 1 atm.
Bahan kimia yang dapat digunakan dalam proses delignifikasi adalah :
1. Natrium Hidroksida (NaOH)
Sistem pemasakan alkali bertekanan pada suhu tinggi dapat dilakukan melakukan penambahan Natrium Hidroksida (NaOH). Proses ini dinamakan proses
soda. Proses soda merupakan proses dasar dalam pembuatan kertas. Bahan kimia
utama yang digunakan adalah soda koustik atau natrium hidroksida. Proses ini
biasanya digunakan untuk mengolah bahan – bahan non kayu, seperti : jerami,
bagas, alang – alang dan jenis rumput – rumputan lainnya menjadi pulp. Selain itu
proses ini juga dapat digunakan pada bahan kayu yang berserat pendek seperti :
maple, poplar dan chestnut. Seperti halnya proses lainnya, soda berfungsi untuk
memisahkan lignin dan senyawa – senyawa lain yang terkandung dalam selulosa.
Laporan Penelitian
Degradasi selulosa oleh larutan NaOH terjadi pada temperatur diatas 100
o
C semakin tinggi temperatur pemasakan maka jumlah selulosa yang hilang
semakin banyak. Apabila waktu terlalu lama maka bahan baku yang terlarut
semakin bertambah besar. Kecepatan kelarutan lignin tergantung pada waktu
pemasakan, temperatur dan efektif NaOH. (Nursyamsu, 1990)
Alasan :
1. Cocok untuk bahan baku serat pendek (merang, jerami).
2. Tidak menggunakan senyawa sulfur, sehingga bahan polusi sedikit dan tidak
perlu recovery.
3. Kapasitas kecil (25 – 50 ton/hai), murah.
Apry Shinsetsu Silver Fox. 10 Agustus 2010. MAKALAH ”PEMBUATAN PULP
DAN KERTAS DARI AMPAS TEBU DENGAN PROSES ACETOSOLV”.
(Online),(http://aprysilverfox.blogspot.com/2010/08/makalah-pembuatan-pulp-dan-kertas-dari.html , diakses 1 Oktober 2010).
2. Sulfit
Pembuatan pulp proses sulfit yang pertama dilakukan dengan
menambahkan cairan kalsium hidrogen sulfit dan belerang dioksida dalam sistem
bertekanan. Proses ini menggunakan bahan kimia aktif, yaitu asam sulfit, kalsium
bisulfit, sulfur dioksida yang dinyatakan dalam larutan Ca(HSO3)2 dengan H2SO3
berlebih. Proses sulfit dibuat untuk menghasilkan pulp dengan selulosa yang murni. Proses ini menggunakan garam dan cairan asam. Garam yang digunakan
misalnya adalah sulfat (SO32-) atau bisulfit (HSO32-). Pulp sulfit digunakan untuk
membuat kertas, tisu, dan juga menambahkan kekuatan pada kertas koran. Cairan
pemasak yang digunakan adalah asam sulfit yang dibuat dengan membakar sulfur
menghasilkan sulfur dioksida, sulfur ini dapat menyerap air menghasilkan asam
sulfit. Cairan pemasak disiapkan dengan menambahkan ion hidroksida atau
karbonat. Nilai pH pulp sulfit berkisar antara 1,5-5 dimana nilainya bergantung kepada penambahan sulfit atau bisulfit. Cairan pemasak yang dikeluarkan disebut
sebagai cairan coklat atau cairan merah (bandingkan dengan cairan hitam pada
Laporan Penelitian
menghilangkan cairan coklat yang dihasilkan dari pulp dan menghilangkan lignin dan hemiselulosa. Ekstrak cairan coklat dikonsentrasikan dalam wadah evaporator
efek ganda. Beberapa keuntungan proses sulfit adalah :
1. Yield yang dihasilkan lebih besar daripada proses kraft
2. Pulpnya dapat menghasilkan turunan selulosa 3. Lebih mudah dioperasikan
Pulp sulfit biasanya sedikit lebih rusak jika dibandingkan dengan pulp
hasil kraft, sehingga produknya sedikit yang digunakan. Reaksi pembuatan larutan pemasak adalah :
S + O2→ SO2
SO2 + H2O + CaCO3 → Ca(HSO3) 2 + CO2
Lignin yang terikat pada selulosa akan bereaksi dengan larutan Ca(HSO3)2
membentuk lignin sulfonat dengan reaksi sebagai berikut :
Ca(HSO3)2 → Ca2+ + 2 HSO3
-Lignin + 2 HSO3- →SO2 + lignin-OH
lignin-OH + 2 HSO3-→ Lignin-SO3 + H2O
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18471/4/Chapter%20II.pdf. diakses pada tanggal 1 Oktober 2010
3. Sulfat
Proses ini dinamakan proses sulfat (Kraft). Larutan pemasak yang
digunakan adalah sodium hidroksida dan sodium sulfit. Sodium hidroksida
dihasilkan dari reduksi sulfat selama proses. Reaksinya sebagai berikut :
Na2SO4 + C → Na2S + CO2
Sodium hidroksid dihasilkan dari hidrolisa sodium sulfit di dalam air dengan reaksi :
Na2S + H2O → NaOH + NaHS
NaHS berfungsi sebagai buffer dan akan mengurangi efek degradasi selulosa oleh
NaOH. Pengaruh NaHS adalah reaksi dengan lignin yang menyebabkan mudah
larut dalam alkali, sehingga butuh waktu pemasakan lebih singkat dan temperatur
Laporan Penelitian
Keuntungan dari proses sulfat ini adalah sebagai berikut :
1. Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi.
2. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari
spesies yang berbeda.
3. Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan
harganya tidak mahal.
4. Tersedianya peralatan-peralatan operasi yang standar.
5. Banyak pilihan yang dipakai untuk proses pemucatan.
6. Dampak pencemarannya dapat dikatakan sangat rendah
7. Pendaur ulangan panas yang begitu efisien.
8. Pendaur ulangan bahan kimia yang sangat efisien
9. Masalah getah (pitch) dari kayu yang mengandung resin-resin sangat berkurang.
10.Dapat dihasilkan berbagai jenis pulp.
Proses delignifikasi dari limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz
ini dilakukan dengan pengolahan limbah batang tanaman Manihot esculenta
Crantz kering menjadi serat dimana pada proses ini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan lignin dan zat – zat lain yang ada dalam kandungan
serat. Proses delignifikasi dilakukan dengan bahan kimia NaOH, Na2SO3, dan
Na2SO4.
Proses pemasakan dengan menambahkan NaOH 5% - 25%, Na2SO3 5% - 25%,
dan Na2SO4 5% - 25%.
1) Temperatur : 105°C
2) Rasio bahan baku terhadap cairan pemasak : 1 : 8
3) Waktu menuju suhu maksimum : 1,5 Jam
Laporan Penelitian
II.6.3. Proses bleaching dan pencucian
Pemurnian selulosa setelah proses pemasakan bertujuan untuk
menghasilkan tingkat kemurnian selulosa lebih tinggi yang stabil dan memiliki
tingkat pengrusakan serat yang minimum sehingga sifat fisik selulosa tetap tinggi.
Proses ini untuk melarutkan sisa senyawa lignin yang dapat menyebabkan
perubahan warna, dengan cara mendegradasi rantai lignin yang panjang oleh
bahan-bahan kimia pemutih menjadi rantai-rantai lignin yang pendek, maka lignin
dapat larut pada saat pencucian dalam air atau alkali.
Dua jenis bahan kimia yang dipakai dalam pemurnian yaitu :
a. Bahan kimia oksidator yaitu bahan kimia yang fungsinya untuk mendegradasi
dan menghilangkan zat penyebab warna yaitu lignin. Oksidasi yang dipakai
seperti : Khlor (Cl2), Khlordioksida (ClO2), Oksigen (O2), Ozon (O3) dan
Hidrogen peroksida (H2O2).
b. Sebagai bahan kimia ekstraksi alkali yaitu : bahan kimia yang fungsinya
mendegradasi lignin secara hidrolisa dan membantu pelarutan senyawa lignin
terdegradasi yang dihasilkan pada proses oksidasi sebelumnya. Alkali
digunakan untuk mendegradasi lignin secara hidrolisa dan melarutkannya.
Bahan kimia yang dipakai seperti : Natrium hidroksida (NaOH).
Pemurnian dapat dilakukan dengan beberapa proses :
1. Klorinasi
Proses pemurnian selulosa dengan menggunakan gas Cl2 gas ini diperoleh
antara reaksi asam klorida (HCl) dengan natrium klorit (NaClO3) terjadi reaksi
klor dengan lignin yang menyebabkan lignin terdegradasi dan larut.
Persamaan reaksi kimia adalah :
Laporan Penelitian
Reaksi ini berlangsung pada suhu kamar selama 90 menit sambil diaduk
kemudian dicuci dengan air bersih dan disaring dengan saringan 150 mesh. (Dace and Annergen, 1979)
2. Ekstraksi dengan Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH) dipakai sebagai bahan pengekstraksi digunakan
setelah tahap Khlordioksida. Lignin terklorinasi mempunyai kelartan yang
kecil dalam air dengan adanya alkali encer akan terbentuk garam organik
sehingga lebih mudah larut. Kondisi temperatur pada proses ekstraksi antara
55 – 80 oC selama 60 – 120 menit. Sampel dan pelarut diaduk sampai merata.
Kemudian dicuci dengan air bersih dan saring dengan screen 150 mesh
(Rapson dan Spinner, 1979). Konsistensi dalam proses ekstraksi dipakai
antara 10 % - 18 %.
3. Hipoklorinasi
Reaksi yang terjadi pada hipoklorinasi adalah oksidasi dan melarutkan lignin.
Larutan yang digunakan Ca(OCl)2 atau NaOCl dan NaOH. Temperatur 40 oC
selama 120 menit. Diaduk secara merata kemudian dicuci dengan air bersih
dan disaring dengan saringan 150 mesh. Persaman reaksi sebagai persamaan
(3.1)
2NaOH + Cl2↔ NaOCl + NaCl + H2O (3.1)
Alkali berlebih diperlukan untuk mempercepat reaksi kesebelah kanan dan
juga mencegah dekompoisi hipoklorit menjadi klorat, di dalam air natrium
hipoklorit akan terhidrolisa menghasilkan asam hipoklorit dan natrium
hidroksida.
Laporan Penelitian
Asam hipoklorit yang terbentuk dapat mempercepat degradasi selulosa dan
karena bentuknya tidak stabil asam akan mengalami peruraian terjadi reaksi
sebagai berikut :
HOCl → HClO3 + 2HCl (3.3)
Reaksi hipoklorit menghilangkan lignin. Penurunan berat molekul dan
masuknya gugus asam karboksilat mendukung pelarutan bagian lignin yang
telah hancur.
NaOCl + lignin → NaCl + lignin teroksidasi (3.4)
Sampel diaduk secara merata dan masukkan ke dalam waterbath pada
temperatur 40 oC selama 120 menit kemudian dicuci dengan air bersih dan
disaring dengan saringan 150 mesh. (Rapson dan Spinner, 1979)
4. Khlordioksida
Pemurnian dengan khlordioksida menggunakan konsistensi 10 % - 12 %.
Bertambahnya substitusi khlordioksida akan mengurangi konsumsi bahan
kimia pemutihan memperbaiki kualitas limbah unit pemutih, juga mengurangi
pembentukan senyawa klor organik. Pemutihan dengan menggunakan ClO2
dilaksanakan untuk mencapai tingkat kemurnian yang tinggi. ClO2 dihasilkan
dari reaksi :
NaOCl3 + 2 HCl → ClO2 + ½ Cl2 + NaCl + H2O
Temperatur pada suhu 50oC – 90oC selama 120 menit kemudian sampel dicuci
dengan air bersih dan disaring dengan saringan 150 mesh. (Zellerbach 1983).
5. Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida termasuk zat oksidator yang bisa digunakan sebagai
pemutih pulp yang ramah lingkungan. Di samping itu, hydrogen peroksida
Laporan Penelitian
mempunyai ketahanan yang tinggi serta penurunan kekuatan serat sangat
kecil. Pada kondisi asam, hidrogen peroksida sangat stabil, pada kondisi basa
mudah terurai. Peruraian hidrogen peroksida juga dipercepat oleh naiknya
suhu. Zat reaktif dalam sistem pemutihan dengan hidrogen peroksida dalam
suasana basa adalah perhydroxyl anion (HOO-) (Dence and Reeve, 1996).
Pada proses pemutihan menggunakan hydrogen peroksida, mula-mula
hydrogen peroksida akan terurai sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
H2O2 → H2O + On
Mekanisme reaksi penguraian hydrogen peroksida adalah (Othmer, 1992)
H2O2→ 2OH*
H2O2 + OH* → OOH* + H2O
OOH* + OH* → H2O + 2On
Pada proses bleaching dari limbah batang Manihot esculenta Cranz,
menggunakan larutan NaOCl dan H2O2. Berdasarkan penelitian pendahuluan
(Rahma, 2002), serat diputihkan dengan menggunakan H2O2 2% dan NaOCl 5%.
Kondisi pemutihan H2O2 dan NaOCl umumnya dilakukan pada kisaran suhu
antara 60oC hingga 80oC selama 30 menit hingga 180 menit. (Dence and Reeve, 1996)
II.6.4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan pada suhu 100 oC dalam oven.
II.6.5. Analisis kadar α-selulosa
Analisis kadar α-selulosa dilakukan dengan metode spectrofotometrie UV-VIS SIMITZU 6200 (Balai Penelitian dan Konsultasi Industri Jl. Ketintang XVII
Laporan Penelitian
II.7. Hipotesis
Berdasarkan analisis bahan baku limbah batang tanaman Manihot
esculanta Crantz yang mengandung α-selulosa sehingga dimungkinkan untuk mendapatkan kandungan α-selulosa yang tinggi dengan proses delignifikasi
menggunakan NaOH, Na2SO3, Na2SO4 serta proses bleaching dengan H2O2 2%
Laporan Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Bahan – bahan Yang digunakan
III.1.1. Bahan utama
Limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar III.1. (a)batang ubi kayu yang dibelah; (b)kulit luar batang ubi kayu;
(c)kambium batang ubi kayu; (d)Batang ubi kayu yang sudah
dibelah, dikupas, dan dihilangkan kambiumnya; (e) batang ubi
Laporan Penelitian
III.1.2.Kualitas fisik limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz yang akan diproses
Panjang batang : 20 cm
Diameter batang : 4 cm
Berat batang total : 250 gr
Berat batang tanpa kulit : 180 gr
Berat batang tanpa kulit dan kambium : 160 gr
Persen(%) berat bahan baku yang dipakai : 64,00 %
Berdasarkan data tersebut di atas, diketahui bahwa limbah batang
tanaman Manihot esculenta Crantz yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan α - selulosa sebesar 64,00% sedangkan 36,00 % adalah
limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz.
III.1.3.Kualitas kimia limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz
Berdasarkan hasil analisis diketahui kualitas kimia limbah batang tanaman
Manihot esculenta Crantz.
Tabel III.1. Karakteristik serat bahan awal limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz
Komponen Hasil
α-selulosa 56,82 %
Lignin 21,72 %
ADF 21,45 %
Laporan Penelitian
III.1.4. Bahan pembantu
a. Natrium hidroksida (NaOH)
b. Natrium Sulfat (Na2SO4)
c. Natrium Sulfit (Na2SO3)
d. Natrium hipoklorit (NaOCl)
e. Aquadest
f. Hidrogen peroksida (H2O2)
III.2. Alat – alat yang digunakan
a. Kompor listrik (1 buah)
b. Beaker glass 2000 ml
c. Gelas ukur
d. Spatula
e. Termometer
f. Picnometer
g. Kain saring
III.3. Gambar Susunan Alat
Gambar III.2. Rangkaian Alat 1
2
3 4
5
Keterangan :
1. Spatula/Pengaduk. 2. Beaker Glass. 3. Kompor Listrik. 4. Termometer.
Laporan Penelitian
III.4. Kondisi
1. Variabel yang dijalankan
a. Jenis bahan kimia proses delignifikasi NaOH, Na2SO3, dan
Na2SO4.
b. Konsentrasi bahan kimia :
NaOH (% berat) : 5, 10, 15, 20,25.
Na2SO3(% berat) : 5, 10, 15, 20,25.
Na2SO4(% berat) : 5, 10, 15, 20,25.
c. Bahan kimia bleaching : NaOCl dan H2O2
2. Kondisi yang ditetapkan
a. Prehidrolisis
Suhu : 100 oC
Waktu : 1 jam
Rasio bahan baku terhadap cairan pemasak : 1 : 6
b. Proses Delignifikasi
Suhu : 105 oC
Waktu : 2 jam
c. Bleaching
Suhu : 60 oC
Waktu : 2 jam
Konsentrasi H2O2 : 2 %
Konsentrasi NaOCl : 5 %
d. Perbandingan berat serat dengan volume larutan : 1:8.
III.5. Metode Pelaksanaan
III.5.1. Perlakuan Awal
a. Limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz yang akan
digunakan terlebih dahulu dipotong berdasarkan ukuran yang
diinginkan kemudian diparut, setelah itu dioven pada suhu 100 oC
selama 2 jam. Lalu kita lakukan prehidrolisis menggunakan
Laporan Penelitian
III.5.2. Proses Delignifikasi serta Bleaching dari Limbah Batang Tanaman
Manihot esculenta Crantz
a. Timbang 50 gr serat limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz yang telah kering.
b. Proses selanjutnya dimasak dengan NaOH (5%, 10%, 15%, 20%,
25%), Na2SO3 (5%, 10%, 15%, 20%, 25%), Na2SO4 (5%, 10%,
15%, 20%, 25%) sesuai dengan variabel yaitu dengan
perbandingan sesuai variabel 1:8 dimasak selama 2 jam pada suhu
105o C.
c. Kemudian α-selulosa yang didapatkan dipisahkan dari cairan
pemasaknya dan dicuci dengan air hingga bersih. Setelah
pencucian, α-selulosa basah selanjutnya dikeringkan pada suhu 100
0
C. Kemudian dianalisis kadar α-selulosa hasil proses delignifikasi.
d. Serat basah hasil delignifikasi dengan berat 75 gr tersebut
dibleaching dengan menggunakan H2O2 2% sebanyak 500 ml
maupun NaOCl 5% sebanyak 500 ml selama 2 jam pada suhu
60oC.
e. Pisahkan larutan bleaching dengan α-selulosa, α-selulosa yang
didapat dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC hingga kering.
f. Kemudian dilakukan analisis kadar α-selulosa.
III.5.3. Analisis kadar α-selulosa
Analisis kadar α-selulosa dilakukan dengan metode
spectrofotometrie UV-VIS SIMITZU 6200 (Balai Penelitian dan
Laporan Penelitian
III.6. Skema Penelitian
III.6.1. Pemurnian α-Selulosa
Di pisahkan dan α-selulosa yang didapat dicuci dan dikeringkan Batang Manihot esculenta
crantz dipotong dan diparut
Serat
Delignifikasi NaOH dengan konsentrasi (5%, 10%, 15%, 20%,
25%)
Delignifikasi Na2SO3
dengan konsentrasi (5%, 10%, 15%, 20%,
25%)
Delignifikasi dengan konsentrasi Na2SO4 (5%, 10%,
15%, 20%, 25%)
Bleaching dengan NaOCl 5 % dan H2O2 2 %.
Analisis α-selulosa α-selulosa
Analisis α-selulosa
Dipisahkan dan serat yang didapat dikeringkan pada T = 100 oC
Di pisahkan dan α-selulosa yang didapat dicuci dan dikeringkan
Produk α-selulosa Proses prehidrolisis
Laporan Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Tabel dan grafik hasil proses pengolahan delignifikasi dan bleaching
dengan H2O2 2% dan NaOCl 5%
Tabel IV.1. Hasil α-selulosa pada proses delignifikasi dengan NaOH dan
bleaching dengan H2O2 2% dan NaOCl 5%
Kadar α-selulosa (%) Bahan
Kimia
Konsentrasi
(%) Delignifikasi (%)
Bleaching H2O2 2%
(%)
Bleaching NaOCl 5%
(%)
5 66,54 75,62 78,50
10 70,85 77,94 81,54
15 75,11 80,05 83,42
20 79,15 84,88 87,83
NaOH
25 79,06 84,71 87,61
Tabel IV.2. Hasil α-selulosa pada proses delignifikasi dengan Na2SO3 dan
bleaching dengan H2O2 2% dan NaOCl 5%
Kadar α-selulosa (%) Bahan
Kimia
Konsentrasi
(%) Delignifikasi (%)
Bleaching H2O2 2%
(%)
Bleaching NaOCl 5%
(%)
5 80,05 81,68 84,42
10 80,91 82,54 85,46
15 82,04 84,10 87,63
20 88,90 90,41 89,85
Na2SO3
Laporan Penelitian
Tabel IV.3. Hasil α-selulosa pada proses delignifikasi dengan Na2SO4 dan
bleaching dengan H2O2 2% dan NaOCl 5%
Kadar α-selulosa (%) Bahan
Kimia
Konsentrasi
(%) Delignifikasi (%)
Bleaching H2O2 2%
(%)
Bleaching NaOCl 5%
(%)
5 80,90 84,96 87,95
10 81,05 85,80 88,62
15 84,05 86,77 90,22
20 82,48 83,80 86,81
Na2SO4
25 83,01 84,90 87,06
Tabel IV.4. Perolehan yield limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz setelah proses delignifikasi
Larutan Konsentrasi (%) Yield (%)
5 85,39
10 80,20
15 75,65
20 71,79
NaOH
25 71,87
5 70,98
10 70,23
15 69,26
20 63,91
Na2SO3
25 64,32
5 70,23
10 70,10
15 67,60
20 68,89
Na2SO4
Laporan Penelitian
Tabel IV.5. Perolehan yield limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz setelah proses bleaching H2O2 2%
Larutan Konsentrasi (%) Yield (%)
5 75,14
10 72,90
15 70,98
20 66,94
NaOH
25 67,08
5 69,56
10 68,84
15 67,56
20 62,85
Na2SO3
25 62,57
5 66,88
10 66,22
15 65,48
20 67,80
Na2SO4
Laporan Penelitian
Tabel IV.6. Perolehan yield limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz setelah proses bleaching NaOCl 5%
Larutan Konsentrasi (%) Yield (%)
5 72,38
10 69,68
15 68,11
20 64,69
NaOH
25 64,86
5 67,31
10 66,49
15 64,84
20 63,24
Na2SO3
25 63,79
5 64,60
10 64,12
15 62,98
20 65,45
Na2SO4
Laporan Penelitian
Grafik IV.1. Hubungan antara konsentrasi bahan proses delignifikasi dengan
kandungan α - selulosa
Berdasarkan grafik IV.1, pada proses delignifikasi, semakin besar
konsentrasi NaOH, Na2SO3, dan Na2SO4 maka α – selulosa yang diperoleh
semakin besar tetapi pada konsentrasi tertentu besarnya α - selulosa menunjukkan
kecenderungan konstan. Hal itu disebabkan, karena semakin besar konsentrasi
NaOH, Na2SO3, dan Na2SO4 maka kadar lignin yang terlarut semakin besar. Pada
proses delignifikasi jenis bahan yang terbaik adalah Na2SO3 dengan konsentrasi
20 % (pH= 11) diperoleh kandungan α – selulosa 88,90 %. Penggunaan NaOH
dan Na2SO4 memberikan hasil α – selulosa yang kecil karena NaOH mempunyai
pH yang besar (pH = 14) sehingga terdapat α – selulosa yang larut. Sedangkan
penggunaan Na2SO4 mempunyai pH yang lebih kecil (pH = 9) menyebabkan
Laporan Penelitian
Grafik IV.2. Hubungan antara konsentrasi bahan proses bleaching H2O2 2%
dengan kandungan α - selulosa
Grafik IV.3. Hubungan antara konsentrasi bahan proses bleaching NaOCl 5%
Laporan Penelitian
Berdasarkan grafik IV.2, pada proses bleaching dengan H2O2 2% setelah
terjadi proses delignifikasi, α – selulosa yang diperoleh semakin besar tetapi pada
konsentrasi tertentu menunjukkan kecenderungan konstan. Hal ini disebabkan,
proses bleaching H2O2 2% disamping dapat mengubah warna dapat juga
menurunkan kadar lignin sehingga diperoleh produk dengan warna yang cerah
dan α – selulosa yang tinggi. Terjadi kenaikan kadar α – selulosa sebesar 1,69 %.
Berdasarkan grafik IV.3, pada proses bleaching dengan NaOCl 5% setelah
terjadi proses delignifikasi, α – selulosa yang diperoleh semakin besar tetapi pada
konsentrasi tertentu menunjukkan kecenderungan konstan. Hal ini disebabkan,
proses bleaching NaOCl 5% disamping dapat mengubah warna dapat juga
menurunkan kadar lignin sehingga diperoleh produk dengan warna yang cerah
dan α – selulosa yang tinggi. Terjadi kenaikan kadar α – selulosa sebesar 7,34 %.
Dari kedua grafik diatas, proses bleaching dengan menggunakan H2O2 2%
menghasilkan α – selulosa yang lebih besar dibanding dengan menggunakan
NaOCl 5%. Hal ini disebabkan karena, menggunakan NaOCl 5% menghasilkan
Laporan Penelitian
Grafik IV.4. Perolehan yield limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz
setelah proses delignifikasi
Berdasarkan grafik IV.4, Yield adalah berat kering produk dibagi berat
bahan awal dikali 100%. Pada proses delignifikasi semakin besar konsentrasi
NaOH, Na2SO3, dan Na2SO4 maka lignin yang terlarut semakin besar
mengakibatkan yield yang diperoleh semakin kecil. Yield yang kecil
menunjukkan konsentrasi α – selulosa yang tinggi atau tingkat kemurnian α –
selulosa tinggi. Yield terkecil dengan kadar α – selulosa terbesar diperoleh pada
Laporan Penelitian
Grafik IV.5. Perolehan yield limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz
setelah proses bleaching H2O2 2%
Grafik IV.6. Perolehan yield limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz
Laporan Penelitian
Berdasarkan grafik IV.5 dan IV.6, Pada proses bleaching menggunakan
H2O2 2% dan NaOCl 5%, secara umum yield yang diperoleh pada proses
bleaching menggunakan NaOCl 5% jauh lebih kecil dibanding dengan H2O2 2%
tetapi pada kondisi tertentu H2O2 2% lebih kecil. Hal ini disebabkan karena proses
bleaching NaOCl menghasilkan asam dan memudahkan kelarutan lignin dan α –
selulosa. Kondisi terbaik proses bleaching menggunakan H2O2 2% terjadi pada
proses delignifikasi menggunakan Na2SO3 20% dengan yield sebesar 62,85%
Laporan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz mengandung serat
dengan kadar 65,38%.
Limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz mengandung α –
selulosa dengan kadar 56,82 %.
Panjang serat α – selulosa 0,05 cm - 0,5 cm.
Limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz termasuk kayu keras.
Jenis bahan kimia untuk proses delignifikasi yang menghasilkan α – selulosa terbesar adalah Na2SO3 dengan konsentrasi 20 % dan kadar α –
selulosanya 88,90 %.
Jenis bahan kimia untuk proses bleaching yang menghasilkan α – selulosa terbesar adalah H2O2 dengan konsentrasi 2 % dan kadar α – selulosanya
90,41 %.
Proses bleaching H2O2 2% hanya mampu meningkatkan kadar α – selulosa
sebesar 1,69%.
Yield terkecil pada proses delignifikasi dengan kadar α – selulosa terbesar diperoleh pada konsentrasi Na2SO3 20% sebesar 63,91%.
Yield terkecil pada proses bleaching menggunakan H2O2 2% dengan kadar α – selulosa terbesar diperoleh pada konsentrasi Na2SO3 20% sebesar
62,85%.
Berdasarkan analisis ekonomi proses yang efisien adalah proses
delignifikasi menggunakan Na2SO3 20% serta bleaching menggunakan
Laporan Penelitian
V.2. Saran
Saat pencucian harus dilakukan sebersih mungkin karena butuh air yang banyak untuk membersihkan serat dari lignin yang tersisa. Selain itu jika
kurang bersih dapat mengganggu proses bleaching yang menyebabkan
hasilnya kurang maksimal.
Pada saat proses delignifikasi dan bleaching berlangsung, harap dilakukan pengadukan setiap beberapa menit agar dapat diperoleh hasil yang
Laporan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2005.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18471/4/Chapter% 20II.pdf. diakses pada tanggal 1 Oktober 2010
Anonim.http://72.14.235.104/search?q=cache:omEqHMACINUJ:buletinlitbang.d ephan.go.id/index.asp%3Fvnomor%3D18%26mnorutisi%3D3+pembuatan +SELULOSA&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id. Diakses pada 23 September 2010.
Anonim.http://www.indobioethanol.com/sumber_lain.php . Diakses 26 September 2010.
Apry Shinsetsu Silver Fox. 10 Agustus 2010. Makalah Pembuatan Pulp dan
Kertas dari Ampas Tebu dengan Proses Acetosolv. (Online),
(http://aprysilverfox.blogspot.com/2010/08/makalah-pembuatan-pulp-dan-kertas-dari.html , diakses 1 Oktober 2010).
Casey, P. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology Volume I. John Wiley & Sons. New York Chichester Brisbane Toronto.p. 377-745.
Dence, C.W., and Reeve, D.W. 1996. Pulp Bleaching Principle and Practice,
page:349-415. Tappi Perss, Atlanta.
Eko Nopianto. Pengetahuan Bahan Agroindustri, Selulosa. (Online),
(http://eckonopianto.blogspot.com/2009/04/selulosa.html, diakses 25 September 2010).
Endrah. 26 Januari 2010. Pengelolaan Limbah Tape Singkong. (Online),
(http://endrah.blogspot.com/2010/01/i.html, diakses 6 September 2010).
Fengel Dietrich – Wegener Gerd, 1995. Kayu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
George, T. Austin. 1975. Shreve’s Chemical Process Industries, 5 th ed.,
page:615–624. Mc Grew Hill International Edition. New York.
Isroi. 13 Februari 2008. Potensi Bioethanol dari Biomassa Lignoselulosa, (Online), (http://isroi.wordpress.com/2008/02/13/potensi-bioethanol-dari-biomassa-lignoselulosa/, diakses 26 September 2010).
Laporan Penelitian
Nuringtyas, Tri Rini. 2010. Karbohidrat. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Nursyamsu. 1990. Pembuatan Pulp dengan Proses Soda halamanl:1-23. BBPK, Bandung.
Othmer, K. 1992. Encyclopedia Of Chemical Technology Vol 9. Interscience Encylopedia Inc, New York.
Rahma. 2002. Pembuatan Selulosa Asetat dari Sabut Siwalan. Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.
Rapson and Spinner. 1979. Brigness Reversion in Blecched Pulps, page:357-387. Technical Association of Pulp and Paper Industry. USA.
Sugesty. 1986. Sumber Bahan Baku Pulp,halaman:1-20. Balai Besar Pulp dan Kertas, Bandung..
Tim Puslitbang Indhan Balitbang Dephan (Kol. Umar S. Tarmansyah).
Pemanfaatan Serat Rami untuk Pembuatan Selulosa, (Online),
(http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=18&mnorutisi=3, diakses 26 September 2010)
Laporan Penelitian gram x massa molxBM massa mol x mol MXV mol M X X M BM x x M 21 40 5250 , 0 5250 , 0 4 , 0 3124 , 1 3124 , 1 40 1000 05 , 0 0499 , 1 1000 % gram x massa molxBM massa mol x mol MXV mol M X X M BM x x M 170 , 44 40 1042 , 1 1042 , 1 4 , 0 7606 , 2 7606 , 2 40 1000 1 , 0 1043 , 1 1000 %
APPENDIX
A. Pembuatan Larutan
NaOH 5%
Densitas (ρ) = 1,0499 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-90)
Jadi, 21 gram NaOH 5% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai 400 ml.
NaOH 10%
Densitas (ρ) = 1,1043 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-90)
Laporan Penelitian gram x massa molxBM massa mol x mol MXV mol M X X M BM x x M 531 , 69 40 7383 , 1 7383 , 1 4 , 0 3457 , 4 3457 , 4 40 1000 15 , 0 1698 , 1 1000 %
NaOH 15%
Densitas (ρ) = 1,1698 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-90)
Jadi, 69,531 gram NaOH 15% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai 400 ml.
NaOH 20%
Densitas (ρ) = 1,2135 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-90)
Jadi, 97,08 gram NaOH 20% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai 400 ml.
NaOH 25%
Densitas (ρ) = 1,3003 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-90)
Laporan Penelitian
Na2SO3 5%
Densitas (ρ) = 1,046 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-96)
Jadi, 20,9210 gram Na2SO3 5% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai 400
ml.
Na2SO3 10%
Densitas (ρ) = 1,0949 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-96)
Jadi, 43,7976 gram Na2SO3 10% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai
400 ml.
Na2SO3 15%
Densitas (ρ) = 1,1448 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-96)
Jadi, 68,6902 gram Na2SO3 15% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai
Laporan Penelitian
Na2SO3 20%
Densitas (ρ) = 1,1961 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-96)
Jadi, 95,6884 gram Na2SO3 200% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai
400 ml.
Na2SO3 25%
Densitas (ρ) = 1,2476 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-96)
Jadi, 124,7652 gram Na2SO3 25% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai
400 ml.
o Na2SO4 5%
Densitas (ρ) = 1,0407 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-94)
Jadi, 20,8115 gram Na2SO4 5% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai 400
Laporan Penelitian
o Na2SO4 10%
Densitas (ρ) = 1,0872 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-94)
Jadi, 43,4861 gram Na2SO4 10% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai
400 ml.
o Na2SO4 15%
Densitas (ρ) = 1,1358 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-94)
Jadi, 68,1430 gram Na2SO4 15% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai
400 ml.
o Na2SO4 20%
Densitas (ρ) = 1,1865 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-94)
Jadi, 94,9185 gram Na2SO4 20% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai
Laporan Penelitian
o Na2SO4 25%
Densitas (ρ) = 1,2399 (interpolasi, Perry ed.6 tabel 3-94)
Jadi, 123,989 gram Na2SO4 25% dilarutkan dengan aquadest sampai mencapai
400 ml.
H2O2 2% sebanyak 500 ml
V1.N1 = V2. N2
500. 0,02 = V2. 0,5
V2 = 20 ml.
Artinya : 20 ml H2O2 dilarutkan dalam aquadest sampai mencapai volume 500 ml.
NaOCl 5% sebanyak 500 ml
V1.N1 = V2. N2
500. 0,05 = V2. 0,12
V2 = 208,3 ml.
Laporan Penelitian
B. Perolehan yield limbah batang tanaman Manihot esculenta Crantz setelah deliginifikasi maupun bleaching
Berat serat awal sebelum proses (Wo) = 50 gr
Kandungan α-selulosa Serat Manihot esculenta Crantz (So) = 56,82% Berat α-selulosa (S) = 50 gr x 56,82 = 28,41 gr
Untuk proses delignifikasi NaOH 5%
Kandungan α-selulosa setelah proses Delignifikasi NaOH (Sn) = 66,54 %
Berat α-selulosa (Ws) = gr
Sn S 696 , 42 6654 , 0 41 , 28 % 392 , 85 % 100 50 696 , 42 % 100 ) ( ) ( (%) x x gr Wo gr Ws Yield
Untuk proses delignifikasi NaOH 10%
Kandungan α-selulosa setelah proses Delignifikasi NaOH (Sn) = 70,85 %
Berat α-selulosa (Ws) = gr
Sn S 10 , 40 85 , 70 41 , 28 % 20 , 80 % 100 50 10 , 40 % 100 ) ( ) ( (%) x x gr Wo gr Ws Yield
Untuk proses delignifikasi NaOH 15%
Kandungan α-selulosa setelah proses Delignifikasi NaOH (Sn) = 75,11 %
Berat α-selulosa (Ws) = gr