Kajian Pembuatan α
-Selulosa dari Batang Pisang
sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan
Kertas dengan Proses Delignifikasi
LAPORAN PENELITIAN
Oleh :
WAWAN SAHARUDI 0531010049
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
”VETERAN”
JAWA TIMUR
Laporan Penelitian
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya sehingga kami diberikan kekuatan dan
kelancaran dalam menyelesaikan penelitian kami yang berjudul “Kajian
Pembuatan α-Selulosa dari Batang Pisang sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan Kertas dengan Proses Delignifikasi”.
Adapun penyusunan penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam kurikulum program studi S-1 Teknik Kimia dan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Laporan penelitian yang kami dapatkan tersusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. L. Urip Widodo, MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian. 4. Bapak Ir. Ketut Sumada ,MS selaku Dosen Penguji Penelitian.
5. Ibu Ir. Susilowati, MT selaku Dosen Penguji Penelitian.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.
Laporan Penelitian
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
ii
Ucapan yang sama kami sampaikan kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas sumbangsihnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga semua amal kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Akhir kata, kami menyampaikan maaf atas kesalahan yang terdapat dalam laporan penelitian ini, semoga dapat memenuhi syarat akademis dan bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penyusun berikutnya, penyusun mengucapkan terima kasih.
Surabaya, Juni 2010
Laporan Penelitian
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
iii
INTISARI
Batang pohon pisang merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Namun saat ini pohon pisang hanya menjadi limbah organik yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada penelitian ini diharapkan dapat Menghasilkan produk α-selulosa suatu bahan organic berkualitas tinggi khususnya tidak berbau, yang dapat dipergunakan untuk bahan baku kertas serta mengatasi masalah perusakan lingkungan khususnya hutan.
Laporan Penelitian
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
iv
II.5.1. Proses Perlakuan Awal Terhadap Bahan Baku ... 9
Laporan Penelitian
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
v
III.6.1. Pemurnian selulosa ... 16
Laporan Penelitian
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi batang pisang ... 4
Tabel 4.1. Data analisa awal batang pisang ... 17
Tabel 4.2. Kadar α-selulosa setelah proses Delignifikasi ... 18
Tabel 4.3. Kadar α-selulosa batang pisang Raja Nangka ... 19
Tabel 4.4. Kadar α-selulosa batang pisang Sobo ... 20
Tabel 4.5. Kadar α-selulosa batang pisang Santan ... 21
Tabel 4.6. Kadar α-selulosa batang pisang Klutuk ... 22
Laporan Penelitian
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Rantai selulosa ... 5
Gambar 3.1. Rangkaian peralatan ... 14
Gambar 1. Proses Prehidrolisa ... 32
Gambar 2. Proses Delignifikasi ... 33
Gambar 3. Proses Bleaching ... 34
Laporan Penelitian
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Kadar α-selulosa batang pisang Raja Nangka dengan
perbandingan Konsentrasi ... 19 Grafik 4.2. Kadar α-selulosa batang pisang Raja Nangka dengan
perbandingan berat bahan dengan volume NaOH ... 19 Grafik 4.3. Kadar α-selulosa batang pisang Sobo dengan perbandingan
Konsentrasi ... 20 Grafik 4.4. Kadar α-selulosa batang pisang Sobo dengan perbandingan
berat bahan dengan volume NaOH ... 20 Grafik 4.5. Kadar α-selulosa batang pisang Santan dengan perbandingan
Konsentrasi ... 21 Grafik 4.6. Kadar α-selulosa batang pisang Santan dengan perbandingan
berat bahan dengan volume NaOH ... 21 Grafik 4.7. Kadar α-selulosa batang pisang Klutuk dengan perbandingan
Konsentrasi ... 22 Grafik 4.8. Kadar α-selulosa batang pisang Klutuk dengan perbandingan
berat bahan dengan volume NaOH ... 22 Grafik 4.9. Kadar α-selulosa batang pisang Candi dengan perbandingan
Konsentrasi ... 23 Grafik 4.10 Kadar α-selulosa batang pisang Candi dengan perbandingan
Pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Tanaman pisang mempunyai nama latin Musa Paradisiaca.
Berdasarkan sejarah, bangsa Indonesia sangat berjasa dalam
mengembangkan tanaman pisang dipulau Madagaskar. Tanaman pisang yang
berkembang di Amerika Selatan dan Amerika Tengah berasal dari Afrika Barat
sekitar tahun 1500, yang akhirnya berkembang keseluruh daratan Amerika.
Pada dewasa ini tanaman pisang terutama batangnya yang orang bisa
menyebutnya gedebok kurang diolah menjadi sesuatu yang mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi.
Pada batang pisang terdapat selulosa yang cukup tinggi dan dimungkinkan
untuk produksi α-selulosa sebagai bahan pembuatan kertas. Selain itu α-selulosa
juga dapat digunakan sebagai bahan baku plastik dan nitro selulosa sebagai bahan
baku peledak.
Sampai sekarang tercacat beberapa bahan baku pembuat kertas, antara
lain merang, bagas, bambu, kertas bekas dan kayu bulat. Industri pulp skala besar,
yang kebanyakan didirikan di luar pulau Jawa, bahan baku utamanya adalah kayu
bulat yang berasal dari hutan alam (aktivis LSM lingkungan hidup menyebutnya
‘pulping the rain forest"). Industri pulp yang telah lama didirikan di Pulau Jawa
belakangan ini juga menggunakan kayu sebagai bahan baku utamanya. Sampai
saat ini, masih lebih dari 90% bahan baku kayu untuk "memberi makan" industri
pulp di Indonesia berasal dari hutan alam, utamanya adalah kayu IPK (Ijin
Pemanfaatan Kayu), yaitu kayu berbagai jenis yang dihasilkan dari kegiatan land
clearing pada areal hutan alam yang akan dikonversi untuk berbagai keperluan,
misalnya untuk areal pembangunan hutan tanaman industri (HTI) dan perkebunan
kelapa sawit.
Laporan Penelitian
I.2. Tujuan Penelitian
Penelitian kajian produksi α-selulosa dari batang pisang mempunyai tujuan
umum:
• Mengetahui proses pembuatan α-selulosa dari batang pisang dengan
proses delignifikasi.
• Mencari solusi yang terbaik untuk penanganan terhadap bahan baku kertas
(pulp) yang masih import.
• Mengatasi masalah perusakan lingkungan khususnya hutan.
• Memanfaatkan batang pisang yang berlimpah sekaligus meningkatkan
nilai ekonominya.
• Mendukung kebijakan Pemerintah ”GO ORGANIC 2010”.
I.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
• Dapat mengetahui proses pembuatan α-selulosa dari batang pisang dengan
proses delignifikasi.
• Mampu menangani jumlah kebutuhan pulp dalam negeri yang semakin
meningkat.
• Dapat mengatasi masalah perusakan lingkungan, khususnya hutan yang
disebabkan oleh penebangan secara liar.
• Melancarkan program pemerintah ”Go Organik 2010” yang tertera dalam
Pisang mempunyai spesifikasi ilmiah sebagai berikut :
Klasifikasi ilmiah kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Familia : Musaceae
Genus : Musa
Tumbuhan ini berasal dari Asia dan tersebar di spanyol, Italia, Indonesia,
Amerika dan bagian dunia yang lain. Tumbuhan pisang menyukai daerah alam
terbuka yang cukup sinar matahari, cocok tumbuh didataran rendah sampai pada
ketinggian 1000 meter lebih diatas permukaan laut. Pada dasarnya tanaman pisang
merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya
terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah pelepah yang
mengelilingi poros lunak panjang. Batang pisang yang sebenarnya terdapat pada
bonggol yang tersembunyi di dalam tanah.
Nama lokal :
Banana (Inggris), Tsiu, Cha (Cina), Pisyanga, Kila (India); pisang (Indonesia),
Klue (Thailand), Pyaw, Nget (Burma); Gedang (Jawa), Cau (Sunda), Biu (Bali),
Puti (Lampung); Wusak lambi, lutu (Gorontalo), Kulo (Ambon), Uki (Timor).
(http://72.14.235.104/search?q=cache:kzKWR4CnjB4J:www.deptan.go.id/teknolo
gi/horti/tpisang2.htm+tanaman+pisang&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id)
Sabut dari buah pisang ini banyak sekali manfaatnya, tetapi untuk
batangnya biasanya kurang sekali dimanfaatkan oleh masyarakat umumnya
sehingga menjadi limbah yang perlu penanganan khusus agar menjadi bahan
Laporan Penelitian
bahan berbagai jenis polisakarida misalnya selulosa, holoselulosa, lignin,
karbohidrat, air dan abu. Berdasarkan dari literatur (situs malaisyia) didapatkan
komposisi dari batang pisang yang seperti disebutkan dalam daftar berikut :
Komposisi Jumlah
α-Selulosa 63,9%
Lignin 18,6%
Holoselulosa 65,2%
Tabel 2.1. Komposisi batang pisang
(http://www.ncsu.edu/bioresources/BioRes_01/BioRes_01_2/BioRes_01_2_220_2
32_AbdulKhalil_SM_MalaysionPlantCellWalls.pdf)
II.2. Selulosa
Selulosa adalah salah satu dari jenis polisakarida yang tersusun dari
kesatuan anhidroglukosa dan mempunyai bentuk empiris C6H10O5 dan menjadi
penyusun utama dari dinding sel pada tumbuhan. Selulosa termasuk dalam
polimer yang menitik-beratkan molekul besar, serta tersusun atas unit – unit
selulobiosa. Setiap glukosa anhidrat adalah sebuah alcohol trihidrat yang
mengandung dua alkohol sekunder dalam posisi 2 dan 6, serta sebuah alkohol
Laporan Penelitian
Gambar II.1 Rantai Selulosa
Selulosa dari bahan alami yang telah dilarutkan melalui suatu reaksi akan
menghasilkan suatu selulosa murni yang disebut sebagai regenerated cellulose.
Selulosa murni ini kemudian melalui sejumlah reaksi kimia akan menghasilkan
sejumlah senyawa yang merupakan turunan dari selulosa yang dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan. Selulosa tersebut relative higroskopis dimana pada
kondisi atmosper ( 20oC dengan kelembaban 60%) dapat menyerap 8 sampai 14%
air. Meskipun selulosa mampu menyerap air namun tidak dapat larut dalam air
ataupun asam encer. (Ullmann, 1986).
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa
natrium hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibagi atas tiga jenis. Yaitu :
a. Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (Derajat
Polimerisasi) 600 – 1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga dan atau
tingkat kemurnian selulosa.
b. Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat Polimerisasi) 15
– 90, dapat mengendap bila dinetralkan.
c. Selulosa γ (Gamma Cellulose) adalah sama dengan selulose β, tetapi DP
nya (Derajat Polimerisasi) kurang dari 15.
Laporan Penelitian
Semua selulosa ester dapat larut dalam pelarut organik, kecuali sulfat dan
asetat sulfat yang larut dalam air. Turunan selulosa lain yang penting adalah
natrium selulosa xantat yang dihasilkan dari reaksi antara natrium hidroksida
dengan karbon disulfida. Senyawa ini digunakan dalam pembuatan viscous rayon
dan cellophane. (Kirk & Othmer, 1952)
Epoksida itu siklik, maka epoksida tersubstitusi dapat berisomeri
geometrik. Cincin – cincin epoksida dapat merupakan bagian dari sistem – sistem
cincin terpadu ( fused ). Epoksida itu haruslah cis dilihat dari cincin yang lain (
sudut – sudut ikatan yang disyaratkan untuk cincin tiga anggota menyebabkan
konfigurasi trans tidak mungkin ).
Pembukaan cincin tiga-anggota terterik menghasilkan produk yang lebih
stabil dan berenergi yang lebih rendah. Reaksi khas epoksida ialah reaksi
pembukaan cincin, yang dapat berlangsung baik pada suasana asam maupun basa.
Reaksi ini dirujuk sebagai reaksi pemaksapisahan ( cleavage ) berkatalis asam
atau berkatalis basa.
• Pemaksapisahan Berkatalis-basa
Dalam pemaksapisahan berkatalis-basa, nukleofil menyerang
karbon yang kurang terhalang ( less-hindered ), tepat seperti yang
dinantikan dari suatu seangan SN2 ( primer > sekunder > tersier ).
Suatu reagensia Grignard mengandung atom karbon yang
bermuatan negatif parsial dan menyerang cincin epoksida dengan cara
yang sama seperti nukelofil lain. Produk berupa garam magnesium suatu
akkohol; alkohol itu dapat diperoleh dengan hidrolisis. Reaksi antara
suatu reagensia Grignard dengan etilena oksida merupakan suatu metode
memperpanjang dengan dua karbon rantai hidrokarbon ( dari ) reagensia
Grignard itu.
• Pemaksapisahan berkatalis-asam
Dalam larutan asam, oksigen epoksida tiu diprotonkan. Suatu
epoksida terprotonkan dapat diserang oleh neuklofil. Berbeda dengan
pemaksapisahan berkatalis-basa, serangan dalam suasana asam justru
Laporan Penelitian
Haruslah disimpulkan bahwa epoksida terprotonkan mempunyai
cukup karakter karbokation. Jika hal ini benar, maka makin banyak gugus
alkil yang dimiliki akan makin besar muatan positif parsial pada karbon
itu (stabilitas karbokation: tersier > sekunder > primer ). Serangan
nukeofilik yang terjadi setelah protonasi, akan memilih karbon yang lebih
positif, meskipun karbon ini lebih terhalang.
Mengetahui bahwa tak terbentuk suatu karbokation sejati, bila produk
suatu reaksi pemaksapisahan-epoksida mampu berisomer geometrik, ternyata
hanya dijumpai produk-trans. Jika reaksi itu lewat zat-antara karbokation sejati,
maka pastilah dijumpai baik cis- maupun trans.
(Fessenden, R. J., and Fessenden, J., 1997)
Selulosa menggelembung dalam air dan basa pekat. Polimer yang
tergelembung basa, dikenal sebagai selulosa alkali atau selulosa soda , dipakai
untuk mempreparasi selulosa regenerasi, sebagaimana yang digambarkan pada
pasal berikut. Proses mereaksikan kapas dengan basa air, dan kemudian
menghilangkan basa tersebut, dikenal sebagai merserisasi. Kapas yang
termerserisasi memiliki tingkat kekilauan yang lebih tinggi dari pada kapas alam,
kurang rapat, dan tingkat kekristalannya agak sedikit rendah. Ia juga memiliki
daya celup yang baik. (Malcolm P. Stevens, 2001)
II.3. Pembuatan Pulp
Pembuatan pulp pada prinsipnya adalah merupakan upaya memisahkan
selulosa dari bahan – bahan lain yang terkandung dalam kayu, terutama lignin.
Proses pulping dalam suatu polimer dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang
terpenting yaitu pH, suhu, waktu dan konsentrasi larutan kimia yang digunakan.
Pulp secara kimia dapat didefinisikan sebagai perlakuan (pemasakan) dari kayu
dengan reagen kimia dengan tujuan memperoleh serat yang dapat dengan mudah
dipisahkan satu sama lain, itulah yang dimaksud dengan pulp. Proses pemasakan
sering dinamakan sebagai delignifikasi atau penghilangan lignin. Bagaimanapun
sejumlah kecil lignin atau zat seperti lignin masih terdapat dalam serat (pulp).
Laporan Penelitian
Upaya ini tingkat keberhasilannya tergantung pada jenis proses yang
digunakan, sehingga akhirnya dikenal beberapa proses pengolahan kayu menjadi
bubur kertas. Proses – proses tersebut diantaranya adalah :
II.3.1. Proses Mekanis
Pembuatan pulp dengan secara mekanis digunakan pada proses kayu asah,
dimana kayu diolah sedemikian rupa dengan menggunakan sejumlah mesin
hingga menjadi bubur kayu tanpa menggunakan bahan kimia. Bahan kimia baru
digunakan pada saat proses pemutihan untuk memperbaiki kualitas dari pulp yang
dihasilkan. Kayu yang digunakan adalah kayu jenis lunak seperti spruce dan
balsam. Pulp dari hasil proses ini umumnya bermutu rendah dan digunakan
sebagai bahan baku kertas – kertas kualitas rendah, seperti kertas pembungkus,
kertas Koran (George, 1975).
II.3.2. Proses Soda
Proses soda merupakan proses dasar dalam pembuatan kertas. Bahan
kimia utama yang digunakan adalah soda koustik atau natrium hidroksida. Proses
ini biasanya digunakan untuk mengolah bahan – bahan non kayu, seperti : jerami,
bagas, alang – alang dan jenis rumput – rumputan lainnya menjadi pulp. Selain itu
proses ini juga dapat digunakan pada bahan kayu yang berserat pendek seperti :
maple, poplar dan chestnut. Seperti halnya proses lainnya, soda berfungsi untuk
memisahkan lignin dan senyawa – senyawa lain yang terkandung dalam selulosa.
Pulp dari proses ini berwarna gelap dan sukar diputihkan (George, 1975).
II.3.3. Proses Sulfit (Kraft)
Proses ini merupakan proses yang banyak digunakan dalam industri
pengolahan kertas dewasa ini. Proses ini merupakan pengembangan dari proses
soda, juga merupakan proses basa tetapi telah mengalami perubahan dengan
digunakannya senyawa sulfur untuk menghasilkan pulp yang lebih baik. Kayu
yang digunakan pun dapat dari berbagai macam jenis kayu. Tahapan dari proses
ini dimulai dari prahidrolisa untuk menghilangkan pentosan dan plyosis,
Laporan Penelitian
bertingkat. Pulp yang dihasilkan kualitasnya lebih baik daripada proses soda.
Kelemahan dari proses ini adalah buangan limbah yang mengandung sulfur dan
dapat mengganggu lingkungan (George, 1975).
II.4. DELIGNIFIKASI
Definisi delignifikasi adalah sebuah proses perawatan kimia di mana lignin
dipisahkan dari selulosa dan bahan karbohidrat dari kayu dan bahan kayu, seperti
oleh pemutihan pulp. Delignifikasi dilakukan dengan menggunakan basa kuat
seperti sejenis reaksi epoksida. Salah satunya adalah NaOH (Natrium hidroksida).
Proses delignifikasi disini adalah memisahkan serat batang pisang dengan
impuritis – impuritis dari α-selulosa dengan cara membuka atau merengkahkan
rantai pada serat sehingga impuritis – impuritis terutama lignin dapat dikeluakan
dari serat. Delignifikasi yang dilakukan dengan menggunakan NaOH (Natrium
hidroksida ini biasanya digunakan untuk mengolah bahan – bahan non kayu,
seperti : jerami, bagas, alang – alang dan jenis rumput – rumputan lainnya menjadi
pulp. Selain itu juga dapat digunakan pada bahan kayu yang berserat pendek.
II.5. Landasan Teori
Pada produksi α-selulosa digunakan proses delignifikasi yang mana pada
proses tersebut berdasarkan reaksi antara serat batang pisang dengan NaOH dan
juga bleaching (pemutih) dengan menggunakan H2O2 dan NaOCl.
(Dietrich Fengel – Gerd Wegener,1995)
Pada proses pembuatan α-selulosa dalam skala laboratorium dapat dibagi
menjadi beberapa tahap proses, yaitu:
a. Proses perlakuan awal terhadap bahan baku
b. Proses pemurnian selulosa
c. Analisa kadar α-selulosa
II.5.1. Proses Perlakuan Awal Terhadap Bahan Baku
Batang pisang pada proses ini mengalami perlakuan secara mekanis seperti
Laporan Penelitian
dikehendaki, tujuannya untuk lebih memudahkan dalam proses lebih lanjut yang
banyak menggunakan bahan kimia. Setelah berbentuk serat bahan ini dijemur
dibawah sinar matahari untuk menghilangkan kadar air yang berlebihan hingga
kering.
II.5.2. Proses Pemurnian Selulosa
Proses pemurnian selulosa dari batang pisang ini dilakukan dengan
pengolahan sabut batang pisang kering menjadi pulp dimana pada proses pulping
ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan lignin dan zat – zat lain yang ada
dalam kandungan kayu.
Prehidrolisa bertujuan untuk mempercepat penghilangan pentosan
(hemiselulosa) dalam bahan baku pada waktu pemasakan (cooking). Prehidrolisa
menggunakan air lunak (soft water) atau larutan asam encer. Kondisi
perhidrolisa adalah sebagai berikut:
1) Temperatur maksimum : 135°C
2) Rasio bahan baku temadap cairan pemasak : 1 : 6
3) Waktu : 1 Jam
Sabut batang pohon pisang kering diolah dengan menggunakan proses
soda, karena bahan yang digunakan merupakan jenis bahan kayu berserat pendek.
Bahan baku terlebih dahulu dilakukan proses steam untuk membuka serat –
seratnya. Kemudian dilakukan proses pemasakan dengan menambahkan natrium
Kemudian untuk menghilangkan lignin yang masih tersisa serta untuk
memutihkan bahan pulp maka dilakukan dengan menggunakan bahan pemucat
warna seperti hydrogen peroksida, hypochlorit, dan lainnya. Pemutihan Pulp
(bleaching). Berdasarkan penelitian pendahuluan (Rahma, 2002), pulp diputihkan
dengan menggunakan H2O2 2% dan NaOCl 5% selama 2 jam pada suhu 60o C.
(Rahma, 2002)
Pemutihan pulp hasil pemasakan bertujuan untuk mendapatkan pulp larut
(dissolving pulp) putih dengan kadar selulosa α yang tinggi. Pemutihan pulp
dilakukan tanpa menggunakan klorin (CI2), tetapi menggunakan senyawa klor
(CI02) yang dikenal dengan proses elemental chlorine free (ECF). Kemudian
Pulp dicuci dengan air lunak panas hingga bersih (pH netral). Proses ECF
dilakukan untuk menekan atau mengeliminasi dampak negatif limbah kimia
terhadap lingkungan.
Penentuan Kualitas Pulp Putih. Pulp larut (dissolving pulp) putih yang
diperoleh selanjutnya dianalisis komponen kimianya termasuk kadar selulosa
alfanya. Selain itu ditentukan pula viskositas dan derajat putih pulpnya, yang
terlebih dahulu pulp dibuat lembaran dan dikeringkan dalam ruangan terkondisi
pada suhu 23° C selama 24 jam sesuai prosedur SNI.
Selulosa α > 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku
utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak. Sedangkan selulosa kualitas
dibawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri
sandang/kain (serat rayon).
http://72.14.235.104/search?q=cache:omEqHMACINUJ:buletinlitbang.dephan.go.id/index .asp%3Fvnomor%3D18%26mnorutisi%3D3+pembuatan+SELULOSA&hl=id&ct=clnk&cd =1&gl=id
II.5.3. Analisa kadar α-selulosa
Terdapat pada lampiran Metodelogi Penelitian sesuai dengan prosedur SII
Laporan Penelitian
II.6. Hipotesis
Adanya kandungan selulosa yang tinggi dalam batang pohon pisang yang
dimasak dengan NaOH sehingga dapat dihasilkan α-selulosa sebagai bahan baku
Batang pohon pisang yang diambil dari Blitar :
• Pisang Sobo
• Pisang Raja Nangka
• Pisang Santan
Batang pisang yang diambil dari Malang :
Laporan Penelitian
l. Kertas lakmus
m. Kain saring
III.3. Gambar Susunan Alat
Gambar 3.1. Rangkaian peralatan
Keterangan gambar :
1. Beaker glass.
2. Bahan baku.
3. Kompor listrik.
III.4. Variabel
1. Berubah
a. Varietas pisang : Klutuk, Raja Nangka, Sobo, Candi, Santan.
b. Kadar NaOH (%) : 16, 17, 18, 19, 20.
c. Perbandingan berat serat dengan volume NaOH
: 1:4, 1:5, 1:6, 1:7, 1:8.
2. Tetap
a. Prehidrolis
Suhu : 100 oC
Waktu : 1 jam
1
Batang pohon pisang yang akan digunakan terlebih dahulu
dipotong kecil – kecil, setelah itu dijemur dibawah sinar matahari selama 2
hari hingga kering atau dioven pada dengan suhu 100 oC selama 2 jam.
III.5.2. Proses Pemurnian Selulosa
a. Timbang 100 gr batang pisang yang telah kering, dimasak dengan
steam untuk mengalami proses pelunakan.
b. Sebelum dimasak dengan NaOH dilakukan prehidrolisa yang
dimana serat dimasak dengan aquadest pada suhu 100 oC dengan
perbandingan 1 : 6 berat bahan, selama 1 jam.
c. Setelah diprehidrolisa, dilakukan penyaringan dan dikeringkan.
d. Proses selanjutnya dimasak dengan NaOH sesuai dengan variabel
yaitu 16%, 17%, 18%, 19%, 20% dengan perbandingan sesuai
variabel 1:4, 1:5, 1:6, 1:7, 1:8 dimasak selama 2 jam pada suhu
105o C.
e. Kemudian pulp yang terbentuk dipisahkan dari cairan pemasaknya
dan dicuci dengan air suling hingga bersih.
f. Pulp yang telah mengalami proses pemasakan kemudian
diputihkan dengan menggunakan H2O2 2% sebanyak 1 liter dan
Laporan Penelitian
g. Cuci dan keringkan pulp yang dihasilkan dalam oven pada suhu
105o C selama hingga kering (berat tetap).
h. Kemudian dilakukan analisa kadar α-selulosa.
III.5.3. Analisa kadar α-selulosa
Sesuai dengan prosedur SII (Standar Industri Indonesia) 0443 – 81.
Laporan Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil Penelitian
Tabel 4. 1 Data analisa awal batang pisang adalah sebagai berikut:
Jenis Pisang Kadar α-selulosa
(%)
Sobo 21,23
Santan 14,67
Raja Nangka 11,74
Candi 2,96
Klutuk 3,79
Laporan Penelitian
Tabel 4. 2 Kadar α-selulosa setelah proses Delignifikasi :
Laporan Penelitian
Tabel 4.3 Kadar α-selulosa batang pisang Raja Nangka :
Perbandingan
Grafik 4.1 Kadar α-selulosa batang pisang Raja Nangka dengan perbandingan
Konsentrasi NaOH
Grafik 4.2 Kadar α-selulosa batang pisang Raja Nangka dengan perbandingan
Laporan Penelitian
Tabel 4.4 Kadar α-selulosa batang pisang Sobo :
Perbandingan
Grafik 4.3 Kadar α-selulosa batang pisang Sobo dengan perbandingan Konsentrasi
NaOH
Grafik 4.4 Kadar α-selulosa batang pisang Sobo dengan perbandingan berat bahan
Laporan Penelitian
Tabel 4.5 Kadar α-selulosa batang pisang Santan :
Perbandingan
Grafik 4.5 Kadar α-selulosa batang pisang Santan dengan perbandingan
Konsentrasi NaOH
Grafik 4.6 Kadar α-selulosa batang pisang Santan dengan perbandingan berat
Laporan Penelitian
Tabel 4.6 Kadar α-selulosa batang pisang Klutuk :
Perbandingan
Grafik 4.7 Kadar α-selulosa batang pisang Klutuk dengan perbandingan
Konsentrasi NaOH
Grafik 4.8 Kadar α-selulosa batang pisang Klutuk dengan perbandingan berat
Laporan Penelitian
Tabel 4.7 Kadar α-selulosa batang pisang Candi :
Perbandingan
Grafik 4.9 Kadar α-selulosa batang pisang Candi dengan perbandingan
Konsentrasi NaOH
Grafik 4.10 Kadar α-selulosa batang pisang Candi dengan perbandingan berat
Laporan Penelitian
Dari tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa hasil yang terbaik
untuk batang pisang raja nangka konsentrasi NaOH 17% dan perbandingan berat
bahan dengan volume NaOH 1:8 adalah 87%. Untuk batang pisang sobo
konsentrasi NaOH 19% dan perbandingan berat bahan dengan volume NaOH 1:8
adalah 74,67%. Untuk batang pisang santan konsentrasi NaOH 18% dan
perbandingan berat bahan dengan volume NaOH 1:8 adalah 77,33%. Untuk
batang pisang klutuk konsentrasi NaOH 16% dan perbandingan berat bahan
dengan volume NaOH 1:8 adalah 87,3%. Untuk batang pisang candi konsentrasi
NaOH 17% dan perbandingan berat bahan dengan volume NaOH 1:8 adalah
86,3%. Penambahan NaOH dapat memperbesar kadar α-selulosa dari batang
pisang dikarenakan NaOH dapat mendegradasi lignin. Pada grafik dapat dilihat
terjadi fluktuatif dari hasil yang didapatkan, hal ini disebabkan karena dimana
pada soft wood terdapat banyak sekali impuritis daripada hard wood yang selama
ini banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp sehingga
pendegradasian lignin pun mengalami fluktuatif. (Dietrich Fengel – Gerd
Wegener,1995) Pada grafik konsentrasi NaOH terendah mengalami penurunan,
hal ini disebabkan karena jumlah lignin yang dapat dilarutkan dalam NaOH
tersebut sangat rendah sehingga ikatan antar serat elementernya masih kuat,
sedangkan konsentrasi NaOH tertinggi mengalami penurunan, hal ini disebabkan
karena α-selulosa dapat terpecah dan larut dalam filtrat NaOH tersebut.
Perengkahan serat selulosa menggunakan basa kuat sama seperti reaksi epoksida.
Penambahan NaOH dengan konsentrasi 10-50% berat dapat membuka serat –
serat selulosa, itu sebabnya NaOH terlalu besar konsentrasinya belum tentu
menghasilkan α-selulosa yang tinggi begitu pula sebaliknya alkali terlalu rendah
konsentrasinya juga belum tentu menghasilkan α-selulosa yang tinggi. Untuk
mendapatkan α-selulosa yang tinggi tergantung dari jumlah impuritis yang
terdapat pada serat.
Dari analisa awal dapat dilihat terjadi perbedaan kadar α-selulosa
dengan hasil analisa sesudah delignifikasi. Berdasarkan dari fisiknya serat pisang
candi, rajanangka, santan, sobo lebih cepat teroksidasi dengan udara daripada
Laporan Penelitian
mempunyai α-selulosa yang lebih kecil dibanding dengan pisang yang lain.
Namun setelah diproses α-selulosanya lebih tinggi dibanding dengan yang lain.
Hal ini disebabkan karakteristik batang pisang merupakan jenis softwood dan
serat panjang sehingga mempunyai kandungan impuritis yang berbeda – beda.
Karakteristik utama serat adalah dapat menyerap liquid, impuritis yang
terkandung dalam batang pisang berbentuk ion yang tersuspensi dalam senyawa –
Laporan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
• Kadar α-selulosa yang tertinggi terdapat pada batang pisang klutuk
dengan α-selulosa yang didapat 87,3%.
• Perbandingan volume untuk semua jenis pisang mengalami
peningkatan yang sama yaitu pada perbandingan volume 1:8.
• Batang pisang merupakan jenis soft wood sehingga hasil yang
diperoleh mengalami naik turun berdasarkan grafik yang diperlihatkan
diatas.
V.2. Saran
• Saat pencucian harus dilakukan sebersih mungkin karena butuh air
yang banyak untuk membersihkan pulp dari lignin yang tersisa. Selain
itu jika kurang bersih dapat mengganggu proses bleaching yang
menyebabkan hasilnya kurang maksimal.
• Pada saat proses delignifikasi dan bleaching berlangsung, harap
dilakukan pengadukan setiap beberapa menit agar dapat diperoleh hasil
Laporan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Billmeyer, F.W., Jr., 1971, “Textbook of Polymer Science”, 2nd ed., p.443 – 449, Wiley – Interscience, New York.
Fessenden, R. J., and Fessenden, J., 1997, “Dasar – Dasar Kimia Organik”, hal.610 – 611, Binarupa Aksara , Jakarta
George, T. Austin, 1975, “Shreve’s Chemical Process Industries”, 5 th ed., p.615 – 624, Mc Grew Hill International Edition, New York.
Hawley, G. G., Hampel, C.A., 1973, “The Encyclopedia of Chemistry”, 3rd ed., p.405 – 406, Van Nostrand Reinhold Company, New York.
Kirk, R. E., Othmer, D. F., 1952, “Encyclopedia Of Chemical Tecnology”, 4th ed., p.593 – p.616, The International Science Encyclopedia Inc., New York.
Saunders, K. J., 1973, “Organic Polymer Chemistry”, p.250 – 261, Mc. Graw Hill International Edition, New York.
Stevens Malcolm P., 2001, “Kimia Polimer”,PRADNYA PARAMITA. JAKARTA.
Standart Industri Indonesia, 1981, “Cara Uji Kadar Selulosa,α, β dan γ Dalam
Pulp”, Nomor 0443, hal. 1 – 3, Departemen Perindustrian Republik Indonesia.
Steven, M. P., 1995, “Kimia Polimer”, hal. 599, Pradnya Paramita, Jakarta.
Sudarnadi, Hartono, 1999, “Tumbukan Monokotil” hal. 14 – 15, Penebar Swadaya, Jakarta.
Ullmann, 1986, “Ullmann’s Encyclopedia Of Industrial Chemistry”, vol.5, VCH. Fengel Dietrich – Wegener Gerd, 1995, “KAYU”, Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Rahma 2002, 2005, “Pembuatan selulosa asetat dari sabut siwalan”, Jurusan Teknik Kimia UPN “VETERAN” JATIM.
(http://72.14.235.104/search?q=cache:kzKWR4CnjB4J:www.deptan.go.id/t
eknologi/horti/tpisang2.htm+tanaman+pisang&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=
id)
Laporan Penelitian
(http://www.ncsu.edu/bioresources/BioRes_01/BioRes_01_2/BioRes_01_2_220_2
32_AbdulKhalil_SM_MalaysionPlantCellWalls.pdf)
Download pada 01 Maret 2008, pukul 11:17 AM
(http://72.14.235.104/search?q=cache:omEqHMACINUJ:buletinlitbang.dephan.g
o.id/index.asp%3Fvnomor%3D18%26mnorutisi%3D3+prosedur+penambahan+
asam+nitrat+pada+selulosa&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id).
Download pada 01 Maret 2008, pukul 11:12 AM
(http://www.freepatentsonline.com/4292426.html?highlight=4292426&stemming
=on)
Download pada 12 Maret 2008, pukul 11:12 AM
(http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.int ota.com/experts.asp%3FstrSearchType%3Dall%26strQuery%3Ddelignification& prev=/translate_s%3Fhl%3Did%26q%3Ddefinisi%2Bdelignifikasi%26sl%3Did %26tl%3Den)
Laporan Penelitian
APPENDIX
• Pembuatan larutan NaOH 16%, 17%, 18%, 19%, 20%
Misal : Larutan NaOH 16%, 1:5, ρ = 1,1698 dengan berat bahan 70 gr
M =
• Pembuatan larutan NaOH 17,5 % sebanyak 1 lt
ρ = 1,1862
• Pembuatan larutan NaOH 8,3 % sebanyak 500 ml
Laporan Penelitian
• Pembuatan H2O2 2 %
M1 x V1 = M2 x V2
0,02 x 1000 = 0,5 x V2
Laporan Penelitian
Laporan Penelitian
Gambar 1. Proses Prehidrolisa
Proses Prehidrolisa yang mana serat
dimasak dengan aquadest pada suhu
100 oC dengan perbandingan 1 : 6
berat bahan, selama 1 jam.
Serat pisang yang sudah mengalami
Proses Prehidrolisa
serat pisang yang sudah mengalami
proses prehidrolisa n pengeringan
dalam oven dengan suhu 105 OC
Laporan Penelitian
Gambar 2. Proses Delignifikasi
Proses Pemasakan serat pisang
dengan NaOH (Delignifikasi)
dengan suhu 105 oC selama 2 jam.
Setelah mengalami Proses
Pemasakan dengan NaOH, serat
pisang dicuci dengan air sampai
Laporan Penelitian
Gambar 3. Proses Bleaching
Proses Bleaching dengan
menggunakan H2O2 2 % dan
NaOCl 5 % selama 2 jam dengan
suhu 60 oC.
Serat pisang yang sudah mengalami
proses bleaching, dikeringkan dalam
oven dengan suhu 105 oC selama 2
jam.
Selulosa yang sudah mengalami
Laporan Penelitian