Pr ogram Acar a Dok umenter “PARADISO“ di TRANS7 )
SKRIPSI
Oleh :
HEDI AULIA BASKORO NPM. 0543310454
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JUDUL PROPOSAL : MOTIF REMAJ A SURABAYA MENONTON PGROGRAM
ACARA DOKUMENTER PARADISO DI TRANS7
Nama
: Hedi aulia baskoro
NPM
: 0443010144
Progdi
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah disetujui pada tanggal 23 November 2011
PEMBIMBING
TIM PENGUJ I :
1.
Juwito,Ssos,Msi
Drs. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT :367049500361
NPT : 370069400351
2.
Zainal Abidin Achmad,Msi,M.Ed
NPT : 373059901701
3.
Juwito, S.sos, M,si
NPT : 3 6704 95 00361
Mengetahui :
Ka. Progdi Ikom
HEDI AULIA BASKORO, 0543310454, Motif Remaja Sur abaya Menonton
Pr ogr am Acar a Dokumenter “PARADISO” di TRANS7 (Studi deskr iptif
kuantitatif tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Pr ogr am Acara
Dokumenter“PARADISO” di TRANS7)
Seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia, individu mulai aktif dalam menentukan media yang dapat menjadi sarana untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka. Program acara dokumenter “Paradiso”di TRANS7 menyajikan film dalam format televisi. Selain itu acara tersebut juga memberikan informasi mengenai kebudayaan lokal diberbagai daerah di Indonesia, dengan mengangkat cerita-cerita lokal beserta keindahan alamnya, Acaranya pun dikemas dengan beragam tema yang berbeda dalam setiap episode.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori uses & gratifications karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar dan khalayak secara aktif memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya sehingga mendapat kepuasan dari penggunaan media massa tersebut. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan informasi, identitas pribadidan kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan (hiburan).
Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multistage Cluter Random Sampling, yaitu pengambilan sampel ini dilakukan melalui tahap-tahap tertentu dengan sample gugus bertahap-tahap, dengan catatan gugus yang diambel sebagai sampel secara acak. Jadi setiap remaja yang ditemui secara acak menurut tempat penelitiannya mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel atau responden dalam penelitian. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan berkunjung ke Surabaya barat dan Surabaya Selatan.
Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang disebarkan maka dapat disimpulkan bahwa dalam menonton program dokumenter “Paradiso”di TRANS7 sebagian besar remaja yang didorong oleh motif informasi, identitas personal dan hiburan terdapat pada kategori sedang. remaja didasari oleh keinginan yang bervariasi, disisi lain mereka membutuhkan informasi tapi juga ingin mencari sosok yang dapat dijadikan panutan atau bahkan untuk menghibur diri terkait dengan motif mereka dalam menonton acara tersebut.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan ridhonya,
maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “MOTIF REMAJ A
SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER “ PARADISO
“ DI TRANS7 (Studi Deskriptif Motif remaja surabaya menonton program acara
dokumenter “ Paradiso” di TRANS7 )”. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi
Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, baik dalam penyajian material maupun
dalam pengungkapan bahasanya.
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari segala bimbingan,
bantuan, dan dorongan dari Bapak J UWITO S.sos Msi yang telah banyak memberikan
pengarahan dan dorongan yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati ingin
menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak J uwito, S.Sos, MSi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.Sekaligus
5.
Teman-teman angkatan 2004, terimakasih atas bantuannya
6.
Trapessiumers
(
Mas
wynn,
mb
ainun,
madam
tessa,bob,Mahmud,jojon,andhika,anggi and all trapessium)
Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang secara
langsung telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surabaya, 19 April 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HAL AMAN JUDUL ... i
HAL AMAN PERSETUJUAN ... ii
HAL AMANPENGESAHAN ... iii
ABSTRAKSI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 12
1.3. Tujuan Penelitian ... 13
1.4. Kegunaan Penelitian ... 13
1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 13
1.4.2. Kegunaan Praktis ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1. Landasan Teori ... 14
2.1.1. Komunikasi Massa ... 15
2.1.2. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 17
2.1.3. Teori Uses and Gratifications ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1. Definisi Operasional ... 31
a.Motif... 32
b.Remaja sebagai khalayak... 34
3.1.2 Pengukuran Variabel... 34 3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 39
3.2.1. Populasi ... 39
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 40
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.4. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 47 4.1.1. Gambaran Umum TRANS7 ... 47
4.1.2. Gambaran Umum Remaja Surabaya ... 48
4.1.3. Dokumenter PARADISO ... 50
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ... 51
4.2.1. Identitas Responden ... 51
4.2.2.2. Motif Identitas Personal ... 65
4.2.2.3. Motif Diversi (hiburan) ... 71
4.3. Motif Secara Keseluruhan ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
5.1 Kesimpulan ... 83
5.2. Saran... 83
DAFTAR TABEL……… …………. 84
DAFTAR PUSTAKA ... 96
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 53 Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 54 Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi
Menonton ... 55 Tabel 4.5. Karakter Responden berdasarkan Frekuensi Menonton 56 Tabel 4.6. Motif Kognitif Responden Ingin Tahu Tentang
Perkembangan tempat wisata di Indonesia ... 59 Tabel 4.7. Motif Kognitif Responden Ingin Tahu Tentang
Cerita-cerita diBerbagai Daerah di Indonesia ... 59 Tabel 4.8.. Motif Kognitif Responden Ingin Tahu Tentang
Tempat-tempat Indah dan Alami ... 60 Tabel 4.9. Motif Kognitif Responden Ingin Tahu Tentang
Kebudayaan diBerbagai daerah di Indonesia ... 61 Tabel 4.10. Motif Kognitif Responden Ingin Mendapatkan
Gambaran Yang Positif Dan Negatif ... 62 Tabel 4.11. Motif Kognitif Responden Ingin Memuaskan Rasa Ingin
Tahu ... 63 Tabel 4.12. Motif Kognitif Remaja Surabaya Dalam menonton
Dokumenter PARADISO di TRANS7 ... 64 Tabel 4.13. Motif Identitas Personal Menemukan Penunjang
Intropeksi Diri ... 66 Tabel 4.14. Motif Identitas Personal Menemukan Figur Untuk
dicontoh ... 67 Tabel 4.15. Motif Identitas Personal Mengidentifikasi Diri dengan
Tabel 4.16. Motif Identitas Personal Ingin Mengetahui Tentang Karakter Tokoh Yang ada di Dokumenter PARADISO di
TRANS7 ... 69
Tabel 4.17. Motif Identitas Personal Remaja Surabaya Dalam Menonton Dokumenter PARADISO di TRANS7 ... 70
Tabel 4.18. Motif Diversi Ingin Mencari Hiburan ... 72
Tabel 4.19. Motif Diversi Bosan Dengan Tayangan Yang Ada ... 73
Tabel 4.20. Motif Diversi Mengisi Waktu Luang ... 74
Tabel 4.21. Motif Diversi Melepaska Kejenuhan ... 75
Tabel 4.22. Motif Diversi Ingin Menyalurkan Hobi Menonton tayangan paradiso ... 76
Tabel 4.23. Motif Diversi Remaja Surabaya Menonton Dokumenter PARADISO di TRANS7 ... 77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 90
Lampiran 2 Rekapitulasi Motif Kognitif ... 95
Lampiran 3 Rekapitulasi Motif Identitas Personal ... 98
Lampiran 4 Rekapitulasi Motif Diversi ... 101
Lampiran 5 Rekapitulasi Identitas Responden ... 104
1.1.Latar Belakang Masalah
Globalisasi media massa berasal pada kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi semenjak dasawarsa 1970-an. Tren perubahan dan
perkembangan teknologi ini memungkinkan media massa menyebar dengan
cepat ke seluruh dunia menjadi sangat transparan terhadap berbagai macam
perkembangan teknologi, informasi dan transportasi. Hal ini memungkinkan
suatu negara mempengaruhi perkembangan masyarakat di negara lain
sehingga terciptalah dunia global yang berkembang tanpa batas budaya.
Fenomena ini dikenal dengan Global Village ( Naisbitt Aburdene, 1991 : 56 ).
Komunikasi yang digunakan peneliti sesuai dengan sasaran
komunikasi yaitu ditujukan / diarahkan kedalam ” komunikasi massa ”.
Komunikasi massa yaitu komunikasi yang ditujukan kepada massa atau
komunikasi yang menggunakan media massa. Komunikasi massa sangat
efektif karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audience yang praktis
tak terbatas. Sumber komunikasi massa pada umumnya adalah organisasi
besar yang memikul biaya besar untuk membuat atau menyampaikan pesan.
Pesan-pesan komunikasi massa bersifat terbuka ( setiap orang dapat
menerimanya ). Komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial
dan konteks sosial mempengaruhi media. Dengan kata lain, terjadi hubungan
2
media yang dipilih oleh peneliti adalah media massa. Media massa adalah
media yang digunakan untuk komunikasi massal, karena sifatnya yang massal
( Widjaja, 2000 : 35 ).
Seiring dengan perkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi,
dalam memperoleh informasi tidak hanya komunikasi secara langsung (tatap
muka), tetapi juga dapat melalui media massa untuk membantu komunikator
berhubungan dengan khalayaknya. Media massa dapat menjadi jembatan
untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak,
waktu, bahkan pelapisan sosial dalam suatu masyarakat. Media massa
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan respon dan kepercayaan
masyarakat. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokok media massa
membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
respon seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal yang dapat
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut.
Kehadiran media massa merupakan gejala awal yang menandai
kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Hal ini dapat dilihat melalui
meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media
massa dan bermunculan media baru yang menawarkan banyak pilihan pada
khalayaknya, yang pada akhirnya akan menimbulkan ketergantungan
masyarakat pada media elektronik tersebut. Media massa itu sendiri
(radio) dan audio visual ( televisi ) ; 2) Media cetak, yang terdiri dari koran
(surat kabar ), majalah, dan tabloid ( Sari, 1993 : 25 ).
Pada abad 21 ini perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
membuat media massa menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat
modern. Dalam media elektronik yang semakin canggih ini, terutama
perkembangan dunia audio visual (televisi), televisi adalah sebuah media
telekomunikasi terkenal sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta
suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun warna, televisi juga
dapat diartikan sebagai kotak televisi, acara televisi ataupun transmisi televis.
Kata “Televisi” merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa yunani
dan visio (penglihatan) dari bahasa latin sehingga televisi dapat diartikan
sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh, penemuan televisi
disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah
peradaban dunia. Di Indonesia televisi secara tidak formal disebut dengan tv,
tivi, teve atau tipi. Stasiun televisi, free-to-air di Indonesia yang salurannya
dapat ditangkap melalui antena UHF/VHF (terestrial). Sejak berlakunya UU
nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, izin penyelenggaraan stasiun televisi
melalui antena UHF/VHF (terestrial) yang dikeluarkan hanyalah untuk
stasiun televisi lokal, stasiun televisi yang ingin melakukan siaran nasional
harus melakukan siaran berjaring antar beberapa stasiun televisi lokal,
beberapa stasiun televisi yang ada di Indonesia : ANTV, GLOBAL TV,
4
Maka dari itu media televisi sudah menjadi kebutuhan masyarakat
untuk mengetahui perubahan serta peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain
mulai dari film, berita, hingga kemajuan teknologi yang tengah berlangsung.
Dibandingkan dengan media massa yang lain televisilah yang paling efektif
dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan
selain mengeluarkan suara, televisi juga menampilkan gambar, sehingga
informasi yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti. Pengaruh televisi
terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek – aspek
kehidupan pada umumnya. Televisi disini menimbulkan pengaruh terhadap
kehidupan masyarakat yang sudah terlanjur mengetahui dan merasakannya,
baik pengaruh yang positif ataupun pengaruh yang negatif. (Effendy,
1996:122)
Selain itu televisi juga memiliki kelebihan dan kekuatan tersendiri.
Kelebihan dari media televisi adalah paket acaranya yang mampu membuka
wawasan berpikir pemirsa untuk menerima dan mengetahui kejadian yang
berada di lingkungan masyarakat (Kuswandi, 1996 : 94). Sedangkan kekuatan
dari media televisi adalah menguasai jarak dan ruang, dapat menjangkau
massa dalam jumlah besar, nilai aktualitas yang cepat, daya rangsang
pemirsanya yang cukup tinggi, serta menyampaikan informasi dengan lebih
singkat, jelas, dan sistematis. Mengingat kemampuan televisi dalam
menguasai jarak secara geografis dan sosiografis. (Kuswandi, 1996) maka
televisi dapat memberikan pengaruh yang lebih besar pada khalayak
Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini media
menempatkan diri sebagai sarana yang dapat memenuhi kebetuhan khalayak,
tak terkecuali media televisi. Hal ini tidak lepasnya dari semakin
kompleksnya kebutuhan manusia yang menginginkan pemenuhan secara
instan. Kondisi tersebut di manfaatkan banyak industry televisi di negeri ini
untuk saling bersaing menyuguhkan tayangan yang dapat memenuhi hasrat
khalayak sebagai pemirsa televisi.
Semakin bertambahnya jumlah stasiun televisi swasta yang
mengudara saat ini merupakan bukti dari ketergantungan khalayak akan
keberadaan media. Misalnya stasiun televisi swasta TRANS7 yang berusaha
untuk dapat memenuhi kebutuhan khalayak dengan program acara yang
bervariasi dan beda. Dari beberapa program acara yang ditawarkan oleh
TRANS7 pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan stasiun televisi swasta
lainnya. Misalnya program siaran berita, reality show, infotainment, kuis,
sinetron, acara musik dan program siraman rohanibagi umat beragama,dan
juga Dokumenter.
Istilah "dokumenter" atau documentary (bahasa Inggris), adalah
turunan dari kata Perancis, documentaire. Yang artinya, sebuah film atau
pembicaraan yang menggambarkan perjalanan di suatu negeri tertentu.
Apakah cara pengambilan gambarnya secara langsung atau direkaulang,
sampai tahun 1960-an, film dokumenter yang tradisional adalah urusan
6
Dokumenter bukanlah reproduksi dari realitas, tetapi merupakan
representrasi dari dunia yang kita huni. Jika reproduksi diartikan sebagai
sekadar meng-copy dari sesuatu yang sudah ada, maka representasi berarti
menetapkan pandangan tertentu terhadap dunia. Yakni, suatu pandangan yang
mungkin tak pernah kita temui sebelumnya, bahkan sekalipun aspek-aspek
dari dunia yang direpresentasikan itu sudah akrab dengan kita atau sering kita
lihat.
Kita menilai sebuah reproduksi dari keserupaannya dengan yang asli
(orisinal), dari kapasitasnya untuk persis, bertindak sama, dan melayani
fungsi dan manfaat yang sama dengan yang asli. Semakin persis atau
menyerupai dengan yang asli, semakin baik.
Sedangkan di sisi lain, kita menilai sebuah representasi lebih pada
hakikat kesenangan yang ditawarkan, nilai-nilai wawasan atau pengetahuan
yang disampaikan, dan kualitas orientasi atau disposisi, nada atau perspektif
yang dihadirkan. Kita biasanya mengharapkan lebih banyak dari representasi,
ketimbang dari reproduksi.
Hal ini dengan cepat bisa ditunjukkan dalam fotografi. Sebuah lokasi
yang akan dipotret mungkin dan seharusnya direpresentasikan secara benar.
Namun, sejumlah artis bisa melihat dan merepresentasikan kebenaran lebih
banyak dan lebih hebat, dari sekadar seorang biasa yang kebetulan lewat di
Dokumenter adalah apa yang kita sebut "fuzzy concept," suatu konsep
yang tidak jelas. Tidak semua film yang disebut sebagai dokumenter
memiliki kesamaan yang dekat antara satu dengan yang lain, sebagaimana
banyak alat transportasi yang bisa disebut sebagai "wahana" (vehicle).
Dokumenter tidak mengadopsi inventori teknik yang tetap (fixed),
tidak terikat pada seperangkat isu/tema tertentu untuk diangkat, serta tidak
memperagakan bentuk atau gaya tampilan yang tunggal. Tidak semua
dokumenter memiliki perangkat karakteristik atau ciri-ciri yang sama. Praktik
film dokumenter adalah arena di mana hal-hal terus berubah. Berbagai
pendekatan alternatif terus-menerus dicoba dan kemudian diadopsi oleh yang
lain, atau ditinggalkan. Kontestasi terjadi.
Ketidakjelasan definisi muncul sebagian karena definisi-definisi itu
berubah bersama waktu, dan sebagian yang lain karena pada setiap momen
tidak ada satu definisi pun yang bisa mencakup semua film, yang mungkin
kita anggap sebagai dokumenter.
Kita bisa memperoleh pegangan yang lebih baik dalam
mendefinisikan dokumenter, dengan mendekatinya dari empat sudut:
lembaga, praktisi, teks (film dan video), dan audiens.
Namun salah satu cara mendefinisikan dokumenter adalah dengan
8
program sebagai dokumenter, maka program/film itu diberi label dokumenter,
sebelum aktivitas dari pihak penonton dan kritikus film dimulai.
Definisi ini, meskipun berputar-putar, berfungsi sebagai pertanda awal
bahwa suatu karya dapat dianggap sebagai dokumenter. Konteks akan
memberi pertanda. Jika sponsornya adalah Dewan Film Nasional Kanada,
Fox TV, History Channel, atau Michael Moore, kita membuat asumsi tertentu
tentang status dokumenter dari film tersebut, serta derajat obyektivitas,
reliabilitas, dan kredibilitasnya. Kita membuat asumsi tentang status
non-fiksinya dan rujukannya ke dunia historis kita bersama, ketimbang dunia yang
dikhayalkan pembuat film fiksi.
Kerangka kelembagaan juga menetapkan suatu cara kelembagaan
dalam melihat dan bicara, yang berfungsi sebagai seperangkat batasan atau
konvensi, bagi pembuat film dan audiens. Untuk mengatakan "tak perlu
dijelaskan lagi" bahwa pada sebuah dokumenter akan terdapat komentar
berbentuk voice-over, atau "Setiap orang tahu" bahwa sebuah dokumenter
harus menampilkan dua sisi pandang dari suatu tema yang diangkat, adalah
sama dengan mengatakan apa yang biasanya terdapat dalam kerangka
kelembagaan spesifik.
( www.wikipediaprogramdokumenter.com )
Kekurangan kebutuhan masyarakat terhadap hiburan macam ini
tahu mereka terhadap tempat-tempat yang menyimpan potensi wisata
indah di berbagai daerahdi Indonesia. Dengan kata lain, ini adalah sebuah
tantangan lain menjadi pendorong utama masyarakat menyukai
tayangan-tayangan yang mengupas keindahan alam dan budaya yang saat ini masih
kurang mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat setempat.
Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk
dalam televisi, tentu saja tidak lepas dari adanya kebutuhan serta dorongan
yang timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang
menggunakan televisi sebagai sumber informasinya. Dorongan inilaah
yang sering disebut motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan mempertahankan eksistensinya (Effendi, 1993 : 45).
Secara umum beberapa kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh media
massa adalah kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan
hiburan, (diversi), kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu
yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri (identitas
personal) (Rakhmat, 2001 : 66). Jadi kebutuhan untuk menonton Program
acara documenter “Paradiso” sebagai jawaban adanya kebutuhan untuk
mengetahui bagaimana tayangan Dokumenter Paradiso bisa memberikan
informasi, wawasan dan pengetahuan bagi Masyarakat khususnya para
remaja
Kebutuhan pada setiap individu tidaklah sama. Kebutuhan yang
10
maka timbullah motif untuk menonton Program dokumenter paradiso di
TRANS7. Motif kognitif adalah keinginan remaja yang menonton
Paradiso untuk menambah pengetahuan baru. Motif diversi yaitu
keinginan untuk mendapatkan hiburan. Dan motif identitas personal yaitu
menonton Program dokumenter paradiso untuk memperkuat situasi
khalayak sendiri.dan yang terakhir motif interaksi sosial.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah motif
apakah yang mendorong Remaja untuk menonton Program dokumenter
“paradiso “ di TRANS7. Apakah itu motif Remaja untuk menambah
pengetahuan baru, motif Remaja untuk mencari hiburan dan keinginan
Remaja untuk mendapatkan identitas personal dengan situasi khalayak
sendiri. Namun yang menjadi pokok permasalahan adalah pesan yang
disampaikan dalam paradiso akankah ada kemungkinan untuk terpenuhi
dengan baik sesuai dengan kebutuhannya.
Teori yang digunakan untuk meneliti motif Remaja dalam
menonton tayangan program acara Program dokumenter paradiso adalah
teori uses and gratification yang menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi
dan sosial khalayak. Jadi menitik beratkan pada khalayak yang aktif, yang
sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus ( Effendy,
1999 : 289 ) model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada
terhadap media. Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya.
Dipilihnya Remaja karena masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah mengalami
perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat, dimana secara fisik
remaja telah menyamai orang dewasa, tetapi secara psikologis mereka
belum matang sebagaimana yang dikemukakan oleh Calon (1953) masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan
karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki
status anak-anak (Monsk, 2002). Perkembangan fisik dan psikis
menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut
oleh orang barat sebagai periode sturm und drung dan akan membawah
akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta
kepribadian remaja. Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberikan
definisi tentang remaja secara lebih konseptual,sebagai berikut (Sarwono,
2001): Remaja adalah suatu masadimana:Individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat
ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan
psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.Terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
12
masa remaja juga mempunyai ciri antara lain energik, suka akan
petualangan dan suka akan hal-hal baru, dalam Paradiso remaja akan
menemukan hal tersebut, peneliti memilih remaja karena pada masa
remaja adalah masa transisi yang tepat untuk memikirkan
kejadian-kejadian pada masa kini dan masa yang akan datang, apalagi jam tayang
Paradiso yaitu setiap hari sabtu pukul 15.30 WIB. Jadi kemungkinan besar
yang melihat adalah masyarakat khususnya remaja. Seperti yang
dikatakan Monks et. Al. (2002 : 260) dalam bukunya Psikologi
Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu masa remaja
awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun) dan masa
remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka
bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada
tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.
Sedangkan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Surabaya
karena masih banyak menyinpan potensi wisata seperti manggrove di
tambak wedi kenjeran
Berdasarkan uraian diatas pada dasarnya peneliti ingin melakukan
penelitian dengan menitik beratkan pada motif yang mendasari individu
(remaja) menonton tayangan dokumenter “Paradiso” di TRANS7. Dari
sini peneliti berusaha untuk mengetahui apa motif remaja Surabaya dalam
menonton program Dokumenter “Paradiso” di TRANS7
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah motif Remaja Surabaya menonton program Dokumenter
“Paradiso” di TRANS7 ?
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif remaja Surabaya
menonton program dokumenter “Paradiso” di TRANS7.
1.4.Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teor itis.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi tentang penelitian
terhadap motif pemirsa terhadap tayangan Dokumenter sebagai
referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Pr aktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan
masukan bagi media televisi yang berkaitan dengan motif pemirsa
dalam menonton sebuah program acara, khususnya program acara
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa berarti penyebaran pesan dengan menggunakan
media massa modern antara lain televisi, radio dan film. Dengan kata lain
ditunjukkan kepada massa yang abstrak yaitu sejumlah orang yang tidak
nampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio
dan penonton televisi tidak tampak oleh komunikator. Dengan demikian,
jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi dengan menggunakan
media sifatnya adalah satu arah (one way traffic). Begitu pesan
disampaikan oleh komunikator, tidak diketahui apakah pesan ini diterima,
dimengerti atau dilakukan oleh komunikan wartawan, penyiar radio,
penyiar televisi tidak mengetahui nasib pesan yang disampaikan kepada
khalayak (Effendy, 2003 : 20).
Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran
media yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua
komponen yang berinteraksu (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang
diberi kode oleh sumber (encode), disalurkan melalui sebuah saluran dan
diberi kode oleh penerima (decode), tanggapan yang diamati penerima
merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara
Terkait dengan pendapat Devito yang dikutip oleh Effendy (2003 :
21), bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui
media massa, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri kkhusus yang
disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai
berikut :
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Berbeda dengan komunikasi antar personal (interpersonal
communication) yang berlangsung dua arah (two way traffic
communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one way
communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari
komunikan kepada komunikator.
b. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,
yakni suatu institusi atau organisasi. Hal ini berbeda dengan
komunikator lainnya, misalnya kiai atau dalang yang munculnya
dalam suatu forum bertindak secara individual, atas namanya sendiri,
sehingga ia mempunyai lebih banyak kebebasan. Komunikator mada
komuniksi massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi
dan radio karema media yang dipergunakannya adalah suatu lembaga
dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama
lembaga, sejalan dengan kebijakan (policy) surat akabar dan stasiun
televisi atau radio siaran yang diwakilinya. Ia tida mempunyai
16
pendapat (freedom of expression atau freedom of opinion) merupakan
kebebasan terbatasi (restrieted freedom).
c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum karena
ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak
ditujukan kepada perseorangan atau kepada kelompok orang tertentu.
Hal ini yang antara lain membedakan media massa dengan media
nirmassa bukan media massa surat kabar kampus, radio telegrafi atau
radio citizen band. Film dokumenter atau televisi siaran sekitar,
bukanlah media massa, melainkan media nirmassa karena ditujukan
kepada sekelompok orang tertentu.
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserampakan
Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan
keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang
disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki
dibandingkan dnegan media komunikasi lainnya. Pesan yang
disampaikan melalui radio siaran dalam bentuk pidato, misalnya pidato
presiden, akan diterima oleh khalayak dalam jumlah jutaan, bahkan
puluhan juta atau ratusan juta, serempak bersama-sama pada saat
presiden berbicara.
e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota
sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam
keberadaannya secara terpencar-pencar dimana satu sama lainnya tidak
saling mengenal dan tidak saling memiliki kontak pribadi,
masing-masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelamin, usia, ideologi,
pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hiup,
keinginan, cita-cita dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti
itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam
menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu
atau khalayak menghendaki keinginannya dipenuhi. Bagi para
pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk
memenuhinya. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati keinginan
seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan mereka
menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan,
kebudayaan, hobi dan lain-lain (Effendy, 2003 : 22).
Demikian ciri-ciri komunikasi dengan menggunakan media massa
untuk membandingkan dnegan komunikasi yang memakai media
nirmassa. Meskipun pada hakekatnya penggunaan media massa dan media
nirmassa itu saling mengisi pengoperasiannya, baik secara regional,
nasional maupun secara internasional.
2.1.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving
18
televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin dapat
melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika
tida ada unsur-unsur film. (Effendy, 2003:174).
Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi”
(vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip
radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar tidak
mungkin ada apa-apa yang dapat dilihat. Para penonton dapat menikmati
siarat televisi, kalau pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan
gambar-gambar yang dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang
bergerak. (Effendy, 2003:174).
Televisi dikatakan sebagai “saudara muda” dari radio, karena
lahirnya sesudah radio dan karenanya, sebagaimana dikatakan tadi
dasarnya adalah radio.
Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan
menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, inforamsi, maupun
pendiidikan dengan sangat memuaskan. Penonton televisi tidak perlu
susah-susah pergi ke gedung bisokop atau gedung sandiwara karena
pesawat televisi menyajikan ke rumah. (Effendy, 2004:60).
Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih
lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang
banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku
masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. (Morrisan, 2004:1)
2.1.3. Teor i Uses and Gratifications
Teori Uses and Gratifications menunjukkan yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubahs ikap dan
khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
khalayak. Jadi bobonya adalah pada khalayak yang aktif yang sengaja
menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2003 : 289).
Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya, sehingga timbul istilah uses and gratifications yang itu
penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Rakhmat, 2002 : 65).
Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa
berguna bahwa konsumi media diarahkan oleh motif (intentionality),
bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi
(selectivity) dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (strunborn).
Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai salah satu situasi
ketika kebutuhan ini terpenuhi. Mengenai kebutuhan biasanya orang
merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham
Maslow (1954) dalam effendy (2003 : 2090) ia membedakan lima
20
a. Kebutuhan Psikologi (Physiological Needs) adalah kebutuhan primer
yang menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia seperti
kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.
b. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs) adalah kebutuhan mengenai
perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil dan terjaminnya
keamanan diri.
c. Kebutuhan Cinta (Love Needs) adalah kebutuhan akan dicintai,
diperhitungkan secara pribadi.
d. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) adalah kebutuhan dihargai
secara prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization Needs) adalah kebutuhan
mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara
maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.
Teori Uses and Gratifications menurut Kats. Gurevitch dan Haas
dalam Efendy (2003 : 294) dimulai dengan lingkungan sosial (social
environment) yang menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan sosial
tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Kebutuhan kognitif (Cognitive Needs) adalah kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman
mengenai lingkungannya. Hal yang terkait dalam penelitian ini adalah
bagaimana remaja surabaya membutuhkan informasi, pengengetahuan
a. Kebutuhan afektif (Affective Needs) adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, emnyenangkan
dan emosional.
b. Kebutuhan pribadi secara integratif (Personal integrative Needs)
adalah kebutuhan yang terkait dengan kreativitas.
c. Kebutuhan pelepasan (Escapist Needs) adalah kebutuhan yang
berkaitan dengan upaya menghindari dari tekanan, ketegangan dan
hasrat akan keanekaragaman.
Menurut para pendiri Katz. Gurevitch dan Blumler, uses and
gratifications meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan
tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada
pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan
kebutuhan dan akibat-akibat lain.
Lebih lanjut untuk memahami teori uses and gratifications m,
maka sebagaimana yang dikutip Rakhmat (2007 : 66) dari Katz. Gurevitch
dan Blumler dijelaskan bahwa dalam motif yaitu kognitif, diversi dan
identitas personal. Teori ini menunjukkan bahwa bagaimana media
memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak, bukan bagaimana media
mengubah sikap dan perilaku khalayak. Asumsi dari teori ini adalah
khalayak yang aktif dan sengaja menggunakan media untuk mencapai
tujuan khusus. Jadi jelaslah penggunaan media massa karena didorong
oleh motif-motif tertentu dan karena adanya berbagai kebutuhan yang
22
media massa dapat memberikan hiburan. Seseorang mengalami goncangan
batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari
masalahnya. Dan jika seseorang kesepian, maka media massa dapat
berfungsi sebagai sahabat.
2.1.4. Definisi dan Deskr ipsi Motif
Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan pasti didasarkan
pada motif-motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari
pada kebutuhan. Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau
melakukan seseuatu sedikit banyak ada kebutuhan di dalam dirinya atau
ada sesuatu yang hendak dicapai. Menurut W.A. Gerungan (1991 : 140),
motif adalah suatu pengertian yang melingkupi semua pengegrak
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
individu berbuat sesuatu. Motif manusia yang menyebabkan individu
berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat
dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dirinya, untuk melakukan
sesuatu. Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku
kita.
Menurut Teevan dan Smith menyatakan bahwa motivasi merupakan
konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih
spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertenu
disebut motif. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa motif mempunyai
yang lain adalah menggerakkan perilaku (Martaniah, 1984 : 13).
Sedangkan menurut Purwanto (1996 : 193) motif adalah sebagai seluruh
aktifitas mental yang dirasakan atau yang dialami dan memberikan kondisi
sehingga terjadi suatu perilaku.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya motif
itu timbul karena adanya kebutuhan, atau dengan kata lain motif
merupakan ciri dari kebutuhan dan berfungsi menggerakkan serta
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
Ada beberapa pengklasifikasian motif dari berbagai ahli komunikasi,
tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut Blumler
dalam Rakhmat (2001 : 66) yaitu kognitif, identitas personal dan diversi.
Adapun tiga jenis motif menggunakan media secara umum dijabarkan
sebagai berikut :
a. Motif Kognitif (kebutuhan akan informasi)
Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau
informasi tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, dorongan mencari
konfirmasi untuk menentukan pendapat atau suatu pilihan, dorongan
rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan memperoleh rasa
aman melalui pengetahuan yang didapat.
b. Motif Identitas Personal (personal identity)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau
24
khalayak sendiri menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri
dengan nilai-nilai, meningkatkan harga diri dan meningkatkan
pemahaman diri.
c. Motif Diversi (kebutuhan akan hiburan)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri
dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh
kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.
2.1.5. Remaja Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan
sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton
dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang
lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu
memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym,
serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak
konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail,
1994:201).
Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media
televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya,
tertarik minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan
komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal
yaitu: pertama, heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah
terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula
menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan
kebudayaan. Kedua, pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti
oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat
pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu. Ketiga, aktif
yakni pemirsa sifatnya aktif. Mereka aktif, seperti apabila mereka
menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka
berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada
pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi, benar
atau tidak. Keempat, selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih
program televisi yang disukainya (Effendy, 1990:84).
Dalam penelitian ini khalayak yang dijadikan objek penelitian
adalah remaja. Secara psikologis, remaja adalah suatu masa di mana
individu mulai terintegrasi beralih ke dalam masyarakat dewasa. Pada
masa remaja perkembangan intelektual juga sedang mengalami
perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Transformasi
intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya
mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga
merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua perkembangan.
Seperti yang dikatakan Monks et. Al. (2002 : 260) dalam bukunya
Psikologi Perkembangan, bahwa Remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu
masyarakat masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan
26
digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa
mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.
Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia
yang sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.
Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja
mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan
remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan
mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar
melihat apa adanya. Kemampuan intelektual ini yang membedakan fase
remaja dari fase-fase sebelumnya (Ali, 2005 : 9). Karena itulah pada fase
ini, remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi
haus akan informasi dan informasi bisa didapat dari berbagai sumber yang
termasuk diantaranya adalah media massa.
Secara umum, remaja lebih menyukai artikel-artikel hiburan,
sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan
masalah-masalah umum. Namun, pembaca yang berpendidikan lebih suka dengan
artikel-artikel hiburan (Rivers, William L, 2003 : 303).
Menurut Gunarsa (1989) terdapat beberapa karakteristik remaja
yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan
petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab
pertentangan-pertentang dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak
sanggup memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10.Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan
kegiatan berkelompok.
Dipilihnya program paradiso di TRANS7 karena program ini lebih
mengangkat nilai – nilai budaya, wisata dan keindahan alam yang
jarang ter exphose oleh media dan menjadi hal baru bagi masyarakat ,
di bandingakan dengan program – program wisata lain yang ada di
televisi yang hanya menampilkan sosok artis yang sedang berwisata
dan sedikit nilai wawasan seperti salah satu acara dokumenter “
WARA – WIRI “ acara tersebut lebih dominan ke komedi yang di
buat oleh “Komeng & Adul” dan objek wisata yang di kunjungi
28
2.1.6. Par adiso
"Indonesia itu indah kawan". Terletak diantara dua samudra dan dua
benua, menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat strategis.
Rangkaian 17.508 pulau besar dan kecil sepanjang 5.150 km membuat
Indonesia memiliki keragaman alam dan budaya yang mengagumkan.
Wajar saja jika Indonesia menjadi tujuan wisata bagi siapa saja yang ingin
menikmati cantiknya Indonesia. Sayangnya menjelajahi surga di Asia
Tenggara ini memiliki hambatannya sendiri. Sarana dan prasarana yang
kurang mendukung diperparah dengan kurangnya perhatian pemerintah
terhadap potensi wisata Indonesia. Permasalahan inilah yang menghambat
perkembangan pariwisata tanah air. Begitu banyak potensi wisata yang
belum tergarap, sehingga tidak menjadi kekuatan pertumbuhan ekonomi
daerah setempat. Sayang bukan? Paradiso bertujuan untuk menggali dan
mempromosikan potensi wisata Indonesia yang terabaikan. Secara kritis
berusaha mengingatkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk lebih
memperhatikan potensi-potensi wisata yang ada didaerahnya tanpa harus
merusak kelestarian alam. Agar kecantikannya tersebar kemana-mana dan
membawa manfaat bagi generasi yang akan datang. Jadi ikuti perjalanan
Paradiso setiap hari Minggu jam 15:30-16:00 WIB di TRANS7. Ingat!
Indonesia itu indah kawan. Paradiso.).
2.2. Ker angka Berfikir
Manusia mempunyai banyak kebutuhan, seperti kebutuhan fisiologis,
kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat agar mendapatkan penghargaan atau sebagai
aktualisasi dirinya adalah kebutuhan akan informasi dan hiburan.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar dan khalayak
secara aktif memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga
mendapat kepuasan dari penggunaan media tersebut. Khalayak mempunyai
berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan dan berharap dengan
menggunakan media dapat memenuhi sebagian dari kebutuhannya.
Kebutuhan tersebut antara lain :
a. Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
informasi, pengetahuan dan pemahaman atas lingkungan.
b. Kebutuhan Identitas Personal, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan mengidentifikasikan diri, meningkatkan harga diri dan
meningkatkan pemahaman diri.
c. Kebutuhan Hiburan, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
untuk melepaskan diri dari permasalahan atas ketegangan, dorongan
bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.
Menonton program film televisi didasarkan pada motif-motif tertentu
dan motif timbul karena adanya kebutuhan. Menurut Blummer dalam
Rakhmat (2001 : 65) motif dapat diartikan sebagai keinginan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan baru, keinginan untuk mencari hiburan
30
Dalam hal ini paradiso sebagai program televisi yang memberikan
tayangan yang bisa memberikan pengetahuan baru bagi remaja. Tayangan
berdurasi 30 menit dengan iklan-iklannya menjadi Program televisi yang
menjadi unggulan berkat kesuksesan program sebelumnya yaitu jejak
petualang yang bisa menarik perhatian masyarakat untuk menggali wawasan
terhadap wisata yang ada di indonesia. Oleh karena itu peneleti berusaha
meneliti motif Remaja surabaya menonton program dokumenter “paradiso”
di TRANS7
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berpikir sebagai
berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Kebutuhan para penonton film :
1. Cognitive Needs 2. Affective Needs 3. Personal
Integrative Needs 4. Social Inegrative
Needs 5. Escapist Needs
Motif kebutuhan media :
1. Motif Kognitif 2. Motif Identitas
Pribadi 3. Motif Hiburan
Remaja surabaya yang menonton program dokumenter “paradiso “ di
3.1. Definisi Op er a sional dan Penguk ur an Var iabel
3.1.1. Definisi Op er a sional
Definisi operasional adalah segala sesuatu yang akan menjadi
obyek pengamatan dalam penelitian yang dapat diamati atau
dioperasionalkan. Sehubungan dengan pernyataan diatas, maka pada
penelitian ini peneliti tidak membicarakan hubungan antara variabel
sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. Penelitian ini
difokuskan pada motif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton
Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 , sehingga
penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan tipe
analisis deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan motif
Remaja tersebut.
Dalam hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai semua
penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri
manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena
adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari
kebutuhan. Motif tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan (need)
seseorang atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan
32
A. Motif
Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai dorongan dari
dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu motif timbul karena
adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.
Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan
kategori motif menurut Blumer dalam Rakhmat (2001:66), dimana motif tersebut
meliputi:
1. Motif Informasi
Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat
tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:
a. Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan baru tentang
perkembangan film televisi di Indonesia.
b. Ingin mendapatkan informasi tentang cerita-cerita lokal diberbagai
daerah di Indonesia.
c. Ingin mendapatkan informasi tentang tempat-tempat yang indah
dan alami di berbagai daerah di Indonesia.
d. Ingin mendapatkan informasi tentang kebudayaan diberbagai
daerah di Indonesia.
e. Ingin mendapatkan informasi kekayaan alam di Indonesia menjadi
potensi wisata di Indonesia
f. Ingin memuaskan rasa ingin tahu akan program Paradiso di
2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)
Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi
khalayak sendiri, yang terdiri dari:
a. Menemukan penunjang untuk intropeksi diri.
b. Menemukan figur untuk dicontoh.
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai yang ada dalam
tayangan tersebut.
d. Ingin mengetahui karakter pembawa acara paradiso (karena
merupakan gambaran diri manusia itu sendiri).
3. Motif Hiburan (Diversi)
Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan,
yang terdiri dari:
a. Mencari hiburan.( remaja ingin mencari informasi yang akan
membuat mreka menjadi terhibur )
b. Bosan dengan tayangan yang ada.( tayangan dokumenter selain
paradiso
c. Mengisi waktu luang. ( remaja pada jam tayangan tersebut lebih
banyak menonton acara di televisi )
34
e. Menyalurkan hobi menonton program acara dokumenter tentang
wisata.
B. Remaja Sebagai Khalayak
Remaja di kota Surabaya disini merupakan khalayak sasaran (target
audience). Seperti yang dikatakan Monks et. Al. (2002 : 260) dalam
bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase
yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18
tahun) dan masa remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih
digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa
mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.
Namun dalam penelitian ini peneliti menentukan remaja yang dijadikan
objek penelitian adalah yang berumur 16-21 tahun. Hal ini dikarenakan
remaja pada umur tersebut mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji
hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya
daripada sekedar melihat apa adanya.
3.1.2. Pen guk ur an Var iabel
Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan
menggunakan model skala Likert (skala sikap) dengan rasio ordinal.
Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan
menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya.
Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar
jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan
kesetujuan dan ketidaksetujuannya (Singarimbun, 1987 : 111).
Pilihan jawaban masing-masing pernyataan digolongkan dalam
empat macam kategori yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban
ragu-ragu (undecided) alasannya menurut Hadi (1981 : 20) adalah sebagai
berikut :
a. Kategori undecided memiliki arti ganda. Bisa diartikan belum dapat
memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang
memiliki arti ganda (multiple interpretable) ini tidak diharapkan
dalam instrumen.
b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan
menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka
yang ragu-ragu akan kecenderungan jawaban.
c. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya
data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang
dapat dijaring oleh responden.
Pada tahap selanjutnya empat kategori jawaban diatas akan
diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden.
36
Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4, jika responden sangat
menyetujui dan sependapat dengan
pernyataan yang diajukan.
Setuju (S) : diberi skor 3, jika responden setuju akan
tetapi ada keraguan dengan pernyataan
yang diajukan
Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2, jika responden tidak
sependapat dengan pernyataan yang
diajukan.
Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1, jika responden sangat tidak
sependapat dengan pernyataan yang
diajukan.
Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap
item dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total tiap pernyataan
tersebut untuk masing-masing individu.selamjutnya tiap-tiap indikator
untuk motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam
angket. Kemudian jawaban yang telah dipilih diberi skor dan ditotal.
Total skor dari tiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval,
yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan
menggunakan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan
rumus :
R (range) =
diinginkan yang
Jenjang
dah Skor teren
Keterangan :
Range : batasan dari setiap tingkatan
Skor tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item
pertanyaan
Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item
pertanyaan
Jenjang : 3 (tinggi, sedang, rendah)
Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval
jawaban untuk mengetahui Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton
Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7
1. Pada motif kongnitif terdapat enam item pertanyaan untuk responden yang
menonton program acara dokumenter PARADISO di TRANS7, sebagai
berikut:
Motif informasi : (4 x 6) – (1 x 6) = (24 – 6) = 6
3 3
Rendah = 6 – 12
Sedang = 13 – 18
Tinggi = 19 – 24
Rendah : Mempunyai tingkat motif informasi yang rendah artinya tingkat
informasi yang didapatkan dari menonton tayangan program
38
Sedang : Mempunyai tingkat motif informasi yang sedang dalam arti tingkat
informasi yang didapatkan setelah menonton tayangan program
dokumenter “PARADISO” di TRANS7 hanya sebagian saja.
Tinggi : Mempunyai tingkat motif informasi yang tinggi artinya tingkat
informasi yang didapat setelah menonton tayangan program acara
dokumenter “PARADISO” di TRANS7 sangat banyak.
2. Pada motif identitas personal terdapat lima item pertanyaan untuk responden
yang menonton Program acara dokumenter “PARADISO” di TRANS7,
sebagai berikut:
Motif identitas personal : (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 4
3 3
Rendah = 4 – 8
Sedang = 9 – 12
Tinggi = 13 – 16
Rendah : Mempunyai tingkat motif yang rendah artinya tingkat identitas
personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara
dokumenter PARADISO di TRANS7 sangat kecil.
Sedang : Mempunyai tingkat motif yang sedang dalam arti tingkat identitas
personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara
dokumenter PARADISO di TRANS7 hanya sebagian.
Tinggi : Mempunyai tingkat motif yang tinggi artinya tingkat identitas
personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara
3. Pada motif hiburan (Diversi) terdapat lima item pertanyaan untuk responden
yang menonton Program acara dokumenter PARADISO di TRANS7, sebagai
berikut:
Motif hiburan : (4 x 5) – (1 x 5) = (20 – 5) = 5
3 3
Rendah = 5 – 10
Sedang = 11 – 15
Tinggi = 16 – 20
Rendah : Mempunyai tingkat motif hiburan yang rendah artinya tingkat
hiburan yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara
dokumenter PARADISO di TRANS7 sangat sedikit.
Sedang : Remaja sebagai pemirsa mempunyai tingkat motif hiburan yang
sedang dalam arti tingkat hiburan setelah menonton tayangan
program acara dokumenter PARADISO di TRANS7 hanya
sebagian saja.
Tinggi : Remaja sebagai pemirsa mempunyai tingkat motif hiburan yang
tinggi dalam arti tingkat hiburan yang didapatkan setelah menonton
tayangan program acara dokumenter PARADISO di TRANS7
sangat banyak.
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel
40
Dalam melakukan penelitian, peneliti memiliki keterbatasan biaya,
waktu dan tenaga yang tidak memungkinkan untuk meneliti keseluruhan
dari objek yang dijadikan pengamatan. Peneliti hanya bisa mempelajari,
memprediksi, dan menjelaskan sifat-sifat suatu objek atau fenomena hanya
dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari objek atau fenomena
tersebut. Sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan
diamati inilah yang disebut sampel. Sedangkan keseluruhan objek atau
subjek yang diteliti disebut populasi. (Kriyantono,2007:149)
Populasi dalam penelitian ini adalah Remaja Surabaya berusia 16 -
21 tahun dengan jumlah 224.567 jiwa tersebar dalam 5 wilayah Surabaya
pusat, Surabaya utara, Surabaya timur, Surabaya selatan dan Surabaya
barat. (BPS 2011).
3.2.2. Sampel da n Tek nik Penar ik an Sampel
Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menghitung
responden menggunakan rumus Yamane (Bungin, 2005 : 105) adalah :
n =
(
)
2+
1
d
N
N
Keterangan :
N = jumlah populasi
d = nilai presisi (ditentukan sebesar 90% atau 0,1)
n = 1 ) 1 , 0 ( 567 . 224 567 . 224 2+ n = 67 , 2246 567 . 224
n = 99,95 dibulatkan menjadi 100 remaja.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan
Multistage Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel ini
dilakukan melalui tahap – tahap tertentu atau dengan sample gugus
bertahap. Dengan catatan bahwa gugus yang akan diambil sebagai
sampel harus secara acak. (Singarimbun, 1989 : 166). Sampel disini
adalah Motif Remaja surabaya menonton program acara dokumenter
PARADISO di TRANS7. Mengingat responden dalam penelitian ini
banyak dan tersebar dalam wilayah kota Surabaya, populasinya dipilih
secara acak (random) dan keadaan populasi bersifat homogen dan juga
agar memudahkan penghitungan dalam penelitian ini.
a. Langkah pertama adalah mengetahui wilayah yang terdapat di kota
Surabaya yaitu Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Selatan,
Surabaya Utara, dan Surabaya Pusat. Kemudian diarnbil secara acak
(random) muncul wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Selatan.
b. Diambil secara acak (random) lagi ke bagian Kelurahan, wilayah
42
Lakarsantri. Dari wilayah Selatan terpilih Kecamatan Wonokromo
dan Kecamatan Wonocolo
c. Langkah ketiga, dilakukan pemilihan daerah kelurahan. Dari
Kecamatan Benowo, terpilih Kelurahan Sememi dan kelurahan
Kandangan Dari kecamatan Lakarsantri terpilih kelurahan
Lakarsantri dan Kelurahan Lidah Kulon Dari kecamatan
Wonokromo terpilih Kelurahan Ngagel dan Kelurahan Jagir. Dan
dari Kecamatan Wonocolo terpilih Kelurahan Siwalankerto dan
Kelurahan Jemur WonoSari.
Jumlah sampel yang digunakan sebagai responden adalah 100
remaja. Selanjutnya, dialokasikan secara proposional yang ditentukan
melalui rumus :
n 1 =
N
N
1
x n
Keterangan :
n 1 = jumlah penduduk di suatu Kelurahan
N1 = ukuran stratum ke-1
N = jumlah seluruh penduduk
n = jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan.
Tabel 3.1
No Kelurahan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sememi Kandangan Lakarsantri Lidah Kulon Jagir Ngagel Siwalankerto Jemur Wonosari 3.293 1.568 1.501 1.765 2.552 1.120 2.139 3.002
Total 17.039
Sumber : Badan Pusat Statistik 2010
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh :
a. Kelurahan Sememi.
039 . 17
3293
x 100 = 19,3 dibulatkan 19
b. Kelurahan Kandangan.
039 . 17 568 . 1
x 100 = 9,2 dibulatkan 9
c. Kelurahan Lidah Kulon.
039 . 17 765 . 1
x 100 = 10,3 dibulatkan 10
44 039 . 17 501 . 1
x 100 = 8,8 dibulatkan 9
e. Kelurahan Jagir.
039 . 17 552 . 2
x 100 = 14,9 dibulatkan 15
f. Kelurahan Ngagel.
039 . 17 120 . 1
x