• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 )."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Pr ogram Acar a Dok umenter “PARADISO“ di TRANS7 )

SKRIPSI

Oleh :

HEDI AULIA BASKORO NPM. 0543310454

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

JUDUL PROPOSAL : MOTIF REMAJ A SURABAYA MENONTON PGROGRAM

ACARA DOKUMENTER PARADISO DI TRANS7

Nama

: Hedi aulia baskoro

NPM

: 0443010144

Progdi

: Ilmu Komunikasi

Fakultas

: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui pada tanggal 23 November 2011

PEMBIMBING

TIM PENGUJ I :

1.

Juwito,Ssos,Msi

Drs. Saifuddin Zuhri, Msi

NPT :367049500361

NPT : 370069400351

2.

Zainal Abidin Achmad,Msi,M.Ed

NPT : 373059901701

3.

Juwito, S.sos, M,si

NPT : 3 6704 95 00361

Mengetahui :

Ka. Progdi Ikom

(3)

HEDI AULIA BASKORO, 0543310454, Motif Remaja Sur abaya Menonton

Pr ogr am Acar a Dokumenter “PARADISO” di TRANS7 (Studi deskr iptif

kuantitatif tentang Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Pr ogr am Acara

Dokumenter“PARADISO” di TRANS7)

Seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia, individu mulai aktif dalam menentukan media yang dapat menjadi sarana untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka. Program acara dokumenter “Paradiso”di TRANS7 menyajikan film dalam format televisi. Selain itu acara tersebut juga memberikan informasi mengenai kebudayaan lokal diberbagai daerah di Indonesia, dengan mengangkat cerita-cerita lokal beserta keindahan alamnya, Acaranya pun dikemas dengan beragam tema yang berbeda dalam setiap episode.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori uses & gratifications karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar dan khalayak secara aktif memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya sehingga mendapat kepuasan dari penggunaan media massa tersebut. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan informasi, identitas pribadidan kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan (hiburan).

Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multistage Cluter Random Sampling, yaitu pengambilan sampel ini dilakukan melalui tahap-tahap tertentu dengan sample gugus bertahap-tahap, dengan catatan gugus yang diambel sebagai sampel secara acak. Jadi setiap remaja yang ditemui secara acak menurut tempat penelitiannya mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel atau responden dalam penelitian. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan berkunjung ke Surabaya barat dan Surabaya Selatan.

Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang disebarkan maka dapat disimpulkan bahwa dalam menonton program dokumenter “Paradiso”di TRANS7 sebagian besar remaja yang didorong oleh motif informasi, identitas personal dan hiburan terdapat pada kategori sedang. remaja didasari oleh keinginan yang bervariasi, disisi lain mereka membutuhkan informasi tapi juga ingin mencari sosok yang dapat dijadikan panutan atau bahkan untuk menghibur diri terkait dengan motif mereka dalam menonton acara tersebut.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan ridhonya,

maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “MOTIF REMAJ A

SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER “ PARADISO

“ DI TRANS7 (Studi Deskriptif Motif remaja surabaya menonton program acara

dokumenter “ Paradiso” di TRANS7 )”. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi

Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, baik dalam penyajian material maupun

dalam pengungkapan bahasanya.

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari segala bimbingan,

bantuan, dan dorongan dari Bapak J UWITO S.sos Msi yang telah banyak memberikan

pengarahan dan dorongan yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati ingin

menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak J uwito, S.Sos, MSi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.Sekaligus

(5)

5.

Teman-teman angkatan 2004, terimakasih atas bantuannya

6.

Trapessiumers

(

Mas

wynn,

mb

ainun,

madam

tessa,bob,Mahmud,jojon,andhika,anggi and all trapessium)

Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang secara

langsung telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 19 April 2012

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HAL AMAN JUDUL ... i

HAL AMAN PERSETUJUAN ... ii

HAL AMANPENGESAHAN ... iii

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Kegunaan Penelitian ... 13

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 13

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1. Landasan Teori ... 14

2.1.1. Komunikasi Massa ... 15

2.1.2. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 17

2.1.3. Teori Uses and Gratifications ... 19

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Definisi Operasional ... 31

a.Motif... 32

b.Remaja sebagai khalayak... 34

3.1.2 Pengukuran Variabel... 34 3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 39

3.2.1. Populasi ... 39

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 47 4.1.1. Gambaran Umum TRANS7 ... 47

4.1.2. Gambaran Umum Remaja Surabaya ... 48

4.1.3. Dokumenter PARADISO ... 50

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ... 51

4.2.1. Identitas Responden ... 51

(8)

4.2.2.2. Motif Identitas Personal ... 65

4.2.2.3. Motif Diversi (hiburan) ... 71

4.3. Motif Secara Keseluruhan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1 Kesimpulan ... 83

5.2. Saran... 83

DAFTAR TABEL……… …………. 84

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(9)

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 53 Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 54 Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi

Menonton ... 55 Tabel 4.5. Karakter Responden berdasarkan Frekuensi Menonton 56 Tabel 4.6. Motif Kognitif Responden Ingin Tahu Tentang

Perkembangan tempat wisata di Indonesia ... 59 Tabel 4.7. Motif Kognitif Responden Ingin Tahu Tentang

Cerita-cerita diBerbagai Daerah di Indonesia ... 59 Tabel 4.8.. Motif Kognitif Responden Ingin Tahu Tentang

Tempat-tempat Indah dan Alami ... 60 Tabel 4.9. Motif Kognitif Responden Ingin Tahu Tentang

Kebudayaan diBerbagai daerah di Indonesia ... 61 Tabel 4.10. Motif Kognitif Responden Ingin Mendapatkan

Gambaran Yang Positif Dan Negatif ... 62 Tabel 4.11. Motif Kognitif Responden Ingin Memuaskan Rasa Ingin

Tahu ... 63 Tabel 4.12. Motif Kognitif Remaja Surabaya Dalam menonton

Dokumenter PARADISO di TRANS7 ... 64 Tabel 4.13. Motif Identitas Personal Menemukan Penunjang

Intropeksi Diri ... 66 Tabel 4.14. Motif Identitas Personal Menemukan Figur Untuk

dicontoh ... 67 Tabel 4.15. Motif Identitas Personal Mengidentifikasi Diri dengan

(10)

Tabel 4.16. Motif Identitas Personal Ingin Mengetahui Tentang Karakter Tokoh Yang ada di Dokumenter PARADISO di

TRANS7 ... 69

Tabel 4.17. Motif Identitas Personal Remaja Surabaya Dalam Menonton Dokumenter PARADISO di TRANS7 ... 70

Tabel 4.18. Motif Diversi Ingin Mencari Hiburan ... 72

Tabel 4.19. Motif Diversi Bosan Dengan Tayangan Yang Ada ... 73

Tabel 4.20. Motif Diversi Mengisi Waktu Luang ... 74

Tabel 4.21. Motif Diversi Melepaska Kejenuhan ... 75

Tabel 4.22. Motif Diversi Ingin Menyalurkan Hobi Menonton tayangan paradiso ... 76

Tabel 4.23. Motif Diversi Remaja Surabaya Menonton Dokumenter PARADISO di TRANS7 ... 77

(11)
(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 90

Lampiran 2 Rekapitulasi Motif Kognitif ... 95

Lampiran 3 Rekapitulasi Motif Identitas Personal ... 98

Lampiran 4 Rekapitulasi Motif Diversi ... 101

Lampiran 5 Rekapitulasi Identitas Responden ... 104

(13)

1.1.Latar Belakang Masalah

Globalisasi media massa berasal pada kemajuan teknologi

komunikasi dan informasi semenjak dasawarsa 1970-an. Tren perubahan dan

perkembangan teknologi ini memungkinkan media massa menyebar dengan

cepat ke seluruh dunia menjadi sangat transparan terhadap berbagai macam

perkembangan teknologi, informasi dan transportasi. Hal ini memungkinkan

suatu negara mempengaruhi perkembangan masyarakat di negara lain

sehingga terciptalah dunia global yang berkembang tanpa batas budaya.

Fenomena ini dikenal dengan Global Village ( Naisbitt Aburdene, 1991 : 56 ).

Komunikasi yang digunakan peneliti sesuai dengan sasaran

komunikasi yaitu ditujukan / diarahkan kedalam ” komunikasi massa ”.

Komunikasi massa yaitu komunikasi yang ditujukan kepada massa atau

komunikasi yang menggunakan media massa. Komunikasi massa sangat

efektif karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audience yang praktis

tak terbatas. Sumber komunikasi massa pada umumnya adalah organisasi

besar yang memikul biaya besar untuk membuat atau menyampaikan pesan.

Pesan-pesan komunikasi massa bersifat terbuka ( setiap orang dapat

menerimanya ). Komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial

dan konteks sosial mempengaruhi media. Dengan kata lain, terjadi hubungan

(14)

2

media yang dipilih oleh peneliti adalah media massa. Media massa adalah

media yang digunakan untuk komunikasi massal, karena sifatnya yang massal

( Widjaja, 2000 : 35 ).

Seiring dengan perkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi,

dalam memperoleh informasi tidak hanya komunikasi secara langsung (tatap

muka), tetapi juga dapat melalui media massa untuk membantu komunikator

berhubungan dengan khalayaknya. Media massa dapat menjadi jembatan

untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak,

waktu, bahkan pelapisan sosial dalam suatu masyarakat. Media massa

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan respon dan kepercayaan

masyarakat. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokok media massa

membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan

respon seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal yang dapat

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut.

Kehadiran media massa merupakan gejala awal yang menandai

kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Hal ini dapat dilihat melalui

meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media

massa dan bermunculan media baru yang menawarkan banyak pilihan pada

khalayaknya, yang pada akhirnya akan menimbulkan ketergantungan

masyarakat pada media elektronik tersebut. Media massa itu sendiri

(15)

(radio) dan audio visual ( televisi ) ; 2) Media cetak, yang terdiri dari koran

(surat kabar ), majalah, dan tabloid ( Sari, 1993 : 25 ).

Pada abad 21 ini perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

membuat media massa menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat

modern. Dalam media elektronik yang semakin canggih ini, terutama

perkembangan dunia audio visual (televisi), televisi adalah sebuah media

telekomunikasi terkenal sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta

suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun warna, televisi juga

dapat diartikan sebagai kotak televisi, acara televisi ataupun transmisi televis.

Kata “Televisi” merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa yunani

dan visio (penglihatan) dari bahasa latin sehingga televisi dapat diartikan

sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh, penemuan televisi

disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah

peradaban dunia. Di Indonesia televisi secara tidak formal disebut dengan tv,

tivi, teve atau tipi. Stasiun televisi, free-to-air di Indonesia yang salurannya

dapat ditangkap melalui antena UHF/VHF (terestrial). Sejak berlakunya UU

nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, izin penyelenggaraan stasiun televisi

melalui antena UHF/VHF (terestrial) yang dikeluarkan hanyalah untuk

stasiun televisi lokal, stasiun televisi yang ingin melakukan siaran nasional

harus melakukan siaran berjaring antar beberapa stasiun televisi lokal,

beberapa stasiun televisi yang ada di Indonesia : ANTV, GLOBAL TV,

(16)

4

Maka dari itu media televisi sudah menjadi kebutuhan masyarakat

untuk mengetahui perubahan serta peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain

mulai dari film, berita, hingga kemajuan teknologi yang tengah berlangsung.

Dibandingkan dengan media massa yang lain televisilah yang paling efektif

dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan

selain mengeluarkan suara, televisi juga menampilkan gambar, sehingga

informasi yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti. Pengaruh televisi

terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek – aspek

kehidupan pada umumnya. Televisi disini menimbulkan pengaruh terhadap

kehidupan masyarakat yang sudah terlanjur mengetahui dan merasakannya,

baik pengaruh yang positif ataupun pengaruh yang negatif. (Effendy,

1996:122)

Selain itu televisi juga memiliki kelebihan dan kekuatan tersendiri.

Kelebihan dari media televisi adalah paket acaranya yang mampu membuka

wawasan berpikir pemirsa untuk menerima dan mengetahui kejadian yang

berada di lingkungan masyarakat (Kuswandi, 1996 : 94). Sedangkan kekuatan

dari media televisi adalah menguasai jarak dan ruang, dapat menjangkau

massa dalam jumlah besar, nilai aktualitas yang cepat, daya rangsang

pemirsanya yang cukup tinggi, serta menyampaikan informasi dengan lebih

singkat, jelas, dan sistematis. Mengingat kemampuan televisi dalam

menguasai jarak secara geografis dan sosiografis. (Kuswandi, 1996) maka

televisi dapat memberikan pengaruh yang lebih besar pada khalayak

(17)

Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini media

menempatkan diri sebagai sarana yang dapat memenuhi kebetuhan khalayak,

tak terkecuali media televisi. Hal ini tidak lepasnya dari semakin

kompleksnya kebutuhan manusia yang menginginkan pemenuhan secara

instan. Kondisi tersebut di manfaatkan banyak industry televisi di negeri ini

untuk saling bersaing menyuguhkan tayangan yang dapat memenuhi hasrat

khalayak sebagai pemirsa televisi.

Semakin bertambahnya jumlah stasiun televisi swasta yang

mengudara saat ini merupakan bukti dari ketergantungan khalayak akan

keberadaan media. Misalnya stasiun televisi swasta TRANS7 yang berusaha

untuk dapat memenuhi kebutuhan khalayak dengan program acara yang

bervariasi dan beda. Dari beberapa program acara yang ditawarkan oleh

TRANS7 pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan stasiun televisi swasta

lainnya. Misalnya program siaran berita, reality show, infotainment, kuis,

sinetron, acara musik dan program siraman rohanibagi umat beragama,dan

juga Dokumenter.

Istilah "dokumenter" atau documentary (bahasa Inggris), adalah

turunan dari kata Perancis, documentaire. Yang artinya, sebuah film atau

pembicaraan yang menggambarkan perjalanan di suatu negeri tertentu.

Apakah cara pengambilan gambarnya secara langsung atau direkaulang,

sampai tahun 1960-an, film dokumenter yang tradisional adalah urusan

(18)

6

Dokumenter bukanlah reproduksi dari realitas, tetapi merupakan

representrasi dari dunia yang kita huni. Jika reproduksi diartikan sebagai

sekadar meng-copy dari sesuatu yang sudah ada, maka representasi berarti

menetapkan pandangan tertentu terhadap dunia. Yakni, suatu pandangan yang

mungkin tak pernah kita temui sebelumnya, bahkan sekalipun aspek-aspek

dari dunia yang direpresentasikan itu sudah akrab dengan kita atau sering kita

lihat.

Kita menilai sebuah reproduksi dari keserupaannya dengan yang asli

(orisinal), dari kapasitasnya untuk persis, bertindak sama, dan melayani

fungsi dan manfaat yang sama dengan yang asli. Semakin persis atau

menyerupai dengan yang asli, semakin baik.

Sedangkan di sisi lain, kita menilai sebuah representasi lebih pada

hakikat kesenangan yang ditawarkan, nilai-nilai wawasan atau pengetahuan

yang disampaikan, dan kualitas orientasi atau disposisi, nada atau perspektif

yang dihadirkan. Kita biasanya mengharapkan lebih banyak dari representasi,

ketimbang dari reproduksi.

Hal ini dengan cepat bisa ditunjukkan dalam fotografi. Sebuah lokasi

yang akan dipotret mungkin dan seharusnya direpresentasikan secara benar.

Namun, sejumlah artis bisa melihat dan merepresentasikan kebenaran lebih

banyak dan lebih hebat, dari sekadar seorang biasa yang kebetulan lewat di

(19)

Dokumenter adalah apa yang kita sebut "fuzzy concept," suatu konsep

yang tidak jelas. Tidak semua film yang disebut sebagai dokumenter

memiliki kesamaan yang dekat antara satu dengan yang lain, sebagaimana

banyak alat transportasi yang bisa disebut sebagai "wahana" (vehicle).

Dokumenter tidak mengadopsi inventori teknik yang tetap (fixed),

tidak terikat pada seperangkat isu/tema tertentu untuk diangkat, serta tidak

memperagakan bentuk atau gaya tampilan yang tunggal. Tidak semua

dokumenter memiliki perangkat karakteristik atau ciri-ciri yang sama. Praktik

film dokumenter adalah arena di mana hal-hal terus berubah. Berbagai

pendekatan alternatif terus-menerus dicoba dan kemudian diadopsi oleh yang

lain, atau ditinggalkan. Kontestasi terjadi.

Ketidakjelasan definisi muncul sebagian karena definisi-definisi itu

berubah bersama waktu, dan sebagian yang lain karena pada setiap momen

tidak ada satu definisi pun yang bisa mencakup semua film, yang mungkin

kita anggap sebagai dokumenter.

Kita bisa memperoleh pegangan yang lebih baik dalam

mendefinisikan dokumenter, dengan mendekatinya dari empat sudut:

lembaga, praktisi, teks (film dan video), dan audiens.

Namun salah satu cara mendefinisikan dokumenter adalah dengan

(20)

8

program sebagai dokumenter, maka program/film itu diberi label dokumenter,

sebelum aktivitas dari pihak penonton dan kritikus film dimulai.

Definisi ini, meskipun berputar-putar, berfungsi sebagai pertanda awal

bahwa suatu karya dapat dianggap sebagai dokumenter. Konteks akan

memberi pertanda. Jika sponsornya adalah Dewan Film Nasional Kanada,

Fox TV, History Channel, atau Michael Moore, kita membuat asumsi tertentu

tentang status dokumenter dari film tersebut, serta derajat obyektivitas,

reliabilitas, dan kredibilitasnya. Kita membuat asumsi tentang status

non-fiksinya dan rujukannya ke dunia historis kita bersama, ketimbang dunia yang

dikhayalkan pembuat film fiksi.

Kerangka kelembagaan juga menetapkan suatu cara kelembagaan

dalam melihat dan bicara, yang berfungsi sebagai seperangkat batasan atau

konvensi, bagi pembuat film dan audiens. Untuk mengatakan "tak perlu

dijelaskan lagi" bahwa pada sebuah dokumenter akan terdapat komentar

berbentuk voice-over, atau "Setiap orang tahu" bahwa sebuah dokumenter

harus menampilkan dua sisi pandang dari suatu tema yang diangkat, adalah

sama dengan mengatakan apa yang biasanya terdapat dalam kerangka

kelembagaan spesifik.

( www.wikipediaprogramdokumenter.com )

Kekurangan kebutuhan masyarakat terhadap hiburan macam ini

(21)

tahu mereka terhadap tempat-tempat yang menyimpan potensi wisata

indah di berbagai daerahdi Indonesia. Dengan kata lain, ini adalah sebuah

tantangan lain menjadi pendorong utama masyarakat menyukai

tayangan-tayangan yang mengupas keindahan alam dan budaya yang saat ini masih

kurang mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat setempat.

Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk

dalam televisi, tentu saja tidak lepas dari adanya kebutuhan serta dorongan

yang timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang

menggunakan televisi sebagai sumber informasinya. Dorongan inilaah

yang sering disebut motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan mempertahankan eksistensinya (Effendi, 1993 : 45).

Secara umum beberapa kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh media

massa adalah kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan

hiburan, (diversi), kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu

yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri (identitas

personal) (Rakhmat, 2001 : 66). Jadi kebutuhan untuk menonton Program

acara documenter “Paradiso” sebagai jawaban adanya kebutuhan untuk

mengetahui bagaimana tayangan Dokumenter Paradiso bisa memberikan

informasi, wawasan dan pengetahuan bagi Masyarakat khususnya para

remaja

Kebutuhan pada setiap individu tidaklah sama. Kebutuhan yang

(22)

10

maka timbullah motif untuk menonton Program dokumenter paradiso di

TRANS7. Motif kognitif adalah keinginan remaja yang menonton

Paradiso untuk menambah pengetahuan baru. Motif diversi yaitu

keinginan untuk mendapatkan hiburan. Dan motif identitas personal yaitu

menonton Program dokumenter paradiso untuk memperkuat situasi

khalayak sendiri.dan yang terakhir motif interaksi sosial.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah motif

apakah yang mendorong Remaja untuk menonton Program dokumenter

“paradiso “ di TRANS7. Apakah itu motif Remaja untuk menambah

pengetahuan baru, motif Remaja untuk mencari hiburan dan keinginan

Remaja untuk mendapatkan identitas personal dengan situasi khalayak

sendiri. Namun yang menjadi pokok permasalahan adalah pesan yang

disampaikan dalam paradiso akankah ada kemungkinan untuk terpenuhi

dengan baik sesuai dengan kebutuhannya.

Teori yang digunakan untuk meneliti motif Remaja dalam

menonton tayangan program acara Program dokumenter paradiso adalah

teori uses and gratification yang menunjukkan bahwa yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan

perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi

dan sosial khalayak. Jadi menitik beratkan pada khalayak yang aktif, yang

sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus ( Effendy,

1999 : 289 ) model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada

(23)

terhadap media. Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media

untuk memenuhi kebutuhannya.

Dipilihnya Remaja karena masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah mengalami

perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat, dimana secara fisik

remaja telah menyamai orang dewasa, tetapi secara psikologis mereka

belum matang sebagaimana yang dikemukakan oleh Calon (1953) masa

remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan

karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki

status anak-anak (Monsk, 2002). Perkembangan fisik dan psikis

menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut

oleh orang barat sebagai periode sturm und drung dan akan membawah

akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta

kepribadian remaja. Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberikan

definisi tentang remaja secara lebih konseptual,sebagai berikut (Sarwono,

2001): Remaja adalah suatu masadimana:Individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat

ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan

psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.Terjadi

peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan

(24)

12

masa remaja juga mempunyai ciri antara lain energik, suka akan

petualangan dan suka akan hal-hal baru, dalam Paradiso remaja akan

menemukan hal tersebut, peneliti memilih remaja karena pada masa

remaja adalah masa transisi yang tepat untuk memikirkan

kejadian-kejadian pada masa kini dan masa yang akan datang, apalagi jam tayang

Paradiso yaitu setiap hari sabtu pukul 15.30 WIB. Jadi kemungkinan besar

yang melihat adalah masyarakat khususnya remaja. Seperti yang

dikatakan Monks et. Al. (2002 : 260) dalam bukunya Psikologi

Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu masa remaja

awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun) dan masa

remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka

bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada

tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

Sedangkan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Surabaya

karena masih banyak menyinpan potensi wisata seperti manggrove di

tambak wedi kenjeran

Berdasarkan uraian diatas pada dasarnya peneliti ingin melakukan

penelitian dengan menitik beratkan pada motif yang mendasari individu

(remaja) menonton tayangan dokumenter “Paradiso” di TRANS7. Dari

sini peneliti berusaha untuk mengetahui apa motif remaja Surabaya dalam

menonton program Dokumenter “Paradiso” di TRANS7

(25)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah motif Remaja Surabaya menonton program Dokumenter

“Paradiso” di TRANS7 ?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif remaja Surabaya

menonton program dokumenter “Paradiso” di TRANS7.

1.4.Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teor itis.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi tentang penelitian

terhadap motif pemirsa terhadap tayangan Dokumenter sebagai

referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Pr aktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan

masukan bagi media televisi yang berkaitan dengan motif pemirsa

dalam menonton sebuah program acara, khususnya program acara

(26)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa berarti penyebaran pesan dengan menggunakan

media massa modern antara lain televisi, radio dan film. Dengan kata lain

ditunjukkan kepada massa yang abstrak yaitu sejumlah orang yang tidak

nampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio

dan penonton televisi tidak tampak oleh komunikator. Dengan demikian,

jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi dengan menggunakan

media sifatnya adalah satu arah (one way traffic). Begitu pesan

disampaikan oleh komunikator, tidak diketahui apakah pesan ini diterima,

dimengerti atau dilakukan oleh komunikan wartawan, penyiar radio,

penyiar televisi tidak mengetahui nasib pesan yang disampaikan kepada

khalayak (Effendy, 2003 : 20).

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran

media yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua

komponen yang berinteraksu (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang

diberi kode oleh sumber (encode), disalurkan melalui sebuah saluran dan

diberi kode oleh penerima (decode), tanggapan yang diamati penerima

merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara

(27)

Terkait dengan pendapat Devito yang dikutip oleh Effendy (2003 :

21), bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui

media massa, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri kkhusus yang

disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai

berikut :

a. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Berbeda dengan komunikasi antar personal (interpersonal

communication) yang berlangsung dua arah (two way traffic

communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one way

communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari

komunikan kepada komunikator.

b. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,

yakni suatu institusi atau organisasi. Hal ini berbeda dengan

komunikator lainnya, misalnya kiai atau dalang yang munculnya

dalam suatu forum bertindak secara individual, atas namanya sendiri,

sehingga ia mempunyai lebih banyak kebebasan. Komunikator mada

komuniksi massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi

dan radio karema media yang dipergunakannya adalah suatu lembaga

dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama

lembaga, sejalan dengan kebijakan (policy) surat akabar dan stasiun

televisi atau radio siaran yang diwakilinya. Ia tida mempunyai

(28)

16

pendapat (freedom of expression atau freedom of opinion) merupakan

kebebasan terbatasi (restrieted freedom).

c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum karena

ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak

ditujukan kepada perseorangan atau kepada kelompok orang tertentu.

Hal ini yang antara lain membedakan media massa dengan media

nirmassa bukan media massa surat kabar kampus, radio telegrafi atau

radio citizen band. Film dokumenter atau televisi siaran sekitar,

bukanlah media massa, melainkan media nirmassa karena ditujukan

kepada sekelompok orang tertentu.

d. Media komunikasi massa menimbulkan keserampakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan

keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang

disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki

dibandingkan dnegan media komunikasi lainnya. Pesan yang

disampaikan melalui radio siaran dalam bentuk pidato, misalnya pidato

presiden, akan diterima oleh khalayak dalam jumlah jutaan, bahkan

puluhan juta atau ratusan juta, serempak bersama-sama pada saat

presiden berbicara.

e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota

(29)

sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam

keberadaannya secara terpencar-pencar dimana satu sama lainnya tidak

saling mengenal dan tidak saling memiliki kontak pribadi,

masing-masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelamin, usia, ideologi,

pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hiup,

keinginan, cita-cita dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti

itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam

menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu

atau khalayak menghendaki keinginannya dipenuhi. Bagi para

pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk

memenuhinya. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati keinginan

seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan mereka

menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan,

kebudayaan, hobi dan lain-lain (Effendy, 2003 : 22).

Demikian ciri-ciri komunikasi dengan menggunakan media massa

untuk membandingkan dnegan komunikasi yang memakai media

nirmassa. Meskipun pada hakekatnya penggunaan media massa dan media

nirmassa itu saling mengisi pengoperasiannya, baik secara regional,

nasional maupun secara internasional.

2.1.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving

(30)

18

televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin dapat

melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika

tida ada unsur-unsur film. (Effendy, 2003:174).

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi”

(vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip

radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar tidak

mungkin ada apa-apa yang dapat dilihat. Para penonton dapat menikmati

siarat televisi, kalau pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan

gambar-gambar yang dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang

bergerak. (Effendy, 2003:174).

Televisi dikatakan sebagai “saudara muda” dari radio, karena

lahirnya sesudah radio dan karenanya, sebagaimana dikatakan tadi

dasarnya adalah radio.

Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan

menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, inforamsi, maupun

pendiidikan dengan sangat memuaskan. Penonton televisi tidak perlu

susah-susah pergi ke gedung bisokop atau gedung sandiwara karena

pesawat televisi menyajikan ke rumah. (Effendy, 2004:60).

Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih

lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang

(31)

banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku

masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. (Morrisan, 2004:1)

2.1.3. Teor i Uses and Gratifications

Teori Uses and Gratifications menunjukkan yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubahs ikap dan

khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial

khalayak. Jadi bobonya adalah pada khalayak yang aktif yang sengaja

menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2003 : 289).

Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi

kebutuhannya, sehingga timbul istilah uses and gratifications yang itu

penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Rakhmat, 2002 : 65).

Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa

berguna bahwa konsumi media diarahkan oleh motif (intentionality),

bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi

(selectivity) dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (strunborn).

Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi

kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai salah satu situasi

ketika kebutuhan ini terpenuhi. Mengenai kebutuhan biasanya orang

merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham

Maslow (1954) dalam effendy (2003 : 2090) ia membedakan lima

(32)

20

a. Kebutuhan Psikologi (Physiological Needs) adalah kebutuhan primer

yang menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia seperti

kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.

b. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs) adalah kebutuhan mengenai

perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil dan terjaminnya

keamanan diri.

c. Kebutuhan Cinta (Love Needs) adalah kebutuhan akan dicintai,

diperhitungkan secara pribadi.

d. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) adalah kebutuhan dihargai

secara prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization Needs) adalah kebutuhan

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara

maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.

Teori Uses and Gratifications menurut Kats. Gurevitch dan Haas

dalam Efendy (2003 : 294) dimulai dengan lingkungan sosial (social

environment) yang menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan sosial

tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian.

Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Kebutuhan kognitif (Cognitive Needs) adalah kebutuhan yang

berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman

mengenai lingkungannya. Hal yang terkait dalam penelitian ini adalah

bagaimana remaja surabaya membutuhkan informasi, pengengetahuan

(33)

a. Kebutuhan afektif (Affective Needs) adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, emnyenangkan

dan emosional.

b. Kebutuhan pribadi secara integratif (Personal integrative Needs)

adalah kebutuhan yang terkait dengan kreativitas.

c. Kebutuhan pelepasan (Escapist Needs) adalah kebutuhan yang

berkaitan dengan upaya menghindari dari tekanan, ketegangan dan

hasrat akan keanekaragaman.

Menurut para pendiri Katz. Gurevitch dan Blumler, uses and

gratifications meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan

tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada

pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan

kebutuhan dan akibat-akibat lain.

Lebih lanjut untuk memahami teori uses and gratifications m,

maka sebagaimana yang dikutip Rakhmat (2007 : 66) dari Katz. Gurevitch

dan Blumler dijelaskan bahwa dalam motif yaitu kognitif, diversi dan

identitas personal. Teori ini menunjukkan bahwa bagaimana media

memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak, bukan bagaimana media

mengubah sikap dan perilaku khalayak. Asumsi dari teori ini adalah

khalayak yang aktif dan sengaja menggunakan media untuk mencapai

tujuan khusus. Jadi jelaslah penggunaan media massa karena didorong

oleh motif-motif tertentu dan karena adanya berbagai kebutuhan yang

(34)

22

media massa dapat memberikan hiburan. Seseorang mengalami goncangan

batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari

masalahnya. Dan jika seseorang kesepian, maka media massa dapat

berfungsi sebagai sahabat.

2.1.4. Definisi dan Deskr ipsi Motif

Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan pasti didasarkan

pada motif-motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari

pada kebutuhan. Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau

melakukan seseuatu sedikit banyak ada kebutuhan di dalam dirinya atau

ada sesuatu yang hendak dicapai. Menurut W.A. Gerungan (1991 : 140),

motif adalah suatu pengertian yang melingkupi semua pengegrak

alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan

individu berbuat sesuatu. Motif manusia yang menyebabkan individu

berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat

dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dirinya, untuk melakukan

sesuatu. Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku

kita.

Menurut Teevan dan Smith menyatakan bahwa motivasi merupakan

konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih

spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertenu

disebut motif. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa motif mempunyai

(35)

yang lain adalah menggerakkan perilaku (Martaniah, 1984 : 13).

Sedangkan menurut Purwanto (1996 : 193) motif adalah sebagai seluruh

aktifitas mental yang dirasakan atau yang dialami dan memberikan kondisi

sehingga terjadi suatu perilaku.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya motif

itu timbul karena adanya kebutuhan, atau dengan kata lain motif

merupakan ciri dari kebutuhan dan berfungsi menggerakkan serta

mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu.

Ada beberapa pengklasifikasian motif dari berbagai ahli komunikasi,

tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut Blumler

dalam Rakhmat (2001 : 66) yaitu kognitif, identitas personal dan diversi.

Adapun tiga jenis motif menggunakan media secara umum dijabarkan

sebagai berikut :

a. Motif Kognitif (kebutuhan akan informasi)

Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau

informasi tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, dorongan mencari

konfirmasi untuk menentukan pendapat atau suatu pilihan, dorongan

rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan memperoleh rasa

aman melalui pengetahuan yang didapat.

b. Motif Identitas Personal (personal identity)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau

(36)

24

khalayak sendiri menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri

dengan nilai-nilai, meningkatkan harga diri dan meningkatkan

pemahaman diri.

c. Motif Diversi (kebutuhan akan hiburan)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri

dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh

kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.

2.1.5. Remaja Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan

sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton

dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang

lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu

memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym,

serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak

konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail,

1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media

televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya,

tertarik minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan

komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal

yaitu: pertama, heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah

(37)

terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula

menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan

kebudayaan. Kedua, pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti

oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat

pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu. Ketiga, aktif

yakni pemirsa sifatnya aktif. Mereka aktif, seperti apabila mereka

menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka

berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada

pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi, benar

atau tidak. Keempat, selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih

program televisi yang disukainya (Effendy, 1990:84).

Dalam penelitian ini khalayak yang dijadikan objek penelitian

adalah remaja. Secara psikologis, remaja adalah suatu masa di mana

individu mulai terintegrasi beralih ke dalam masyarakat dewasa. Pada

masa remaja perkembangan intelektual juga sedang mengalami

perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Transformasi

intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya

mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga

merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua perkembangan.

Seperti yang dikatakan Monks et. Al. (2002 : 260) dalam bukunya

Psikologi Perkembangan, bahwa Remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu

masyarakat masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan

(38)

26

digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa

mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia

yang sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.

Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja

mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan

remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan

mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar

melihat apa adanya. Kemampuan intelektual ini yang membedakan fase

remaja dari fase-fase sebelumnya (Ali, 2005 : 9). Karena itulah pada fase

ini, remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi

haus akan informasi dan informasi bisa didapat dari berbagai sumber yang

termasuk diantaranya adalah media massa.

Secara umum, remaja lebih menyukai artikel-artikel hiburan,

sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan

masalah-masalah umum. Namun, pembaca yang berpendidikan lebih suka dengan

artikel-artikel hiburan (Rivers, William L, 2003 : 303).

Menurut Gunarsa (1989) terdapat beberapa karakteristik remaja

yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

(39)

3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan

petunjuk hidup.

4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab

pertentangan-pertentang dengan orang tua.

6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak

sanggup memenuhi semuanya.

7. Senang bereksperimentasi.

8. Senang bereksplorasi.

9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

10.Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan

kegiatan berkelompok.

Dipilihnya program paradiso di TRANS7 karena program ini lebih

mengangkat nilai – nilai budaya, wisata dan keindahan alam yang

jarang ter exphose oleh media dan menjadi hal baru bagi masyarakat ,

di bandingakan dengan program – program wisata lain yang ada di

televisi yang hanya menampilkan sosok artis yang sedang berwisata

dan sedikit nilai wawasan seperti salah satu acara dokumenter “

WARA – WIRI “ acara tersebut lebih dominan ke komedi yang di

buat oleh “Komeng & Adul” dan objek wisata yang di kunjungi

(40)

28

2.1.6. Par adiso

"Indonesia itu indah kawan". Terletak diantara dua samudra dan dua

benua, menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat strategis.

Rangkaian 17.508 pulau besar dan kecil sepanjang 5.150 km membuat

Indonesia memiliki keragaman alam dan budaya yang mengagumkan.

Wajar saja jika Indonesia menjadi tujuan wisata bagi siapa saja yang ingin

menikmati cantiknya Indonesia. Sayangnya menjelajahi surga di Asia

Tenggara ini memiliki hambatannya sendiri. Sarana dan prasarana yang

kurang mendukung diperparah dengan kurangnya perhatian pemerintah

terhadap potensi wisata Indonesia. Permasalahan inilah yang menghambat

perkembangan pariwisata tanah air. Begitu banyak potensi wisata yang

belum tergarap, sehingga tidak menjadi kekuatan pertumbuhan ekonomi

daerah setempat. Sayang bukan? Paradiso bertujuan untuk menggali dan

mempromosikan potensi wisata Indonesia yang terabaikan. Secara kritis

berusaha mengingatkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk lebih

memperhatikan potensi-potensi wisata yang ada didaerahnya tanpa harus

merusak kelestarian alam. Agar kecantikannya tersebar kemana-mana dan

membawa manfaat bagi generasi yang akan datang. Jadi ikuti perjalanan

Paradiso setiap hari Minggu jam 15:30-16:00 WIB di TRANS7. Ingat!

Indonesia itu indah kawan. Paradiso.).

2.2. Ker angka Berfikir

Manusia mempunyai banyak kebutuhan, seperti kebutuhan fisiologis,

(41)

kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik sebagai individu maupun

sebagai anggota masyarakat agar mendapatkan penghargaan atau sebagai

aktualisasi dirinya adalah kebutuhan akan informasi dan hiburan.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar dan khalayak

secara aktif memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga

mendapat kepuasan dari penggunaan media tersebut. Khalayak mempunyai

berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan dan berharap dengan

menggunakan media dapat memenuhi sebagian dari kebutuhannya.

Kebutuhan tersebut antara lain :

a. Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

informasi, pengetahuan dan pemahaman atas lingkungan.

b. Kebutuhan Identitas Personal, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan mengidentifikasikan diri, meningkatkan harga diri dan

meningkatkan pemahaman diri.

c. Kebutuhan Hiburan, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

untuk melepaskan diri dari permasalahan atas ketegangan, dorongan

bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.

Menonton program film televisi didasarkan pada motif-motif tertentu

dan motif timbul karena adanya kebutuhan. Menurut Blummer dalam

Rakhmat (2001 : 65) motif dapat diartikan sebagai keinginan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan baru, keinginan untuk mencari hiburan

(42)

30

Dalam hal ini paradiso sebagai program televisi yang memberikan

tayangan yang bisa memberikan pengetahuan baru bagi remaja. Tayangan

berdurasi 30 menit dengan iklan-iklannya menjadi Program televisi yang

menjadi unggulan berkat kesuksesan program sebelumnya yaitu jejak

petualang yang bisa menarik perhatian masyarakat untuk menggali wawasan

terhadap wisata yang ada di indonesia. Oleh karena itu peneleti berusaha

meneliti motif Remaja surabaya menonton program dokumenter “paradiso”

di TRANS7

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berpikir sebagai

berikut :

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Kebutuhan para penonton film :

1. Cognitive Needs 2. Affective Needs 3. Personal

Integrative Needs 4. Social Inegrative

Needs 5. Escapist Needs

Motif kebutuhan media :

1. Motif Kognitif 2. Motif Identitas

Pribadi 3. Motif Hiburan

Remaja surabaya yang menonton program dokumenter “paradiso “ di

(43)

3.1. Definisi Op er a sional dan Penguk ur an Var iabel

3.1.1. Definisi Op er a sional

Definisi operasional adalah segala sesuatu yang akan menjadi

obyek pengamatan dalam penelitian yang dapat diamati atau

dioperasionalkan. Sehubungan dengan pernyataan diatas, maka pada

penelitian ini peneliti tidak membicarakan hubungan antara variabel

sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. Penelitian ini

difokuskan pada motif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton

Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 , sehingga

penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan tipe

analisis deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan motif

Remaja tersebut.

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai semua

penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri

manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena

adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari

kebutuhan. Motif tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan (need)

seseorang atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan

(44)

32

A. Motif

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai dorongan dari

dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu motif timbul karena

adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.

Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan

kategori motif menurut Blumer dalam Rakhmat (2001:66), dimana motif tersebut

meliputi:

1. Motif Informasi

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat

tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan baru tentang

perkembangan film televisi di Indonesia.

b. Ingin mendapatkan informasi tentang cerita-cerita lokal diberbagai

daerah di Indonesia.

c. Ingin mendapatkan informasi tentang tempat-tempat yang indah

dan alami di berbagai daerah di Indonesia.

d. Ingin mendapatkan informasi tentang kebudayaan diberbagai

daerah di Indonesia.

e. Ingin mendapatkan informasi kekayaan alam di Indonesia menjadi

potensi wisata di Indonesia

f. Ingin memuaskan rasa ingin tahu akan program Paradiso di

(45)

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi

khalayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang untuk intropeksi diri.

b. Menemukan figur untuk dicontoh.

c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai yang ada dalam

tayangan tersebut.

d. Ingin mengetahui karakter pembawa acara paradiso (karena

merupakan gambaran diri manusia itu sendiri).

3. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan,

yang terdiri dari:

a. Mencari hiburan.( remaja ingin mencari informasi yang akan

membuat mreka menjadi terhibur )

b. Bosan dengan tayangan yang ada.( tayangan dokumenter selain

paradiso

c. Mengisi waktu luang. ( remaja pada jam tayangan tersebut lebih

banyak menonton acara di televisi )

(46)

34

e. Menyalurkan hobi menonton program acara dokumenter tentang

wisata.

B. Remaja Sebagai Khalayak

Remaja di kota Surabaya disini merupakan khalayak sasaran (target

audience). Seperti yang dikatakan Monks et. Al. (2002 : 260) dalam

bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase

yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18

tahun) dan masa remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih

digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa

mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

Namun dalam penelitian ini peneliti menentukan remaja yang dijadikan

objek penelitian adalah yang berumur 16-21 tahun. Hal ini dikarenakan

remaja pada umur tersebut mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji

hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya

daripada sekedar melihat apa adanya.

3.1.2. Pen guk ur an Var iabel

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan

menggunakan model skala Likert (skala sikap) dengan rasio ordinal.

Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan

menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya.

Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar

(47)

jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan

kesetujuan dan ketidaksetujuannya (Singarimbun, 1987 : 111).

Pilihan jawaban masing-masing pernyataan digolongkan dalam

empat macam kategori yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban

ragu-ragu (undecided) alasannya menurut Hadi (1981 : 20) adalah sebagai

berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda. Bisa diartikan belum dapat

memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang

memiliki arti ganda (multiple interpretable) ini tidak diharapkan

dalam instrumen.

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan

menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka

yang ragu-ragu akan kecenderungan jawaban.

c. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya

data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang

dapat dijaring oleh responden.

Pada tahap selanjutnya empat kategori jawaban diatas akan

diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden.

(48)

36

Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4, jika responden sangat

menyetujui dan sependapat dengan

pernyataan yang diajukan.

Setuju (S) : diberi skor 3, jika responden setuju akan

tetapi ada keraguan dengan pernyataan

yang diajukan

Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2, jika responden tidak

sependapat dengan pernyataan yang

diajukan.

Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1, jika responden sangat tidak

sependapat dengan pernyataan yang

diajukan.

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap

item dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total tiap pernyataan

tersebut untuk masing-masing individu.selamjutnya tiap-tiap indikator

untuk motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam

angket. Kemudian jawaban yang telah dipilih diberi skor dan ditotal.

Total skor dari tiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval,

yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan

menggunakan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan

rumus :

R (range) =

diinginkan yang

Jenjang

dah Skor teren

(49)

Keterangan :

Range : batasan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item

pertanyaan

Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item

pertanyaan

Jenjang : 3 (tinggi, sedang, rendah)

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval

jawaban untuk mengetahui Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton

Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7

1. Pada motif kongnitif terdapat enam item pertanyaan untuk responden yang

menonton program acara dokumenter PARADISO di TRANS7, sebagai

berikut:

Motif informasi : (4 x 6) – (1 x 6) = (24 – 6) = 6

3 3

Rendah = 6 – 12

Sedang = 13 – 18

Tinggi = 19 – 24

Rendah : Mempunyai tingkat motif informasi yang rendah artinya tingkat

informasi yang didapatkan dari menonton tayangan program

(50)

38

Sedang : Mempunyai tingkat motif informasi yang sedang dalam arti tingkat

informasi yang didapatkan setelah menonton tayangan program

dokumenter “PARADISO” di TRANS7 hanya sebagian saja.

Tinggi : Mempunyai tingkat motif informasi yang tinggi artinya tingkat

informasi yang didapat setelah menonton tayangan program acara

dokumenter “PARADISO” di TRANS7 sangat banyak.

2. Pada motif identitas personal terdapat lima item pertanyaan untuk responden

yang menonton Program acara dokumenter “PARADISO” di TRANS7,

sebagai berikut:

Motif identitas personal : (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 4

3 3

Rendah = 4 – 8

Sedang = 9 – 12

Tinggi = 13 – 16

Rendah : Mempunyai tingkat motif yang rendah artinya tingkat identitas

personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara

dokumenter PARADISO di TRANS7 sangat kecil.

Sedang : Mempunyai tingkat motif yang sedang dalam arti tingkat identitas

personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara

dokumenter PARADISO di TRANS7 hanya sebagian.

Tinggi : Mempunyai tingkat motif yang tinggi artinya tingkat identitas

personal yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara

(51)

3. Pada motif hiburan (Diversi) terdapat lima item pertanyaan untuk responden

yang menonton Program acara dokumenter PARADISO di TRANS7, sebagai

berikut:

Motif hiburan : (4 x 5) – (1 x 5) = (20 – 5) = 5

3 3

Rendah = 5 – 10

Sedang = 11 – 15

Tinggi = 16 – 20

Rendah : Mempunyai tingkat motif hiburan yang rendah artinya tingkat

hiburan yang didapatkan setelah menonton tayangan program acara

dokumenter PARADISO di TRANS7 sangat sedikit.

Sedang : Remaja sebagai pemirsa mempunyai tingkat motif hiburan yang

sedang dalam arti tingkat hiburan setelah menonton tayangan

program acara dokumenter PARADISO di TRANS7 hanya

sebagian saja.

Tinggi : Remaja sebagai pemirsa mempunyai tingkat motif hiburan yang

tinggi dalam arti tingkat hiburan yang didapatkan setelah menonton

tayangan program acara dokumenter PARADISO di TRANS7

sangat banyak.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

(52)

40

Dalam melakukan penelitian, peneliti memiliki keterbatasan biaya,

waktu dan tenaga yang tidak memungkinkan untuk meneliti keseluruhan

dari objek yang dijadikan pengamatan. Peneliti hanya bisa mempelajari,

memprediksi, dan menjelaskan sifat-sifat suatu objek atau fenomena hanya

dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari objek atau fenomena

tersebut. Sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan

diamati inilah yang disebut sampel. Sedangkan keseluruhan objek atau

subjek yang diteliti disebut populasi. (Kriyantono,2007:149)

Populasi dalam penelitian ini adalah Remaja Surabaya berusia 16 -

21 tahun dengan jumlah 224.567 jiwa tersebar dalam 5 wilayah Surabaya

pusat, Surabaya utara, Surabaya timur, Surabaya selatan dan Surabaya

barat. (BPS 2011).

3.2.2. Sampel da n Tek nik Penar ik an Sampel

Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menghitung

responden menggunakan rumus Yamane (Bungin, 2005 : 105) adalah :

n =

(

)

2

+

1

d

N

N

Keterangan :

(53)

N = jumlah populasi

d = nilai presisi (ditentukan sebesar 90% atau 0,1)

n = 1 ) 1 , 0 ( 567 . 224 567 . 224 2+ n = 67 , 2246 567 . 224

n = 99,95 dibulatkan menjadi 100 remaja.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Multistage Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel ini

dilakukan melalui tahap – tahap tertentu atau dengan sample gugus

bertahap. Dengan catatan bahwa gugus yang akan diambil sebagai

sampel harus secara acak. (Singarimbun, 1989 : 166). Sampel disini

adalah Motif Remaja surabaya menonton program acara dokumenter

PARADISO di TRANS7. Mengingat responden dalam penelitian ini

banyak dan tersebar dalam wilayah kota Surabaya, populasinya dipilih

secara acak (random) dan keadaan populasi bersifat homogen dan juga

agar memudahkan penghitungan dalam penelitian ini.

a. Langkah pertama adalah mengetahui wilayah yang terdapat di kota

Surabaya yaitu Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Selatan,

Surabaya Utara, dan Surabaya Pusat. Kemudian diarnbil secara acak

(random) muncul wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Selatan.

b. Diambil secara acak (random) lagi ke bagian Kelurahan, wilayah

(54)

42

Lakarsantri. Dari wilayah Selatan terpilih Kecamatan Wonokromo

dan Kecamatan Wonocolo

c. Langkah ketiga, dilakukan pemilihan daerah kelurahan. Dari

Kecamatan Benowo, terpilih Kelurahan Sememi dan kelurahan

Kandangan Dari kecamatan Lakarsantri terpilih kelurahan

Lakarsantri dan Kelurahan Lidah Kulon Dari kecamatan

Wonokromo terpilih Kelurahan Ngagel dan Kelurahan Jagir. Dan

dari Kecamatan Wonocolo terpilih Kelurahan Siwalankerto dan

Kelurahan Jemur WonoSari.

Jumlah sampel yang digunakan sebagai responden adalah 100

remaja. Selanjutnya, dialokasikan secara proposional yang ditentukan

melalui rumus :

n 1 =

N

N

1

x n

Keterangan :

n 1 = jumlah penduduk di suatu Kelurahan

N1 = ukuran stratum ke-1

N = jumlah seluruh penduduk

n = jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan.

Tabel 3.1

(55)

No Kelurahan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sememi Kandangan Lakarsantri Lidah Kulon Jagir Ngagel Siwalankerto Jemur Wonosari 3.293 1.568 1.501 1.765 2.552 1.120 2.139 3.002

Total 17.039

Sumber : Badan Pusat Statistik 2010

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh :

a. Kelurahan Sememi.

039 . 17

3293

x 100 = 19,3 dibulatkan 19

b. Kelurahan Kandangan.

039 . 17 568 . 1

x 100 = 9,2 dibulatkan 9

c. Kelurahan Lidah Kulon.

039 . 17 765 . 1

x 100 = 10,3 dibulatkan 10

(56)

44 039 . 17 501 . 1

x 100 = 8,8 dibulatkan 9

e. Kelurahan Jagir.

039 . 17 552 . 2

x 100 = 14,9 dibulatkan 15

f. Kelurahan Ngagel.

039 . 17 120 . 1

x

Gambar

Tabel m
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

& LAYANAN PEND... ASTRA

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan keterbacaan wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia Kelas X Edisi Revisi 2016 dengan menggunakan prosedur klose; dan 2)

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak.. hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.. Khususnya

Laporan Akhir ini berjudul “ Aplikasi sensor Passive Infrared Receiver (PIR) pada smart room system berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 ”.. Tujuan utama dari Laporan

Ketika pemilik persil baru yang mendapatkan peralihan hak kepemilikan persil dari jual beli dengan cara pelelangan tersebut bermaksud untuk mengajukan

Selain itu, data dari youtube.com ada 2.319.238 jumlah penonton di youtube, maka dapat diasumsikan bahwa audiens yang menikmati tayangan ini cukup banyak dan jumlah

Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Cash Ratio, dan Working Capital Turnover secara parsial terhadap Return on Assets pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa

Yettie Wandansari, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan saran dan petunjuk berharga ketika awal