• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH IKLAN, KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU IM3.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH IKLAN, KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU IM3."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Dia jukan Oleh :

SITI ASIYATUL MUTSIIROH 0912010157 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH IKLAN, KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU IM3

Disusun oleh :

Siti Asiyatul Mutsiiroh 0912010157/FE/EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

PEMBIMBING TIM PENGUJ I :

Ketua

Dr. Ec. Hery Pudjopr astyono, MM Dr s. Ec. Gendut Sukarno, MS

Sekr etaris

Sugeng Purwanto. SE. MM

Anggota

Dr s. Ec. Her ry Pudjo P, MM

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

(3)

ANALISIS PENGARUH IKLAN, KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP KE PUTUSAN PEMBELIAN

KARTU IM3

Yang diajukan

SITI ASIYATUL MUTSIIROH 0912010157/FE/EM

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Tanggal :………. Dr. Ec. Hery Pudjoprastyono, MM

NIP 196203181988031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

(4)

Assalammualaikum. Wr. Wb

Dengan memanjatkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun sehingga skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan Merek dan Citr a Merek Terhadap Keputusan Pembelian Kartu IM3 “ dapat terselesaikan tepat waktu.

Skripsi ini disusun guna diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Jurusan Ekonomi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

pada kesempatan yang berharga ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MT. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bpk. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, SE, MM selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(5)

5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Manajemen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak dan Ibu tersayang yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tak henti dipanjatkan agar skripsi ini dapat segera terselesaikan.

7. Mahasiswa manajemen angkatan 2009 khususnya para sahabat tercinta wanda, fida, sirikit, titris, venny, tya, inda yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Berbagai pihak yang turut membantu yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk pengembangan sistem lebih lanjut.

Wassalammualaikum. Wr. Wb Surabaya, juni 2013

(6)

i

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Tinjauan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 9

2.2.2 Periklan ... 10

2.2.2.1 Pesan Iklan ... 12

2.2.2.2 Indikator Pembentuk Iklan... 14

2.2.3 Merek. ………. 15

2.2.3.1 Pengertian Merek ... 15

2.2.3.2 Syarat Pemilihan Merek ... 15

2.2.3.3 Penetapan Merek ... 16

2.2.3.4 Kepercayaan Merek... 17

2.2.3.5 Indikator Kepercayaan Merek ... 19

(7)

ii

2.2.4.1 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen……... 22

2.2.5 Keputusan Pembelian ... 24

2.2.5.1 Tahap Proses Pengambilan Keputusan... 25

2.2.5.2 Indikator Pembentuk Keputusan Pembelian………. 26

2.3 Pengaruh Iklan Terhadap Keputusan Pembelian……… 27

2.4 Pengaruh Kepercayaan Merek Terhadap Keputusan Pembelian……… 28

2.5 Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian………. 29

2.6. Kerangka Konseptual………... 31

2.7. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... 33

3.1.1. Definisi Operasional ………... 33

3.1.2. Pengukuran Variabel ………... 36

3.2 Teknik Penentuan Sampel ……… 37

3.2.1. Populasi ………... 37

3.2.2. Sampel ... 37

3.3. Teknik Pengumpulan Data ……… 38

3.3.1. Jenis Data ………... 38

3.3.2. Sumber Data ... 39

3.3.3. Pengumpulan Data ... 39

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40

3.4.1 Teknik Analisis ... 40

(8)

iii

3.4.3 Evaluasi Model ...49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitian ……….………... 52

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ……... 52

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan….………... 54

4.2.3. Jenis Produk Perusahaan…………... 54

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 55

4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden……….………... 55

4.2.1.1 Jenis Kelamin Responden ………... 56

4.2.1.2 Usia Responden ... 56

4.2.2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

4.2.2.1 Variabel Iklan ... 57

4.2.2.2 Variabel Kepercayaan Merek …... 59

4.2.2.3 Variabel Citra Merek ……….. 60

4.2.2.4 variabel keputusan pembelian ... 62

4.3 Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis ... 64

4.3.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas Konstruks ... 64

4.3.2 Uji Inner Model …………... 69

4.4 Pembahasan………...……… 72

4.4.1 pengaruh variabel iklan terhadap pengaruh keputusan pembelian……….. 72

4.4.2 pengaruh variabel kepercayaan merek terhdap keputusan pembelian……. 73

(9)

iv

5.2. Saran………..……... 76 DAFTAR PUSTAKA

(10)

i Oleh :

Siti Asiyatul Mutsiiroh

ABSTRAKSI

Iklan tidak hanya sebagai media penyadaran konsumen tentang suatu produk, tetapi mendorong konsumen untuk membeli. Iklan juga dinilai mampu menguatkan merek, dimana merek yang kuat akan membantu membangun kepercayaan dan citra perusahaan, sehingga akan mudah untuk menanamkan merek dibenak pelanggan. Merek yang mampu memberikan kesan yang berarti bagi konsumen akan lebih mudah untuk mendapat perhatian khusus dari konsumen dengan melakukan keputusan pembelian. Atas dasar dari pemikiran tersebut maka penelitian ini dibentuk untuk mengetahui pengaruh iklan, kepercayaan merek dan citra merek terhadap keputusan pembelian produk provider IM3.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Iklan (X1), kepercayaan merek (X2), dan citra merek (X3) dengan variabel dependen nya keputusan pembelian (Y). Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban kuesioner sampel non probabilitas dimana pengolahan jawaban tersebut diolah menggunakan model analisis Partial Least Square (PLS).

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis PLS untuk menganalisis pengaruh iklan, kepercayaan merek dan citra merek terhadap keputusan pembelian produk provider IM3, didapatkan hasil bahwa variabel iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, kepercayaan merek berpengaruh positif tidak signifikan terhadap keputusan pembelian dan citra merek berpengaruh positif dan tidak signifikan.

(11)

1.1 Latar Belakang

Perkembangan bisnis telekomunikasi saat ini membuat perusahaan provider telekomunikasi di Indonesia berlomba dalam menarik konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk masing-masing. Berkembangnya persaingan bisnis provider ini ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna telepon seluler. Keadaan tersebut membuat perusahaan berusaha untuk mempertahankan posisi masing-masing dalam menghadapi para pesaing.

Dalam tahun-tahun terakhir, persaingan di antara para operator seluler semakin meningkat. Operator telepon seluler GSM bersaing terutama atas dasar harga, merek, jangkauan jaringan, kualitas jaringan, dan kualitas layanan. Kondisi tersebut dapat membuat konsumen bingung. Para produsen berlomba-lomba merebut perhatian konsumen dengan menginformasikan dan menawarkan produk dan merek mereka agar menjadi pemenang dalam pasar persaingan.

(12)

konsumen sehingga konsumen berperilaku sesuai dengan yang diinginkan perusahaan yaitu membeli dan menggunakan produknya. Perusahaan harus merancang pesan agar menarik perhatian sasarannya. Bukan cuma tampilan fisik atau visual yang menarik, tapi juga mampu mengkomunikasikan pesan yang tersembunyi. Disinilah dibutuhkan strategi yang cerdas dan bijak agar pesan yang disampaikan dapat ditangkap dalam durasi waktu tertentu.

Salah satu keuntungan iklan itu sendiri adalah menguatkan merek. Merek adalah nama, istilah, tanda atau desain atau kombinasi dari semua ini yang memperlihatkan identitas produk atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan membedakan produk itu dari produk pesaing (Kotler dan Keller,2007). Di dalam merek ada suatu nilai yang tidak dapat diukur, contohnya nilai emosional, nilai keyakinan dan lain – lain. Jika suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sebagai nama, perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek yang sebenarnya. Merek yang kuat akan membantu membangun citra perusahaan, sehingga akan mudah untuk menanamkan merek dibenak pelanggan.

(13)

dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk membuat keputusan pembelian. Kepercayaan pada merek dapat pula mengurangi pembelian yang tidak pasti. Ini adalah keuntungan yang dapat diperoleh dari kepercayaan merek.

Merek yang mampu memberikan kesan yang berarti bagi konsumen akan lebih mudah untuk mendapat perhatian khusus dari konsumen. Citra merek suatu produk haruslah baik dimata konsumen karena pada umumnya konsumen memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan merek. Apabila citra merek sudah tertanam baik di benak konsumen, maka hal tersebut akan membantu konsumen mengurangi kebingungan dalam memilih produk. Menurut Siswanto Sutojo, keputusan konsumen dalam membeli barang atau jasa sangat dipengaruhi oleh citra merek, sehingga konsumen lebih memilih produk atau jasa yang mereknya bercitra positif (Sutojo, 2004 : 8). Ketika konsumen menilai suatu merek dengan baik maka akan timbul perasaan ingin mencoba yang pada akhirnya akan melahirkan suatu keputusan pembelian terhadap suatu merek kartu seluler.

(14)

dari segi fitur, pelayanan, teknologi maupun inovasi - inovasi terbaru lainnya. Produk yang bermutu ditawarkan dari kartu seluler IM3 diantaranya dengan memberikan fitur dan layanan yang tersedia di dalam kartu, misalnya SMS, Multimedia Messaging Service (MMS), General Packet Radio Service (GPRS), transfer pulsa dan lain-lain. Pangsa pasar pada saat ini masih di dominasi oleh tiga pemain utama yaitu, Telkomsel, Indosat dan XL. hal itu terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1

Pr esentase Pangsa Pasar Tiga Operator Seluler di Indonesia Tahun 2009 - 2011

Merek Tahun

2009 2010 2011

Simpati 49,9% 44,5% 42,9%

Im3 20,2% 20,9% 20,7%

XL 19,2% 19,1% 18,6%

Sumber : Data Laporan Tahunan 31 Desember 2011, PT. Telkomsel Tbk, Halaman 65

(15)

media yang diduga paling berpengaruh besar terhadap promosi dan penjualan IM3 adalah media televisi, karena hampir setiap waktu iklan IM3 muncul di commercial break siaran televisi swasta Indonesia. Namun, iklan yang dibuat IM3 sepertinya belum bisa menarik keinginan konsumen seratus persen untuk membeli produknya.

Tabel 1.2

Top Brand Index Simcard GSM Prabayar tahun 2009 – 2011

(16)

itu, dibutuhkan upaya dari PT Indosat Tbk untuk mempertahankan konsumen agar tidak beralih ke merek lain dengan melakukan suatu penelitian yang mampu mengetahui penyebab – penyebab turunnya angka penjualan IM3. Diharapkan Indikator – indikator yang terdapat dalam iklan, kepercayaan merek dan citra merek dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian sesuai dengan keinginan peneliti. Fandy Tjiptono mengemukakan (2000:226) bahwa Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga minimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah seseorang untuk melakukan pembelian. Menurut Teguh Poeradisastra ( 2005:25 ), Citra merek positif dapat membantu agar konsumen lebih mudah mengingatnya sehingga mempermudah pengambilan keputusan ketika melakukan pembelian.

Dari latar belakang yang dikemukakan maka penelitian ini mencoba untuk meneliti hal tersebut di Indonesia yaitu dengan mengambil topik yang berkaitan dengan ”ANALISIS PENGARUH IKLAN, KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU IM3” 1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah iklan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen kartu IM3?

(17)

3. Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen kartu IM3?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. untuk menganalisis pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian. 2. untuk menganalisis pengaruh kepercayaan merek terhadap

keputusan pembelian.

3. untuk menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian .

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam pengetahuan pemasaran dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitiannya agar lebih baik dari penelitian yang telah ada sebelumnya.

2. Bagi Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau kajian bagi penelitian – penelitian berikutnya untuk menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.

(18)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dan bahan masukan untuk penelitian ini adalah :

1. Jurnal vol.2 no 2 Maret 2012 dengan judul Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan Merek Ter hadap Keputusan Toyota Avanza Di Kota Semarang . Penelitian ini dilakukan oleh Nadia Lona Trista, Apriatni EP dan Saryadi. Dalam penelitian ini citra merek diukur melalui nama suatu produk, ketertarikan konsumen terhadap kualitas produk secara keseluruhan, fitur, mesin kehandalan, dan manfaat produk. Hasil uji penelitian yang dilakukan secara bersama – sama dengan melihat R Square atau koefisen determinasi, citra merek dan kepercayaa merek diperoleh hasil sebesar 70,9 % dan berpengaruh besar terhadap keputusan pembelian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa citra merk Toyota Avanza baik sehingga menghasilkan pengaruh positif dan signifikan antara citra merek dan kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian.

(19)

uji signifkansi pengaruh dan hubungan. Variable dari penelitian ini ada daya tarik iklan sebagai variable independen yang meliputi kreativitas iklan, endorser, slogan, kalimat iklan, dan ekspresi. Sedangkan untuk variable keputusan pembelian meliputi respon responden terhdap indikator dari daya tarik iklan yang dimaksud. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah daya tarik iklan yang ditimbulkan terhadap keputusan pembelian dikategorikan baik. Yang dapat diartikan bahwa iklan motor Yamaha Jupiter MX dapat menarik perhatian konsumen dengan baik sehingga mampu memberikan suatu kepercayaan kepada konsumen dan banyak konsumen menjadi tertarik untuk membeli dan menggunkan motor tersebut.

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

American Marketing Association (AMA) menjelaskan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya (manajemen pemasaran ,2008).

(20)

Pengertian pemasaran dari kedua pendapat diatas menerangkan bahwa kegiatan pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang sangat luas, dimulai dari menentukan kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen. Dengan kata lain kegiatan pemasaran bermula dan berakhir pada konsumen.

2.2.2 Periklanan

Periklanan adalah satu dari empat alat penting yang digunakan oleh perusahaan untuk melancarkan komunikasi terhadap pembeli. Pada dasarnya periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Periklanan harus mampu membujuk konsumen supaya berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mendapatkan penjualan dan keuntungan.

Periklanan juga dipandang sebagai salah satu media yang paling efektif di dalam mengkomunikasikan suatu produk barang atau jasa. Selain itu juga periklanan yang diluncurkan oleh setiap perusahaan tidak lain agar konsumen tertarik dan berharap tidak akan berpaling ke perusahaan sejenis. Dan untuk menciptakan hal tersebut dapat dengan cara menerapkan promosi periklanan yang menarik dan seefektif mungkin.

Djaslim Saladin (2007:129) mengartikan periklanan sebagai berikut: “Periklanan adalah semua bentuk penyajian yang sifatnya nonpersonal, dan promosi ide-ide, promosi barang-barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor”

(21)

pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media ( Rhenald Kasali , 1992).

Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi periklanan diatas maka dapat disimpulkan bahwa periklanan merupakan suatu bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu barang atau jasa maupun ide sponsor tertentu yang dikeluarkan hanya untuk kegiatan tersebut.

Antara iklan dan periklanan sendiri memliki persamaan dan perbedaan dalam pengertian. Persamaannya, keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Perbedaannya, iklan lebih cenderung terhadap produk atau merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan.

Tujuan utama periklanan adalah meningkatkan penjualan barang dan jasa yang dilakukan dengan mengkomunikasikan secara efektif pada sasaran dalam periklanan yaitu masyarakat atau pasar. Tujuan periklanan dapat digolongkan menurut sasarannya Philip Kotler (2007 : 236) antara lain:

1. Periklanan informative, dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk tujuannya adalah untuk permintaan pertama. Misalnya industri youghurt awalnya harus menginformasikan pada konsumen manfaat gizi youghurt yang utama.

(22)

keunggulan suatu merek lain dikelas produk yang sama. Periklanan perbandingan telah digunakan untuk kategori produk seperti deodorant, makanan capat saji, pasta gigi dll. Iklan pengingat, sangat penting bagi produk yang sudah mapan, tujuannya adalah meyakinkan pembeli bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar-benar.

3. Iklan penguatan, dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat, misalnya iklan mobil sering menggambarkan pelanggan yang merasa puas sedang menikmati ciri-ciri khusus mobil mereka.

2.2.2.1 Pesan Iklan

Untuk menampilkan pesan iklan yang mampu membujuk, mampu membangkitkan dan mempertahankan ingatan konsumen akan produk yang ditawarkan, memerlukan daya tarik yang tinggi untuk meningkatkan keberhasilan komunikasi dengan audiens.

Pesan menurut Kotler (2000 : 581) adalah sekumpulan simbol yang dikirimkan dari pengirim ke penerima hal yang sangat penting sekali karena pesan inilah yang akhirnya akan sampai kepada konsumen untuk itu diperlukan usaha-usaha kreatif dalam menetapkan keputusan mengenai pesan ini.

(23)

1. Factual. Penerima pesan dimotivasi untuk dapat memproses informasi. Jadi, iklan yang dirancang harus sedemikian rupa agar konsumen secara rasional tertarik dengan pesan iklan yang disampaikan.

2. Potongan kehidupan ( slice of life). Pesan iklan yang menampilkan potongan kehidupan. Penonton disuguhkan pesan iklan dalam bentuk kegiatan sehari – hari yang sering dialami oleh banyak orang. Pengaruh yang ingin diperoleh dari penampilan iklan potongan kehidupan yaitu agar terjadi proses peniruan perilaku dari penonton.

3. Demonstrasi. Pesan iklan yang ditampilkan menggambarkan kemampuan produk secara instrumental mampu menyelesaikan masalah.

4. Iklan perbandingan. Iklan yang berusaha membandingkan keunggulan produk yang ditawarkan dengan produk lain sejenis.

Dalam merancang bentuk pesan, ada empat hal yang perlu diperhatikan menurut Djaslim Saladin dan Yevis Marty Oesman (2002) yaitu : apa yang harus dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakan secara simbolik (format pesan), siapa yang seharusnya yang mengatakannya (sumber pesan), dan bagaimana mengatakan secara logis (struktur pesan).

(24)

2. Sumber pesan. Pesan yang disampaikan oleh sumber yang menarik atau terkenal akan lebih efektif jika mereka dapat melambangkan atribut produk yang utama, tetapi yang sama pentingnya adalah kredibilitas mode iklan tersebut karena pesan yang disampaikan oleh sumber yang sangat terpercaya akan berdampak lebih meyakinkan.

3. Format pesan. Komunikator harus mengembangkan suatu format yang tepat unik pesanya, komunikator dengan teliti memilih kata-kata dan kualitas suara. 4. Struktur pesan Pengiklanan harus menentukan bagaimana iklan tersebut akan disajikan kepada audiens, apakah akan disajikan sepihak, yang menunjukan keunggulan saja (one side presentation) atau akan disajikan secara dua pihak, yang mengatakan kekurangan dan kelebihannya (two side argument).

2.2.2.2 Indikator yang membentuk iklan

Indikator iklan menurut Zulkarni R dalam jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis, Vol.3 No. 2, 2001 : 104 – 124 dengan judul “Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Memilih Obat Sakit Kepala” terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan yaitu :

1. Pesan Iklan

Serangkaian dari Simbol – symbol yang disampaikan atau disiarkan oleh pengirim.

2. Tema Iklan

Isi dari pesan yang disampaikan atau disiarkan oleh pengirim. 3. Bintang Iklan (Endorser)

(25)

4. Pengulangan (repetisi)

Penyampaian iklan yang dilakukan secara berulang – ulang atau lebih dari satu dalam sehari.

2.2.3 Merek

2.2.3.1 Pengertian Merek

Merek mempresentasikan persepsi dan perasaan konsumen atas sebuah produk dan kinerjanya, semua hal tentang arti produk atau jasa kepada konsumen (Kotler dan Amstrong, 2006 : 281).

American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang atau desain atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing (Kotler dan Keller,2009 : 258).

Sebuah merek lebih dari sekedar produk. Produk adalah sesuatu yang diproduksi di pabrik, sedangkan merek adalah sesuatu yang dibeli konsumen ( Seetharaman,et al., 2001)

(26)

2.2.3.2 Syar at pemilihan Merek

Pemilihan nama yang baik bisa menambah keberhasilan produk. Namun, menemukan nama merek yang paling baik adalah tugas yang sulit. Agar pemilihan merek berhasil dan nilai merek dapat tercipta, konsumen harus diyakinkan bahwa ada perbedaan berarti diantara merek dalam kategori produk atau jasa.

Merek yang telah dipilih mempunyai pengaruh terhadap kelancaran penjualan sehingga untuk setiap perusahaan hendaknya dapat menetapkan merek atau cap yang dapat menimbulkan kesan yang positif. Untuk itu maka syarat – syarat tersebut dibawah ini perlu diperhatikan (Alma,2000 : 106) :

a. Mudah Diingat

Memilih merek sebaiknya mudah di ingat, baik kata – katanya maupun gambarnya atau kombinasinya, sebab dengan demikian langganan atau calon langganan mudah mengingatnya.

b. Menimbulkan kesan positif

Dalam memberikan merek diusahakan yang dapat menimbulkan kesan positif terhadap barang atau jasa yang dihasilkan bukan kesan yang negative.

c. Tepat untuk promosi

(27)

2.2.3.3 Penetapan Merek

Nama merek harus menunjukan sesuatu tentang manfaat dan kualitas produk, nama merek harus mudah diucapkan, di kenali dan di ingat. Penetapan merek menjadi begitu kuat sehingga saat ini tidak ada produk yang tidak memiliki merek.

Penetapan merek adalah memberikan kekuatan merek kepada produk dan jasa (Kotler dan Keller, 2009 : 260) Penetapan merek adalah tentang menciptakan perbedaaan antraproduk. Agar strategi penetapan merek berhasil dan nilai merek dapat tercipta, konsumen harus diyakinkan bahwa ada perbedaan berarti diantara merek dalam kategori produk atau jasa.

Penetapan merek membantu pembeli dalam banyak cara. Nama merek membantu konsumen mengenali produk yang bisa menguntungkan mereka. Merek juga menyatakan sesuatu tentang kualitas dan konsistensi produk. Penetapan merek, juga memberikan beberapa keuntungan kepada penjual. Nama merek menjadi dasar untuk membangun seluruh kisah mengenai kualitas khusus produk.

2.2.3.4 Kepercayaan Merek

(28)

Menurut Chauduri & Holbrook ( 2001) “Kepercayaan merek adalah kepercayaan konsumen bahwa merek yang mereka inginkan dapat diandalkan, memberikan jaminan tidak merugikan dan kinerjanya sangat berharga atau sangat bermanfaat”.

Menurut Delgado (2004:11), “Kepercayaan merek adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik merek”.

Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa, kepercayaan merek adalah harapan akan kehandalan, dan jaminan yang bermanfaat sebuah merek

(29)

2.2.3.5 Indikator Kepercayaan Merek

Menurut Tjiptono (2004 : 238) kepercayaan merek dapat diukur dengan : 1. Brand Reliabity.

Pada brand trust mempunyai persepsi bahwa merek dapat memenuhi atau memberikan kepuasan akan kebutuhan konsumen dan nilai – nilai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Faktor yang mempengaruhi terdiri dari :

• Merek yang sesuai dengan harapan konsumen.

• Konsumen menaruh kepercayaan terhadap merek.

• Merek yang dikonsumsi konsumen tidak pernah mengecewakan.

• Merek tersebut menjamin kepuasan

2. Brand Intention

Mencerminkan suatu keamanan emosional kepada masing – masing individu, hal ini menggambarkan aspek kepercayaan yang melalui bukti – bukti yang ada untuk membuat perasaan individu terjamin. Faktor yang mempengaruhi brand intention terdiri dari :

• Merek akan jujur dan tulus dalam menuntaskan masalah konsumen untuk

memenui kebutuhan.

• Merek tersebut dapat diandalkan konsumen untuk memenuhi kebutuhan.

• Merek akan memberikan tanggung jawab kepada konsumen bila terdapat

(30)

2.2.3.6 Citr a Merek

Citra merek merupakan interpretasi akumulasi berbagai informasi yang diterima konsumen (Simamora & Lim, 2002). Menurut Kotler (2005) yang menginterpretasi adalah konsumen dan yang diinterpretasikan adalah informasi. Informasi citra dapat dilihat dari logo atau simbol yang digunakan oleh perusahaan untuk mewakili produknya, dimana simbol dan logo ini bukan hanya sebagai pembeda dari para pesaing sejenis namun juga dapat merefleksikan mutu dan visi misi perusahaan tersebut.

Brand Image (Citra merek) juga merupakan keseluruhan persepsi terhadap suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Brand Image dibangun berdasarkan kesan, pemikiran ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap suatu merek yang pada akhirnyaakan membentuk sikap terhadap merek yang bersangkutan (Setiadi, 2003: 180).

Menurut sutisna (1997 :138) citra merek adalah keseluruhan persepsi terhadap merek dan terbentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek.

2.2.3.7 Indikator Citr a Merek

Indikator Citra Merek menurut Jurnal Setyaningsih dan Didit Darmawan (2004 : 41- 49) dengan judul Pengaruh Citra Merek Terhadap Efektifitas Iklan. Terdapat beberapa pendekatan, antara lain :

1. Citra Korporat

(31)

2. Citra Produk

Citra konsumen terhadap suatu produk tentang nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan tersebut..

3. Citra Pemakai

Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut.

2.2.4 Perilaku konsumen

Ada beberapa macam definisi spesifik mengenai perilaku konsumen, yang diantaranya : Perilaku konsumen adalah studi mengenai proses – proses yang terjadi saat individu atau kelompok penyeleksi, membeli, menggunakan, atau menghentikan pemakaian produk, jasa, idea tau pengalaman dalam rangka memuaskan keinginan dan hasrat tertentu. (Solomon,1999)

Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghentikan konsumsi produk, jasa dan gagasan. (Schiffman,2000)

(32)

2.2.4.1 Faktor – faktor Yang Mempengar uhi Perilaku Konsumen

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler, 1997 : 153 – 161). adalah sebagai berikut :

1. Faktor-Faktor Kebudayaan a. Budaya

Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.

b. Sub Budaya

Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis.

c. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.

2. Faktor-Faktor Sosial a. Kelompok Referensi

(33)

b. Keluarga

Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli.

c. Peranan dan Status

Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalampengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya.

3. Faktor-Faktor Pribadi

a. Usia dan Tahap Daur Hidup

Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan dengan usianya.

b. Pekerjaan

Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan tertentu.

c. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatanyang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk.

d. Gaya Hidup

(34)

e. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.

4. Faktor-Faktor Psikologis a. Motivasi

Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu. b. Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan. Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.

c. Belajar

Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan mempelajarinya.

d. Kepercayaan dan Sikap

Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah laku pembelian.

2.2.5 Keputusan Pembelian

(35)

mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memlilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku.

Sedangkan menurut Kotler (1994 : 257) pengambilan keputusan oleh konsumen adalah tahap penilaian yang menyebabkan konsumen membentuk suatu pilihan yang mengakibatkan konsumen tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan.

Sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purna beli. Dalam tahap ini konsumen merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, dia akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian produk di perusahaan yang sama di masa yang akan datang.

2.2.5.1 Tahap- tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian

Proses pengambilan keputusan pembelian sangat bervariasi. Ada yang sederhana ada pula yang kompleks, Hawkins et al (1992) dan Engel et al (1990) membagi proses pengambilan keputusan kedalam tiga jenis, yaitu pengambilan keputusan yang luas (extended decision making),pengambilan keputusan yang terbatas (limited decision making), dan pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan (habitual decision making).

(36)

dapat dipecahkan melalui pembelian beberpa produk. Untuk keperluan ini, konsumen mencari informasi tentang produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masing- masing alternative tersebut dapat memecahkan masalahnya. Evaluasi produk atau merek akan mengarah kepada keputusan pembellian. Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi hasil dari keputusannya.

Proses pengambilan keputusan terbatas terjadi apabila konsumen mengenal masalahnya, kemudian mengevaluasi beberapa alternative produk atau merek berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tanpa berusaha (atau hanya melakukan sedikit usaha) mencari informasi baru tentang merek atau produk tersebut. Seseorang yang memutuskan untuk membeli suatu produk atau merek tertentu yang baru dikarenakan ‘bosan’ dengan merek yang sudah ada, atau karena ingin mencoba/merasakan sesuatu yang baru. Keputusan yang demikian hanya mengevaluasi aspek sifat / corak baru dari alternative – alternative yang tersedia.

Proses pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan merupakan proses yag paling sederhana, yaitu konsumen mengenal masalahnya kemudian langsung mengambil keputusan untuk membeli merek / produk kegemarannya (tanpa evaluasi alternative). Evaluasi hanya terjadi bila merek yang dipilih tersebut ternyata tidak sebagus / sesuai dengan yang diharapkan.

2.2.5.2 Indikator pembentuk keputusan pembelian

(37)

persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan yang menunjang keputusan pembelian tersebut. Adapun indikator dari keputusan pembelian adalah sebagai berikut (Bayas’ud dan Kurniawan, 2006 : 7 - 24 ) :

a. Tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain

b. Tentang penjual

Konsumen harus dapat mengambil keputusan dimana akan melakukan pembelian produk tersebut.

c. Tentang Waktu pembelian

Konsumen harus mengambil keputusan tentang kapan dan dimana ketika hendak memebeli suatu produk atau digunakan alternative lainnya.

d. Tentang cara pembayaran

Konsumen harus dapat mengambil keputusan tentang bagaimana cara pembayaran yang mudah dan fleksibel tanpa harus bersusah payah membayar barang yang akan dibelinya.

e. Tentang jumlah Produk

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang produk yang akan dibeli sesuai dengan kuantitas produk tersebut yang diharapkan.

2.3 Pengaruh Iklan Ter hadap Keputusan Pembelian

(38)

perlu informasi yang jelas terhadap produk yang di iklankan. Melalui informasi yang jelas maka calon pembeli akan melakukan keputusan untuk pembelian.

Dalam memutuskan mengkonsumsi produk bisa dipengaruhi oleh informasi produk yang diiklankan, tampilan iklan yang menarik dan model yang ada di iklan. Menurut Sutisna (2003 : 276) setiap iklan dirancang untuk memenuhi atau mencapai sasaran tertentu. Iklan sebaiknya dirancang untuk mencapai sasaran, karena tujuan akhir dari program periklanan adalah untuk mendorong terjadinya keputusan pembelian konsumen. Iklan yang kreatif dipercaya memiliki daya pikat yang lebih besar karena mampu menonjolkan diri diantara iklan-iklan lain (Shimp, 2000:320). Tujuannya memudahkan konsumen menyerap intisari dan melahirkan sikap yang positif. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa iklan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, karena iklan mempunyai peran yang sangat kuat dalam membujuk konsumen yang terjaring untuk mengikuti produk yang diinformasikan. Informasi media periklanan yang lancar dan mudah dipahami oleh masyarakat (konsumen) akan memberikan tanggapan yang positif bagi konsumen. Harapan positif di hati masyarakat merupakan tujuan utama produsen dalam menawarkan produknya sehingga bisa diterima di pasaran.

2.4 Pengaruh keper cayaan mer ek terhadap keputusan pembelian

(39)

hubungan. Adanya konsistensi merek dalam memenuhi harapan konsumen yang menciptakan kepercayaan merek diyakini dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan keputusan pembelian.

Kepercayaan merek adalah kepercayaan konsumen bahwa merek yang mereka inginkan dapat diandalkan, memberikan jaminan tidak merugikan dan kinerjanya sangat berharga atau sangat bermanfaat ( Chauduri & Holbrook : 2001). Kepercayaan dianggap sebagai dasar dalam hubungan dengan konsumen dan kepercayaan merupakan atribut terpenting yang dimiliki merek. Adanya kepuasan pada konsumen akan menimbulkan kepercayaan, karena adanya konsistensi merek dalam memenuhi harapan konsumen. Pengukuran kepercayaan merek menurut Tjiptono (2004 : 238) menggunakan Brand Reability dan Brand Intention. Dimana keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan konsumen. Brand Reability memiliki persepsi bahwa merek dapat memenuhi atau memberikan kepuasan akan kebutuhan konsumen yang dinilai dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Sedangkan Brand Intention mencerminkan suatu keamanan emosional kepada masing – masing

individu yang menggambarkan aspek kepercayaan melalui bukti – bukti yang ada.

2.5 Pengaruh citr a merek terhadap keputusan pembelian

(40)

tersebut akan memberikan kualitas yang terbaik, kenyamanan, status, dan lain – lain yang menjadi pertimbangan konsumen ketika melakukan pembelian (Shimp, 2008 : 8).

(41)

2.6 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

KEPUTUSAN PEMBELIAN

(Y)

CITRA MEREK (X3)

(42)

2.7 Hipotesis

Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisa dengan membuat hipotesa yaitu :

1. Diduga iklan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

(43)

3.1 Definisi Operasional Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arti dan makna sebenarnya variabel yang akan digunakan dalam penelitian sehingga tidak terjadi salah penafsiran, berikut ini akan dibuat suatu definisi operasional serta pengukuran variabel, masing – masing variabel antara lain sebagai berikut :

1. Iklan (X1)

Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media yang sekaligus bertujuan mempengaruhi orang untuk membeli. Menurut David dkk dalam Kasali (2003), iklan memiliki beberapa indikator sebagai berikut :

1. Tema iklan (X1.1).

Tema pesan yang disampaikan menarik sehingga dapat mempengaruhi sikap konsumen.

2. Isi pesan iklan (X1.2)

Pesan yang disampaikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. 3. Bintang iklan (X1.3).

Artis terkenal yang digunakan dalam iklan tersebut. 4. Pengulangan (X1.4)

(44)

2. Kepercayaan Merek (X2)

Kepercayaan pada merek merupakan rasa aman yang dimiliki konsumen akibat dari interaksinya dengan sebuah merek, yang berdasarkan persepsi bahwa merek tersebut dapat diandalkan dan bertanggung jawab atas kepentingan konsumen. Menurut Tjiptono (2004 : 238) indikator kepercayaan merek sebagai berikut:

1. Brand Reability (X2.1) faktor – faktor yang digunakan adalah : • Merek yang sesuai dengan harapan konsumen.

• Konsumen menaruh kepercayaan terhadap merek.

• Merek yang dikonsumsi konsumen tidak pernah mengecewakan.

• Merek tersebut menjamin kepuasan

2. Brand Intention (X2.2) Faktor – faktor yang digunakan adalah :

• Merek akan jujur dan tulus dalam menuntaskan masalah konsumen

untuk memenuhi kebutuhan.

• Merek tersebut dapat diandalkan konsumen untuk memenuhi

kebutuhan.

• Merek akan memberikan tanggung jawab kepada konsumen bila

terdapat masalah dengan produk. 3. Citr a Merek (X3)

(45)

1. Citra Korporat (X3.1)

Merupakan masalah yang berkaitan dengan perusahaan mengenai citra positif perusahaan.

2. Citra Produk (X3.2)

Merupakan masalah mengenai produk yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada konsumen.

3. Citra Pemakai (X3.3)

Merupakan citra yang terbentuk dari setiap konsumen. 4. Keputusan Pembelian (Y)

Tahap penilaian keputusan yang menyebabkan konsumen membentuk pilihan mereka membeli dan mengkonsumsi. Adapun indikator dari keputusan pembelian adalah sebagai berikut (Bayas’ud dan Kurniawan, 2006 : 7 - 24 ) :

1. Tentang jenis produk (Y1)

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain.

2. Tentang penjual (Y2)

Konsumen harus dapat mengambil keputusan dimana akan melakukan pembelian produk tersebut.

3. Tentang Waktu pembelian (Y3)

(46)

4. Tentang cara pembayaran (Y4)

konsumen harus dapat mengambil keputusan tentang bagaimana cara pembayaran yang mudah dan fleksibel tanpa harus bersusah payah membayar barang yang akan dibelinya.

5. Tentang jumlah Produk (Y5)

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang produk yang akan dibeli sesuai dengan kuantitas produk tersebut yang diharapkan.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Pengukuran dalam variabel penelitian ini menggunakan skala interval yang menggunakan semantic differential scale yaitu skala sikap yang menggunakan dua kutub bipolar yang saling berlawanan dan dapat dinyatakan dengan pecahan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertayaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang mempunyai sifat saling bertentangan dalam rentang dua sisi. Metode pengukuran ini umumnya digunakan untuk mengetahui sikap penilaian responden terhadap merek dagang, produk, identifikasi perusahaan, pekerjaan individu tertentu dan dimensi yang lain. Tanggapan tersebut dinyatakan dengan memberi skor antara 1 – 5 pada masing – masing skala, contoh :

1 5

Sangat tidak baik sangat baik

(47)

3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantono dan Supomo : 2002). Populasi dari penelitian ini adalah orang – orang yang pernah membeli dan menggunakan provider IM3 setelah melihat iklannya di berbagai media.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008 : 80). Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel non probabilitas yaitu penentuan sampel tidak secara acak. Dimana pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan ciri – ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu, metode ini biasa disebut purposive sampling.

(48)

diestimasi (Augusty, 2002 : 48). Namun, sampel yang dipilih mengacu pada pendapat (Rescue, 1975) dalam (Widayat 2002) yaitu memenuhi kriteria :

1. Ukuran jumlah sampel harus berkisar antara 30 dan 500.

2. Apabila faktor yang digunakan dalam penelitian itu banyak, maka ukuran sampel minimal 10 kali atau lebih dari jumlah faktor.

3. Jika sampel akan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian, maka ukuran sampel minimum 30 untuk tiap bagian yang diperlukan.

Dikarenakan jumlah populasi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan karena keterbatasan waktu dan dana, dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah 14 x 6 = 84, dan itu sudah cukup memenuhi syarat seperti yang ditentukan pada pendapat di atas.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 J enis Data

a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dalam penelitian yaitu data berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi objek penelitian. Data ini diperoleh langsung dari responden yang pernah menggunakan produk yang menjadi objek penelitian.

(49)

berupa buku, laporan, jurnal – jurnal, majalah penelitian terdahulu atau lain – lain.

3.3.2 Sumber Data

1. Sumber data primer dalam penelitian ini dihimpun dari wawancara dan pemberian kuesioner kepada para responden sebagai sampel yang terpilih, dimana data – data tersebut memuat karakteristik demografi dan persepsi responden mengenai pengaruh iklan, kepercayaan merek dan citra merek terhadap keputusan pembelian provider GSM IM3. 2. Data Sekunder dalam penelitian ini didapat dari sumber – sumber yang

lain seperti data dari Top Brand Index, majalah literature dan jurnal yang mendukung dan berhubungan dengan topik penelitian.

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik :

a. Kuesioner. Merupakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban dan responden. Kelebihan dari dibuatnya kuesioner adalah (Rangkuti, 2005 : 45) :

• Pertanyaan dan jawaban dapat dilakukan secara jelas

• Dapat digali informasi yang lebih terperinci dengan reliabilitas

dan validitas setinggi mungkin.

• Pewawancara dapat mengontrol pertanyaan sehingga tidak

(50)

b. Wawancara. Metode yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap konsumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan mencatat kegiatan yang ada.

c. Dokumentasi. Yaitu pengumpulan data yang diambil dari arsip dan laporan yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan pendekatan Structural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan software Partial Least Square

(PLS). PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian (variance). PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian.

Keunggulan Model persamaan struktural (SEM) dari SPSS dikarenakan (SEM) merupakan persamaan teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antar variabel yang kompleks baik recursive maupun non recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang keseluruhan model. PLS dapat digunakan sebagai konfirmasi teori (theoritical testing) dan merekomendasikan hubungan yang belum ada dasar teorinya.

(51)

untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variable laten. Oleh karena lebih menitik beratkan pada data dan dengan prosedur estimasi yang terbatas, maka mengspesifikasi model tidak begitu berpengaruh terhadap estimasi parameter. Dalam pendekatan PLS, ada dua macam indicator yaitu indikator refleksif atau reflective indicator dan indikator formatif atau formative indicator. Reflective indicator adalah indikator yang dianggap dipengaruhi oleh konstruk

laten, atau indikator yang dianggap merefleksikan/merepresentasikan konstruk laten. Reflective indicator mengamati akibat yang ditimbulkan oleh variabel laten. Seddangkan Formative indicator adalah indicator yang dianggap mempengaruhi variabel laten. Formative indicator mengamati faktor penyebab dari variabel laten.. Ciri-ciri model indikator reflektif :

1. Arah hubungan kausalitas dari variabel laten ke indikator.

2. Antar indikator diharapkan saling berkorelasi (instrumen harus memiliki internal consistency reliability).

3. Menghilangkan satu indikator, tidak akan merubah makna dan arti variabel yang diukur.

4. Kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.

Gambar 3.1 indikator reflektif Faktor X1

X1.1

X1.2

X1.3

(52)

Sedangkan Ciri-ciri model indikator formatif :

1. Arah hubungan kausalitas dari indikator ke variabel laten.

2. Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji reliabilitas konsistensi internal).

3. Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari variabel Laten.

4. Kesalahan pengukuran berada pada tingkat variabel laten (zeta).

Gambar 3.2 Indikator formatif

Dalam penelitian ini, model indikator yang digunakan adalah indikator reflektif. Penaksiran pengaruh masing – masing indikator variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur, maka model analisis jalurnya akan nampak sebagai berikut :

Faktor X1

X1.1

X1.2

X1.3

(53)
(54)

X3.3 = Citra Pemakai

Y = Keputusan Pembelian Y1 = Jenis Produk

Y2 = Penjual

Y3 = Waktu pembelian Y4 = Cara Pembayaran Y5 = Jumlah Produk

3.4.2 Pengujian Hipotesis

3.4.2.1Asumsi Model Partial Least Squar e (PLS)

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan: (1) inner model yang menspesifikasikan hubungan antara variabel laten (struktur model), (2) outer model yang menspesifikasikan hubungan antara variabel laten dengan indikator atau variabel manifestnya (measurement model) dan (3) weight relation dalam nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasinya, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau manifest variabel diskala zero means dan unit variance (nilai standardized) sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat

dihilangkan dalam model.

1. Inner Model

(55)

antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Model persamaannya dapat ditulis seperti dibawah ini.

η = βo + βμ + Гξ + ζ (1)

Dimana η menggambarkan vektor endogen (dependen) variabel laten, ξ adalah vektor variabel laten exogen, dan ζ adalah vektor variabel residual (unexpalined variance). Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antara variabel laten, setiap variabel laten

dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut.

ηj = Σi

β

ji

η

i + Σi

γ

jb

ξ

b +

ζ

j (2)

Dimana βji dan

γ

jb adalah koefisien jalur yang menghubungkan

predikator endogen dengan variabel laten exogen ξ dan η sepanjang range index i dan b dan

ζ

j adalah inner residual variabel.

2. Outer Model

Outer model sering juga disebut (outler relation, atau measurement model) mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator

(56)

X = Λx

ξ

+

ε

x

Y = Λy

η

+

ε

y (3)

Dimana x dan y adalah indikator atau manifest variabel untuk variabel untuk variabel laten exogen dan endogen ξ dan η, sedangakan Λx dan Λy merupakan matrik loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya.

Residual yang diukur dengan

ε

x dan

ε

y dapat diinterpretasikan sebagai

kesalahan pengukuran atau noise.

Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut,

ξ

= Пξ x +

δ

ξ

η

i = Пη y +

δ

η (4)

Dimana ξ , η , x dan y sama dengan yang digunakan pada persamaan (3). Пx dan Пy adalah koefisiensi regresi berganda dari variabel laten dan blok indikator

δ

x dan

δ

y adalah residual dan regresi.

3. Weight Relation

Inner dan outler model memberikan spesifikasi yang diikuti

(57)

relation. Nilai kasus utnuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS

berikut.

ξ

b = Σ kb Wkb Xkb

η

i = Σ ki Wki

y

ki (5)

Dimana dan Wkb dan Wki adalah k weight yang digunakan untuk

membentuk estimasi variabel laten

ξ

b dan

η

i. estimasi variabel laten

adalah linier agregat dari indikator yang dinilai weighnya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasi oleh inner dan outer

model dimana η adalah vektor variabel laten endogen (dependen) dan

ξ

adalah vektor variabel laten exogen (independen),

ζ

merupakan vektor

residual dan β serta Г adalah matrik koefisien jalur ( path coefficient).

3.4.2.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(58)

berdasarkan pada substantive content-nya yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut berdasarkan

pada Chin dalam (Ghozali, 2008 : 24).

Convergent validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan

tinggi jika berkorelasi lebih dari 0.70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian menurut Chin dalam (Ghozali, 2008 : 24) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.50 sampai 0.60 dianggap cukup. Sedangkan discriminant validity dinilai berdasarkan crossloading, jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Bisa juga dinilai dengan square root of average variance extarcted (AVE), jika nilai akar kuadrat AVE setiap. kontruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik Fornell dan Larcker dalam (Ghozali, 2008 : 25).

(59)

asumsi tidak terdapt perubahan psikologis pada responden. Instrumen yang baik tidak bersifat mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu sebagaimana yang dikehendaki oleh peneliti. Untuk menguji apakan instrumen tersebut reliabel dilihat dari nilai composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dan juga nilai Cronbach’s Alpa. Jika nilai composite reliability maupun cronbach alpha diatas 0.70 berarti konstruk dinyatakan reliabel (Ghozali,2008:43).

3.4.5 Evaluasi Model

Model evaluasi PLS penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Model Pengukuran atau Outer Model

Pada penelitian PLS model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif melakukan evaluasi dengan convergent validity dan discriminat validity dari indikatornya serta composite reliability untuk

blok indikator. Sedangkan indikator formatif dievaluasi berdasarkan pada substantive content-nya yaitu membandingkan besarnya relative weight

dan melihat siginifikansi dari ukuran weight tersebut (Imam, 2008).

Convergent validity dari model pengukuran dengan indikator

refleksif dinilai berdasarkan korelasi antara item score atau component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif

(60)

mengembangkan skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai dengan 0,60 (Imam, 2008).

2. Model Str uktural atau Inner Model

Model struktural atau inner model yang di evaluasi dengan melihat persentase variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R² untuk konstruk laten dependen, Stone-Geisse Q-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Berikut ini merupakan kriteria penilaian model Partial Least Square yang diajukan oleh (Chin, 1998).

Tabel 3.1. Kriteria Penilaian PLS

Kriteria Penjelasan

Evaluasi Model Struktural R untuk variabel laten endogen

Hasil R sebesar 0.67, 0.33, dan 0.19 untuk variabel laten endogen dalam model structural mengidentifikasikan bahwa model “baik”, “moderat” dan “lemah” Estimasi koefisien jalur Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam

model structural harus signifikan ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstrapping. F untuk effect sice Nilai f sebesar 0.02, 0.15 dan 0.35 dapat

diinterpretasikan apakah predicator variabel laten mempunyai pengaruh yang lemah, medium ataukah besar pada tingkat structural

Relevansi prediksi (Q dan q) Prosedur blindfolding digunakan untuk menghitung

Q = Σ DED

Σ DOD

(61)

of square of prediction errors, dan O adalah sum of squares of observation. Nilai Q diatas nol memberikan bukti bahwa model memiliki predictive

relevance (Q dibawah nol

mengidentifikasikan model kurang memiliki predictive relevance. Dalam kaitannya dengan f. dampak relative model structural terhadap pengukuran variabel dependen laten dapat dinilai dengan q

Evaluasi model pengukuran refleksif

Loading faktor Nilai loading faktor harus diatas 0.70 Composite Reability Composite reability mengukur internal

consistency dan nilainya harus diatas 0.60 Average variance extracted Niali average Variance Extracted (AVE)

harus diatas 0.50

Validitas Diskriminan Nilai akar kuadrat dari AVE harus lebih besar dari pada nilai korelasi antar variabel laten

Cross Loading Merupakan ukuran lain dari validasi diskriminan. Diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten variabel lainnya.

Evaluasi Model Pengukuran Formatif

Signifikansi nilai weight Nilai estimasi untuk model pengukuran formatif signifikan. Tingkat signifikansi ini dinilai dengan prosedur bootstrapping Multikolonieritas Variabel manifest dalam blok harus diuji

(62)

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Per usahaan

PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Persero) adalah sebuah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi yang lengkap dan terbesar kedua di Indonesia untuk jasa seluler (Matrix, Mentari dan IM3). Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing, dan memulai operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat menyediakan layanan seluler, telekomunikasi internasional dan layanan satelit bagi penyelenggara layanan broadcasting.

(63)

Pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3) dan menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia, dan pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.. Dengan demikian, Indosat kembali menjadi PMA. Pada bulan November 2003 Indosat melakukan penggabungan usaha tiga anak perusahaannya (akuisisi) PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha, sehingga menjadi salah satu operator selular utama di Indonesia.

Pertumbuhan jumlah pelanggan yang sangat positif ini didukung oleh berbagai inisiatif pemasaran dan program peningkatan kualitas layanan di berbagai bidang. Dimasa mendatang, diprediksikan bahwa sektor telekomunikasi seluler akan tetap menjadi mesin pendorong utama pertumbuhan sektor telekomunikasi global.

(64)

4.1.2 VISI dan MISI PT.Indosat, Tbk

VISI : ”To became the leading celular / wireless focused, fully integrated telecommunication network and service provider in Indonesia”

MISI :

1. To provide and develope innovative and quality products, service, and solution, which offer the best value to our customers.

2. To continuosly grow shareholder values

3. To provide better quality of life to our stakeholders.

4.1.3 J enis Produk PT. Indosat,Tbk

1. Mentar i Paket DASAR (Paket BONUS atau Paket REGULER) Adalah paket yang menawarkan tarif nelpon dengan pembulatan pemakaian per 30 detik, serta program-program menarik seperti: Mentari Hebat Ber-5, Mentari FreeTalk 5000 dan MentariFreeTalk 5 Jam.

2. Mentar i Paket per Detik (Paket MENTARI atau Paket SAKTI) Adalah paket yang menawarkan tarif nelpon dengan pembulatan pemakaian per detik, sertaprogram-program menarik seperti: Mentari Obral Obrol dan Mentari Obral SMS.

(65)

4. Mentar i Paket 50 Adalah paket yang menawarkan tarif nelpon Rp 50/menit ke sesama Indosat lokal (24 Jam) baik saat pelanggan ada di wilayah asal maupun di luar wilayah asal.

5. Matr ix adalah GSM pascabayar dengan mobilitas yang semakin tinggi, sambungan lebih cepat, liputan lebih luas dan kualitas sinyal maupun suara yang lebih jernih serta akses 3G/3.5G. Dilengkapi dengan kapasitas SIM card yang lebih besar dan menu browser yang canggih yang akan membawa pelanggan ke dimensi baru Personal Data Communication. Jaringan Matrix yang mencakup lima benua di dunia, memungkinkan Matrix untuk dibawa ke luar negeri dan seluruh wilayah di Indonesia. Kartu GSM pasca bayar untuk para profesional dan masyarakat bermobilitas tinggi Memiliki jangkauan jelajah internasional terluas di lebih dari 120 negara di dunia Menyajikan beragam layanan hi-tech bagi pelanggan yang banyak memanfaatkan fitur canggih

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Umum Keadaan Responden

(66)

4.2.1.1 J enis Kelamin Responden

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada responden sebanyak 84 orang, maka diperoleh gambaran responden berdasarkan jenis kelaminnya seperti berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden laki – laki dalam penelitian ini sebanyak 44 orang atau sebesar 52,4 % , dan responden perempuan sebanyak 40 orang atau sebesar 47,6 %.

4.2.1.2 Usia Responden

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada responden sebanyak 84 orang, diperoleh gambaran responden berdasarkan usia seperti berikut ini :

Tabel 4.2

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki – Laki 44 52,4

2 Perempuan 40 47,6

(67)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 17 – 20 tahun sebanyak 41 orang atau 48,8 %, responden berusia 23 – 28 tahun sebanyak 31 orang atau 36,9 %, dan responden berusia > 29 tahun sebanyak 12 orang atau 14,3 %.

4.2.2 Deskr ipsi Variabel Penelitian

4.2.2.1 Var iabel Iklan (X1)

Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media yang sekaligus bertujuan mempengaruhi orang untuk membeli. Berikut adalah deskripsi variabel iklan berdasarkan indikator masing – masing :

Tabel 4.3

Frekuensi jawaban responden mengenai variabel Iklan (X1)

No Pertanyaan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1 Tema iklan yang disampaikan

provider IM3 menarik 0 0 6 50 28 84

3 Artis yang ditampilkan dalam iklan

(68)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui deskripsi variabel iklan adalah sebagai berikut :

a. Pada item pertanyaan pertama mengenai kemampuan provider IM3 menyampaikan tema iklan, sebagian besar responden menjawab pada skor 4 yakni masing – masing sebanyak 50 responden atau 59,5 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dapat menerima dengan baik tema iklan yang disampaikan provider IM3.

b. Pada item pertanyaan yang kedua mengenai bahasa yang digunakan dalam penyampaian iklan yang dibuat provider IM3, sebagian responden menjawab pada skor 4 yakni masing – masing 48 responden atau 57,1 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dapat memahami bahasa yang digunakan dalam iklan provider IM3.

c. Pada item pertanyaan yang ketiga mengenai artis yang ditampilkan dalam iklan provider IM3, sebagian responden menjawab pada skor 5 yakni masing – masing 43 responden atau 51,2 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa artis yang ditampilkan dalam iklan provider IM3 sangat menarik perhatian responden.

(69)

tersebut menunjukkan bahwa frekuensi penayangan iklan yang ditampilkan berulang-ulang dalam sehari bisa diterima responden.

4.2.2.2 Deskr ipsi Variabel Kepercayaan Merek

Kepercayaan pada merek merupakan rasa aman yang dimiliki konsumen akibat dari interaksinya dengan sebuah merek, yang berdasarkan persepsi bahwa merek tersebut dapat diandalkan dan bertanggung jawab atas kepentingan konsumen. Berikut adalah deskripsi variabel kepercayaa merek berdasarkan indikator masing - masing :

Tabel 4.4

Frekuensi jawaban responden variabel kepercayaan merek (X2)

No Pertanyaan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1.

IM3 sudah memenuhi kebutuhan penggunaan kartu seluler sesuai dengan

harapan

0 0 15 39 30 84

Prosentase 0 0 17,9 46,4 35,7 100

2. Anda merasakan kenyamanan dalam

menggunakan IM3 0 0 15 46 23 84

Prosentase 0 0 17,9 54,8 27,3 100

Sumber : jawaban kuesioner

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 indikator reflektif
+7

Referensi

Dokumen terkait

MoU dengan beberapa perusahaan dan Lembaga pemerintah, diantaranya, GIZ Jerman, Perguruan Tinggi (ITS, Unity Malaysia, BSI, UNY), industri rumah tangga di sekitar

4 Kerjasama kemitraan dengan PKL Kerjasama dalam bentuk pemberian kebijakan modal pembayaran usaha yang diharpkan dapat melangsungka n kegiatan usaha PKL

Kesimpulan penelitian yaitu peran kepala madrasah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di MA Muhammadiyah Sukarame Kota Bandar Lampung

normatif” yang berarti jenis penelitian yang fokus kajiannya menitikberatkan pada asas-asas hukum dan kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam berbagai ketentuan

Teknik analisis data yang digunakan Cochran Q- Test untuk mengetahui alasan-alasan mahasiswa Kampus 1 Universitas Sanata Dhrarma menggunakan jasa laundry and dry cleaningd. Hasil

Latar Belakang: Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus efusi pleura didunia cukup tinggi menduduki urutan ke-3. Efusi pleura dapat terjadi sebagai komplikasi

1. Beton precast dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan desain yang diinginkan. Beberapa bangunan yang lebih menonjolkan bentuk arsitektural akan sangat membutuhkan

Pada Penelitian ini dilakukan pengolahan dan intrepetasi data magnetik sekunder yang diperoleh dari hasil pengukuran bawah permukaan Kendalisodo Kabupaten Semarang