• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA TEKNOLOGI PENDIDIKAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA TEKNOLOGI PENDIDIKAN."

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPESTUDENT

TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA TEKNOLOGI PENDIDIKAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Iga Linggar Larasti NIM 12105241029

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang.

(6)

Dengan mengharap ridho Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Ibu dan bapak tercinta yang senantiasa mendoakan, memberi semangat,

perhatian, dan kasih sayang yang tiada hentinya 2. Almamater FIP UNY dan

(7)

☞ ✌✍ ✎✌✏✑ ✒✍✎✒✍✏✌ ✓✔ ✒✕ ✔✓ ✌✖✔✍ ✗✘ ✙✚✛✗✔ ✖✍ ✒✜

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media video instruksional pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) yang layak untuk meningkatkan motivasi belajar Teknologi Pendidikan dalam pembelajaran model dan desain sistem pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) dengan menggunakan model pengembangan Borg dan Gall. Langkah yang ditempuh meliputi penelitian dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan draft produk, uji coba lapangan awal, merevisi hasil uji coba lapangan awal, uji coba lapangan utama, revisi uji coba lapangan utama, uji coba pelaksanaan operasional, penyempurnaan produk akhir. Sebelum produk diujicobakan ke mahasiswa Teknologi Pendidikan, produk melalui tahap uji validasi ke ahli materi dan ahli media instruksional. Produk dinyatakan layak dinilai dari hasil tiga kali uji coba dan hasil penilaian ahli materi dan ahli media instruksional. Meningkatnya motivasi mahasiswa dapat dilihat dari hasil pre-tes dan post-tes yang telah dilakukan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi dan angket. Angket menggunakan skala Likert model lima pilihan. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif.

(8)

✦✧★ ✧✩✪ ✫ ✬✧✫ ★ ✧✭

Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

TEKNOLOGI PENDIDIKAN .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin penelitian dalam proses menyelesaikan skripsi.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah memberikan izin untuk penelitian.

4. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan.

5. Bapak Deni Hardianto, M.Pd dan Bapak Estu Miyarso, M.Pd selaku ahli materi dan ahli media instruksional yang telah memberikan kritik dan saran untuk media video model kooperatif tipe STAD.

6. Segenap Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNY yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

(9)
(10)

✮✯ ✰✱ ✯✲✳ ✴✳

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

✵✯✵✳✶✷✸✮✯✹✺✻ ✺✯✸ A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Pengembangan ... 7

F. Manfaat Pengembangan ... 7

G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 8

H. Definisi Operasional ... 9

✵✯✵✳ ✳✼✯✽✳ ✯✸✱✷✾✲✳ A. Karakteristik Mahasiswa Teknologi Pendidikan ... 10

B. Motivasi Belajar ... 11

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 12

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 12

(11)

4. Langkah-langkah▲▼◆❖P ◗▼❘P ❙❚❯ ❱❲ ❳❨❩P❬P ❚P◗▼❭❩ ❬❩❯❩ ❪◗❯(STAD) .. 17

5. Manfaat▲▼◆❖P ◗▼❘P ❙❚❯❱❲❳❨❩P❬P❚P ◗▼❭❩❬❩❯❩ ❪◗❯(STAD) untuk Pembelajaran ... 19

6. Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe▲ ▼◆❖P ◗▼❘P ❙❚❯❱ ❲❳❨❩P❬P❚P ◗▼❭❩❬❩❯❩ ❪ ◗❯(STAD) dengan Teknologi Pendidikan ... 20

D. Video Pembelajara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe▲▼◆❖P ◗▼ ❘P ❙❚❯❱❲❳❨❩P❬P❚P ◗▼ ❭❩❬❩❯ ❩ ❪◗❯(STAD) ... 21

1. Pengertian Media Video Pembelajaran... 21

2. Karakteristik Media Video Pembelajaran ... 22

3. Kriteria Media Video Pembelajaran ... 23

4. Manfaat Media Video Pembelajaran ... 25

5. Kelebihan Media Video Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe▲▼◆❖ P ◗▼❘P ❙❚❯❱❲❳❨❩P❬ P ❚P ◗▼❭❩❬❩❯ ❩ ❪◗❯(STAD) .... 27

6. Kedudukan Media Video dalam Kawasan Teknologi Pendidikan ... 28

7. Prosedur Pengembangan Media Video ... 31

E. Penelitian yang Relevan ... 41

F. Kerangka Pikir ... 41

❫❴ ❫❵ ❵❵❛❜❝ ❞❡ ❜❢ ❜❣ ❜❤ ❵❝❵❴ ❣ A. Model Pengembangan ... 45

B. Prosedur Pengembangan ... 45

1. Penelitian Awal dan Pengumpulan Data ... 45

2. Perencanaan ... 46

3. Pengembangan Draf Produk dan Validasi ... 46

4. Uji Coba Lapangan Awal ... 47

5. Revisi Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 47

6. Uji Coba Lapangan Utama ... 47

7. Revisi Uji Coba Lapangan Utama ... 48

8. Uji Coba Operasional ... 48

9. Penyempurnaan Produk Akhir ... 48

10. Desiminasi dan Implementasi ... 48

C. Jenis Data ... 49

(12)

✐❥ ✐❦❧♠❥ ♥ ❦♦♣qr q ♦❦s ❦❥rt❥r♣ q✉ ✐❥ ♠❥ ♥❥r

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Hasil Penelitian dan Pengumpulan Data ... 57

2. Hasil Perencanaan Pengembangan... 58

3. Hasil Pengembangan Draft Produk Awal ... 58

1) Hasil Validasi Ahli Materi... 59

2) Hasil Validasi Ahli Media Instruksional ... 67

4. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 76

5. Revisi Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 78

6. Hasil Uji Coba Lapangan Utama ... 78

7. Revisi Hasil Uji Coba Lapangan Utama ... 79

8. Hasil Uji Coba Pelaksanaan Operasional ... 79

9. Hasil Penyempurnaan Produk Akhir ... 81

B. Pembahasan... 82

✐❥ ✐❧✈q ♥❦✉♣✇♦❥rt❥r♥❥ ①❥ r A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 91

C. Keterbatasan Pengembangan ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(13)

②③④ ⑤ ③⑥⑤ ③⑦⑧ ⑨

hal

Tabel 1. Perhitungan Skor Individual .. 17

Tabel 2. Perhitungan Skor Tim . 17

Tabel 3. Fase dalam⑩❶❷❸❹❺❶❻❹❼❽❾ ❿ ➀➁➂➃ ❹➄ ❹❽ ❹❺❶➅➃ ➄➃❾ ➃➆ ❺(STAD) . 18

Tabel 4. Subjek Penelitian 49

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi . 50 Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Media Instruksional .. 51 Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen untuk Mahasiswa . 52

Tabel 8. Skala Likert . 53

(14)

➇➈ ➉➊➈ ➋➌➈➍ ➎➈ ➋

hal Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian . 44 Gambar 2. Grafik Perolehan Skor Ahli Materi Tahap I .. 60

Gambar 3. Teks Sebelum Revisi .. 61

Gambar 4. Teks Sesudah Revisi .. 61

Gambar 5. Talent Dosen Sebelum Revisi Ahli Materi 62 Gambar 6. Talent Dosen Sesudah Revisi Ahli Materi 62 Gambar 7. Praktek Sebelum Revisi Ahli Materi . 63 Gambar 8. Praktek Sesudah Revisi Ahli Materi .. 63 Gambar 9. Grafik Perolehan Skor Ahli Materi Tahap II . 65 Gambar 10. Unsur Motivasi dan Penghargaan Sebelum Revisi ... 66 Gambar 11. Unsur Motivasi dan Penghargaan Sesudah Revisi . 66 Gambar 12. Grafik Perbandingan Hasil Validasi Ahli Materi ... 67 Gambar 13. Grafik Perolehan Skor Ahli Media Instruksional Tahap I . 69

Gambar 14. Contoh Cover Sebelum Direvisi 70

Gambar 15. Contoh Cover Sesudah Direvisi . 70

Gambar 16. Praktek Sebelum Revisi Ahli Media Instruksional 71 Gambar 17. Praktek Sesudah Revisi Ahli Media Instruksional . 71 Gambar 18. Talent Dosen Sebelum Revisi Ahli Media Instruksional ... 72 Gambar 19. Talent Dosen Sesudah Revisi Ahli Media Instruksional ... 72 Gambar 20. Grafik Perolehan Skor Ahli Media Instruksional Tahap II 75 Gambar 21. Tambahan Referensi Sesudah Revisi . 75 Gambar 22. Grafik Perbandingan Hasil Validasi Ahli Media Instruksional . 76

Gambar 23. Praktek Sebelum Revisi . 78

Gambar 24. Praktek Sesudah Revisi .. 78

(15)

➏ ➐➑➒ ➐➓➔ ➐→ ➣↔ ➓➐↕

hal

Lampiran 1. Media Video Tipe STAD 97

Lampiran 1.1 Silabus Model dan Desain Sistem Pendidikan . .. 98 Lampiran 1.2 Garis-garis Besar Isi Program Media (GBIPM) . 100

Lampiran 1.3 Naskah Video .. 105

Lampiran 2. Instrumen Penilaian Ahli Materi & Ahli Media . 127 Lampiran 2.1 Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap I ... 128 Lampiran 2.2 Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap II .. 131 Lampiran 2.3 Surat Keterangan Validasi Ahli Materi .. 134 Lampiran 2.4 Hasil Penilaian Ahli Media Instruksional Tahap I . 135 Lampiran 2.5 Hasil Penilaian Ahli Media Instruksional Tahap II 138 Lampiran 2.6 Surat Keterangan Validasi Ahli Media ... 141 Lampiran 2.7 Rubrik Pedoman Penilaian Media .. 142 Lampiran 3. Instrumen Penilaian untuk Mahasiswa ... 148 Lampiran 3.1 Contoh Lembar Uji Coba Lapangan ... 149 Lampiran 3.2 Contoh Lembar Pre-Tes dan Post-Tes 155 Lampiran 3.3 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 157

Lampiran 4. Surat Penelitian .. 160

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

➙ ➛ ➛➜➝i➞➟ionfor Educational Communication and Technology (AECT) tahun 2008 dalam Januszewski dan Molenda menyatakan bahwa Educational

technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving

performance by creating, using, managing appropriate technological processes

and resources , atau dapat diterjemahkan Teknologi Pendidikan adalah studi dan

etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan

menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber daya teknologi.

Dari definisi Teknologi Pendidikan tersebut dijelaskan bahwa teknolog

pendidikan memfasilitasi (facilitating) pembelajaran (learning). Facilitating

Learning disini bukan hanya memfasilitasi pembelajaran dengan sumber belajar

saja tetapi juga dengan proses-proses belajar. Proses-proses pembelajaran dapat

diartikan sebagai kegiatan penyampaian materi pembelajaran dari pendidik ke

peserta didik.

Teknologi Pendidikan memiliki mata kuliah berupa model dan desain sistem

pembelajaran yang di dalam kurikulum mata kuliah tersebut salah satunya adalah

untuk memfasilitasi proses belajar. Untuk menyelenggarakan mata kuliah tersebut

dikembangkan silabus, dalam silabus dirumuskan kompetensi yang akan dicapai

dalam mata kuliah model dan desain sistem pembelajaran. Kompetensi dalam

mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu menentukan model dan desain sistem

(17)

silabus dan RPP. Mata kuliah ini juga memiliki tujuan agar mahasiswa mampu

menyebutkan dan menjelaskan beberapa model sistem pembelajaran,

menyebutkan dan menjelaskan kelebihan dan kelemahan model sistem

pembelajaran, serta menetapkan model sistem pembelajaran yang efektif.

Penelitian yang diadakan pada mahasiswa semester 5 program studi Teknologi

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta pada mata kuliah model dan desain

sistem pembelajaran diperoleh data bahwa dosen sudah memberikan yang terbaik

untuk proses belajar pembelajaran yang sedang berlangsung. Dosen telah

mencoba dengan beberapa model pembelajaran seperti tanya jawab, diskusi, serta

memberikan materi dengan bantuan power point presentation. Tetapi, mahasiswa

masih menganggap mata kuliah tersebut sulit untuk dipahami. Ini dikarenakan

mata kuliah tersebut berisi tentang model-model pembelajaran yang berisi

langkah-langkah atau proses pembelajaran. Satu model dengan model

pembelajaran yang lain hampir memiliki langkah yang sama, mahasiswa belum

bisa membedakan antara model tersebut. Sedangkan mata kuliah ini adalah

pembelajaran model yang akan lebih baik apabila dilakukan dengan praktek

secara langsung atau dengan bantuan media pembelajaran yang mampu

mengkongkretkan pemikiran mahasiswa terhadap materi. Kurangnya motivasi

mahasiswa akan mata kuliah ini juga mempengaruhi, mereka menganggap bahwa

mata kuliah ini membosankan karena terlalu banyak model yang harus dipahami.

Mahasiswa yang dituntut memahami dan mampu mengaplikasikan model

(18)

meningkatkan motivasi belajar serta dapat digunakan secara mandiri maupun

kelompok. Adanya video instruksional ini juga dapat menguntungkan mahasiswa

yang memiliki tipe belajar visual. Diharapkan dengan adanya video instruksional

ini dapat menjadi motivasi ekstrinsik untuk mahasiswa. Motivasi ekstrinsik adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar

(Sardiman, 2007: 90). Pada kenyataannya media video instruksional ini belum

tersedia untuk mahasiswa Teknologi Pendidikan.

Media video dipilih karena menurut Sadiman, dkk (2008: 74) media film atau

video sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan lambat dan

perulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi. Media video juga dapat

menjelaskan hal-hal yang abstrak menjadi jelas. Maka dari itu peneliti hendak

mengembangkan media pembelajaran yang akan memfasilitasi pembelajaran.

Pada Standar Nasional Peguruan Tinggi (SNPT) Pasal 34 ayat 2 poin a

mengatakan bahwa dosen paling sedikit memiliki kompetensi seperti

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran,

diharapkan pula dengan adanya media video instruksional pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams-Achievement Teams (STAD) ini dapat membantu

dosen menyampaikan isi pembelajaran mata kuliah model dan desain sistem

pembelajaran kepada mahasiswa dengan media yang menarik, sehingga

mahasiswa mampu termotivasi untuk mengikuti perkuliahan.

Model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur pembelajaran yang

(19)

mencapai tujuan pembelajaran. Ada banyak jenis model pembelajaran, salah

satunya adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara

duduk bersama, bertukar pikiran, dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas

secara bekerja sama. Menurut Slavin (2005: 8)cooperative learning adalah suatu

model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif yang beranggotakan terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan

strukur kelompoknya yang bersifat heterogen. Menurut Etin Solihatun & Raharjo

(2007: 4) model cooperative learningmerupakan suatu model pembelajaran yang

membantu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai

dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara

bersama-sama diantara sebersama-sama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,

produktivitas, dan perolehan belajar. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

mengenai pembelajaran kooperatif, menghasilkan data tentang peserta didik yang

memiliki efektivitas tinggi dan hasil belajarnya menjadi lebih baik (Etin &

Raharjo, 2007: 13).

Ada banyak tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah Student

Teams-Achievement Division(STAD) yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin bersama

teman-temannya di John Hopkins University, USA. Pada pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) para peserta didik akan duduk

bersama dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang yang bersifat heterogen,

(20)

(STAD) memiliki komponen yang dapat menunjang pembelajaran, yaitu prestasi

kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dapat dikatakan

memiliki langkah yang masih sederhana, karena masih dipengaruhi oleh metode

lama dan tipe ini adalah tipe dasar dalam pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh Slavin. Mengingat ini adalah tipe dasar maka sebaiknya

dipelajari terlebih dahulu dibandingkan dengan tipe-tipe pembelajaran lain.

Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah pembelajaran tersebut

dikembangkan video instruksional pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Teams (STAD) untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

Teknologi Pendidikan sehingga dosen dapat menyampaikan perkuliahan dengan

media yang menarik, serta membantu mahasiswa Teknologi Pendidikan dalam

memahami model tersebut dan meningkatkan motivasi belajar pada mata kuliah

model dan desain sistem pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan oleh peneliti maka dapat

didefinisikan masalah sebagai berikut :

1. Motivasi belajar mahasiswa Teknologi Pendidikan pada mata kuliah model dan

desain sistem pembelajaran kurang.

2. Perhatian mahasiswa Teknologi Pendidikan pada mata kuliah model dan desain

(21)

3. Belum tersedianya media pembelajaran audio visual dalam mata kuliah model

dan desain sistem pembelajaran.

4. Mata kuliah model dan desain sistem pembelajaran masih dinilai abstrak

sehingga kurang bisa diterima oleh mahasiswa.

5. Mata kuliah model dan desain sistem pembelajaran yang berisi banyak model

sehingga mahasiswa sulit untuk membedakan satu model dengan model lain.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah motivasi belajar mahasiswa yang

kurang serta belum tersedianya media video instruksional pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk membantu

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Teknologi Pendidikan dalam

pembelajaran model dan desain sistem pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam identifikasi masalah, masalah dalam penelitian

pengembangan ini adalah bagaimana menghasilkan media video instruksional

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions(STAD) yang

layak untuk membantu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Teknologi

(22)

E. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian pengembangan ini

adalah mengembangkan dan menghasilkan produk media video instruksional

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions(STAD) yang

layak untuk membantu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Teknologi

Pendidikan dalam pembelajaran Model dan Desain Sistem Pembelajaran.

F. Manfaat Pengembangan

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis pada penelitian pengembangan ini adalah melihat apakah teori

yang digunakan pada penelitian ini terdukung atau tidak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Manfaat penelitian pengembangan ini bagi mahasiswa diharapkan mampu

meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mata kuliah model dan desain

sistem pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar, minat mahasiswa, dan

mendorong mahasiswa untuk ikut serta dalam proses belajar pembelajaran di

kelas, serta dapat menjadi sumber belajar baru.

b. Bagi Dosen

Manfaat penelitian pengembangan ini bagi dosen diharapkan media ini mampu

membantu dosen sebagai sumber belajar di perkuliahan dan dimanfaatkan

sebagai salah satu media alternatif untuk menyampaikan materi kepada

(23)

c. Bagi Universitas

Manfaat penelitian pengembangan ini bagi universitas diharapkan media ini

dapat membantu universitas untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

univesitas tersebut sehingga dapat diteruskan dengan penemuan pengembangan

media-media lain di mata kuliah yang lain sebagai sumber belajar yang baru.

G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Media pembelajaran ini dikembangkan sebagai media baik untuk pembelajaran

individual maupun pembelajaran kelompok. Media ini dikembangkan sebagai

sumber belajar mengenai pembelajaran kooperatif khususnya tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD). Media video yang akan dikembangkan dalam

penelitian ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

1. Video instruksional ini disajikan dalam bentuk DVD (digital video disk)

dengan ukuranfilesebesar 733megabyte.

2. Video instruksional dapat diputar melalui pemutar media baik windows media

playermaupun GOMplayer.

3. Tampilan cover video instruksional dibuat secara menarik dan full colour

sehingga dapat menarik perhatian dan merangsang motivasi belajar mahasiswa.

4. Video instruksional menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah

dimengerti oleh mahasiswa.

5. Video pembelajaran ini dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri

(24)

H. Definisi Operasional

Menghindari adanya kesalahpahaman dan penafsiran yang terlalu luas terhadap

permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi

operasional dalam penelitian pengembangan ini, yaitu :

1. Media Video Instruksional

Media yang akan dikembangkan adalah media video instruksional

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions(STAD) yang

dikemas dalam bentuk DVD (digital video disk) dan dapat digunakan baik secara

individu maupun secara kelompok. Media yang dikembangkan diperuntukkan

pada mata kuliah model dan desain sistem pembelajaran. Media dikembangkan

menggunakan dengan menggunakan langkah penelitian dan pengembangan dari

Borg dan Gall yang telah dimodifikasi.

2. Pembelajaran Kooperatif TipeStudent Teams-Achievement Divisions(STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

adalah salah satu materi pembelajaran yang harus dipahami oleh mahasiswa

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Karakteristik Mahasiswa Teknologi Pendidikan

Tahap perkembangan kedewasaan menurut Lovell dalam Syamsu & Basleman

(1994: 16-18) terbagi dalam enam tahap. Mahasiswa berada pada usia 16-25

tahun, ini berarti mahasiswa sedang dalam tahap peralihan dari masa remaja ke

masa dewasa. Dari rentang umur inilah dapat dilihat karakteristik mahasiswa

dalam melakukan kegiatan belajar, tetapi gaya belajar dapat dipengaruhi oleh

kepribadiannya, pengalaman hidup, motivasi, dan persepsi diri, bahkan dari

pergaulannya di masyarakat (Syamsu & Basleman, 1994: 17-18).

Strategi pembelajaran pada orang dewasa tentu berbeda dengan pembelajaran

pada anak. Menurut Atwi dalam Hamzah B. Uno (2008: 61) strategi pembelajaran

untuk orang dewasa mengandung komponen berikut:

1.Urutan kegiatan pembelajaran, urutan pendidik menyampaikan isi pembelajaran.

2. Metode pembelajaran, cara pendidik mengorganisasikan isi pembelajaran.

3. Media pembelajaran, alat dan bahan yang digunakan untuk membantu proses

pembelajaran.

4. Waktu pembelajaran, waktu yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam

menyelesaikan pembelajaran.

Saat semua komponen terpenuhi dengan baik, maka terjadi pembelajaran yang

memberikan rasa aman, fleksibel, dan tidak mengancam dalam pembelajarannya.

(26)

menyenangkan bagi orang dewasa dan isi pembelajaran dapat tersampaikan

dengan baik.

B. Motivasi Belajar

Motivasi menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2006: 73) adalah perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi menurut Sugiharto,

dkk (2012: 20) adalah sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau

menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada

tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Dakir (1993: 104) motivasi adalah

pendorong manusia untuk berbuat agar kebutuhan dapat dipenuhi, menuju kearah

tujuan yang hendak dicapai, dan menyeleksi perbuatan mana yang diutamakan.

Berdasarkan uraian diatas, motivasi adalah faktor yang datang baik dari dalam

diri atau luar seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu yang dianggap

penting agar tercapai tujuan yang diinginkan.

Sardiman (2006: 86-91) menyatakan motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang, salah satunya adalah motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi

Instrinsik adalah motif yang akan aktif tanpa adanya rangsangan dari luar, karena

dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif yang akan aktif apabila ada

rangsangan dari luar.

Abin Syamsudin Makmun (2001: 75) mengemukakan bahwa motivasi dapat

(27)

1. Motif Primer atau Motif Dasar, motif ini tidak dapat dipelajari.ini juga sering

disebut dengan istilah dorongan. Motif ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Dorongan fisiologis, yaitu yang bersumber pada kebutuhan organis, misalnya

lapar, haus, dan istirahat.

b. Dorongan umum dan motif darurat, yaitu rasa takut, kasih sayang, kagum, dan

rasa ingin tahu.

2. Motif sekunder, motif ini berkembang karena pengalaman dan dapat dipelajari.

Berikut yang termasuk motif sekunder:

a. Takut yang dipelajari.

b. Motif sosial, seperti ingin diterima, ingin dihargai, dan lain sebagainya.

c. Motif obyektif dan interes.

d. Maksud dan aspirasi.

e. Motif berprestasi.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dari pembelajaran yang

inovatif. Pembelajaran kooperatif didasari dari teori konstruktivistik.

Pembelajaran ini muncul karena adanya proses saling bertukar pikiran dengan

teman sebayanya untuk menyelesaikan masalah yang kompleks (Trianto, 2011:

56). Menurut Nurhadi dan Senduk (2003: 60) pembelajaran kooperatif adalah

(28)

sesama peserta didik. Sedangkan menurut Slavin (2005: 11) dalam pembelajaran

kooperatif, para peserta didik akan duduk bersama dalam kelompok yang

beranggorakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan pendidik.

Pada pembelajaran kooperatif pendidik berperan sebagai fasilitator dalam

pembelajaran, sedangkan pengetahuan peserta didik didapat dari diskusi bersama

teman sekelompoknya. Anita Lie (2002: 28) juga mengatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Pembelajaran

kooperatif mengajarkan peserta didik untuk mampu berinteraksi dengan

masyarakat sekitar dengan cara saling berinteraksi antar anggota kelompok.

Berdasarkan uraian diatas pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran

yang membentuk kelompok secara heterogen dan bertujuan untuk mengajarkan

interaksi antar sesama anggota kelompok sehingga dapat tercapai tujuan dari

pembelajaran tersebut.

Menurut Ibrahim, dkk (2000: 7) tujuan dari pembelajaran kooperatif mencakup

tiga jenis, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial. Menurut Trianto (2011: 59) pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik,

unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, dan

membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Berdasarkan

tujuan tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran kooperatif baik digunakan di

dalam kelas agar tercipta pembelajaran yang saling menguntungkan.

Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto (2011:

(29)

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara peserta didik.

b. Interaksi antara peserta didik yang semakin meningkat.

c. Tanggung jawab individual.

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.

e. Proses kelompok.

Menurut Slavin (2005: 12-13) ada beberapa prinsip dalam pembelajaran

kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran lain, yaitu adanya

penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan yang sama untuk

sukses.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pembelajaran kooperatif dapat berhasil

dengan hasil yang maksimal apabila semua unsur dan prinsip tersebut terlaksana

dalam proses pembelajaran.

Ada beberapa pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam sebagian

besar mata pelajaran dan tingkat kelas, yaituStudent Teams-Achievement Division

(STAD), Team-Games-Tournament (TGT), dan Jigsaw II (Teka-Teki II). Dalam

penelitian ini pembelajaran kooperatif yang dipilih adalah pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams-Acievement Division (STAD). Pembelajaran

kooperatif tipe ini merupakan pembelajaran kooperatif tipe dasar karena tidak

banyak perbedaan dengan pembelajaran biasa, sehingga mudah digunakan bagi

pendidik yang masih pemula menggunakan pembelajaran kooperatif serta mudah

(30)

2. PengertianStudent Teams-Achievement Divisions(STAD)

Student Teams-Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert E.

Slavin bersama teman-temannya di John Hopkins University, USA.

Menurut Ibrahim (2000: 20) menyatakan bahwa

Pembelajaran kooperatif tipeStudent Teams-Achievement Division(STAD) adalah suatu pembelajaran yang mengacu pada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi menggunakan presentasi verbal atau teks, dimana di dalamnya didwa diberikan kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebayanya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu model

pembelajaran yang dikemukakan oleh Robert E. Slavin dengan memiliki enam

langkah yaitu, penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian isi pembelajaran,

pembentukkan kelompok, diskusi kelompok, evaluasi, serta kesimpulan dan

penghargaan.

3. KomponenStudent Teams-Achievement Divisions(STAD)

Menurut Slavin (2005: 143-163), Student Teams-Achievement Division

(STAD) terdiri dari lima komponen, yaitu :

a. Presentasi Kelas

Pertama memperkenalkan materi pembelajaran dalam Student

Teams-Achievement Division (STAD) dengan presentasi. Pengajaran ini sama dengan

pengajaran biasanya hanya presentasi kelas harus fokus pada unit Student

Teams-Achievement Division (STAD). Presentasi kelas membuat peserta didik harus

memperhatikan apa yang ia lihat dan dengar karena ini akan mempengaruhi

(31)

b. Kelompok

Kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan kemampuan belajar, jenis kelamin,

agama, suku yang berbeda. Kelompok adalah figure paling penting dalam Student

Teams-Achievement Division (STAD). Tugas dari kelompok adalah memastikan

teman sekelompoknya mengerti isi materi yang diajarkan oleh pendidik, mereka

juga harus mempersiapkan anggotanya untuk menjawab kuis dengan benar. ini

akan membuat semua anggota kelompok melakukan hal terbaik untuk

kelompoknya.

c. Kuis

Setelah pendidik memberikan presentasi satu atau dua periode dan praktek tim

satu atau dua periode, peserta didik akan melaksanakan kuis. Kuis dikerjakan

secara mandiri dan tidak boleh saling membantu. Dalam kuis siswa bertanggung

jawab atas materi yang sudah ia pelajari.

d. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dalam skor kemajuan individual adalah memberikan kepada tiap

peserta didik tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih

giat dan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap peserta didik

memberikan kontribusi poin kepada timnya masing-masing.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai

kriteria tertentu. Berikut adalah tabel perhitungan dari skor individual dan skor

(32)

Tabel 1. Perhitungan Skor Individual

Skor Kuis Poin

Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor

awal) 30

Slavin (2005 :159)

Tabel 2. Perhitungan Skor Tim

Kriteria (Rata-Rata Tim) Penghargaan

15 TIM BAIK

20 TIM SANGAT BAIK

25 TIM SUPER

Slavin (2005 :160)

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division

(STAD) semua tim berhak atas penghargaan, sehingga tidak ada kompetisi antar

tim satu dengan yang lain.

4. Langkah-langkahStudent Teams-Achievement Divisions(STAD)

Berdasarkan komponen dari pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Division (STAD), Langkah dari pembelajaran kooperatif tipe ini

sebaiknya mencakup semua komponen. Berikut adalah langkah pembelajaran

kooperatif menurut Ibrahim (2000: 10) yang memiliki enam langkah berdasarkan

(33)

Tabel 3. Fase dalamStudent Teams-Achievement Division(STAD)

Fase Kegiatan Pendidik

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

Menjelaskan pada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas yang diberikan.

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Ibrahim, dkk (2000: 10)

Langkah Student Teams-Achievement Division (STAD) menurut Zainal Aqip

(2013: 20) mempunyai 6 tahapan dan merupakan model yang sederhana. Berikut

adalah langkah dariStudent Teams-Achievement Division(STAD) :

a. Membentuk kelompok beranggotakan 4 orang secara heterogen.

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk didiskusikan. Anggota yang lebih

tahu menjelaskan pada anggota lainnya agar semua kelompok mengerti.

d. Guru memberikan kuis kepada seluruh siswa. Saat dilaksanakannya kuis, siswa

tidak boleh saling membantu.

(34)

Berdasarkan uraian diatas, Student Teams-Achievement Division (STAD)

memiliki 6 langkah, yaitu:

a. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran dan membentuk kelompok 4-5

orang secara heterogen.

b. Pendidik menyampaikan materi pembelajaran.

c. Masing-masing peserta didik berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah

dibagikan oleh pendidik. Pendidik memberikan tugas.

d. Masing-masing kelompok mendiskusikan tugas yang telah diberikan oleh

pendidik.

e. Pendidik memberikan evaluasi.

f. Pendidik memberikan penghargaan dan kesimpulan dalam pembelajaran.

5. Manfaat Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk Pembelajaran

Manfaat pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division

(STAD) menurut Soewarso (1998: 22) adalah :

a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi yang

sedang dibahas.

b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapat nilai rendah.

c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,

mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal yang bermanfaat untuk

kepentingan bersama.

d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi

(35)

e. Penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk

mencapai hasil yang tinggi.

f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu.

g. Pembentukkan kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa

dalam belajar bekerja sama.

Manfaat pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division

(STAD) dari beberapa pendapat tentang pengertiannya memiliki manfaat sebagai

berikut:

a. Peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam proses berdiskusi dengan

anggota kelompok lain.

b. Peserta didik saling membantu dan bertanggung jawab atas kemajuan belajar

temannya.

c. Adanya ketergantungan secara positif antar anggota kelompok.

d. Meningkatkan keterampilan sosial.

6. Hubungan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions(STAD) dengan Teknologi Pendidikan

Association for Educational Communication and Technology (AECT) tahun

2008 dalam Januszewski dan Molenda menyatakan bahwa Teknologi Pendidikan

adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan

meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses

dan sumber daya teknologi. Dari definisi Teknologi Pendidikan tersebut

(36)

proses pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan penyampaian materi

pembelajaran dari pendidik ke peserta didik.

Teknologi Pendidikan memiliki mata kuliah berupa model dan desain sistem

pembelajaran yang di dalam kurikulum mata kuliah tersebut salah satunya adalah

untuk memfasilitasi proses belajar. Untuk menyelenggarakan mata kuliah tersebut

dikembangkan silabus, dalam silabus dirumuskan kompetensi yang akan dicapai

dalam mata kuliah model dan desain sistem pembelajaran. Kompetensi dalam

mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu menentukan model dan desain sistem

pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mampu mengembangkan

silabus dan RPP. Adanya berbagai macam model pembelajaran salah satunya

adalah pembelajaran kooperatif tipeStudent Teams-Achievement Division(STAD)

adalah satu bahan yang akan dipelajari mahasiswa.

D. Video Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-AchievementDivisions (STAD)

1. Pengertian Media Video Pembelajaran

Media video adalah gambar bergerak yang memiliki suara, dapat dikatakan

video adalah media yang menggunakan alat indera berupa pendengaran dan

penglihatan. Video dimanfaatkan sebagai media hiburan, iklan, sampai media

untuk pendidikan. Media video dalam pendidikan berfungsi sebagai sumber

belajar atau bahan ajar baik di dalam maupun di luar kelas. Media video mampu

memperjelas penyajian materi agar tidak terlalu verbal atau tertulis. Video dapat

menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan lambat dan perulangan, serta

memperjelas ilustrasi. Video juga dapat menyajikan teori maupun praktik, serta

(37)

Sukiman (2012: 187) video adalah seperangkat komponen atau media yang

mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan.

Mengacu pada pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa video dapat

dijadikan media untuk pembelajaran. Media video dapat menjadi pendamping

dalam pembelajaran karena mampu menyajikan informasi yang tidak dapat dilihat

secara langsung oleh peserta didik. Isi video dapat berupa teori, praktek, peristiwa

masa lalu, pendapat para ahli, dan lain-lain. Video juga merupakan media yang

mampu melengkapi pengetahuan peserta didik. Ini akan memudahkan peserta

didik untuk belajar.

Media video pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Division (STAD) adalah sebuah media pembelajaran audio visual

berbentuk digital compact disk yang digunakan sebagai pendamping dalam

pembelajaran individual maupun pembelajaran kelompok yang berisikan materi

tentang pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division

(STAD) meliputi pengertian, komponen, manfaat, dan langkah-langkahnya.

2. Karakteristik Media Video Pembelajaran

Oemar Hamalik sebagaimana dikutip dari Asnawir dan Usman (2002: 98)

mengemukakan bahwa video memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Dapat mengatasi ruang dan waktu.

b. Dapat mengembangkan pikiran dan pendapat siswa.

c. Dapat memperjeelas hal-hal yang abtrak sehingga menjadi lebih realistik.

(38)

f. Dapat menjelaskan suatu proses dan keterampilan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik media video

dapat berdampak baik bagi pembelajaran. Media video dapat membantu peserta

didik untuk belajar baik secara mandiri maupun kelompok. Media yang

dikembangkan ini didesain memiliki karakteristik seperti yang telah dijelaskan.

Sehingga diharapkan melalui media video ini diharapkan mampu memahami

materi yang tersaji dalam media video tersebut dan media video dapat

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.

3. Kriteria Media Video Pembelajaran

Menurut Cheppy Riyana (2007: 8-11) untuk menghasilkan media video yang

baik dan mampu mencapai tujuan pembelajaran maka sebaiknya memperhatikan

kriteria dari media tersebut. Berikut adalah kriteria media video menurut Cheppy

Riyana :

a. Clarity of Message(Kejelasan Pesan)

Isi materi dalam video pembelajaran sebaiknya jelas sehingga pengguna dapat

dengan mudah menangkap maksud dari video pembelajaran tersebut.

b. Stand Alone(Berdiri Sendiri)

Isi dalam video pembelajaran tidak bergantung dengan sumber belajar lain,

artinya dapat digunakan walaupun tidak tersedia sumber belajar yang lain.

c. User Friendly(Mudah Digunakan)

Video pembelajaran sebaiknya menggunakan bahasa yang ringan sehingga

mudah dimengerti. Video juga sebaiknya mudah untuk dioperasikan sehingga

(39)

d. Representasi Isi

Isi dalam video pembelajaran sebaiknya dibuat dan dijelaskan secara

representatif, sehingga isi video pembelajaran dapat dicerna dengan mudah

oleh pengguna.

e. Visualisasi dengan Media

Adanya teks, animasi, atau sound yang dapat membantu penyusunan materi

juga dapat membantu penjelasan isi materi video pembelajaran, seperti halnya

beberapa adegan yang terlalu berbahaya untuk dilihat langsung atau benda

terlalu kecil dan terlalu besar.

f. Menggunakan Kualitas Resolusi yang Tinggi

Tampilan grafis video yang tinggi mampu memperjelas isi video pembelajaran

tersebut. Resolusi tinggi ini sebaiknya diaplikasikan dalam video pembelajaran

tetapi tetapsupportuntuk setiap sistem komputer.

g. Dapat Digunakan secara Klasikal atau Individual

Video sebaiknya dapat digunakan baik secara berkelompok maupun secara

individual.

Sedangkan menurut Anderson (1987: 102-103) menyatakan bahwa media

video hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Media di berisi gambar bergerak, bukan gambar diam.

b. Gambar bergerak yang dirancang secara baik akan mempengaruhi afektif

pengguna.

(40)

e. Narasi sebaiknya jelas, digunakan saat akan menekankan poin penting.

f. Gambar bergerak harus mengandung isi yang telah terpercaya kebenarannya.

g. Narasi dikembangkan secara visual.

h. Gambar yang disajikan hendaknya bervariasi, sehingga pengguna tidak cepat

bosan.

Pemaparan menurut Cheppy Riyana dan Anderson menyimpulkan bahwa

media video pembelajaran memiliki kriteria tertentu. Kriteria tersebut akan

digunakan dalam media video pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Division(STAD).

4. Manfaat Media Video Pembelajaran

Anderson (1987: 104-105) mengemukakan tentang hubungan antara program

video dengan tujuan pembelajaran, yaitu :

a. Tujuan Kognitif

1) Video dapat mengembangkan kemampuan kognitif pengguna yang

menyangkut mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan

berupa gerak dan sensasi.

2) Video dapat menunjukkan serangkaian gambar diam tanpa suara, seperti

halnya media foto dan film bingkai meskipun ini dinilai kurang ekonomis.

3) Video dapat digunakan untuk menunjukkan contoh cara bersikap atau berbuat

dalam suatu penampilan, khususnya yang bersangkutan dengan interaksi

(41)

b. Tujuan Psikomotor

1) Video adalah media yang baik untuk memperlihatkan contoh dari keterampilan

gerak. Gerakan dalam media video dapat diperlambat maupun dipercepat

sesuai kebutuhan pengguna.

2) Melalui media ini, pengguna juga mendapat umpan balik secara visual dan

berdampak langsung terhadap kemampuan mencoba keterampilan yang

menyangkut gerakan tadi.

c. Tujuan Afektif

1) Media video adalah media yang baik untuk mempengaruhi sikap dan emosi

dengan menggunakan berbagai tehnik dan efek video.

2) Media video adalah media yang mampu meningkatkan dan mendorong

timbulnya motivasi.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari penggunaan

media video dalam pembelajaran adalah untuk mempermudah memindahkan isi

materi dari video ke pengguna. Video juga dapat sebagai pendorong motivasi

pengguna terhadap pembelajaran yang sedang berjalan.

Berdasarkan tujuan dari media video yang akan dikembangkan memiliki

beberapa manfaat. Manfaat dari segi kognitif adalah mahasiswa dapat dengan

mudah memahami tentang pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Division(STAD) dan diharapkan dapat mengkongkretkan pemikiran

mahasiswa. Manfaat dari segi psikomotor adalah mahasiswa atau dosen mampu

(42)

mahasiswa yang mampu mendorong motivasi dalam belajar dan mendorong

mahasiswa untuk saling bekerja sama dengan teman sekelompoknya.

5. Kelebihan Media Video Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions(STAD)

Kelebihan yang dimiliki media video pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Division(STAD) adalah sebagai berikut :

a. Video pembelajaran ini menggambarkan suatu proses khususnya proses secara

tepat dan dapat diulang jika diperlukan.

b. Video pembelajaran ini mengandung nilai positif dapat merangsang pemikiran

dan pembahasan dalam kelompok.

c. Video pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi mahasiswa.

d. Video pembelajaran ini ditujukan kepada kelompok besar maupun kelompok

kecil, baik heterogen maupun individual.

e. Video pembelajaran ini merupakan media yang dibuat secara instruksional.

f. Video pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori belajar behavioristik.

g. Video pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori belajar

konstruktivistik.

h. Video pembelajaran ini berisi materi tentang pembelajaran kooperatif.

i. Video pembelajaran ini berisi materi tentang pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

j. Video pembelajaran ini dapat digunakan untuk media pembelajaran pada mata

kuliah model dan desain sistem pembelajaran.

k. Video pembelajaran ini dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri

(43)

6. Kedudukan Media Video dalam Kawasan Teknologi Pendidikan

Association for Educational Communication and Technology (AECT) tahun

2008 menyatakan bahwa Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek

untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan,

menggunakan, dan mengelola proses dan sumber daya teknologi.

Setiap kawasan dari definisi teknologi pendidikan saling berhubungan dan

saling melengkapi satu sama lain. Jadi, walaupun penelitian ini dalam ranah

pengembangan tetapi menggunakan kawasan lain sebagai acuan. Berikut adalah

pemaparan dari definisi teknologi pendidikan menurut AECT 2008 (Januszewski

& Molenda) :

a. Study(Belajar)

Belajar adalah proses mencari, membangun, dan menggali informasi untuk

merubah sikap, pengetahuan, dan kemampuan menjadi lebih baik. Belajar

mengubah pemikiran yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Pembelajaran adalah

proses interaksi antara pendidik, peserta didik, dan lingkungan sekitar proses

pembelajaran itu sendiri.

Pada pengembangan video instruksional ini, proses dari belajar dilaksanakan

pada observasi secara langsung di dalam kelas mahasiswa Teknologi Pendidikan

pada saat mata kuliah model dan desain sistem pembelajaran berlangsung. Hasil

dari observasi yang dilakukan adalah ditemukannya masalah pada proses

pembelajaran sehingga melatarbelakangi penulis dalam pembuatan video

(44)

b. Ethical Practice(Etika Praktek)

Etika praktek adalah kegiatan untuk mengimplementasikan ilmu yang telah

diperoleh dengan tidak menyimpang dari norma yang sudah ada dalam kote etik

profesi teknologi pendidikan.

Pada pengembangan video instruksional ini, etika praktek yang dilakukan

adalah dengan tanggung jawab terhadap media yang akan dikembangkan, jujur

terhadap penelitian yang telah dilakukan, serta memberikan ide sebagai masukan

terhadap pembelajaran.

c. Facilitating learning(Memfasilitasi Pembelajaran)

Memfasilitasi pembelajaran artinya memberikan fasilitas untuk mendukung

proses pembelajaran, seperti penyediaan media, model, dan alat. Dalam

pengembangan ini memfasilitasi pembelajaran dapat dilihat dari pembuatan media

video instruksional pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Division (STAD) untuk mata kuliah model dan desain sistem pembelajaran agar

dapat dimanfaatkan sebagai penyampai pesan sehingga tujuan dari pembelajaran

dapat tercapai.

d. Improving performance(Meningkatkan Kemampuan)

Teknologi Pendidikan menyatakan bahwa dapat meningkatkan kemampuan

baik individu peserta didik, pendidik, desainer, serta organisasi (Januszewski &

Molenda, 2008: 49). Peningkatan kemampuan ini mengarah kepada kualitas

media, serta penggunaan model dan strategi pembelajaran yang diberikan pada

(45)

dengan kebutuhan pengguna dan tepat guna dapat meningkatkan kemampuan bagi

pengguna.

Pada pengembangan video instruksional, meningkatkan kemampuan dilakukan

dengan memberikan sumber belajar berupa video instruksional yang sebelumnya

dilakukan uji kelayakan. Dengan adanya uji kelayakan ini media akan menjadi

tepat guna dan dapat dijadikan untuk meningkatkan kemampuan bagi pengguna.

e. Creating(Menciptakan)

Menciptakan dapat berupa menciptakan teori dan praktek pada pembuatan

model, alat, bahan, sistem, pada pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran dapat

tercapai. Menciptakan pada pengembangan video instruksional ini mengacu pada

pembuatan media pembelajaran.

f. Using(Pemanfaatan)

Pemanfaatan adalah aktivitas penggunaan dari proses dan sumber untuk

belajar. Pada pengembangan video instruksional ini, pemanfaatan dilakukan

dengan memanfaatkan media ini untuk pembelajaran di kelas.

g. Managing(Pengelolaan)

Ely, 1963 dalam Januszewski & Molenda (2008: 175) menyatakan,

pengelolaan dianggap perlu untuk mengendalikan produk dan proses yang

digunakan di lapangan. Pada pengembangan video ini dilakukan pengelolaan

dengan memperhatikan pemakaian media pada saat pembelajaran. Pengelolaan ini

tidak hanya pada media video yang digunakan tetapi juga pada penggunaan

(46)

h. Process (Proses)

Proses adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu hasil tertentu.

Dalam teknlogi pendidikan proses ini dapat diartikan dengan merancang,

mengembangkan, dan memproduksi sumber belajar. Pada pengembangan video

ini, proses dilakukan saat kegiatan pembuatan video instruksional. Dimulai dari

pembuatan alur GBIPM, cerita, naskah, storyboard, hingga sampai pada tahap

produksi dan dihasilkan produk video.

i. Resources(Sumber)

Sumber dapat berupa POBATEL, pesan, orang, bahan, alat, tehnik, dan

lingkungan yang membawa peserta didik berinteraksi untuk meningkatkan kinerja

saat pembelajaran berlangsung. Pada pengembangan video ini, sumber dilakukan

untuk melengkapi media tersebut. Media tersebut berisi berbagai macam sumber

pengetahuan bagi pengguna dan dikemas dengan cara menarik.

7. Prosedur Pengembangan Media Video

Pengembangan video instruksional pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Division (STAD) memerlukan beberapa tahapan agar produk

media video tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan. Tahapan pada

pengembangan media video ini menggunakan tahapan menurut Luther dalam

Aristo Hadi Sutopo (2003: 32) adalah sebagai berikut :

a. Concept(Konsep)

Tahap konsep adalah tahap untuk menentukan tujuan produk dan siapa yang

akan menggunakan produk. Perlu diketahui karakteristik dari pengguna produk.

(47)

Sedangkan tujuan diketahui dari kebutuhan calon pengguna. Konsep

pengembangan video instruksional model ini, peneliti menentukan pengguna

adalah mahasiswa Teknologi Pendidikan Semester 5 Universitas Negeri

Yogyakarta yang mengalami kesulitan memahami materi dalam mata kuliah

model dan desain sistem pembelajaran. Pengembangan video instruksional ini

disesuaikan dengan pembelajaran mahasiswa semester 5 yang membahas tentang

pembelajaran kooperatif tipeStudent Teams-Achievement Division(STAD).

b. Design(Desain)

Tahap desain adalah tahap perancangan dari produk. Desain dibuat sedemikian

rupa agar pengguna mampu mengerti isi dari materi dengan menarik dan

menyenangkan. Tahap ini juga berisi tentang desain awal dari produk, seperti teori

apa yang akan digunakan. Pengembangan video instruksional ini menggunakan

teori belajar behavioristik, teori konstruktivistik, teori desain pesan pembelajaran,

dan bagaimana tampilan bahan ajar yang benar. Berikut adalah penjelasan dari

kedua teori tersebut :

1) Teori Belajar Behavioristik dalam Media Video

Teori belajar behavioristik menurut Thorndike dalam Asri (2012: 21) adalah

proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah rangsangan yang

ditangkap melalui indera, sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan

setelah adanya stimulus. Stimulus yang diberikan diharapkan akan menimbulkan

respon yang maksimal, teori ini disebut dengan teori trial and error. Teori trial

(48)

sebanyak-banyaknya sampai peserta didik dapat berhasil dalam mengembangkan diri, atau

dengan kata lain stimulus dan respon dilakukan dengan cara berulang-ulang.

Teori Thorndike trial and error ini ia lakukan pembuktian dengan melakukan

percobaan kepada hewan. Ia melakukan percobaan kepada kucing yang sengaja

dilaparkan dan dimasukkan ke dalam kandang berlubang sehingga kucing bisa

melihat makanan di luar kandang. Perilaku kucing yang melompat-lompat,

mencakar dinding kandang, dan berputar-putar dengan tidak sengaja akan

menekan kenop yang akan membuka pintu kandang sehingga kucing bisa makan.

Pada pertama kali percobaan tentu akan membutuhkan waktu lama, tetapi seiring

percobaan dilakukan berulang-ulang maka lama kelamaan kucing akan secara

langsung menyentuh kenop agar bisa keluar dan mendapatkan makanan.

Teori pengulangan inilah yang akan dimasukkan ke dalam video pembelajaran.

Sebagaimana kelebihan media video pembelajaran menurut Azhar Arsyad (2006:

49) video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat diulang jika

diperlukan. Pengulangan yang dilakukan ini sama dengan pengulangan yang

dinyatakan oleh Thorndike. Video dapat diulang sesuai kebutuhan sampai

pengguna paham akan isi materi.

Salah satu pengaruh teori beharioristik pada media pembelajaran adalah adanya

gerakan sasaran behavioral dalam desain pembelajaran (Deni Hardianto, jurnal

online). Mnemonic ABCD (Audience, Behavior, Condition, and Degree) adalah

salah satu implikasinya. Audienceadalah peserta didik atau pengguna dari media.

Desain pesan dalam media sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik pengguna.

(49)

atau peserta didik seperti halnya mendengarkan, melihat, menyimak media yang

disajikan. Condition adalah kondisi atau keadaan peserta didik sebelum dan

sesudah melakukan aktivitas. Kondisi dimana proses pembelajaran terjadi,

sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan perilaku. Kondisi dalam media

ini dimaksudkan adalah desain pesan yang dikondisikan dengan karakteristik

peserta didik atau pengguna. Degree adalah keberhasilan peserta didik belajar

menggunakan media, atau sejauh mana media itu penting dalam keberhasilan

belajar peserta didik.

2) Teori Belajar Konstruktivistik dalam Media Video

Proses belajar menurut Asri (2003: 58) adalah pemberian makna dari siswa

kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Pemberian

makna terjadi tidak secara individu melainkan melalui interaksi sosial yang

terbentuk baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Peserta didik dituntut untuk

aktif dalam pembentukan pengetahuannya sendiri, baik aktif dalam melakukan

kegiatan, berfikir, dan pemberian makna terhadap apa yang ia pelajari. Sedangkan

pendidik memegang peranan sebagai vasilitator dalam belajar sehingga peserta

didik dapat aktif dalam pembentukan pengetahuannya.

3) Teori Desain Pesan Pembelajaran dalam Media Video

Menurut Asri (2003: 15) Desain Pesan Pembelajaran adalah perencanaan untuk

merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi pembelajaran, yang kajiannya

mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya serap yang mengatur

(50)

prinsip utama dalam desain pesan pesan pembelajaran, prinsip tersebut adalah

(Asri, 2003: 118-128) :

a) Prinsip Kesiapan dan Motivasi (readiness and motivation)

Penyampaian isi pembelajaran kepada peserta didik akan lebih baik apabila

peserta didik siap dan memiliki motivasi yang tinggi. Kesiapan ini dapat diartikan

sebagai siap secara pengetahuan awal, siap mental, dan siap fisik. Untuk

mengetahui kesiapan peserta didik dapat dilaksanakan tes prasyarat, tes

diaknostik, dan tes awal. Apabila pengetahuan, keterampilan, atau sikap prasyarat

untuk mempelajari suatu kompetensi belum terpenuhi maka perlu diadakan

pembekalan atau mantrikulasi. Sedangkan motivasi adalah dorongan untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan ini dapat berasal dari dalam

diri maupun dari luar peserta didik. Beberapa cara agar peserta didik termotivasi

adalah sebagai berikut :

(1)Memberitahukan tujuan pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai.

(2)Menjelaskan manfaat mempelajari materi pelajaran.

(3)Menjelaskan keterkaitan materi yang akan dipelajari dengan materi

sebelumnya.

(4)Menyajikan garis besar materi dari materi yang dipelajari.

b) Prinsip Penggunaan Alat Pemusat Perhatian (attention directing devices)

Penyampaian isi pembelajaran kepada peserta didik akan lebih baik apabila

peserta didik diberi alat pemusat perhatian yang menarik dan sesuai dengan

(51)

semakin baik, begitupun sebaliknya. Cara yang dapat digunakan untuk

memusatkan perhatian adalah :

(1)Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman atau kehidupan peserta

didik.

(2)Menggunakan alat pemusat perhatian seperti gambar, bagan, dan media

pembelajaran visual lainnya.

(3)Penyajian yang diurutkan dari umum ke khusus.

(4)Bahasa yang digunakan dalam kegiatan sesuai dengan karakteristik peserta

didik.

(5)Meniptakan suasana riang.

(6)Perubahan suara, intonasi, atau irama.

(7)Tehnik penyajian yang bervariasi, misalnya dengan menggunakan model

pembelajaran.

c) Prinsip Partisipasi Aktif Peserta Didik (student s active participation)

Partisipasi aktif peserta didik akan berdampak pada penangkapan materi yang

disampaikan dan pembelajaran menjadi lebih interaktif. Aktivitas peserta didik

dapat berupa aktivitas mental seperti memikirkan jawaban, membayangkan, dan

merenungkan, serta aktivitas fisik seperti menjawab pertanyaan, menulis, dan

mengerjakan tugas. Berikut cara yang dapat digunakan untuk mengaktifkan

peserta didik :

(1)Memberi pertanyaan ketika proses pembelajaran.

(52)

(4)Membentuk kelompok belajar.

(5)Menerapkan pembelajaran konstektual, kooperatif, dan kolaboratif.

d) Prinsip Umpan Balik (feedback)

Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai

kemajuan belajarnya. Apabila salah maka diberikan pembetulan (corrective

feedback) dan apabila benar maka diberikan penguatan (confirmative feedback).

Adanya umpan balik ini maka peserta didik yang salah maka tahu dimana letak

kesalahannya dan segera membetulkan, sedangkan peserta didik yang benar akan

lebih mantap akan jawabannya.

e) Prinsip Perulangan (repetition)

Perulangan disini artinya adalah mengulang-ulang materi pembelajaran.

Perulangan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memberi tinjauan awal,

kesimpulan di akhir pembelajaran, dan pada saat pembelajaran masih

berlangsung.

4) Tampilan Bahan Ajar

a) Konsistensi

Gunakan bentuk huruf, jarak spasi, dan tata letak tulisan yang konsisten dari

halaman satu dengan halaman lain.

b) Format

Menggunakan format kolom yang proporsional, format ukuran kertas yang

tepat, serta icon yang mudah dimengerti untuk menekankan pada hal yang

dianggap penting atau khusus seperti cetak tebal, cetak miring, garis bawah, dan

(53)

c) Organisasi

Pengorganisasian materi bertujuan agar peserta didik atau pengguna dengan

mudah memahami materi. Alur yang digunakan sebaiknya tidak membingungkan

pengguna seperti dari sederhana ke lebih sulit.

d) Daya Tarik

Bagian dari daya tarik dibagi menjadi beberapa bagian, seperti: sampul (cover)

depan dengan kombinasi warna, gambar, bentuk dan ukuran huruf yang serasi.

Serta isi bahan ajar dengan menambahkan gambar atau ilustrasi, dan penekanan

pada kata atau kalimat yang dianggap penting.

e) Bentuk dan Ukuran Huruf

Menggunakan ukuran dan bentuk huruf yang mudah dibaca dan disesuaikan

dengan karakteristik peserta didik atau pengguna. Menggunakan perbandingan

huruf yang proporsional antara judul, sub judul, dan isi materi. Penggunaan warna

yang proporsional antara warnabackgrounddan warna tulisan.

f) Ruang (Spasi Kosong)

Menggunakan spasi pada naskah akan menambah kontras pada penampilan

bahan ajar. Penempatan spasi seperti pada sekitar judul bab dan sub bab, batas

tepi, antar kolom, pergantian paragraf, dan pergantian bab atau bagian.

c. Material Collecting(Pengumpulan Bahan)

Tahap pengumpulan bahan adalah tahap mengumpulkan segala jenis kebutuhan

yang akan disajikan ke dalam produk, seperti gambar, teks, audio, dan lain-lain.

(54)

tertentu, menurut Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013: 2) ada lima

karakteristik bahan ajar. Kelima karakteristik itu adalah :

1) Self instructional

Bahan ajar yang dirancang dimaksudkan dapat digunakan secara mandiri oleh

peserta didik di dalam proses pembelajaran. Tujuan dalam bahan ajar dirumuskan

dengan jelas, materi pembelajaran dikemas dalam unit yang spesifik sehingga

memudahkan peserta didik belajar, tersedia pula contoh dan ilustrasi untuk

mendukung pemaparan materi. Bahan ajar sebaiknya menggunakan bahasa yang

sederhana namun komunikatif.

2) Self contained

Bahan ajar yang disediakan untuk dipelajari peserta didik berisi semua materi

pembelajaran yang telah dikelompokkan dalam satu unit kompetensi dan sub

kompetensi. Materi yang disajikan sebaiknya diurutkan dari mudah ke sulit.

3) Stand alone

Bahan ajar sebaiknya sudah memuat semua informasi yang ada sehingga bahan

ajar tersebut dapat berdiri sendiri dan tidak membutuhkan bahan ajar lain untuk

melengkapinya.

4) Adaptive

Bahan ajar sebaiknya dapat menyesuaikan dengan mengikuti perkembangan

teknologi.

5) User friendly

Setiap instruksi dan pemaparan informasi yang ditampilkan bersifat bersahabat

(55)

d. Assembly(Pemasangan)

Tahap pemasangan dimaksudkan untuk pemasangan objek ke dalam produk

media. Dalam pengembangan media video ini dapat dikatakan bahwa proses

pembuatan naskah, pengambilan gambar, hingga pengeditan video. Langkah ini

menggunakan beberapa perangkat lunak yang dirancang khusus untuk mendukung

dalam tahap pemasangan objek ke dalam produk.

e. Testing(Pengujian)

Tahap ini adalah tahap yang dilakukan setelah menyelesaikan langkah

sebelumnya. Pengembang meneliti media video yang telah diselesaikan, apabila

ada kesalahan yang perlu diperbaiki akan diperbaiki dengan segera sebelum

diujicobakan.

f. Distribution(Pemasaran)

Tahap ini merupakan tahap untuk mensosialisasikan hasil dari pengembangan

produk. Produk dikemas dalam bentukdigital video disk(DVD).

Tahap yang telah dijelaskan di atas akan dilakukan dalam mengembangkan

media video instruksional pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Division (STAD) sehingga menghasilkan media video yang layak

dan mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Teknologi Pendidikan.

Media video tersebut akan digunakan baik secara individu maupun secara

kelompok untuk membantu penyampaian materi pada mata kuliah model dan

desain sistem pembelajaran mahasiswa Teknologi Pendidikan semester 5

Gambar

Tabel 1. Perhitungan Skor Individual
Tabel 3. Fase dalam Student Teams-Achievement Division (STAD)
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian
Tabel 4. Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Fokus penelitian ini mengajukan rumusan bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler serta kendala dan upaya yang dilakukan sekolah

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

difasilitasi oleh dua orang instruktur yang memiliki Nomor Induk Asesor yang relevan, termasuk pada saat ujian. Rayon LPTK merancang strategi pelaksanaan PLPG, materi