PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV
SDN 2 SABRANGLOR TRUCUK KLATEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Riesa Dewi Setianingrum NIM 12108244022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk Klaten” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, Mei 2016 Menyetujui,
Dosen Pembimbing
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini. Saya Nama : Riesa Dewi Setianingrum
NIM : 12108244022
Program Studi : Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan
Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli, Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, Mei 2016 Yang menyatakan,
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N 2 SABRANGLOR TRUCUK KLATEN” yang disusun oleh Riesa Dewi Setianingrum, NIM 12108244022 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 2 Juni 2016 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Hidayati, M.Hum. Ketua Penguji ... ...
Agung Hastomo, M.Pd. Sekertaris ... ...
Suyantiningsih, M.Ed. Penguji Utama ... ...
Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Dr. Haryanto, M.Pd.
MOTTO
“ Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat ; orang yang menuntut
ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan Pahala; yang
diberikan kepada sama dengan para Nabi”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan semua kekuatan dan kesabaran dalam
penyusunan skripsi ini
2. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan ku, memberikan
semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini
3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta yang senantiasa memberikan
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N
SABRANGLOR TRUCUK KLATEN
Oleh
Riesa Dewi Setianingrum NIM 12108244022
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD N Sabranglor Trucuk Klaten.
Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian Quasi Experimental. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model jigsaw dan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Variabel penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu penerapan model pembelajaran jigsaw sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar IPS. Penelitian ini adalah populatif dengan jumlah populasi sebanyak 21 pada SD N 2 Sabranglor dan 20 siswa pada SD N 1 Sabranglor. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes dan observasi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk Klaten. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil selisih mean pretest-posttest kelompok eksperimen dengan mean pretest-posttest kelompok kontrol. Hasil perhitungan selisih mean pretest-posttest kelompok eksperimen sebesar 20,95 sedangkan selisih mean pretest-posttest kelompok kontrol sebesar 16,60. Berdasarkan beberapa hasil perhitungan nilai rata-rata dari hasil pretest dan posttest di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memebrikan rahmat dan hidayahNYA sehingga skripsi yang berjudul “ Pengaruh
Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD N Sabranglor Trucuk Klaten” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini
diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa ridho yang di berikah oleh ALLAH SWT serta bantuan dari semua pihak.
Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk belajar
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang
telah berkenan memberikan kebijakan penelitian
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta
yang telah berkenaan memberikan ijin penelitian.
4. Ibu Hidayati, M.Hum selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
pengarahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Siswa kelas IV SD N 1 Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor yang telah
6. Orangtua dan keluarga tercinta, yang tidak pernah lelah memberikan kasih
sayang dan dukungan ketika penulis mengalami titik jenuh.
7. Andika Dwi Wijaya, S.Kom, yang telah memberikan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Yogyakarta,
DAFTAR ISI
1. Belajar ... 10
2. Hasil Belajar ... 13
B. Kajian Tentang IPS ... 17
1. Pengertian IPS ... 17
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ... 19
E. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPS ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian ... 58
a. Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Pretest Kelompok Eksperimen... 62
c. Deskripsi Data Posttest Hasil Belajar IPS Kelompok
Eksperimen ... 66
d. Deskripsi Data Posttest Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol... 67
e. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 69
3. Deskripsi Hasil Observasi ... 72
C. Uji Prasyarat Analisis ... 74
D. Pengujian Hipotesis ... 75
1. Uji t Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.. 75
2. Uji t Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 76
E. Pembahasan ... 78
F. Keterbatasan Penelitian ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 83
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Nilai KKM Kelas IV SD Kelurahan Sabranglor ... 3
Tabel 2. Nilai Rata-rata Ulangan Semester Gasal Kelas IV SD N Kelurahan Sabranglor ... 4
Tabel 11. Jadwal Perlakuan Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 69
Tabel 12. Distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen ... 63
Tabel 13. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 64
Tabel 14. Distribusi frekuensi skor pretest kelompok kontrol ... 64
Tabel 15. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 65
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelompok Eksperimen... 66
Tabel 17. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 67
Tabel 23. Hasil Observasi Terhadap Pelaksanaan Diskusi dengan Metode Jigsaw Pertemuan I-III ... 73
Tabel 24. Hasil Perhitungan Uji t Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 76
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Ilustrasi Pelaksanaan Jigsaw ... 32 Gambar 2. Prosedur Penelitian ... 46 Gambar 3. Grafik Histogram Data Pretest Kelompok Eksperimen.... 63 Gambar 4. Grafik Histogram Data Pretest Kelompok Kontrol ... 65 Gambar 5. Grafik Histogram Data Posttest Kelompok Eksperimen.. 66 Gambar 6. Grafik Histogram Data Posttest Kelompok Kontrol... 68 Gambar 7. Grafik Histogram Nilai Pretest-Posttest Hasil Belajar
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7. Instrumen Soal Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas ... 118
Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal ... 124
Lampiran 9. Instrumen Soal Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 125
Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian Fakultas ... 143
Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian Bapedda ... 144
Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian SD N 1 Sabranglor.. 145
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat penting bagi terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa.
Pendidikan di Indonesia banyak mengalami masalah terutama dalam
mutu pendidikan. Dengan demikian cukup beralasan apabila
pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius,
lebih-lebih bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.
Menurut Karim dan Joko Susilo ( 2007:10 ) mengemukakan
bahwa upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah dengan cara perbaikan proses pembelajaran.
Para guru harus memiliki kemampuan mendesain program
pembelajaran, memiliki keterampilan memilih, dan menggunakan
berbagai model dan metode mengajar untuk diterapkan dalam
pembelajaran yang efektif. Model dapat diterapkan untuk
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga
dapat berlangsung secara optimal antara guru dan siswa. Interaksi
guru dan siswa yang muncul berimbas pada peningkatan penguasaan
konsep materi IPS yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk
belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari
Arends ( 1977:7), mengemukakan bahwa model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce dan Weil ( 1992:4) bahwa
setiap model mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk
peserta didik dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta
didik sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai. Pemilihan
model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan
diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam
pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Oleh
karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai
keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang beraneka ragam dan lingkungan belajar .
Salah satu pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ). Pembelajaran IPS mulai diajarkan dari
tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Menurut Etin
Solihatin dan Raharjo (2009:15), tujuan pembelajaran IPS adalah
untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa,
untuk mengembangkan diri sesuai bakat dan minat, kemampuan dan
lingkungannya.
Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SD N 2 Sabranglor
N 1 Sabranglor pada tanggal 22 Februari 2016 dengan Ibu Dessy
bahwa pada kedua sekolah tersebut mempunyai permasalahan yang
sama yaitu siswa pada masing-masing sekolah siswa kurang aktif dan
kurang antusias pada saat pelajaran berlangsung, pemahaman siswa
terhadap materi masih sangat rendah dikarenakan pada saat proses
pembelajaran guru masih menjelaskan secara lisan materi ajar di
depan kelas dengan hanya mengacu pada buku paket saja, dan guru
kurang memaksimalkan dalam penggunaan media yang sudah tersedia
untuk menunjang proses belajar mengajar. Hal ini didukung oleh hasil
data nilai kelas IV SD Negeri Kelurahan Sabranglor
Tabel 1. Nilai KKM Kelas IV SD Kelurahan Sabranglor
No Mata Pelajaran Nilai KKM
No Mata Pelajaran SDN 1 Sabranglor SDN 2 Sabranglor
1 Bahasa Indonesia 71,50 74,08
2 Matematika 74,08 70,76
3 IPA 69,76 69,12
4 IPS 67,50 66,76
Tabel di atas membuktikan bahwa hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS lebih rendah dibandingkan mata pelajaran yang
terendah dibandingkan mata pelajaran lain. Jumlah siswa dari SD N
1 Sabranglor yaitu 20 siswa sedangkan SD N 2 Sabranglor yaitu 21
siswa. Nilai dari sebagian jumlah siswa belum mencapai KKM yang
sudah ditentukan yaitu 68. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
maka perlu diupayakan perbaikan dalam proses dan metode pada
pembelajaran IPS. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengubah
model pembelajaran yang bersifat fleksibel (tidak kaku dan tidak
monoton), sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang
kooperatif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS maupun pelajaran yang lainnya. Salah satu model
pembelajaran yang dapat peneliti harapkan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Menurut Budiningarti H (1998: 5) mengatakan bahwa Jigsaw
merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang
fleksibel. Model pembelajaran Jigsaw adalah salah satu model
pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen,
beranggotakan 4-6 siswa, setiap siswa bertanggungjawab atas
penugasan materi belajar dan harus mampu mengajarkan bagian
tersebut kepada anggota tim lainnya Arends, R.I ( Hermin
Budiningarti, 1998: 29).
Menurut Savage (Rusman (2011:203), cooperative learning
kelompok, sehingga model pembelajaran kooperati ftipe Jigsaw ini
mampu mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD
Sabranglor, Trucuk, Klaten karena model pembelajaran ini
menekankan keaktifan, partisipasi, dan kerjasama siswa dalam proses
pembelajaran. Hal ini sangat relevan dengan karakteristik anak SD
kelas IV yang berada pada periode operasional konkrit, dimana salah
satu ciri yang dimiliki siswa SD tersebut adalah selalu ingin
beradaptasi, berpikir kualitas, dan sudah biasa melihat suatu
permasalahan dari sudut pandang yang berbeda (Nandang Budiman,
2006:44).
Menurut Mulyani Sumatri dan Johar Permana ( 1998:12)
mengemukakan bahwa masa usia sekolah dasar ( sekitar 6;0 – 12;0)
ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan
fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu,
guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan
mereka. Ia akan selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik
anak, arti belajar dan tujuan kegiatan belajar bagi mereka di sekolah
dasar. Adapun beberapa karakteristik anak usia sekolah dasar secara
umum yang dikemukakan oleh Bassett, Jacka dan Logan ( 1983 )
sebagai berikut :
1. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan
tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
3. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk
berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami
ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.
Karakteristik anak sekolah dasar tersebut sesuai dengan
metode pembelajaran Jigsaw yang pada intinya belajar dan bermain.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Lie,1999
(Rusman,2011) antara lain: dalam kegiatan pembelajaran tidak
mengenal adanya persaingan antar siswa atau kelompok sebagaimana
yang terjadi selama ini pada model pembelajaran konvensional yaitu
metode ceramah dan tanya jawab, siswa dapat bekerja sama untuk
menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikiran yang berbeda,
siswa dalam kelompok bertanggungjawab atas penguasaan materi
belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut
pada anggota yang lain, dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak
hanya mengharapkan bantuan dari guru tetapi siswa termotivasi
sendiri untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat
memberikan perubahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IV. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membawa konsep pemahaman
Maka peneliti tertarik untuk melihat seberapa pengaruh antara
metode kooperatif tipe Jigsaw dengan metode ceramah, maka perlu
dilakukan penelitian.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran masih monoton sehingga guru terkesan
menyodorkan pengetahuan dan informasi kepada siswa.
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah
dibandingkan mata pelajaran lain.
3. Guru kurang memaksimalkan media yang sudah tersedia untuk
menunjang proses pembelajaran.
4. Siswa kurang aktif dan pemahaman siswa terhadap materi
masih rendah dikarenakan pada saat proses pembelajaran guru
masih menjelaskan secara lisan.
5. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum pernah
diterapkan di kelas IV SD N Sabranglor
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini akan
dibatasi pada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Adakah pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Sabranglor, Trucuk, Klaten ? “
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD
Negeri Sabranglor, Trucuk, Klaten.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian harus menghasilkan manfaat bagi penulis khususnya
dan umumnya bagi pembaca. Berikut ini dikemukakan manfaat dari
hasil penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis bagi
penulis, guru dan siswa.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Hasil penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan
partisipasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran IPS.
2) Dapat melatih siswa untuk belajar bersosialisasi dengan
cara memahami berbagai perbedaan dalam kelompok.
3) Dapat melatih siswa untuk bekerja sama, mengungkap
pendapat dan interaksi siswa antar siswa dalam proses
pembelajaran.
b. Bagi Guru
1) Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada guru
tentang model pembelajaran Jigsaw.
2) Diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran
Jigsaw dalam salah satu cara untuk mengatasi permasalahan
dalam belajar IPS.
3) Perbaikan proses pembelajaran IPS dan peningkatan hasil
belajar siswa.
4) Memerikan gambaran kepada guru bahwa model
pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif, sehingga dapat meningkatkan
c. Bagi Sekolah
1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi dalam usaha memperbaiki dan meningkatkan
kualitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Belajar
Winkel dalam Yatim Riyanto (2009 : 5) mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap.
Sementara itu, Cronbach dalam Yatim Riyanto (2009 : 5) menyatakan
bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Gagne dalam Yatim Riyanto (2009:5) mengemukakan bahwa
belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang
dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.
Oemar Malik ( 2003 : 27 ) mengemukakan bahwa belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan.
Slameto ( 2003:2) mengemukakan pengertian secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :
“ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Menurut Skinner dalam Syaiful Sagala (2010 :14) mengungkapkan
bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu
perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.
Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun. Jadi belajar
ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya
respons. Menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (2010:17) mengungkapkan
bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan
oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya ( perfomance-nya) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.
Slameto dalam Yatim Riyanto ( 2012 : 63 ) mengemukakan
prinsip-prinsip belajar yaitu :
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
Dari prinsip-prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam
memaknai belajar dan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan
dalam mendukung proses pembelajaran, sehingga pengertian dan
pemahaman mengenai makna belajar menjadi lebih jelas dan terarah.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam
belajar ada suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa
pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses
belajar. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi
dengan lingkungan. Interaksi tersebut salah satunya adalah proses
pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh suatu yang baru baik
itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
2. Hasil Belajar
Eko Putro Widoyoko ( 2010 : 29 ) mengemukakan bahwa penilaian
(asessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan
pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya.
Menurut Nana Sudjaja ( 2009 : 22 ) pengertian hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Purwanto ( 2011 : 54 ) mengemukakan bahwa perubahan perilaku
yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan
tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang
dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
adanya perubahan kognitif atau pengetahuan terhadap sesuatu yang telah
dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Menurut Hamid Hasan dan Asmawi Zainul ( 1991 : 23 )
mengemukakan bahwa hasil belajar dinyatakan dalam klasifikasi yang
dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawannya.
Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranh yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Berikut penjelasan dari ketiga ranah
tersebut :
a. Ranah Kognitif.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir.
Dalam Taksonomi Bloom dikenal ada 6 jenjang ranah kognitif.
Jenjang satu lebih tinggi dari yang lain, dan jenjang yang lebih
Oleh karena itu hubungan antara setiap jenjang bersifat
hierarkis.
Berdasarkan urutan dari yang terendah ke yang tertinggi,
keenam jenjang tersebut adalah:
1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan manusia
dalam mengingat semua jenis informasi yang
diterimanya. Jenis informasi yang disimpan dan
diterima tidak terbatas. Informasi tersebut dapat saja
berupa data, istilah, definisi, fakta, teori, pendapat,
prosedur kerja, tata tertib dan sebagainya.
2) Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan
seseorang untuk mengubah bentuk komunikasi, mencari
kata, kalimat atau contoh lain yang sesuai, ataupun
menarik kesimpulan mengenai arti pokok suatu
informasi.
3) Aplikasi (application) yaitu kemampuan menggunakan
sesuatu dalam situasi tertentu yang bukan merupakan
pengulangan.
4) Analisis (analysis) yaitu kemampuan untuk melakukan
pengolahan informasi lebih lanjut.
5) Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan akan terjadi
informasi yang berbeda-beda tersebut kita harus
menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal.
6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan tertinggi dalam
ranah kognitif Bloom, untuk sampai pada kemampuan
evaluasi semua kemampuan yang ada dibawahnya harus
dikuasai. Artinya, orang tidak mungkkin melakukan
evaluasi apabila tidak memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang apa yang akan di evaluasi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap,
emosi, penghargaan, proses, internalisasi, dan pembentukan
karakteristik diri. Krathwohl, Bloom dan Masia ( 1964 )
membagi ranah afektif dalam 5 jenjang. Kelima jenjang
tersebut adalah :
1) Penerimaan (receiving)
2) Penanggapan (respondin )
3) Penghargaan (vauling)
4) Pengorganisasian (organization)
5) Penjatidirian (characterization)
c. Ranah Psikomotor.
Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan
gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan
dikendalikan oleh kematangan psikologis. Jadi kemampuan
tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari.
Dari ketiga ranah Taksonomi Bloom tersebut, peneliti
akan meneliti tentang ranah kognitif dari jenjang C1 – C3 yaitu
tentang pengetahuan, pemahaman,dan penerapan.
B. Kajian Tentang IPS 1. Pengertian IPS
Sapriya (2009:19) menyatakan bahwa istilah “Ilmu Pengetahuan
Sosial”, disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah
dasar dan menengah atau nama program studi di peguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies”. Istilah IPS di sekolah dasar
merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari
sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai
isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar
tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah
dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berfikir
peserta didik yang bersifat holistik.
Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik
tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin
mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Korasih,
1994). Martoella mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS siswa
diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan
berdasarkan konsep yang telah dimilikinya (Trianto, 2010:172-173)
Pendidikan IPS ini juga berfungsi mengembangkan keterampilan,
terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan
sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang behubungan dengan
kepentingan hidup masyarakat, seperti bekerja sama, bergotong royong,
menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara
cepat dalam memecahkan persoalan di masyarakat. Sedangkan
keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan
kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi
permasalahan sosial di masyarakat.
Etin Solihatin ( 2009:15) menyebutkan bahwa konsep dasar IPS
adalah sebagai berikut :
a. Interaksi
Interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga
manusia harus mampu melakukan interaksi dengan pihak lain, begitu
juga dengan siswa. Di dalam pembelajaran IPS siswa harus diusahakan
dapat berinteraksi dengan teman lainnya. Interaksi dapat dilakukan
b. Saling Ketergantungan
Setiap orang dapat dipastikan selalu memerlukan oranglain, meskipun
hanya untuk berinteraksi sejenak. Untuk memenuhi kebutuhannya pun
manusia tidak bisa lepas dari bantuan oranglain, artinya manusia tidak
dapat hidup sendiri secara layak dan selalu bergantung pada orang lain,
begitu pula denga siswa. Siswa dalam belajar, tentu tidak lepas dari
bantuan orang lain, entah itu guru maupun teman satu kelasnya. Oleh
karena itu, siswa harus menghargai siswa lainnya dalam proses
pembelajaran.
c. Keragaman/ kesamaan/perbedaan
Jika diperhatikan, setiap siswa tentu memiliki karakteristik
sendiri-sendiri. Hal ini merupakan suatu keunikan yang ada pada diri siswa.
Oleh karena itu, keunikan harus dihargai sebagai sesuatu yang datang
secara kodrati dan alami. Semakin banyak jumlah siswa dalam satu
kelas, maka akan semakin beragam perangainya dan akan semakin
banyak muncul perbedaan itu sendiri. Oleh karena itu, degan
diterapkannya model pembelajaran kooperatif siswa akan belajar untuk
meghargai keanekaragaman da perbedaan antara siswa satu dengan
yang lainnya.
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.
Fungsi dan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
a. Fungsi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD)
adalah untuk mengembangkan pengetahuan nilai, sikap, dan
keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
b. Tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD)
adalah :
1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,
sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan
psikologis
2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan keatif, inkuiri,
memecahkan masalah dan ketrampilan sosial
3) Membangun komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4) Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetensi dalam
masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global
Sedangkan, Nursid Sumaatmadja ( Hidayati, 2002 : 24-25)
mengatakan bahwa tujuan pengajaran IPS di Sekolah Dasar adalah:
a) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupan di masyarakat
b) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
mengenalisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial
c) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan
serta berbagai keahlian
d) Membekali anak didik dengan kesadaran sikap mental yang positif
dan ketrampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian
dari kehidupannya yang tidak terpisahkan
e) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan
kehidupan perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan
teknologi.
Etin Solihatin dan Raharjo ( 2009 : 15 ) mengungkapkan bahwa
pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasakan pengertian dan
tujuan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang
mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan
ketrampilan guru dalam menggunakan berbagai model, metode, dan
strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan.
3. Ruang Lingkup IPS
Menurut Arnie fajar (2005:111) mengemukakan bahwa Ruang
a. Sistem sosial dan budaya
b. Manusia, tempat, dan lingkungan
c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan
Di dalam penelitian ini, kompetensi dasar yang terdapat pada
ruang lingkup pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu mencakup
tentang (d) waktu, keberlanjutan dan perubahan. Adapun kompetensi
dasar kelas IV semester II sebagai berikut;
Tabel 3. Kompetensi Dasar IPS kelas IV semester II
No Kompetensi Dasar
1. 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya
2. 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
4. 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Di dalam penelitian ini, kompetensi dasar kelas IV yang akan
dipilih untuk dijadikan penelitian adalah KD 2.3 mengenal
perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta
pengalaman bagaimana cara menggunakannya.
Tabel 4. Indikator dalam Kompetensi Dasar 2.3
No Kompetensi Dasar Indikator
Pada tabel di atas merupakan rincian Kompetensi Dasar dan
Indikator yang akan dijadikan peneliti untuk melakukan penelitian di kelas
IV SD N 1 Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor.
C. Kajian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning
mengandung pengertian sebagai suatu sikap/perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi
oleh keterlibatan dari tiap anggota kelompok itu sendiri ( Etin
Solihatin, dan Raharjo, 2009:4). Menurut Tukiran,dkk (2011:55)
pembelajaran Kooperatif merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas tugas yang terstruktur.
Menurut Anita Lie model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu moel pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompokyang mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda (tinggi,sedang dan rendah). Lebih lanjut lagi Anita
Lie (2005:43) mengungkapkan bahwa kelompok heterogen
yang berkemampuan akademik tinggi, guru mendapat satu asisten
dalam satu kelompok.
Menurut Moh Uzer Usman (2002:103) pengajaran
kelompok kecil, kemungkinan siswa belajar lebih aktif, memberi
rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya kreativitas
dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta dapat memenuhi
kebutuhan siswa secara optimal. Dengan pembelajaran kooperatif
diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan
pemahaman dan menerapkan ketrampilan guru guna menghadapi
masalah dalam kehidupan nyata.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung
pengertian sebagai suatu sikap ataun perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri ( Tukiran
dkk, 2011:56)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang menekankan kerjasama dan saling membantu
dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang
menyelesaikan tugas-tugasnya secara individu maupun kelompok
demi tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Abdul Majid (2014:175) mengungkapan beberapa
tujuan pembelajaran kooperatif yaitu :
1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu
siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit;
2) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai perbedaan latar belakang;
3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagai tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing
teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan
bekerja dalam kelompok.
Slavin mengungkapkan tujuan pembelajaran kooperatif
berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem
kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari kegiatan
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran kooperatif, yaitu 1) meningkatkan hasil
akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademiknya, 2) Siswa yang lebih mampu akan menjadi
nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki
orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua,
pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan latar belajar. Tujuan penting ketiga dari
pembelajaran kooperatif adalah untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa ( Tukiran, dkk 2011:60).
c. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2005:11-16) terdapat beberapa tipe
pembelajaran kooperatif yaitu:
1) Student Team Achievement Division ( Pembagian Pencapaian
Tim Siswa )
STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Gagasan utama dalam STAD adalah untuk
memotivasi siswa supaya dapat saloing mendukung dan
membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang
diajarkan oleh guru dalam kelompoknya masing-masing.
2) Team Games Tournament (Turnamen Game Tim)
TGT pada awalnya dikembangkan oleh David De Vries
pertama dari John Hopkin. Model ini hampir sama degan
STAD tapi menggantikan kuis dengan turamen mingguan,
dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim
lan untuk menyumbangkan skor bagi tim atau kelompoknya.
3) Jigsaw (Teka-teki)
Jigsaw dikembangkan oleh Aronson. Pada awalnya
siswa ditugaskan untuk mempelajari suatu materi. Setiap
anggota dari kelompok ditugaskan untuk mempelajari suatu
materi. Setiap anggota dari kelompok ditugaskan secara acak
untuk menjadi ahli penugasan materi tertentu. Kemudia para
ahli mendiskusikan materi yang sedang dibahas yang
selanjutnya materi tersebut diajarkan kepada teman satu
kelompoknya.
4) Cooperative Integrated Reading and Composition (Mengarang
dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif)
Tipe ini merupakan program komprehensif untuk
mengajarkan membaca dan menulis. Dalam kegiatannya, siswa
mengikuti serangkaian pengajaran guru, praktik dalam
kelompok, pra-penilaian tim dan kuis.
5) Tim Accelerated Instruction (Percepatan Pengajaran Tim)
Model ini menggabungkan pembelajaran kooperatif
dengan pengajaran individual. Karena dalam TAI, para siswa
siswa dapat mencapai kemajuan yang lebih cepat maka tidak
perlu menunggu anggota kelas lainnya.
Dari jenis-jenis model pembelajaran kooperatif di atas,
peneliti memilih model pembelajaran Jigsaw untuk dijadikan
penelitian, karena sesuai latar belakang masalah bahwa siswa
kurang aktif dan antusias dalam proses pembelajaran dan model
pembelajaran Jigsaw mempunyai definisi yaitu salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
hasil belajar yang maksimal (Isjoni, 2009:77) jadi model
pembelajaran Jigsaw sangat cocok untuk solusi permasalahan
tersebut.
d. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya
terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajarr siswa aktif,
belajar kerjasama, pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif
dan pembelajaran yang menyenangkan (Nur Asma, 2006:14)
1) Belajar siswa aktif
Proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar
lebih dominan dilakukan siswa dalam membangun dan
menemukan pengetahuan dengan belajar bersama-sama secara
2) Belajar kerjasama
Proses pembelajaran dilalui dengan bekerjasama dalam
kelompok untuk membangun pengetahuan yang sedang
dipelajari prinsip pembelajaran inilah yang melandasi
keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif.
3) Belajar partisipatorik
Pembelajaran partisipatorik juga didasari prinsip pembelajaran
partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar dengan
melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama
untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi
tujuan pembelajaran.
4) Reactive Teaching
Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu menciptakan strategi
yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar
yang tinggi. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan
siswanya akan manfaat dari pembelajaran tersebut.
5) Pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan
dan tidak ada lagi suasana pembelajaran yang membuat siswa
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal (Isjoni, 2009:77). Jigsaw
adalah model pembelajaran kooperatif yang di desain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan oranglain.
Pada model pembelajaran Jigsaw, keaktifan siswa sangat
dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok yang terdiri dari
beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan
memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil
dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang
baik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa terdiri dari anggota kelompok lain
(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu
untuk kemudian dijelaskan pada kelompok asal ( Imas Kurniasih
b. Tahapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Ahmad Susanto (2014:245), menjelaskan beberapa
tahapan/langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
sebagai beikut :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri
dai 5-6 orsng; ini ysng disebut dengan kelompok awal (asal)
2. Guru membagi tugas materi yang berbeda pada tiap siswa
dalam kelompok dan membentuk kelompok ahli
3. Siswa berdiskusi ke dalam kelompok ahli berdasarkan
kesamaan materi yang diberikan kepada masing-masing siswa.
4. Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok asalnya
masing-masing berdasarkan ketentuan guru
5. Guru melakukan penilaian untuk mengukur kemampuan dan
hasil belajar siswa mengenai seluruh pembahasan
6. Memberikan penghargaan kelompok dan siswa yang
berprestasi
Gambar.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Pada model pembelajaran koopeatif tipe Jigsaw, kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli, kelompok ahli merupakan
kelompok siswa yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian menjelaskan kepada kelompok asalnya.
Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran yang
dikemukakan oleh Ahmad Susanto.
c. Kelebihan Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Kelebihan pembelajaran kooperatif menurut Slavin pada
model Jigsaw adalah sebagai berikut :
1) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi secara positif
diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda
2) Menerapkan bimbingan sesame teman/ bekerjasama
3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4) Memperbaiki kehadiran
5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6) Sikap apatis berkurang, meningkatkan keaktifan siswa
7) Pemahaman materi lebih mendalam
8) Meningkatkan motivasi belajar
D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD Kelas IV
Salah satu kriteria guru yang baik adalah jika guru itu dapat
mengenal dan memahami peserta didiknya. Dengan mengenal dan
memahami peserta didik, guru dapat memberikan pendidikan dan
kita jumpai system pembelajaran maupun tindakan guru yang tidak sesuai
dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan anak. Penggunaan strategi atau
metode dan media yang selalu sama pada semua materi pelajaran,
pembelajaran yang secara rutin didominasi oleh keaktifan guru, tuntutan
kurikuler yang terlalu tinggi kepada peserta didik, merupakan beberapa
contoh dari ketidaktepatan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Kondisi tersebut salah satunya bersumber dari kurang nya
pemahaman guru terhadap hakekat, sifat, dan karakteristik peserta didik.
Oleh karena itu pemahaman guru terhadap peserta didik merupakan salah
satu kompetensi yang harus di kuasai oleh seorang guru.
Siswa kelas IV SD termasuk siswa kelas tinggi. Hetty Tumurang
( 2006:98) menyatakan bahwa siswa kelas tinggi menunjukkan sifat antara
lain:
1. Adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang
konkrit
2. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau
mata pelajaran khusus
4. Sampai kira-kira usia 11 tahun anak membutuhkan batuan guru
atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan
memenuhi keinginannya, dan sesudahnya anak menanggapi
5. Nilai telah dipandang sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi di sekolah
6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat
bermain-main bersama
Masa usia anak Sekolah Dasar sering disebut sebagai masa
intelektual atau masa keserasian bersekolah dimana anak pada usia ini
lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya atau masa sesudahnya.
Berdasarkan teori perkembangan kognisi dari Piaget (Lusi Nuryanti,
2009:38) anak-anak yang berada pada masa kanak-kanak lanjut
perkembangan kognisinya berada pada tahap operasional konkret. Artinya,
anak-anak mencapai struktur logika tertentu yang memungkinkan mereka
membentuk beberapa operasi mental namun masih terbatas pada
objek-objek konkret.
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak dapat dibedakan
antara beberapa tahap sejalan dengan usianya, yaitu tahap sensor motorik
(0-2 th), tahap praoperasional (2-7 th), tahap operasional konkrit(7-11 th),
dan tahap formal (>11th).
a. Tahap sensorik motorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan
inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba,
menjamah, dan mendengar. Anak belum mempunyai bahasa simbol
untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Dalam tahap ini, anak menunjukkan kemampuan meggunakan
simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya.
Pemikiran anak cenderung egosentris atau memikirkan dirinya sendiri.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Anak kelas IV Sekolah Dasar berada pada tahap ini, dimana
anak mampu berpikir logis untuk memecahkan persoalan-persoalan
yang sifatnya konkret yaitu dengan cara mengamati atau melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dalam memahami
konsep, anak sangat terikat kepada proses mengalami sendiri atau
melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep itu. Oleh karena itu
proses pembelajaran harus dibuat menyenangkan lewat kegiatan
bermain yang kreatif, sehingga konsep yang didapat akan lebih
bermakna.
d. Tahap formal (> 11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mulai maju dalam memahami
konsep proporsi dengan baik. Anak mampu berpikir abstrak dan dapat
menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian meyelesaikan
masalah tersebut
Pada umumnya, anak mulai masuk Sekolah Dasar pada usia
6-7 tahun dan rentang waktu belajar di Sekolah Dasar selama 6 tahun,
maka usia anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-12 tahun. Ini berarti
sampai awal operasional formal. Pada tahap tersebut umumnya anak
memiliki sifat :
1) Memiliki rasa ingin tahu yang kuat
2) Senang bermain atau suasana yang menggembirakan
3) Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka
mencoba-coba
4) Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi
5) Akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang
ada
6) Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa pada temannya sesuai dengan Asy’ari ( 2006 : 38).
Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dalam pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dengan
karakteristik siswa kelas IV SD dimana tahap kognitif mereka sudah
mencapai tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret
adalah tahap dimana anak sudah mampu berpikir secara abstrak untuk
memecahkan persoalan-persoalan dan pada tahap ini anak sangat
terikat pada proses mengalami sendiri kegiatan pembelajaran tersebut.
Anak juga senang menggunakan pembelajaran yang menyenangkan
dan bermain kreatif. Salah satu pembelajaran yang dapat membuat
pembelajaran menyenangkan dan kreatif adalah pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw . Pada dasarnya pembelajaran kooperatif tipe
menggali keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa kelas IV SD,
mereka akan belajar untuk bekerjasama, aktif dan menghargai
pendapat temannya. Melalui pembelajaran ini juga siswa akan
mengembangkan rasa kepercayadirian mereka karena pembelajaran
ini dituntut untuk berani mengemukakan pendapat mereka.
Pembelajaran dengan tipe Jigsaw ini cocok diterapkan pada tahap
perkembangan kognitif anak pada usia kelas IV SD.
E. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS
Tahapan/langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang di kemukakan oleh Ahmad Susanto sebagai berikut
1. Guru menjelaskan konsep pembelajaran
2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok asal dan kelompok ahli
3. Siswa bergabung ke dalam kelompok ahli masing-masing untuk
membahas dan mengerjakan latihan sub pokok bahasan yang menjadi
tugas. Dalam pembelajaran ini guu membagi siswa ke dalam 3
kelompok ahli.
4. Setelah selesai melakukan pembahasan kemudian masing-masing
kelompok ahli ke kelompok asal dan secara bergantian mengajarkan
kepada anggota kelompoknya sesuai dengan pokok bahasan yang
5. Guru memberikan tugas dan latihan soal untuk dibahas dalam
kelompok asal.
6. Guru memberikan evaluasi
7. Guru menghitung skor.
F. Kerangka Berpikir
Pembelajaran adalah suatu kegiatan agar proses belajar seseorang
atau sekelompok orang yang berkaitan dengan suatu usaha untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
didalam proses pembelajaran terdapat komponen penting, yakni guru,
media belajar, metode belajar, kurikulum/ standar kompetensi dan
lingkungan belajar, dimana ini akan mempengaruhi cara guru dalam
menyampaikan pelajaran yakni dengan menggunakan metode yang cocok.
Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan merupakan tugas guru
untuk memecahkan faktor penghambat tercapainya hasil belajar sebagai
faktor eksternal siswa. Model yang digunakan guru dalam menyampaikan
pembelajaran akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa dalam
belajar, apabila minat dan motivasi rendah maka hasil belajar akan rendah
pula. Hal tersebut juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa Sekolah Dasar terutama kelas IV yang termasuk pada tahap
operasional konkret, maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang
memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran terutama
Salah satu pembelajaran yang menyenangkan adalah menggunakan
model pembelajaran kooperatif salah satunya tipe Jigsaw. Selain itu,
model pembelajaran tipe Jigsaw ini dapat mengajarkan pada siswa
bagaimana belajar dengan temannya yang lain, bagaimana siswa saling
memberikan pengetahuan yang dimilikinya terhadap temannya yang lain.
Model pembelajaran tipe ini juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan
diri. Demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif sangat cocok
diterapkan dengan karakteristik siswa kelas IV SD sesuai dengan pendapat Asy’ari yaitu bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki
dorongan yang kuat untuk berprestasi dan belajar dengan cara bekerja dan
suka mengajarkan apa yang ia bisa pada temannya. Dengan demikian
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil belajar akan
meningkat.
G. Hipotesis Tindakan
Dari teori-teori yang dikemukakan di atas, maka sebelum
dilakukan pengambilan data, dalam penelitian dirumuskan terlebih dahulu
hipotesis tindakan sebagai dugaan awal peneliti yaitu sebagai berikut :
Terdapat pengaruh pada penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk
H. Definisi Operasional
1. Hasil belajar
Hasil yang dicapai siswa khususnya dari segi kognitif C1, C2, dan C3
yang diuji melalui tes setelah siswa mengalami proses belajar dan
dinyatakan dalam skor atau angka.
2. IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial)
Mata pelajaran di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang dimulai
dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh siswa.
3. Jigsaw
Model pembelajaran yang di desain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan oranglain. Pada
model ini, keaktifan siswa sangat dibutuhkan dengan dibentuknya
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri
dari kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah
kelompok yang terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang,
sedangkan kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk
mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif. Hal ini
dikarenakan semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat
diterapkan pada jenis penelitian ini
Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011:107). Pendapat
tersebut diperkuat oleh Suharsimi (2005:207) bahwa penelitian
eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya sebab akibat, caranya adalah
dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang
diperlakukan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak
menerima perlakuan.
Penelitian eksperimen dalam hal ini dilakukan terhadap dua
kelompok siswa yang diambil secara acak dari populasi yang homogen.
Dua kelompok tersebut diberi perlakuan yang berbeda dengan materi yang
sama. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Jigsaw,
sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri yang terletak di
Kelurahan Sabranglor, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. Tepatnya di SD N 1
Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor. Adapun waktu keseluruhan
pelaksanaannya adalah di dalam kelas IV semester II yaitu pada kelas
eksperimen tanggal 7, 14, dan 21 April 2016 sedangkan kelas kontrol pada
tanggal 8, 15, dan 22 April 2016.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw sebagai variabel bebas sedangkan hasil belajar IPS
kelas IV sebagai variabel terikat. Penelitian ini sebagai variabel
eksperimental atau variabel bebas yaitu variabel yang diselidiki
pengaruhnya terhadap gejala, adalah penggunaan model Jigsaw.
Variabel terikat adalah variabel yang diramalkan akan timbul
sebagai pengaruh dari variabel bebas yaitu hasil belajar IPS. Sebagai
variabel non eksperimen dalam penelitian ini adalah kemampuan awal IPS
siswa. Variabel ini dapat mempengaruhi kondisi maupun perlakuan yang
dilaksanakan apabila kelompok-kelompok tersebut tidak dibedakan. Oleh
karena itu faktor tersebut perlu diseimbangkan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui ada dan tidaknya perbedaan antara kelompok eksperimen dan
D. Desain Penelitian
Desain penelitian atau rancang bangun penelitian dimaksudkan
sebagai suatu rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban atau
pertanyaan-pertanyaan penelitian (Kerlinger, 2003:483). Selanjutnya disebutkan juga
bahwa desain penelitian mempunyai dua maksud atau kegunaan dasar
yaitu menyediakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian dan untuk
mengontrol atau mengendalikan varian (Kerlinger, 2003:484)
Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah desaijn M-G
(Matching Group) sebagaimana dinyatakan oleh Suharsimi Arikunta
(1991:76) yaitu Control Group Pre-Test Post-Test Design. Apabila
digambarkan dalam bentuk tabel desain penelitian sebagai berikut.
Tabel 5. Format Control Group Pre-Test Post-Test Design
Kelompok Pre-Test Variabel Bebas Post-Test
(M) E O1 X1 O2
(M) K O1 X2 O2
Keterangan :
M : Matching
E : Kelompok Eksperimen
O1 : Tes awal ( pre-test)
X1 : Perlakuan dengan menggunakan model Jigsaw
X2 : Perlakuan dengan menggunakan model konvensional
ceramah dan tanya jawab
E. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010:117). Populasi penelitian menurut Sutrisno Hadi ( 1984:70) adalah
seluruh individu yang dikenai sasaran generalisasi dari sampel-sampel
yang diambil dalam suatu penelitian. Sedangkan menurut pendapat Zainal
Arifin (2011:215) populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang
diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang
terjadi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD N
1 Sabranglor 20 siswa dan SD N 2 Sabranglor 21 siswa , karena kedua
sekolah tersebut mempunyai latar belakang masalah yang sama yaitu nilai
rata-rata hasil belajar IPS masih rendah dibandingkan mata pelajaran lain.
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah pada setiap prosedur penelitian dapat dilihat jelas
Gambar 2. Prosedur Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data
Ada tiga macam teknik pengumpulan data yang akan dilakukan
dalam penelitian ini, yaitu;
Tahapan Persiapan
1. Mengurus surat izin penelitian
2. Survei tempat uji coba instrumen dan penelitian 3. Membuat instrumen penelitian, RPP, LKS dll 4. Uji coba instrumen, analisis hasil uji coba instrumen
dan perbaikan instrumen
Tahap Pelaksanaan
Kelas eksperimen Kelas kontrol