• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N SABRANGLOR TRUCUK KLATEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N SABRANGLOR TRUCUK KLATEN."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

SDN 2 SABRANGLOR TRUCUK KLATEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Riesa Dewi Setianingrum NIM 12108244022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk Klaten” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Mei 2016 Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini. Saya Nama : Riesa Dewi Setianingrum

NIM : 12108244022

Program Studi : Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli, Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Mei 2016 Yang menyatakan,

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N 2 SABRANGLOR TRUCUK KLATEN” yang disusun oleh Riesa Dewi Setianingrum, NIM 12108244022 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 2 Juni 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Hidayati, M.Hum. Ketua Penguji ... ...

Agung Hastomo, M.Pd. Sekertaris ... ...

Suyantiningsih, M.Ed. Penguji Utama ... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.

(5)

MOTTO

“ Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat ; orang yang menuntut

ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan Pahala; yang

diberikan kepada sama dengan para Nabi”

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang telah memberikan semua kekuatan dan kesabaran dalam

penyusunan skripsi ini

2. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan ku, memberikan

semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini

3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta yang senantiasa memberikan

(7)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD N

SABRANGLOR TRUCUK KLATEN

Oleh

Riesa Dewi Setianingrum NIM 12108244022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD N Sabranglor Trucuk Klaten.

Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian Quasi Experimental. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model jigsaw dan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Variabel penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu penerapan model pembelajaran jigsaw sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar IPS. Penelitian ini adalah populatif dengan jumlah populasi sebanyak 21 pada SD N 2 Sabranglor dan 20 siswa pada SD N 1 Sabranglor. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes dan observasi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk Klaten. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil selisih mean pretest-posttest kelompok eksperimen dengan mean pretest-posttest kelompok kontrol. Hasil perhitungan selisih mean pretest-posttest kelompok eksperimen sebesar 20,95 sedangkan selisih mean pretest-posttest kelompok kontrol sebesar 16,60. Berdasarkan beberapa hasil perhitungan nilai rata-rata dari hasil pretest dan posttest di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memebrikan rahmat dan hidayahNYA sehingga skripsi yang berjudul “ Pengaruh

Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD N Sabranglor Trucuk Klaten” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini

diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa ridho yang di berikah oleh ALLAH SWT serta bantuan dari semua pihak.

Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk belajar

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang

telah berkenan memberikan kebijakan penelitian

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta

yang telah berkenaan memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Hidayati, M.Hum selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan

pengarahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Siswa kelas IV SD N 1 Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor yang telah

(9)

6. Orangtua dan keluarga tercinta, yang tidak pernah lelah memberikan kasih

sayang dan dukungan ketika penulis mengalami titik jenuh.

7. Andika Dwi Wijaya, S.Kom, yang telah memberikan semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta,

(10)

DAFTAR ISI

(11)

1. Belajar ... 10

2. Hasil Belajar ... 13

B. Kajian Tentang IPS ... 17

1. Pengertian IPS ... 17

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ... 19

E. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPS ... 38

(12)

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian ... 58

a. Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Pretest Kelompok Eksperimen... 62

(13)

c. Deskripsi Data Posttest Hasil Belajar IPS Kelompok

Eksperimen ... 66

d. Deskripsi Data Posttest Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol... 67

e. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 69

3. Deskripsi Hasil Observasi ... 72

C. Uji Prasyarat Analisis ... 74

D. Pengujian Hipotesis ... 75

1. Uji t Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.. 75

2. Uji t Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 76

E. Pembahasan ... 78

F. Keterbatasan Penelitian ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83

(14)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Nilai KKM Kelas IV SD Kelurahan Sabranglor ... 3

Tabel 2. Nilai Rata-rata Ulangan Semester Gasal Kelas IV SD N Kelurahan Sabranglor ... 4

Tabel 11. Jadwal Perlakuan Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 69

Tabel 12. Distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen ... 63

Tabel 13. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 64

Tabel 14. Distribusi frekuensi skor pretest kelompok kontrol ... 64

Tabel 15. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 65

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelompok Eksperimen... 66

Tabel 17. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 67

Tabel 23. Hasil Observasi Terhadap Pelaksanaan Diskusi dengan Metode Jigsaw Pertemuan I-III ... 73

Tabel 24. Hasil Perhitungan Uji t Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 76

(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Ilustrasi Pelaksanaan Jigsaw ... 32 Gambar 2. Prosedur Penelitian ... 46 Gambar 3. Grafik Histogram Data Pretest Kelompok Eksperimen.... 63 Gambar 4. Grafik Histogram Data Pretest Kelompok Kontrol ... 65 Gambar 5. Grafik Histogram Data Posttest Kelompok Eksperimen.. 66 Gambar 6. Grafik Histogram Data Posttest Kelompok Kontrol... 68 Gambar 7. Grafik Histogram Nilai Pretest-Posttest Hasil Belajar

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 7. Instrumen Soal Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas ... 118

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal ... 124

Lampiran 9. Instrumen Soal Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 125

Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian Fakultas ... 143

Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian Bapedda ... 144

Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian SD N 1 Sabranglor.. 145

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat penting bagi terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa.

Pendidikan di Indonesia banyak mengalami masalah terutama dalam

mutu pendidikan. Dengan demikian cukup beralasan apabila

pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius,

lebih-lebih bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

Menurut Karim dan Joko Susilo ( 2007:10 ) mengemukakan

bahwa upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah dengan cara perbaikan proses pembelajaran.

Para guru harus memiliki kemampuan mendesain program

pembelajaran, memiliki keterampilan memilih, dan menggunakan

berbagai model dan metode mengajar untuk diterapkan dalam

pembelajaran yang efektif. Model dapat diterapkan untuk

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga

dapat berlangsung secara optimal antara guru dan siswa. Interaksi

guru dan siswa yang muncul berimbas pada peningkatan penguasaan

konsep materi IPS yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk

belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari

(18)

Arends ( 1977:7), mengemukakan bahwa model pembelajaran

mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,

termasuk didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan

kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce dan Weil ( 1992:4) bahwa

setiap model mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk

peserta didik dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta

didik sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai. Pemilihan

model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan

diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam

pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Oleh

karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai

keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran

yang beraneka ragam dan lingkungan belajar .

Salah satu pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial ( IPS ). Pembelajaran IPS mulai diajarkan dari

tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Menurut Etin

Solihatin dan Raharjo (2009:15), tujuan pembelajaran IPS adalah

untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa,

untuk mengembangkan diri sesuai bakat dan minat, kemampuan dan

lingkungannya.

Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SD N 2 Sabranglor

(19)

N 1 Sabranglor pada tanggal 22 Februari 2016 dengan Ibu Dessy

bahwa pada kedua sekolah tersebut mempunyai permasalahan yang

sama yaitu siswa pada masing-masing sekolah siswa kurang aktif dan

kurang antusias pada saat pelajaran berlangsung, pemahaman siswa

terhadap materi masih sangat rendah dikarenakan pada saat proses

pembelajaran guru masih menjelaskan secara lisan materi ajar di

depan kelas dengan hanya mengacu pada buku paket saja, dan guru

kurang memaksimalkan dalam penggunaan media yang sudah tersedia

untuk menunjang proses belajar mengajar. Hal ini didukung oleh hasil

data nilai kelas IV SD Negeri Kelurahan Sabranglor

Tabel 1. Nilai KKM Kelas IV SD Kelurahan Sabranglor

No Mata Pelajaran Nilai KKM

No Mata Pelajaran SDN 1 Sabranglor SDN 2 Sabranglor

1 Bahasa Indonesia 71,50 74,08

2 Matematika 74,08 70,76

3 IPA 69,76 69,12

4 IPS 67,50 66,76

Tabel di atas membuktikan bahwa hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPS lebih rendah dibandingkan mata pelajaran yang

(20)

terendah dibandingkan mata pelajaran lain. Jumlah siswa dari SD N

1 Sabranglor yaitu 20 siswa sedangkan SD N 2 Sabranglor yaitu 21

siswa. Nilai dari sebagian jumlah siswa belum mencapai KKM yang

sudah ditentukan yaitu 68. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

maka perlu diupayakan perbaikan dalam proses dan metode pada

pembelajaran IPS. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengubah

model pembelajaran yang bersifat fleksibel (tidak kaku dan tidak

monoton), sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang

kooperatif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran IPS maupun pelajaran yang lainnya. Salah satu model

pembelajaran yang dapat peneliti harapkan untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Menurut Budiningarti H (1998: 5) mengatakan bahwa Jigsaw

merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang

fleksibel. Model pembelajaran Jigsaw adalah salah satu model

pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen,

beranggotakan 4-6 siswa, setiap siswa bertanggungjawab atas

penugasan materi belajar dan harus mampu mengajarkan bagian

tersebut kepada anggota tim lainnya Arends, R.I ( Hermin

Budiningarti, 1998: 29).

Menurut Savage (Rusman (2011:203), cooperative learning

(21)

kelompok, sehingga model pembelajaran kooperati ftipe Jigsaw ini

mampu mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD

Sabranglor, Trucuk, Klaten karena model pembelajaran ini

menekankan keaktifan, partisipasi, dan kerjasama siswa dalam proses

pembelajaran. Hal ini sangat relevan dengan karakteristik anak SD

kelas IV yang berada pada periode operasional konkrit, dimana salah

satu ciri yang dimiliki siswa SD tersebut adalah selalu ingin

beradaptasi, berpikir kualitas, dan sudah biasa melihat suatu

permasalahan dari sudut pandang yang berbeda (Nandang Budiman,

2006:44).

Menurut Mulyani Sumatri dan Johar Permana ( 1998:12)

mengemukakan bahwa masa usia sekolah dasar ( sekitar 6;0 – 12;0)

ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan

fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu,

guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan

mereka. Ia akan selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik

anak, arti belajar dan tujuan kegiatan belajar bagi mereka di sekolah

dasar. Adapun beberapa karakteristik anak usia sekolah dasar secara

umum yang dikemukakan oleh Bassett, Jacka dan Logan ( 1983 )

sebagai berikut :

1. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan

tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.

(22)

3. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk

berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami

ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.

Karakteristik anak sekolah dasar tersebut sesuai dengan

metode pembelajaran Jigsaw yang pada intinya belajar dan bermain.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Lie,1999

(Rusman,2011) antara lain: dalam kegiatan pembelajaran tidak

mengenal adanya persaingan antar siswa atau kelompok sebagaimana

yang terjadi selama ini pada model pembelajaran konvensional yaitu

metode ceramah dan tanya jawab, siswa dapat bekerja sama untuk

menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikiran yang berbeda,

siswa dalam kelompok bertanggungjawab atas penguasaan materi

belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut

pada anggota yang lain, dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak

hanya mengharapkan bantuan dari guru tetapi siswa termotivasi

sendiri untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat

memberikan perubahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS

terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IV. Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membawa konsep pemahaman

(23)

Maka peneliti tertarik untuk melihat seberapa pengaruh antara

metode kooperatif tipe Jigsaw dengan metode ceramah, maka perlu

dilakukan penelitian.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran masih monoton sehingga guru terkesan

menyodorkan pengetahuan dan informasi kepada siswa.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah

dibandingkan mata pelajaran lain.

3. Guru kurang memaksimalkan media yang sudah tersedia untuk

menunjang proses pembelajaran.

4. Siswa kurang aktif dan pemahaman siswa terhadap materi

masih rendah dikarenakan pada saat proses pembelajaran guru

masih menjelaskan secara lisan.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum pernah

diterapkan di kelas IV SD N Sabranglor

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini akan

dibatasi pada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Adakah pengaruh

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Sabranglor, Trucuk, Klaten ? “

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD

Negeri Sabranglor, Trucuk, Klaten.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian harus menghasilkan manfaat bagi penulis khususnya

dan umumnya bagi pembaca. Berikut ini dikemukakan manfaat dari

hasil penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis bagi

penulis, guru dan siswa.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Hasil penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan

partisipasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran IPS.

2) Dapat melatih siswa untuk belajar bersosialisasi dengan

cara memahami berbagai perbedaan dalam kelompok.

3) Dapat melatih siswa untuk bekerja sama, mengungkap

pendapat dan interaksi siswa antar siswa dalam proses

pembelajaran.

b. Bagi Guru

1) Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada guru

tentang model pembelajaran Jigsaw.

2) Diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran

Jigsaw dalam salah satu cara untuk mengatasi permasalahan

dalam belajar IPS.

3) Perbaikan proses pembelajaran IPS dan peningkatan hasil

belajar siswa.

4) Memerikan gambaran kepada guru bahwa model

pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu model

pembelajaran yang efektif, sehingga dapat meningkatkan

(26)

c. Bagi Sekolah

1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi dalam usaha memperbaiki dan meningkatkan

kualitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Belajar

Winkel dalam Yatim Riyanto (2009 : 5) mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap.

Sementara itu, Cronbach dalam Yatim Riyanto (2009 : 5) menyatakan

bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari

pengalaman. Gagne dalam Yatim Riyanto (2009:5) mengemukakan bahwa

belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang

dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.

Oemar Malik ( 2003 : 27 ) mengemukakan bahwa belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan.

Slameto ( 2003:2) mengemukakan pengertian secara psikologis,

belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

(28)

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek

tingkah. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

“ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Menurut Skinner dalam Syaiful Sagala (2010 :14) mengungkapkan

bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku

yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu

perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.

Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun. Jadi belajar

ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya

respons. Menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (2010:17) mengungkapkan

bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia

yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan

oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus

bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa

sehingga perbuatannya ( perfomance-nya) berubah dari waktu sebelum ia

mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.

Slameto dalam Yatim Riyanto ( 2012 : 63 ) mengemukakan

prinsip-prinsip belajar yaitu :

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

(29)

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

Dari prinsip-prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam

memaknai belajar dan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan

dalam mendukung proses pembelajaran, sehingga pengertian dan

pemahaman mengenai makna belajar menjadi lebih jelas dan terarah.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam

belajar ada suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa

pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses

belajar. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi

dengan lingkungan. Interaksi tersebut salah satunya adalah proses

pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh suatu yang baru baik

itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

2. Hasil Belajar

Eko Putro Widoyoko ( 2010 : 29 ) mengemukakan bahwa penilaian

(asessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan

pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh

melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya.

Menurut Nana Sudjaja ( 2009 : 22 ) pengertian hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

(30)

Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai

oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa

dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Purwanto ( 2011 : 54 ) mengemukakan bahwa perubahan perilaku

yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan

tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang

dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

adanya perubahan kognitif atau pengetahuan terhadap sesuatu yang telah

dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Menurut Hamid Hasan dan Asmawi Zainul ( 1991 : 23 )

mengemukakan bahwa hasil belajar dinyatakan dalam klasifikasi yang

dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawannya.

Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranh yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor. Berikut penjelasan dari ketiga ranah

tersebut :

a. Ranah Kognitif.

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir.

Dalam Taksonomi Bloom dikenal ada 6 jenjang ranah kognitif.

Jenjang satu lebih tinggi dari yang lain, dan jenjang yang lebih

(31)

Oleh karena itu hubungan antara setiap jenjang bersifat

hierarkis.

Berdasarkan urutan dari yang terendah ke yang tertinggi,

keenam jenjang tersebut adalah:

1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan manusia

dalam mengingat semua jenis informasi yang

diterimanya. Jenis informasi yang disimpan dan

diterima tidak terbatas. Informasi tersebut dapat saja

berupa data, istilah, definisi, fakta, teori, pendapat,

prosedur kerja, tata tertib dan sebagainya.

2) Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan

seseorang untuk mengubah bentuk komunikasi, mencari

kata, kalimat atau contoh lain yang sesuai, ataupun

menarik kesimpulan mengenai arti pokok suatu

informasi.

3) Aplikasi (application) yaitu kemampuan menggunakan

sesuatu dalam situasi tertentu yang bukan merupakan

pengulangan.

4) Analisis (analysis) yaitu kemampuan untuk melakukan

pengolahan informasi lebih lanjut.

5) Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan akan terjadi

(32)

informasi yang berbeda-beda tersebut kita harus

menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal.

6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan tertinggi dalam

ranah kognitif Bloom, untuk sampai pada kemampuan

evaluasi semua kemampuan yang ada dibawahnya harus

dikuasai. Artinya, orang tidak mungkkin melakukan

evaluasi apabila tidak memiliki pengetahuan dan

pemahaman tentang apa yang akan di evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap,

emosi, penghargaan, proses, internalisasi, dan pembentukan

karakteristik diri. Krathwohl, Bloom dan Masia ( 1964 )

membagi ranah afektif dalam 5 jenjang. Kelima jenjang

tersebut adalah :

1) Penerimaan (receiving)

2) Penanggapan (respondin )

3) Penghargaan (vauling)

4) Pengorganisasian (organization)

5) Penjatidirian (characterization)

c. Ranah Psikomotor.

Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan

gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan

(33)

dikendalikan oleh kematangan psikologis. Jadi kemampuan

tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari.

Dari ketiga ranah Taksonomi Bloom tersebut, peneliti

akan meneliti tentang ranah kognitif dari jenjang C1 – C3 yaitu

tentang pengetahuan, pemahaman,dan penerapan.

B. Kajian Tentang IPS 1. Pengertian IPS

Sapriya (2009:19) menyatakan bahwa istilah “Ilmu Pengetahuan

Sosial”, disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah

dasar dan menengah atau nama program studi di peguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies”. Istilah IPS di sekolah dasar

merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari

sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai

isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar

tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah

dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berfikir

peserta didik yang bersifat holistik.

Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia

dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik

tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada

berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

(34)

permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin

mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Korasih,

1994). Martoella mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS siswa

diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan

mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan

berdasarkan konsep yang telah dimilikinya (Trianto, 2010:172-173)

Pendidikan IPS ini juga berfungsi mengembangkan keterampilan,

terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan

sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang behubungan dengan

kepentingan hidup masyarakat, seperti bekerja sama, bergotong royong,

menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara

cepat dalam memecahkan persoalan di masyarakat. Sedangkan

keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan

kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi

permasalahan sosial di masyarakat.

Etin Solihatin ( 2009:15) menyebutkan bahwa konsep dasar IPS

adalah sebagai berikut :

a. Interaksi

Interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga

manusia harus mampu melakukan interaksi dengan pihak lain, begitu

juga dengan siswa. Di dalam pembelajaran IPS siswa harus diusahakan

dapat berinteraksi dengan teman lainnya. Interaksi dapat dilakukan

(35)

b. Saling Ketergantungan

Setiap orang dapat dipastikan selalu memerlukan oranglain, meskipun

hanya untuk berinteraksi sejenak. Untuk memenuhi kebutuhannya pun

manusia tidak bisa lepas dari bantuan oranglain, artinya manusia tidak

dapat hidup sendiri secara layak dan selalu bergantung pada orang lain,

begitu pula denga siswa. Siswa dalam belajar, tentu tidak lepas dari

bantuan orang lain, entah itu guru maupun teman satu kelasnya. Oleh

karena itu, siswa harus menghargai siswa lainnya dalam proses

pembelajaran.

c. Keragaman/ kesamaan/perbedaan

Jika diperhatikan, setiap siswa tentu memiliki karakteristik

sendiri-sendiri. Hal ini merupakan suatu keunikan yang ada pada diri siswa.

Oleh karena itu, keunikan harus dihargai sebagai sesuatu yang datang

secara kodrati dan alami. Semakin banyak jumlah siswa dalam satu

kelas, maka akan semakin beragam perangainya dan akan semakin

banyak muncul perbedaan itu sendiri. Oleh karena itu, degan

diterapkannya model pembelajaran kooperatif siswa akan belajar untuk

meghargai keanekaragaman da perbedaan antara siswa satu dengan

yang lainnya.

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.

Fungsi dan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di

(36)

a. Fungsi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD)

adalah untuk mengembangkan pengetahuan nilai, sikap, dan

keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

b. Tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD)

adalah :

1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,

sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan

psikologis

2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan keatif, inkuiri,

memecahkan masalah dan ketrampilan sosial

3) Membangun komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4) Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetensi dalam

masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global

Sedangkan, Nursid Sumaatmadja ( Hidayati, 2002 : 24-25)

mengatakan bahwa tujuan pengajaran IPS di Sekolah Dasar adalah:

a) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna

dalam kehidupan di masyarakat

b) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,

mengenalisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial

(37)

c) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan

sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan

serta berbagai keahlian

d) Membekali anak didik dengan kesadaran sikap mental yang positif

dan ketrampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian

dari kehidupannya yang tidak terpisahkan

e) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan

pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan

kehidupan perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan

teknologi.

Etin Solihatin dan Raharjo ( 2009 : 15 ) mengungkapkan bahwa

pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan

memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan

lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasakan pengertian dan

tujuan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang

mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan

ketrampilan guru dalam menggunakan berbagai model, metode, dan

strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan.

3. Ruang Lingkup IPS

Menurut Arnie fajar (2005:111) mengemukakan bahwa Ruang

(38)

a. Sistem sosial dan budaya

b. Manusia, tempat, dan lingkungan

c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan

Di dalam penelitian ini, kompetensi dasar yang terdapat pada

ruang lingkup pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu mencakup

tentang (d) waktu, keberlanjutan dan perubahan. Adapun kompetensi

dasar kelas IV semester II sebagai berikut;

Tabel 3. Kompetensi Dasar IPS kelas IV semester II

No Kompetensi Dasar

1. 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2. 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

4. 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Di dalam penelitian ini, kompetensi dasar kelas IV yang akan

dipilih untuk dijadikan penelitian adalah KD 2.3 mengenal

perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta

pengalaman bagaimana cara menggunakannya.

Tabel 4. Indikator dalam Kompetensi Dasar 2.3

No Kompetensi Dasar Indikator

(39)
(40)

Pada tabel di atas merupakan rincian Kompetensi Dasar dan

Indikator yang akan dijadikan peneliti untuk melakukan penelitian di kelas

IV SD N 1 Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor.

C. Kajian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning

mengandung pengertian sebagai suatu sikap/perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur

kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua

orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi

oleh keterlibatan dari tiap anggota kelompok itu sendiri ( Etin

Solihatin, dan Raharjo, 2009:4). Menurut Tukiran,dkk (2011:55)

pembelajaran Kooperatif merupakan sistem pengajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas tugas yang terstruktur.

Menurut Anita Lie model pembelajaran kooperatif

merupakan suatu moel pembelajaran yang mengutamakan adanya

kelompok-kelompokyang mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda-beda (tinggi,sedang dan rendah). Lebih lanjut lagi Anita

Lie (2005:43) mengungkapkan bahwa kelompok heterogen

(41)

yang berkemampuan akademik tinggi, guru mendapat satu asisten

dalam satu kelompok.

Menurut Moh Uzer Usman (2002:103) pengajaran

kelompok kecil, kemungkinan siswa belajar lebih aktif, memberi

rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya kreativitas

dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta dapat memenuhi

kebutuhan siswa secara optimal. Dengan pembelajaran kooperatif

diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan

pemahaman dan menerapkan ketrampilan guru guna menghadapi

masalah dalam kehidupan nyata.

Pada dasarnya cooperative learning mengandung

pengertian sebagai suatu sikap ataun perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama

yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau

lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri ( Tukiran

dkk, 2011:56)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang menekankan kerjasama dan saling membantu

dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang

(42)

menyelesaikan tugas-tugasnya secara individu maupun kelompok

demi tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Abdul Majid (2014:175) mengungkapan beberapa

tujuan pembelajaran kooperatif yaitu :

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu

siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit;

2) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai perbedaan latar belakang;

3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagai tugas,

aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing

teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan

bekerja dalam kelompok.

Slavin mengungkapkan tujuan pembelajaran kooperatif

berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem

kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada

kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari kegiatan

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana

keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan

(43)

pembelajaran kooperatif, yaitu 1) meningkatkan hasil

akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademiknya, 2) Siswa yang lebih mampu akan menjadi

nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki

orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua,

pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat

menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai

perbedaan latar belajar. Tujuan penting ketiga dari

pembelajaran kooperatif adalah untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa ( Tukiran, dkk 2011:60).

c. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005:11-16) terdapat beberapa tipe

pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Student Team Achievement Division ( Pembagian Pencapaian

Tim Siswa )

STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana. Gagasan utama dalam STAD adalah untuk

memotivasi siswa supaya dapat saloing mendukung dan

membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang

diajarkan oleh guru dalam kelompoknya masing-masing.

2) Team Games Tournament (Turnamen Game Tim)

TGT pada awalnya dikembangkan oleh David De Vries

(44)

pertama dari John Hopkin. Model ini hampir sama degan

STAD tapi menggantikan kuis dengan turamen mingguan,

dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim

lan untuk menyumbangkan skor bagi tim atau kelompoknya.

3) Jigsaw (Teka-teki)

Jigsaw dikembangkan oleh Aronson. Pada awalnya

siswa ditugaskan untuk mempelajari suatu materi. Setiap

anggota dari kelompok ditugaskan untuk mempelajari suatu

materi. Setiap anggota dari kelompok ditugaskan secara acak

untuk menjadi ahli penugasan materi tertentu. Kemudia para

ahli mendiskusikan materi yang sedang dibahas yang

selanjutnya materi tersebut diajarkan kepada teman satu

kelompoknya.

4) Cooperative Integrated Reading and Composition (Mengarang

dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif)

Tipe ini merupakan program komprehensif untuk

mengajarkan membaca dan menulis. Dalam kegiatannya, siswa

mengikuti serangkaian pengajaran guru, praktik dalam

kelompok, pra-penilaian tim dan kuis.

5) Tim Accelerated Instruction (Percepatan Pengajaran Tim)

Model ini menggabungkan pembelajaran kooperatif

dengan pengajaran individual. Karena dalam TAI, para siswa

(45)

siswa dapat mencapai kemajuan yang lebih cepat maka tidak

perlu menunggu anggota kelas lainnya.

Dari jenis-jenis model pembelajaran kooperatif di atas,

peneliti memilih model pembelajaran Jigsaw untuk dijadikan

penelitian, karena sesuai latar belakang masalah bahwa siswa

kurang aktif dan antusias dalam proses pembelajaran dan model

pembelajaran Jigsaw mempunyai definisi yaitu salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai

hasil belajar yang maksimal (Isjoni, 2009:77) jadi model

pembelajaran Jigsaw sangat cocok untuk solusi permasalahan

tersebut.

d. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya

terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajarr siswa aktif,

belajar kerjasama, pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif

dan pembelajaran yang menyenangkan (Nur Asma, 2006:14)

1) Belajar siswa aktif

Proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar

lebih dominan dilakukan siswa dalam membangun dan

menemukan pengetahuan dengan belajar bersama-sama secara

(46)

2) Belajar kerjasama

Proses pembelajaran dilalui dengan bekerjasama dalam

kelompok untuk membangun pengetahuan yang sedang

dipelajari prinsip pembelajaran inilah yang melandasi

keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif.

3) Belajar partisipatorik

Pembelajaran partisipatorik juga didasari prinsip pembelajaran

partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar dengan

melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama

untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi

tujuan pembelajaran.

4) Reactive Teaching

Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu menciptakan strategi

yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar

yang tinggi. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan

siswanya akan manfaat dari pembelajaran tersebut.

5) Pembelajaran yang menyenangkan

Pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan

dan tidak ada lagi suasana pembelajaran yang membuat siswa

(47)

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan

saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk

mencapai hasil belajar yang maksimal (Isjoni, 2009:77). Jigsaw

adalah model pembelajaran kooperatif yang di desain untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan oranglain.

Pada model pembelajaran Jigsaw, keaktifan siswa sangat

dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang

beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan

kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok yang terdiri dari

beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan

memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil

dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang

baik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli,

yaitu kelompok siswa terdiri dari anggota kelompok lain

(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu

untuk kemudian dijelaskan pada kelompok asal ( Imas Kurniasih

(48)

b. Tahapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Ahmad Susanto (2014:245), menjelaskan beberapa

tahapan/langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

sebagai beikut :

1. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri

dai 5-6 orsng; ini ysng disebut dengan kelompok awal (asal)

2. Guru membagi tugas materi yang berbeda pada tiap siswa

dalam kelompok dan membentuk kelompok ahli

3. Siswa berdiskusi ke dalam kelompok ahli berdasarkan

kesamaan materi yang diberikan kepada masing-masing siswa.

4. Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok asalnya

masing-masing berdasarkan ketentuan guru

5. Guru melakukan penilaian untuk mengukur kemampuan dan

hasil belajar siswa mengenai seluruh pembahasan

6. Memberikan penghargaan kelompok dan siswa yang

berprestasi

Gambar.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Pada model pembelajaran koopeatif tipe Jigsaw, kelompok asal

merupakan gabungan dari beberapa ahli, kelompok ahli merupakan

(49)

kelompok siswa yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami

topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan

topiknya untuk kemudian menjelaskan kepada kelompok asalnya.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran yang

dikemukakan oleh Ahmad Susanto.

c. Kelebihan Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Kelebihan pembelajaran kooperatif menurut Slavin pada

model Jigsaw adalah sebagai berikut :

1) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi secara positif

diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda

2) Menerapkan bimbingan sesame teman/ bekerjasama

3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi

4) Memperbaiki kehadiran

5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

6) Sikap apatis berkurang, meningkatkan keaktifan siswa

7) Pemahaman materi lebih mendalam

8) Meningkatkan motivasi belajar

D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Salah satu kriteria guru yang baik adalah jika guru itu dapat

mengenal dan memahami peserta didiknya. Dengan mengenal dan

memahami peserta didik, guru dapat memberikan pendidikan dan

(50)

kita jumpai system pembelajaran maupun tindakan guru yang tidak sesuai

dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan anak. Penggunaan strategi atau

metode dan media yang selalu sama pada semua materi pelajaran,

pembelajaran yang secara rutin didominasi oleh keaktifan guru, tuntutan

kurikuler yang terlalu tinggi kepada peserta didik, merupakan beberapa

contoh dari ketidaktepatan guru dalam merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran. Kondisi tersebut salah satunya bersumber dari kurang nya

pemahaman guru terhadap hakekat, sifat, dan karakteristik peserta didik.

Oleh karena itu pemahaman guru terhadap peserta didik merupakan salah

satu kompetensi yang harus di kuasai oleh seorang guru.

Siswa kelas IV SD termasuk siswa kelas tinggi. Hetty Tumurang

( 2006:98) menyatakan bahwa siswa kelas tinggi menunjukkan sifat antara

lain:

1. Adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang

konkrit

2. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau

mata pelajaran khusus

4. Sampai kira-kira usia 11 tahun anak membutuhkan batuan guru

atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan

memenuhi keinginannya, dan sesudahnya anak menanggapi

(51)

5. Nilai telah dipandang sebagai ukuran yang tepat mengenai

prestasi di sekolah

6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat

bermain-main bersama

Masa usia anak Sekolah Dasar sering disebut sebagai masa

intelektual atau masa keserasian bersekolah dimana anak pada usia ini

lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya atau masa sesudahnya.

Berdasarkan teori perkembangan kognisi dari Piaget (Lusi Nuryanti,

2009:38) anak-anak yang berada pada masa kanak-kanak lanjut

perkembangan kognisinya berada pada tahap operasional konkret. Artinya,

anak-anak mencapai struktur logika tertentu yang memungkinkan mereka

membentuk beberapa operasi mental namun masih terbatas pada

objek-objek konkret.

Menurut Piaget perkembangan kognitif anak dapat dibedakan

antara beberapa tahap sejalan dengan usianya, yaitu tahap sensor motorik

(0-2 th), tahap praoperasional (2-7 th), tahap operasional konkrit(7-11 th),

dan tahap formal (>11th).

a. Tahap sensorik motorik (0-2 tahun)

Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan

inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba,

menjamah, dan mendengar. Anak belum mempunyai bahasa simbol

untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di

(52)

b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Dalam tahap ini, anak menunjukkan kemampuan meggunakan

simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya.

Pemikiran anak cenderung egosentris atau memikirkan dirinya sendiri.

c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Anak kelas IV Sekolah Dasar berada pada tahap ini, dimana

anak mampu berpikir logis untuk memecahkan persoalan-persoalan

yang sifatnya konkret yaitu dengan cara mengamati atau melakukan

sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dalam memahami

konsep, anak sangat terikat kepada proses mengalami sendiri atau

melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep itu. Oleh karena itu

proses pembelajaran harus dibuat menyenangkan lewat kegiatan

bermain yang kreatif, sehingga konsep yang didapat akan lebih

bermakna.

d. Tahap formal (> 11 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mulai maju dalam memahami

konsep proporsi dengan baik. Anak mampu berpikir abstrak dan dapat

menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian meyelesaikan

masalah tersebut

Pada umumnya, anak mulai masuk Sekolah Dasar pada usia

6-7 tahun dan rentang waktu belajar di Sekolah Dasar selama 6 tahun,

maka usia anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-12 tahun. Ini berarti

(53)

sampai awal operasional formal. Pada tahap tersebut umumnya anak

memiliki sifat :

1) Memiliki rasa ingin tahu yang kuat

2) Senang bermain atau suasana yang menggembirakan

3) Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka

mencoba-coba

4) Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi

5) Akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang

ada

6) Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa pada temannya sesuai dengan Asy’ari ( 2006 : 38).

Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw dalam pembelajaran ini sangat cocok diterapkan dengan

karakteristik siswa kelas IV SD dimana tahap kognitif mereka sudah

mencapai tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret

adalah tahap dimana anak sudah mampu berpikir secara abstrak untuk

memecahkan persoalan-persoalan dan pada tahap ini anak sangat

terikat pada proses mengalami sendiri kegiatan pembelajaran tersebut.

Anak juga senang menggunakan pembelajaran yang menyenangkan

dan bermain kreatif. Salah satu pembelajaran yang dapat membuat

pembelajaran menyenangkan dan kreatif adalah pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw . Pada dasarnya pembelajaran kooperatif tipe

(54)

menggali keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa kelas IV SD,

mereka akan belajar untuk bekerjasama, aktif dan menghargai

pendapat temannya. Melalui pembelajaran ini juga siswa akan

mengembangkan rasa kepercayadirian mereka karena pembelajaran

ini dituntut untuk berani mengemukakan pendapat mereka.

Pembelajaran dengan tipe Jigsaw ini cocok diterapkan pada tahap

perkembangan kognitif anak pada usia kelas IV SD.

E. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS

Tahapan/langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang di kemukakan oleh Ahmad Susanto sebagai berikut

1. Guru menjelaskan konsep pembelajaran

2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok asal dan kelompok ahli

3. Siswa bergabung ke dalam kelompok ahli masing-masing untuk

membahas dan mengerjakan latihan sub pokok bahasan yang menjadi

tugas. Dalam pembelajaran ini guu membagi siswa ke dalam 3

kelompok ahli.

4. Setelah selesai melakukan pembahasan kemudian masing-masing

kelompok ahli ke kelompok asal dan secara bergantian mengajarkan

kepada anggota kelompoknya sesuai dengan pokok bahasan yang

(55)

5. Guru memberikan tugas dan latihan soal untuk dibahas dalam

kelompok asal.

6. Guru memberikan evaluasi

7. Guru menghitung skor.

F. Kerangka Berpikir

Pembelajaran adalah suatu kegiatan agar proses belajar seseorang

atau sekelompok orang yang berkaitan dengan suatu usaha untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

didalam proses pembelajaran terdapat komponen penting, yakni guru,

media belajar, metode belajar, kurikulum/ standar kompetensi dan

lingkungan belajar, dimana ini akan mempengaruhi cara guru dalam

menyampaikan pelajaran yakni dengan menggunakan metode yang cocok.

Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan merupakan tugas guru

untuk memecahkan faktor penghambat tercapainya hasil belajar sebagai

faktor eksternal siswa. Model yang digunakan guru dalam menyampaikan

pembelajaran akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa dalam

belajar, apabila minat dan motivasi rendah maka hasil belajar akan rendah

pula. Hal tersebut juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan

siswa Sekolah Dasar terutama kelas IV yang termasuk pada tahap

operasional konkret, maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang

memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran terutama

(56)

Salah satu pembelajaran yang menyenangkan adalah menggunakan

model pembelajaran kooperatif salah satunya tipe Jigsaw. Selain itu,

model pembelajaran tipe Jigsaw ini dapat mengajarkan pada siswa

bagaimana belajar dengan temannya yang lain, bagaimana siswa saling

memberikan pengetahuan yang dimilikinya terhadap temannya yang lain.

Model pembelajaran tipe ini juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan

diri. Demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif sangat cocok

diterapkan dengan karakteristik siswa kelas IV SD sesuai dengan pendapat Asy’ari yaitu bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki

dorongan yang kuat untuk berprestasi dan belajar dengan cara bekerja dan

suka mengajarkan apa yang ia bisa pada temannya. Dengan demikian

diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil belajar akan

meningkat.

G. Hipotesis Tindakan

Dari teori-teori yang dikemukakan di atas, maka sebelum

dilakukan pengambilan data, dalam penelitian dirumuskan terlebih dahulu

hipotesis tindakan sebagai dugaan awal peneliti yaitu sebagai berikut :

Terdapat pengaruh pada penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS kelas IV SD N 2 Sabranglor Trucuk

(57)

H. Definisi Operasional

1. Hasil belajar

Hasil yang dicapai siswa khususnya dari segi kognitif C1, C2, dan C3

yang diuji melalui tes setelah siswa mengalami proses belajar dan

dinyatakan dalam skor atau angka.

2. IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial)

Mata pelajaran di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang dimulai

dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh siswa.

3. Jigsaw

Model pembelajaran yang di desain untuk meningkatkan rasa tanggung

jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan oranglain. Pada

model ini, keaktifan siswa sangat dibutuhkan dengan dibentuknya

kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri

dari kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah

kelompok yang terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang

dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang,

sedangkan kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari

anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk

mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian

eksperimen merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif. Hal ini

dikarenakan semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat

diterapkan pada jenis penelitian ini

Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011:107). Pendapat

tersebut diperkuat oleh Suharsimi (2005:207) bahwa penelitian

eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya sebab akibat, caranya adalah

dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang

diperlakukan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak

menerima perlakuan.

Penelitian eksperimen dalam hal ini dilakukan terhadap dua

kelompok siswa yang diambil secara acak dari populasi yang homogen.

Dua kelompok tersebut diberi perlakuan yang berbeda dengan materi yang

sama. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Jigsaw,

sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model

(59)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri yang terletak di

Kelurahan Sabranglor, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. Tepatnya di SD N 1

Sabranglor dan SD N 2 Sabranglor. Adapun waktu keseluruhan

pelaksanaannya adalah di dalam kelas IV semester II yaitu pada kelas

eksperimen tanggal 7, 14, dan 21 April 2016 sedangkan kelas kontrol pada

tanggal 8, 15, dan 22 April 2016.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw sebagai variabel bebas sedangkan hasil belajar IPS

kelas IV sebagai variabel terikat. Penelitian ini sebagai variabel

eksperimental atau variabel bebas yaitu variabel yang diselidiki

pengaruhnya terhadap gejala, adalah penggunaan model Jigsaw.

Variabel terikat adalah variabel yang diramalkan akan timbul

sebagai pengaruh dari variabel bebas yaitu hasil belajar IPS. Sebagai

variabel non eksperimen dalam penelitian ini adalah kemampuan awal IPS

siswa. Variabel ini dapat mempengaruhi kondisi maupun perlakuan yang

dilaksanakan apabila kelompok-kelompok tersebut tidak dibedakan. Oleh

karena itu faktor tersebut perlu diseimbangkan. Tujuannya adalah untuk

mengetahui ada dan tidaknya perbedaan antara kelompok eksperimen dan

(60)

D. Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancang bangun penelitian dimaksudkan

sebagai suatu rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban atau

pertanyaan-pertanyaan penelitian (Kerlinger, 2003:483). Selanjutnya disebutkan juga

bahwa desain penelitian mempunyai dua maksud atau kegunaan dasar

yaitu menyediakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian dan untuk

mengontrol atau mengendalikan varian (Kerlinger, 2003:484)

Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah desaijn M-G

(Matching Group) sebagaimana dinyatakan oleh Suharsimi Arikunta

(1991:76) yaitu Control Group Pre-Test Post-Test Design. Apabila

digambarkan dalam bentuk tabel desain penelitian sebagai berikut.

Tabel 5. Format Control Group Pre-Test Post-Test Design

Kelompok Pre-Test Variabel Bebas Post-Test

(M) E O1 X1 O2

(M) K O1 X2 O2

Keterangan :

M : Matching

E : Kelompok Eksperimen

O1 : Tes awal ( pre-test)

(61)

X1 : Perlakuan dengan menggunakan model Jigsaw

X2 : Perlakuan dengan menggunakan model konvensional

ceramah dan tanya jawab

E. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2010:117). Populasi penelitian menurut Sutrisno Hadi ( 1984:70) adalah

seluruh individu yang dikenai sasaran generalisasi dari sampel-sampel

yang diambil dalam suatu penelitian. Sedangkan menurut pendapat Zainal

Arifin (2011:215) populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang

diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang

terjadi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD N

1 Sabranglor 20 siswa dan SD N 2 Sabranglor 21 siswa , karena kedua

sekolah tersebut mempunyai latar belakang masalah yang sama yaitu nilai

rata-rata hasil belajar IPS masih rendah dibandingkan mata pelajaran lain.

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah pada setiap prosedur penelitian dapat dilihat jelas

(62)

Gambar 2. Prosedur Penelitian

G. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga macam teknik pengumpulan data yang akan dilakukan

dalam penelitian ini, yaitu;

Tahapan Persiapan

1. Mengurus surat izin penelitian

2. Survei tempat uji coba instrumen dan penelitian 3. Membuat instrumen penelitian, RPP, LKS dll 4. Uji coba instrumen, analisis hasil uji coba instrumen

dan perbaikan instrumen

Tahap Pelaksanaan

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Gambar

Tabel 1. Nilai KKM Kelas IV SD Kelurahan Sabranglor
Tabel 3. Kompetensi Dasar IPS kelas IV semester II
Tabel 6. KISI-KISI INSTRUMEN
Tabel 7. Tabel hasil uji validitas di MIM Babat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah memotret berbagai macam bentuk pembiasaan, model tata kelola sekolah, termasuk di dalamnya pengembangan peraturan

bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kepada konsumen dan mendorong subsidi listrik yang lebih tepat sasaran, perlu melakukan penundaan penyesuaian tarif tenaga

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32

Abstract  The main purpose of this article is to do approximations graphically and mathematically the four-parameter generalized log-logistic distribution, denoted

ICT yang bersifat sejagat ini walaupun teknologi asasnya adalah sama bagi sesebuah masyarakat dan Negara namun oleh kerana terdapat perbezaan latar belakang budaya

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Dengan demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah mucul sejak pendengaran (dan pengelihatan) mereka mulai berfungsi. Meskipun demikian pertumbuhan agama pada

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN SENYAWA METIL PIPERAT DARI EKSTRAK METANOL TUMBUHAN CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl. ) ASAL JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia