• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas cerita bergambar sebagai media untuk mengenalkan Kitab Suci kepada anak dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) di Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau Sumatera Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas cerita bergambar sebagai media untuk mengenalkan Kitab Suci kepada anak dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) di Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau Sumatera Selatan."

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi ini berjudul EFEKTIVITAS CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGENALKAN KITAB SUCI KEPADA ANAK DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI PAROKI PENYELENGGARAAN ILAHI LUBUK LINGGAU, SUMATERA SELATAN. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta yang ada di paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau di mana mereka telah berusaha untuk mengenalkan Kitab Suci kepada anak sejak kecil lewat cerita bergambar. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bahwa cerita bergambar itu dapat menjadi sarana yang efektif dalam mengenalkan Kitab Suci pada anak.

Efektivitas adalah keseimbangan Produksi dan Kemampuan Produksi. Dalam skripsi ini Produksi ialah hasil yang diinginkan, yaitu anak mengenal Kitab Suci dan Kemampuan Produksi, yaitu menghasilkan/memiliki aset fisik, aset keuangan dan aset manusia. Cergam sendiri merupakan sebuah cerita yang ditampilkan dengan menggunakan gambar untuk memperjelas jalan cerita yang disajikan. Mengenal Kitab Suci adalah suatu proses di mana Kabar Gembira yang berasal dari Tuhan ini dapat dimengerti oleh anak sehingga nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya sungguh-sungguh terekspresikan dalam kehidupan nyata.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah anak-anak PIA di Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau yang aktif mengikuti pendampingan iman setiap minggunya sebanyak 75 responden. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap yang dikembangkan dalam 27 pernyataan mengenai efektivitas cerita bergambar. Dari 75 responden, hanya ada 63 responden yang dapat ditemui. Hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 63 orang dengan nilai kritis 0,166 dari 27 pernyataan diperoleh sebanyak 19 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,726, yang berarti reliabilitas instrumen tinggi.

Hasil penelitian kuesioner menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek Produksi (P) dari mengenal Kitab Suci ialah 25,6825, nilai rata-rata KP dari aset fisik, aset keuangan dan aset manusia sebesar 42,095 maka keseimbangan � =25,6825

42,095 = 0,6. Ini menunjukkan bahwa penggunaan

(2)

This thesis entitles THE EFFECTIVENESS ILLUSTRATED STORY AS A MEDIA TO INTRODUCE BIBLE FOR THE CHILDREN TO CATECHESIS FOR CHILDREN (PIA) IN PROVIDENTIA PARISH LUBUK LINGGAU, SOUTH SUMATRA. The writer chose this title based on the fact that there are in the Providentia Parish Lubuk Linggau has attempted to introduce the Scriptures to children since childhood through picture story. This thesis aims to find out that the picture story can be an effective means of introducing Bible to children.

Effectiveness is the balance of Production and Capability Production. In this thesis Production of the desired result namely the child knowing the Scriptures and Capability Production, which produces/has the physical assets, financial assets and human assets. Comic is a story that is displayed using images to clarify the way story is presented. The Bible is a process in which the Good News from God can be understood by the child.

This research applied descriptive quantitative. The population of this research were children PIA in the Providentia Parish in Lubuk Linggau who were in the active catechessis followed by 75 respondents each week. Instruments used attitutede scale was developed in the 27 statements about the effectiveness of a illustrated story. Of the 75 respondents, only 63 respondents were availabel. The results of the validity test was at significance level of 5% , N 63 with the critical 0.166 of 27 statements obtained were 19 valid items. While the results of test reliability coefficient alpha was of 0.726, which means high reliability of the instrument.

The result of the questionnaire showed that the average value of the aspect Production (P) of knowing the Scriptures was 25,6825, the average value of KP physical assets, financial assets and human assets by 42,095, then the equilibrium � =25,6825

42,095 = 0,6. This suggests that the use illustrated

(3)

EFEKTIVITAS CERITA BERGAMBAR

SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGENALKAN KITAB SUCI KEPADA ANAK DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA)

DI PAROKI PENYELENGGARAAN ILAHI LUBUK LINGGAU SUMATERA SELATAN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Valentina Wuri Widawati

Oleh:

Valentina Wuri Widawati

NIM: 081124013

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku Bapak Oktavianus

Sukarjiman, S.Pd dan Ibu Theresia Ngadiyem. Kepada saudara saudari ku mas

Budi, mbak Christ, mas Koko, mas Win’s, & mas Narno (†). Kepada keluarga

Bpk. Agustinus Suseno. Kepada adik-adik PIA paroki Penyelengggaraan Ilahi

Lubuk Linggau, seluruh dosen IPPAK-USD dan teman-teman angkatan 2008

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk berkembang selama

menjalankan tugas perutusan studi di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

(7)

v

MOTTO

“Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka

sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah”

(Mrk 10:14)

“Tetapi hendaklah kamu pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja, sebab

jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri ”.

(Yak. 1:22)

“Inilah jalan Tuhan yang telah disiapkan untuk-ku”.

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul EFEKTIVITAS CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGENALKAN KITAB SUCI KEPADA ANAK DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI PAROKI PENYELENGGARAAN ILAHI LUBUK LINGGAU, SUMATERA SELATAN. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta yang ada di paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau di mana mereka telah berusaha untuk mengenalkan Kitab Suci kepada anak sejak kecil lewat cerita bergambar. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bahwa cerita bergambar itu dapat menjadi sarana yang efektif dalam mengenalkan Kitab Suci pada anak.

Efektivitas adalah keseimbangan Produksi dan Kemampuan Produksi. Dalam skripsi ini Produksi ialah hasil yang diinginkan, yaitu anak mengenal Kitab Suci dan Kemampuan Produksi, yaitu menghasilkan/memiliki aset fisik, aset keuangan dan aset manusia. Cergam sendiri merupakan sebuah cerita yang ditampilkan dengan menggunakan gambar untuk memperjelas jalan cerita yang disajikan. Mengenal Kitab Suci adalah suatu proses di mana Kabar Gembira yang berasal dari Tuhan ini dapat dimengerti oleh anak sehingga nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya sungguh-sungguh terekspresikan dalam kehidupan nyata.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah anak-anak PIA di Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau yang aktif mengikuti pendampingan iman setiap minggunya sebanyak 75 responden. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap yang dikembangkan dalam 27 pernyataan mengenai efektivitas cerita bergambar. Dari 75 responden, hanya ada 63 responden yang dapat ditemui. Hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 63 orang dengan nilai kritis 0,166 dari 27 pernyataan diperoleh sebanyak 19 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,726, yang berarti reliabilitas instrumen tinggi.

Hasil penelitian kuesioner menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek Produksi (P) dari mengenal Kitab Suci ialah 25,6825, nilai rata-rata KP dari aset fisik, aset keuangan dan aset manusia sebesar 42,095 maka keseimbangan

(11)

ix ABSTRACT

This thesis entitles THE EFFECTIVENESS ILLUSTRATED STORY AS A MEDIA TO INTRODUCE BIBLE FOR THE CHILDREN TO CATECHESIS FOR CHILDREN (PIA) IN PROVIDENTIA PARISH LUBUK LINGGAU, SOUTH SUMATRA. The writer chose this title based on the fact that there are in the Providentia Parish Lubuk Linggau has attempted to introduce the Scriptures to children since childhood through picture story. This thesis aims to find out that the picture story can be an effective means of introducing Bible to children.

Effectiveness is the balance of Production and Capability Production. In this thesis Production of the desired result namely the child knowing the Scriptures and Capability Production, which produces/has the physical assets, financial assets and human assets.Comic is a story that is displayed using images to clarify the way story is presented. The Bible is a process in which the Good News from God can be understood by the child.

This research applied descriptive quantitative. The population of this research were children PIA in the Providentia Parish in Lubuk Linggau who were in the active catechessis followed by 75 respondents each week. Instruments used attitutede scale was developed in the 27 statements about the effectiveness of a illustrated story. Of the 75 respondents, only 63 respondents were availabel. The results of the validity test was at significance level of 5% , N 63 with the critical 0.166 of 27 statements obtained were 19 valid items. While the results of test reliability coefficient alpha was of 0.726, which means high reliability of the instrument.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

telah membimbing, menerangi dan mencerahkan penulis dengan Roh Kudus-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGENALKAN KITAB SUCI KEPADA ANAK DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI PAROKI PENYELENGGARAAN ILAHI LUBUK LINGGAU, SUMATERA SELATAN.Skripsi ini bertujuan untuk memberikan inspirasi bagi pendamping PIA agar semakin kreatif dan juga termotivasi untuk

mengembangkan dan juga mendidik anak-anak semakin mengenal Yesus dan

memahami Kitab Suci, sehingga dalam kehidupan mereka sehari-hari dapat

mencontoh teladan yang diajarkan dalam Kitab Suci. Di samping itu skripsi ini

sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat keterlibatan

berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan setia

mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang

membangun. Oleh sebab itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan

(13)

xi

1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung. ,SJ., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK yang

telah memberikan semangat dan dukungan kepada saya dalam penulisan

skripsi ini.

2. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen utama dan sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta

memberikan motivasi, saran dan kritik yang membangun selama proses

penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Y.I. Iswarahadi, S.J., M.A. selaku dosen pembimbing kedua yang telah

bersedia membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan petunjuk

berupa saran-saran dan kritikan demi kemajuan penulis, perhatian, dorongan

kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Y. H. Bintang Nusantara, SFK, M. Hum. selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktunya untuk penulis, serta memberikan pengarahan dan

masukan dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

5. Segenap dosen, staf Sekretariat, perpustakaan dan seluruh karyawan Prodi

IPPAK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

atas kerjasama yang baik dan juga dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Romo Freddy Bambang Soetarno, Pr dan Romo Yustinus Suwartono, Pr.

Selaku Pastor Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau yang telah

(14)

xii

7. Para pendamping PIA: Sr. Agnetta, Ibu Asih, Ibu Marmi, dll yang telah

membantu penulis dalam hal memperoleh data-data tentang anak-anak PIA

kepada penulis sehingga sangat membantu melengkapi penulisan skripsi ini.

8. Seluruh anak-anak PIA di Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau yang

telah berpartisipasi, mendukung, dan membantu dalam penulisan skripsi ini,

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Kedua orangtuaku dan seluruh keluargaku di Lubuk Linggau serta seluruh

kelurga yang di Yogyakarta, terimakasih atas doa, semangat, dukungan, dan

dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi.

10. Keluarga Agustinus Suseno di Lubuk Linggau, terimakasih atas doa,

semangat, dukungan, perhatian, dan dorongan untuk segera menyelesaikan

studi di Prodi IPPAK.

11. Al’ndut terimakasih atas penghiburan yang polos dan menggemaskan darimu.

Serta kepada Kristin, Cici, Erin dan Wilin sebagai teman kostku yang

tercinta, terimakasih atas dukungan, doa dan kegilaan kalian semua selama di

kost.

12. Patrik, Asep, Suryo, Bian, Antok, Goy, Tuti, Happy, Berna, Deslita, Beni dan

Hesti terimakasih atas cinta, doa, semangat, persahabatan, suka duka

bersama, motivasi dan bantuannya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

13. Teman-teman angkatan 2008, terimakasih atas doa, dukungan dan

pengalamannya selama ini.

14. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini namun tidak dapat

(15)
(16)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xix

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penulisan ... 11

F. Manfaat Penulisan ... 11

G. Metode Penulisan ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A.Perkembangan Anak usia Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 16

1. Perkembangan Anak PIA ... 16

a. Perkembangan Kognitif Anak PIA ... 16

b. Perkembangan Emosi Anak PIA ... 18

(17)

xv

d. Perkembangan Moral ... 21

B.Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 22

1. Pengertian PIA ... 22

2. Tujuan PIA ... 23

3. Pendamping PIA ... 23

4. Suasana PIA ... 25

a. Gembira ... 25

b. Bebas ... 25

c. Bermain ... 25

d. Mendalam ... 26

e. Beriman ... 26

f. Menjemaat ... 26

5. Peserta PIA ... 27

6. Pelaksanaan PIA ... 28

7. Kerjasama PIA ... 29

a. Orangtua ... 29

b. Sekolah ... 30

c. Masyarakat ... 30

d. Jemaat Beriman ... 30

8. Bahan PIA ... 30

a. Kitab Suci ... 31

b. Liturgi Gereja ... 31

c. Ajaran Gereja ... 31

d. Hidup Mengereja ... 32

e. Hidup Memasyarakat ... 32

9. Buku Pegangan PIA ... 33

a. Aku Berharga Di Hadapan Tuhan ... 33

b. Aku Berharga Bagi Jemaat ... 34

c. Aku Berharga Bagi Masyarakat dan Dunia ... 34

10. Evaluasi PIA ... 34

(18)

xvi

b. Fungsi Evaluasi ... 35

c. Tujuan Evaluasi ... 35

d. Alat Evaluasi ... 36

C.Pengenalan Kitab Suci ... 37

a. Pengertian Kitab Suci ... 37

b. Mengenalkan Kitab Suci pada anak ... 38

c. Tujuan Mengenalakan Kitab Suci pada anak ... 39

d. Kitab Suci dalam kehidupan anak ... 40

e. Metode Mengenalkan Kitab Suci kepada anak ... 42

f. Sarana Mengenalkan Kitab Suci kepada anak ... 44

D.Cerita Bergambar (Cergam) ... 45

1. Pengertian Cerita Bergambar ... 45

2. Unsur-unsur Cergam ... 47

3. Prinsip Cergam ... 48

4. Pembuatan Cergam ... 49

5. Unsur Visual dalam Cergam ... 50

6. Macam-macam Bentuk Ballon ... 50

7. Kelemahan dan Kelebihan cergam ... 51

E. Efektivitas ... 52

F. Kerangka Pikir ... 56

G.Fokus Penelitian ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 57

A.Jenis Penelitian ... 57

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

C.Populasi ... 58

D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58

1. Variabel Penelitian ... 58

2. Definisi Konseptual Variabel ... 59

3. Definisi Operasional Variabel ... 59

4. Teknik Pengumpulan Data ... 60

(19)

xvii

6. Pengembangan Instrumen ... 62

a. Kisi-kisi ... 62

b. Uji Coba Terpakai... 65

1) Validitas ... 66

2) Reliabilitas ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

A.Hasil Penelitian ... 70

1. Data Aspek Produksi (P): Mengenal Kitab Suci ... 71

2. Deskripsi Keseluruhan Kemampuan Produksi (KP) ... 73

a. Aset Fisik ... 73

1) Angket ... 73

2) Hasil Observasi ... 75

b. Aset Keuangan ... 76

c. Aset Manusia ... 78

3. Deskripsi Penggunaan Cerita Bergambar ... 80

4. Analisis Data Efektivitas ... 82

B.Pembahasan Hasil Penelitian Efektivitas Cerita Bergambar Berdasarkan Setiap Aspek Variabel ... 82

1. Aspek Produksi (P): Mengenal Kitab Suci ... 82

2. Aspek Kemampuan Produksi (KP): Aset fisik, keuangan, manusia ... 84

a. Aset Fisik ... 84

b. Aset Keuangan ... 88

c. Aset Manusia ... 89

3. Aspek Penggunaan Cerita Bergambar (Cergam) ... 90

C.Refleksi Kateketis ... 91

1. Pengertian dan Tujuan Katekese ... 91

a. Katekese sebagai Pendidikan Iman ... 92

b. Katekese sebagai Komunikasi Iman ... 93

c. Peran Peserta ... 94

d. Peran Pendamping ... 94

(20)

xviii

2. Ciri-ciri Komunikasi dalam Katekese ... 95

a. Bebas ... 95

b. Dinamis ... 96

c. Terbuka ... 96

d. Terencana ... 96

3. Proses dalam Katekese ... 97

4. Aspek Kateketis dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 97

a. Aspek Komunikasi Iman dalam PIA ... 98

b. Peran Pendamping PIA ... 99

c. Peran Peserta PIA ... 99

d. Bahan ... 100

5. Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V PENUTUP ... 103

A.Kesimpulan ... 103

B.Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 107

LAMPIRAN ... 109

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... (1)

Lampiran 2 Lembar Observasi ... (6)

Lampiran 3 Hasil Studi Dokumen ... (8)

Lampiran 4 Daftar Nama Anak Kelompok Sekolah Minggu ... (9)

Lampiran 5 Daftar Nama Anak Kelompok SEKAMI ... (10)

Lampiran 6 Nilai Hasil Menjawab Soal Test ... (11)

Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... (14)

Lampiran 8 Contoh Cergam Yesus Dibaptis ... (15)

(21)

xix

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci

Kel : Keluaran

Kej : Kejadian

Luk : Lukas

Mat : Matius

Mrk : Markus

Sam : Samuel

Tes : Tesalonika

Ul : Ulangan

Yun : Yunus

Yoh : Yohanes

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

Cergam : Cerita Bergambar

CT : Catechesi Tradendae

KHK : Kitab Hukum Kanonik

C. Singkatan Lain

Bdk. : Bandingkan/Buka dokumen

CD : Compact Disk

Cergam : Cerita bergambar

dll : dan lain-lain

dst : dan seterusnya

E : Efektivitas

KP : Kemampuan Produksi

Komkat : Komisi kateketik

KWI : Konferensi Wali Gereja

MUDIKA : Muda Mudi Katolik

PAP : Penilaian Acuan Patokan

(22)

xx PG : Play Group

PIA : Pendampingan Iman Anak

P : Produksi

PUSKAT : Pusat Kateketik

SAV :Studio Audio Visual

SEKAMI : Serikat Anak Misioner

St : Santo/Santa

TK : Taman kanak-kanak

(23)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi populasi ... 58

Tabel 2 Skor Alternatif Jawaban Variabel Efektivitas Cerita Bergambar ... 62

Tabel 3 Instrumen Efektivitas Cerita Bergambar ... 62

Tabel 4 Panduan Studi Dokumen ... 63

Tabel 5 Instrumen Panduan Observasi ... 63

Tabel 6 Soal Tidak Valid ... 66

Tabel 7 Rumus Reliabilitas ... 67

Tabel 8 Reliability Statistics... 68

Tabel 9 Kriteria Kategori ... 69

Tabel 10 Deskriptif Data Mengenal Kitab Suci ... 71

Tabel 11 Deskripsi Aspek Produksi (P): Mengenal Kitab Suci ... 72

Tabel 12 Deskriptif Data Aset Fisik ... 73

Tabel 13 Deskripsi Aset Fisik ... 74

Tabel 14 Deskriptif Aset Keuangan ... 76

Tabel 15 Deskripsi Aset Keuangan ... 77

Tabel 16 Deskriptif Data Motivasi Pendamping ... 78

Tabel 17 Deskripisi Motivasi Pendamping ... 79

Tabel 18 Deskriptif Keseringan Penggunaan Cerita Bergambar ... 80

Tabel 19 Deskripsi Aspek Pengguaan Cergam ... 81

(24)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Frekuensi Produksi (P) Mengenal Kitab Suci ... 72

Gambar 2 Frekuensi Aset Fisik ... 74

Gambar 3 Frekuensi Aset Keuangan ... 77

Gambar 4 Frekuensi Aspek Motivasi Pendamping ... 79

Gambar 5 Frekuensi Penggunaan Cergam ... 81

Gambar 6 Foto Halaman, pagar, & Kamar Kecil... 85

Gambar 7 Foto Tempat Kegiatan PIA ... 86

Gambar 8 Foto Ruang belajar TK sering digunakan untuk pertemuan PIA ... 87

(25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengenalkan Kitab Suci kepada anak-anak bukanlah sesuatu yang mudah

untuk dilakukan. Sebelum mengenalkan Kitab Suci pada anak, orangtua dan juga

para pendamping harus sudah mengenal dengan sungguh-sungguh bagaimana

dunia anak-anak itu. Dunia anak-anak adalah dunia yang penuh dengan

kegembiraan, permainan, dan juga kebebasan. Semua hal itu sudah melekat pada

diri anak-anak, sehingga di mana mereka berkumpul dan bermain di situlah

suasana kegembiraan muncul karena mereka dapat dengan bebas melakukan

sesuatu yang mereka inginkan bersama dengan teman-teman mereka. Anak-anak

zaman sekarang ini mengalami kehidupan yang sangat berbeda dengan anak-anak

zaman dahulu, mulai dari cara merasakan, cara berfikir, cara menanggapi

keadaan, cara bertindak, dan seterusnya. Sekarang ini anak-anak makin terbiasa

dengan alat-alat elektronik canggih, permainan yang bermacam-macam, bahan

bacaan dan buku-buku bergambar tak terhitung jumlahnya.

Dengan keadaan dunia anak yang sedemikian rupa, maka orang tua harus

mampu mengenalkan Kitab Suci kepada anak-anak sejak usia dini. Usia dini

justru menjadi umur emas dalam proses pendidikan seseorang. Usia 0-6 tahun

adalah masa di mana seorang anak membutuhkan didikan yang tepat untuk

mencapai kematangan pribadinya. Para psikolog yakin, apabila pada usia dini

(26)

mengaktualisasikan diri, pada masa-masa selanjutnya tinggal memodifikasi

struktur dan fungsi kepribadiannya, sehingga terbentuk kepribadian yang

diharapkan. Menurut Maria Montessori (1870-1952), bahwa selagi anak masih

dalam kandungan pendidikan sudah harus dimulai. Model pembelajaran dalam

umur 0-6 tahun sangat menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Sebab

perkembangan anak pada tahun-tahun awal memasuki periode sensitif/peka untuk

belajar atau berlatih sesuatu.

Sebenarnya Kitab Suci memang ditulis bukan untuk anak-anak, tetapi

harus diwartakan kepada anak-anak. Orang dewasa dan para ahli Kitab Suci

sendiri juga masih merasa sulit untuk memahami isi Kitab Suci, apalagi anak-anak

mereka belum dapat dibiarkan sendirian untuk membaca dan memanfaatkan isi

Kitab Suci bagi hidup mereka, sehingga dibutuhkan orang lain yang dapat

membantu mereka untuk memahami pesan yang terkandung di dalam Kitab Suci

tersebut. Oleh sebab itu untuk bisa mengenalkan isi Kitab Suci dengan baik

kepada anak-anak isi Kitab Suci perlu disajikan dalam bentuk cerita yang mudah

ditangkap maknanya oleh anak-anak sehingga ajaran-ajaran tentang keselamatan

dari Tuhan yang terkandung di dalamnya dapat dipahami maknanya oleh anak

dengan mudah.

Hal ini perlu dilakukan oleh para orangtua, karena pendidik yang paling

utama dan terutama adalah orangtua mereka. Pengajaran Kitab Suci dan

pewarisan kekayaan iman harus dilakukan kapan pun selama kesempatan itu ada.

Orang tua harus menyesuaikannya dengan pendidikan yang menjadikan

(27)

bina iman anak-anak. Hubungan orangtua dan anak terjalin suatu ikatan batin

yang menjadi kodrat kehidupan keluarga. Jadi, orangtua wajib menyediakan

waktu, biaya, sarana, tenaga dan perhatian serius untuk mendidik anak-anak. Oleh

karena itu, bila orangtua menyangi anak mereka tidak akan setengah hati dan tidak

merasa rugi dalam mendidik anaknya.

Di paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau, ada beberapa orangtua

yang jarang sekali bisa meluangkan waktu untuk anak-anak. Hampir setiap hari

orangtua mereka bekerja tanpa kenal waktu dan juga tanpa memikirkan

perkembangan anak mereka. Orangtua hanya memikirkan profesinya karena

tuntutan ekonomi yang semakin hari semakin mahal. Mereka hanya memberikan

perhatian pada anak-anak berupa materi, sehingga dengan adanya materi yang

diberikan orangtua semua kebutuhan dan keinginan anak sudah tersedia dan dapat

dibeli sendiri oleh anak-anak. Selama kedua orangtua bekerja biasanya anak-anak

dititipkan pada tempat penitipan anak, pada nenek atau saudara, bahkan ada pula

yang menitipkannya pada seorang pengasuh.

Sekarang ini pengenalan Kitab Suci dilakukan melalui metode cerita yang

kemudian dikembangkan dalam buku-buku cerita bergambar. Bahkan

Gereja-gereja Kristen sudah terlebih dahulu melakukan banyak usaha dalam

mengupayakan agar Kitab Suci dimengerti dan dicintai anak dengan mudah dan

juga menarik. Upaya mereka adalah membuat Kitab Suci khusus untuk anak-anak

dalam bahasa yang sudah disederhanakan dengan bahasa anak. Mereka juga

(28)

kesatuan sebagai buku Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru maupun sesuai

buku-buku atau tokoh-tokoh Kitab Suci.

Karya Kepausan Indonesia juga pernah menerbitkan Kitab Suci untuk

anak-anak dengan variasi dan gambar-gambar yang menarik. Beberapa penerbit

Katolik di Indonesia, misalnya Kanisius telah menerbitkan banyak cerita Kitab

Suci atau tokoh-tokoh Kitab Suci untuk anak-anak. Meskipun begitu, di Indonesia

penyebarannya belum merata dan kadang belum dikenal baik itu oleh orang tua,

pendamping, maupun oleh anak sendiri. Cara yang paling mudah untuk

mengenalkan anak pada Kitab Suci ialah melalui cerita bergambar. Dengan

adanya cerita bergambar ini anak akan mendapatkan informasi baru, mereka lebih

mengenal dunia, diperkaya oleh nilai-nilai baru, semakin dilengkapi

pengetahuannya dan juga pemahamannya tentang Sabda Tuhan.

Iswarahadi dalam bukunya Media Dan Pewartaan Iman (2010: 107),

mengatakan untuk mendukung pewartaan iman Studio Audio Visual (SAV)

Puskat Yogyakarta, menyiapkan program-program berupa cerita bergambar,

selain itu SAV PUSKAT juga membuat program berupa kaset suara dan program

video. Tema-temanya diangkat dari cerita Kitab Suci, cerita rakyat dan cerita

kehidupan. SAV Puskat mengemas cerita-cerita Kitab Suci, cerita santo-santa,

perumpamaan moderen, atau kisah-kisah pendek. Program-program ini sebagian

besar didesain dengan cara lokal dalam bentuk drama dan cerita boneka.

Program-program ini dikemas sedemikian rupa, anak-anak pun bisa menikmatinya,

mempelajari dan memanfaatkannya sehingga ada harapan bagi anak-anak untuk

(29)

Tujuan dari mengenalkan Kitab Suci kepada anak sejak usia dini yaitu

dapat membuat anak-anak untuk belajar mengenal dan mengetahui Allah serta

dapat membantu mereka untuk percaya dan mencintai Allah. Melalui cerita suci

anak-anak akan melihat, mengenal, mencintai, dan mewartakan Allah dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Pewartaan Kitab Suci melalui cerita bergambar,

anak-anak akan berkobar-kobar dan terpesona akan Allah yang hidup. Hal ini

akan membekas di hati mereka seumur hidupnya. Melalui cerita tentang Tuhan

anak akan mulai menjadi pewarta Kabar Gembira cilik kepada orangtuanya,

kepada teman seusianya dan juga kepada semua orang yang mereka jumpai (Linda

Wahyudi, 2008:19-20).

Pengajaran Kitab Suci kepada anak sejak usia dini dapat menumbuhkan

harapan masa depan yang cerah bagi Gereja dalam hal pewarisan iman. Dalam

Kitab Ulangan 6:7, dikatakan: “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang

kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,

apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila

engkau bangun.”

Namun dengan tersedianya sarana yang mendukung ini tidak semua anak

bisa memanfaatkanya dengan baik. Hanya anak-anak yang mampu sajalah yang

dapat menggunakan dan juga membeli semua media yang tersedia itu. Walaupun

semua sarana tersedia dengan baik tetapi tidak ada orangtua, pendidik dan orang

dewasa lainnya yang bisa memanfaatkan sarana tersebut hal itu sama saja dengan

kesia-siaan. Oleh sebab itu dibutuhkan orangtua dan juga para anggota keluarga

(30)

Paroki Penyelenggaraan Ilahi, Lubuk Linggau, Sumatera Selatan adalah

salah satu paroki yang sudah berusaha untuk mengenalkan Kitab Suci pada anak

sejak usia dini lewat Pendampingan Iman Anak (PIA). Dalam melaksanakan tugas

pelayanan Gereja, paroki ini juga sudah berusaha untuk melibatkan umatnya agar

ikut mengambil bagian dalam tugas-tugas pelayanan Gereja setempat. Salah satu

tugasnya adalah dengan menjadi pendamping PIA Paroki. Untuk menjadi

pendamping PIA dibutuhkan seseorang yang benar-benar mencintai anak-anak,

memiliki keterampilan khusus dalam hal mendampingi anak-anak, dan juga mau

dengan sepenuh hati tanpa ada paksaan untuk mau meluangkan waktu demi

anak-anak yang didampingi. Sekarang ini pendamping yang demikian jarang sekali

ditemukan, menurut sharing dari Ibu Asih yaitu salah satu pendamping PIA di

paroki Penyelenggaraan Ilahi, para pendamping PIA yang ada saat ini adalah

sukarelawan, walaupun di antara mereka memang ada yang berprofesi sebagai

guru Play Group (PG) dan Taman Kanak-kanak (TK), dibantu dengan beberapa

MUDIKA dan juga seorang suster. Mereka mempunyai latar belakang

pendidikan, pengalaman dan kemampuan yang berbeda-beda, tetapi mereka tetap

bersemangat untuk menjadi pendamping PIA, mereka juga berusaha untuk saling

belajar demi meningkatkan kemampuannya melalui pengalaman, bertanya kepada

ahlinya, dan membaca berbagai macam buku tentang pendampiangan iman anak.

Dengan demikian mereka dapat membantu paroki dalam mendidik anak-anak

sejak usia dini untuk bisa mengenal Kristus lewat Kitab Suci dan juga menjadikan

(31)

Paroki menyediakan tempat yang cukup memadai untuk kegiatan PIA

berlangsung. Penulis melihat bahwa kegiatan PIA ini biasanya berlangsung di

ruang sekolah TK yang kebetulan satu kompleks dengan Gereja. Pertemuan PIA

di Paroki ini diadakan secara rutin setiap hari minggu setelah perayaan Ekaristi

Minggu pagi selama satu jam lebih lima belas menit. Jumlah anak PIA di Paroki

ini ada 75 anak, mereka rata-rata berasal dari latar belakang keluarga kelas

menengah ke atas. Jumlah pendamping PIA di paroki ini ada 16 orang MUDIKA,

2 orang ibu-ibu yang memang berprofesi sebagai guru dan 1 orang Suster. Para

Pendamping mudika ini sudah terjadwal setiap minggunya, mereka berperan

sebagai tim “animasi”. Mengapa disebut tim “animasi”? Menurut sharing dari

salah satu pendamping PIA yang bernama Fitri, tim “animasi” merupakan tim

penghibur dan juga membantu jalannya proses pertemuan PIA berlangsung. Tim

“animasi” ini bertugas mengajak anak-anak untuk mengadakan acara gerak dan

lagu, permainan, mewarnai serta membantu mengatur anak-anak agar tertib ketika

pendamping lainnya mengajar. Mereka mengelompokkan anak-anak berdasarkan

tingkatan usia sekolah dan masing-masing kelompok ditempatkan pada ruang

tersendiri bersama dengan pendampingnya.

Paroki juga memberi dukungan dalam hal pemenuhan sarana dan juga

prasarana yang dapat digunakan pada saat pertemuan PIA seperti tersedianya

buku-buku cerita, Kitab Suci bergambar, Compact Disk (CD) kisah-kisah

santo-santa, boneka tangan, kaset lagu-lagu rohani, dan tape recorder. Pihak paroki

mengusahakan dana untuk kelompok PIA ketika mereka akan berziarah atau pun

(32)

paroki, karena anak-anak PIA setiap minggunya sudah mengumpulkan kolekte.

Kemudian hasil dari pengumpulan kolekte tersebut dapat mereka gunakan untuk

keperluan anak-anak PIA pergi berziarah pada saat bulan Maria, paroki juga

menyediakan transportasi bagi anak-anak. Transportasi ini biasanya berasal dari

para orangtua yang mampu secara sukarela menawarkan mobilnya untuk

digunakan anak-anak pergi berziarah.

Materi yang biasa digunakan untuk PIA di Paroki Penyelenggaraan Ilahi

yaitu disesuaikan dengan tema bacaan pada hari Minggu tersebut. Terkadang para

pendamping juga menggunakan materi yang ada di buku Biarlah anak-anak

datang Kepada-Ku, Temu Minggu Terbitan Kanisius dan buku Aku Sahabat

Yesus. Metode yang digunakan setiap minggunya berbeda-beda yaitu pada

Minggu pertama bercerita, Minggu kedua menggunakan Kitab Suci, Minggu

ketiga dan keempat mewarnai. Metode yang sering digunakan dalam kelompok

PIA usia TK sampai kelas 2 SD adalah metode cerita dengan menggunakan

boneka tangan sehingga dapat menarik perhatian mereka, sedangkan untuk anak

Sekolah Minggu dan Sekami pendamping menggunakan metode cerita

menggunakan gambar.

Kegiatan PIA ini dapat berjalan dengan baik tidak hanya ada dukungan

dari pihak paroki dan juga para pendamping saja, melainkan berkat adanya

dukungan dari orangtua anak-anak. Bentuk perhatian dan dukungan orangtua yang

konkret atas kegiatan PIA adalah orangtua merelakan anak-anaknya untuk

mengikuti kegiatan PIA, baik di lingkungan, stasi, maupun paroki. Orangtua juga,

(33)

untuk terlibat menjadi pendamping. Orangtua harus mendukung pengadaan sarana

atau kegitan lain yang menunjang terlaksananya kegitan PIA secara optimal dan

menarik. Namun ada juga beberapa orangtua yang memang acuh tak acuh dengan

kegiatan PIA, atau bersikap biasa-biasa dengan kegiatan ini. Mereka melihat

bahwa kegiatan PIA ini hanya merepotkan. Misalnya jika anaknya mengikuti

kegitan ini akan semakin bertambah banyak biaya yang mereka keluarkan, tidak

ada yang antar-jemput anak-anak mereka karena kesibukan orangtua dalam

mencari uang, selain itu ada juga orangtua yang takut nanti anaknya tidak bisa

istirahat karena sudah sekolah dari hari Senin-Sabtu, dan lain sebagainya.

Dengan adanya usaha dari paroki Penyelenggaraan Ilahi untuk

mengenalkan Kitab Suci pada anak-anak yang diaplikasikan dalam proses

kegiatan PIA setiap minggunya, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut

mengenai, “Efektivitas Cerita Bergambar Sebagai Media Untuk Mengenalkan

Kitab Suci Kepada Anak Dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) Di Paroki

Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau, Sumatera Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah anak-anak sudah mengenal Kitab Suci?

2. Apakah media Kitab Suci untuk anak-anak sudah banyak tersedia?

3. Metode apa yang biasa dipakai oleh pendamping PIA untuk mengenalkan

(34)

4. Apakah metode yang dipakai tersebut menarik bagi anak-anak?

5. Bagaimanakah memilih cerita yang baik untuk anak-anak dalam PIA?

6. Bagaimana efektivitas cerita bergambar mampu mengenalkan Kitab Suci

pada anak dalam PIA?

7. Siapa saja yang berperan dalam mengenalkan Kitab Suci pada anak?

8. Bagaimana orang tua mengenalkan Kitab Suci pada anak?

9. Apakah sarana dan prasarana yang tersedia sudah cukup untuk mendukung

proses pelaksanaan PIA?

10. Apakah Paroki mendukung pengenalan Kitab Suci pada anak dalam PIA?

11. Hal konkret apa yang paroki tunjukkan dalam mendukung pengenalan Kitab

Suci pada anak dalam PIA?

C. Pembatasan Masalah

Dari judul Efektivitas Cerita Bergambar Sebagai Media Untuk

Mengenalkan Kitab Suci Kepada Anak Dalam Pendampingan Iman Anak (PIA)

Di Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, maka

penulisan skripsi ini dibatasi pada efektivitas dari penggunaan media cergam

sebagai sarana untuk mengenalkan Kitab Suci pada anak-anak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas maka rumusan masalahnya adalah

“Bagaimanakah efektivitas cerita bergambar sebagai media untuk mengenalkan

(35)

E. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini

adalah mengetahui sejauhmana cerita bergambar menjadi sarana yang efektif

dalam mengenalkan Kitab Suci pada anak.

F. Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini memiliki manfaat antara lain:

1. Bagi pendamping PIA: memberikan sumbangan untuk membantu para

pendamping PIA dalam meningkatkan metode yang dapat dipakai dalam

mendampingi anak. Pendamping juga dapat menarik simpati anak untuk bisa

menerima dan juga mendekatkan anak dengan Kitab Suci.

2. Bagi orangtua: memberikan inspirasi baru untuk bisa semakin mengembangkan

keterampilan bercerita yang sudah dimiliki agar semakin mendekatkan

keluarga, sehingga hubungan yang harmonis dapat terjalin disini.

3. Bagi anak: dapat membantu mereka dalam mengenali dan menyadari bahwa

dirinya sebagai pemilik kerajaan Allah. Selain itu anak dapat menjadi

pewarta-pewarta kecil Kerajaan Allah di tengah dunia zaman sekarang.

4. Bagi penulis: sebagai seorang guru agama dan juga katekis penulis semakin

memiliki keterampilan dalam penggunaan sarana media cergam dalam proses

belajar mengajar dan juga dalam berkatekese, sehingga suasana yang tercipta

tidak lagi membosankan melainkan adanya relasi yang timbal balik antara umat

(36)

G. Metode Penulisan

Skripsi ini berjudul “Efektivitas Cerita Bergambar Sebagai Media untuk

Mengenalkan Kitab Suci Kepada Anak Dalam Pendampingan Iman Anak (PIA)

Di Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk Linggau, Sumatera Selatan”. Dalam

penulisan ini metode yang akan digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data

yang dibutuhkan dikumpulkan dengan menggunakan angket berskala yang

jawabannya bersifat tertutup. Selain itu penulis juga mengembangkannya dengan

bantuan buku-buku pendukung.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan skripsi ini,

penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II berisi Kajian Pustaka yang akan diuraikan dalam lima bagian yaitu

bagaian pertama mengenai perkembangan anak yang meliputi: perkembangan

anak PIA, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan spiritual,

perkembangan moral. Bagian kedua mengenai pendampingan iman anak:

pengertian PIA, tujuan PIA, pendampingan PIA, suasana PIA, peserta PIA,

(37)

PIA. Bagian ketiga yaitu pengenalan Kitab Suci: pengertian Kitab Suci,

mengenalkan Kitab Suci pada anak, tujuan mengenalkan Kitab Suci, Kitab Suci

dalam kehidupan anak, metode mengenalkan Kitab Suci, dan sarana mengenalkan

Kitab Suci. Bagian keempat yaitu cerita bergambar (cergam): pengertian cerita

bergambar, unsur cergam, prinsip cergam, pembuatan cergam, unsur visual dalam

cergam, macam-macam bentuk balloon, kelemahan dan kelebihan cergam. Serta

bagian kelima penulis membahas tentang efektivitas, kerangka pikir dan fokus

penelitian.

BAB III menjelaskan mengenai metodologi penelitian yang meliputi;

jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi. Teknik dan instrumen

pengumpulan data meliputi: variabel penelitian, definisi konseptual variabel, dan

definisi operasional variabel. Teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

pengembangan instrumen. Teknik pengolahan data meliputi: uji terpakai, uji

validitas, uji reliabilitas, dan deskripsi data.

BAB IV penulis akan menyajikan Pembahasan Hasil Penelitian yang

meliputi hasil penelitian berdasarkan angket, berdasarkan hasil observasi, dan

berdasarkan hasil penelitian dari setiap aspek variabelnya serta refleksi kateketis.

BAB V Kesimpulan dan Saran: penulis akan menyampaikan kesimpulan

(38)

penulis sendiri dan bagi para pendamping PIA di Paroki Penyelenggaraan Ilahi

(39)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Berkaitan dengan judul yang penulis pilih yakni “Efektivitas Cerita

Bergambar Sebagai Media Untuk Mengenalkan Kitab Suci Kepada Anak Dalam

Pendampingan Iman Anak (PIA) Di Paroki Penyelenggaraan Ilahi Lubuk

Linggau, Sumatera Selatan”, maka penulis akan membahasnya menjadi lima

bagian yang meliputi: bagian pertama akan membahas perkembangan anak usia

PIA yang terdiri dari: perkembangan anak PIA, perkembangan kognitif,

perkembangan emosi, perkembangan spiritual, dan perkembangan moral.

Kemudian pada bagian kedua penulis akan membahas Pendampingan Iman Anak

(PIA) yang meliputi: pengertian PIA, tujuan PIA, pendamping PIA, suasana PIA,

peserta PIA, pelaksanaan PIA, kerjasama PIA, bahan PIA, buku pegangan PIA,

dan evaluasi PIA. Pada bagian ketiga penulis akan membahas Kitab Suci yang

meliputi: pengertian Kitab Suci, mengenalkan Kitab Suci pada anak, tujuan

mengenalkan Kitab Suci pada anak, Kitab Suci dalam kehidupan anak, metode

yang dipakai dalam mengenalkan Kitab Suci pada anak dan sarana yang dipakai

dalam mengenalkan Kitab Suci pada anak. Pada bagian yang keempat penulis

membahas cerita bergambar (cergam) yang meliputi: pengertian cerita bergambar,

unsur-unsur cergam, prinsip cergam, unsur visual dalam cergam, macam-macam

bentuk balon, kelemahan dan kelebihan cergam. Sedangkan pada bagian kelima

penulis akan membahas tentang efektivitas. Pada bab ini juga akan diuraikan

(40)

A. Perkembangan Anak Usia Pendampingan Iman Anak (PIA) 1. Perkembangan Anak PIA

Perkembangan ditentukan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan,

yang secara bersamaan bekerja dalam bentuk proses maturation/penyempurnaan

dan proses learning/proses belajar. Prinsip ini mengingatkan bahwa peran

orangtua amatlah besar dalam perkembangan seorang anak. Perkembangan anak

PIA menurut usianya adalah anak-anak seusia 4-12 tahun, atau seusia anak TK

sampai dengan kelas V SD. Untuk memudahkannya dalam mendampingi

sebaiknya dibentuk kelompok sesuai dengan usia mereka, karena hal ini akan

lebih memudahkan pendamping dalam menyampaikan materi dan juga

menggunakan metode pendampingan yang sesuai dengan usia mereka. Berikut ini

aspek-aspek perkembangan yang ada pada diri anak PIA:

a. Perkembangan Kognitif Anak PIA

Piaget dalam Hurlock (1989: 39) membagi tahap perkembangan kognitif

anak usia 4-12 tahun menjadi tiga, yaitu:

1) Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun)

Tahap ini merupakan tahap pemikiran yang lebih simbolis tetapi tidak

melibatkan pemikiran operasional dan lebih bersifat egosentris dan intuitif

ketimbang logis. Tahap ini dibagi atas dua sub-tahapan yaitu:

a) Fase fungsi simbolis yang terjadi kira-kira antara usia 2-4 tahun. Dalam

tahap ini anak belajar menggunakan dan merepresentasikan obyek yang

tak hadir dengan gambaran dan kata-kata tetapi pemikirannya masih

(41)

kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain sedangkan

animisme adalah kepercayaan bahwa obyek tak bernyawa adalah hidup

dan bisa bergerak.

b) Fase pemikiran intuitif yang terjadi antara usia 4-7 tahun. Piaget menyebut

tahap ini sebagai tahap yang intuitif karena anak-anak merasa yakin

tentang pemahaman mereka mengenai suatu hal tetapi tanpa menggunakan

pemikiran rasional. Pada tahap ini anak juga mulai banyak mengajukan

pertanyaan dan ingin tahu semua jawaban dari pertanyaan tersebut.

2) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun)

Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis

dengan bantuan benda konkret. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif

tetapi hanya dalam situasi yang konkret seperti menggunakan media-media

pembelajaran dan alat-alat peraga untuk anak.

3) Tahap operasional formal (usia 11-12 tahun)

Pada tahap ini anak mampu mempertimbangkan semua kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan mampu menalar atas dasar hipotesis dan dalil.

Pemikiran anak menjadi lebih luwes dan konkret, mereka mampu mengabungkan

(42)

b. Perkembangan Emosi Anak PIA

Elizabeth B. Hurlock (1990:86) menggolongkan perkembangan emosi

manusia menjadi beberapa tahapan seperti berikut:

1) Usia anak 4-6 tahun

Anak yang berusia empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga

peristiwa roman. Mereka memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada

suatu struktur dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia empat tahun juga

sudah mulai menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun anak

mulai matang dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi

anak dapat berubah secara drastis dan cepat. Contohnya: baru saja anak menangis

tetapi setelah beberapa menit kemudian anak bisa gembira lagi karena

mendapatkan hiburan dari orang yang mengendalikan emosinya.

2) Usia anak 6-12 tahun

Anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai mencoba kembali

untuk memperoleh kendali yang lebih baik lagi dari tanggapan emosional mereka.

Mereka mulai menyadari kondisi di dunia dan lebih menaruh perhatian terhadap

cerita-cerita baru yang mereka lihat di televisi atau yang mereka dengar dari

bahan diskusi orang-orang dewasa. Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun

mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha yang mereka lakukan untuk

mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orangtua mereka menjadi kesal

dimana ketika anak meminta orangtua untuk melakukan suatu hal secara berulang

kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih

(43)

melukai orang lain, baik secara fisik ataupun emosional. Mereka mencoba untuk

menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa diminta untuk

melakukannya.

3) Usia anak 12 tahun

Berikut ini adalah beberapa perkembangan emosi anak yang berusia 12

tahun menurut Hurlock:

a) Anak usia 12 tahun cenderung bersikap pemurung. Hal ini disebabkan

karena perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan

seksual dan sebagiannya lagi karena kebingungannya dalam menghadapi

orang dewasa. Hal ini dapat memicu terjadinya suasana hati yang depresi.

Suasana hati seperti ini lebih banyak dialami oleh anak perempuan.

b) Ada kalanya mereka juga bersikap kasar dalam menutupi kekurangannya,

agar mereka terlihat lebih percaya diri.

c) Ledakan-ledakan kemarahan sering terjadi sebagai akibat dari kombinasi

ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis dan kelelahan karena

bekerja yang terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat ataupun tidur

yang kurang cukup.

d) Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan

membenarkan pendapatnya sendiri.

e) Mengamati orangtua dan guru secara lebih objektif dan mungkin marah

apabila tertipu dengan gaya guru yang bersifat sok tahu (Hurlock 1990:

(44)

c. Perkembangan Spiritual

Menurut J. Fowler ada dua tahap perkembangan iman pada anak usia 4-12

tahun, yaitu:

1) Tahap kepercayaan intiutif-proyektif (Usia 4-6 tahun).

Pada tahap ini daya imajinasi dan dunia gambaran sangat berkembang,

walaupun anak belum memiliki kemampuan operasi logis yang mantap. Daya

imajinasi dan gambaran-gambaran tersebut dapat dirangsang oleh cerita, gerak,

isyarat, upacara, simbol-simbol dan kata-kata. Kemampuan untuk membedakan

perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain sangat terbatas. Pada usia ini anak

diberikan cerita-cerita teladan dalam Alkitab, cerita-cerita yang menggugah hati

dan merangsang pertumbuhan iman. Namun harus diingat bahwa pada tahap ini

anak belum bisa membedakan perspektif dirinya sendiri dan persfektif orang lain.

Jadi, cerita-cerita yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga

imajinasi anak benar-benar mengarah pada kebenaran tentang Tuhan.

2) Tahap kepercayaan mitis harafiah (Usia 7-12 tahun).

Di sini imajinasi dan gambaran masih berpengaruh kuat, namun mulai

muncul operasi-operasi logis yang melampaui tingkat perasaan dan imajinasi

sebelumnya. Anak mulai membedakan perspektif diri sendiri dan perspektif orang

lain, serta memperluas perspektifnya dengan mengambil alih perspektif orang

lain. Melalui cerita-cerita Alkitab yang ajaib dapat mendorong perkembangan

iman anak. Dengan cerita-cerita tersebut anak percaya adanya kuasa Tuhan.

Walaupun cerita-cerita tersebut masih ditafsirkan secara harafiah, cerita ini sangat

(45)

dalam agama mereka, agar anak tidak salah mengerti tentang simbol-simbol

tersebut.

d. Perkembangan Moral

Kohlberg dalam Hurlock (1989: 80) menguraikan mengenai tahapan

perkembangan moral anak, yaitu:

1) Tahap Moralitas Prakonvensional (Usia 0-9 tahun)

Pada tahap ini perilaku anak tunduk pada kendali eksternal. Anak

berorientasi pada kepatuhan dan hukuman dan moralitas suatu tindakan dinilai

atas dasar akibat fisiknya. Anak hanya mengetahui hal yang baik dan yang buruk

melalui hasil dari tindakan tersebut. Dengan demikian jika anak berbuat baik

orangtua harus memujinya, dan jika anak berbuat yang tidak baik orangtua wajib

untuk menasihatinya. Nasihat yang dimaksud ialah nasihat yang membangun ke

arah perkembangan moral yang baik, tanpa harus menghukumnya secara fisik.

2) Tahap Moralitas Konvensional (Usia 9-15 tahun)

Dalam tahap ini, anak menyesuaikan diri dengan peraturan untuk

mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik

dengan mereka. Pada fase kedua dalam tahap ini, anak yakin bahwa bila

kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok,

mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari kecaman dan

ketidak setujuan sosial. Orangtua hendaknya membimbing dan menasihati anak

(46)

B. Pendampingan Iman Anak (PIA) 1. Pengertian PIA

Pendampingan Iman Anak sering juga disebut dengan Sekolah Minggu.

Hal ini sudah lama dilaksanakan di dalam lingkungan Gereja Protestan. Sekolah

Minggu adalah sarana penginjilan yang terbesar bagi gereja, karena masa

anak-anak adalah waktu yang terbaik untuk bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus

(Ralph, 1978: 114).

Istilah Sekolah Minggu juga berasal dari lingkungan Gereja Protestan,

kegiatan ini merupakan sebuah wadah untuk memperkenalkan Injil, khususnya

kepada mereka yang ingin mendalaminya lebih dalam. Banyak orang menilai

bahwa istilah “sekolah” memberi kesan adanya pertemuan yang formal, sehingga

memunculkan gagasan-gagasan dan asosiasi yang berhubungan dengan sekolah

formal pada umumnya seperti ada ujian, raport, dll. Penggunaan istilah “sekolah”

juga dapat memberi kesan membosankan karena anak sudah bersekolah dari Senin

sampai Sabtu, dan pada hari Minggu masih sekolah lagi. Dari sinilah muncul

istilah Pendampingan Iman Anak atau disingkat PIA.

Menurut Suhardiyanto (2008: 1) pengertian Pendampingan Iman Anak

(PIA) adalah segala kegiatan apa pun, dalam lingkup mana pun yang dilakukan

demi perkembangan iman anak, baik dalam lingkup keluarga maupun dalam

(47)

2. Tujuan PIA

Menurut Goretti dalam kumpulan catatan PIA (1999: 17), tujuan PIA

adalah ingin membantu orangtua Kristiani dalam usaha mendampingi anak-anak

yang sedang berkembang menuju ke masa remaja, baik di dalam iman dan di

dalam kepribadian.

Dalam diktat mata kuliah PIA Suhardiyanto mengatakan (2008: 5) tujuan

utama PIA adalah anak-anak peserta PIA memiliki sikap dan wawasan iman

Kristiani serta bangga atasnya, serta mampu pula mengungkapkan dan

mewujudkan imannya sesuai dengan usia mereka.

3. Pendamping PIA

Seorang pendamping PIA perlu memenuhi beberapa persyaratan umum

sebagai berikut:

a. Telah dibaptis, seorang pendamping iman anak harus sudah dibaptis.

Persyaratan dibaptis kiranya belum cukup, masih ada persyaratan tambahan

yang cukup penting, yaitu pendamping harus berusaha meningkatkan kualitas

penghayatan hidupnya sebagai orang yang mengimani Kristus.

b. Menyadari sebagai utusan Tuhan, seorang pendamping adalah seorang

utusan. Pendamping diutus mewartakan Kabar Gembira, sehingga terlebih

dahulu sudah memiliki Firman Allah dalam dirinya. Dengan demikian,

seorang pendamping iman anak mestinya sudah cukup akrab dengan Kitab

(48)

c. Menyadari kebutuhan Rohani anak, kebutuhan rohani merupakan kebutuhan

yang tidak tampak, namun kebutuhan tersebut sungguh ada dalam diri anak.

Seorang pendamping iman anak perlu berusaha mengenali kebutuhan rohani

anak.

d. Menyerahkan diri kepada Tuhan, pendamping iman anak mestinya bisa

menyelaraskan kehidupan doa dan perilaku hariannya. Hal ini penting karena

anak-nak masih memerlukan sebuah keteladanan hidup.

e. Tubuh sehat, tubuh adalah Bait Allah. Oleh karena itu, seorang pendamping

iman anak bisa menunjukkan bagaimana merawat dan menggunakan Bait

Allah tersebut. Perawatan yang sederhana pun mampu membuahkan tubuh

yang sehat dan bersih. Seorang pendamping juga harus menjaga tubuhnya

agar tidak dirusak oleh minuman keras dan narkoba.

f. Pernah mengikuti kursus Pendampingan Iman Anak. Hal ini disebabkan

seorang pendamping iman anak sudah sepantasnya memiliki pengetahuan

yang memadai berkaitan dengan pemahamannya terhadap Kitab Suci maupun

ilmu-ilmu yang diperlukan untuk memperlancar tugasnya sebagai seorang

pendamping iman anak.

g. Mencintai anak-anak, seorang pendamping iman anak mestinya juga seorang

yang dari lubuk hatinya yang terdalam memiliki dorongan untuk mencintai

anak-anak sehingga para pendamping tersebut dapat dengan mudah diterima

(49)

4. Suasana PIA

Pendamping perlu memperhatikan ciri suasana PIA jika ingin menjadikan

kelompok PIA sebagai wadah bagi pertumbuhan dan penyadaran iman yang telah

dimiliki anak, ciri suasananya yaitu:

a. Gembira

Suasana gembira melekat pada sifat anak-anak, dimana mereka berkumpul

di situlah kegembiraan muncul. Oleh sebab itu pendamping perlu berusaha sekuat

tenaga supaya kebosanan tidak muncul. Menyanyi bersama, bermain

bersama-sama, mendengarkan cerita, berdoa berbersama-sama, itu semua menyenangkan dan

menggembirakan. Dengan demikian warta gembira Yesus Kristus juga akan

dirasakan oleh mereka sebagai hal yang menggembirakan.

b. Bebas

Pendamping kelompok PIA ingin membantu anak-anak menyadari iman

yang telah mereka miliki, maka suasana yang membebaskan perlu dimiliki oleh

kelompok ini. Unsur keterpaksaan perlu dibuang jauh-jauh. Dalam PIA tidak

perlu lagi adanya absen karena akan membuat mereka mengikuti kegitan ini

dengan terpaksa. Pengikat kelompok PIA adalah suasana yang menyenangkan,

pendamping yang selalu ceria, simpati, dll sehingga suasana kebebasan dapat

dirasakan oleh anak-anak.

c. Bermain

Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari bermain. Bagi

anak-anak bermain merupakan aktivitas yang mendatangkan rasa puas. Dengan

(50)

dengan orang lain, menambah wawasan, perasaan, kehendak, dll. Kegiatan

bermain ini dapat dipikirkan, direfleksikan, dan dikaitkan dengan pendampingan.

Dengan refleksi, anak dapat lebih melihat arti, maksud dan tujuan permainan bagi

dirinya sendiri dan juga bagi teman-temannya, sehingga dapat membantu anak

dalam membentuk sikap dan pribadinya.

d. Mendalam

Pendamping perlu memilih kegiatan PIA yang pada akhirnya nanti dapat

dilihat bersama secara mendalam. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan,

pendamping bersama anak-anak melihat kembali perasaan-perasaan yang muncul

selama melakukan kegiatan. Pendamping dapat membuat pertanyaan sederhana

untuk membantu anak-anak dalam mengungkapkan perasaan-perasaan yang

mereka alami.

e. Beriman

Kehidupan kristiani berarti kehidupan yang berpola pribadi Yesus Kristus.

Dengan memperkenalkan pribadi Yesus, anak diharapkan dapat semakin

membentuk hidupnya seperti yang dicita-citakan oleh Yesus. Pikiran, perasaan,

kehendak, wawasan, dan perilaku anak-anak perlu semakin mendekatkan pada

pribadi Yesus. Misalnya perhatian Yesus secara khusus kepada orang-orang yang

menderita, tersingkir, dan miskin, perlu makin menjadi perhatian anak-anak.

Beriman berarti makin mengikuti Yesus secara penuh.

f. Menjemaat

Belajar hidup berteman, belajar saling memahami, belajar saling bekerja

(51)

inilah yang dapat melatih anak-anak di dalam hidup menjemaat, hidup bersama

orang-orang lain dalam iman. Mereka mengalami bahwa hidup beriman

bersama-sama menyenangkan dan mengembirakan, sehingga pengalaman ini dapat

menumbuhkan benih keterlibatan mereka dengan umat di lingkungan, paroki, dan

masyarakat sekitar (Goretti, 1999:18).

5. Peserta PIA

Dalam buku Psikologi Perkembangan, diberikan dua kategori dengan

batasan usia yang jelas, yaitu: awal masa kanak-kanak usia 2-6 tahun, dan akhir

masa kanak-kanak usia 6-10 atau 12 tahun (Elizabeth 1990: 14).

Ada juga yang membedakan anak-anak menjadi tiga kategori, yaitu:

Kelompok anak-anak usia 5-8 tahun (TK-2 SD), kelompok anak-anak usia 9-11

tahun (kelas 3-4 SD), dan kelompok anak-anak usia 12-13 tahun (kelas 5-6 SD).

Kategori ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan diri anak-anak itu sendiri,

baik itu yang menyangkut fisik, psikis, minat, penertian, perilaku, agama, dsb.

Karena setiap anak memiliki kekhasannya sendiri. Dengan demikian,

pengelompokan anak-anak usia 2-6 tahun dan usia 6-10 tahun yang mau

mengikuti kegiatan PIA. Biasanya setelah mereka menerima Komuni Pertama,

anak-anak tidak mau terlibat lagi dalam kegiatan ini karena mereka akan memilih

(52)

6. Pelaksanaan PIA

Pertemuan PIA pada umumnya terjadi seminggu sekali dengan lama

pertemuan sekitar satu jam sampai dua jam, namun lamanya pertemuan bisa

disesuaikan dengan keadaan dan kemungkinan. Kegiatan dapat diawali dengan

permainan, bernyanyi bersama, dll. Kegiatan ini dapat dikatakan “santai-santai

mendalam”, yang berarti dalam suasana menyenangkan, menarik, tidak terlalu

serius, tetapi selalu ada inti yang mendalam dalam rangka pendampingan iman

(katekese).

Setiap pertemuan sebaiknya menggunakan pendekatan dan cara yang

berbeda, misalnya: Ceritera, menyayi, dramatisasi, diskusi, bermain, belajar

mendengarkan orang lain, belajar bekerjasama, belajar berkomunikasi, belajar

kreativitas, belajar melihat kekuatan dan kelemahan dalam dirinya, belajar kagum

atas ciptaan Tuhan, belajar berdoa, dsb. Jika ada kemungkinan anak-anak dapat

diajak untuk melihat video singkat tentang kisah-kisah Kitab Suci kemudian

setelah menonton video tersebut dibahas secara bersama-sama. Pendamping juga

bisa mengajak anak-anak untuk bercerita dengan menggunakan cergam (ceritera

bergambar). Pendamping harus membawakan cerita tersebut dengan menarik.

Selain membuat pertemuan yang menarik, pendamping PIA juga dapat

mengajak anak-anak PIA rekreasi bersama, mengunjungi kelompok PIA di paroki

lain, membuat paduan suara anak-anak untuk tugas di gereja, belajar membaca

Kitab Suci untuk ibadat sabda dalam rangka Perayaan Ekaristi, mengadakan

(53)

mengumpulkan dana yang dapat disumbangkan kepada seorang anak yang sakit,

pengemis dan orang-orang tidak mampu lainnya.

Melaksanakan PIA secara teratur setiap tahunnya bukan hal yang mudah,

banyak hambatan yang muncul seperti liburan sekolah, kesibukan pendamping,

kegiatan paroki lainnya, dst. Untuk memudahkan jalannya pertemuan ini,

kemudian mereka membuat program tahunan sehingga kelompok PIA bisa

mendapatkan waktu dan perhatian khusus dari paroki untuk bisa melaksanakan

pertemuan katekese seperti adven, prapaskah, bulan Kitab Suci, rosario, dll.

Dengan demikian anak-anak dapat semakin memperdalam iman mereka.

7. Kerjasama PIA

Pendamping PIA diharapkan mengembangkan sikap dan semangat untuk

bekerjasama dengan berbagai pihak. Diharapkan mereka mau dan mampu

bekerjasama, berjuang bersama dengan pihak lain dalam upayanya untuk

mewartakan Kabar Gembira. Kerja sama yang perlu dibangun dan dilakukan

pendamping PIA yaitu:

a. Orangtua

Di dalam keluarga, iman merupakan unsur hidup. Namun hal ini sering

diabaikan karena orangtua banyak disibukan dengan keperluan tuntutan hidup

sehari-hari. Orangtua harus menaruh perhatian dan dukungannya dalam kegiatan

PIA. Orangtua merelakan anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan PIA baik di

(54)

b. Sekolah

Tujuan utama sekolah adalah belajar dan menambah ilmu pengetahuan.

Iman merupakan suatu segi hidup di sekolah untuk membantu orangtua dalam hal

pendidikan iman. Orangtua dapat meminta bantuan kepada sekolah untuk

memperhatikan iman anak-anak supaya mereka tidak terlantar. Di sekolah katolik

misalnya suasana iman katolik dimasukkan ke dalam suasana belajar mengajar.

c. Masyarakat

Keanekaragaman orang, keyakinan, kebudayaan, agama, status sosial,

suku, umur, hidup bersama-sama di dalam masyarakat. Di situ pula orang mencari

nafkah dan bekerja, mewujudkan diri dan mengejar cita-cita, mengalami suka dan

duka, membuat keputusan, dan bekerjasama. Di dalam masyarakat seseorang

dapat mewujudkan buah imannya, karena iman merupakan suatu segi hidup dalam

masyarakat.

d. Jemaat Beriman

Tujuan PIA ini ialah untuk mengungkapkan iman, baik secara pribadi

maupun secara bersama-sama. Iman adalah pusat, dasar dan daya hidup. Iman ini

diungkapkan di dalam perayaan ibadat, diwartakan di dalam sikap, tindakan dan

perilaku.

8. Bahan PIA

Kegiatan PIA sebagai tempat untuk mengembangkan kepribadian dan

iman bagi anak-anak. Bahan yang dipikirkan dan yang ingin disampaikan ini

(55)

keutuhan materi yang disampaikan. Bahan hendaknya dikemas secara sederhana

dan disesuaikan dengan pikiran anak-anak sehingga mudah dipahami. Menurut

Prasetya, 2008:37-41, bahan yang biasa digunakan dalam pertemuan PIA yaitu:

a. Kitab Suci

Pengenalan Kitab Suci dapat dilakukan dengan cara pengenalan secara

sederhana, baik isi maupun nilai-nilai, tokoh-tokoh, kisah atau peristiwa, dan

ajaran. Dalam mengenalkan anak-anak pada Kitab Suci, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, yaitu dari tahap perkembangan anak, dimana mereka baru

memasuki tahap pengertian spontan/secara langsung sehingga Kitab Suci yang

akan dikenalkan harus dikemas dalam bentuk cerita yang diperagakan secara

sederhana, kreatif baik melalui permainan dan cergam.

b. Liturgi Gereja

Pengenalan tentang Liturgi Gereja sangatlah penting dan tidak dapat

diabaikan. Melalui pengenalan liturgi inilah mereka mengetahui tradisi suci, sikap

doa, maupun identitasnya sebagai orang Katolik. Dalam hal ini anak-anak

dikenalkan secara sederhana susunan perayaan Ekaristi, benda-benda yang

dipakai, warna liturgi, tahun liturgi, hari-hari besar Katolik, dan petugas liturgi.

Hendaknya kegiatan ini dilangsungkan secara konkret antara lain dengan gerak,

sikap, alat peraga, dll.

c. Ajaran Gereja

Anak-anak hendaknya mulai dikenalkan dengan ajaran Gereja, seperti:

Allah, Yesus, karya keselamatan, cinta kasih. Ajaran ini bukan bersifat teologis,

(56)

kehidupan sehari-hari. Pengenalan itu bisa dibuat dengan menggunakan buku

cerita, kaset, maupun film. Secara tidak langsung anak-anak tidak hanya

memahami secara teoritis, tetapi sudah sampai pada perwujudan nyata yang

disesuaikan dengan perkembangan diri dan dunia anak. Dengan demikian

anak-anak didampingi dan dididik untuk berlatih tidak hanya memikirkan dirinya

sendiri melainkan mau memikirkan kepentingan orang lain yang ada di

sekitarnya.

d. Hidup Menggereja

Anak-anak diajak untuk memasuki lingkungan yang lebih luas, dimana

mereka diajak untuk membuka diri dan hati untuk menerima orang lain khususnya

yang ada disekitar Gereja. Anak-anak diajak untuk menyadari dirinya sebagai

anggota Gereja, baik di tingkat paroki, lingkungan, maupun stasi dan mau terlibat

dengan aneka kegiatan yang ada, misalnya kegiatan PIA, putra-putri altar, anggota

koor, dan lektor.

e. Hidup memasyarakat

Pengertian masyarakat dalam diri anak-anak adalah teman-teman

sebayanya. Anak-anak didampingi untuk mengenal dan bergaul de

Gambar

Gambar 1 Frekuensi Produksi (P) Mengenal Kitab Suci  ................................      72
Gambar yang dimaksud dapat berupa poster, lukisan, foto, cergam, dan
gambar dalam adegan. Naskah ini dibuat supaya memudahkan penggambaran
Tabel 1. Distribusi populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait