• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap penghayatan iman anak Usia 13-15 tahun di wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap penghayatan iman anak Usia 13-15 tahun di wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGARUH MEMBACA KITAB SUCI BERSAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PENGHAYATAN IMAN ANAK USIA 13-15 TAHUN DI WILAYAH ST. THERESIA, BROSOT, PAROKI ADMINISTRATIF ST. MARIA MATER DEI, BONOHARJO. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh : Juli Erni Zendrato NIM 151124043. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGARUH MEMBACA KITAB SUCI BERSAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PENGHAYATAN IMAN ANAK USIA 13-15 TAHUN DI WILAYAH ST. THERESIA, BROSOT, PAROKI ADMINISTRATIF ST. MARIA MATER DEI, BONOHARJO. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh : Juli Erni Zendrato NIM 151124043. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019. i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI PENGARUH MEMBACA KITAB SUCI BERSAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PENGHAYATAN IMAN ANAK USIA 13-15 TAHUN DI WILAYAH ST. THERESIA, BROSOT, PAROKI ADMINISTRATIF ST. MARIA MATER DEI, BONOHARJO. Oleh : Juli Erni Zendrato NIM: 151124043. Telah Disetujui Oleh:. Pembimbing. Dr. I. L. Madya Utama, SJ. Tanggal 4 Juli 2019. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI PENGARUH MEMBACA KITAB SUCI BERSAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PENGHAYATAN IMAN ANAK USIA 13-15 TAHUN DI WILAYAH ST. THERESIA, BROSOT, PAROKI ADMINISTRATIF ST. MARIA MATER DEI, BONOHARJO. Dipersiapkan dan ditulis oleh Juli Erni Zendrato Nim : 151124043 Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji pada tanggal 19 Juli 2019 dan dinyatakan memenuhi syarat SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama. Tanda Tangan. Ketua. : Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ. ……………………. Sekretaris. : Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd.. ……………………. Anggota. : Dr. I.L. Madya Utama, SJ. ……………………. Martinus Ariya Seta, S.Pd., Mag. Theol. ……………………. Y. H. Bintang Nusantara, SFK., M. Hum …………………… Yogyakarta, 19 Juli 2019 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.. iii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini dipersembahkan kepada: Kedua orangtua tercinta: Bezaro Zendrato dan Rosiati Hulu, serta keempat saudara saya.. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Janganlah takut, sebab aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41: 10). v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 19 Juli 2019 Penulis,. Juli Erni Zendrato. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Nama. : Juli Erni Zendrato. Nomor Mahasiswa. : 151124043. Demi. pengembangan. ilmu. pengetahuan,. penulis. memberikan. kepada. perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul PENGARUH MEMBACA KITAB SUCI BERSAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PENGHAYATAN IMAN ANAK USIA 13-15 TAHUN DI WILAYAH ST. THERESIA, BROSOT, PAROKI ADMINISTRATIF ST. MARIA MATER DEI, BONOHARJO beserta perangkat yang diperlukan. Demikian penulis memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam. bentuk. pangkalan. data,. mendistribusikan. secara. terbatas,. dan. mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta izin dari penulis maupun memberikan royalti kepada penulis selama tetap mencantumkan nama penulis. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal. : 19 Juli 2019. Yang menyatakan ( Juli Erni Zendrato). vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Membaca Kitab Suci Bersama dalam Keluarga terhadap Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 Tahun di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo.” Dengan penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga dan penghayatan iman anak khususnya usia 13-15 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kuantitatif, yang merupakan metode untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji analisis regresi linier dengan terlebih dahulu menerapkan uji instrumen dan uji prasyarat analisis. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar anak usia 13-15 tahun di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo sering melaksanakan membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga. Analisis mengenai penghayatan iman juga menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia 13-15 tahun di Wilayah ini menghayati iman mereka. Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga memiliki pengaruh sebesar 96,4 % terhadap penghayatan iman anak usia 13-15 tahun. Kata-kata Kunci: membaca Kitab Suci, penghayatan iman anak, pendidikan iman dalam keluarga. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT This undergraduate final assignment is entitled "The Effect of Reading the Bible Together in the Family’s Practice to the Faith of Children Aged 13-15 at St. Theresia’s Region, Brosot, St. Maria Mater Dei Administrative Parish, Bonoharjo." With this research, the author wants to find out whether there is a relationship between reading the Bible together in the family’s practice and the faith of children, especially those aged 13-15. The method used in the study is quantitative descriptive, which is a method for getting more in-depth and broad information on a phenomenon by using the stages of research with a quantitative approach. Hypothesis testing is done by linear regression analysis by first applying the instrument test and analysis prerequisite test. The results of the study revealed that most children aged 13-15 at St. Theresia’s Region, Brosot, St. Maria Mater Dei Administrative Parish, Bonoharjo often conduct reading the Bible together in the family’s practice. An analysis on the faith also shows that most children aged 13-15 in this region live their faith. The results of hypothesis testing state that reading the Bible together in the family’s practice has an influence of 96.4% on the faith of children aged 13-15 years. Keywords: reading the Bible, faith of children, faith education in family. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan kasih serta penyertaan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH MEMBACA KITAB SUCI BERSAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PENGHAYATAN IMAN ANAK USIA 13-15 TAHUN. DI. WILAYAH. ST.. THERESIA,. BROSOT,. PAROKI. ADMINISTRATIF ST. MARIA MATER DEI, BONOHARJO tepat pada waktunya. Melalui skripsi ini penulis hendak memberikan sumbangan pemikiran bagi keluarga Katolik dalam meningkatkan penerapan membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga. Dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis mengalami banyak tantangan, namun berkat dukungan dan doa serta motivasi yang terus mengalir dari pembimbing, keluarga, serta teman-teman sehingga skripsi ini selesai sesuai harapan. Penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, serta perhatian, yang diyakini sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis menyelesaikan skripsi dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, Selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik. 2.. Dr. I. L. Madya Utama, SJ, selaku dosen pembimbing utama dan dosen penelitian yang telah setia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran membimbing. dan. mendampingi. x. penulis. dengan. penuh. untuk. perhatian,.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. memberikan masukan-masukan dan kritikan-kritikan, sehingga penulis termotivasi dalam penyusunan skripsi dari awal sampai akhir. 3.. Martinus Ariya Seta, S.Pd., Mag. Theol. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.. 4.. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum. selaku dosen penguji III yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan sehubungan dengan skripsi ini.. 5.. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas snata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.. 6.. Kedua orangtua penulis Bapak Bezaro Zendrato dan Rosiati Hulu yang selalu memberikan dukungan baik doa maupun biaya kuliah bagi penulis selama studi sampai selesainya skripsi ini.. 7.. Keempat saudara saya: Yurisman Zendrato, Fransiskus Vilius Zendrato, Kornelius Idaman Zendrato, Fredy Nandus Gunawan Zendrato yang memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis selama studi.. 8.. Martinus Kriswanto yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama studi maupun selama penulisan skripsi ini.. 9.. Sahabat karibku Veronica Elisa, Vincensia Melani, Fransisca Novia yang mendukung dan menyemangati penulis.. 10. Lidwina yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama studi di PAK.. xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Para keluarga dan remaja di Wilayah St. Theresia Brosot yang bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian. 12. Teman-teman angkatan 2015 yang menjadi penyemangat bagi penulis selama menjalani studi di prodi PAK USD.. Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan penulis membutuhkan koreksi dan saran dari pembaca, baik dari segi penulisan dan isi demi perbaikan Skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian. Yogyakarta, 19 Juli 2019 Penulis,. Juli Erni Zendrato. xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iv MOTTO...................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................. vii ABSTRAK...........................................................................................................viii ABSTRACT.............................................................................................................ix KATA PENGANTAR.............................................................................................x DAFTAR ISI........................................................................................................xiii DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xv DAFTAR TABEL..............................................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Identifikasi Masalah.....................................................................................5 C. Batasan Masalah.......................................................................................... 5 D. Rumusan Masalah........................................................................................6 E. Tujuan Penelitian......................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian........................................................................................7 G. Metode Penulisan.........................................................................................7 H. Sistematika Penulisan.................................................................................. 8 BAB II MEMBACA KITAB SUCI BERSAMA DALAM KELUARGA DAN PENDIDIKAN IMAN ANAK.............................................................................. 10 A. Dasar Teori................................................................................................ 10 1. Keluarga dan Pendidikan Iman Anak.................................................. 10 a. Keluarga Kristiani............................................................................ 10 b. Pendidikan Iman.............................................................................. 15 1) Pengertian Pendidikan secara Umum.......................................... 15 2) Pengertian Pendidikan Iman........................................................17 3) Perkembangan Iman Anak...........................................................19 4) Tahap Perkembangan Iman Anak................................................20 5) Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga......................................26 6) Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 Tahun................................ 29 2. Kitab Suci.............................................................................................30 a. Pengertian Kitab Suci.......................................................................30 b. Kitab Suci Gereja.............................................................................31 c. Membaca Kitab Suci dalam Keluarga..............................................32 d. Penerapan dan Peranan Membaca Kitab Suci bagi Anak Usia 13-15 Tahun............................................................................................. 34 B. Penelitian yang Relevan.............................................................................36 C. Kerangka Pikir........................................................................................... 37 D. Hipotesis.................................................................................................... 37. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................39 A. Jenis Penelitian.......................................................................................... 39 B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................39 C. Populasi dan Sampel.................................................................................. 40 D. Variabel Penelitian.....................................................................................40 E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................42 F. Instrumen Penelitian...................................................................................42 G. Teknik Analisis Data................................................................................. 46 1. Analisis Instrumen................................................................................46 2. Teknik Analisis Data dan Hipotesis..................................................... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 50 A. Hasil Penelitian..........................................................................................50 1. Deskripsi Responden............................................................................ 50 2. Uji Instrumen........................................................................................50 3. Uji Prasyarat Analisis........................................................................... 52 4. Deskripsi Data...................................................................................... 54 a. Penerapan Membaca Kitab Suci Bersama dalam Keluarga..............55 b. Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 Tahun..................................... 56 B. Uji Hipotesis.............................................................................................. 58 C. Pembahasan................................................................................................61 1. Membaca Kitab Suci Bersama dalam Keluarga................................... 61 2. Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 Tahun......................................... 62 3. Pengaruh Membaca Kitab Suci Bersama dalam Keluarga terhadap Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 Tahun......................................... 63 D. Keterbatasan Penelitian............................................................................. 66 E. Refleksi Kateketis...................................................................................... 67 BAB V PENUTUP................................................................................................69 A. Kesimpulan................................................................................................ 69 B. Saran.......................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 73 Lampiran 1: Surat Izin Melakukan Penelitian............................................... (1) Lampiran 2: Surat Telah Melakukan Penelitian........................................... (2) Lampiran 3: Rangkuman Kuesioner.............................................................. (3) Lampiran 4: Hasil Uji Validitas Variabel Bebas........................................... (4) Lampiran 5: Hasil Uji Validitas Variabel Terikat........................................(10) Lampiran 6: Contoh Jawaban Responden Penelitian...................................(11). xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia (Konferensi Wali Gereja, 1993). Kej. : Kejadian. Kel. : Keluaran. Ul. : Ulangan. Ayb. : Ayub. Ams. : Amsal. Mat. : Matius. Mrk. : Markus. Luk. : Lukas. Yoh. : Yohanes. Gal. : Galatia. Rom. : Roma. Ef. : Efesus. Kor. : Korintus. Yak. : Yakobus. xv.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AL. : Amoris Laetitie. Seruan Apostolik Pascasinode Paus Fransiskus tentang Sukacita Kasih, 19 Maret 2016.. DV. : Dei Verbum. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November. FC. 1965.. : Familiaris Consortio. Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam dunia Modern, 22 November 1981.. GE. : Gravissimum Educationis. Pernyataan tentang Pendidikan Kristen dalam Konsili Vatikan II, 28 Oktober 1965.. GS. : Gaudium et Spes. Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam Dunia Modern, 7 Desember 1965.. LF. : Lumen Fidei. Ensiklik Paus Fransiskus tentang Iman, 29 Juni 2013.. LG. : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.. KHK. : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.. C. Singkatan Lain KBBI. : Kamus Besar Bahasa Indonesia. KKI. : Karya Kepausan Indonesia. KWI. : Konferensi Waligereja Indonesia. xvi.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KS. : Kitab Suci. Lih. : Lihat. No. : Nomor. OMK. : Orang Muda Katolik. PAK. : Pendidikan Agama Katolik. PIR. : Pendampingan Iman Remaja. PIA. : Pendampingan Iman Anak. SMP. : Sekolah Menengah Pertama. ST.. : Santo/Santa. xvii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1 Penilaian................................................................................................43 Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner................................................................................44 Tabel 3 Skala Sikap Kuesioner.......................................................................... 45 Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas............................................................................. 52 Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov..........................................54 Tabel 6 Hasil Uji Linearitas............................................................................... 54 Tabel 7 Deskripsi Data Membaca Kitab Suci Bersama dalam Keluarga...........57 Tabel 8 Deskripsi Data Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 Tahun.................58 Tabel 9 Variables Entered/Removed..................................................................59 Tabel 10 Model Summary.................................................................................... 60 Tabel 11 Korelasi.................................................................................................. 60 Tabel 12 Output ANOVA.......................................................................................61 Tabel 13 Koefisien Regresi................................................................................... 61. xviii.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seorang anak berada di dalam keluarga sejak ia dikandung, dilahirkan, serta tumbuh menjadi manusia dewasa. Dengan kasih dan keteladanan orangtua sebagai “guru” pertama dan utama, anak akan mengerti arti hidup. Anak akan mengalami kematangan fisik, mental, spiritual, dan intelektual. Hal-hal baik dan berguna ia peroleh untuk pertama kalinya di dalam keluarga. Keluarga menjadi sekolah pertama dan utama baginya untuk menjadi pribadi seutuhnya, yakni pribadi beriman, berbakti kepada Allah dan sesama, serta memiliki keutamaan hidup. Namun di zaman ini, seperti kita ketahui, kenakalan anak dan anak semakin meningkat. Hal ini juga terjadi diantara anak-anak dan anak Katolik. Mereka mulai jauh dari gereja, lebih suka teknologi daripada belajar tentang kerohanian, serta berbagai fakta lainnya. Hal-hal tersebut terjadi karena berbagai macam faktor, antara lain karena kurangnya perhatian dari orangtua kepada anak, khususnya dalam hal pendidikan iman. Para orangtua lebih mempercayakan pendidikan iman anak mereka kepada sekolah saja. Padahal di sisi lain, pendampingan dari keluarga justru lebih dibutuhkan karena pendidikan dalam hal apapun dimulai dari keluarga. Menurut Bagiyowinadi (2006:23), “bila orangtua sudah dianugerahi anak, maka kemudian salah satu tugas dan tanggung jawab utama mereka adalah untuk mendidik anak–anak menjadi manusia seutuhnya.”.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Pendidikan iman anak mestinya tidak hanya diajarkan saja, tetapi terutama ditunjukkan dalam tindakan konkret, sebab kontribusi dari pendidikan iman terwujud dalam pembentukan karakter anak. Dewasa ini, pendidikan iman anak belum menyentuh personal anak, sehingga tidak sedikit anak–anak yang mudah terjerumus dalam arus kemajuan dunia yang tak terkendali. Kitab Hukum Kanonik kanon 1055 menyatakan bahwa: Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut sifat khas kodratnya terarah pada kebaikan suami-istri (bonum coniugum), serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen. Dari kutipan tersebut kita ketahui bahwa pendidikan anak merupakan salah satu tujuan dan hakikat perkawinan. Oleh karena itu, pendidikan iman anak merupakan tanggung jawab bagi orangtua. Pendidikan iman anak bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, terutama penanaman nilai-nilai Kristiani melalui praktik seperti doa bersama, membaca Kitab Suci, pendampingan PIA/PIR, putra–putri Altar, persiapan komuni, dan pengenalan terhadap kebutuhan orang lain dan lingkungan hidup. Membaca Kitab Suci bersama di dalam keluarga merupakan salah satu pendampingan yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk pendidikan iman anak. Di dalam Kitab Suci ada dasar biblis yang mewajibkan perlunya untuk mendidik iman anak melalui Alkitab yang tertuang dalam Surat Paulus kepada Timotius berikut. Tetapi engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah dari kecil engkau sudah mengenal.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Kitab Suci yang dapat memberi hikmah kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman akan Yesus Kristus (2Tim. 3:14-15). Membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga bisa menjadi salah satu solusi atas berbagai permasalahan kenakalan anak dan anak. Dengan membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga, orangtua bisa memberikan pendidikan iman kepada anak, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan akhirnya anak dapat mengenal Kitab Suci, ajaran–ajaran serta pesan–pesan Allah yang ada di dalamnya, serta membangun kedekatan antara orangtua dan anak itu sendiri. Anak-anak hendaknya dibina sedemikian rupa sehingga nanti bila sudah dewasa mereka mampu penuh tanggung jawab mengikuti panggilan mereka, juga panggilan religius, serta memilih status hidup mereka. Namun, kendala yang sering terjadi adalah kurangnya waktu dan kesempatan orangtua bertemu anak. Padahal permasalahan waktu adalah hal yang sederhana saja dan bisa diatur oleh orangtua. Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo terletak di Kabupaten Kulon Progo. Mayoritas penduduknya beragama Islam, dengan jumlah penduduk Katolik juga cukup banyak. Situasi anak dan anak Katolik di wilayah ini hampir sama dengan daerah lain, yakni kenakalan anak dan anak yang semakin meningkat dan jauhnya mereka dari gereja. Kenakalan anak dan anak ini terwujud dalam berbagai bentuk, antara lain merokok, bullying, minum minuman keras, hingga pergaulan bebas. Gereja pun juga mengalami penurunan terkait dengan keterlibatan anak dan anak dalam kegiatan Gereja dibandingkan satu dekade yang lalu sebelum teknologi berkembang pesat. Anak dan anak lebih suka memainkan gadget daripada ikut.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. kegiatan Gereja seperti pertemuan putra-putri Altar, REKAT, dan lain sebagainya. Lebih parah dari itu, gadget juga membuat sebagian anak dan anak di wilayah ini pasif dan menarik diri dari hubungan sosial dengan masyarakat. Fakta-fakta tersebut membuat penulis berupaya meneliti bagaimana para orangtua memberikan pendidikan iman kepada anaknya di wilayah ini. Pendidikan iman anak menjadi perhatian penulis, sebagaimana ditulis pada bagian sebelumnya. Penulis telah melaksanakan survei awal yang digunakan sebagai dasar penelitian ini. Survei dilaksanakan di Gereja Wilayah St. Theresia, Brosot pada tanggal 23-24 Maret 2019 setelah perayaan Misa Ekaristi mingguan. Survei ditujukan kepada para orang tua. Target jumlah responden dari survei awal ini adalah 60 orang. Namun karena pada saat pelaksaanan survei kondisi wilayah ini hujan lebat, maka jumlah umat yang datang pada perayaan Misa sedikit. Total ada 38 responden dalam survei awal tersebut. Berdasarkan hasil survei tersebut, dari total 38 responden, terdapat 25 responden yang menerapkan praktek membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga dan anak ikut berpartisipasi di dalamnya. Dengan demikian, penelitian ini relevan untuk dilanjutkan. Oleh karena alasan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Membaca Kitab Suci Bersama dalam Keluarga terhadap Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 Tahun di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo.” Dengan judul ini, penulis ingin mengetahui bagaimana orangtua mengajak anak–anak mereka sejak dini untuk membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga, serta.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. apakah penerapan tersebut membawa dampak yang baik khususnya pada penghayatan iman anak.. B. Identifikasi Masalah Memperhatikan latar belakang di atas maka permasalahan yang telah dipaparkan dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Kenakalan anak dan anak Katolik di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo tergolong tinggi. b. Pendidikan iman anak hanya ada dalam pendidikan formal di sekolah saja. c. Pengaruh membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap penghayatan iman anak usia 13-15 tahun di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo belum jelas/belum diteliti. d. Hubungan antara membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap penghayatan iman anak dengan kenakalan anak dan anak Katolik di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo belum jelas/belum diteliti.. C. Batasan Masalah Tidak seluruh persoalan tersebut akan diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini akan dibatasi pada aspek membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga sebagai bentuk pendidikan iman anak usia 13-15 tahun. Penelitian ini akan dikenakan pada keluarga Katolik di Wilayah St. Theresia,.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo. Oleh karena itu, yang menjadi judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Membaca Kitab Suci Bersama dalam Keluarga terhadap Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 Tahun di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo.”. D. Rumusan Masalah Setelah melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap penghayatan iman anak usia 13-15 tahun di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo?. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui penerapan dan pengaruh membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap penghayatan iman anak usia 13-15 tahun di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. F. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan ini adalah: 1. Bagi keluarga Orangtua dapat mengetahui dan memahami dampak positif dari penerapan membaca Kitab Suci bersama di dalam keluarga sebagai sarana pendidikan iman anak. 2. Bagi GerejaDengan tulisan ini, gereja diharapkan semakin memperhatikan keluarga–keluarga dan menghimbau untuk selalu menerapkan praktik membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga sebagai sarana pendidikan iman anak. Gereja juga menyediakan sarana–sarana yang dibutuhkan oleh keluarga untuk membantu penerapan praktik membaca Kitab Suci bersama di dalam keluarga, khususnya di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo. 3. Bagi penulis Penulis semakin terbantu dalam mendampingi para orangtua untuk memberikan pendidikan bagi anak dalam hal penghayatan iman.. G. Metode Penulisan Metode utama penulisan skripsi ini adalah analisis deskriptif kuantitatif yang menggambarkan data–data yang diperoleh dari sistematika, aktual, faktual dan akurat fakta serta sifat populasi atau daerah tertentu. Menurut Yusuf (2014: 62), penelitian deskriptif kuantitatif merupakan usaha sadar dan sistematis untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah dan/atau mendapatkan informasi.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan pendekatan kuantitatif.. H. Sistematika Penulisan Gambaran umum mengenai sistematika penulisan yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I adalah pendahuluan yang menguraikan gambaran penulisan skripsi yang meliputi: latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan. metode penulisan, dan. sistematika penulisan. Bab II berisi kajian teori yang menguraikan teori–teori, pengertian pendidikan anak, pengertian pendidikan iman anak, tahap perkembangan iman anak, pengertian keluarga, pengertian Kitab Suci, dan penerapan serta peranan membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap penghayatan iman anak usia 13-15 tahun. Bab III memaparkan mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data yang berisi analisis instrumen serta analisis data dan uji hipotesis. Hal ini diperlukan supaya instrumen valid dan data yang didapat akurat serta terpercaya. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi definisi hasil dari data yang diperoleh. Penulis menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. penghayatan iman anak usia 13-15 tahun di Wilayah St. Theresia, Brosot, Paroki Administratif St. Maria Mater Dei, Bonoharjo. Bab V berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran. Demikian proses berpikir penulis yang dituangkan dalam skripsi ini. Penulis berharap penulisan mengenai pengaruh membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga terhadap penghayatan iman anak usia 13-15 tahun berguna bagi orangtua Katolik pada khususnya dan Gereja pada umumnya..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. BAB II MEMBACA KITAB SUCI BERSAMA DALAM KELUARGA DAN PENDIDIKAN IMAN ANAK. Dalam bab II ini, penulis menguraikan empat pokok bahasan. Pertama, dasar teori yang berisi penjelasan mengenai keluarga Kristiani, pendidikan dan perkembangan iman anak serta Kitab Suci sebagai sarana pendidikan iman. Kedua, pemaparan mengenai penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga, kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini. Keempat, hipotesis yang akan diteliti.. A. DASAR TEORI 1.. Keluarga dan Pendidikan Iman Anak. a.. Keluarga Kristiani Keluarga adalah unit dasar dari masyarakat. Menurut rencana Allah,. keluarga terdiri dari satu pria, satu wanita, dan anak-anak (Kej. 1-2). Suami-isteri adalah sepasang pria dan wanita yang telah disatukan oleh Allah, sehingga mereka “tidak lagi dua melainkan satu” (Mat. 19: 6). Maka mereka berdua merupakan satu pasangan yang berkenan pada Allah dan terhormat di mata masyarakat. Bila perkawinan mereka itu sah dan dilakukan oleh dua orang yang telah dibaptis secara sah pula, maka perkawinan tersebut bahkan merupakan sakramen, sebuah tanda dan sarana rahmat, sebuah lambang dari “perkawinan suci” antara Kristus dan jemaat-Nya (Soerjanto, 2007:1)..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Menurut Pudjiono (2007:2), keluarga adalah tempat pertama dan utama untuk melatih dan mendidik anak-anak. Kepada mereka berdua itulah Allah menyerahkan anak, sebagai sebuah “titipan” dari-Nya. Sebagai titipan Allah, dan sekaligus juga sebagai citra Allah, setiap anak haruslah sepenuh-penuhnya mereka hargai, mereka cintai, mereka asuh, dan mereka didik, sehingga kelak di kemudian hari ia mampu dan berhasil mengasihi Allah dan sesamanya (Soerjanto, 2007:1-2). Dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes (GS), mengatakan bahwa: Keluarga merupakan suatu tempat pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga mampu mencapai kepenuhan hidup dan misinya diperlukan komunikasi hati penuh kebaikan, kesepakatan suami istri, dan kerja sama orangtua yang tekun dalam pendidikan anak-anak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu pembinaan mereka, tetapi juga pengurusan rumah tangga oleh ibu yang terutama dibutuhkan oleh anak-anak yang masih muda perlu dijamin, tanpa maksud supaya pengembangan peranan sosial wanita yang sewajarnya dikesampingkan. Melalui pendidikan hendaknya anak dibina sedemikian rupa sehingga nanti bila sudah dewasa mereka mampu penuh tanggung jawab mengikuti panggilan mereka, juga panggilan religius, serta memilih status hidup mereka (GS 52). Jati diri anak bermula dari keluarga. Karakter, kreativitas, kepedulian, dan keimanan anak, semuanya berakar dari keluarga. Keluarga adalah penaruh pengaruh pertama bagi anak. Sebelum anak mendapat pengaruh dari luar, keluargalah yang pertama-tama meletakkannya. Keluarga adalah lingkungan primer yang paling berperan dalam pembentukan watak, moral, dan iman anak. Pengaruh dari teman sebaya, guru, tokoh masyarakat, dan lingkungan adalah hal-hal yang datang kemudian (Sutarno, 2013: 9)..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. Keluarga Kristen adalah satu penampilan dan pelaksanaan khusus dari persekutuan Gereja. Karena itu, ia dapat dan harus dinamakan “Gereja rumah tangga” (FC 21). Ia adalah persekutuan iman, harapan, dan kasih; seperti yang telah dicantumkan di dalam Perjanjian Baru, ia memainkan peranan khusus di dalam Gereja. Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Amoris Laetitia, mengatakan bahwa: Pengalaman cinta dalam keluarga-keluarga adalah kekuatan abadi dalam kehidupan Gereja. “Tujuan unitif perkawinan adalah panggilan terus-menerus untuk membuat kasih bertumbuh dan mendalam. Melalui kesatuan cinta mereka pasangan mengalami keindahan menjadi ayah dan ibu. Mereka berbagi rencana dan kesulitan, harapan dan keprihatinan; mereka belajar saling menjaga serta saling memaafkan. Dalam cinta ini, mereka merayakan saat-saat bahagia dan saling mendukung dalam menapaki kesulitan sejarah hidup mereka. Keindahan pemberian timbal balik dan cuma-cuma, sukacita atas kehidupan yang dilahirkan dan kasih sayang dari semua anggota keluarga dari yang masih bayi sampai yang paling tua adalah beberapa buah yang menjadikan tanggapan terhadap panggilan keluarga unik dan tak tergantikan,” baik bagi Gereja maupun masyarakat secara keseluruhan (AL 88). Sukacita kasih yang dialami para keluarga juga merupakan sukacita Gereja. Seruan ini merupakan suatu undangan bagi keluarga-keluarga Kristiani untuk menghargai anugerah perkawinan dan keluarga, dan untuk bertekun dalam cinta kasih yang diperkuat oleh nilai-nilai kemurahan hati, komitmen, kesetiaan dan kesabaran. Seruan ini bertujuan mendorong setiap orang agar menjadi tanda kerahiman dan kedekatan ketika kehidupan keluarga tidak terwujud secara sempurna atau tidak berjalan dengan damai dan sukacita. Kitab Suci memandang keluarga sebagai tempat di mana anak-anak dibesarkan dalam iman. Orangtua.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. memiliki kewajiban memenuhi tugas pendidikan mereka secara serius sebagaimana yang sering diajarkan oleh orang-orang bijak dalam Kitab Suci. 1) Unsur-Unsur Keluarga Selain bermula dari perkawinan, keberadaan keluarga juga dibentuk dari unsur-unsur saling mengait dan mempengaruhi menjadi sebuah sistem. Adanya stabilitas dan mobilitas tergantung pada tetap atau berubahnya unsur pembentuk keluarga. Berbagai unsur pembentuk keluarga dengan stabilitas dan mobilitas sangat mempengaruhi pendidikan anak-anak. Dalam keluarga dikenal istilah keluarga besar (extended family). Satu keluarga besar terdiri dari beberapa keluarga inti. Dari sisi hubungan kekerabatan, biasanya sangat kuat, satu sama lain saling tergantung dan membutuhkan. Hal ini menciptakan suasana aman terutama bagi anak-anak. Keluarga memiliki unit, baik unit pribadi maupun unit kelompok. Dalam unit pribadi, penonjolan identitas dan keunikan pribadi sangat jelas, misalnya identitas dan keunikan ayah, ibu, dan anak. Dalam unit kelompok, penonjolan identitas dan keunikan keluarga dipandang sebagai satu kesatuan yang sama, sebagai contoh keluarga A dikenal sebagai keluarga yang aktif terlibat kegiatan lingkungan, dan lain sebagainya (Sutarno, 2013: 17-18). 2) Peranan Orangtua dalam Keluarga Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Orangtua adalah sumber iman, moral, pengetahuan, dan ketrampilan bagi anak-anak. Peran ini melekat kuat pada diri orangtua; suatu tanggung jawab yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun atau institusi mana pun. Peran ini sudah ditampakkan sejak anak dikandung. Pada saat itu, upaya pendidikan tidak datang dari siapa pun, kecuali.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. dari orangtuanya, terutama ibunya. Ketika anak lahir ke dunia, orang pertama yang dijumpai oleh anak adalah orangtuanya. Bersama merekalah, sang anak hidup, tumbuh, dan berkembang. Saat itulah orangtua menaruh perhatian dan cinta, memberi kehidupan, menanamkan nilai iman dan moral, dan mengajari ketrampilan. Dalam lingkup keluarga yang harmonis, sejahtera, dan bahagia seorang anak menerima “bekal hidup” bagi masa depannya dari ayah dan ibunya. Jadi orangtua adalah sumber ilmu, iman, dan moral anak. Peran dan tanggung jawab ini tidak bisa digantikan atau dialihkan kepada siapa pun atau lembaga apa pun. Orangtualah yang seharusnya mengambil alih semuanya (Sutarno, 2013: 69-70). Cinta kasih orangtua menjadi unsur yang paling mendasar, sedemikian mendasar sehingga memberi ciri khas dari peranan mendidik yang diemban oleh orang tua, yakni cinta kasih orangtua, yang terpenuhi dalam tugas mendidik, memperkaya dengan nilai-nilai kelembutan, kemantapan, sikap tanpa pamrih, kebaikan hati dan pengorbanan diri adalah buah cinta yang paling berharga (FC art. 36). Paus Fransikus dalam seruan Apostolik Amoris Laetitia, mengatakan bahwa: Keluarga inti perlu berinteraksi dengan keluarga besar yang terdiri dari orang tua, paman dan bibi, saudara sepupu, bahkan para tetangga. Dalam keluarga besar ini mungkin ada anggota keluarga yang memerlukan pertolongan, atau sekurang-kurangnya persahabatan dan kasih sayang, atau penghiburan dalam kesusahan. Individualisme yang begitu menonjol dewasa ini dapat membawa pada penutupan diri dalam sarang-sarang keamanan yang sempit. Dan menggangap orang lain sebagai bahaya yang mengancam. Bagaimanapun, persaingan ini tidak dapat memberikan kedamaian ataupun kegembiraan yang lebih besar, tetapi menutup hati keluarga dan menghalangi cakrawala yang luas (AL 187)..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. Injil terus-menerus mengingatkan kita bahwa anak-anak bukanlah hak milik keluarga, melainkan mereka memiliki tujuan hidup sendiri. Jika benar bahwa Yesus merupakan teladan dalam hal ketaatan terhadap orangtua-Nya di dunia, dengan menempatkan diriNya dalam asuhan mereka (Luk 2:51), maka benar bahwa Dia juga menunjukkan bahwa pilihan hidup anak-anak dan panggilan Kristiani mereka dapat menuntut perpisahan demi pengabdian bagi Kerajaan Allah (Mat 10:34-37). Yesus sendiri, pada saat usia 12 tahun, memberitahu Yosef dan Maria bahwa Dia mempunyai misi yang lebih besar yang harus dicapai selain keluarga-Nya di dunia (Luk 2:48-50). Melalui cara ini, Dia menunjukkan pentingnya sebuah ikatan lain, yang lebih mendalam di dalam keluarga. “Tetapi Ia menjawab mereka: Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Luk 8:21).. b. Pendidikan Iman 1) Pengertian Pendidikan secara Umum Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain, menuju ke arah suatu cita-cita (Suwarno, 2013: 6)..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. Kata pendidikan berasal dari kata “pedagogi” yakni “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Pedagogi adalah ilmu dalam membimbing anak. Pendidikan yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku, dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pendidikan merupakan perbuatan manusia. Pendidikan dilahirkan melalui pergaulan antara orang dewasa dan orang yang belum dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Tindakan mendidik yang dilakukan oleh orang dewasa dengan sadar dan sengaja didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan. Tindakan tersebut menyebabkan orang yang belum dewasa menjadi dewasa dengan memiliki nilai-nilai kemanusiaan, dan hidup menurut nilai-nilai tersebut. Kedewasaan diri merupakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui perbuatan atau tindakan pendidikan (Hasbullah, 2006: 5). Basri (2007: 34) mengungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti dari pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh dirinya maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir,.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari.. 2) Pengertian Pendidikan Iman Ada beberapa pengertian iman yang diungkapkan oleh Shelton (1983: 151-152), yaitu: 1.. Iman adalah anugerah. Allah hadir untuk berkomunikasi dengan kita melalui pengalaman hidup sehari-hari.. 2.. Iman tidak hanya berkaitan dengan situasi hidup masa kini, tetapi juga persitiwa hidup di masa lalu yang membawa kita ke masa kini.. 3.. Iman itu lebih dari sekedar pembenaran intelektual. Iman membawa kehadiran Allah sendiri melalui Yesus Kristus.. 4.. Di dalam iman terdapat suatu komitmen relasional yang besar. Pertama, pengalaman hidup personal dengan Allah sendiri. Kedua, ada sesuatu dalam diri yang mendorong seseorang untuk secara terbuka mencari misteri hidup. Ketiga, ada hubungan dengan komunitas yang hidup, yang memelihara iman sejak awal mula serta yang mendorong untuk menjalani hidup sesuai dengan pesan-pesan Kitab Suci. Iman anak-anak hanya dapat berkembang bila mereka hidup bersama. dengan orangtua dan orang-orang dewasa yang sungguh beriman. Sebagai insan yang masih belia, anak-anak memerlukan teladan iman dari kedua orangtua dan orang-orang dewasa yang lain. Melalui perkembangan imannya, seorang anak berkembang mendekati kebaikan dan kebenaran. Kebaikan dan kebenaran itu.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. dapat dicapai bila ia lebih dahulu boleh mengagumi segala sesuatu yang dilihatnya. Kekaguman itu kemudian akan berlanjut pada tampilnya aneka pernyataan jujur, yang menuntunnya menuju kebenaran. Karena itu, bagi setiap anak haruslah diusahakan adanya rasa aman untuk menyatakan kekagumannya dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan tentang segala hal. Orangtua dan orang-orang dewasa yang lain hendaknya memelihara rasa aman itu, bagi semua anak. Perkembangan iman mengantar setiap anak semakin dekat dengan Allah. Kedekatan anak dengan Sang Pencipta itu dapat dipacu bila ia dibantu secara bertahap untuk lebih dahulu menghargai dan mencintai ciptaan-Nya, yakni alam semesta beserta isinya, terutama makhluk-makhluk hidup, dengan manusia sebagai puncaknya (Soerjanto & Widiastuti, 2007: 12). Pendidikan iman ialah proses dan usaha-usaha orang-orang dewasa untuk membantu anak-anak muda mereka agar mampu menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta dan Penyelamat (Soerjanto & Widiastuti, 2007: 10). Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Rom 10: 17). Oleh karena itu, tugas orangtua adalah mewartakan Kristus kepada anak-anak mereka sejak dari kandungan hingga dewasa. Rasul Paulus dalam suratnya menyatakan “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Allah (Ef. 6: 4).”.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. 3) Perkembangan Iman Anak Salah. satu. prinsip. pokok. dalam. kehidupan. Kristiani. adalah. perkembangan iman. Perkembangan kehidupan iman seorang anak adalah salah satu hal penting yang mestinya juga menjadi tanggung jawab orangtua.. Secara. umum, para anak, saat awal memasuki masa anak, akan mengalami berbagai macam persoalan yang membutuhkan solusi dan hadirnya berbagai pilihan hidup. Di sinilah peran orangtua menjadi amat penting. Orangtua Kristiani memiliki tanggung jawab untuk membimbing dengan cara mengenalkan Tuhan Yesus kepada anaknya. Dengan “perkenalan” tersebut, anak akan lebih mudah untuk meneladani-Nya. Orangtua hendaknya selalu peduli dengan perkembangan dan minat anak. Orangtua diajak untuk menyatakan kehadiran Yesus sebagai teman melalui pengalaman hidup sehari-hari anak supaya mereka lebih mudah meneladani-Nya (Shelton, 1983: 121-131). Pada usia 13-15 tahun, anak secara fisik mengikuti kegiatan rohani seperti yang dilakukan oleh orangtuanya. Namun, mereka belum sepenuhnya mengerti arti dan maksud dari apa yang dilakukannya. Kemudian orangtua hendaknya mendampingi mereka untuk menemukan arti dan maksud tersebut, serta lebih utama mengerti tujuan hidup mereka (Shelton, 1983: 143-146). Anak usia 13-15 tahun masa dimana dengan penuh kegembiraan. Anak usia 13-15 tahun sedang berproses menemukan identitas diri mereka. Mereka sedang belajar untuk mengembangkan diri dan memilih nilai-nilai yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka. Namun kemajuan zaman menghadapkan mereka pada berbagai tantangan hidup yang semakin kompleks. Berkembangnya berbagai arus.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. zaman menjadikan mereka tidak mudah memilih nilai hidup yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka (Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, 2008: 4). Pusat dari iman Kristiani adalah Yesus Kristus. Salah satu upaya dari orangtua untuk membina iman anak adalah dengan mendekatkan mereka dengan Yesus Sendiri. Mengenalkan anak pada perjalanan hidup Yesus menjadi begitu penting untuk memahami arti iman itu sendiri. Melalui apa yang Yesus lakukan dan ajarkan kepada para murid dan orang-orang disekitar-Nya, seorang anak belajar dan memahami makna Kristiani. Oleh karena itu, pendekatan yang baik bisa dilakukan orangtua dengan cara berdialog dengan anak mereka. Ini berarti bahwa orangtua harus selalu mengikuti perkembangan si anak baik dari aspek kognitif, afektif, moral, dan iman. Orang tua hendaknya mengajarkan bagaimana hubungan dengan Tuhan membawa mereka menemukan nilai dan arti hidup melalui pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari (Shelton, 1983: 160-166).. 4) Tahap Perkembangan Iman Anak Pada umur 13-15 tahun, saat. memasuki masa perkembangan. kepercayaan sintesis-konvensional, suatu perombakan baru terjadi dalam struktur pengertian anak. Muncul berbagai kemampuan kognitif yang berpolakan operasi formal dini sehingga anak secara terpaksa harus meninjau kembali pandangan hidupnya. Gaya kognitif baru ini memungkinkan terjadinya suatu cara interaksi sosial baru, yakni mutual interpersonal perspective-taking. Gambaran diri itu dibangun dalam ketergantungannya pada orang-orang lain yang berarti baginya..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. Namun terdapat banyak pribadi lain, masing-masing memantulkan kembali bermacam-macam bayangan diri yang berlainan kepada ego. Akibatnya, ego harus berhadapan dengan aneka ragam bayangan diri yang kadang-kadang sangat bertentangan satu sama lain. Hal ini memusingkan anak dan menimbulkan banyak pertanyaan dalam hatinya tentang siapa dirinya? Pantulan bayangan diri manakah yang identik dengan diriku yang sebenarnya? Pertanyaan mengenai jati diri mulai menghantui pikirannya. Fungsi dan tugas kepercayaan adalah mensintesiskan dan mengintegrasikan bermacam-macam bayangan diri serta menjadikannya satu kesatuan diri atau identitas diri yang koheren dan yang dapat berfungsi baik. Di dalam sintesis identitas diri ini, berbagai bagian ego yang dipantulkan kembali oleh semua orang lain dalam bentuk bayangan diri serta aneka pengalaman dan keterlibatan sosial, semuanya dipersatukan. Dengan kata sifat “sintesis” dimaksudkan bahwa beranekaragam isi dan keyakinan itu belum disatupadukan secara intrinsik-koheren. Artinya, semua itu belum dikaji secara kritis dan belum dipertanyakan apakah keanekaragaman tersebut secara intrinsik sungguh-sungguh cocok satu sama lain sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang menyeluruh dan selaras. Pola kepercayaan ini juga disebut “konvensional” sebab secara kognitif, afektif, dan sosial, seorang anak menyesuaikan diri dengan orang lain yang penting baginya dan dengan mayoritas orang. Diandaikannya bahwa orang-orang lain yang penting baginya bisa dipercayai dan mayoritas orang tersebut tidak mungkin keliru. Fakta bahwa mereka itu bisa dipercayai secara mutlak, sama sekali tidak diragukannya. Kepercayaannya bersifat konvensional sebab sama.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. dengan kepercayaan setiap orang biasa dan seluruh masyarakat. Kepercayaannya belum diperjuangkan dan dia belum memiliki kesadaran secara kritis dengan daya percaya diri. Apabila anak mengalami ketegangan-kategangan kognitif-sosial atau soal-soal yang mendua-arti lainnya, maka ia mencoba mengatasi segalanya itu berdasarkan autoritas ekstern yang dipandang sah atau kesepakatan mayoritas, karena ia belum dapat mengandalkan perasaan dan pendapatnya pribadi yang belum mandiri dan terasa masih aneh dan terasa agak kacau. Kewibawaan kekuasaan ditempatkannya di antara “orang-orang lain” yang terhormat dan dirinya sendiri yang sedang berkambang. Semua ini memainkan peranannya dalam pergeseran yang terjadi pada gambaran mengenai Allah. Allah dipandang sebagai model “kepribadian” dan sifat “pribadi”, yaitu sebagai pribadi lain yang penuh misteri dan daya pesona. Pribadi lain yang ilahi ini amat terasa penting bagi pribadi anak kerena Dialah yang menopang seluruh daya upaya hidup anak tersebut. Kepercayaan disebut “Sintesis Konvensional” karena secara tidak refleksif. dan. tidak. analitis. unsur-unsurnya. yang. beraneka. ragam. dipersatupadukan menjadi suatu keseluruhan struktur global. Selanjutnya disebut “konvensional” karena sintesis terhadap berbagai unsur keyakinan religius ini bisa berpihak didapatkan dan diterima dari orang-orang lain sehingga bersifat solider dan konfrom dengan sistem masyarakat. Di pihak lain, sintesis merupakan suatu teach system yang tidak eksplisit dan tidak refleksif yang secara tak sadar dan operatif membentuk serta merta mempengaruhi seluruh kegiatan, perasaan, pikiran, motivasi, dan pilihan hidup si anak..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. Semua ciri kognitif, afektif, sosial khas tahap kepercayaan sintesis konvensional yang diuraikan di atas menentukan pola dan corak faith-knowing. Yang mencolok adalah gambaran Allah tidak lagi dibayangkan melalui model antropomorf semata-mata, akan tetapi disusun menurut paradigma (hubungan antarpribadi).. anak. menyusun. gambarannya. tentang. lingkungan. akhir. berdasarkan pengertian “pribadi” dan “antarpribadi”, yaitu dalam gambaran tentang wujud transenden dan ilahi sebagai yang lain, sebagai pribadi lain yang amat penting dan menentukan segala kualitas baru yang dialami pada hubungan pribadi maupun antarpribadi, yang secara proyektif dipadatkan dan diperluas dalam kontruksif gambaran mengenai Allah tidak lagi sebagai hakim-raja yang tegas namun adil, tidak juga sebagai yang lain yang jauh dan anonim tanpa wajah pribadi. Allah dirasakan dan dipandangnya menurut aspek persahabatan yang mendukung dan menuntun orang. anak dapat mengandalkan Allah sebagai sahabat karib, penyelamat dalam segala kesesakan hidup, jangkar kuat yang menahan perahunya di atas gelora lautan hidup yang mencemaskan. Allah sebagai sahabat pribadi inilah yang menjadi pribadi lain yang mengena, memahami anak, mengakuinya, dalam seluruh kekurangan dan kelebihannya, serta mencintainya secara mendalam, agak eksklusif dan tanpa syarat. Allah adalah pribadi lain yang paling berperan dalam hidup seseorang dan seorang sahabat yang paling karib. Bahkan Allah lebih dekat dan akrab dengan diri anak ketimbang anak itu dengan dirinya sendiri selain itu pada tahap ini juga Allah sering juga dipandang sebagai sesuatu yang konvensional, yaitu Allah yang diyakini oleh pandangan konvensi mayoritas masyarakat. Seakan-akan rupa.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. wajah Allah tersusun bagaikan kumpulan berbagai macam sikap, nilai, gambar, dan keyakinan kepercayaan umum yang konvensional. Dalam ekspresi teistis pada tahap ini, Allah sering digambarkan sebagai pembawa peran (orang-orang lain kolektif). Allah menjadi tokoh yang mewakili dan melambangkan segala harapan sah dan rasa loyalitas pribadi dari semua orang lain maupun kelompok yang berharga bagi anak. Maka tidak mengherankan bahwa dalam lingkungan budaya religius, di lubuk hatinya anak merasakan suatu komitmen dan suatu loyalitas yang sangat mendalam terhadap sang sahabat karib, tempat ia menimba seluruh kepercayaannya (Fowler, 1995: 134-160). Kepercayaan iman anak usia 13-15 tahun masuk dalam tahap kepercayaan Sintetis Konvensional (Synthetic-Conventional Faith). Gaya kepercayaan Sintetis Konvensional timbul dalam tahap ketiga, yaitu pada masa adolosen. Di sekitar umur 13 tahun, anak biasanya mengalami suatu perubahan radikal dalam caranya memberi arti. Karena munculnya kemampuan kognitif baru, yaitu pemikiran-pemikiran formal, maka anak mulai mengambil alih pandangan pribadi orang lain menurut pola “pengambilan perspektif antarpribadi secara timbal balik: (“Aku lihat engkau melihat diriku; dan aku melihat diriku sebagaimana, menurut hematku, engkau melihat diriku. Sepadan dengan hal itu: `engkau melihat dirimu sendiri sesuai pandanganku tentangmu; dan engkau melihat dirimu sendiri sebagai mana menurut hematku, aku melihat dirimu”). Yang perlu ialah mengintegrasikan segala gambaran diri yang begitu berbeda supaya menjadi satu identitas yang koheren. Maka tugas paling pokok tahap ini adalah upaya menciptakan sintesis identitas. Oleh sebab itu, tahap ini disebut.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. “sintesis”. Tetapi sintesis identitas ini baru didukung sesudah tercipta sintesis seperangkat arti yang baru. Berkat munculnya pemikiran-pemikiran logis, anak sanggup merefleksikan secara kritis riwayat hidupnya dan menggali arti sejarah hidupnya bagi dirinya sendiri. Yang dicari ialah suatu sintesis baru atas berbagai arti yang pernah dialami dalam hidup. Namun perjuangan menciptakan identitas pribadi dan seperangkat arti baru ini bersifat agak ”konformistis” serupa dengan pandangan dan pengertian orang lain/masyarakat – karena identitas diri dibentuk berdasarkan rasa dipercaya dan diteguhkan oleh orang lain yang penting baginya. Dengan demikian, anak berjuang mencari keseimbangan antara tuntutan menciptakan identitas diri berdasarkan dayanya sendiri dan identitas sebagaimana diharapkan dan didukung oleh orang lain yang dipercayainya. Pada tahap ini menyusun gambaran yang agak personal mengenai lingkungan akhir. Allah yang ”personal” merupakan seorang pribadi yang mengenal dirinya secara lebih baik daripada pengenalan dirinya sendiri. Karena anak mengandalkan Allah sebagai sahabat karib penyelamat dari kesesatan hidup ( Fowler, 1995: 134-159). Dari tinjauan teoritis atas tahap dan perkembangan menurut Fowler di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah proses pembentukan dan transformasi dari sejumlah struktur pengenalan dan penilaian (penciptaan arti). Dalam tahap perkembangan iman, anak mulai mengerti apa arti kesetiakawanan, relasi sosial, terwujudnya rasa tanggung jawab sosial (tempat dan tugasnya dalam masyarakat luas), kesetiaan, komitmen. Dalam perkembangan ini Agamalah yang paling berperan membantu anak dalam mendukung proses pemben tukan identias diri serta memunculkan rasa bersatu dengan orang-orang lain dalam suasana.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. kesetiakawanan. anak juga memandang Allah sebagai Allah yang “personal” artinya merupakan seorang pribadi yang mengenal dirinya secara lebih baik. Oleh karena itu anak memandang Allah sebagai pribadi yang baik yang patut untuk di teladani (Fowler, 1995: 153).. 5) Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Pendidikan iman anak berarti usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak agar mampu menghormati dan mengasihi Allah sebagai Pencipta dan Penyelamat (Pudjiono, 2007: 39). Pendidikan iman anak akan menyadarkan anak-anak akan keberadaan dirinya berhadapan dengan Tuhan, alam, dan sesama. Kesadaran yang bisa menumbuhkan rasa cinta dan akhirnya melahirkan pola pikir, pola kata, dan pola tindakan yang baik. Pendidikan iman bisa menjadikan pribadi anak yang rendah hati, cinta pada Tuhan dan sesama. Ia akan menyadari bahwa seluruh dirinya dan segala miliknya (kemampuan, kesehatan, rejeki) berasal dari Tuhan dan karena campur tangan sesama. Kesadaran ini akan mendorong mereka untuk hidup demi sesama, bisa mengabdikan diri demi kesejahteraan dan kebaikan banyak orang. Ia akan hadir demi kepentingan sesama (Sutarno, 2013: 40). Paus Yohanes Paulus II dalam Surat kepada Keluarga-keluarga (1994) artikel 16 mengatakan bahwa “Mendidik anak merupakan suatu sarana komunikasi yang hidup, bukan hanya menciptakan suatu hubungan yang mendalam antara pendidik dengan orang yang dididik, tetapi juga membuat.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. mereka ikut ambil bagian dalam kebenaran dan kasih yang bertujuan terakhir ketika setiap orang akan dipanggil oleh Allah Tritunggal.” Menurut Sutarno (2013: 41-42), dalam rangka pendidikan iman dan moral anak, kiranya hal-hal berikut perlu untuk diperhatikan. Pertama, orangtua perlu muncul sebagai figur iman dan moral bagi anak. Kebiasaan baik orangtua seperti rajin ke gereja, rajin berdoa, biasa berderma bagi sesama,dan ramah pada tetangga akan diserap oleh anak sebagai referensi kehidupan iman dan moralnya. Orangtua yang beriman dan bermoral adalah jaminan bagi keimanan dan kebaikan moral anak. Keteladanan iman dan moral tersebut diperlihatkan oleh kedua orangtua, bapak dan ibu; tidak hanya oleh ibu saja atau bapak semata. Keteladanan yang hanya diperlihatkan oleh satu pihak akan membuka kecenderungan bagi anak untuk mengelak berbuat baik, mencari alibi, atau memakai ketidakbaikan salah satu orangtuanya sebagai acuan. Kedua, sebagai keluarga Katolik, orangtua wajib mendidik anaknya secara Katolik. Mereka membaptiskan anak-anak sejak dini. Dengan demikian, orangtua selain menyerahkan kembali buah cintanya kepada Tuhan, mereka pun memakaikan “pakaian iman” kepada anaknya. “Pakaian iman” yakni cara orangtua mendidik iman anak. Selanjutnya orangtua perlu memelihara “pakaian iman” agar nyaman dikenakan, tetap menarik, bersih, dan tidak tergantikan. Orangtua perlu membina iman anak agar tetap tertarik pada iman Katolik, terhindar dari pengaruh atau tindakan yang bertentangan dengan kekatolikan, dan setia sebagai pengikut Kristus. Pembinaan iman ini bisa diwujudkan, misalnya dengan kebiasaan orangtua mengajak anak-anak untuk berdoa, pergi ke gereja,.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. memasukkannya ke Sekolah Minggu, mengikutkan pada persiapan komuni pertama, dan melibatkannya dalam berbagai bentuk kegiatan gerejawi. Dengan demikian, baptisan Katolik yang telah anak terima bisa terbina dan terhayati. Ketiga, keluarga sebaiknya menciptakan kebiasaan-kebiasaan suci dalam keluarga, misalnya berdoa bersama, membaca dan merenungkan Kitab Suci, atau mendalami doa-doa dan iman Kristiani. Hal yang tidak kalah pentingnya juga adalah mengajak anak berkunjung ke seminari, biara, pastoran, atau keuskupan guna memperkenalkan anak bentuk hidup panggilan khusus. Keempat, sesekali orangtua juga bisa meminta anak untuk sharing atau membuat refleksi pribadi atas iman dan tindakannya. Dengan cara ini, orangtua akan lebih bisa memantau perkembangan iman anak, semakin mengenal anak, dan memahami kebutuhan imannya. Selain itu, anak pun akan merasa dicintai oleh orangtuanya dan memiliki kesempatan untuk memperkenalkan dirinya kepada orangtuanya. Menurut Pudjiono (2007:6), dalam memberikan pendidikan iman kepada anak-anak dalam keluarga, sebaiknya orangtua mengusahakan hal-hal sebagai berikut: 1. Berdoa agar diberi karunia hikmat oleh Tuhan, sehingga mampu memberikan pendidikan iman kepada anak-anak. 2. Meningkatkan iman sendiri, dengan membaca Kitab Suci, buku-buku rohani, dan buku-buku tentang pendidikan iman anak..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. 3. Lebih banyak memberikan teladan dan membagikan pengalaman iman yang konkret daripada bersikap menggurui dengan banyak omongan yang tidak efektif. 4. Berlaku sebagai sahabat, sehingga anak-anak mau dan mampu terbuka kepada orangtua sendiri. 5. Mendidik anak-anak dengan banyak menyampaikan ajaran dan teladan Tuhan Yesus Kristus (Ef. 6: 4) 6. Bersungguh-sungguh. dalam. mendidik. iman. anak,. tidak. hanya. setengah-setengah, tidak hanya “kalau ada waktu” saja. 7. Tidak pernah merasa bosan, bersedia mengulang-ulang dalam memberikan nasehat bijaksana (Ul. 6: 7-8).. 6) Penghayatan Iman Anak Usia 13-15 tahun Anak usia 13-15 tahun sedang berkembang dalam hal iman. Mereka sedang menjalani proses perkembangan. Iman mereka berkembang sesuai dengan perkembangan dirinya. Pada anak usia 13-15 tahun iman berkembang dari proses menerima begitu saja, sampai dengan usaha mensintesiskan nilai-nilai penghayatan yang mereka kembangkan dalam kehidupan. Perkembangan dan penghayatan iman mereka sangat ditentukan perjumpaan mereka dengan orang-orang yang mereka ikuti. Cara beriman orangtua dan teman-teman ikut berperan dalam perkembangan penghayatan iman mereka. Mereka juga sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh idola yang mereka temukan dalam pergaulan mereka. Allah pun digambarkan sebagai Allah yang dekat, akrab dengan.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. kehidupan mereka. Di lain pihak, dalam proses mensintesiskan penghayatan imannya, mereka menjadi krisis terhadap pandangan-pandangan yang datang dari luar diri kelompoknya. Mereka juga kadang-kadang aktif di lingkungan umat, namun juga ada yang tidak aktif karena merasa tidak ada teman yang ikut terlibat, oleh sebab itu perlu pembinaan remaja dilakukan supaya anak merasa bahwa ia bagian dari kelompok (Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, 2008: 30-32).. 2.. Kitab Suci. a.. Pengertian Kitab Suci Alkitab adalah sekumpulan karangan yang dihasilkan umat beriman,. baik Yahudi maupun Kristen, selama ratusan tahun. Karangan-karangan itu bukan wangsit atau wahyu yang oleh Tuhan langsung diturunkan kepada tokoh-tokoh tertentu seolah-olah mereka itu ‘nabi’ atau ‘resi’. Alkitab merupakan kesaksian. iman. umat. yang. mengamati. kejadian-kejadian. tertentu. lalu. mengartikannya berdasarkan iman dan kepercayaan (Groenen dan Leks, 1986: 1-2). Kitab Suci adalah ajaran ilahi yang diberikan Allah melalui peran nabi. Kitab Suci merupakan sumber penghiburan, pegangan dan pelita dalam kegelapan dan juga sebagai tanda cinta Allah kepada manusia. Kitab Suci adalah kabar gembira keselamatan Allah bagi kita. Kitab Suci dapat disebut wahyu, dengan mengingat paham Kristen tentang wahyu. Wahyu bukan Kitab tetapi.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. pribadi Allah sendiri yang nyatanya kepada kita dalam diri Yesus Kristus (Suharyo, 1991: 13-14).. b. Kitab Suci Gereja Kitab-Kitab ilahi seperti juga tubuh Tuhan sendiri yang selalu dihormati oleh gereja yang terutama dalam liturgi Suci tiada hentinya meyambut roti kehidupan dari meja sabda Allah maupun tubuh Kristus, dan menyajikannya kepada umat beriman (DV 21). Kesaksian iman umat yang menjadi isi Alkitab, sebagian besar terungkap melalui cerita-cerita, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Cerita-cerita itu tidak menampilkan tokoh-tokoh surgawi melainkan justru manusia-manusia yang berdarah daging serta membentangkan hal ikhwal manusia di bumi ini, baik manusia perorangan maupun kelompok manusia, yaitu umat beriman. Memang benar bahwa kadang-kadang dalam cerita-cerita itu Allah sendiri. ditampilkan. sebagai. berbicara. kepada. manusia.. Namun. yang. sesungguhnya berbicara itu bukannya Allah sendiri melainkan umat beriman yang percaya akan Allah serta mengalaminya dengan cara tertentu. Khususnya dalam Perjanjian Lama terdapat pula karangan-karangan berjenis sastra lain, yaitu undang-undang, hukum, perintah dan peraturan (Groenen dan Leks, 1986: 18). Alkitab. menjadi. sakramen. komunikasi. antara. Allah. dan. pembaca/pendengar. Dalam arti demikian Alkitab boleh disebut sakramen firman Allah atau firman Allah yang sakramental. Jadi kesaksian umat beriman dahulu sehubungan dengan pengalamannya akan Allah di masa lampau yang terdapat.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. dalam Alkitab, kini dipakai sebagai sakramen, agar kasih Allah yang tetap aktual itu teralami oleh pembaca/pendengar masa kini. Dengan cara demikian Allah kini berbicara dengan pembaca/pendengar Alkitab. Menurut keyakinan Kristen, Alkitab menjadi jaminan terandalkan bahwa Allah, yang kasih-Nya dialami sekarang, sama dengan Allah yang kasih-Nya dialami umat beriman di masa lampau. Melalui dan berdasarkan pengalaman lewat Alkitab itu, manusia dapat mengalami kasih Allah dalam hidupnya sendiri, sehingga dapat mengartikan hal ikhwal hidupnya sekarang sebagai wujud kasih Tuhan (Groenen dan Leks, 1986: 24).. c.. Membaca Kitab Suci dalam Keluarga Membaca Kitab Suci dalam iman mau mengenal Allah sebagai dasar. hidup alam dan manusia, mengenal arah serta nilai perjuangan yang di pergumulkan secara istimewa dalam sejarah kehidupan ini. Kitab Suci lalu merupakan kesaksian iman orang-orang yang pernah memperjuangkan iman mereka dalam percaturan hidup yang rumit ini (Darmawijaya, 1999: 18). Tokoh utama Kitab Suci adalah Allah yang menyapa manusia. Mulai membaca Kitab Suci searti dengan memulai semacam petualangan iman. Sebabnya, bila manusia membiarkan diri disapa Allah dan berani menanggapi sapaan-Nya, ia pasti harus berubah, artinya harus mulai hidup menurut pola baru yang dalam banyak hal sangat berbeda dengan pola yang dianut masyarakat pada umumnya (Leks, 1997: 10). Pembacaan Kitab Suci seyogianya dijadikan saat perjumpaan dengan satu-satunya sahabat yang dapat diandalkan manusia. Orang.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. mendaraskan ajaran Tuhan bukan karena ia wajib berbuat demikian, bukan pula karena ia mau menjadi pintar dalam soal-soal agama, melainkan karena ia jatuh cinta padanya sehingga menikmatinya. Akan tetapi, cinta sejati bukan suatu luapan perasaan yang terjadi tiba-tiba, melainkan suatu proses dinamis bertahap-tahap. Bila seseorang mulai membaca Kitab Suci dengan niat untuk belajar mencintai Allah yang bersabda melalui teksnya, maka motivasinya pasti tepat (Leks, 1997: 11) Paham dasar mengenai wahyu, iman, dan Kitab Suci sangat menentukan cara Kitab Suci dimengerti, dipahami, serta diperankan dalam kehidupan. Kalau wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, maka Kitab Suci juga harus ditempatkan dalam rangka itu, yaitu relasi Allah dengan manusia. Oleh karena itu membaca Kitab Suci tidak terutama bertujuan mencari informasi melainkan membina relasi. Bahasa Kitab Suci akhirnya harus dimengerti dalam rangka relasi ini. Kitab Suci adalah kabar gembira (Suharyo, 1991:17-18). Keluarga, seperti Gereja, harus menjadi tempat mewartakan Injil. Dalam keluarga yang menyadari tugas perutusan itu, semua anggota mewartakan Injil dan diinjili. Orangtua tidak hanya menyampaikan Injil kepada anak-anak mereka, tetapi dari anak-anak mereka sendiri dapat menerima Injil yang sama seperti yang mereka hayati secara mendalam. Dan keluarga seperti itu menjadi penginjil bagi keluarga lainnya, dan penginjil rukun tetangga, yang meliputi keluarga tersebut sebagai salah satu bagiannya (FC 52). Rasul Paulus memberikan alasan kepada kita untuk mempelajari Kitab Suci yaitu, “segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16) agar kita yang menjadi umat-Nya diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. Maka kewajiban orangtua untuk mewartakan. Kristus kepada. anak-anaknya,. dengan menceritakan. kisah-kisah dalam Kitab Suci. Keluarga menerima perutusan dari Allah menjadi sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat, karena keluarga merupakan pewarta iman dan pendidik yang pertama (AA 11).. d. Penerapan dan Peranan Membaca Kitab Suci bagi Anak Usia 13-15 Tahun Anak usia 13-15 tahun sedang mengalami masa pertumbuhan dalam hal iman. Keluarga maupun Gereja bertugas mendampingi anak anak agar semakin mendalami. misteri. keselamatan,. merayakannya. dalam. liturgi. serta. menghayatinya dalam hidup sehari-hari, sampai menjadi anggota Tubuh Kristus yang dewasa (GE 2). Melalui pendampingan seperti itu, anak dituntun untuk berkembang dalam iman sehingga menjadi anggota Gereja yang terlibat bagi pengembangan Tubuh Kristus (Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, 2008: 27-30). Pembinaan iman bagi anak usia 13-15 tahun berperan untuk membantu anak mengenal, merayakan, dan mengkontemplasikan misteri Kristus, serta menyesuaikan hidupnya dengan Kristus. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan empat unsur penting: Pertama, pengetahuan. Pembinaan membantu orang agar semakin mendalam dalam mengenal Kristus serta rencana penyelamatan Allah..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. Secara bertahap, anak usia 13-15 tahun perlu dituntun untuk berani memahami pokok-pokok iman Gereja, serta berani mempertanggungjawabkan imannya dalam pergaulan dengan orang lain, sehingga mereka tahu apa yang mereka percaya (2 Tim 1:12). Dalam hal ini penting sekali membiasakan anak anak untuk membaca Kitab Suci bersama dalam keluarga sehingga anak akrab dengan Kitab Suci dan Tradisi iman Gereja. Kedua, doa dan liturgi. Melalui pembinaan doa dan liturgi, anak usia 13-15 tahun terbantu untuk menghayati persekutuan dengan Kristus dengan sikap syukur atas karya Allah lewat Kristus. Ungkapan syukur ini dinyatakan dalam liturgi. Dengan demikian, orangtua perlu membimbing anak anaknya untuk terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi serta menghayati perayaan Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Mereka juga perlu diantar untuk menggali semangat Ekaristi menuju ke devosi ekaristis, terutama melalui adorasi pada Sakramen Mahakudus (LG 11). Ketiga, moral. Sejak awal anak usia 13-15 tahun diantar kepada kaidah-kaidah hidup Kristiani serta belajar mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara khusus, anak perlu dibimbing mengembangkan hati nuraninya (GE 1), sehingga mampu memilih mana yang baik dan mana yang jahat, serta mampu bertindak atas pilihan itu. Mereka perlu merasakan kerahiman Allah yang mengampuni orang-orang berdosa. Keempat, keterlibatan dalam hidup umat. anak perlu sejak awal merasakan bahwa mereka merupakan bagian dari umat. Iman mereka merupakan bagian dari seluruh umat beriman. Mereka mengalami bahwa mereka bukan.

Gambar

Tabel 1. Penilaian
Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner
Tabel 3. Skala Sikap Kuesioner
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Terhadap hasil hutan yang masuk di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib dilakukan pemeriksaan, pengukuran dan pengujian fisik hasil hutan untuk

Dengan bukti dari percobaan ini Lavoisier merumuskan suatu hukum dasar kimia yaitu Hukum Kekekalan Massa yang menyatakan bahwa jumlah massa zat sebelum dan sesudah rekasi

Penilaian tingkat kelayakan bahan ajar PLC didapatkan hasil penilaian guru pengampu sebesar 9,44 dengan kategori baik dan layak digunakan dalam pembelajaran,

Perobahan itu menurutnya adalah hasil dari meminjam alat-alat elaborasi (teori sosial) yang dimiliki oleh ilmuan di luar Islam. Dari sini muncullah

Penelitian ini dimulai dengan sintesis konjugat 198 AuNp- PAMAM G4-nimotuzumab dan kemudian dilakukan uji klirens serta analisa hasil urin dan feses tikus yang telah

penerapan model Siklus Belajar 5E dianggap sangat tepat untuk menggiring siswa terlibat aktif serta menumbuhkan antusiasme siswa dalam belajar sehingga siswa

Persepsi masyarakat terhadap kawasan hutan (SPUC Borisallo) cukup baik dimana mereka menyadari bahwa lahan yang mereka garap adalah milik negara serta adanya upaya-upaya