• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Intention dan Determinan-determinannya Untuk Datang Tepat Waktu pada Siswa SMAN "X" Bandung yang Datang Terlambat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Intention dan Determinan-determinannya Untuk Datang Tepat Waktu pada Siswa SMAN "X" Bandung yang Datang Terlambat."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinan-determinannya untuk datang tepat waktu pada siswa yang datang terlambat di SMAN “X” Bandung ditinjau dari teori planned behavior.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Variabel penelitian ini adalah intention dan determinan-determinannya. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di SMAN “X” Bandung terhadap siswa yang datang terlambat minimal 3 kali dalam 1 minggu. Jumlah responden sebanyak 40 siswa. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner intention dan determinan-determiannya yang disusun oleh Icek Ajzen (2005) dan diadaptasi oleh peneliti yang mengacu pada teori planned behavior sebanyak 16 item. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh 16 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,438-0,862, dan reliabilitas sebesar 0,8696. Hasil pembahasan menggunakan teknik multiple regression dan teknik korelasi Pearson.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa 52,5% siswa yang datang terlambat di SMAN “X” Bandung memiliki intention yang lemah dalam melakukan usaha untuk datang tepat waktu. Dari hasil penelitian juga diketahui determinan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap intention datang tepat waktu pada siswa SMAN “X” Bandung adalah attitude toward behavior sebesar 0,528. Determinan yang memberikan pengaruh paling kecil terhadap intention adalah perceived behavioral control sebesar 0,100. Korelasi antar determinan yang paling besar adalah korelasi antara attitude toward behavior dan perceived behavioral control sebesar 0,553. Korelasi yang paling kecil adalah antara perceived behavioral control dan subjective norms sebesar 0,428.

(2)

Lembar Judul ... Lembar Pengesahan...

Abstrak... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... vi

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 6

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 6

1.4Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5Kerangka Pemikiran... 8

1.6Asumsi ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Planned Behavior ... 17

2.1.1 Pengertian Planned Behavior... 17

2.1.2 Intention ... 18

2.1.3 Attitudes Toward The Behavior ... 19

2.1.4 Subjective Norms... 21

2.1.5 Perceived Behavioral Control ... 22

2.1.6 Pengaruh Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention... 23

2.1.7 Hubungan Antar Determinan-Determinan Intention ... 24

2.1.8 Background Factors... 25

2.1.9 Ketidaksesuaian Antara Intention dengan Perilaku ... 27

(3)

2.2.1 Tahap Perkembangan Remaja... 31

2.2.2 Perkembangan Kognitif Remaja ... 31

2.2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 36

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

3.2.1 Variabel Penelitian ... 36

3.2.2 Definisi Operasional... 37

3.3Alat Ukur... 37

3.3.1Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya... 37

3.3.2Prosedur Pengisian...38

3.3.3Sistem Penilaian ... 38

3.3.4Data Pribadi dan Data Penunjang ... 39

3.4Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 40

3.4.1Validitas Alat Ukur ... 40

3.4.2Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3.5Populasi Penelitian ... 42

3.5.1 Teknik Sampling ... 42

3.5.2 Populasi Sasaran Penelitian...42

3.5.3 Karakteristik Populasi ... 42

3.5.4 Teknik Analisa ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian... 44

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Kelas... 45

(4)

Untuk Datang Tepat Waktu ... 50

4.2.3 Korelasi Antara Determinan-Determinan Dalam Intention ... 50

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 61

DAFTAR RUJUKAN ... 63

(5)

Tabel 3.3.1. Item Alat Ukur

Tabel 4.1.1. Gambaran Jenis Kelamin Tabel 4.1.2. Gambaran Kelas

Tabel 4.2.1.1. Gambaran Hasil Penelitian Intention

Tabel 4.2.1.2. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Attitude Toward Behavior dalam Intention

Tabel 4.2.1.3. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Subjective Norms Dalam Intention

Tabel 4.2.1.4. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Perceived Behavioral Control dalam Intention

Tabel 4.2.1.5. Tabulasi silang antara Intention dan Attitude toward the behavior Tabel 4.2.1.6. Tabulasi silang antara Intention dan Subjective Norms

Tabel 4.2.1.7. Tabulasi silang antara Intention dan Perceived Behavioral Control Tabel 4.2.2. Kontribusi Determinan-Determinan Intention Terhadap

Intention Untuk Datang Tepat Waktu

Tabel 4.2.3. Korelasi antara determinan-determinan dalam intention

Tabel 6.1. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Subjective Norms Tabel 6.2. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Perceived

Behavioral Control

Tabel 6.3. Crosstabs Subjective Norms dengan Perceived Behavioral Control Tabel 7.1. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior Dengan Suasana

Hati

Tabel 8.1. Crosstabulation Subjective Norms dengan Figur signifikan

Tabel 9.1. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Hambatan Yang Dirasakan

Tabel 9.3. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Pendukung yang dirasakan

(6)
(7)

Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior Lampiran 2. Data Penunjang

Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4. Karakteristik Responden

Lampiran 5. Hasil Data Mentah

Lampiran 6. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior, Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control

Lampiran 7 Crosstabulation Attitude Toward The Behavior dengan Data Penunjang

Lampiran 8. Crosstabulation Subjective Norms dengan Data Penunjang

Lampiran 9. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Data Penunjang

(8)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, salah satu syarat kelulusan yang harus dipenuhi adalah menyusun skripsi. Adapun judul skripsi ini adalah Studi Deskriptif Mengenai Intention dan Determinan-Determinannya Untuk datang Tepat waktu Pada Siswa SMAN ”X” Bandung Yang Datang Terlambat.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka saudara dimohon kesediannya untuk meluangkan waktu menisi kuesioner ini. Data yang akan diperoleh nantinya akan dipergunakan untuk penelitian ini.

Saudara diharapkan untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Identitas dan kerahasiaan jawaban saudara akan dijaga.

Atas kesediaan dan bantuannya kami ucapkan terima kasih.

(9)

1. Bagi saya, datang tepat waktu ke sekolah merupakan hal yang …. Sulit : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Mudah

2. Orang tua saya berpikir bahwa….

Saya tidak harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya harus datang tepat waktu ke sekolah

3. Bagi saya, datang tepat waktu ke sekolah merupakan hal yang …. Buruk : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Baik

4. Saya berencana untuk datang tepat waktu ke sekolah .... Kurang sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Sesuai

dengan diri saya

5. Saya sendiri yang memutuskan untuk datang atau tidak datang tepat waktu ke sekolah...

Tidak setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Setuju

6. Sebagian besar teman saya berpikir bahwa...

Saya tidak harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya harus datang tepat waktu ke sekolah

7. Bagi saya, datang tepat waktu ke sekolah merupakan hal yang ... Tidak penting : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Penting

8. Saya …

Tidak akan mencoba : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Akan mencoba untuk datang tepat waktu ke sekolah

(10)

10.Guru - guru di sekolah saya berpikiran…

Saya tidak harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya harus datang tepat waktu ke sekolah

11.Bagi saya, melakukan usaha untuk datang tepat waktu merupakan hal yang … Tidak menyenangkan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Menyenangkan

12.Saya …

Tidak akan berusaha : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Akan berusaha untuk datang tepat waktu

13.Bagi saya, datang tepat waktu ke sekolah merupakan hal yang…. Tidak mungkin: 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Mungkin

14.Menurut saya, sahabat/teman dekat saya akan menyetujui usaha saya untuk datang tepat waktu ke sekolah....

Tidak setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Setuju

15.Bagi saya, datang tepat waktu ke sekolah …

Menyulitkan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Menarik

(11)

DATA PENUNJANG

Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan di bawah ini kemudian anda

diminta untuk menuliskan jawaban anda pada tempat yang telah tersedia. Isilah

pertanyaan ini dengan lengkap dan jelas.

1. Menurut Anda, faktor apakah yang dapat menghambat anda untuk datang

tepat waktu ke sekolah?

...

2. Apa yang anda rasakan ketika anda datang terlambat ke sekolah?

...

3. Menurut anda siapakah orang yang paling berpengaruh bagi anda untuk

datang tepat waktu?

...

4. Menurut anda, faktor apakah yang mendukung anda untuk datang tepat

waktu?

(12)

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

INTENTION DAN DETERMINAN-DETERMINANNYA

A. Validitas Intention

No Item Koefisien Keterangan 4 0,762 Diterima 8 0,781 Diterima 12 0,858 Diterima 16 0,862 Diterima

B. Validitas Attitude Toward the Behavior

No Item Koefisien Keterangan 3 0,544 Diterima 7 0,842 Diterima 11 0,805 Diterima 15 0,798 Diterima

C. Validitas Subjective Norms

(13)

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Subjek Usia Kelas JK

1 17 th XII IPA 5 P

2 17 th XII IPS 1 P

3 17 th XII IPS 1 L

4 17 th XII IPS 1 L

5 17 th XII IPS 1 L

6 17 th XII IPS 1 P

7 18 th XII IPS 1 L

8 18 th XII IPS 2 P

9 17 th XII IPS 2 L

10 17 th XII IPS 2 P

11 19 th XII IPS 2 L

12 17 th XII IPS 2 L

13 17 th XII IPS 2 L

14 17 th XII IPS 2 L

15 16 th XI IPA 5 P

16 16 th XI IPA 5 L

17 17 th XII IPA 5 L

18 16 th XI IPA 4 P

19 17 th XI IPA 4 L

(14)

HASIL JAWABAN DATA PRIMER

RESPONDEN

(15)

CROSSTABULATION ATTITUDE TOWARD THE BEHAVIOR,

SUBJECTIVE NORMS DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL

Tabel 6.1. Crosstabs Attitude Toward the Behavior dengan Subjective Norms

Subjective norms

Tabel 6.2. Crosstabs Attitude Toward the Behavior dengan Perceived

(16)

CROSSTABULATION ATTITUDE TOWARD THE BEHAVIOR DENGAN

DATA PENUNJANG

Tabel 7.1. Crosstabulation Attitude Toward the Behavior (ATB) dengan Perasaan Yang Dirasakan Siswa ketika Datang Terlambat

Perasaan yang dirasakan ketika datang

terlambat

Total ATB

Bersalah Biasa saja

16 4 20

Positif

80% 20% 100%

9 11 20

Negatif

45% 55% 100%

Total 25 15 30

(17)

CROSSTABULATION SUBJECTIVE NORMS DENGAN DATA PENUNJANG

Tabel 8.1. Crosstabulation Subjective Norms (SN) dengan Orang-orang yang

Dapat Memotivasi Untuk Datang Tepat Waktu

Orang-orang yang Dapat Memotivasi Untuk Datang Tepat Waktu

SN

Orang tua Teman Guru Sahabat

Total

16 3 2 21

Positif

76,2% 14,3% 9,5% 100%

11 2 4 2 19

Negatif

57,9% 10,5% 21,1% 10,5% 100%

(18)

CROSSTABULATION PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN DATA PENUNJANG

Tabel 9.1. Crosstabulation Perceived Behavioral Control (PBC) dengan Faktor

Penghambat untuk Datang Tepat Waktu

Faktor Penghambat Datang Tepat Waktu Total PBC

Tabel 9.2. Crosstabulation Perceived Behavioral Control (PBC) dengan Faktor

Pendukung Untuk Datang Tepat Waktu

(19)

CROSSTABULATION INTENTION DENGAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN

Tabel 10.1. Crosstabulation Intention Dengan Jenis Kelamin

Intention

Tabel 10.2. Crosstabulation Intention Dengan Usia dan Kelas

(20)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki ambang millenium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

teknologi, politik, ekonomi, dan pendidikan sebagai dampak dari globalisasi. Menghadapi arus dari perubahan yang cepat itu, masyarakat harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang akan selalu terjadi. Salah satu

bentuk penyesuaian yang harus dilakukan adalah mempersiapkan masyarakat unggul, memiliki berbagai macam kemampuan yang dapat diandalkan, menggali

dan mengembangkan potensi masyarakat agar dapat bertahan serta tetap eksis di kehidupannya, berhasil meningkatkan martabat bangsa di dunia internasional.

Salah satu cara mempersiapkan sumberdaya yang unggul adalah melalui

jalur pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan serta hasil dari pendidikan tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menentukan keberhasilan suatu

bangsa di masa yang akan datang. Pemerintah sebagai fasilitator pendidikan juga selalu berupaya untuk terus meningkatkan kualitas dan mutu masyarakatnya. Untuk itu, pada tahun 2004 pemerintah mencanangkan kurikulum baru, yakni

kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia (www.kompas.com thn 2004).

Namun, untuk meningkatkan kualitas sumberdaya ternyata tidak cukup bila hanya ditekankan pada kemampuan intelektual saja, tetapi juga harus diselaraskan dengan perkembangan emosional/mental yang cukup baik, misalnya

rasa tanggung jawab, loyalitas, daya juang (Pikiran Rakyat,September 2004).

(21)

Pemikiran itu pula yang melandasi penyusunan tujuan dan peraturan yang dijalankan oleh salah satu SMAN di Bandung. Menurut Ibu Yenny, salah satu

staf pengajar di SMAN “X” Bandung, sekolahnya memiliki tujuan untuk dapat menghasilkan Output yang sebanding dengan Input. Maksudnya, sekolah

mengharapkan siswa – siswanya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Sumberdaya siswa di SMAN “X” Bandung, merupakan siswa – siswa yang memiliki prestasi baik pasa masa SMP, mengingat SMAN “X”

Bandung selalu termasuk dalam 5 besar sekolah favorit di kota Bandung (Passing grade SMAN Bandung 2006).

Selain itu, menurut Ibu Yenny SMAN “X” Bandung berpegang pada

prinsip bahwa hasil kelulusannya tidak hanya berupa kuantitas saja. Pihak sekolah mengharapkan siswanya lulus tidak hanya dengan prestasi yang baik, tetapi juga

disertai dengan sikap yang baik pula. Namun ternyata tidak mudah untuk mencapai suatu tujuan tersebut, sekalipun dengan keberadaan siswa – siswa yang berkualitas baik dari segi potensi kecerdasan.

Banyak hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMAN “X” Bandung, mempengaruhi pencapaian tujuan tersebut, salah satunya

adalah kurangnya kedisiplinan pada diri siswa. Sering terjadi pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa setiap hari. Selain itu, tindakan pelanggaran tersebut juga mempengaruhi usaha untuk mencapai tujuan sekolah

dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, cenderung terlambat masuk kelas, menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan standar PSAS, tidak mencapai

(22)

Menurut Ibu Yenny, pelanggaran paling mencolok dan selalu terjadi setiap hari adalah tingginya angka keterlambatan sekolah (kurang lebih 10% setiap hari). Peraturan di sekolah ini adalah siswa diharuskan hadir di kelas sebelum bel tanda masuk berbunyi pada pukul 06.45. Siswa yang terlambat 5 menit pertama, tidak diperkenankan mengikuti pembacaan doa dan Al Quran bersama. Siswa yang terlambat kurang dari 15 menit setelah bel berbunyi tidak diperkenankan mengikuti mata pelajaran pada jam pertama. Sedangkan siswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti keseluruhan kegiatan pembelajaran pada hari itu atau dipulangkan. Sanksi tersebut diberikan semata-mata untuk melatih kedisiplinan para siswa, mengingat (menurut para guru BP) kedisiplinan merupakan faktor penunjang bagi keberhasilan seseorang.

Telah disebutkan diatas, siswa yang datang terlambat ke sekolah dengan sendirinya akan terlambat pula mengikuti pelajaran di kelas. Situasi tersebut secara tidak langsung membawa pengaruh terhadap kelancaran kegiatan pembelajaran. Diantaranya konsentrasi guru dan siswa yang sedang belajar di dalam kelas akan terganggu. Siswa yang datang terlambat pun tidak menerima materi pelajaran saat itu secara utuh.

Berdasarkan data yang ada pada buku catatan piket harian, rata - rata 15 orang siswa yang terlambat setiap harinya. Bahkan ada beberapa hari yang jumlah siswa yang terlambatnya mencapai lebih dari 30 orang. Menurut salah satu guru

piket, pelanggaran tersebut menjadi permasalahan khusus yang harus diselesaikan oleh sekolah. Siswa yang sering terlambat datang ke sekolah ternyata relatif

(23)

diantaranya adalah dengan cara memberikan konseling pada siswa yang bersangkutan serta memanggil orang tuanya. Siswa yang termasuk dalam

karakteristik datang terlambat juga akan mendapatkan nilai kurang baik pada penilaian aspek kerajinan di buku rapor. Dari data piket tahunan, terdapat sekitar

50 siswa yang masuk dalam karakteristik siswa yang sering terlambat minimal 3 kali dalam satu minggu. Upaya yang telah dilakukan pihak sekolah, sejauh ini belum memperlihatkan perubahan yang berarti, atau kalaupun terlihat ada

perubahan perilaku, namun sebagian besar hanya bersifat sementara, yang dalam jangka waktu beberapa bulan kemudian, sekitar 80% sisa akan kembali melakukan kebiasaan semula, yaitu terlambat untuk datang ke sekolah.

Dari hasil wawancara dengan guru BP dan siswa yang sering terlambat datang, diketahui beberapa penyebab keterlambatan, yaitu 80% siswa mengatakan

terjebak kemacetan lalu lintas, 15% siswa mengatakan terlambat bangun pagi, dan 5% mengatakan tidak menyukai guru yang mengajar jam pertama. Menurut Bapak Toto, koordinator BP SMAN “X” Bandung, sebagian besar siswa yang

sering terlambat justru adalah siswa yang menggunakan kendaraan pribadi atau bertempat tinggal dekat dengan lokasi SMAN “X” Bandung. Menurut peneliti

fenomena tersebut menunjukkan kurang adanya niat siswa SMAN “X” Bandung untuk datang ke sekolah secara tepat waktu.

Perilaku siswa untuk dapat atau tidak dapat datang tepat waktu ke sekolah

didasari oleh adanya niat yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Icek ajzen (2005), mencetuskan teori Planned Behavior, yang menyatakan perilaku setiap

(24)

maka kecenderungan untuk memunculkan perilaku datang tepat waktu ke sekolah juga akan semakin kuat. Begitu juga sebaliknya, semakin lemah intention

seseorang untuk datang tepat waktu ke sekolah, maka kecenderungannya untuk datang tepat waktu juga akan semakin lemah. Intention dipengaruhi oleh tiga

determinan, yaitu sikap yang dimiliki seseorang mengenai perilku tersebut

(Attitude toward behavior), persepsi yang dimiliki seseorang mengenai tuntutan

seseorang mengenai orang yang penting baginya (subjective norm), dan persepsi

seseorang mengenai mudah atau sulitnya untuk melakukan perilaku tersebut

(perceived behavioral control).

Dari hasil wawancara yang dilakukan secara acak kepada 20 siswa SMAN

“X” Bandung yang datang terlambat, didapatkan hasil bahwa 40% mengatakan bahwa sebenarnya mereka ingin datang tepat waktu ke sekolah (intention), tetapi

merasa malas, karena waktu tidurnya harus terpotong untuk bangun pagi (attitude

toward behavior). Sebanyak 45% siswa mengatakan bahwa mereka ingin datang

tepat waktu ke sekolah (intention) tetapi mereka sering terjebak kemacetan lalu

lintas sehingga mereka sering datang terlambat (perceived behavioral control). 15% siswa mengatakan bahwa mereka tidak terlalu mementingkan untuk datang

tepat waktu ke sekolah, karena orang tua tidak pernah mendorong mereka untuk selalu datang tepat waktu ke sekolah (subjective norm).

Dari pemaparan di atas peneliti menemukan terdapat variasi antara

determinan yang mempengaruhi siswa untuk datang tepat waktu di sekolah. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai intention dan

(25)

SMAN “X” Bandung yang sering datang terlambat (min 3kali dalam 1 minggu), ditinjau dari teori Planned Behaviour.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah gambaran mengenai kontribusi determinan-determinannya terhadap intention serta korelasi antar determinan-determinannya untuk datang tepat waktu pada siswa SMAN “X” Bandung yang datang terlambat

ditinjau dari teori Planned Behaviour.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

intention dan determinan-determinannya yang dimiliki siswa untuk dapat

datang tepat waktu ke sekolah, ditinjau dari teori Planned Behavior.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kontribusi determinan-determinannya terhadap intention dan korelasi antar

determinan-determinannya yang dimiliki siswa untuk datang di sekolah tepat waktu pada siswa SMAN “X” Bandung, ditinjau dari teori Planned

Behavior.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

Menambah wawasan teoretik mengenai teori Planned Behavior, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan.

(26)

Menambah informasi bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut

mengenai intention dan determinan-determinannya yang dimiliki siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah bila ditinjau dari teori Planned

Behavior.

Memberikan informasi kepada guru BP serta praktisi pendidikan mengenai intention dan determinan-determinannya yang dimiliki siswa untuk datang tepat waktu di sekolah pada siswa SMAN “X” Bandung

(ditinjau dari teori planned behavior).

Memberikan informasi kepada orang tua siswa mengenai intention dan

determinan-determinannya yang dimiliki siswa untuk datang tepat waktu (ditinjau dari teori planned behavior), khususnya bagi orangtua

yang anaknya bersekolah di SMAN “X” Bandung, dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dalam kegiatan belajar.

Memberikan informasi kepada siswa SMAN “X” Bandung mengenai

intention dan determinan-determinannya untuk datang tepat waktu

yang ditinjau dari teori Planned Behavior.

1.5 Kerangka Pikir

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Siswa SMA yang berusia antara 16-18 tahun, digolongkan kedalam kelompok

middle adolescence. Pada masa ini, siswa akan mengalami berbagai perubahan

(27)

menjadi hal yang paling berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan relasi sosial siswa (E.Hurlock).

Perubahan kognisi berkaitan erat dengan kemampuan berpikir, karena cara berpikir siswa SMA akan cenderung lebih baik bila dibandingkan dengan

anak-anak. Misalnya, siswa SMA akan berpikir lebih baik mengenai sesuatu yang mungkin akan terjadi, siswa mampu untuk berpikir mengenai hal-hal yang bersifat abstrak, sehingga pola berpikir siswa akan menjadi lebih kompleks

karena dapat melihat suatu masalah dari berbagai aspek / multidimensional (Piaget, 1970). Sebagai seorang remaja, siswa SMA memiliki tugas perkembangan yang mereka lewati. Tugas tersebut diantaranya adalah

emotional indepenence dari orangtua dan orang dewasa lain, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep yang perlu bagi kehidupan dalam masyarakat,

memperlihatkan tingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial (Havighurst).

Tugas perkembangan yang harus dijalani oleh siswa SMA akan

mempengaruhi mereka alam menentukan sikap terhadap sesuatu hal yang merupakan kewajiban serta tanggung jawab dalam masyarakat. Siswa SMA

lebih dapat memilih untuk melakukan perilaku yang sesuai dengan keinginannya.

Sekolah sebagai salah satu lembaga yang turut membentuk kualitas

masyarakat Indonesia, memiliki keinginan untuk terus menghasilkan sumberdaya yang potensial dan tangguh. Oleh karena itu, setiap sekolah

(28)

yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, diantaranya adalah memberlakukan tata tertib siswa. Peraturan tersebut mengatur sikap dan perilaku masing –

masing siswa ketika berada di lingkungan sekolah (Buku Tata Tertib Siswa, 2002)

Namun, usaha untuk mencapai tujuan dan visi misi sekolah tidak bisa dicapai secara optimal apabila tidak ada dukungan dari masing-masing siswa. Sebagai salah satu pelaku utama dalam kegiatan belajar mengajar, siswa

diharapkan dapat bekerjasama untuk dapat melaksanakan peraturan yang telah diberlakukan. Sebagai individu, siswa juga mempunyai pilihan untuk dapat mengikuti atau tidak mengikuti tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Begitu juga dengan pilihan bagi siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah. Hal itu dikarenakan setiap siswa memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam

menentukan pilihannya untuk berperilaku.

Menurut Icek Ajzen (2005) dalam teori Planned Behavior, individu berperilaku berdasarkan akal sehat dan selalu mempertimbangkan dampak dari

perilaku tersebut. Hal ini membuat seseorang beminat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Dalam teori ini, niat seseorang untuk melakukan

perilaku disebut intention. Intention adalah suatu keputusan untuk mengarahkan usaha untuk menampilkan suatu perilaku. Ada tiga determinan yang mengarahkan

intention, yaitu Attitude toward behavior (suatu sikap favorable atau unfavorable

yang dimiliki individu terhadap suatu perilaku tertentu), Subjective norm (suatu persepsi yang dimiliki individu mengenai tuntutan sosial dari figur significant

(29)

Ketiga determinan di atas menghasilkan hubungan sebagai berikut : Pertama, Attitude toward behavior terbentuk didasari oleh Behavioral belief, yaitu

belief mengenai adanya kemungkinan konsekuensi atau akibat dari suatu

perilaku, di dalamnya juga terdapat outcome evaluation yaitu hasil evaluasi

subyek terhadap konsekuensi dari perilaku yang ditampilkan di lapangan. Interaksi keduanya akan menimbulkan suatu sikap yang favorable dan

unfavorable terhadap perilaku tersebut (Attitude toward behavior). Sikap yang

dimiliki akan mempengaruhi kuat lemahnya Intenttion seseorang untuk melakukan perilaku tersebut.

Apabila siswa berkeyakinan bahwa datang tepat waktu ke sekolah

memiliki konsekuensi positif seperti: tidak mendapatkan teguran atau hukuman dari guru serta mendapatkan materi pelajaran seutuhnya, maka siswa akan

memiliki sikap yang positif terhadap perilaku datang tepat waktu ke sekolah (Attitude toward behavior). Hal itu membuat niat siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah akan menjadi kuat (Intention). Apabila siswa berkeyakinan bahwa

datang tepat waktu ke sekolah memiliki konsekuensi negatif seperti: harus berangkat lebih pagi dari rumah agar terhindar dari macet, otomatis siswa juga

harus bangun lebih pagi lagi, maka siswa akan memiliki sikap yang negatif terhadap perilaku datang tepat waktu ke sekolah. Hal itu membuat niat mereka untuk datang tepat waktu ke sekolah akan menjadi lemah.

Kedua, Subjective norm terbentuk didasari oleh Normative belief yaitu

belief mengenai harapan normatif dari orang lain yang significant baginya,

(30)

keduanya akan menghasilkan suatu persepsi mengenai tuntutan sosial terhadap dirinya (Subjective norm). Persepsi tersebut akan mempengaruhi Intention

seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.

Apabila siswa berkeyakinan bahwa orangtua, guru, sahabat, dan teman

sekelasnya mengharapkan siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah, maka siswa akan memiliki persepsi bahwa orangtua, guru, sahabat, dan teman sekelas menuntutnya untuk datang tepat waktu ke sekolah (Subjective norm). Hal itu akan

membuat niat siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah akan semakin kuat (Intention). Apabila siswa berkeyakinan bahwa orangtua, guru, sahabat, dan teman sekelasnya tidak mengharapkan siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah,

maka siswa akan memiliki persepsi bahwa orangtua, guru, sahabat, dan teman sekelas tidak menuntutnya untuk datang tepat waktu ke sekolah (Subjective

norm). Sehingga niat siswa untuk datang tepat waktu ke sekolahakan semakin

lemah (Intention).

Ketiga, Perceived behavioral control dihasilkan oleh control belief,

yaitu belief mengenai ada atau tidakya faktor-faktor yang mendukung atau menghambat munculnya suatu perilaku tertentu, serta power of control factor

yaitu seberapa kuat potensi faktor tersebut sebagai sesuatu yang dapat mendukung atau menghambat munculnya suatu perilaku tertentu. Interaksi keduanya akan menghasilkan persepsi dalam diri subyek mengenai mampu atau

tidaknya subyek dalam memunculkan suatu perilaku tertentu dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mendukung atau menghambat tersebut

(31)

Apabila siswa meyakini bahwa ada berbagai faktor yang dapat mempermudah untuk datang tepat waktu ke sekolah, seperti tersedianya

kendaraan atau jarak rumah yang dekat, maka siswa akan memiliki persepsi bahwa datang tepat waktu ke sekolah mudah untuk dilakukan (Perceived

behavioral control). Hal itu membuat niat siswa unuk dapat datang tepat waktu ke

sekolah akan menjadi kuat (Intention). Apabila siswa meyakini bahwa ada berbagai faktor yang dapat mempersulit untuk datang tepat waktu ke sekolah,

seperti kurangnya waktu tidur serta sulitnya bangun pagi, maka siswa akan memiliki persepsi bahwa datan tepat waktu ke sekolah sulit untuk dilakukan (Perceived behavioral control). Hal itu membuat niat siswa unuk dapat datang

tepat waktu ke sekolah akan menjadi lemah (Intention).

Interaksi antara attitude toward behavior, subjective norm dan perceived

behavioral control tersebut akan mempengaruhi kuat atau lemahnya intention

seseorang yang merupakan indikasi seberapa besar niat seseorang dalam menampilkan suatu perilaku tertentu. Apabila attitude toward behavior, subjective

norm dan perceived behavior control siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah

seluruhnya positif, maka intention seseorang dalam memunculkan perilaku datang

tepat waktu akan semakin kuat. Sebaliknya bila attitude toward behavior,

subjective norm dan perceived behavior control seluruhnya negatif, maka

intention seseorang dalam memunculkan prilaku datang tepat waktu ke sekolah

akan semakin lemah.

Berbeda halnya bila terdapat variasi pada ketiga determinan tersebut

(dimana tidak seluruhnya positif atau negatif). Berdasarkan teori planned

(32)

intention tersebut bernilai positif terhadap intention untuk datang tepat waktu, namun belum tentu intention siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah

semakin kuat. Hal ini disebabkan intention siswa ditentukan bukan berdasarkan jumlah determinan yang positif terhadap perilaku datang ke sekolah tepat

waktu, melainkan seberapa besar pengaruh masing-masing determinan (baik yang positif maupun negatif) yang mempengaruhi intention siswa dalam perilaku datang tepat waktu ke sekolah.

Terdapat kemungkinan, dua determinan yang berpengaruh terhadap

intention tersebut positif terhadap perilaku untuk datang ke sekolah tepat waktu,

namun intention akhir yang terbentuk justru negatif. Hal ini dapat terjadi bila

determinan yang tersisa negatif, namun paling berpengaruh bagi intention siswa

untuk datang tepat waktu ke sekolah. Begitu pula halnya bila sebagian besar

determinan – determinan yang berpengaruh terhadap intention tersebut negatif,

intention yang terbentuk dalam diri siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah

bisa saja positif.

Attitude toward behavior, Subjective norm, Perceived behavioral control

juga saling berhubungan satu sama lain. Apabila terdapat hubungan yang erat

antara Subjective norm dan Attitude toward behavior, maka siswa yang memiliki persepsi bahwa orangtua, guru, sahabat, dan teman sekelas untuk datang tepat waktu ke sekolah juga akan memiliki sikap yang favorable untuk

datang tepat waktu ke sekolah. Begitu juga sebaliknya, apabila siswa mempersepsi bahwa orang tua, guru, teman, dan sahabat menuntut mereka

untuk datang tepat waktu, maka siswa akan menyukai atau memiliki sikap yang

(33)

Apabila terdapat hubungan yang erat antara Perceived behavioral

control dan Attitude toward behavior, maka siswa yang memiliki persepsi

bahwa datang tepat waktu ke sekolah mudah untuk dilakukan juga akan memiliki sikap yang favorable seperti menyukai untuk datang tepat waktu ke

sekolah. Begitu juga sebaliknya, apabila siswa memiliki sikap yang favorable, maka siswa akan mempersepsi bahwa datang tepat waktu mudah untuk dilakukan.

Apabila terdapat hubungan yang erat antara subjective norm dan perceived behavioral control, maka siswa yang memiliki persepsi bahwa orang tua, guru, sahabat, dan teman sekelas menuntut mereka untuk datang tepat

waktu ke sekolah akan memiliki persepsi bahwa datang tepat waktu ke sekolah mudah untuk dilakukan. Begitu juga sebaliknya, apabila siswa memiliki

persepsi bahwa datang tepat waktu mudah untuk dilakukan, maka juga akan memiliki persepsi bahwa orang tua, guru, teman, dan sahabat menuntut siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah.

Interaksi dari ketiga determinan akan ikut mempengaruhi kuat lemahnya

(34)

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, terdapat asumsi bahwa :

Attitude toward behavior, Subjective norm, Perceived Behavioral

control yang positif akan membentuk intention yang kuat dalam diri siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah.

(35)

Siswa SMAN

“X” Bandung Yang datang

terlambat

Intention Datang tepat waktu ke sekolah Attitude toward the

behavior

Subjective norms

Perceived behavioral control

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai intention dan determinan-determinannya untuk datang tepat waktu terhadap 40 siswa SMAN “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Siswa SMAN “X” Bandung lebih banyak yang memiliki intention yang lemah untuk datang tepat waktu ke sekolah.

2. Determinan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap intention siswa dibandingkan dengan ketiga determinan untuk datang tepat waktu ke sekolah adalah attitude toward the behavior. Siswa yang memiliki attitude toward the behavior yang positif berarti memiliki sikap yang favorable untuk datang tepat waktu ke sekolah. Sikap yang favorable ini yang paling besar pengaruhnya terhadap keputusan untuk mengerahkan usaha yang dimiliki siswa untuk datang tepat waktu ke sekolah.

3. Determinan yang memberikan pengaruh kedua paling besar diantara ketiga determinan adalah subjective norms yaitu persepsi mengenai tuntutan dari orang tua, guru, sahabat, dan teman sekelas untuk datang tepat waktu ke sekolah dan kesediaan untuk mengikuti tuntutan tersebut

4. Determinan yang memberikan pengaruh paling kecil adalah. perceived behavioral control, yaitu persepsi siswa terhadap kemampuannya dalam melakukan usaha agar dapat datang tepat waktu ke sekolah.

(37)

5. Attitude toward the behavior, perceived behavioral control dan subjective norms saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan yang paling erat adalah antara attitude toward the behavior dengan perceived behavioral control. Hubungan yang saling mempengaruhi diantara attitude toward the behavior dengan perceived behavioral control juga mempengaruhi kontribusi terhadap intention secara tidak langsung. Artinya walaupun perceived behavioral control memberikan kontribusi yang paling kecil terhadap intention untuk datang tepat waktu, namun perceived behavioral control dapat memberikan kontribusi terhadap intention secara tidak langsung melalui attitude toward the behavior.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1. Bagi penelitian lebih lanjut disarankan untuk dapat menjaring data penunjang yang lebih dalam lagi, berupa faktor yang mempengaruhi determinan - determinan agar dapat membahas masalah dengan lebih komprehensif.

(38)
(39)

Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. England: Open University Press, McGraw-Hill Education.

2006. Constructing a TpB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations.

1991. Organizational of Behavior and Human Decision Processes. University of Massachusetts at Amherst.

Bamberg, Sebastian., Ajzen, Icek., Schimdt, Peter. 2003. Choice of Travel Mode in the Theory of Planned Behavior: The Roles of Past Behavior, Habit, and Reasoned Action. Journal of Basic and Applied Social Psychology, 25. 175-187. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Davis, Larry E. 2002. The decision of African American students to complete high school : An application of the theory of planned behavior. Journal of Educational Psychology. 810-819. American Psychological Association. Inc.

Filla, Stefanie A. 2006. Applying the theory of planned behavior to healthy eating behaviors in urban native American youth. International journal of behavioral nutrition and physical activity. 1-10. America Biomedical Central. Ltd.

Francis, Jillian J., Eccles, Martin P. 2004. Constructing Questionnaires Based On The Theory of Planned Behaviour. A Manual for Health Services Researchers. United Kongdom :Centre for Health Services Research, University of Newcastle.

Guilford, J. P. 1956. Fundanmental Statistics in Psychology and Education. (3rd Ed.). Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Hrubes, D, 2001. Predicting hunting intention and behavior : An application of the theory of planned behavior. 165-178. Amherst : Taylor and Francis. Ltd.

Hurlock, Ellizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (5~' Ed.). Alih Bahasa Erlangga.

(40)

Birmingham : Taylor & Francis. Ltd.

Santrock, John. W., 2002. Life Span Development. Edisi Ketujuh. Jakarta Penerbit Erlangga

Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametric Statistic for Behavioral Sciences. (2nd Ed.). Tokyo Mc. Graw-Hill International Edition.

Sudjana, 1996. Metoda Statistika. Edisi keenam. Bandung : Penerbit Tarsito.

(41)

Sitepu, Nirvana. 1995. Analisis Korelasi. Bandung Unit Pelayanan Statistika. Jurusan Statistika. FMIPA UNPAD.

www.kompas.com

www-unix.oit.umass.edu/%7Eaizen/

Gambar

Tabel 6.1. Crosstabs Attitude Toward the Behavior dengan Subjective Norms
Tabel 7.1. Crosstabulation Attitude Toward the Behavior (ATB) dengan
Tabel 8.1. Crosstabulation Subjective Norms (SN) dengan Orang-orang yang
Tabel 9.1. Crosstabulation Perceived Behavioral Control (PBC) dengan Faktor
+2

Referensi

Dokumen terkait

perlunya pembuatan Penerapan Metode User Centered Design Pada Sistem Akademik MAN 2 Mataram Berbasis. Mobile Android, dibutuhkan

Feubah yang 1-esponsif terhadap industri kerupuk adalah harga hasil produksi dan kelembagaan, untuk industri kerupuk hat-ga hasil produksi agar supaya diting katkan karena

rmFdL rr{.F k$.shtrsr

Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Migrasi di Kabupaten Bogor Tatan

Damrnhli. knttz\) dok KunAt.ri:lik Kinia lotul :ntpotl.d Patlnatut! tfsP) .i Laarc,,tnhjen Kota Padohg !wu!,1khit Jr snn Teknit. L nrkuDsan IlniveNilas ADdalos

Kendala-kendala yang Ditemui Dalam Melakukan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Kejaksaan Negeri Sawahlunto .... Koordinasi Jaksa dengan Perangkat Hukum Lainnya

Karya sastra (baca : novel) adalah pengungkapan dan penghayalan manusia yang paling dalam. Perjalanan hidup di zaman dan tempat di dunia ini, sastra dan masyarakat adalah.. dua

Skripsi dengan judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN