• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu band Kerispatih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu band Kerispatih."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Caesario, Erick. 2013. “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih”. Skripsi Strata 1 (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Dalam tugas akhir ini, dibahas penggunaaan gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih. Ada dua masalah yang dibahas: (1) apa saja jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih? dan (2) bagaimana fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut?

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu Band Kerispatih. Beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang menjadi bahan penelitian penulis adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode simak. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik catat. Teknik tersebut dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap. Data-data yang diperoleh dicatat di kartu Data-data kemudian dianalisis dengan metode agih dan metode padan. Teknik metode agih yang digunakan adalah teknik ganti dan teknik pengontrasan. Metode padan yang digunakan adalah metode padan fonetis dan metode padan ortografis. Teknik metode padan yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu yang berupa daya pilah fonetis dan daya pilah ortografis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat jenis gaya bahasa yang terkandung dalam lirik lagu Band Kerispatih yang diteliti penulis: (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi metafora, perifrasis, antisipasi, personifikasi, dan pleonasme. Gaya bahasa pertentangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi oksimoron, hiperbola, litotes, paradoks, dan inuendo. Gaya bahasa pertautan yang terdapat pada lirik lagu yang diteliti, meliputi sinekdoke pars pro toto, elipsis, dan erotesis. Gaya bahasa perulangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi asonansi, aliterasi, mesodiplosis, dan tautotes.

(2)

ABSTRACT

Caesario, Erick. 2013. "Use of Language in Some Style Band Lyrics Kerispatih". Thesis Strata 1 (S1). Literature Study Program Indonesia, Indonesian Literature Department, Faculty of Letters,

University of Sanata Dharma.

In this thesis, discussed the use of style in a few Band lyrics Kerispatih. There are two issues were addressed: (1) what kind of style of language used in some Kerispatih Band song? and (2) how to function in the language style of the song?

Object of this study is the style of language used in the lyrics of the song Kerispatih Band. Data sources of this study, namely Kerispatih Band song lyrics. Some Kerispatih Band song that became the author of the study is “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Data collection was performed using the method see. The basic technique used is the technique note. The technique followed by freely refer to techniques involved capably. The data obtained are recorded on a data card is then analyzed by the method agih and unified method. Technique is the method used agih techniques change and techniques contrast. Equivalent method is the method of unified phonetic and orthographic unified method. Equivalent method used technique is the technique of sorting the decisive element in the form of aggregated power phonetic and orthographic aggregated power.

Results of this study indicate that there are four types of style that is contained in the lyrics of the song Kerispatih Band authors studied : ( 1 ) stylistic comparisons , ( 2 ) the language style of conflict , ( 3 ) style linkage , and ( 4 ) style iteration . Stylistic comparisons contained in the lyrics of the song are researched , includes metaphors , perifrasis , anticipation , personification , and redundancy . Stylistic contradictions contained in the lyrics of the song are examined , covering an oxymoron , hyperbole , litotes , paradox , and inuendo . Style engagement contained in the lyrics of the song are researched , includes sinekdoke pars pro toto , ellipsis , and erotesis . Looping style of language contained in the lyrics of the song are researched , includes assonance , alliteration , mesodiplosis , and tautotes.

(3)
(4)

i

PENGGUNAAN GAYA BAHASA

DALAM BEBERAPA LIRIK LAGU BAND KERISPATIH

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Erick Caesario

NIM: 064114004

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Motto dan Persembahan

"

Orang yang tidak pernah berbuat salah

adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa

"

(

J.J Roosevelt

)

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah ditulis dalam kutipan dan

daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Oktober 2013

Penulis

(9)

vi

Pernyataan Persetujuan Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Erick Caesario

NIM : 064114004

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma karya ilmiah saya yang berjudul "Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu

Band Kerispatih" beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti

kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebahai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 11 Oktober 2013

Yang menyatakan,

(10)

vii ABSTRAK

Caesario, Erick. 2013. “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih”. Skripsi Strata 1 (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Dalam tugas akhir ini, dibahas penggunaaan gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih. Ada dua masalah yang dibahas: (1) apa saja jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih? dan (2) bagaimana fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut?

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu Band Kerispatih. Beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang menjadi bahan penelitian penulis adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode simak. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik catat. Teknik tersebut dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap. Data-data yang diperoleh dicatat di kartu Data-data kemudian dianalisis dengan metode agih dan metode padan. Teknik metode agih yang digunakan adalah teknik ganti dan teknik pengontrasan. Metode padan yang digunakan adalah metode padan fonetis dan metode padan ortografis. Teknik metode padan yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu yang berupa daya pilah fonetis dan daya pilah ortografis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat jenis gaya bahasa yang terkandung dalam lirik lagu Band Kerispatih yang diteliti penulis: (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi metafora, perifrasis, antisipasi, personifikasi, dan pleonasme. Gaya bahasa pertentangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi oksimoron, hiperbola, litotes, paradoks, dan inuendo. Gaya bahasa pertautan yang terdapat pada lirik lagu yang diteliti, meliputi sinekdoke pars pro toto, elipsis, dan erotesis. Gaya bahasa perulangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi asonansi, aliterasi, mesodiplosis, dan tautotes.

(11)

viii ABSTRACT

Caesario, Erick. 2013. "Use of Language in Some Style Band Lyrics Kerispatih". Thesis Strata 1 (S1). Literature Study Program Indonesia, Indonesian Literature Department, Faculty of Letters,

University of Sanata Dharma.

In this thesis, discussed the use of style in a few Band lyrics Kerispatih. There are two issues were addressed: (1) what kind of style of language used in some Kerispatih Band song? and (2) how to function in the language style of the song?

Object of this study is the style of language used in the lyrics of the song Kerispatih Band. Data sources of this study, namely Kerispatih Band song lyrics. Some Kerispatih Band song that became the author of the study is “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Data collection was performed using the method see. The basic technique used is the technique note. The technique followed by freely refer to techniques involved capably. The data obtained are recorded on a data card is then analyzed by the method agih and unified method. Technique is the method used agih techniques change and techniques contrast. Equivalent method is the method of unified phonetic and orthographic unified method. Equivalent method used technique is the technique of sorting the decisive element in the form of aggregated power phonetic and orthographic aggregated power.

Results of this study indicate that there are four types of style that is contained in the lyrics of the song Kerispatih Band authors studied : ( 1 ) stylistic comparisons , ( 2 ) the language style of conflict , ( 3 ) style linkage , and ( 4 ) style iteration . Stylistic comparisons contained in the lyrics of the song are researched , includes metaphors , perifrasis , anticipation , personification , and redundancy . Stylistic contradictions contained in the lyrics of the song are examined , covering an oxymoron , hyperbole , litotes , paradox , and inuendo . Style engagement contained in the lyrics of the song are researched , includes sinekdoke pars pro toto , ellipsis , and erotesis . Looping style of language contained in the lyrics of the song are researched , includes assonance , alliteration , mesodiplosis , and tautotes.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul "Penggunaan Gaya

Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih" ini dengan baik. Tugas akhir ini disususn

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra (S1) pada Program Studi

Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak dapat terselesaikan tanpa doa,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., selaku dosen pembimbing I yang sejak dari

gagasan awal hingga dalam penyusunan sampai terselesaikannya tugas akhir ini,

selalu dengan sabar membimbing dan memberikan koreksian serta semangat kepada

penulis walaupun penulis harus sangat lama menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku dosen pembimbing II dan Kaprodi Sastra

Indonesia atas segala motivasi, nasihat, dan kritikan yang tiada henti selama proses

penyusunan tugas akhir ini meskipun penulis selalu merepotkan.

3. Dr. P. Ari Subagyo, M. Hum., Dr. Yoseph Yapi Taum, S. E. Peni Adji, S.S. M.

Hum., Drs. B. Rahmanto, M. Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M. Hum., Drs. F. X.

Santosa, M.S., Prof. Dr. I. Dewa Putu Wijana, S.U. M.A., dan dosen lainnya atas

ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama kuliah di Universitas Sanata

Dharma.

4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma yang selalu bersusah

(13)

x

5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas pelayanan yang baik selama

penulis mencari sumber pustaka dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapakku Hieronimus Sulistiadi, ibuku M. M. Sri Wuri Setyawati (Alm.), adikku

Yoanita Caesaria, serta sanak saudara yang selalu memberikan perhatian, dorongan,

semangat, dan doa untuk penulis.

7. Marsela Bayu Prasetyarini tunanganku, yang selalu setia mendampingi dari jauh dan

memberi semangat serta doa kepada penulis agar segera menyelesaikan tugas akhir

ini.

8. Teman-temanku di Lampung, atas segala perhatian dan semangat yang begitu besar

kepada penulis agar segera mendapatkan ijazah S1.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.

Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran dari para

pembaca.

Yogyakarta, 11 Oktober 2013

Penulis

(14)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Hasil Penelitian... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis... 8

1.4.2 Manfaat Praktis... 8

(15)

xii

1.6 Landasan Teori... 10

1.6.1 Gaya Bahasa Perbandingan... 10

1.6.2 Gaya Bahasa Pertentangan... 11

1.6.3 Gaya Bahasa Pertautan... 12

1.6.4 Gaya Bahasa Perulangan... 12

1.7 Metode Penelitian... 15

1.7.1 Jenis Penelitian... 15

1.7.2 Tahap-tahap Penelitian... 16

1.7.3 Metode yang digunakan dalam Setiap Penelitian... 17

1.8 Sistematika Penyajian... 20

BAB II JENIS-JENIS GAYA BAHASA YANG DIGUNAKAN DALAM LIRIK LAGU BAND KERISPATIH 2.1 Pengantar... 21

2.2 Gaya Bahasa Perbandingan... 21

2.2.1 Metafora... 21

2.2.2 Perifrasis... 23

2.2.3 Antisipasi... 24

2.2.4 Personifikasi... 25

2.2.5 Pleonasme... 26

2.3 Gaya Bahasa Pertentangan... 27

2.3.1 Oksimoron... 27

(16)

xiii

2.3.3 Litotes... 29

2.3.4 Paradoks... 30

2.3.5 Inuendo... 30

2.4 Gaya Bahasa Pertautan... 31

2.4.1 Sinekdoke (Pars Pro Toto)... 31

2.4.2 Elipsis... 33

2.4.3 Erotesis... 33

2.5 Gaya Bahasa Perulangan... 34

2.5.1 Asonansi... 34

2.5.2 Aliterasi... 37

2.5.3 Mesodiplosis... 40

2.5.4 Tautotes... 41

BAB III FUNGSI GAYA BAHASA DALAM BEBERAPA LIRIK LAGU BAND KERISPATIH 3.1 Pengantar... 42

3.2 Fungsi Gaya Bahasa Perbandingan... 42

3.2.1 Fungsi Ungkapan... 42

3.2.2 Fungsi Memperbanyak... 43

3.2.3 Fungsi Akibat-sebab... 45

3.2.4 Fungsi Melekatkan Unsur Nyawa... 45

3.2.5 Fungsi Melebih-lebihkan... 46

(17)

xiv

3.3.1 Fungsi Pengontrasan... 47

3.3.2 Fungsi Membesar-besarkan... 48

3.3.3 Fungsi Merendah... 49

3.3.4 Fungsi Ketidakmungkinan... 49

3.3.5 Fungsi Menyindir... 50

3.4 Fungsi Gaya Bahasa Pertautan... 50

3.4.1 Fungsi Menyebut untuk Mengingat... 50

3.4.2 Fungsi Penghematan... 52

3.4.3 Fungsi Refleksi... 53

3.5 Fungsi Gaya Bahasa Perulangan (Fungsi Memperindah)... 53

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 55

4.2 Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA... 58

LAMPIRAN 1... 60

LAMPIRAN 2... 63

BIODATA PENULIS... 67

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai

fungsi dan peranan yang berarti dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa yang utama,

yaitu sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dalam kehidupannya,

mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, hingga akan tidur lagi. Pada umumnya,

seluruh kegiatan manusia selalu melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi

dengan sesama. Seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, keinginan, dan

menyampaikan informasi melalui bahasa. Jadi, bahasa merupakan sarana komunikasi

yang utama.

Panuju (2002: 148) menyatakan bahwa sebagai alat komunikasi, bahasa

dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Kedua bahasa tersebut

mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Bahasa tulis sebagai salah

satu alat komunikasi banyak dimanfaatkan ke dalam berbagai situasi komunikasi dan

tujuan yang berbeda. Setiap situasi dan tujuan yang berbeda memungkinkan penutur atau

penulis dalam bahasa tulis memilih variasi bahasa yang digunakan.

Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia

dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003: 7).

Sastra adalah institusi sosial yang menggunakan medium bahasa (Wellek & Warren

dalam Najid, 2003: 9). Karya sastra sebagai hasil kreasi pengarang (Aminuddin, 1995:

(19)

imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri atas

karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Karya yang

termasuk sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen, novelet, novel atau roman),

puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama

tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi) (Najid, 2003: 12). Lirik lagu termasuk

dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan

pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2005: 678). Jadi, lirik sama dengan puisi

tetapi disajikan dengan nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif. Lagu

adalah ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah laku (KBBI,

2005: 624). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada

yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2).

Membahas tentang lirik lagu, tentu tidak dapat terlepas dari gaya bahasa.

Seorang pencipta lagu berharap lagu ciptaannya dapat menimbulkan kesan dan makna

yang indah di hati pendengar. Pencipta lagu tidak menyadari bahwa lirik-lirik yang

dibuatnya mengandung gaya bahasa. Adanya gaya bahasa inilah yang membuat lirik

menjadi lebih indah. Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan

kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai

secara baik oleh komposer dan dibawakan dengan suara indah seorang penyanyi.

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band

Kerispatih. Sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu Band Kerispatih. Penelitian ini

membahas tentang jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band

(20)

Penulis memilih topik ini karena ingin menerapkan cabang ilmu bahasa

pragmatik dan semantik, yaitu ilmu bahasa yang berkaitan dengan maksud dan makna.

Penulis memilih lagu Band Kerispatih karena sejauh pengamatan penulis, belum ada

penelitian gaya bahasa yang sumber datanya adalah lirik lagu Band Kerispatih. Lagu-lagu

yang pernah diteliti penulis lain, antara lain dari Band Ungu, Jamrud, dan Slank seperti

yang penulis jelaskan pada bagian tinjauan pustaka.

Banyak gaya bahasa yang terkandung dalam lirik-lirik lagu Band Kerispatih.

Hal ini terbukti dalam bab selanjutnya, yaitu bab pembahasan. Dilihat dari lirik-liriknya,

lirik lagu Band Kerispatih menarik, berkesan, dan bervariasi. Hal itulah yang mungkin

membuat Kerispatih beserta lagu-lagunya masih tetap mendapat tempat dalam industri

musik Indonesia sampai sekarang. Kiasan-kiasan yang digunakan Kerispatih dalam

lirik-liriknya mendorong penulis untuk meneliti gaya bahasa apa saja yang terkandung dalam

lirik lagu tersebut. Lagu-lagu Kerispatih yang tercipta dari tahun ke tahun selalu

mendapat apresiasi dari penggemar musik tanah air. Tahun pertama mengeluarkan album,

Kerispatih langsung mendapat penghargaan sebagai “pendatang baru ngetop”. Biasanya,

band pendatang baru konsistensinya di industri musik Indonesia tidak bertahan lama

karena banyaknya band-band baru yang muncul. Akan tetapi, Kerispatih masih eksis di

industri musik Indonesia walaupun banyak pendatang baru bermunculan. Pada tahun

2010, Kerispatih berada di urutan 7 chart tangga lagu popular Indonesia

(http://yulisnurmayanti.blogspot.com/2013/05/chart-tangga-lagu-tahun-2005-2011.html.

Diunduh: 16/10/2013, 16:00). Memang, keluarnya Sammy Simorangkir (vokalis lama)

agak sedikit mempengaruhi daya tarik bagi pendengar, namun demikian lagu-lagu

(21)

ada rahasia apa dibalik lirik lagu yang tercipta sehingga lagu-lagu Kerispatih begitu akrab

di telinga pendengar, selain memang nama besar Kerispatih yang sudah sangat popular.

“Tapi Bukan Aku”, “Lagu Rindu”, dan “Kejujuran Hati” merupakan beberapa contoh

lagu yang menjadi andalan Kerispatih. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

penulis, ternyata lirik-lirik lagu Kerispatih banyak menggunakan gaya bahasa yang

penyampaiannya dikemas sedemikian rupa sehingga lirik lagunya mudah diingat,

dipahami, dan dinyanyikan.

Selain itu, penulis berharap dapat lebih mendalami maksud lirik lagu tersebut

melalui analisis gaya bahasa yang dilakukan penulis yang terdapat dalam lirik lagu Band

Kerispatih dan penelitian ini juga menjadi acuan untuk memahami lirik-lirik lagu yang

lain (di luar lagu Kerispatih). Alasan lain (di luar alasan ilmiah) penulis memilih topik ini

karena Band Kerispatih adalah band favorit penulis, terutama sang vokalis (lama),

Sammy. Hal ini membuat penulis lebih mudah memahami dan mengenali lirik lagu Band

Kerispatih.

Ruang lingkup penelitian ini meliputi jenis gaya bahasa yang digunakan dalam

lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasanya. Beberapa lirik lagu Band

Kerispatih yang menjadi bahan penelitian penulis adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu

Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak

Mungkin Lagi”. Penulis memilih lagu-lagu tersebut dari sekian banyak lagu Kerispatih

karena lagu-lagu itu memang sudah popular dan cukup dikenal di masyarakat, maka bila

ada yang membaca penelitian ini, pembaca tidak kesulitan untuk memahami liriknya

sehingga pemahaman tentang penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam lirik-lirik

(22)

Sekilas tentang Band Kerispatih, Kerispatih terbentuk pada tanggal 21 April

2003 atas prakarsa 4 orang mahasiswa Institut Musisi Indonesia, Arief, Badai, Andika,

dan Anton. Awalnya mereka membentuk band bertemakan instrumental etnik yang

mereka gubah dalam aransemen baru. Kemunculan pertama mereka adalah di acara

Farabi Sunday tanggal 22 April 2003. Mereka pun merekrut Sammy, rekan mereka di

kampus yang merupakan salah satu finalis 30 besar Indonesian Idol I/2004 sebagai

vokalis.

Karier profesional mereka jalani setelah membentuk manajemen band yang saat

itu diatur oleh Ingga Jaya Purda. Kini Kerispatih tergabung dalam manajemen Bagot‟z

Production. Kerispatih memulai rekaman pada tahun 2004. Mereka bergabung dalam

proyek album kompilasi bertajuk Gulalikustik (dirilis September 2004), dengan major

label Nagaswara. Keikutsertaan mereka pada album ini berawal dari acara yang

diselenggarakan oleh sebuah Stasiun Radio Swasta (88.00 Mustang FM) yang diberi

nama Gulali (Lagu Gue Cendili), yang memang menjadi wadah bagi pencipta dan band

baru Indonesia. Gayung bersambut, pihak Mustang menawari Kerispatih dalam proyek

kolaborasi tersebut. Di album tersebut mereka menyumbang 2 buah lagu, "Lupakan Aku"

dan "Sebentuk Hati Buat Kekasih".

Tahun 2005, Kerispatih merilis album pertama mereka bertajuk “Kejujuran

Hati”. Lagu-lagu yang terdapat di album ini adalah antara lain, "Kejujuran Hati", "Cinta

Putih", dan "Lagu Rindu". Album ini mendapat Platinum Awards pada tahun 2006.

Kesuksesan mereka dibuktikan juga dengan mendapat penghargaan sebagai Album

(23)

Pada tahun 2007, Kerispatih mengeluarkan album keduanya yang berjudul

“Kenyataan Perasaan” dan merilis lagu pertamanya di album ini yang berjudul

"Mengenangmu". Lagu ini mendominasi tangga lagu Indonesia dan radio. Setelah

kesuksesan "Mengenangmu", Kerispatih merilis lagu keduanya yang berjudul "Tapi

Bukan Aku" yang sesuai prediksi akan mengulang kesuksesan "Mengenangmu". Mereka

kemudian merilis lagu ketiganya berjudul "Sepanjang Usia" serta "Untuk Pertama Kali"

sebagai lagu keempatnya. Seperti album pertama, album ini juga sukses mendapat

Platinum Awards. Kerispatih juga turut berpartisipasi dalam album perdana Presiden

Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, dengan menyanyikan lagu

ciptaan beliau yang berjudul "Hening".

Pada bulan Juni 2008, Kerispatih merilis album ketiganya yang berjudul "Tak

Lekang Oleh Waktu". Di album ketiganya ini, mayoritas lagunya diciptakan oleh Badai,

keyboardist Kerispatih. Badai juga berkata, bahwa album ini adalah penggabungan dari

album pertama dan album kedua mereka. Jadi, di album ketiga ini berkesan paling

sempurna di antara ketiga album yang sudah dirilis. Lagu "Bila Rasaku Ini Rasamu"

menjadi single pertama mereka di album ketiga ini.

Pada akhir 2009, Kerispatih merilis album keempatnya yang berjudul "Semua

tentang Cinta". Lagu utama di album keempat tersebut adalah "Aku Harus Jujur". Pada

awal tahun 2010, Kerispatih sukses menggelar konser pertamanya di luar negeri di Hong

Kong. Pada tanggal 2 Februari 2010, salah satu personel Kerispatih, Sammy, harus

berurusan dengan polisi. Sammy dilaporkan melakukan pencurian sebuah mobil dan

terlibat pesta narkoba. Hal itu membuat dirinya dipecat dari Kerispatih. Kerispatih segera

(24)

IV/2007) terpilih menjadi vokalis baru menggantikan Sammy

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kerispatih#Diskografi_Kerispatih. Diunduh: 1/03/2012,

12:00).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa saja jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih? 1.2.2 Bagaimana fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian masalah

ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Menjelaskan jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih.

1.3.2 Menjelaskan fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah deskripsi jenis gaya bahasa yang digunakan dalam

(25)

bahasa yang digunakan dalam lirik lagu yang dimaksud. Manfaat yang dapat diambil dari

penelitian masalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis

1.4.1.1 Bagi perkembangan ilmu bahasa cabang pragmatik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang maksud gaya bahasa yang digunakan dalam

lirik sebuah lagu.

1.4.1.2 Bagi perkembangan ilmu bahasa cabang semantik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang makna gaya bahasa yang digunakan dalam lirik

sebuah lagu.

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Bagi para pecinta Kerispatih, penelitian ini dapat menambah wawasan untuk mendalami makna lirik-lirik lagu Kerispatih.

1.4.2.2 Bagi umum, khususnya pecinta musik Indonesia, penelitian ini dapat

dijadikan motivasi untuk semakin mengkritisi lirik-lirik lagu di Indonesia

dan memahami gaya bahasa yang digunkan dalam lirik sebuah lagu.

1.4.2.3 Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam menyusun penelitian yang serupa.

1.4.2.4 Bagi ilmu pendidikan (pengajaran), penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pengajaran tentang gaya bahasa dalam lirik lagu.

1.4.2.5 Bagi seniman, khususnya pencipta lagu, penelitian ini dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dalam menggunakan gaya bahasa pada lirik

(26)

1.5 Tinjauan Pustaka

Penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu telah dibahas dalam berbagai tulisan,

di antaranya Adriani M (2009), Marwanto (2011), Fillaili (2007), Anggraini (2005),

Indriyati (2007), dan Kurniawan (2009).

Adriani M (2009), dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa dalam Lirik

Lagu-lagu Ungu” menyebutkan bahwa lirik lagu Ungu tidak hanya didominasi oleh gaya

bahasa personifikasi dan hiperbola tetapi juga asonansi, aliterasi, repetisi, pleonasme,

simploke, inversi, klimaks, antitesis, dan sinekdok pars pro toto. Marwanto (2011), dalam

skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu

ST12” menyebutkan bahwa ada sepuluh gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu

ST12, yaitu gaya bahasa repetisi, personifikasi, inversi, tautologi, sinestesia, sinisme,

hiperbola, metafora, paradoks, dan simile.

Penelitian lain yang serupa dengan penelitian yang dilakukan penulis juga

pernah dilakukan oleh Fillaili (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Lagu Permainan

Rakyat Madura”, Anggraini (2005) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa Lirik

Lagu Remaja (Studi Kasus pada Lirik-lirik Lagu Jamrud)”, Indriyati (2007) dalam

skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa Personifikasi pada Lirik Lagu Radja dan

Tinjauan Aspek Gramatikal Pengacuan Demonstratif”, dan Kurniawan (2009) dalam

skripsinya yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Ironi dan Pesan Moral Lagu-lagu Slank

dalam Album Anti Korupsi (Tinjauan Semiotik)”.

Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian yang

tersebut di atas adalah sama-sama meneliti tentang penggunaan gaya bahasa dalam lirik

(27)

Kerispatih, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya berorientasi pada lirik lagu

Ungu, ST 12, Jamrud, Radja, dan Slank.

1.6 Landasan Teori

Teori-teori mengenai hal yang berkaitan dengan gaya bahasa dan lirik lagu

yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa sumber, yaitu Tarigan (1985),

Keraf (2004 dan 1984), Djohan (2005), Aminuddin (1995), KBBI (2005), Kosasih

(2002), Najid (2003), dan Ardiani M (2009).

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek

dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu

dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Dale dalam Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa

adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang

benar-benar secara alamiah saja (Warriner dalam Tarigan, 1985: 5).

Menurut Tarigan (1985: 6), gaya bahasa dibagi menjadi empat golongan, yaitu

(a) gaya bahasa perbandingan, (b) gaya bahasa pertentangan, (c) gaya bahasa pertautan,

dan (d) gaya bahasa perulangan. Uraian tentang gaya bahasa tersebut adalah sebagai

berikut:

1.6.1 Gaya Bahasa Perbandingan

Gaya bahasa perbandingan dikelompokkan menjadi sepuluh jenis gaya bahasa,

yaitu perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis,

pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, dan koreksio atau

(28)

(1) Deru ombak samudra memangil-manggil para pemuda harapan bangsa.

(2) Daun kelapa melambai-lambai di tepi pantai.

(Tarigan, 1985: 18)

Gaya bahasa yang terdapat pada kalimat-kalimat tersebut adalah personifikasi.

Personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang

yang tidak bernyawa (Tarigan, 1985: 17). Pada contoh (1) ombak samudra dianggap

mampu memanggil orang layaknya seseorang yang memanggil sesamanya. Padahal,

ombak samudra adalah sesuatu yang tidak bernyawa. Pada contoh (2) daun kelapa yang

tidak bernyawa dianggap bisa bergerak sendiri seperti manusia yang bisa menggerakkan

tangannya untuk melambai.

1.6.2 Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya bahasa pertentangan dikelompokkan menjadi dua puluh jenis gaya

bahasa, yaitu hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma dan

silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau

inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme

(Tarigan, 1985: 55). Berikut salah contoh gaya bahasa pertentangan.

(3) Olah raga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya.

(4) Siaran televisi dapat dipakai sebagai sarana perdamaian namun dapat pula

sebagai penghasut peperangan.

(Tarigan, 1985: 63)

Gaya bahasa pada kalimat-kalimat tersebut di atas adalah oksimoron. Oksimoron adalah

jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang

berlawanan dalam frase yang sama (Keraf dalam Tarigan, 1985: 63). Pada contoh (3)

(29)

berbahaya. Pada contoh (4) siaran televisi dapat berguna sebagai sarana perdamaian,

tetapi dapat juga sebagai penghasut perang.

1.6.3 Gaya Bahasa Pertautan

Gaya bahasa pertautan dikelompokkan menjadi tiga belas jenis gaya bahasa,

yaitu metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epilet, antonomasia, erotesis,

paralelisme, elipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton (Tarigan, 1985: 122). Berikut

salah satu contoh gaya bahasa pertautan.

(5) Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. (6) Saya akan berangkat hari ini.

(Tarigan, 1985: 138)

Gaya bahasa pada kalimat-kalimat tersebut adalah elipsis. Elipsis adalah penghilangan

salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis lengkap (Tarigan,

1985:138). Pada contoh (5) ada penghilangan predikat, misalnya pergi atau berangkat.

Pada contoh (6) ada penghilangan keterangan tujuan, misalnya ke Jakarta.

1.6.4 Gaya Bahasa Perulangan

Gaya bahasa perulangan dikelompokkan menjadi dua belas jenis gaya bahasa,

yaitu aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa,

simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis (Tarigan, 1985:180). Berikut salah

satu contoh gaya bahasa perulangan.

(7) Dara damba daku

datang dari danau

(30)

Gaya bahasa pada kalimat tersebut adalah aliterasi. Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa

repetisi yang berwujud perulangan konsonan yang sama pada awal kata (Tarigan, 1985:

231). Pada contoh (7) terdapat pengulangan konsonan d pada awal kata.

Keraf (2004: 23), mengungkapkan bahwa sebuah kata yang tepat untuk

menyatakan maksud tertentu perlu diperhatikan kesesuaian dengan situasi yang dihadapi.

Dalam hal ini diperlukan gaya yang tepat digunakan dalam suatu situasi. Gaya bahasa

merupakan cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa merupakan sebagian dari diksi

pertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individu atau karakteristik, atau yang

memiliki nilai artistik tinggi. Hal itu memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak,

dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu. Gaya bahasa itu juga dapat

dimanfaatkan dalam pemikiran strategi dan perencanaan naskah, salah satunya naskah

lagu. Selain itu, gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui

bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)

(Keraf, 1984: 113).

Djohan (2005: 7-8), menyatakan bahwa musik merupakan perilaku sosial yang

kompleks dan universal yang di dalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran manusia,

gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan yang signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa seni musik atau seni suara dapat mewakili sesuatu hal atau

kelompok tertentu. Musik tidak hanya dipandang menjadi sebuah sarana hiburan dan

ekspresi, tetapi musik juga memiliki peran tersendiri dalam sebuah pendidikan dalam

proses komunikasi, menyuarakan pesan maupun kritik terhadap suatu hal dengan gaya

(31)

Gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda, dapat dipahami bahwa

gaya bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah matra hubungan. Matra hubungan tersebut

dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang, dunia luar yang dijadikan obyek

dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri, dan

dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995: 54).

Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang

dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu;

keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra; cara khas dalam menyatakan

pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan (KBBI, 2005: 340). Majas merupakan

bentuk retoris, yang penggunaannya antara lain untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi

penyimak atau pembacanya (Kosasih, 2002: 254).

Najid (2003: 27) mengatakan bahwa dalam bahasa lisan nada tampak dalam

intonasi, sedangkan dalam bahasa tulis nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan

sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan juga merupakan sikap

pengarang terhadap pembaca. Nada sangat bergantung pada gaya.

Gaya bahasa adalah pengungkapan ide, gagasan, pikiran-pikiran seorang

penulis yang meliputi hierarki kebahasaan yaitu kata, frasa, klausa, bahkan wacana untuk

menghadapi situasi tertentu (Rahayu dalam Ardiani M, 2009: 2). Gaya bahasa mencakup

diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang

digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian

dari gaya bahasa (Sudjiman dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2). Majas merupakan

peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau

(32)

Berdasarkan beberapa pengertian gaya bahasa di atas, maka dapat penulis

simpulkan bahwa gaya bahasa adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam

menyampaikan ide, pikiran, gagasan pengarang melalui cara yang khas terhadap karya

sastranya.

Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan

kata sebuah nyanyian (KBBI, 2005: 678). Lagu adalah ragam suara yang berirama,

nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah laku (KBBI, 2005: 624). Lagu adalah suatu

kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia

Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2).

Berdasarkan pengertian lirik dan lagu tersebut di atas, maka dapat penulis

simpulkan bahwa lirik lagu adalah sebuah nyanyian yang berisi curahan perasaan yang

didukung kesatuan musik.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian masalah ini terdiri dari jenis penelitian, tahap-tahap

penelitian, dan metode yang digunakan dalam setiap tahap penelitian. Penulis

menguraikan unsur-unsur metode penelitian tersebut sebagai berikut:

1.7.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif dan

penelitian kepustakaan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha

(33)

gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya

bahasanya.

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan menghimpun

data dari berbagai literature. Penulis melakukan penelitian dengan menghimpun data dari

berbagai sumber (buku) di perpustakaan atau membeli di toko buku serta menggunakan

lirik-lirik lagu yang dibutuhkan sebagai sumber data utama, yaitu lirik lagu Band

Kerispatih.

1.7.2 Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis meliputi pengumpulan data,

analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pada tahap pengumpulan data, data yang

dihimpun diklasifikasikan berdasarkan permasalahan, yaitu jenis-jenis gaya bahasa yang

digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasa tersebut

dalam lirik lagu band yang bersangkutan. Berkaitan dengan pengumpulan data, penulis

menggunakan kartu data untuk mencatat data dari sumber tertulis maupun lisan (bertanya

pada teman). Penulis mencatat jenis-jenis gaya bahasa yang ditemukan dalam lirik lagu

Band Kerispatih dan mencatat pengertian, pembagian, dan jenis-jenis gaya bahasa. Selain

itu, penulis juga sedikit bertanya kepada beberapa teman, apa saja menurut mereka gaya

bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih.

Pada tahap analisis data, penulis menganalisis jenis-jenis gaya bahasa yang

digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasa tersebut

(34)

data. Pada tahap penyajian hasil analisis data, penulis menyajikan hasil analisis data

menggunakan salah satu metode penyajian hasil analisis data.

1.7.3 Metode yang Digunakan dalam Setiap Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang telah disebutkan di atas dilakukan berdasarkan

metode dan teknik yang telah ditentukan. Pada tahap pengumpulan data, penulis

menggunakan metode simak dan teknik simak bebas libat cakap. Selain itu, penulis juga

menggunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Metode simak adalah metode yang

dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Kesuma, 2007: 43). Penulis menyimak

penggunaan bahasa (gaya bahasa) yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih.

Teknik simak bebas libat cakap adalah penjaringan data yang dapat dilakukan dengan

menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan

(Kesuma, 2007: 44). Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil

penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007: 45). Penulis mencatat hasil penyimakan

data pada kartu data dari sumber tertulis maupun lisan (bertanya pada teman). Data

penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Kerispatih.

Data diperoleh dari lirik-lirik lagu Kerispatih yang dicatat oleh penulis (lirik yang dibahas

dalam penelitian ini). Data yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan jenis gaya

bahasanya, lalu dianalisis penggunaannya serta fungsinya.

Pada tahap analisis data, penulis menggunakan metode agih dan metode padan.

Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan

merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Metode padan adalah

(35)

bagian dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Teknik

metode agih yang digunakan penulis adalah teknik ganti dan teknik pengontrasan. Teknik

ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaaan tertentu

(Verhaar dalam Kesuma, 2007: 58). Teknik pengontrasan adalah teknik analisis data

dengan mengontraskan satuan kebahasaan data tertentu dengan kata lain (Subroto dalam

Kesuma, 2007: 69). Perhatikan contoh-contoh berikut.

(8) Anak saya telah menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Bahasa Indonesia FPBS-IKIP Bandung (=lulus atau berhasil).

(9) Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan kepada gadis

desa itu (=cinta). (Tarigan, 1985: 31)

Contoh (8) dan (9) kalimat yang dicetak miring dapat diganti dengan satu kata saja

sehingga lebih efisien.

10. Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan umat manusia

tetapi dapat juga memusnahkannya.

11. Bahasa memang dapat dipakai sebagai alat pemersatu tetapi dapat juga

sebagai alat pemecah belah.

(Tarigan, 1985: 63)

Contoh (10) dan (11) menunjukkan adanya hal yang bertentangan (kontras), yaitu

kesejahteraan dan memusnahkanya serta alat pemersatu dan alat pemecah belah.

Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan

fonetis dan metode padan ortografis. Metode padan fonetis adalah metode padan yang

alat penentunya berupa organ pembentuk bahasa atau organ wicara. Metode ini

digunakan untuk mengidentifikasi bunyi-bunyi. Metode ortografis adalah metode padan

yang alat penentunya berupa bahasa tulis (Kesuma, 2007: 48-49). Teknik metode padan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik pilah

(36)

yang dianalisis dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mental yang

dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007: 51). Sesuai jenis metode

padan yang digunakan, maka teknik pilah unsur penentu yang digunakan adalah daya

pilah fonetis dan daya pilah ortografis. Perhatikan contoh berikut.

(12) Muka muda mudah muram

tiada siaga tiada biasa

jaga harga tahan raga

(Tarigan, 1985: 182)

Pada contoh (12) ada pengulangan bunyi vokal a, i, dan u.

(13) Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Tanah air

kita ini.

(14) Saya selalu membawa buah tangan untuk buah hati saya kalau saya

pulang dari luar kota.

(Tarigan, 1985: 125 dan 185)

Contoh (13) dan (14) menunjukkan adanya alat penentu berupa bahasa tulis, yaitu mulut

serta buah tangan dan buah hati. Pada contoh (13) yang mengandung gaya bahasa

sinekdoke pars pro toto, kata mulut berarti masyarakat bangsa ini. Kata mulut sebagai

penyebutan nama sebagian untuk nama keseluruhan. Pada contoh (14) yang mengandung

gaya bahasa antanaklasis, frase buah tangan dan frase buah hati mengalami pengulangan

kata yang sama, yaitu kata buah. Akan tetapi, maknanya tidak sama. Buah tangan yang

berarti „oleh-oleh‟, sedangkan buah hati yang berarti „anak‟.

Pada tahap penyajian hasil analisis data, penulis menggunakan metode

penyajian hasil analisis data secara informal dan secara formal. Penyajian hasil analisis

data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata

biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Penulis menggunakan kata-kata biasa untuk menyajikan

(37)

analisis data secara formal adalah penyajian hasil analisis data dengan kaidah (Kesuma,

2007: 73). Kaidah yang dimaksud dapat berupa tabel, diagram atau gambar. Penulis

menggunakan tabel untuk menyajikan rangkuman hasil penelitian.

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian masalah yang dibahas penulis adalah Bab I berisi

pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan

sistematika penyajian. Latar belakang masalah menguraikan tentang alasan penulis

melakukan penelitian ini beserta ruang lingkup permasalahan. Rumusan masalah

menguraikan tentang masalah-masalah yang menjadi permasalahn dalam penelitian ini.

Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan

manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka membahas tentang

pustaka yang mempunyai kaitan dengan penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu.

Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan teori. Metode

penelitian menjelaskan tentang teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik

penyajian hasil analisis data. Sistematika penyajian menguraikan tentang urutan hasil

penelitian. Bab II berisi pembahasan tentang jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan

dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih. Bab III berisi pembahasan tentang fungsi

gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu tersebut. Bab IV berisi penutup yang terdiri

(38)

21 BAB II

JENIS-JENIS GAYA BAHASA

YANG DIGUNAKAN DALAM LIRIK LAGU BAND KERISPATIH

2.1 Pengantar

Telah dijelaskan bahwa gaya bahasa dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi

empat macam, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa

pertautan, dan gaya bahasa perulangan. Menurut penelitian yang dilakukan penulis, satu

lirik lagu Band Kerispatih bisa mengandung beberapa gaya bahasa yang berbeda, mulai

dari gaya bahasa perbandingan sampai gaya bahasa perulangan. Ini menggambarkan

bahwa lagu-lagu Kerispatih sangat bervariasi dalam hal penyampaian maksud lagu. Pada

bab ini, penulis akan menguraikan jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam

lirik-lirik lagu Kerispatih. Daftar lirik-lirik lagu yang diteliti sudah disebutkan pada bab I.

Berdasarkan lirik lagu yang sudah ditentukan, berikut pembahasannya satu per satu.

2.2 Gaya Bahasa Perbandingan 2.2.1 Metafora

Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang implisit tanpa

menggunakan kata seperti atau sebagai (Tarigan, 1985: 242). Gaya bahasa ini

terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir

Penantian”, dan “Tak Mungkin Lagi”.

(1) “..Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri Keinginanku untuk kau tahu isi hatiku

(39)

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa metafora

terdapat pada baris kedua, yaitu frase isi hatiku. Dalam hal ini, isi hati bukan berarti

diartikan sebagai isi dari salah satu organ tubuh manusia. Akan tetapi, sebuah kiasan

untuk mengungkap sesuatu. Maksud metafora isi hatiku adalah „sebuah perasaan

dari hati‟.

(2) "Bila kau bukanlah cinta sejati

mungkin aku takkan pernah mengerti..."

Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa

metafora terdapat pada frase cinta sejati. Cinta sejati merupakan kiasan dari sebuah

perasaan dari hati yang dimiliki manusia kepada sesama. Maksud metafora cinta sejati adalah 'perasaan yang sesungguhnya'.

(3) "...Kan ku jaga

walaupun harus berpeluh darah"

Pada penggalan lirik lagu “Akhir Penantian” di atas, gaya bahasa metafora terdapat

pada frase berpeluh darah. Bukan seperti berlumuran darah, namun frase itu

merupakan kiasan dari sebuah perjuangan. Maksud metafora berpeluh darah adalah

'perjuangan'.

(4) "...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat..."

Pada penggalan lagu “Tak Mungkin Lagi”di atas, gaya bahasa metafora terdapat

pada frase bejana cinta. Bejana yang dimaksud di sini bukan wadah atau tempat,

tapi merupakan sebuah perasaan. Maksud metafora bejana cinta adalah „perasaan

(40)

2.2.2 Perifrasis

Perifrasis adalah gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme;

kedua-duanya menggunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan.

Pada perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan

sebuah kata saja (Tarigan, 1985: 244). Gaya bahasa perifrasis terdapat pada lagu

“Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Tak Mungkin

Lagi”.

(5) “...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya

demi cinta yang tak pernah berakhir...”

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa perifrasis

terdapat pada baris keempat sampai keenam, yaitu semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir. Kata-kata tersebut

dapat diganti dengan satu kata saja, yaitu kesungguhanku. Maksud perifrasis semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir adalah „kesungguhan‟.

(6) "...Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya..."

(7)"...Walau hanya nada sederhana

izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan"

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa perifrasis terdapat

pada frase dekap erat dan frase rasa dan kerinduan. Frase dekap erat dapat diganti

(41)

Walaupun ada penggantian, itu tidak merubah makna syair. Maksud perifrasis dekap erat dan rasa dan kerinduan adalah 'ungkapan rasa'.

(8) "Bila kau bukanlah cinta sejati

mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah

dan semua yang terjadi antara kita..."

Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa

perifrasis terdapat pada frase hati yang tulus setia yang indah. Frase itu dapat diganti

dengan satu kata, yaitu ketulusan. Walaupun ada penggantian kata, namun susunan

syair msih tetap sejalan. Maksud perifrasis hati yang tulus setia yang indah adalah

'kesungguhan'.

(9) “...Tak satupun kata terucap

Ketika ku tanya mengapa...”

Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas gaya bahasa perifrasis

terdapat pada kalimat tak satupun kata terucap. Kalimat tersebut dapat diganti

menjadi satu kata saja, yaitu diam. Maksud perifrasis tak satupun kata terucap

adalah „tidak ada yang terucap‟.

2.2.3 Antisipasi

Antisipasi adalah gaya bahasa yang berwujud penggunaan terlebih

dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan ataupun peristiwa yang sebenarnya

terjadi (Tarigan, 1985: 234). Gaya bahasa antisipasi terdapat pada lagu “Kejujuran

Hati”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”.

(10) "Ku akui aku memang cemburu

(42)

melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku..."

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa antisipasi

terdapat pada baris pertama dan kedua, yaitu pernyataan ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar namanya kau sebut. Hal cemburu sebenarnya terjadi

kemudian setelah mendengar sebua nama disebut. Maksud antisipasi ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar namanya kau sebut adalah „kecemburuan‟.

(11) "...Aku memang manusia paling berdosa Khianati rasa demi keinginan semu..."

Penggalan lagu “Tapi Bukan Aku”di atas mengandung gaya bahasa antisipasi. Hal

berdosa sebenarnya baru akan terjadi setelah adanya pengkhianatan. Maksud

antisipasi aku memang manusia paling berdosa, khianati rasa demi keinginan semu

adalah 'perasaan menyesal'.

(12) “...Tak satupun kata terucap Ketika ku tanya mengapa...”

Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa

antisipasi. Hal tidak satu katapun yang terucap sebenarnya baru akan terjadi setelah

adanya suatu pertanyaan mengapa. Maksud antisipasi tak satupun kata terucap, ketika ku tanya mengapa adalah „tidak terjadi dialog‟

2.2.4 Personifikasi

Personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat

insani kepada barang yang tidak bernyawa (Tarigan, 1985: 17). Personifikasi

(43)

(13) "...Tahukah engkau wahai langit

Aku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya..."

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” di atas, gaya bahasa personifikasi terdapat

pada baris pertama, yaitu tahukah engkau wahai langit. Dalam hal ini, seolah langit

bisa dijak berbicara mengenai sesuatu. Padahal, langit merupakan sesuatu yang tidak

bernyawa. Maksud personifikasi tahukah engkau wahai langit adalah 'dialog

(percakapan) mengenai seseorang'.

2.2.5 Pleonasme

Pleonasme adalah gaya bahasa yang berupa pemakaian kata yang

mubazir atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu (Tarigan, 1985: 245).

Pleonasme terdapat pada lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” dan “Tapi Bukan Aku”

(14) "Bila kau bukanlah cinta sejati

mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah

dan semua yang terjadi antara kita..."

Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa

pleonasme terdapat pada frase hati yang tulus setia yang indah. Di situ terdapat

kelebihan penggunaan kaya yang. Seharusnya, dapat dipilih salah satu, yaitu

menggunakan frase hati yang tulus setia atau hati yang indah. Maksud pleonasme hati yang tulus setia yang indah adalah 'ungkapan perasaan yang sesungguhnya'.

(15) "...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku

karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..."

(44)

pleonasme terdapat pada pernyataan mencintaiku aku dan semua hatiku. Di situ

terlalu banyak penggunaan kata aku dan ku. Lebih baik, aku dan semua hatiku tidak

perlu dipakai. Makna lagu pun tidak berkurang walau ada pengurangan kata.

Maksud pleonasme mencintaiku aku dan semua hatiku adalah 'menyatakan tentang

diri'.

2.3 Gaya Bahasa Pertentangan 2.3.1 Oksimoron

Oksimoron adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan

dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama (Keraf

dalam Tarigan, 1985: 63). Gaya bahasa oksimoron terdapat pada lagu “Kejujuran

Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”.

(16) "...Ku akui aku merindukanmu

Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa

melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku..."

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa oksimoron

terdapat pada kalimat ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku. Pihak yang satu mempunyai rasa rindu, tapi pihak yang lain tidak

memiliki rasa rindu seperti yang dialami pihak yang satu. Dengan kata lain, rasa

rindu hanya dialami oleh satu pihak. Maksud oksimoron ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku adalah „rindu yang bertepuk sebelah

(45)

(17) “...Ku maafkan semua ini

Walau tak ingin lagi ku melihatmu...”

Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa

oksimoron. Di satu sisi pencipta lagu mau memaafkan kesalahan kekasihnya, tapi di

sisi yang lain ia sudah tidak mau lagi bertemu dengan kekasihnya. Maksud

oksimoron ku maafkan semua ini walau tak ingin lagi ku melihatmu adalah

„kekecewaan‟.

2.3.2 Hiperbola

Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang

berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi

penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan

kesan dan pengaruhnya (Tarigan, 1985: 55). Hiperbola terdapat pada lagu “Lagu

Rindu”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”.

(18) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya..."

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa hiperbola terdapat

pada kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya. Kalimat tersebut berlebihan

karena hati bukanlah media untuk melukis. Maksud hiperbola aku ingin melukis sinarmu di hatinya adalah 'keinginan besar'.

(19) "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma

sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya..."

Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, gaya bahasa hiperbola terdapat pada

(46)

yang diucapkan bahkan sampai jutaan. Makna hiperbola sejuta kata maaf adalah

'penyesalan yang mendalam'.

(20) “...Air mata penyesalan mengalir deras

itu pun tak bisa kembalikan dirimu...”

Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, gaya bahasa hiperbola

terdapat pada kalimat air mata penyesalan mengalir deras. Suatu hal yang

dilebih-lebihkan mengingat sesuatu yang dapat mengalir deras, misalnya air hujan, air

sungai. Maksud hiperbola air mata penyesalan mengalir deras adalah „kesedihan

yang mendalam‟.

2.3.3 Litotes

Litotes adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan mengenai sesuatu

dengan cara menyangkal atau mengingkari kebalikannya (Tarigan, 1985: 242).

Litotes terdapat pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tak Mungkin Lagi”.

(21) "...Walau hanya nada sederhana

izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan"

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa litotes terdapat pada

kalimat walau hanya nada sederhana. Pencipta lagu merendahkan diri dengan

menganggap syair yang ia buat tidak istimewa, padahal liriknya sangat menyentuh.

Maksud litotes walau hanya nada sederhana adalah 'apa adanya'.

(22) “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat...”

Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa litotes.

(47)

kekasihnya. Maksud litotes ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat adalah „memberi maaf‟.

2.3.4 Paradoks

Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang

nyata dengan fakta-fakta yang ada (Tarigan, 1985: 243). Gaya bahasa paradoks

terdapat pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tapi Bukan Aku”.

(23) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya..."

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa paradoks terdapat

pada kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya. Hal itu merupakan hal yang

tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa sebuah sinar dilukis di dalam hati seseorang.

Maksud paradoks aku ingin melukis sinarmu di hatinya adalah 'ketidakmungkinan'.

(24) "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma

sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya..."

Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, gaya bahasa paradoks terdapat pada

kalimat rasaku tlah mati untuk menyadarinya. Hal itu sangat bertentangan dengan

kenyataan, di mana sebuah perasaan yang dimiliki seseorang tidak akan pernah mati

atau hilang sebelum meninggal dunia. Perasaan adalah anugerah dari Tuhan.

Maksud paradoks rasaku tlah mati untuk menyadarinya adalah 'putus asa'.

2.3.5 Inuendo

Inuendo adalah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan

kenyataan yang sebenarnya (Tarigan, 1985: 240). Gaya bahasa inuendo terdapat

(48)

(25) “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat...”

Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa inuendo.

Pencipta lagu mencoba untuk menyindir kekasih yang telah mengecewakannya

dengan mengatakan bahwa ia memaklumi tindakan kekasihnya. Maksud inuendo ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat adalah

„ungkapan sakit hati‟.

2.4 Gaya Bahasa Pertautan

2.4.1 Sinekdoke (Pars Pro Toto)

Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian

sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya (Moeliono dalam Tarigan,

1985: 124). Sinekdoke ada dua jenis, yaitu sinekdoke pars pro toto dan sinekdoke

totem pro parte. Sinekdoke pars pro toto untuk menyebut nama sebagian sebagai

pengganti nama keseluruhan, sedangkan sinekdoke totem pro parte untuk menyebut

nama keseluruhan sebagai nama sebagian. Gaya bahasa sinekdoke pars pro toto

terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”,

dan “Akhir Penantian”.

(26) "Ku akui aku memang cemburu

Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa

melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku..."

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, gaya bahasa sinekdoke pars pro

Gambar

Tabel Contoh Penggalan Lirik Lagu yang Mengandung Gaya Bahasa dan Jenis Gaya

Referensi

Dokumen terkait

adalah Gaya Bahasa Hiperbola Pada Lirik Lagu-Lagu Dalam Album Ratu.. Peneliti ingin mengetahui bentuk gaya bahasa yang terdapat

kiasan perbandingan atau simile. Data Jenis Bahasa Kiasan pada Lirik Lagu Bertemakan Alam dari Sembilan Grup Band dan Penyanyi.. Data Makna yang Ditemukan dalam Jenis Penggunaan

“GAYA BAHASA RETORIS PADA LIRIK LAGU-LAGU DALAM ALBUM WALI BAND”, benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Gaya Bahasa Sinestesia dalam Lirik Lagu Karya Minami” yang meneliti tentang gaya bahasa sinestesia beserta artinya pada

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu dalam album Kamar Gelap karya band Efek Rumah Kaca. Data yang diolah adalah lirik lagu

Lagu Grup Band Nidji dalam Album Breakthru’ dan Let’s Play” ini bertujuan untuk mengetahui wujud gaya bahasa pada lirik lagu Grup Band Nidji dalam album Breakthru’

lagu Rafli adalah lagu Aceh yang terdapat beberapa gaya bahasa dalam lirik lagu Rafli Kande yang salah satunya berjudul Ainal Mardhiah, berikut contoh gaya bahasa dalam potongan lirik

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Banjar Karya Nanang Irwan Gaya bahasa dalam lirik lagu Banjar karya Nanang Irwan dapat diklasifikasikan beberapa jenis,