• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA TURUNAN TETRAZOLOQUINAZOLIN TERSUBSTITUSI ETIL KLOROASETAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA TURUNAN TETRAZOLOQUINAZOLIN TERSUBSTITUSI ETIL KLOROASETAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA TURUNAN

TETRAZOLOQUINAZOLIN TERSUBSTITUSI ETIL KLOROASETAT

1* Aprilia Cindy Nurfatimah, 2 Yum Eryanti

1 Mahasiswa Progam Studi S1 Kimia, 2 Dosen Bidang Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau

Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru 28293 Indonesia

*aprilia.cindy2389@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Tetrazoloquinazoline or tetrazolopyrimidine is a nitrogen-containing six-ring heterocyclic compound and a tetrazole ring which are pharmacologically important structural molecules with broad bioactivity as antidiabetic, anticancer, and antimalarial. This research aims to synthesize tetrazoloquinazoline derivatives and determine their bioactivity. Qz-4Cl synthesized by multicomponent reaction (MCR) between 5-aminotetrazole, 4-chlorobenzaldehyde, and 1,3- cyclohexadione used p-toluen sulphonic acid (p-TSOH) catalyst under solvent-free conditions.

ET-4Cl-Qz was synthesized by substitution reaction between Qz-4Cl with ethyl chloroacetate used potassium carbonate (K2CO3) catalyst in dimethylformamide (DMF) solvent. The purity of the compounds was determined by the TLC test, melting point measurement, and HPLC. The structure of the synthesized compounds was confirmed by spectroscopic analysis of UV, FTIR, 1H-NMR,

13C-NMR, and HRMS. The toxicity of ET-4Cl-Qz was tested by the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method used by Artemia salina Leach. ET-4Cl-Qz was toxic with an LC50 value of 25.23 μg/mL.

Keywords: Multicomponent, quinazoline, tetrazole, toxicity

ABSTRAK

Tetrazoloquinazolin atau tetrazolopirimidin, senyawa heterosiklik cicin enam yang mengandung nitrogen dan cicin tetrazol yang merupakan molekul struktural yang penting secara farmakologis, dengan bioaktivitas yang luas seperti sebagai antidiabetes, antikanker dan antimalarial. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa turunan tetrazoloquinazolin dan mengetahui bioaktivitanya. Senyawa Qz-4Cl disintesis melalui multicomponent reaction (MCR) antara 5- aminotetrazol, 4-klorobenzaldehid dan 1,3-sikloheksadion dengan katalis asam p-toluensulfonat (p-TSOH) dibawah kondisi solvent-free. Senyawa ET-4Cl-Qz disintesis melalui reaksi substitusi antara senyawa Qz-4Cl dengan etil kloroasetat menggunakan katalis kalium karbonat (K2CO3) dalam pelarut dimetilformamida (DMF). Kemurnian senyawa ditentukan dengan uji KLT, pengukuran titik leleh dan HPLC. Struktur senyawa hasil sintesis dikonfirmasi melalui analisis spektroskopi UV, FTIR, 1H-NMR, 13C-NMR dan HRMS. Toksisitas senyawa diuji dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan Artemia salina Leach. Senyawa ET-4Cl-Qz bersifat toksik dengan nilai LC50 = 25,23 μg/mL.

Kata kunci: Multikomponen, quinazolin, tetrazol, toksisitas

(2)

2 PENDAHULUAN

Senyawa heterosiklik yang mengandung nitrogen adalah kerangka dasar yang paling melimpah dan tersebar luas dalam berbagai obat sintetis, produk alami bioaktif, obat-obatan dan bahan kimia pertanian. Karena aplikasinya yang luas, kerangka ini telah lama menjadi subjek yang sangat menarik, dan upaya substansial telah dilakukan untuk pengembangan strategi sintetik yang dapat mengarah pada penemuan senyawa bioaktif baru dalam kimia medisinal. Pada industri farmasi ada lebih dari 60% senyawa obat yang mengandung kerangka hetrosiklik yaitu setidaknya satu inti heterosiklik sebagai bagian dari topografi senyawa obat (McGrath et al., 2010).

Quinazolin adalah senyawa heterosiklik yang terdiri dari bagian pirimidin yang menyatu pada posisi 5,6 dengan cincin benzen (Lahue &

Snyder, 2000). Turunan quinazolin yang termasuk dalam senyawa heterosiklik yang mengandung N, telah menjadi topik universal karena aktivitas biofarmasinya yang luas dan berbeda. Para peneliti telah menentukan banyak bioaktivitas dari turunan quinazolin, termasuk diantaranya anti kanker (Chandregowda et al., 2009), anti-inflamasi (Baba et al., 1996), anti- bakteri (Rohini et al., 2010), dan anti-virus (Ameta & Dandia, 2014). Cincin tetrazol adalah sistem yang sangat menarik dan senyawa

heterosiklik beranggota lima yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dalam cincin, dan turunannya ini ditemukan memiliki sifat farmasi yang beragam, fragmen yang paling umum dalam obat-obatan, dan banyak agen antikanker seperti Crizotinib dan Lorlatinib mengandung bagian cincin azol (Imran et al., 2019).

Ahli kimia mensintesis berbagai senyawa quinazolin dengan aktivitas biologis yang berbeda dengan cara menggabungkan berbagai kelompok aktif ke bagian quinazolin menggunakan metode development synthesis yang menghasilkan berbagai turunan senyawa quinazolin dengan berbagai keragaman struktur dan bioaktivitas (Khan, 2018). Salah satu metode yang dilakukan adalah sintesis turunan tetrazoloquinazolin melalui metode three- component reaction yang dilakukan oleh Hassakani dan Mosaddegh., (2014), menghasilkan kumpulan senyawa turunan quinazolin dengan metode yang sederhana, cepat dan efisien.

Toksisitas (toxicity) merupakan ukuran relatif derajat racun antara satu bahan kimia terhadap bahan kimia lain pada organisme yang sama yaitu kemampuan racun (molekul) untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan terhadapnya (Soemirat, 2005). Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina Leach

(3)

3 dapat digunkan sebagai uji pendahuluan pada

penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik.

Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas terhadap A.

salina yang ditimbulkan memiliki harga LC50

< 1000 μg/mL (Meyer et al.,

METODE PENELITIAN a. Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sealed tube, hotplate, neraca analitik, pompa vakum (GAST), corong buchner, bejana KLT, alat penentu titik leleh Fisher John (SMP 11-Stuart®), lampu UV (Camag® 254 dan 366 nm), spektrofotometer UV-Visible, HPLC, spektrofotometer FTIR (FTIR Shimadzu, IR Prestige-21), spektrometer NMR, spektrometer massa serta alat gelas yang umum digunakan di Laboratorium Kimia FMIPA-UR.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini 5-aminotetrazol monohidrat (CH3N5) (Aldrich), 1,3-sikloheksadion (C6H8O2) (Merck), 4-klorobenzaldehid (C7H5ClO) (Fluka), asam p-toluensulfonat monohidrat (C7H8O3S) (p-TSA) (Sigma- Aldrich), etil kloroasetat (C4H7ClO2) (Sigma Aldrich), kalium karbonat (K2CO3) (Merck), dimetilformamida (DMF) (C3H7NO) (Merck), etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH), diklorometan (CH2Cl2), kloroform (CHCl3), n-

heksana (C6H14), etilasetat (C4H8O2), akua DM (H2O), pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) GF254 (Merck), dan akua DM.

Hewan uji yang digunakan yaitu Artemia Salina Leach. Telur A. Salina diperoleh dari koleksi Laboratorium Oseanografi Kimia Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.

b. Sintesis senyawa 9-(4-klorofenil)-5,6,7,9- tetrahidrotetrazolo[5,1b]quinazolin8(4H) -on (QZ-4Cl)

Campuran senyawa 5-aminotetrazol monohidrat (0,210 gram : 2 mmol), 4-kloro benzaldehid (0,283 gram : 2 mmol), 1,3- sikloheksadion (0,225 gram : 2 mmol) dan p- TsOH.H2O (0,078 gram : 20 mol%) dipanaskan pada 80oC selama 10 menit. Reaksi dikontrol setiap 5 menit menggunakan pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Campuran reaksi didinginkan pada suhu ruang. Campuran reaksi dicuci dengan akua DM (10 mL) dan padatan direkristalisasi dengan metanol.

c. Sintesis senyawa etil 2-(9-(4-klorofenil) -8-okso-5,6,7,8-tetrahidrotetrazolo[5,1 -b]quinazolin-4(9H)il-asetat(ET-4Cl-Qz)

Senyawa QZ-4Cl (0,3017 gram:

1 mmol), etil kloroasetat (0,184 gram; 1,5 mmol) dan kalium karbonat (0,276 gram; 2 mmol) dalam pelarut dimetilformamida (5 mL) direaksikan dalam erlenmeyer dan di stirrer

(4)

4 selama 6 jam pada suhu ruang. Reaksi dikontrol

setiap 2 jam sekali menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Campuran reaksi dituang kedalam air es dan endapan yang diperoleh disaring, lalu dicuci dengan akua DM dingin dan dikeringkan pada suhu kamar.

d. Uji Toksisitas

Benur Artemia salina dimasukkan dalam wadah pembiakan yang berisi air laut dan telah dilengkapi dengan aerasi dan lampu, penetasan telur dilakukan selama 48 jam sampai membentuk larva dengan menerangi wadah yang ditempati telur udang dengan sinar lampu. Pengujian dilakukan untuk senyawa murni dengan konsentrasi 1000, 100 dan 10 ppm. Sebanyak 20 mg masing-masing sampel uji dilarutkan dalam 2 mL metanol. sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 10000 ppm. Kemudian dari masingmasing larutan tersebut dipipet sebanyak 0,5 mL dan ditambahkan 5 mL metanol hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm setelah penambahan air laut. Kemudian dari larutan tersebut dipipet se-banyak 0,5 mL dan ditambahkan 5 mL metanol hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 ppm setelah penambahan air laut dan untuk konsentrasi 10 ppm dibuat dari konsentrasi sampel uji 100 ppm dengan cara yang sama. Masing-masing larutan dipipet sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke dalam vial uji dengan pengulangan masing-masing 3

kali. Masing-masing vial uji dibiarkan menguap metanolnya. Kemudian kembali senyawa uji dilarutkan dengan 50 µL DMSO dan ditambahkan air laut hampir mencapai batas kalibrasi dan masing-masing vial ditambahkan larva udang A. salina sebanyak 10 ekor kemudian ditambahkan air laut beberapa tetes sampai batas kalibrasi. Kematian larva udang diamati setelah 24 jam. Dari data yang dihasilkan dapat dihitung nilai LC50 dengan metode kurva meng-gunakan tabel analisis probit. Untuk kontrol, 50 µL DMSO dipipet dengan menggunakan pipet mikro dimasukkan ke dalam vial uji, ditambahkan air laut hampir mencapai batas kalibrasi. Kemudian dimasukkan larva A. salina sebanyak 10 ekor, ditambahkan lagi air laut beberapa tetes hingga batas kalibrasi. Masing-masing pengujian dilakukan dengan 3 kali pengulangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Sintesis Senyawa QZ-4Cl

Senyawa QZ-4Cl disintesis melalui multicomponent reaction (MCR) di bawah kondisi solvent-free. MCR adalah metodologi sintetik dimana tiga atau lebih reaktan bergabung dalam one pot untuk membentuk produk baru. Aspek karakteristik MCR adalah bahwa produk akhir mengandung hamper semua bagian substrat, dan hampir tidak menghasilkan produk samping. Senyawa QZ-

(5)

5 4Cl disintesis melalui reaksi antara senyawa

5-aminotetrazol monohidrat, 4-kloro benzal- dehid dan 1,3 sikloheksadion dengan katalis p- TsOH yang dipanaskan dalam sealed tube.

Metode ini digunakan karena menurut Hassakani et al., (2014) reaksi tersebut tidak terjadi pada suhu ruang akan tetapi terjadi melalui pemanasan dengan suhu yang tinggi sehingga metode ini sesuai untuk pembuatan senyawa tetrazolo quinazolin dengan katalis p- TsOH, dimana katalis ini dapat digunakan kembali dalam tujuh siklus reaksi tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya serta menghasilkan rendemen yang cukup tinggi.

Gambar 1. Padatan senyawa Qz-4Cl

Senyawa yang diperoleh berupa padatan berwarna putih. Hasil pengukuran titik leleh senyawa QZ-4Cl yaitu 218 -220oC, dimana selisih suhu ketika kristal mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya adalah 2oC sehingga dapat disimpulkan bahwa padatan senyawa QZ-4Cl telah murni. Kemurnian senyawa QZ-4Cl dipertegas dengan menggunakan analisis HPLC dimana suatu senyawa dikatakan murni apabila terdapat satu puncak dominan padakromatogram. Hasil menunjukkan adanya satu Puncak dominan pada tR = 3,944 menit dengan pengukuran pada Panjang gelombang 300 nm dengan eluen metanol.

b. Sintesis senyawa ET-4Cl-Qz

Senyawa ET-4Cl-QZ disintesis dari senyawa QZ-4Cl dengan etil kloroasetat menggunakan katalis kalium karbonat (K2CO3) dalam pelarut dimetilformamida (DMF) melalui reaksi substitusi menggunakan metode stirrer pada suhu ruang. Senyawa QZ-4Cl dicampurkan kedalam pelarut DMF, lalu ditambahkan katalis K2CO3 dan etil kloroasetat.

Gambar 2. Mekanisme reaksi pembentukan senyawa Qz-4Cl

(6)

6 Penggunaan pelarut DMF bertujuan agar reaksi

yang berlangsung tidak terganggu, hal ini dikarenakan reaksi yang berlangsung adalah reaksi substitusi yang sensitif terhadap air.

Pelarut DMF merupakan pelarut yang minim kandungan air, sehingga pelarut DMF dapat bereaksi dengan baik pada reaksi yang sensitif terhadap air dan tidak mengganggu efektifitas reaksi. Reaksi yang berlangsung dikatalisis oleh K2CO3, penggunaan katalis ini dikarenakan katalis K2CO3 merupakan katalis heterogen bersifat basa yang dapat mempercepat terjadinya reaksi, sehingga penggunaan katalis ini sangat baik digunakan pada reaksi yang sensitif terhadap air. Senyawa ET-4Cl-Qz yang dihasilkan berupa padatan berwarna putih kekuningan (Gambar 3). Produk yang diperoleh menghasilkan rendemen sebesar 42,12%.

Gambar 3. Padatan senyawa ET-4Cl-Qz Hasil pengukuran titik leleh senyawa adalah 153-154℃, adanya selisih titik leleh ≤ 2℃ ketika kristal mulai meleleh hingga meleleh sempurna menunjukkan senyawa

sudah murni. Selanjutnya, kemurnian senyawa ini diuji melalui analisis HPLC. Analisis HPLC diperoleh kromatogram dengan adanya satu puncak dominan pada panjang gelombang 254 nm dengan waktu retensi 4,266 menit, menandakan bahwa senyawa ET-4Cl-QZ yang diperoleh sudah murni.

c. Identifikasi struktur senyawa ET-4Cl-Qz Senyawa ET-4Cl-QZ yang sudah murni dikarakterisasi menggunakan spektroskopi UV, FTIR, 1H-NMR 13C-NMR dan HRMS. Analisis spektroskopi UV menunjukkan adanya puncak serapan maksimum pada panjang gelombang 303 nm. Serapan pada panjang gelombang 303 nm menunjukkan transisi elektronik ℼ ℼ*

pada sistem terkonjugasi cincin fenil tersubstitusi p-kloro. Spektrum FTIR dari senyawa ET-4Cl-QZ menunjukkan serapan yang sesuai dengan gugus fungsi pada senyawa target. Serapan pada bilangan gelombang 3074 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ikatan C-H aromatik dan serapan pada bilangan gelombang 2987 cm-1 menunjukkan ikatan C-H alifatik.

Serapan pada bilangan gelombang 1755 cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) dari ester dan pada 1655 cm-1 menunjukkan gugus karbonil (C=O) keton. Vibrasi ikatan N=N muncul pada bilangan gelombang 1630 cm-1, vibrasi ikatan C=N muncul pada bilangan gelombang 1544 cm-1dan vibrasi ikatan C-N

(7)

7 muncul pada bilangan gelombang 1389 cm-1.

Serapan pada panjang gelombang 1274 cm-1 menunjukkan vibrasi ikatan C-O dan serapan pada panjang gelombang 751 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ikatan C-Cl. Pada spektrum FTIR senyawa ET-4Cl-Qz juga tampak perbedaan signifikan dengan spektrum FTIR QZ-4Cl, dimana puncak pada bilangan gelombang 3216 cm-1 tidak muncul pada

spektrum ET-4Cl-Qz. Hal ini menunjukkan tidak adanya ikatan N-H pada senyawa ET-4Cl- Qz. Selain itu, adanya vibrasi ikatan, C=O, N=N, C=N dan C-N mengindikasikan bahwa senyawa yang telah disintesis adalah tetrazoloquinazolin.

Gambar 4. Sintesis senyawa ET-4Cl-Qz Analisis 1H-NMR pada spektrum senyawa ET-4Cl-Qz menunjukkan jumlah proton yang sesuai dengan jumlah molekul target yang diharapkan. Hasil karakterisasi 1H- NMR senyawa ET-4Cl-Qz menunjukkan pergeseran kimia yang spesifik yaitu pada C-5 tidak memilki proton tetangga. Proton C-5 muncul pada rentang pergeseran δ 6,37 dengan orientasi singlet. Proton pada cincin keton muncul pada rentang pergeseran kimia δ 2,91- 1,87 yaitu proton pada atom C-8 muncul pada pergeseran kimia δ 2,88 dengan orientasi double of triplet dan nilai J = 17,7 Hz dan δ 2,68-2,62 dengan orientasi multiplet. Proton

pada C-10 muncul pada pergeseran kimia δ 2,31 dengan orientasi multiplet dan nilai J = 11,0 Hz. Proton pada C-9 lebih shielding dibandingkan dengan C-8 dan C-10, proton C- 9 muncul pada pergeseran δ 2,02 dengan orientasi multiplet dan nilai J =13,6 Hz serta pada δ 1,90 dengan orientasi multiplet dan nilai J = 14,3 Hz. Puncak proton dari cincin aromatik tersubstitusi p-kloro pada C-2’, C-3’, C-5’ dan C-6’ muncul pada rentang pergeseran kimia δ 7,42-7,38 dengan orientasi multiplet.

Proton pada C-2’ muncul pada pergeseran kimia δ 7,42, C-3’ dan C-5’ pada δ 7,40 serta C- 6 pada δ 7,38. Proton pada C-3’ dan C-5’

(8)

8 memiliki nilai pergeseran dan tinggi puncak

yang sama karena berada dalam lingkungan yang sama. Puncak proton dari rantai alifatik ester yaitu C-5” muncul pada pergeseran kimia δ 1,24 dengan orientasi triplet dan nilai J = 7,1 Hz. Kemroton pada C4” muncul pada pergeseran kimia δ 4,22 dengan nilai J = 7.1 Hz.dan proton pada C1” muncul pada pergeseran kimia δ 4.99 dengan orientasi doublet dan nilai J = 3.2 Hz . Proton pada C5”

lebih shielding dibandingkan dengan proton pada C4” dan C1”, Sedangkan proton pada C1”

lebih deshielding dibandingkan proton pada C4”. Hal ini dikarenakan adanya atom O yang bersifat elektronegatif pada gugus ester yang menarik elektron disekitarnya.

Spektrum 13C-NMR menunjukkan sinyal yang khas untuk atom karbon pada gugus aktif quinazolin. Atom C yang dekat dengan efek induksi (atom yang elektronegatif) yaitu golongan halogen, nitrogen, oksigen dan lain sebagainya memiliki sifat deshielding menunjukkan nilai pergeseran kimia yang besar. Maka atom C yang terikat pada O dan N memiliki sifat deshielding yang kuat. Hasil analisis 13C-NMR senyawa ET-4Cl-Qz terlihat puncak karbon khas pada cincin quinazolin (ET-4Cl-Qz) yaitu pada pergeseran kimia δ 56,55 yang menunjukkan puncak karbon pada cincin quinazolin C-5 dimana bersifat shielding. Puncak karbon pada karbon alifatik

keton yaitu pada C-6, C-8, C-9, dan C-10 muncul pada pergeseran kimia δ 109,25 ; 35,97

; 20,65 dan 24,84. Atom karbon dari cincin aromatik tersubstitusi p-kloro terlihat pada C-2’

dan C-6’ pada δ 129,11 serta C-3’ dan C-5’

pada δ 129,62. Kemudian atom karbon pada cincin aromatic tersubstitusi p-kloro yang berikatan pada cincin karbon quinazolin yaitu C-4’ terlihat pada pergeseran kimia δ 139,47 serta pada cincin karbon yang berikatan langsung pada atom Cl yaitu C1’ pada δ 133,66.

Atom karbon C-4’ dan C1’ bersifat lebih deshielding dibandingkan karbon yang lainya pada senyawa aromatik. Karbon pada rantai alifatik ester pada posisi C-5” yang bersifat paling shielding terlihat pada pergeseran kimia δ 14,46 kemudian C-4” pada δ 62,28 dan C-1”

pada δ 47,51. Pergeseran paling besar pada senyawa ini berada pada atom karbon yang berikatan langsung pada atom N (C-N danC=N) dan atom O (C=O). Pada C-11 yang berikatan langsung dengan atom N pada cincin quinazolin terlihat pada pergeseran kimia δ 150,34. Pada C-13 yang berikatan langsung dengan atom N pada cincin tetrazol terlihat pada pergeseran kimia δ 153,36. Pada C-2” yaitu atom karbon pada rantai alifatik ester yang berikatan langsung dengan atom O (C=O) terlihat pada pergeseran kimia δ 168,50. Atom karbon yang lebih bersifat lebih deshielding dari semua atom karbon adalah pada C-7 yaitu karbon pada

(9)

9 cincin keton yang berikatan langsung dengan

atom O (C=O) terlihat pada pergeseran kimia δ 194,07.

Spektrum HRMS dari senyawa ET-4Cl- Qz yang telah disintesis menunjukkan puncak ion molekul yang teramati sebagai [M+H]+ dengan m/z 388,1172 dengan kelimpahan 100%. Massa terhitung dari senyawa target dengan rumus molekul C18H19N5O3Cl2 [M+H]+

= 388,1176. Selisih yang kecil yaitu 0,0004

menujukkan puncak ion molekul yang teramati sesuai dengan massa yang terhitung. Spektrum massa menunjukkan ciri khas adanya atom Cl dalam senyawa yang ditandai dengan adanya puncak ion molekul dengan perbandingan 1:3 dari isotop 37Cl dan 35Cl yang teramati sebagai [M+2] dengan m/z 390,1339.

Gambar 5. Spektrum FTIR senyawa ET-4Cl-Qz

d. Uji Toksisitas

Senyawa ET-4Cl-Qz yang telah disintesis diuji toksisitasnya dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan senyawa tersebut dalam menimbulkan efek berbahaya atau efek racun sebagai senyawa obat sebelum dikonsumsi oleh manusia (Wirasuta & Niruri,

2007). Metode BSLT dipilih karena menurut Lisdawati et al., (2006), metode BSLT merupakan metode farmakologi awal yang mudah dan relatif tidak mahal, serta tidak membutuhkan suatu spesialisasi tertentu dalam pelaksanaannya.

(10)

10 Hasil uji BSLT senyawa ET-4Cl-Qz

menunjukan bahwa nilai toksisitas senyawa LC50 = 25,23 μg/mL. Dalam uji toksistas untuk ekstrak tanaman yang belum murni apabila memiliki nilai LC50 lebih kecil dari 1000 μg/mL maka ekstrak tanaman tersebut bersifat toksik, sedangkan untuk senyawa murni bersifat tosik apabila nilai LC50 senyawa menunjukan nilai lebih kecil 200 μg/mL (Meyer et al., 1982).

Nilai LC50 senyawa ET-4Cl-Qz menunjukan nilai lebih kecil dari 200 μg/mL menyatakan bahwa senyawa bersifat toksik

KESIMPULAN

Senyawa ET-4Cl-Qz berhasil disintesis yang menghasilkan padatan berwarna putih kekuningan dengan rendemen sebesar 42,12%.

Hasil analisis data karakterisasi menggunakan spektroskopi UV, FTIR, 1H-NMR, 13C-NMR dan HRMS menunjukkan bahwa senyawa ET- 4Cl-Qz yang telah disintesis sesuai dengan senyawa target yang diharapkan. Uji toksisitas yang dilakukan dengan metode BSLT menghasilkan LC50=25,23 µg/mL menunjukkan bahwa senyawa bersifat toksik.

SARAN

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah sebaiknya penelitian ini dilanjutkan dengan memodifikasi struktur senyawa target menggunakan gugus atau

substituen lain seperti propargil bromida atau metoksi benzaldehid serta melakukan pengujian bioaktivitas lain secara in-silico dan in-vitro.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis sangat berterimakasih kepada Ibu Dr. Yum Eryanti, MS yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ameta, K. L., dan Dandia, A. 2014. Green chemistry: Synthesis of bioactive heterocycles. Green Chemistry:

Synthesis of Bioactive Heterocycles. 1–

412.

Baba, A., Kawamura, N., Makino, H., Ohta, Y., Taketomi, S., dan Sohda, T. 1996.

Studies on disease-modifying antirheumatic drugs: Synthesis of novel quinoline and quinazoline derivatives and their anti-inflammatory effect. Journal of Medicinal Chemistry. 39 (26): 5176–5182.

Chandregowda, V., Kush, A. K., dan Chandrasekara Reddy, G. 2009.

Synthesis and in vitro antitumor activities of novel 4-anilinoquinazoline derivatives. European Journal of Medicinal Chemistry, 44 (7): 3046–

3055.

Hassankhani, A., dan Mosaddegh, E. 2015.

An efficient synthesis of tetrazolo[1,5-

(11)

11 a]quinazoline derivates by a three-

component reaction of 5- aminotetrazole, arylaldehydes, and dimedone. Scientia Iranica. 22 (3):

942-947.

Imran, M., Rauf, A., Abu-Izneid, T., Nadeem, M., Shariati, M.A., Khan, I.A., Imran, A., Orhan, I. E., Rizwan, M., Atif, M. S. 2019.

Luteolin, a flavanoid, as an anticancer agent: A review. Biomedicine and Pharmacotherapy. 112.

Khan, A. K. 2018. Facile Synthesis, Characterization of New Quinazolinones with Different Azo Compounds, 1,2,3-Triazole Moieties and Evaluation Their Anti-bacterial Activity. Al-Mustansiriyah Journal of Science. 28 (3): 122-133.

Lahue, B. R., & Snyder, J. K. 2000. Six- membered ring systems: Diazines and benzo derivatives. In Progress in Heterocyclic Chemistry. (12).

Lisdawati, V., Wiryowidagdo, S., dan Kardono, L,S. 2006. Brine shrimp lethality test (BSLT) dari berbagai ekstrak daging buah dan kulit biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa).

Buletin penilaian kesehatan. 34 (3):

111-118

McGrath, N. A., Brichacek, M., dan Njardarson, J. T. 2010. A graphical journey of innovative organic architectures that have improved our lives. Journal of Chemical Education.

87 (12): 1348–1349

Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putnarn, J. E., Jacobsen, L. B., Nichols, D. E. and Mc Laughlin, J. L. 1982. Brine

Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituents.

Planta Medica. 45 (2): 31-34.

Rohini, R., Muralidhar Reddy, P., Shanker, K., Hu, A., & Ravinder, V. 2010.

Antimicrobial study of newly synthesized 6-substituted indolo[1,2-c]

quinazolines. European Journal of Medicinal Chemistry.45(3):1200–

1205.

Soemirat, J. 2005. Environmental Toxicology.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Wirasuta, M,A,G., dan Niruru, R. 2007.

Buku Ajar Toksikologi Umum. FMIPA UNUD, Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Metode rata-rata geometrik lebih tepat digunakan untuk situasi yang melibatkan pertumbuhan, sedangkan metode rata-rata arithmatika lebih tepat digunakan untuk menghitung rata-rata

Penelitian mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Biologi, atas nama Aditya Hadi Infantri Putra dengan judul Peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS) Dasar Siswa Melalui Penerapan

Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.Tanda negatif pada koefisien UP menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

 Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus diberikan atau disediakan oleh pemerintah daerah

Pengelolaan lestari ini tidak lepas dari kebijakan perusahaan yang menerapkan sistem pengelolaan hutan yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat yang

Satu kasus abses leher dalam multiple dengan komplikasi berupa kesulitan intubasi akibat perluasan abses dan fistula faringokutan akibat ruptur dari abses telah dilaporkan

Gambar 6 menunjukkan periode pemanasan yang merupakan periode awal dalam proses pengeringan. Pada periode pemanasan ini terjadi peningkatan suhu. Kenaikan suhu ini

Selisih massa molekul hasil perhitungan dengan yang ditemukan pada spektrum massa menunjukkan perbedaan yang sangat kecil (sesuai dengan struktur senyawa yang