• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keterampilan menyimak berita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keterampilan menyimak berita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/2013"

Copied!
315
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

DAN MEDIA AUDIO-VISUAL SISWA KELAS VIII B SEMESTER 2 SMP PANGUDI LUHUR 1 KALIBAWANG KULONPROGO

TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh : Antonius Aris Wibowo

071224055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Seperti pelangi sehabis hujan, itulah janji setiaMu Tuhan. Di balik

duka ku, telah menanti

harta yang tak ternilai dan abadi

“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan,

kamu akan menerimanya.” Matius 21:22

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus yang selalu memberiku kasih karunia dan damai

sejahtera.

Kedua orang tuaku tercinta bapak Sudono, M.Pd., dan ibu Chatarina

Sumillah, S.Pd.

Kedua adekku tercinta, Bertha Nur Endah Wibowo dan Emiliani

Febriniawati Wibowo

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawan ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Nama : Antonius Aris Wibowo NIM : 071224055

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN MEDIA AUDIO-VISUAL SISWA KELAS VIII B SEMESTER 2 SMP PANGUDI LUHUR 1 KALIBAWANG KULONPROGO TAHUN AJARAN 2012/ 2013. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Juli 2013 Yang menyatakan,

(7)

vii ABSTRAK

ANTONIUS ARIS WIBOWO. 2013. Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Media Audio-Visual Siswa Kelas VIII B Semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Tahun Ajaran 2012/ 2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/ 2013 dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual, dalam pembelajaran menyimak pada Kompetensi Dasar mengemukakan kembali isi berita. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 29 siswa. Objek penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ecretaria tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes akhir dan LKS. Instrumen nontes berupa lembar observasi, angket, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah kuantitatif-kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai tes akhir, LKS, keaktifan siswa (aspek afektif dan psikomotorik) dan uji hipotesis (uji t). Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Keaktifan siswa dari kondisi awal ke siklus I aspek afektif mengalami peningkatan sebesar 135 atau 47,5% dan aspek psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 39 atau 59,4%. Siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 303 atau 65,3% (aspek afektif), dan 193 atau 66,6% (aspek psikomotorik). (2) Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 4,8 dan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 20,4. Persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, dari kondisi awal ke siklus I meningkat 17,2% dan siklus I ke siklus II meningkat 48,3%.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menyimak pada kompetensi dasar mengemukakan kembali isi berita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/ 2013.

(8)

viii ABSTRACT

ARIS WIBOWO, ANTONIUS. 2013. The Improvement of News Listening Skill Using Cooperative Learning Method of Student Team Achievement Divisions (STAD) Type and Audio-Visual Media for Students in Class VIII B 2nd Semester of SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Academic Year of 2012/2013. Thesis. Language Study Program. Indonesian and Local Language Literature. The Faculty of Teacher Training and Pedagogy. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This study aims to determine the increase in the activity and learning outcomes of students of Class VIII B 2nd semester SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo academic year of 2012/2013 by using Cooperative Learning Method of The Type of Student Team Achievement Divisions (STAD) and audio-visual media, in teaching listening the Basic Competence of retelling news content. This research is Classroom Action Research (CAR), which consists of two cycles. Each cycle in this study consists of four stages, namely planning, action, observation and reflection. Subjects in this study were students of class VIII B 2nd semester junior Pangudi 1 Kalibawang Kulonprogro Luhur academic year 2012/2013, amounting to 29 students. The research object is the cooperative learning methods of the type of Student Team Achievement Divisions (STAD) and audio-visual media.

The instrument used in this study is a test and non-test instrument. Test instrument are in the form of final test and worksheets. Non-test instrument are such as observation sheets, questionnaires, interviews and documentation. The technique of data analysis is qualitative-quantitative . The quantitative data are obtained from the score of the final test, worksheets, student activity (affective and psychomotor aspects) and hypothesis test (t-test). The qualitative data are obtained from observations, questionnaires, interviews, and documentation.

The results show: (1) The activeness from the initial conditions to the first cycle increased 135 or 47.5% on the affective aspect and psychomotor aspects have increased by 39 or 59.4%. While from the first cycle to the second cycle increased by 303 or 65.3% (affective aspect), and 193 or 66.6% (psychomotor aspects). (2) From the beginning of learning the condition to the first cycle increased by 4.8 and the first cycle to the second increased by 20.4. The percentage of students learning mastery also increased. From the initial conditions to the first cycle increased 17.2% and from the first cycle to the second cycle increased 48.3%.

Based on these results, it can be concluded that learning of listening on the basic competency of retelling news content using cooperative learning methods Student Team Achievement Divisions (STAD) type and audio-visual media can enhance the activeness and the learning outcomes of students of class VIII B 2nd semester of SMP Pangudi Luhur Kalibawang Kulonprogo academic year of 2012/2013.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dukungan, masukan, nasehat, bimbingan, dan kerja sama dari pihak-pihak lain, maka skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

3. Bapak Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama dengan penuh kesabaran, kecermatan memberikan bimbingan, dan memberikan memotivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua

yang selalu dengan teliti mengkoreksi kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini dan memberikan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Robertus Marsidiq, selaku staf sekretariat PBSID yang telah mendukung dan memberikan motivasinya.

6. Bruder Agustinus Sakiman F.IC., selaku Kepala Sekolah, dan Ibu Yosepha Indah Kurniati, S.Pd., selaku guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo. Terimakasih atas izin yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

(10)

x

8. Adekku tercinta, Bertha Nur Endah Wibowo dan Emiliani Febriniawati Wibowo yang memberikan semangat.

9. Keluarga besar Bapak Hardi Sutrisno yang telah memberikan dukungan demi terselesainya skripsi ini.

10.Novi Kristina Rini, S.Pd. selaku kekasih terima kasih atas doa, semangat dan dukungannya.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dan doanya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Walaupun begitu, penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis

(11)

xi

(12)

xii

c. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif … 33

(13)
(14)

xiv

2) Keaktifan Aspek Psikomotorik ………... 113

d. Refleksi ………... 114

B. Analisis Data ……….. 116

1. Analisis Data Keaktifan ………. 117

a. Siklus I ………... 117

b. Siklus II ……….. 125

2. Analisis Data Hasil Belajar ……….... 132

a. Kondisi Awal ………... 132

b. Siklus I ………... 135

c. Siklus II ………. 139

d. Penghargaan Kelompok ………... 143

e. Uji Normalitas ………... 144

f. Uji Hipotesis ……….. 145

C. Hasil Penelitian ………. 147

1. Peningkatan Keaktifan Siswa ……… 147

2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ………... 149

D. Pembahasan ………... 151

BAB V PENUTUP ………... 158

A. Kesimpulan ……… 158

B. Saran ……….. 159

DAFTAR PUSTAKA ……….. 161

LAMPIRAN ………. 164

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan

Metode Pembelajaran Lainnya ………... 42

Tabel 2.2 Skor Kemajuan Perseorangan ……….. 45

Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok ……….. 46

Tabel 3.1 Target Keberhasilan Penelitian ………. 65

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Tes Akhir Tiap Siklus ………... 67

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Siswa ………. 68

Tabel 3.4 Materi Rekaman Berita Kelompok ………. 69

Tabel 3.5 Klasifikasi Reliabilitas Soal (harga r) ……….. 84

Tabel 3.6 Kriteria Persentase Keaktifan Siswa ………. 85

Tabel 3.7 Pedoman Penilaian Kelompok Tiap Siklus ……….. 86

Tabel 3.8 Kriteria Nilai Diskusi Kelompok ……….. 87

Tabel 4.1 Kriteria Keaktifan Tiap Indikator Aspek Afektif Siklus I Pertemuan I ………. 99

Tabel 4.2 Kriteria Keaktifan Tiap Indikator Aspek Psikomotorik Siklus I Pertemuan II ……… 100

Tabel 4.3 Kriteria Keaktifan Tiap Indikator Aspek Afektif Siklus II Pertemuan I ………. 112

Tabel 4.4 Kriteria Keaktifan Tiap Indikator Aspek Psikomotorik Siklus II Pertemuan II ……… 114

Tabel 4.5 Kriteria Keaktifan Aspek Afektif Siswa Siklus I Pertemuan I …. 121

Tabel 4.6 Kriteria Keaktifan Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I Pertemuan II ……… 124

Tabel 4.7 Kriteria Keaktifan Aspek Afektif Siswa Siklus II Pertemuan I … 128

Tabel 4.8 Kriteria Keaktifan Aspek Afektif Siswa Siklus II Pertemuan II .. 131

Tabel 4.9 Kriteria Prestasi Kondisi Awal ………. 133

Tabel 4.10 Kriteria Prestasi Nilai Hasil Belajar Tes Akhir Siklus I ……… 136

Tabel 4.11 Kriteria Nilai Kelompok (LKS) Siklus I ………. 138

(16)

xvi

Tabel 4.13 Kriteria Nilai Kelompok (LKS) Siklus II ………... 142 Tabel 4.14 Penghargaan Kelompok ……….. 143 Tabel 4.15 Peningkatan Persentase Keaktifan Siswa Kelas VIII B ………. 148 Tabel 4.16 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B …….. 149

(17)

xvii DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Siklus Kegiatan PTK ……….... 53 Bagan 3.2 Siklus I ………. 56

(18)

xviii DAFTAR DIAGRAM

(19)

xix DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Nilai Kelompok Siklus I Pertemuan II ……… 138 Grafik 4.2 Nilai Kelompok Siklus II Pertemuan II ………... 142 Grafik 4.3 Peningkatan Persentase Keaktifan Siswa Kelas VIII B SMP

Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta Tahun

Ajaran 2012/2013 ……… 148

Grafik 4.4 Peningkatan Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Tahun Ajaran

2012/2013 ………... 150

Grafik 4.5 Peningkatan Persentase Jumlah Ketuntasan Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Tahun Ajaran

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ……….. 164

A.1 Silabus Siklus I ……… 165

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sikulus I ………….... 166

A.3 Silabus Siklus II ……… 173

A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ……… 174

LAMPIRAN B ……….. 180

B.11 Hasil Kemajuan Perseorangan dan Penghargaan Kelompok ……. 212

LAMPIRAN C ……….. 214

C.1 Pedoman Observasi ……… 215

C.2 Hasil Observasi Awal Aspek Afektif ………. 218

C.3 Hasil Observasi Awal Aspek Psikomotorik ………... 221

C.4 Hasil Observasi Siklus I Aspek Afektif ………. 224

C.5 Hasil Observasi Siklus I Aspek Psikomotorik ………... 226

C.6 Hasil Observasi Siklus II Aspek Afektif ……… 228

C.7 Hasil Observasi Siklus II Aspek Psikomotorik ……….. 230

LAMPIRAN D ……….. 232

D.1 Transkrip Wawancara Guru Sebelum Penelitian ……….. 233

D.5 Transkrip Wawancara Guru Siklus I ………. 236

(21)

xxi

D.7 Transkrip Wawancara Siswa Siklus II ……….. 241

D.8 Hasil Angket Siklus I ………. 243

D.9 Hasil Angket Siklus II ……… 245

LAMPIRAN E ……….. 247

E.1 Dokumentasi Siklus I ………. 248

E.2 Dokumentasi Siklus II ……… 253

LAMPIRAN F ……….. 257

F.1 Surat Izin Penelitian ………... 258

F.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ……….. 259

LAMPIRAN G ……… 260

G.1 Contoh Pekerjaan Tes Akhir Siswa Siklus I ……….. 261

G.2 Contoh Pekerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I …………. 267

G.3 Contoh Pekerjaan Tes Akhir Siswa Siklus II ………. 273

G.4 Contoh Pekerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ………... 282

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(23)

tersebut sebaiknya mendapatkan porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu.

Keterampilan menyimak sebagai salah satu keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dalam kenyataanya masih kurang mendapatkan perhatian, khususnya Kompetesi Dasar mengemukakan kembali isi berita siswa kelas VIII. Hal ini disampaikan oleh Ibu Yosepha Indah Kurniati, S.Pd selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo pada hari Sabtu, 8 September 2012, saat melakukan wawancara dengan peneliti.

Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 11 September 2012 di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo. Pada observasi awal ini peneliti mengamati aktivitas siswa di kelas pada saat pembelajaran, antara lain 1) kondisi kelas gaduh dan tidak kondusif, 2) siswa belum siap untuk memulai pembelajaran, sebagai contoh beberapa siswa masih berada di luar kelas saat jam pelajaran akan dimulai, 3) pembelajaran berpusat pada guru sehingga kurang berkesan bagi siswa, 4) siswa hanya menggunakan media buku paket yang disediakan dalam pembelajaran, dan 5) guru tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran berlangsung.

(24)

merasa kesulitan ketika diminta menuliskan kesimpulan dari isi berita yang telah disimak, 3) siswa masih merasa malu saat mengemukakan kembali di depan kelas sehingga intonasi serta kelengkapan dari isi berita kurang tepat, dan 4) kurangnya persiapan dan konsentrasi siswa dalam menyimak berita yang dibacakan oleh guru. Hasil observasi awal menggunakan lembar pengamatan menunjukkan persentase keaktifan kelas hanya 26,3% (memenuhi kriteria sangat rendah) dari aspek afektif dan 19,7% (memenuhi kriteria sangat rendah) dari aspek psikomotorik. Persentase di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa secara keseluruhan juga dirasa sangat kurang. Faktor penyebab kurangnya keaktifan antara lain 1) siswa tidak suka bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan, dan 2) siswa tidak punya inisiatif untuk maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru.

Berdasarkan hasil pengamatan awal, maupun informasi yang diperoleh dari wawancara dengan guru, peneliti memandang perlunya dilakukan perbaikan terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII B dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STADdan media audio-visual.

(25)

pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk dapat saling bekerjasama dalam kelompok, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling membantu prestasi, serta melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Selain itu, metode pembelajaran ini diharapkan dapat menanamkan kesan yang mendalam dalam diri siswa karena mereka terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

Peneliti memanfaatkan media audio-visual dalam penelitian ini agar dapat menciptakan perasaan senang dalam diri siswa, karena informasi yang disajikan dapat berupa suara maupun gambar, sehingga siswa tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung. Dengan adanya perasaan senang dalam diri siswa untuk mengikuti pelajaran maka diharapkan pembelajaran akan semakin efektif. Selain itu, menurut informasi guru bahasa Indonesia, proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak di SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo belum pernah memanfaatkan media audio-visual. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Dengan Mengunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement Divisions (STAD) dan Media Audio-Visual Siswa Kelas VIII B

Semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Tahun Ajaran

(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/2013 dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita?

2. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/2013 dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

(27)

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/2013 dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).

2. Media pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio-visual.

3. Tingkat keaktifan

(28)

4. Hasil belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini diperoleh melalui tes akhir di setiap siklus. Tes akhir berupa tes tertulis dan lisan (mengemukakan kembali isi berita). Selain itu, nilai kelompok diperoleh dari nilai LKS yang diberikan di setiap siklus.

5. Materi yang dibahas

Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah unsur-unsur berita 5W+1H, cara menyimpulkan dan mengemukakan kembali isi berita dengan Kompetensi Dasar (KD) mengemukakan kembali isi berita yang didengar melalui televisi atau radio.

6. Subjek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

7. Peningkatan keaktifan

Peningkatan keaktifan dalam penelitian ini adalah peningkatan skor keaktifan siswa dari siklus I ke siklus berikutnya.

8. Peningkatan hasil belajar

(29)

E. Batasan Istilah

1. Metode pembelajaran kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil yang heterogen untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar supaya dapat mencapai tujuan belajar.

2. Metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

Metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi sehingga memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.

3. Media pembelajaran

Media merupakan suatu alat yang digunakan untuk menerima pesan dalam lingkungan siswa untuk merangsang berpikir dalam belajar. Peran media dalam proses belajar agar dapat memperjelas penyajian materi yang akan dipergunakan, membuat siswa tertarik sehingga tidak merasa bosan, dan dapat memberikan rangsangan otak siswa supaya dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru.

4. Media audio-visual

(30)

pengertian; artinya, dalam menyampaikan dan menerima pelajaran atau informasi dapat lebih mudah penyampaiannya lewat LCD proyektor dan speaker daripada penyampaian materi dengan kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis.

5. Tingkat keaktifan

Tingkat keaktifan siswa dalam suatu kelompok dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasama dalam kelompok, kemampuan siswa mengemukakan pendapat kepada kelompok lain saat mengemukakan kembali isi berita di depan kelas, kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok sendiri, memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok, mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, memberi gagasan yang cemerlang, mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain, saling membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

6. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Selain nilai tes, hasil belajar juga diperoleh dari diskusi kelompok dan kuis individu/ tes akhir.

7. Keterampilan Menyimak

(31)

menangkap isi informasi dan memahami makna dari hasil yang di simak atau di dengar.

8. Berita

Berita merupakan suatu laporan peristiwa yang masih hangat untuk disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas.

F. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan mempunyai berbagai manfaat bagi siswa, sekolah, guru, serta peneliti lain, di antaranya:

1. Bagi guru

Penelitian ini akan memberikan masukan pada guru, bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual dapat diterapkan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada pokok bahasan mengemukakan kembali isi berita.

2. Bagi siswa

(32)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi di perpustakaan, sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah wawasannya ataupun bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis maupun tidak.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita dengan Mengunakan Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Media

Audio-Visual Siswa Kelas VIII B Semester 2 SMP Pangudi Luhur 1

Kalibawang Kulonprogo Tahun Ajaran 2012/2013” adalah sebagai berikut. 1) Bab I adalah pendahuluan. Subbab ini membahas tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian dan sistematika penyajian.

2) Bab II adalah landasan teori. Subbab ini membahas tentang penelitian relevan, teori, kerangka berpikir dan hipotesis.

3) Bab III adalah metodologi penelitian. Subbab ini membahas tentang desain penelitian, subjek dan objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian, variabel penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. 4) Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Subbab ini berisi

(33)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dibahas penelitian relevan, landasan teori, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Penelitian Relevan

Penelitian yang dapat dijadikan penelitian sejenis adalah penelitian Feni Satriani (2009), Kanti Rahayu (2010), dan Nungki Prabawati Mulyono (2010). Ketiga penelitian tersebut akan diuraikan lebih lengkap sebagai berikut.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Feni Satriani (2009) berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Menyimak Lakon Drama Menggunakan Media

Audiovisual Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 7 Samarinda Tahun Ajaran

2008/2009”. Hasil penelitian tindakan tersebut adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dari rata-rata skor dasar 40,00 menjadi rata-rata hasil belajar sebesar 65,11 pada siklus I dengan persentase peningkatan 62,77%. Kemudian dari rata hasil belajar pada siklus I sebesar 65,11 menjadi rata-rata hasil belajar sebesar 74,6 pada siklus II dengan pesentase peningkatan 13,74%.

(34)

menyimak. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Feni Satriani dengan peneliti adalah materi yang digunakan yaitu Standar Kompetensi (SK) memahami isi berita, Kompetensi Dasar (KD) mengemukakan kembali isi berita, dan subjek yang dipergunakan adalah siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/ 2013. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penggabungan antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual. Dengan begitu, penelitian Feni Satriani tersebut dapat dijadikan sebagai refrensi yang tepat untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII B.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Kanti Rahayu (2010) berjudul “Peningkatan Kemampuan Memberikan Kritik dan Keaktifan Siswa dalam

Pembelajaran Berbicara dengan Menggunakan Metode Kooperatif Teknik

(35)

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penggunaan metode kooperatif. Teknik DESSI merupakan salah satu jenis metode pembelajaran kooperatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kanti Rahayu menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode kooperati teknik DESSI berhasil meningkatkan kemampuan untuk memberikan kritik siswa SMA. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual. Selain itu, materi yang akan diajarkan yaitu Standar Kompetensi (SK) memahami isi berita, dan Kompetensi Dasar (KD) mengemukakan kembali isi berita. Siswa yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta tahun ajaran 2012/ 2013.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nungki Prabawati Mulyono (2010), yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Informasi dan Keaktifan siswa dalam Pembelajaran Menyimak dengan Menggunakan Media

Audiovisual dan Teknik SKDKK Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 6

(36)

hanya 22,2% siswa yang aktif dalam pembelajaran, siklus I meningkat sebesar 23,5% dan siklus III meningkat 35,9%.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan penggunaan media audio-visual. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan menggunakan media audio-visual dan teknik SKDKK berhasil meningkatkan kemampuan menyimak isi informasi siswa SMA. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan media audio-visual. Materi yang akan diajarkan yaitu Standar Kompetensi (SK) memahami isi berita, dan Kompetensi Dasar (KD) mengemukakan kembali isi berita. Selain itu, siswa yang akan dipergunakan untuk subjek adalah kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/ 2013. Setelah meninjau ketiga penelitian relevan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang peneliti angkat masih relevan untuk dilakukan.

B. Teori

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Belajar

(37)

Widodo, 1991). Menurut Garrett bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu (Rasyad, 2003:29).

Siddiq, dkk. (2008:1-3) dalam bukunya yang berjudul

“Pengembangan Bahan Pembelajaran”, menjelaskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Dimyati dan Mudjiono (2002:7) dalam bukunya yang berjudul “Belajar dan Pembelajaran”, menjelaskan bahwa belajar merupakan tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar. Berdasarkan penjelasan ketiga pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan fisiknya.

b. Pembelajaran

(38)

a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya (Surya, 2004). Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Surya, 2004): 1) Perubahan yang disadari

2) Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan) 3) Perubahan yang bersifat fungsional

4) Perubahan yang bersifat positif 5) Perubahan yang bersifat aktif

6) Perubahan yang bersifat permanen (menetap) 7) Perubahan yang bertujuan dan terarah

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Artinya bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek perilaku kognitif, konatif, afektif atau motorik (Surya, 2004).

(39)

d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Artinya pembelajaran merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan (Surya, 2004).

e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Hal ini berarti bahwa selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti (Surya, 2004).

(40)

c. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (Mulyasa, 2006:245). Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa tersebut masing-masing mempunyai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Salah satu Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk aspek menyimak di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII adalah 9. memahami isi berita dari radio/tv, dan kompetensi dasar (KD) adalah 9.2 mengemukakan kembali isi berita yang didengar/ ditonton melalui radio/tv.

2. Hasil Belajar

(41)

sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana, 1989) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Penjelasan masing-masing ranah adalah sebagai berikut.

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif.

(42)

diberikan. Kuis diberikan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman masing-masing siswa terhadap materi pembelajaran, sedangkan tes akhir diberikan di akhir setiap siklus. Selain itu, untuk hasil belajar afektif dan psikomotorik dalam penelitian ini digolongkan dalam keaktifan siswa. 3. Keaktifan

KBBI (2008:26) menjelaskan, bahwa aktif adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keakdaan atau hal dimana siswa dapat aktif. Dalam penelitian ini, keaktifan yang dimaksud adalah keakifan belajar siswa. Jadi, yang dimaksud dengan keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan yang memungkinkan siswa aktif secara jasmani dan rohani dalam proses suatu pembelajaran.

Sriyono, dkk. (1992), mengelompokkan keaktifan jasmani dan rohani tersebut meliputi:

1. Keaktifan indera

Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

2. Keaktifan akal

Akal anak-anak aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah. 3. Keaktifan ingatan

Pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.

(43)

Anak hendaklah senantiasa mencintai pelajarannya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007) adalah:

a. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa). c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari).

e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

g. Memberi umpan balik (feed back).

h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

(44)

4. Keterampilan Menyimak

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian menyimak, proses menyimak, tujuan menyimak, dan jenis-jenis menyimak.

a. Pengertian Menyimak

Dalam KBBI (2008:1307), menyimak adalah mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca. Tarigan (2008:31) mengatakan, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

(45)

b. Proses Menyimak

Menurut Logan (dalam Tarigan, 2008:63), menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak itu sendiri terdapat tahap-tahap yang dilakukan, yaitu tahap mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap mengevaluasi dan tahap menanggapi.

Tahap pertama yaitu mendengar. Dalam tahap ini, kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraanya, sehingga dalam tahap ini, si pendengar masih berada dalam tahap hearing.

Tahap kedua yaitu memahami. Dalam tahap ini, setelah kita mendengarkan maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.

Tahap ketiga yaitu menginterpretasi. Penyimak yang baik, yang cermat dan juga teliti, belum puas jika hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran tersebut. Dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap interpretting.

(46)

pembicara, dimana keunggulan dan kelemahan, dimana kebaikan serta kekurangan sang pembicara dievaluasi. Pada tahap ini sang penyimak sampai pada tahap evaluating.

Tahap kelima yaitu menanggapi. Tahap menanggapi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraanya. Pada tahap ini sang penyimak sampai pada tahap menanggapi (responding). Berdasarkan proses menyimak di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menyimak diperlukan lima tahap yang bertujuan supaya siswa dapat belajar mendengar dengan seksama, memahami apa yang di dengar, dapat menginterpretasikan atau menafsirkan isi pendapat dalam ujaran, mengevaluasi pendapat sang pembicara dan menanggapi gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara.

c. Tujuan Menyimak

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang disadari dan direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kesadaran akan mencapai tujuan itu menimbulkan aktivitas berpikir dalam menyimak. Aktivitas menyimak yang tidak tepat dapat menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.

(47)

1) Menyimak dengan tujuan utama agar memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicaraan.

2) Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipagelarkan. 3) Menyimak dengan maksud agar dapat menilai sesuatu yang

disimak.

4) Menyimak agar dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel dan perdebatan).

5) Menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan ataupun perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

6) Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti (misalkan seseorang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).

7) Menyimak dengan maksud agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

(48)

bahwa pada dasarnya “menyimak” itu dapat kita pandang dari berbagai segi, misalnya sarana, sebagai suatu keterampilan berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai responsi dan sebagai pengalaman kreatif.

d. Jenis-jenis Menyimak

Menurut Tarigan (2008:37), jenis-jenis menyimak ada dua jenis yaitu menyimak ekstensif, dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran. Jenis-jenis menyimak ekstensif (extensive listening) meliputi menyimak sosial (sosial listening), menyimak sekunder (secondary listening), menyimak estetik(aesthetic listening) dan menyimak pasif (passive listening).

(49)

menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang didengarkan. Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang sengaja dilakukan untuk menyenangkan, rekonstruksi imajinasi dan perasaan kinestetik para menyimak. Menyimak eksplorasif adalah kegiatan menyimak bertujuan untuk menyelidiki sesuatu yang lebih terarah dan lebih sempit. Menyimak introgatif adalah kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pemeroleh informasi. Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus pada nada suara, bunyi-bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, kata-kata dan frase, bentuk ketatabahasaan.

(50)

kembali isi berita dengan baik dan dapat bekerja dalam kelompok maupun secara individu.

5. Pengertian Berita

Willard C. Bleyer (dalam Barus, 2010:26) mengungkapkan, berita adalah suatu kejadian aktual yang diperoleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik atau mempunyai makna bagi pembaca. William S. Maulsby (dalam Barus, 2010:26) menyatakan, berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.

Oramahi (2012:2) mengungkapkan, berita adalah sesuatu yang terjadi sekarang, belum pernah didengar atau dibaca orang, dan sesuatu yang akan (segera) terjadi. Berita dapat berupa suatu peristiwa, bisa juga berupa gagasan atau pendapat yang sudah diucapkan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian berita adalah laporan yang berisi suatu peristiwa atau kejadian penting yang menarik perhatian orang banyak. Berita berisi tentang fakta atau sesuatu yang baru yang dapat dipublikasikan melalui media cetak atau media elektronik. Dalam penelitian ini, berita yang dipergunakan berasal dari rekaman video berita terbaru setelah ditayangkan dari media televisi.

(51)

a. Who: menulis berita harus mengandung unsur “siapa”. Jadi, disini penekanannya adalah sumber berita itu. “Siapa” bisa mengacu pada

individu, kelompok, atau lembaga. Sebuah berita yang tidak jelas sumbernya akan diragukan kebenarannya, kecermatan, dan keteltiannya.

b. What: setelah mengetahui sumber berita, selanjutnya untuk mengetahui “apa” yang dikatakannya. Dengan kata lain, “apa” adalah mencari tahu

hal yang menjadi topik berita tersebut.

c. Where: berita juga harus menunjuk pada tempat kejadian;”dimana” terjadinya peristiwa atau fakta itu.

d. When: unsur penting berikutnya yang terkandung dalam berita adalah “kapan” terjadinya peristiwa tersebut.

e. Why: kelengkapan unsur sebuah berita harus dapat menjelaskan “mengapa” peristiwa itu sampai terjadi.

f. How: keingintahuan mengenai “bagaimana terjadinya” ini bisa mencakup gabungan unsur-unsur berita lainnya seperti daya tariknya, akibat yang ditimbulkan, dan kehangatan dengan pengalaman pribadi atau kelompok yang mengetahui berita dimaksud.

(52)

diberitakan), dan membuat kesimpulan berita dengan cara menyusun pokok-pokok berita kemudian disusun dalam kalimat berita.

Teknik mengemukakan kembali isi berita menurut Wirajaya (2008:161) adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi pokok-pokok berita yang didengar.

b. Menulis dan menyusun pokok-pokok berita yang didengar secara runtut.

c. Membaca pokok-pokok berita yang telah ditulis (untuk sedikit menghafal) dan memahaminya.

d. Mengungkapkan kembali isi berita yang didengar secara lisan tanpa membawa teks yang berisi pokok-pokok berita dengan memperhatikan aspek keruntutan, intonasi, artikulasi, dan volume suara serta dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu sikap harus tenang dan posisi tubuh harus diatur dengan baik.

6. Metode Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif

(53)

(Cooperative Learning) adalah suatu sistem pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010:39).

Priyanto (dalam Made Wena 2009:189) menjelaskan bahwa metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil dimana setiap anggota kelompoknya bekerjasama dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Ciri Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2009:27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) setiap anggota memiliki peran;

2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;

3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya;

(54)

5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. c. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010:43-44), keuntungan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial,

2) memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan,

3) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,

4) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen,

5) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois,

6) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa,

7) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia,

9) meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif,

(55)

11)meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson (dalam Agus Suprijono, 2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu : a) menumbuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintegrasi dalam

kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan,

(56)

c) mengatur sedemikian rupa sehingga setiap siswa dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok, dan

d) setiap siswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan siswa lain dalam kelompok.

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Tanggung jawab perseorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. 3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi promotif adalah :

a) saling membantu secara efektif dan efisien;

b) saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan;

c) memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien d) saling mengingatkan;

e) saling percaya; dan

f) saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

(57)

a) saling mengenal dan mempercayai;

b) mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius; c) saling menerima dan saling mendukung; dan

d) mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. 5) Group processing (pemrosesan kelompok)

Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Menurut Wina Sanjaya (dalam Rusman, 2011:206), pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif yaitu:

1) Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok.

2) Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar. Karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.

(58)

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu metode pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi (saling ketergantungan) peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.

e. Beberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif

Secara umum, pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe. Berikut ini merupakan beberapa macam tipe dari pembelajaran kooperatif.

1) STAD (Student Team Achievement Divisions)

(59)

pembelajaran yang beranggotakan empat orang atau lebih yang bercampur tingkat, kinerja, jenis kelamin, dan kesukuannya.

Menurut Arends (2008:37) pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa di kelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompok/ tim belajar, dengan wakil-wakil dari kedua gender, dari berbagai kelompok rasial atau etnis, dan dari nilai awal siswa yang memperoleh nilai tinggi, cukup, dan rendah. Jadi, yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tie STAD adalah salah satu pembelajaran kooperatif dimana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok yang heterogen (berbeda tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku). Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu kelas terdiri dalam kelompok-kelompok kecil, tiap kelompok terdiri 4-5 anggota yang heterogen dan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif serta prosedur kuis (Suyatno, 2009:52).

2) TGT (Team Game Tournament)

(60)

a. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas.

b. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri atas 4-5 orang. c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

d. Turnamen

(61)

jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader 1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, challenger 3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader 2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru. 3) Team Assisted Individualization (TAI)

Tipe pembelajaran TAI merupakan kolaborasi antara pembelajaran individual dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen (Agus Suprijono, 2009), yaitu:

a. Team yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa.

(62)

c. Student creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

d. Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.

e. Team scores and team recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f. Teaching group yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

g. Facts test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

(63)

dapat dilihat dari berbagai sisi adalah sebagai berikut (Sugiyanto, 2010).

(64)

f. Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions)

STAD (Student Team Achievement Divisions) dikembangkan oleh Slavin, dkk dan merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif di dalam kelas (Slavin, 2008:143).

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu kelas terdiri dalam kelompok-kelompok kecil, tiap kelompok terdiri 4-5 anggota yang heterogen dan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif serta prosedur kuis (Suyatno, 2009:52). Slavin (2008:143-146) mengemukakan bahwa tipe STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu:

1) Presentasi kelas

Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi kelas. Presentasi kelas dapat dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi dapat juga presentasi menggunakan audio-visual.

(65)

akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari kelompok mereka.

2) Kerja kelompok

Tim atau kelompok terdiri dari empat atau lima orang siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari kerja kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota kelompok dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota kelompok dapat mengerjakan dengan baik. Setelah guru mempresentasikan materi, anggota kelompok secara bersama-sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru.

Dalam hal ini, siswa mendiskusikan masalah atau kesulitan yang ada, membandingkan jawaban dari masing-masing anggota kelompok yang maju ke depan kelas dan membetulkan kesalahan jawaban dari anggota kelompok lain. Dalam setiap langkah, titik beratnya adalah membuat anggota kelompok melakukan yang terbaik untuk kelompok, dan kelompok pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

3) Kuis

(66)

perseorangan. Siswa-siswa tidak diijinkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap siswa secara perseorangan bertanggung jawab atas pengetahuan yang mereka peroleh.

4) Skor kemajuan perseorangan

Gagasan di balik skor kemajuan perseorangan adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari nilai kinerja siswa tersebut sebelumnya. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk kelompok mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Tingkatan skor kemajuan (Slavin, 2010:159), adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2

Skor Kemajuan Perseorangan

Skor Kuis Skor kemajuan  Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di

bawah nilai awal

 Nilai kuis/tes terkini turun 1-10 poin di bawah nilai awal

(67)

5) Penghargaan kelompok

Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor kelompok siswa akan digunakan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut:

a) Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.

b) Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok.

c) Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai daasr (awal) masing-masing siswa.

Rusman (2011:216) menjelaskan, tiga macam tingkatan penghargaan yang diberikan berdasarkan pada rata-rata skor tim adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3

Kriteria Penghargaan Kelompok Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

0 ≤ N ≤ 5 -

6 ≤ N ≤ 15 Kelompok Baik ( GOOD TEAM) 16 ≤ N ≤ 20 Kelompok Hebat (GREAT TEAM)

(68)

7. Media Audio-Visual a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, sehingga secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari penerima pesan (Sri, 2010:4). Menurut Webster Dictonary 1960 (dalam Sri, 2010:4), media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal.

Gagne (dalam Sadiman dkk, 2008:6) menyatakan, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (dalam Sadiman dkk, 2008:6) berpendapat, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Sadiman dkk (2008:17) berpendapat, kegunaan media dalam proses belajar mengajar antara lain:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

(69)

masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, objek terlalu kompleks, dan konsep yang terlalu luas.

3) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

4) Memberi perangsang yang sama. 5) Mempersamakan pengalaman. 6) Menimbulkan persepsi yang sama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan media merupakan suatu alat yang digunakan untuk menerima pesan dalam lingkungan siswa untuk merangsang berpikir dalam belajar. Peran media dalam proses belajar agar dapat memperjelas penyajian materi yang akan dipergunakan, membuat siswa tertarik sehingga tidak merasa bosan, dan dapat memberikan rangsangan otak siswa supaya dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru.

b. Media Audio-Visual

(70)

yang lebih mudah daripada yang disampaikan dengan kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis. Siswa mudah dan lebih cepat belajar dengan melihat-lihat alat sensori seperti penggunaan media audio-visual dan pembelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis berasumsi pengertian media audio-visual adalah suatu media yang berperan untuk memberikan suatu informasi yang berupa suara maupun gambar kepada penyimak, sehingga informasi yang disajikan lebih mudah ditangkap dan dipahami. Dalam penelitian ini, media audio-visual berperan untuk menyajikan materi berupa power point dan menampilkan rekaman video berita kepada siswa.

C. Kerangka Berpikir

Tarigan (2008:31) mengatakan, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Secara umum, menyimak mempunyai tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari sesuatu yang diperdengarkan. Aktivitas menyimak yang tidak tepat dapat menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai dengan baik.

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan
Tabel 2.2 Skor Kemajuan Perseorangan
Tabel 2.3  Kriteria Penghargaan Kelompok
Tabel 3.1 Target Keberhasilan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Powered by

[r]

Walaupun, seperti yang telah kita lihat dalam Bab 2, ada alasan-alasan historis untuk sikap antipati antara orang Kristen dan Yahudi, dan hukum-hukum yang diskriminatif

16: Perbandingan Pernyataan Pengertian Ecotourism Menurut Responden 3 (Wisatawan Lokal) dengan Konsep Baku Internasional .... 17: Pemahaman Pengertian Ecotourism pada

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi pangan, aktivitas fisik, riwayat penyakit, riwayat demensia keluarga, dan kejadian demensia pada lansia di

Sarana prasarana berfungsi menyediakan pelayanan untuk mendukung aktifitas wilayah dengan substansi yang berbeda contohnya jaringan jalan, air bersih, listrik, sarana

[r]

Pokok - pokok penjelasan atau perubahan serta penambahan yang telah dilaksanakan dan disepakati pada penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) secara online di website: