PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP HASIL
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA SISWA
KELAS VII SMP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MEDAN LABUHAN
TESIS
Diajukan Guna memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh:
SUWANTY
NIM : 8126122044
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRACT
SUWANTY. Registration Number: 8126122044. The Effect of Instructional Strategy and Interpersonal Communication Towards Learning Result to The Buddhist Education of SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan Grade Seven. A Thesis. Educational Technology Study Program Post Graduate Program of State University of Medan.2014
The objectives of this research are to find out the effect of : (1) The difference of student’s learning result on Buddhist studies that taught by using role-play learning strategy and Expository learning strategy, (2) The difference of Buddhist education learning result between who have high interpersonal communication and low interpersonal communication, (3) The interaction between learning strategy and interpersonal communication in influencing the learning result of student’s Buddhist education.
The method of this research is a quasy experiment. The population consist of 240 (two hundred forty) students from SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan grade seven that have six classes. Meanwhile cluster random sampling is used for eighty students from two classes as the samples. Before giving observing, first observing samples given interpersonal communication test to differ the kinds of interpersonal communication of the students. The result learning test is used first to be tested to know the validity of the test and realibility test. The result from sixty questions tested, only fifty one questions that’s answered correctly. Statistic descriptive is used in this statistic observing showing data and statistic inferential to test observing hypothesis. Observing hypothesis is tested by using two Anova lines after analysist data test. Normality test Lilliefors test and homogeneity varians test and also Fisher test and Barltlett test.
The hypothesis testing result showed that : (1) Learning result of student’s Buddhist education that learned by role-play learning strategy is better than Expository learning strategy. It’s shown by Fc = 6.813 > Ftable = 4.00 at significant level α = 0.05, (2) the students who have high interpersonal communication acquired Buddhist education learning result higher than low interpersonal communication. This can be indicated by Fc = 9.453 > Ftable = 4.00 at significant level α = 0.05, (3) there is an interaction between learning strategy and interpersonal communication in influencing the student’s Buddhist educational learning result. It’s shown by Fc = 20.809 > Ftable = 4.00 at significant level α = 0.05.
ii ABSTRAK
SUWANTY, Nomor registrasi: 8126122044. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha Siswa Kelas VII SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan. Tesis. Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Medan.2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran bermain peran dan strategi pembelajaran ekspositori, (2) Perbedaan Hasil Belajar PAB siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi dan siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah, (3) interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi interpersonal dalam mempengaruhi hasil belajar Pendidikan Agama Buddha siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 240 orang yang berasal dari kelas VII SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan yang berjumlah 6 kelas. Sedangkan sampel berjumlah 80 orang yang diambil dari 2 kelas dengan menggunakan Cluster Random Sampling. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel penelitian diberikan tes komunikasi interpersonal untuk membedakan jenis komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh siswa. Tes hasil belajar yang digunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas tes dan realibilitas tes. Hasil yang diperoleh dari 60 soal yang diujikan, sebanyak 51 soal saja yang memenuhi persyaratan. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan statistik inferensial. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan Anava 2 jalur yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dengan uji Lillifors dan uji homogenitas varians dengan uji F dan Uji Barltlett.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa : (1) hasil belajar PAB siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran bermain peran lebih baik dengan siswa yang dibelalajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 6,813 > Ftabel = 4,00 pada taraf signifikan α = 0,05, (2) siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi memperoleh hasil belajar PAB lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 9,453 > Ftabel = 4,00 pada taraf signifikan α = 0,05 dan (3) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi interpersonal dalam mempengaruhi hasil belajar PAB siswa . Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung =20,809 > Ftabel= 4,00 pada taraf signifikan α = 0,05.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Sang Triratna, Para Buddha dan Bodhisattva, atas berkah
dan anugerah-Nya sehingga tesis yang berjudul “ Pengaruh Strategi Pembelajaran
dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha
Kelas VII SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan “ dapat terselesaikan dengan
baik.
Pertama, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.
Harun Sitompul, M.Pd. sebagai Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Program
Studi Teknologi Pendidikan dan Bapak Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M.Pd. sebagai
Pembimbing II, yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan
kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd. sebagai Narasumber dan
sekaligus sebagai Asisten Direktur II Pascasarjana Unimed, Bapak Prof. Dr.
Abd.Munir, M.Pd sebagai Narasumber, Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd. sebagai
Narasumber sekaligus sebagai Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Kedua, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar Damanik, M.Pd. selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Dr. Abd. Muin Sibuea,
M.Pd. selaku Direktur Pascasarjana Unimed, Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd.
selaku Asisten Direktur I beserta Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi
Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Ibu Pelangi
iv
Koordinator Perguruan Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan yang telah
memberikan motivasi yang sangat berharga serta telah memberikan izin dan
kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpin, termasuk
pemanfaatan sarana prasarana sekolah, Kepala Sekolah SMP Bapak Ashari,SH.,
guru Agama Buddha serta staf PKS dan Guru-guru yang telah banyak membantu
dalam melakukan penelitian ini.
Secara khusus ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah banyak
berjasa, umat Cetiya Kusala Kshanti Medan-Titipapan serta kepada rekan-rekan
kuliah khususnya Prodi Teknologi Pendidikan angkatan XXII, semua pihak dan
semua makhluk hidup di alam semesta yang telah memberikan bantuan dan
dukungan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis hingga penulisan
tesis ini dapat diselesaikan.
Tiada gading yang tak retak, tiada hal yang sempurna di dunia ini, tiada
kesempurnaan tanpa kerendahan hati, penulis menyadari masih banyaknya
kekurangan dan kelemahan, untuk itu dengan segala kerendahan hati
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini
hingga bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan dan bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
Akhir kata, Penulis ingin melimpahkan segala jasa kebajikan ini teriring doa,
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia.
Medan, 27 Februari 2014
Penulis,
Suwanty
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT……….i
ABSTRAK………..ii
KATA PENGANTAR………...iii
DAFTAR ISI…….………..………...v
DAFTAR TABEL………..………...……ix
DAFTAR GAMBAR………..………...xi
DAFTAR LAMPIRAN…….…….………..xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1
B. Identifikasi Masalah………...12
C. Pembatasan Masalah………..13
D. Rumusan Masalah………..14 E. Tujuan Penelitian………...15
F. Manfaat Penelitian……….15
BAB II : KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis….………..17
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha……...17
2. Hakikat Strategi Pembelajaran……….30
a. Strategi Pembelajaran Bermain Peran………34
b. Strategi Pembelajaran Ekspositori………...…………..42 3. Hakikat Komunikasi Interpersonal………..49
C. Kerangka Berpikir………..58
1. Perbedaan Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha antara Siswa yang dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dengan siswa yang dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori………58
2. Perbedaan Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha antara siswa yang memiliki komunikasi Interpersonal tinggi dengan siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah……….61
3. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dengan Komunikasi Interpersonal dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha………..………..…64
D. Hipotesis Penelitian………...68
BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………..69
B. Populasi dan Sampel………69
1. Populasi………....69
2. Sampel……….….70
C. Metode dan Desain Penelitian………...71
1. Metode Penelitian……….…71 2. Desain Penelitian……….….72
D.Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian……….……73
1. Variabel Penelitian………...73
2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian………73
E. Pengontrolan Perlakuan……….76
F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian……….78
1. Prosedur Perlakuan Penelitian………...78
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian………….………81
1. Teknik dan Instrumen Tes Hasil Belajar………..………83
2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Komunikasi Interpersonal……….84
H. Ujicoba dan Validasi Instrumen………...…86
a. Uji Validitas……….86
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian………..………..94
1. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Bermain Peran………...………...………94
2. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Ekspositori……….………...………96
3. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi………...97
4. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah………...98
5. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dan Memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi…...99
6. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dan Memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah...101
7. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi……….102
8. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah..…….103
B. Pengujian Persyaratan Analisis………..105
1. Uji Normalitas Data………105
2. Uji Homogenitas Data………106
C. Pengujian Hipotesis………108
E. Keterbatasan Penelitian………..128
BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan….………...……132
B. Implikasi…....………133
C. Saran………..140
DAFTAR PUSTAKA………...………..142
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Belajar Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Agama Buddha Kelas VII SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Tahun
Pelajaran 2007 s/d 2013……… 5
1.2 Penanganan Kasus Siswa oleh Bagian Bimbingan & Konseling SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan Tahun Pelajaran 2008 2013………... 5
2.1 Pengembangan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pendidikan Agama Buddha………..25
2.2 Strategi Pembelajaran dengan berbagai Teknik/Metode Pembelajarannya………..50
3.1 Desain Penelitian Faktorial 2x2………...73
3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha Ranah Kognitif……….84
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Ranah Afektif ……….……….84
3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Komunikasi Interpersonal………....86
3.5 Interprestasi Skala Korelasi………..89
3.6 Interprestasi Tingkat Kesukaran………...91
3.7 Interprestasi/Penafsiran Daya Pembeda………...92
4.1 Perbandingan Data Hasil Belajar PAB siswa berdasarkan Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Siswa………94
4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Bermain Peran……… 95
4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori…..……… 96
4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi……….…..……… 97
4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah………….…..……… ...98
4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dan memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi.………….…..………...100
4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dan memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah.………….…..………..………...101
4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi.………….…..………...102
4.10 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Strategi Pembelajaran…….…..105 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Komunikasi Interpersonal..…..105 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Interaksi Strategi Pembelajaran
dan Komunikasi Interpersonal....………. ………...106
4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Antar Kelompok Sampel A1 dan A2 dengan Uji F………..……….106
4.14 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Antar Kelompok Sampel B1 dan B2 dengan Uji F………..……….107
4.15 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Antar Kelompok Berdasarkan
Interaksi Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Siswa
Dengan Uji Barlett…….………..……….107
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerucut Pengalaman Belajar Dale……..………..…………...22 4.1 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi
Pembelajaran Bermain Peran………...95 4.2 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi
Pembelajaran Ekspositori….………..97 4.3 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Memiliki Komunikasi
Interpersonal Tinggi…..….………..…..98 4.4 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Memiliki Komunikasi
Interpersonal Rendah…..….……….…..99 4.5 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi
Pembelajaran Bermain Peran dan Memiliki Komunikasi
Interpersonal Tinggi.…..….……….…100 4.6 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi
Pembelajaran Bermain Peran dan Memiliki Komunikasi
Interpersonal Rendah…..….……….…102 4.7 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi
Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Komunikasi
Interpersonal Tinggi.…..….……….…103 4.8 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi
Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Komunikasi
Interpersonal Rendah…..….……….…104 4.9 Pola Interaksi Antara Strategi Pembelajaran dan Komunikasi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Silabus Pembelajaran Kelas VII SMP PAB………146
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1-2 Strategi Pembelajaran Bermain Peran……….149
3 Lembar Kerja Siswa (LKS) I-VII Strategi Bermain Peran………...…….164
4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1-2 Strategi Pembelajaran Ekspositori….………..227 5 Instrumen Tes Hasil Belajar PAB Dan Kunci Jawaban………..239
6 Data Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar…………...259
Data Perhitungan Realibilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar………....260
Data Perhitungan Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda Butir Soal Tes Hasil Belajar……….……….……..261
Data Keefektifan Distraktor Butir Soal………...262
7 Instrumen Tes Komunikasi Interpersonal………...263
8 Data Perhitungan Validitas Angket Komunikasi Interpersonal……..270
Data Perhitungan Realibilitas Angket Komunikasi Interpersonal…...271
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian………...…...272
Analisis Hasil Tes Komunikasi Interpersonal Kelas VII-B…………273
11 Pengujian Homogenitas Varians Data…………..……..………296
12 Analisis Varians Data Dua Jalur………....………....299
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan perubahan Teknologi yang begitu pesat telah
mendorong perubahan sifat dan mental manusia khususnya para generasi muda.
Nilai-nilai gotong royong yang dahulu disemboyankan dan diamanahkan oleh
generasi pendahulu kini sangat jarang ditemui lagi. Keegoisan ataupun sikap
mementingkan diri sendiri semakin menonjol, berbagai masalah sosial yang
ditimbulkan oleh kemerosotan moral dan etika seperti terjadinya perdagangan
obat-obatan atau Narkoba, perdagangan manusia baik usia balita maupun wanita,
penganiayaan dan pelecehan seksual, pembunuhan, pencurian, sampai ke
kejahatan teroris dan korupsi. Hal ini tentu harus mendapat perhatian dari semua
pihak termasuk salah satunya adalah pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan
agar generasi penerus bangsa tidak menempuh langkah-langkah yang tidak tepat.
Salah satu bidang pendidikan yang berperan penting dalam pembentukan
moral dan etika adalah Pendidikan Agama. Bangsa Indonesia pada dasarnya
dikenal sebagai bangsa yang religius. Sifat religius ini ditegaskan dalam Pancasila
sebagai dasar Negara yaitu pada Sila Pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa,
pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2 yang menyatakan
bahwa kebebasan beragama itu merupakan hak azasi setiap warga negara
Indonesia. Dalam pasal ini diatur bagaimana umat beragama itu secara bebas
2
mendapat pendidikan agama di sekolah-sekolah formal. Kemudian hal yang sama
juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 Pasal 1 yang
menyatakan bahwa Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran / kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut menekankan bahwa dengan memperoleh
pendidikan Agama, maka diharapkan siswa memiliki pengetahuan dan dapat
membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan dalam mengamalkan ajaran
agamanya. Didalam Pasal 12 ayat 1 huruf a Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003, mengamanatkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan Agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
Proses pembinaan Pendidikan agama bukan saja dalam aspek Kognitif
(pengetahuan teoretis ajaran Agama), tetapi juga aspek afektif (menyangkut
bagaimana sikap dan pengalaman empiris) dan psikomotorik (praktek ajaran
Agama secara nyata dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari
-hari). Selama ini, pandangan yang berkembang di masyarakat bahwa kemerosotan
moral dan akhlak siswa disebabkan gagalnya pendidikan agama, namun
sesungguhnya jika diamati lebih jauh, adanya kelemahan-kelemahan tertentu yang
harus dihadapi Guru Agama seperti mulai dari jumlah jam pelajaran yang minim,
materi pendidikan Agama yang terlalu banyak teoretis, sehingga pendidikan
3
Berhadapan dengan berbagai kendala tersebut, isi kurikulum menjadikan pendidik
an Agama menjadi kurang berfungsi maksimal dalam membentuk moral dan
kepribadian siswa. Pelajaran Agama serta pesan-pesan moral yang disampaikan
guru didepan kelas, tidak mampu menjiwai setiap gerak langkah siswa dalam
kehidupan masyarakatnya. Seperti yang dinyatakan oleh Nafi (dalam Arifin 2003:
1), terdapat tiga faktor yang ditengarai memperparah kegagalan dalam penyeleng
garaan Pendidikan Agama yaitu (1) pengajaran agama terlalu dogmatik dan
tekstual, (2) lemahnya orientasi kontekstual dalam pengajaran dan pengamalan
agama dan (3) meningkatnya pergumulan struktural yang menyertakan idiom-
idiom keagamaan. Permasalahannya bagaimana model pendidikan yang tepat
sesuai khasanah dan kebudayaan lokal agar mampu menghasilkan generasi baru
yang mampu mengamalkan ajaran agama dalam rangka mengatasi persoalan
sosial. Kontekstualisasi pendidikan agama dalam perubahan sosial dalam hal ini
memiliki relevansi yang kuat.
Buchori (dalam Arifin ,2003: 1) mendefinisikan pendidikan agama sebagai
upaya sadar untuk mengembangkan cara hidup yang mengikuti perintah suatu
agama. Pola hidup penganut agama didasari oleh penghayatannya atas nilai-nilai
agama yang dianutnya. Nilai-nilai itu diserap untuk dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan agama memiliki urgensi dalam memberikan sumbangan
konstruktif bagi pembangunan bangsa. Bahkan pada tataran pribadi agama
memainkan peran yang menentukan dalam pembentukan akhlaq, moralitas dan
4
Internalisasi nilai-nilai agama ke dalam kehidupan anak akan memberikan
arah bagi perkembangannya di masa depan. Dengan demikian, tugas pendidikan
agama tidak terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan secara
keseluruhan, melainkan juga pada tingkat manusia sebagai pribadi. Pendidikan
agama juga tidak boleh sekadar pengajaran agama karena pendidikan agama
merupakan hal yang sangat fundamental. Artinya jangan sampai pendidikan
agama hanya merupakan pengalihan pengetahuan agama, karena pengalihan
pengetahuan agama mungkin bisa menghasilkan pengetahuan dan ilmu, tetapi
pengetahuan itu belum mampu menjamin pengarahan untuk hidup sesuai
pengetahuan tersebut. Oleh karena itu pendidikan yang autentik, selain
mengajarkan bahan-bahan pengetahuan, juga harus mengusahakan pengamalan
dan penghayatan nilai-nilai di dalam situasi dan lingkungan hidup sehari-hari.
Permasalahan yang sering terjadi sebagai penyebab kegagalan ataupun
ketidakmampuan pencapaian tujuan secara optimal lebih disebabkan oleh selain
faktor dari dalam diri siswa, juga disebabkan kurangnya pembelajaran yang
dirasakan oleh siswa, materi Pendidikan Agama Buddha (PAB) dianggap sebagai
pelajaran tambahan saja, yang hanya perlu dihafal kemudian diuji. Setelah ujian
selesai, maka materi itupun segera menghilang tanpa bekas.
K e s e n j a n g a n y a n g t e r j a d i d a l a m p e n c a p a i a n h a s i l b e l a j a r
PAB di SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo mengindikasikan bahwa pengelolaan
pembelajaran PAB belum optimal dan efektif. Nilai siswa yang menyatakan hasil
5
Sumber : Daftar Kumpulan Nilai SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan
Selain dari kesenjangan hasil belajar, peneliti juga mendapatkan banyaknya
kasus tindakan negatif siswa yang masih sering ditemukan di sekolah-sekolah
seperti kasus pembolosan, kasus perkelahian pelajar, kasus melawan guru,
perilaku negatif lainnya seperti merokok, bermain gadget di jam pelajaran hingga
tindakan kriminal. Gambaran tentang Penanganan Kasus Siswa pada sekolah SMP
Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai berikut pada Tabel 1.2 :
Tabel 1.2. Penanganan Kasus Siswa oleh Bagian Bimbingan & Konseling SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan Tahun Pelajaran 2008 s/d 2013 No. Tahun Pelajaran Jumlah Siswa Per Kelas
VII VIII IX
6
Dalam menghadapi kasus siswa yang bermasalah, pihak sekolah sering
memberikan pengarahan, bimbingan maupun konseling sampai kepada peringatan
tertulis maupun pemanggilan orang tua siswa dan pemberian skorsing, namun
tampaknya hal ini tidak memberikan dampak yang signifikan dalam mengatasi
krisis moral siswa di sekolah. Proses penyelenggaraan pendidikan dalam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) jelas akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa,
kegagalan penyelenggaraan KBM seringkali disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain kemampuan guru dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat
yang disesuaikan dengan metode, media dan sumber belajar lainnya yang
dianggap relevan dalam menyampaikan informasi, dan membimbing siswa agar
terlibat secara optimal, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar
dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuannya seperti mental, intelektual,
emosional dan ketrampilan kognitif, afektif dan psikomotorik, bahkan lebih jauh
pendidikan Agama juga dapat mengantar pada pencapaian yang lebih tinggi yaitu
pencapaian spiritual.
Guru juga harus berperan aktif dalam membimbing siswa untuk lebih bisa
berinteraksi dan berkomunikasi. Strategi pembelajaran merupakan salah satu hal
yang terpenting yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar.
Memang dalam kenyataannya tidak ada satu strategi pembelajaran yang tepat dan
efektif untuk semua materi. Dengan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat
dan disesuaikan dengan karakter dan potensi siswa, diharapkan pembelajaran
dapat membangkitkan dan mendorong aktivitas siswa untuk meningkatkan
7
Mann (2012: 1) berkata: “Seorang guru yang mencoba mengajar siswanya
tanpa memberikan inspirasi agar mereka memiliki hasrat untuk belajar, adalah
seolah memalu besi yang sudah dingin”.
Pembelajaran Agama Buddha di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
khususnya SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo adalah suatu proses pembelajaran
yang bermaksud memberikan dasar-dasar keagamaan kepada siswa tentang hidup
beragama yang meliputi suatu sistem nilai tentang pengetahuan agama, sikap
beragama, dan pengalaman keagamaan, sehingga pembelajaran terhadap nilai
agama tersebut akan membentuk landasan akhlak, moral yang baik bagi siswa
untuk mampu menjalankan kewajiban-kewajiban yang diemban kepadanya, baik
dalam posisinya sebagai anggota masyarakat, keluarga, maupun posisinya sebagai
siswa di sekolah.
Dari hasil pengamatan peneliti di SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan
Labuhan, bahwa pada pelaksanaan proses pembelajaran PAB, kelas masih
berfo-kus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan kemudian ceramah
menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang ini lebih
dikenal dengan strategi pembelajaran Ekspositori, dimana dalam strategi ini siswa
hanya menerima informasi (pengetahuan) dari apa yang disampaikan guru,
sehingga siswa kurang diberdayakan. Kegiatan belajar yang dilakukan
berorientasi pada target penguasaan materi hanya berhasil dalam kompetisi
ingatan jangka pendek saja namun gagal dalam membekali siswa dengan ilmu dan
pengetahuan jangka panjang bahkan sampai ke impelementasi dan pengamalan
bebe-8
rapa strategi pembelajaran yang berbeda seperti mengerjakan soal-soal latihan,
membuat peta konsep dari setiap materi yang diajarkan maupun membuat kliping
dari suatu materi tertentu. Namun dengan penerapan strategi Ekspositori, yang
terjadi adalah guru tidak mampu melayani perbedaan setiap individu siswa baik
dalam hal perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, gaya belajar bahkan
kemampuan berkomunikasi yang mutlak diperlukan untuk dapat menjangkau
aspek afektif dan psikomotorik di samping aspek kognitif.
Pembelajaran yang dengan hanya berorientasi pada Guru (Teacher Oriented),
maka permasalahan yang selama ini dihadapi oleh guru Agama Buddha yaitu
kurangnya minat dari siswa dan hasil yang didapatkan hanyalah hasil belajar
siswa yang didapat dari menghafal materi saja tanpa mengetahui apa sebenarnya
yang ingin dicapai dari pengenalan materi tersebut, tidaklah akan terselesaikan.
Selain itu PAB biasanya jarang mendapat perhatian lebih dari sekolah dimana
biasanya yang lebih mendapat perhatian khusus adalah bidang eksakta seperti
mata pelajaran Matematika, Sains, Fisika dan lainnya yang boleh mengikuti
perlombaan sekelas Olympiade sehingga dapat mengangkat martabat dan nilai
sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa untuk memperoleh hasil
belajar PAB seperti yang diharapkan dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang
mampu untuk memberdayakan siswa dalam suatu proses mengajar dan belajar.
Oleh karena dalam PAB memuat kompetensi-kompetensi yang bermanfaat untuk
pengkonstruk-9
sian sikap menjadi manusia yang bersusila , maka peneliti melihat perlu diadakan
pengkajian dan pembaharuan dalam strategi pembelajaran dengan bermain peran
(Role Playing) yang dirasakan merupakan alternatif yang paling sesuai untuk
mewujudkan kompetensi-kompetensi tersebut secara optimal.
Strategi Pembelajaran bermain peran adalah strategi pembelajaran yang
berorientasi pada siswa yang yang didesain untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan karakter dan kemampuan berkomunikasi
secara autentik. Menurut Joyce and Weil (2000: 1) strategi pembelajaran bermain
peran adalah strategi pembelajaran yang termasuk ke dalam kelompok model pem
belajaran sosial. Strategi ini menekankan sifat sosial pembelajaran dan melihat
bahwa perilaku kooperatif dapat merangsang siswa baik secara sosial maupun inte
lektual. Strategi bermain peran (role playing) adalah suatu permainan gerak yang
didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur berkomunikasi.
Dalam strategi role playing, siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar
kelas, meskipun pembelajaran juga bisa terjadi di dalam kelas (Jill Hadfield, 1986:
1). Oleh sebab itu, maka dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan minat, sikap,
motivasi belajar siswa, seorang guru hendaknya mampu untuk merancang
pembelajaran itu ke dalam suatu cerita permainan peran yang menarik, sehingga
-siswa dapat memahami dan menerima makna dan essensi materi pelajaran secara
utuh.
Selain faktor dari luar diri siswa seperti strategi pembelajaran yang digunakan
oleh guru, faktor yang berasal dari dalam diri siswa juga berpengaruh dalam
10
siswa salah satunya adalah kemampuan komunikasi interpersonal. Dalam Standar
Kompetensi penelitian yang akan diambil ini mengusung tujuan untuk
membentuk manusia yang bersusila sesuai dengan Pancasila Buddhis, hal ini erat
kaitannya dengan kemampuan berkomunikasi seseorang, jika seorang siswa
khususnya tidak mampu berkomunikasi sesama siswa, maka siswa tersebut
cenderung menarik diri dalam pergaulannya, sehingga dengan tidak atau kurang
berinteraksinya seseorang dengan dunia luar atau lingkungannya, seseorang
tersebut tidak dapat dikatakan manusia yang bisa bermasyarakat, dengan tidak
bermasyarakat, maka makna kesusilaan yang bisa ia pelajari dan dapatkan dari
masyarakat niscaya susah untuk tercapai. Dunia Pendidikan merupakan dunia
yang juga memerlukan kegiatan dan proses komunikasi. Guru harus senantiasa
memberikan rangsangan positif didalam membangkitkan komunikasi positif baik
antara siswa maupun antara siswa dengan guru.
Komunikasi menurut Effendy (2002) yang mengutip pendapat Hovland
(da-lam Hidayat,2012: 23) komunikasi merupakan upaya yang sistematis untuk
mengubah sikap atau perilaku orang lain. Upaya mengubah sikap misalnya, yang
asalnya tidak mengetahui menjadi tahu, yang semula tidak mengerti menjadi
mengerti, yang tadinya bodoh menjadi pintar. Upaya mengubah perilaku
dicontohkan yang semula malas menjadi rajin. Selain itu sebuah komunikasi akan
terjadi apabila seseorang dapat menangkap pesan dari orang yang menyampaikan
pesan tersebut. Menurut Iriantara(2013: 19), ada dua yang khas dalam komunikasi
manusia yatiu bersifat cair dan relasional. Karena komunikasi bersifat relasional,
11
akan membawa kita pada pembahasan mengenai konteks komunikasi, yang oleh
ahli komunikasi lain disebut sebagai taraf atau level komunikasi dimana dalam
konteks atau level komunikasi ini, bukan hanya jumlah orang yang terlibat
didalam proses komunikasi yang berbeda melainkan juga suasana atau latar
komunikasinya. Ketika individu berkomunikasi dengan orang lain untuk berbagai
tujuan dengan berbagai alasan ataupun untuk memecahkan masalah, konflik atau
sekedar untuk bertukar informasi dan memenuhi kebutuhan sosial kita untuk
berinteraksi dengan orang lain dan memperbaiki persepsi kita terhadap diri kita
sendiri, maka komunikasi yang perlu dibina adalah komunikasi
interpersonal. Dibutuhkan komunikasi interpersonal yang baik bagi seseorang
dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga ketika berhadapan dengan
berbagai permasalahan sosial ia dapat menyelesaikannya dengan baik dan juga
dapat memberikan lebih banyak manfaat dalam keberhasilan hidup seseorang.
Komunikasi Interpersonal bukan hanya berlangsung di antara dua orang,
melainkan juga bisa terjadi dalam kelompok kecil, yang memungkinkan semua
anggota kelompok kecil itu bisa saling tatap muka, dan memiliki giliran yang
sama untuk berbicara dan mendengarkan dalam suasana yang penuh keakraban.
Suasana relasi di antara mereka yang terlibat dalam komunikasi ini, menjadi ciri
komunikasi interpersonal dan suasana informal, penuh persahabatan dan
kekeluargaan menjadi karakteristiknya. Itulah sebabnya, meskipun komunikasi
berlangsung di antara dua orang yang baru kenal atau bahkan samasekali tidak
saling kenal seperti saat berkomunikasi dengan seorang pramuniaga toko,
12
komunikasinya tidak menunjukkan suasana informal yang penuh keakraban atau
bersuasana kekeluargaan.
Agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, efektif dan efisien, maka
faktor komunikasi interpersonal yang terjalin dalam proses pembelajaran harus
mendapat perhatian dari guru, karena dengan adanya komunikasi interpersonal
yang terjalin baik antara sesama siswa, antara siswa dengan guru ataupun siswa
dengan lingkungannya, dipadukan dengan strategi pembelajaran yang tepat,
dimana strategi Ekspositori sebagai strategi yang selama ini digunakan diharapkan
dapat membantu siswa dengan komunikasi interpersonal rendah. Dengan strategi
bermain peran dan strategi ekspositori, kedua strategi pembelajaran dengan ciri
-khasnya yang berbeda, maka strategi ini dapat diterapkan untuk kondisi siswa den
gan komunikasi interpersonal yang berbeda sehingga diharapkan hasil belajar
PAB siswa SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan, kelas VII (tujuh)
dapat lebih ditingkatkan lagi.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang berhubungan dengan pencapaian hasil belajar Pendidikan
Agama tidaklah sesederhana yang dipikirkan, namun dengan adanya uraian
tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran yang kuat untuk dapat
melaksanakan penelitian yang bermanfaat bagi pencapaian hasil belajar PAB
secara optimal.
Berdasarkan latar belakang masalah, masalah yang akan diteliti adalah
Sudirohusodo-13
Medan Labuhan yaitu : faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil Belajar
PAB di SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo? Bagaimana guru melaksanakan proses
-pembelajaran? Adakah guru telah merencanakan pembelajaran dengan baik?
Bagaimana guru memilih strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan
komunikasi siswa? Apakah rendahnya komunikasi interpersonal siswa sebagai
-penyebab rendahnya hasil belajar PAB siswa? Apakah strategi pembelajaran
ekspositori dan bermain peran mempengaruhi hasil belajar PAB siswa? Apakah
ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
ekspositori dan bermain peran ? Apakah ada perbedaan hasil belajar PAB antara
siswa dengan komunikasi interpersonal tinggi dengan rendah? Apakah ada
interaksi antara strategi pembelajaran dengan komunikasi interpersonal siswa
dalam mempengaruhi hasil belajar PAB siswa ?
C. Pembatasan Masalah
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal
maupun faktor eksternal, penelitian yang mencakup keseluruhan faktor tersebut
merupakan hal yang rumit, menuntut keahlian, waktu dan dana. Mengingat
keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat dielakkan serta agar penelitian ini
dapat terfokus, maka perlu batasan-batasan sehingga tujuan penelitian ini dapat
tercapai. Oleh sebab itu, objek permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi
pada pencapaian hasil belajar PAB pada aspek kognitif dan afektif di kelas VII
14
pemahaman dan penerapan, juga dapat masuk ke aspek afektif terutama pada
pengamalan dan karakterisasi.
Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada SMP Dr.
Wahidin Sudirohusodo yang melibatkan siswa kelas VII (tujuh) dan dilakukan
pada bulan Januari sampai Maret 2014 dengan satu variabel bebas, satu variabel
moderator dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah strategi pembelajaran dalam hal ini yang diteliti adalah strategi
pembelaja-ran ekspositori dan strategi pembelajapembelaja-ran bermain pepembelaja-ran.Variabel moderator
ada-lah komunikasi interpersonal siswa diklasifikasikan tinggi dan komunikasi
inter-personal siswa rendah. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar PAB.
Penelitian ini dikhususkan pada eksperimen di Standar Kompetensi (SK)
ke-3 di kelas VII yaitu Mengkonstruksi sikap Umat Buddha untuk menjadi manusia
susila sesuai Pancasila dengan 2 (dua) Kompetensi Dasar (KD) yaitu (1)
mendeskripsikan sila, (2) menguraikan Pancasila Buddhis berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 mata pelajaran Pendidkan Agama
Buddha pada kelas VII (tujuh) tahun pelajaran 2013/2014
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka
perlu dirumuskan masalahnya secara tepat, masalah yang akan diteliti adalah :
1. Apakah hasil belajar PAB siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
bermain peran lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan strategi
15
2. Apakah siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi akan memiliki
hasil belajar PAB lebih tinggi dari siswa yang memiliki komunikasi
interpersonal rendah ?
3. Apakh ada interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi interpersonal
terhadap hasil belajar PAB ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hasil belajar PAB siswa yang diajar dengan strategi
pembe-lajaran bermain peran lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan strategi pembe
lajaran ekspositori
2. Untuk mengetahui hasil belajar PAB siswa yang memiliki komunikasi interper
sonal tinggi lebih tinggi dari siswa yang memiliki komunikasi rendah .
3. Untuk mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi
interpersonal siswa terhadap hasil belajar PAB siswa.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat teoretis dan
manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Untuk menambah dan mengembangkan khasanah pengetahuan tentang strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pembelajaran, karakteristik
16
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran PAB.
Sedangkan manfaat secara praktis adalah diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat :
1. Memberikan informasi bagi guru-guru, pengelola / yayasan sekolah, dan
lembaga-lembaga pendidikan lainnya dalam menjawab dinamika kebutuhan
siswa yang terus berkembang
2. Merupakan masukan bagi guru PAB untuk memilih strategi pembelajaran
khususnya Kelas VII Sekolah Menengah Pertama.
3. Sebagai masukan bagi siswa tentang strategi belajar yang baik, efektif dan
efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar PAB
4. Sebagai penyaji data empiris tentang pencapaian tujuan pembelajaran jika
menerapkan strategi pembelajaran bermain peran dan strategi pembelajaran eks
positori pada mata pelajaran PAB.
5. Sebagai sumbangan pemikiran untuk dilaksanakan bagi kemajuan dan
peningkatan hasil belajar PAB khususnya di SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo
132
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar PAB yang diajarkan dengan strategi pembelajaran bermain peran
lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan hasil belajar PAB yang diajarkan
dengan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa Kelas VII SMP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Medan
2. Hasil belajar PAB siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi lebih
baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki komunikasi
interpersonal rendah
3. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi interpersonal
siswa dalam mempengaruhi hasil belajar PAB siswa Kelas VII SMP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Medan. Untuk siswa yang memiliki komunikasi
interpersonal tinggi akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar PAB
jika diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran bermain peran,
sedangkan untuk siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah,
ternyata strategi pembelajaran ekspositori lebih efektif dalam meningkatkan
hasil belajar PAB siswa dibandingkan jika menggunakan strategi pembelajaran
133
B. Implikasi
1. Hasil belajar PAB siswa dengan strategi pembelajaran bermain peran lebih baik dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas VII SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang diajarkan dengan
strategi pembelajaran bermain peran memiliki hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran
ekspositori. Penerapan strategi pembelajaran bermain peran ternyata memberikan
pengaruh yang lebih signifikan dalam mengembangkan kompetensi-kompetensi
keagamaan dibanding strategi pembelajaran ekspositori. Dengan demikian, hal ini
dapat dijadikan pertimbangan dan alternatif bagi guru yang mengajar pada mata
pelajaran PAB untuk menerapkan strategi pembelajaran bermian peran khususnya
pembelajaran PAB kepada siswa SMP.
Kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran dengan kedua strategi
pembelejaran tersebut tidaklah kalah penting dalam mempengaruhi hasil belajar
siswa, karena setiap guru memiliki gaya mengajar yang berbeda. Idelanya, setiap
guru memiliki kompetensi untuk membawakan pembelajaran dengan berbagai
strategi. Namun kenyataannya, masih banyak guru memiliki kesiapan yang
kurang memadai untuk membawakan setiap strategi pembelajaran. Guru lebih
sering membawakan pembelajaran berdasarkan kecenderungan dirinya, sehingga
hasil pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal.
Dalam strategi pembelajaran bermain peran, dibutuhkan ketrampilan yang
lebih tinggi dalam mengelolanya, misalnya agar siswa dapat menampilkan
134
dapat menyerahkan seluruh persiapan pemeranan kepada siswa karena bagi siswa,
kegiatan pemeranan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Dalam hal tertentu,
dibutuhkan keterlibatan guru dalam menyiapkan dialog ataupun menyusun
skenario. Bahkan bila diperlukan, guru dapat memberikan pelatihan sehingga
kegiatan pemeranan dapat terlaksana dengan baik. Proses pemeranan tidak hanya
sekedar menyampaikan dialog-dialog berdasarkan teks yang telah disiapkan
semata, namun sesungguhnya dalam bermain peran, seharusnya pemeran harus
diarahkan untuk memerankan cerita itu hingga mendekati kejadian yang
sesungguhnya. Adegan pemeranan yang baik akan berpengaruh secara emosional
baik bagi pemeran maupun bagi pengamat. Para pengamat dan pemeran
seolah-olah sedang berada pada situasi yang sebenarnya terjadi sehingga pesan moral
yang ingin disampaikan pada adegan tersebut menjadi lebih nyata. Dengan
demikian bermain peran dapat memberikan dampak positif yang maksimal bagi
siswa.
Pengelolaan strategi pembelajaran ekspositori tidak serumit pengelolaan
pada strategi pembelajaran bermain peran. Kegiatan ceramah menjadi kekuatan
utama dalam strategi ekspositori. Dalam stratgei ekspositori, jika guru
benar-benar menguasai materi, sebenar-benarnya siswa akan mendapatkan situasi yang lebih
leluasa untuk memahami materi, jika guru mampu menguasai teknik mengajar
yang baik, maka siswa yang diajarkan dengan strategi ekspositori berkesempatan
untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk menganalisis materi
135
mendapatkan perhatian secara khusus dari guru atas ketidakmampuannya dalam
menguasai pelajaran dibandingkan dengan teman-temannya.
Strategi pembelajaran ekspositori dapat diterapkan pada berbagai jenis
kompetensi pembelajaran, sedangkan strategi pembelajaran bermain peran sulit
diterapkan pada kompetensi-kompetensi tertentu. Pemilihan di antara kedua
strategi pembelajaran ini harus dilakukan secara bijak terutama disesuaikan
dengan karakter pebelajar dan jenis kompetensinya.
2. Hasil belajar PAB siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi lebih tinggi dari siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal siswa
berpengaruh terhadap hasil belajar PAB. Siswa dengan komunikasi interpersonal
tinggi secara rata-rata mempunyai hasil belajar PAB lebih baik atau lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah. Hal
ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa komunikasi interpersonal
signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa
yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi lebih memiliki keinginan dan
kemampuan dalam berkomunikasi dengan teman-temannya untuk menemukan
solusi ataupun penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelajaran, sehingga
pada hakekatnya, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk memecahkan
masalah-masalah sehingga siswa dengan komunikasi interpersonal tinggi cenderung lebih
tinggi tingkat pencapaian hasil belajarnya.
Konsekuensi logis dari pengaruh komunikasi interpersonal terhadap hasil
136
melakukan identifikasi dan prediksi di dalam menentukan komunikasi
interpersonal yang dimiliki siswa. Apabila komunikasi interpersonal siswa dapat
dikelompokkan maka guru dapat menerapkan rencana-rencana dan
strategi-strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa, disamping
itu juga guru dapat melakukan tindakan-tindakan lain misalnya siswa dengan
komunikasi interpersonal tinggi diberikan tugas atau latihan dengan tingkat
kesukaran yang lebih tinggi sedangkan untuk siswa yang memiliki komunikasi
interpersonal rendah diberikan materi-materi remedial yang bertujuan
memberikan pemahaman dan penguasaan kepada siswa terhadap materi pelajaran.
Dengan demikian, siswa diharapkan mampu membangun dan menemukan sendiri
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan
persoalan belajar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Disamping itu
siswa diharapkan mampu untuk meningkatkan retensinya dengan cara
menemukan materi-materi penting bukan karena diberitahukan oleh orang lain
(guru).
Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari segi komunikasi
interpersonal mengisyaratkan kepada guru dalam memilih strategi pembelajaran
haruslah mempertimbangkan komunikasi interpersonal siswa. Dengan adanya
komunikasi interpersonal dalam diri siswa akan berperan terhadap reaksi positif
atau negatif yang akan dilakukannya dalam merespon ide, gagasan, atau situasi
tertentu dalam pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, strategi
pembelajaran yang diterapkan guru akan efektif atau tidak tergantng dari
137
berimplikasi kepada guru dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat
belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi tentulah
guru cenderung tidak mengalami kesulitan dalam memotivasi siswa, tetapi bagi
siswa dengan komunikasi interpersonal rendah maka guru perlu memberikan
perhatian yang lebih dan kontiniu dalam memberikan motivasi dan meningkatkan
minat belajar siswa.
3. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Siswa dalam Mempengaruhi Hasil Belajar PAB Siswa.
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
interaksi antara strategi pembelajaran dengan komunikasi interpersonal siswa.
Bagi siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar PAB dengan menggunakan strategi pembelajaran
bermain peran, dan juga bagi siswa yang memiliki komunikasi interpersonal
rendah lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar PAB dengan menggunakan
strategi pembelajaran Ekspositori. Karena dengan menggunakan strategi
pembelajaran bermain peran, guru dapat menentukan tingkah laku yang
bagaimana yang akan diperankan dalam merancang suatu pembelajaran sehingga
dapat membentuk karakter siswa yang memberikan dampak positif bagi dirinya
dalam menjalankan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, melalui peran yang disampaikan secara representatif, siswa yang
memiliki komunikasi interpersonal tinggi akan dapat memberikan kontribusi yang
baik bagi dirinya maupun teman-teman di sekelilingnya dalam memperdalam
138
positif yang diajarkan dalam agama. Keinginan untuk berkembang inilah yang
memberikan motivasi kepada siswa dalam meningkatkan kemampuannya dalam
menginterpretasikan makna dan tujuan pembelajaran PAB.
Bagi siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah dengan strategi
pembelajaran bermain peran, akan kesulitan dalam membangun atau
mengkonstruksikan pengetahuan dan ketrampilan PAB yang dibutuhkan, karena
siswa dengan kemampuan berkomunikasi interpersonal rendah hanya cenderung
hanya bergelut dalam dunia dan pikirannya sendiri dalam memaknai dan
memahami esensial PAB tanpa bekerja sama dengan temannya yang lain. Oleh
karena itu, untuk memahami materi pada pelajaran PAB, siswa harus lebih aktif
dalam berinteraksi dan berkomunikasi secara interpersonal baik sesama siswa
maupun siswa dengan guru atau sebaliknya. Dengan kata lain, bahwa
pembelajaran PAB harus berimplikasi pada perilaku siswa dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan serta konsekuensinya dalam menjalankan perintah agama.
Sementara kelompok siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi
tidak lebih baik atau tidak lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan dengan
kelompok siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah yang sama-sama
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori. Hal ini disebabkan oleh
siswa dengan komunikasi interpersonal tinggi yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran ekspositori akan memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal,
karena pembelajaran berbasis ekspositori hanya berpusat pada guru (teacher
centered) dan guru berfungsi sebagai sumber utama pembelajaran. Dalam strategi
139
lebih terfokus kepada seluruh anggota kelas tanpa memperhatikan aspek
individual, intelektual dan psikologi siswa. Guru bertindak sebagai satu-satunya
sumber belajar sesuai kemampuan yang ada pada dirinya masing-masing.
Pembelajaran seperti ini kurang memberikan kontribusi yang signifikan dalam
mencapai pembelajaran yang maksimal terutama bagi siswa yang mampu
berkomunikasi secara interpersonal. Pembelajaran ini baru akan berfungsi untuk
siswa yang mengalami kesulitan berkomunikasi dengan teman-temannya apabila
guru memberikan perhatian lebih khusus kepada siswa dengan komunikasi
interpersonal rendah ini.
Penerapan strategi pembelajaran bermain peran pada siswa dengan
komunikasi interpersonal tinggi akan lebih efektif sebab partisipasi siswa dalam
bekerjasama akan memperoleh hasil belajar yang baik. Guru harus berperan aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran, terutama dalam mempersiapkan suatu
pemeranan dalam memberikan suatu pembelajaran bermain peran yang aktif serta
kreatif seperti media pembelajaran yang dapat memberi dukungan penuh dalam
penerapan pembelajaran tersebut.. Oleh karena itu, perlu adanya kesesuaian antara
strategi pembelajaran yang akan diterapkan dengan karakteristik siswa khususnya
komunikasi interpersonal siswa. Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa, maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna
sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih efektif, efisien dan memiliki
daya tarik. Meskipun demikian, perlu disadari tidak ada satupun strategi
pembelajaran yang benar-benar sesuai untuk setiap karakteristik siswa maupun
140
masukan bagi guru mata pelajaran PAB untuk memilih strategi pembelajaran yang
sesuai dan disesuaikan dengan alokasi waktu dalam mengajarkan materi pelajaran
sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik dan optimal
dalam tujuan meningkatkan hasil belajarnya.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta implikasinya, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan yaitu;
1. Guru PAB diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih
maupun menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam
menyampaikan materi yang harus disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran dan karakteristik siswa.
2. Agar penerapan strategi pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif
dan efisien sebaiknya guru terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap
karakteristik, kebutuhan terutama kemampuan berkomunikasi interpersonal
siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
interpersonal sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, guru diharapkan
bukan sekedar meletakkan penyebab kegagalan pembelajaran pada strategi
pembelajaran semata, tetapi guru perlu lebih memberi perhatian penuh untuk
meningkatkan komunikasi interpersonal siswa.
3. Hendaknya seorang guru selalu berusaha secara aktif menciptakan strategi
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa, dan mengadakan
141
dilakukannya evaluasi tersebut, maka guru lebih mudah untuk mendesain
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
4. Pelajaran PAB merupakan pelajaran yang dikembangkan dari ajaran agama
itu sendiri, maka disarankan bagi guru PAB lebih menguasai terlebih dahulu
inti dari pelajaran tersebut dengan membuat desain yang menggugah
keaktifan siswa dalam memahami pembelajaran PAB sehingga tercermin
nilai-nilai taqwa siswa dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
5. Penelitian ini sangat perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan
yang lebih tinggi dan pada sampel yang lebih luas serta pada variabel
142
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Z. 2003. Mengapa Pendidikan Agama Tak Menarik . http://www.suaramer
deka.com/harian/0307/14/kha2.htm/. 10 Agustus 2013.
Bhikkhu Bodhi. 2005. Tipitaka Tematik-Sabda Buddha dalam Kitab Suci Pali. Terjemahan oleh Hendra Widjaja, Jakarta:Ehipassiko Foundation.
Budyatna, M. & Ganiem, L.M. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi, Cetakan ke-1, Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Daryanto. 2012. Ilmu Komunikasi 1, Cetakan ke-2 (edisi revisi), Bandung:Satu Nusa.
Effendy, O.U. 2013. Basics of Public Relations.(http://basicsofpublicrelations.blo
gspot.com/2013/04/komunikasi-onong-uchjana-effendy.html/14 Agustus
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:Pustaka Setia.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran, Yogyakarta : Insan Madani.
Hamzah, B.U. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif, Cetakan ke-7, Jakarta:Bumi Aksara.
Hidayat.D. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Fakta Penelitian
Fenomenologi Orang Tua Karir dan Anak Remaja), Cetakan ke-1,
143
Hasibuan, S. 2010. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Sekolah Menengah Pertama(SMP)Negeri 2 Secanggang Kabupaten Langkat”. Tesis. Program Pascasar jana Universitas Negeri Medan.
Iriantara, Y. & Syaripudin, U. 2013. Komunikasi Pendidikan., Cetakan ke-1, Bandung:Simbiosa Rekatama Media.
Iru, L. & Arihi, L.O.S. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi,
dan Model-Model Pembelajaran, Cetakan ke-1, Yogyakarta:Multi
Presindo.
Julkifli.2009. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar PPKN Siswa MTS Nurul Hikmah Tinjoan
Kabupaten Simalungun”.
http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-640/640. 27 Februari 2014.
Joyce, B. R., & Weil, M. 2000. Concepts of Self; Modeling rich states of growth. In Models of Teaching (6th ed., pp. 301-311). Allyn and
Bacon.http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-pembelajaran-bermain-peran.html/.12 Agustus 2013.
Joyce, Bruce & Marsha, W. 1986. Model of Teaching, New Yersey : Prentice Hall Inc.(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/01/strategi bermai
n-peran-role-playing.html/.13 Agustus 2013.
Lilies Anie. 2011. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Skap Belajar terhadap Hasil Belajar Agama Buddha Siswa Sekolah Dasar Swasta Wiyata Dharma Medan”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.Medan.
Lilik. 2012. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa MTS Swasta
Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara”.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-22554809122038%20-%20ABSTRAK.pdf.27 Februari 2014.
Lily.2013. “Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil
Belajar Bahasa Inggris”.
http://digilib.unimed.ac.id/strategi-pembelajaran- dan-komunikasi-interpersonal-terhadap-hasil-belajar--bahasa-inggris-29483.html.27 Februari 2014.
Mann,H. 2013. Kata Bijak untuk
Guru.http://www.berkata.com/2012/04/kata-kata-bijak-untuk-guru.html/.11 Agustus 2013.
144
Ningsih, I.M. 2012. “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dan Pengembangan Karir Dengan Kepuasan Kerja”.http://journal.uad.ac.id/ind
ex.php/EMPHATY/article/download/1597/947/.24 Agustus 2013.
Istarani, 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif, Cetakan ke-3, Medan:Media Persada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan.http://www.hukumonline
.com/pusatdata/download/.../27239.10 Agustus 2013.
Psikologizone. 2013. Definisi Komunikasi Interpersonal.http://www.psikologizone
.com/definisi-komunikasi-interpersonal/06511922.15 Agustus 2013.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar, Cetakan ke 3, Yogyakarta:Pustaka Pela-jar.
Qomaruddin. 2008. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bermain Peran Pada Siswa Kelas V MI Negeri Kudus Tahun Ajaran
2007/2008”.http://bayu-bajoelz.blogspot.com/2012/05/peningkatan
kemampuan-berbicara-melalui.html. 27 Februari 2014.
Rakhmat, J. 2008. Psikologi Komunikasi, Cetakan ke-26, Bandung:Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cetakan ke-9, Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Sasanaputra, A.K. 2007. Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama
Buddha (Sekolah Menengah Pertama Kelas VII), Cetakan ke-1,
Jakarta:Mandiri Publication House.
Sembiring, J. 2009. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar PPKn Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjoan Kabupaten Simalungun”,Tesis.Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.Medan.
Siregar, E. & Nara, H. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, Cetakan ke-1, Bogor:Ghalia Indonesia.
Sismarjono.H. 2012. “Penerapan Metode Bermain Peran dalam PPKn”.http://heri
sismarjono.wordpress.com/2012/05/15/penerapan metode-bermain-peran-dalam-pembelajaran-pkn/.15 Agustus 2013.
Sudijono, A. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cetakan ke-12, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Sudrajat. A. 2008. Strategi Pembelajaran.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2
145
Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Cetakan ke-3, Jakarta:Bumi Aksara.
Supriadie, D. & Darmawan, D. 2012. Komunikasi Pembelajaran, Cetakan ke-1, Bandung:Remaja Rosdakarya.
Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Cetakan ke-2, Bandung:Remaja Rosdakarya.
Taufiq. 2012. “Model Bimbingan Belajar Melalui Bermain Peran Berbasis Islam Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini”.http://rade
ntaufiq.wordpress.com/2012/03/26/model-bimbingan-belajar-melalui- bermain-peran-berbasis-islam-untuk-meningkatkan-kecerdasan-emosional-anak-usia-dini/.16 Agustus 2013.
Thera. N. 2010. The Dhammapada Pali Text and Translation With Stories in Brief
and Notes (Ilustrasi Dhammapada-Menelusuri Jejak Langkah Buddha).
Terjemahan oleh Asadhananda, Cetakan ke-1, Jakarta:Karaniya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcp
t1328331919.pdf/.10 Agustus 2013.
Wardhani. A. 2012. “Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar”.http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.a
c.id/index.php/candrajiwa/article/view/29/.15 Agustus 2013.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Cetakan ke-2 (edisi revisi), Jakarta: Rineka Cipta
Yaturrohmah. 2009. “Pengaruh Penerapan Metode Sosiodrama (Bermain Peran) Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X MAN Klaten Semester Gasal Tahun Ajaran 2008/2009” http://digilib.uin-suka.ac.id/.../1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.20
November2013.