• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA SISWA KELAS VII SMP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MEDAN LABUHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA SISWA KELAS VII SMP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MEDAN LABUHAN."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP HASIL

BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA SISWA

KELAS VII SMP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

MEDAN LABUHAN

TESIS

Diajukan Guna memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:

SUWANTY

NIM : 8126122044

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRACT

SUWANTY. Registration Number: 8126122044. The Effect of Instructional Strategy and Interpersonal Communication Towards Learning Result to The Buddhist Education of SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan Grade Seven. A Thesis. Educational Technology Study Program Post Graduate Program of State University of Medan.2014

The objectives of this research are to find out the effect of : (1) The difference of student’s learning result on Buddhist studies that taught by using role-play learning strategy and Expository learning strategy, (2) The difference of Buddhist education learning result between who have high interpersonal communication and low interpersonal communication, (3) The interaction between learning strategy and interpersonal communication in influencing the learning result of student’s Buddhist education.

The method of this research is a quasy experiment. The population consist of 240 (two hundred forty) students from SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan grade seven that have six classes. Meanwhile cluster random sampling is used for eighty students from two classes as the samples. Before giving observing, first observing samples given interpersonal communication test to differ the kinds of interpersonal communication of the students. The result learning test is used first to be tested to know the validity of the test and realibility test. The result from sixty questions tested, only fifty one questions that’s answered correctly. Statistic descriptive is used in this statistic observing showing data and statistic inferential to test observing hypothesis. Observing hypothesis is tested by using two Anova lines after analysist data test. Normality test Lilliefors test and homogeneity varians test and also Fisher test and Barltlett test.

The hypothesis testing result showed that : (1) Learning result of student’s Buddhist education that learned by role-play learning strategy is better than Expository learning strategy. It’s shown by Fc = 6.813 > Ftable = 4.00 at significant level α = 0.05, (2) the students who have high interpersonal communication acquired Buddhist education learning result higher than low interpersonal communication. This can be indicated by Fc = 9.453 > Ftable = 4.00 at significant level α = 0.05, (3) there is an interaction between learning strategy and interpersonal communication in influencing the student’s Buddhist educational learning result. It’s shown by Fc = 20.809 > Ftable = 4.00 at significant level α = 0.05.

(6)

ii ABSTRAK

SUWANTY, Nomor registrasi: 8126122044. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha Siswa Kelas VII SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan. Tesis. Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Medan.2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran bermain peran dan strategi pembelajaran ekspositori, (2) Perbedaan Hasil Belajar PAB siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi dan siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah, (3) interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi interpersonal dalam mempengaruhi hasil belajar Pendidikan Agama Buddha siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 240 orang yang berasal dari kelas VII SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan yang berjumlah 6 kelas. Sedangkan sampel berjumlah 80 orang yang diambil dari 2 kelas dengan menggunakan Cluster Random Sampling. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel penelitian diberikan tes komunikasi interpersonal untuk membedakan jenis komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh siswa. Tes hasil belajar yang digunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas tes dan realibilitas tes. Hasil yang diperoleh dari 60 soal yang diujikan, sebanyak 51 soal saja yang memenuhi persyaratan. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan statistik inferensial. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan Anava 2 jalur yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dengan uji Lillifors dan uji homogenitas varians dengan uji F dan Uji Barltlett.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa : (1) hasil belajar PAB siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran bermain peran lebih baik dengan siswa yang dibelalajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 6,813 > Ftabel = 4,00 pada taraf signifikan α = 0,05, (2) siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi memperoleh hasil belajar PAB lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 9,453 > Ftabel = 4,00 pada taraf signifikan α = 0,05 dan (3) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi interpersonal dalam mempengaruhi hasil belajar PAB siswa . Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung =20,809 > Ftabel= 4,00 pada taraf signifikan α = 0,05.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Sang Triratna, Para Buddha dan Bodhisattva, atas berkah

dan anugerah-Nya sehingga tesis yang berjudul “ Pengaruh Strategi Pembelajaran

dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha

Kelas VII SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan “ dapat terselesaikan dengan

baik.

Pertama, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.

Harun Sitompul, M.Pd. sebagai Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Program

Studi Teknologi Pendidikan dan Bapak Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M.Pd. sebagai

Pembimbing II, yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan

kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd. sebagai Narasumber dan

sekaligus sebagai Asisten Direktur II Pascasarjana Unimed, Bapak Prof. Dr.

Abd.Munir, M.Pd sebagai Narasumber, Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd. sebagai

Narasumber sekaligus sebagai Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan,

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Kedua, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu

Hajar Damanik, M.Pd. selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Dr. Abd. Muin Sibuea,

M.Pd. selaku Direktur Pascasarjana Unimed, Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd.

selaku Asisten Direktur I beserta Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi

Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Ibu Pelangi

(8)

iv

Koordinator Perguruan Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan yang telah

memberikan motivasi yang sangat berharga serta telah memberikan izin dan

kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpin, termasuk

pemanfaatan sarana prasarana sekolah, Kepala Sekolah SMP Bapak Ashari,SH.,

guru Agama Buddha serta staf PKS dan Guru-guru yang telah banyak membantu

dalam melakukan penelitian ini.

Secara khusus ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah banyak

berjasa, umat Cetiya Kusala Kshanti Medan-Titipapan serta kepada rekan-rekan

kuliah khususnya Prodi Teknologi Pendidikan angkatan XXII, semua pihak dan

semua makhluk hidup di alam semesta yang telah memberikan bantuan dan

dukungan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis hingga penulisan

tesis ini dapat diselesaikan.

Tiada gading yang tak retak, tiada hal yang sempurna di dunia ini, tiada

kesempurnaan tanpa kerendahan hati, penulis menyadari masih banyaknya

kekurangan dan kelemahan, untuk itu dengan segala kerendahan hati

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini

hingga bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan dan bagi siapa saja yang

membutuhkannya.

Akhir kata, Penulis ingin melimpahkan segala jasa kebajikan ini teriring doa,

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia.

Medan, 27 Februari 2014

Penulis,

Suwanty

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT……….i

ABSTRAK………..ii

KATA PENGANTAR………...iii

DAFTAR ISI…….………..………...v

DAFTAR TABEL………..………...……ix

DAFTAR GAMBAR………..………...xi

DAFTAR LAMPIRAN…….…….………..xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Identifikasi Masalah………...12

C. Pembatasan Masalah………..13

D. Rumusan Masalah………..14 E. Tujuan Penelitian………...15

F. Manfaat Penelitian……….15

BAB II : KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis….………..17

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha……...17

2. Hakikat Strategi Pembelajaran……….30

a. Strategi Pembelajaran Bermain Peran………34

b. Strategi Pembelajaran Ekspositori………...…………..42 3. Hakikat Komunikasi Interpersonal………..49

(10)

C. Kerangka Berpikir………..58

1. Perbedaan Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha antara Siswa yang dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dengan siswa yang dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori………58

2. Perbedaan Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha antara siswa yang memiliki komunikasi Interpersonal tinggi dengan siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah……….61

3. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dengan Komunikasi Interpersonal dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha………..………..…64

D. Hipotesis Penelitian………...68

BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………..69

B. Populasi dan Sampel………69

1. Populasi………....69

2. Sampel……….….70

C. Metode dan Desain Penelitian………...71

1. Metode Penelitian……….…71 2. Desain Penelitian……….….72

D.Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian……….……73

1. Variabel Penelitian………...73

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian………73

E. Pengontrolan Perlakuan……….76

F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian……….78

1. Prosedur Perlakuan Penelitian………...78

(11)

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian………….………81

1. Teknik dan Instrumen Tes Hasil Belajar………..………83

2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Komunikasi Interpersonal……….84

H. Ujicoba dan Validasi Instrumen………...…86

a. Uji Validitas……….86

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian………..………..94

1. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Bermain Peran………...………...………94

2. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Ekspositori……….………...………96

3. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi………...97

4. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah………...98

5. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dan Memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi…...99

6. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dan Memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah...101

7. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi……….102

8. Hasil Belajar PAB Siswa Yang Diajarkan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah..…….103

B. Pengujian Persyaratan Analisis………..105

1. Uji Normalitas Data………105

2. Uji Homogenitas Data………106

C. Pengujian Hipotesis………108

(12)

E. Keterbatasan Penelitian………..128

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan….………...……132

B. Implikasi…....………133

C. Saran………..140

DAFTAR PUSTAKA………...………..142

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Belajar Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Agama Buddha Kelas VII SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Tahun

Pelajaran 2007 s/d 2013……… 5

1.2 Penanganan Kasus Siswa oleh Bagian Bimbingan & Konseling SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan Tahun Pelajaran 2008 2013………... 5

2.1 Pengembangan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pendidikan Agama Buddha………..25

2.2 Strategi Pembelajaran dengan berbagai Teknik/Metode Pembelajarannya………..50

3.1 Desain Penelitian Faktorial 2x2………...73

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha Ranah Kognitif……….84

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Ranah Afektif ……….……….84

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Komunikasi Interpersonal………....86

3.5 Interprestasi Skala Korelasi………..89

3.6 Interprestasi Tingkat Kesukaran………...91

3.7 Interprestasi/Penafsiran Daya Pembeda………...92

4.1 Perbandingan Data Hasil Belajar PAB siswa berdasarkan Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Siswa………94

4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Bermain Peran……… 95

4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori…..……… 96

4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi……….…..……… 97

4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah………….…..……… ...98

4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dan memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi.………….…..………...100

4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Bermain Peran dan memiliki Komunikasi Interpersonal Rendah.………….…..………..………...101

4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAB siswa yang yang Diajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori dan memiliki Komunikasi Interpersonal Tinggi.………….…..………...102

(14)

4.10 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Strategi Pembelajaran…….…..105 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Komunikasi Interpersonal..…..105 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Interaksi Strategi Pembelajaran

dan Komunikasi Interpersonal....………. ………...106

4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Antar Kelompok Sampel A1 dan A2 dengan Uji F………..……….106

4.14 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Antar Kelompok Sampel B1 dan B2 dengan Uji F………..……….107

4.15 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Antar Kelompok Berdasarkan

Interaksi Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Siswa

Dengan Uji Barlett…….………..……….107

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerucut Pengalaman Belajar Dale……..………..…………...22 4.1 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi

Pembelajaran Bermain Peran………...95 4.2 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi

Pembelajaran Ekspositori….………..97 4.3 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Memiliki Komunikasi

Interpersonal Tinggi…..….………..…..98 4.4 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Memiliki Komunikasi

Interpersonal Rendah…..….……….…..99 4.5 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi

Pembelajaran Bermain Peran dan Memiliki Komunikasi

Interpersonal Tinggi.…..….……….…100 4.6 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi

Pembelajaran Bermain Peran dan Memiliki Komunikasi

Interpersonal Rendah…..….……….…102 4.7 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi

Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Komunikasi

Interpersonal Tinggi.…..….……….…103 4.8 Histogram Hasil Belajar PAB Siswa yang Diajarkan Strategi

Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Komunikasi

Interpersonal Rendah…..….……….…104 4.9 Pola Interaksi Antara Strategi Pembelajaran dan Komunikasi

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus Pembelajaran Kelas VII SMP PAB………146

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1-2 Strategi Pembelajaran Bermain Peran……….149

3 Lembar Kerja Siswa (LKS) I-VII Strategi Bermain Peran………...…….164

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1-2 Strategi Pembelajaran Ekspositori….………..227 5 Instrumen Tes Hasil Belajar PAB Dan Kunci Jawaban………..239

6 Data Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar…………...259

Data Perhitungan Realibilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar………....260

Data Perhitungan Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda Butir Soal Tes Hasil Belajar……….……….……..261

Data Keefektifan Distraktor Butir Soal………...262

7 Instrumen Tes Komunikasi Interpersonal………...263

8 Data Perhitungan Validitas Angket Komunikasi Interpersonal……..270

Data Perhitungan Realibilitas Angket Komunikasi Interpersonal…...271

Rekapitulasi Data Hasil Penelitian………...…...272

Analisis Hasil Tes Komunikasi Interpersonal Kelas VII-B…………273

11 Pengujian Homogenitas Varians Data…………..……..………296

12 Analisis Varians Data Dua Jalur………....………....299

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan perubahan Teknologi yang begitu pesat telah

mendorong perubahan sifat dan mental manusia khususnya para generasi muda.

Nilai-nilai gotong royong yang dahulu disemboyankan dan diamanahkan oleh

generasi pendahulu kini sangat jarang ditemui lagi. Keegoisan ataupun sikap

mementingkan diri sendiri semakin menonjol, berbagai masalah sosial yang

ditimbulkan oleh kemerosotan moral dan etika seperti terjadinya perdagangan

obat-obatan atau Narkoba, perdagangan manusia baik usia balita maupun wanita,

penganiayaan dan pelecehan seksual, pembunuhan, pencurian, sampai ke

kejahatan teroris dan korupsi. Hal ini tentu harus mendapat perhatian dari semua

pihak termasuk salah satunya adalah pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan

agar generasi penerus bangsa tidak menempuh langkah-langkah yang tidak tepat.

Salah satu bidang pendidikan yang berperan penting dalam pembentukan

moral dan etika adalah Pendidikan Agama. Bangsa Indonesia pada dasarnya

dikenal sebagai bangsa yang religius. Sifat religius ini ditegaskan dalam Pancasila

sebagai dasar Negara yaitu pada Sila Pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa,

pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2 yang menyatakan

bahwa kebebasan beragama itu merupakan hak azasi setiap warga negara

Indonesia. Dalam pasal ini diatur bagaimana umat beragama itu secara bebas

(18)

2

mendapat pendidikan agama di sekolah-sekolah formal. Kemudian hal yang sama

juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 Pasal 1 yang

menyatakan bahwa Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan peserta didik

dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya

melalui mata pelajaran / kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut menekankan bahwa dengan memperoleh

pendidikan Agama, maka diharapkan siswa memiliki pengetahuan dan dapat

membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan dalam mengamalkan ajaran

agamanya. Didalam Pasal 12 ayat 1 huruf a Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20

Tahun 2003, mengamanatkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan

pendidikan berhak mendapatkan pendidikan Agama sesuai dengan agama yang

dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

Proses pembinaan Pendidikan agama bukan saja dalam aspek Kognitif

(pengetahuan teoretis ajaran Agama), tetapi juga aspek afektif (menyangkut

bagaimana sikap dan pengalaman empiris) dan psikomotorik (praktek ajaran

Agama secara nyata dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari

-hari). Selama ini, pandangan yang berkembang di masyarakat bahwa kemerosotan

moral dan akhlak siswa disebabkan gagalnya pendidikan agama, namun

sesungguhnya jika diamati lebih jauh, adanya kelemahan-kelemahan tertentu yang

harus dihadapi Guru Agama seperti mulai dari jumlah jam pelajaran yang minim,

materi pendidikan Agama yang terlalu banyak teoretis, sehingga pendidikan

(19)

3

Berhadapan dengan berbagai kendala tersebut, isi kurikulum menjadikan pendidik

an Agama menjadi kurang berfungsi maksimal dalam membentuk moral dan

kepribadian siswa. Pelajaran Agama serta pesan-pesan moral yang disampaikan

guru didepan kelas, tidak mampu menjiwai setiap gerak langkah siswa dalam

kehidupan masyarakatnya. Seperti yang dinyatakan oleh Nafi (dalam Arifin 2003:

1), terdapat tiga faktor yang ditengarai memperparah kegagalan dalam penyeleng

garaan Pendidikan Agama yaitu (1) pengajaran agama terlalu dogmatik dan

tekstual, (2) lemahnya orientasi kontekstual dalam pengajaran dan pengamalan

agama dan (3) meningkatnya pergumulan struktural yang menyertakan idiom-

idiom keagamaan. Permasalahannya bagaimana model pendidikan yang tepat

sesuai khasanah dan kebudayaan lokal agar mampu menghasilkan generasi baru

yang mampu mengamalkan ajaran agama dalam rangka mengatasi persoalan

sosial. Kontekstualisasi pendidikan agama dalam perubahan sosial dalam hal ini

memiliki relevansi yang kuat.

Buchori (dalam Arifin ,2003: 1) mendefinisikan pendidikan agama sebagai

upaya sadar untuk mengembangkan cara hidup yang mengikuti perintah suatu

agama. Pola hidup penganut agama didasari oleh penghayatannya atas nilai-nilai

agama yang dianutnya. Nilai-nilai itu diserap untuk dipraktikkan dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan agama memiliki urgensi dalam memberikan sumbangan

konstruktif bagi pembangunan bangsa. Bahkan pada tataran pribadi agama

memainkan peran yang menentukan dalam pembentukan akhlaq, moralitas dan

(20)

4

Internalisasi nilai-nilai agama ke dalam kehidupan anak akan memberikan

arah bagi perkembangannya di masa depan. Dengan demikian, tugas pendidikan

agama tidak terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan secara

keseluruhan, melainkan juga pada tingkat manusia sebagai pribadi. Pendidikan

agama juga tidak boleh sekadar pengajaran agama karena pendidikan agama

merupakan hal yang sangat fundamental. Artinya jangan sampai pendidikan

agama hanya merupakan pengalihan pengetahuan agama, karena pengalihan

pengetahuan agama mungkin bisa menghasilkan pengetahuan dan ilmu, tetapi

pengetahuan itu belum mampu menjamin pengarahan untuk hidup sesuai

pengetahuan tersebut. Oleh karena itu pendidikan yang autentik, selain

mengajarkan bahan-bahan pengetahuan, juga harus mengusahakan pengamalan

dan penghayatan nilai-nilai di dalam situasi dan lingkungan hidup sehari-hari.

Permasalahan yang sering terjadi sebagai penyebab kegagalan ataupun

ketidakmampuan pencapaian tujuan secara optimal lebih disebabkan oleh selain

faktor dari dalam diri siswa, juga disebabkan kurangnya pembelajaran yang

dirasakan oleh siswa, materi Pendidikan Agama Buddha (PAB) dianggap sebagai

pelajaran tambahan saja, yang hanya perlu dihafal kemudian diuji. Setelah ujian

selesai, maka materi itupun segera menghilang tanpa bekas.

K e s e n j a n g a n y a n g t e r j a d i d a l a m p e n c a p a i a n h a s i l b e l a j a r

PAB di SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo mengindikasikan bahwa pengelolaan

pembelajaran PAB belum optimal dan efektif. Nilai siswa yang menyatakan hasil

(21)

5

Sumber : Daftar Kumpulan Nilai SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan

Selain dari kesenjangan hasil belajar, peneliti juga mendapatkan banyaknya

kasus tindakan negatif siswa yang masih sering ditemukan di sekolah-sekolah

seperti kasus pembolosan, kasus perkelahian pelajar, kasus melawan guru,

perilaku negatif lainnya seperti merokok, bermain gadget di jam pelajaran hingga

tindakan kriminal. Gambaran tentang Penanganan Kasus Siswa pada sekolah SMP

Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai berikut pada Tabel 1.2 :

Tabel 1.2. Penanganan Kasus Siswa oleh Bagian Bimbingan & Konseling SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan Tahun Pelajaran 2008 s/d 2013 No. Tahun Pelajaran Jumlah Siswa Per Kelas

VII VIII IX

(22)

6

Dalam menghadapi kasus siswa yang bermasalah, pihak sekolah sering

memberikan pengarahan, bimbingan maupun konseling sampai kepada peringatan

tertulis maupun pemanggilan orang tua siswa dan pemberian skorsing, namun

tampaknya hal ini tidak memberikan dampak yang signifikan dalam mengatasi

krisis moral siswa di sekolah. Proses penyelenggaraan pendidikan dalam Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM) jelas akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa,

kegagalan penyelenggaraan KBM seringkali disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain kemampuan guru dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat

yang disesuaikan dengan metode, media dan sumber belajar lainnya yang

dianggap relevan dalam menyampaikan informasi, dan membimbing siswa agar

terlibat secara optimal, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar

dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuannya seperti mental, intelektual,

emosional dan ketrampilan kognitif, afektif dan psikomotorik, bahkan lebih jauh

pendidikan Agama juga dapat mengantar pada pencapaian yang lebih tinggi yaitu

pencapaian spiritual.

Guru juga harus berperan aktif dalam membimbing siswa untuk lebih bisa

berinteraksi dan berkomunikasi. Strategi pembelajaran merupakan salah satu hal

yang terpenting yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar.

Memang dalam kenyataannya tidak ada satu strategi pembelajaran yang tepat dan

efektif untuk semua materi. Dengan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat

dan disesuaikan dengan karakter dan potensi siswa, diharapkan pembelajaran

dapat membangkitkan dan mendorong aktivitas siswa untuk meningkatkan

(23)

7

Mann (2012: 1) berkata: “Seorang guru yang mencoba mengajar siswanya

tanpa memberikan inspirasi agar mereka memiliki hasrat untuk belajar, adalah

seolah memalu besi yang sudah dingin”.

Pembelajaran Agama Buddha di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

khususnya SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo adalah suatu proses pembelajaran

yang bermaksud memberikan dasar-dasar keagamaan kepada siswa tentang hidup

beragama yang meliputi suatu sistem nilai tentang pengetahuan agama, sikap

beragama, dan pengalaman keagamaan, sehingga pembelajaran terhadap nilai

agama tersebut akan membentuk landasan akhlak, moral yang baik bagi siswa

untuk mampu menjalankan kewajiban-kewajiban yang diemban kepadanya, baik

dalam posisinya sebagai anggota masyarakat, keluarga, maupun posisinya sebagai

siswa di sekolah.

Dari hasil pengamatan peneliti di SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan

Labuhan, bahwa pada pelaksanaan proses pembelajaran PAB, kelas masih

berfo-kus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan kemudian ceramah

menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang ini lebih

dikenal dengan strategi pembelajaran Ekspositori, dimana dalam strategi ini siswa

hanya menerima informasi (pengetahuan) dari apa yang disampaikan guru,

sehingga siswa kurang diberdayakan. Kegiatan belajar yang dilakukan

berorientasi pada target penguasaan materi hanya berhasil dalam kompetisi

ingatan jangka pendek saja namun gagal dalam membekali siswa dengan ilmu dan

pengetahuan jangka panjang bahkan sampai ke impelementasi dan pengamalan

(24)

bebe-8

rapa strategi pembelajaran yang berbeda seperti mengerjakan soal-soal latihan,

membuat peta konsep dari setiap materi yang diajarkan maupun membuat kliping

dari suatu materi tertentu. Namun dengan penerapan strategi Ekspositori, yang

terjadi adalah guru tidak mampu melayani perbedaan setiap individu siswa baik

dalam hal perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, gaya belajar bahkan

kemampuan berkomunikasi yang mutlak diperlukan untuk dapat menjangkau

aspek afektif dan psikomotorik di samping aspek kognitif.

Pembelajaran yang dengan hanya berorientasi pada Guru (Teacher Oriented),

maka permasalahan yang selama ini dihadapi oleh guru Agama Buddha yaitu

kurangnya minat dari siswa dan hasil yang didapatkan hanyalah hasil belajar

siswa yang didapat dari menghafal materi saja tanpa mengetahui apa sebenarnya

yang ingin dicapai dari pengenalan materi tersebut, tidaklah akan terselesaikan.

Selain itu PAB biasanya jarang mendapat perhatian lebih dari sekolah dimana

biasanya yang lebih mendapat perhatian khusus adalah bidang eksakta seperti

mata pelajaran Matematika, Sains, Fisika dan lainnya yang boleh mengikuti

perlombaan sekelas Olympiade sehingga dapat mengangkat martabat dan nilai

sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa untuk memperoleh hasil

belajar PAB seperti yang diharapkan dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang

mampu untuk memberdayakan siswa dalam suatu proses mengajar dan belajar.

Oleh karena dalam PAB memuat kompetensi-kompetensi yang bermanfaat untuk

(25)

pengkonstruk-9

sian sikap menjadi manusia yang bersusila , maka peneliti melihat perlu diadakan

pengkajian dan pembaharuan dalam strategi pembelajaran dengan bermain peran

(Role Playing) yang dirasakan merupakan alternatif yang paling sesuai untuk

mewujudkan kompetensi-kompetensi tersebut secara optimal.

Strategi Pembelajaran bermain peran adalah strategi pembelajaran yang

berorientasi pada siswa yang yang didesain untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan karakter dan kemampuan berkomunikasi

secara autentik. Menurut Joyce and Weil (2000: 1) strategi pembelajaran bermain

peran adalah strategi pembelajaran yang termasuk ke dalam kelompok model pem

belajaran sosial. Strategi ini menekankan sifat sosial pembelajaran dan melihat

bahwa perilaku kooperatif dapat merangsang siswa baik secara sosial maupun inte

lektual. Strategi bermain peran (role playing) adalah suatu permainan gerak yang

didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur berkomunikasi.

Dalam strategi role playing, siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar

kelas, meskipun pembelajaran juga bisa terjadi di dalam kelas (Jill Hadfield, 1986:

1). Oleh sebab itu, maka dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan minat, sikap,

motivasi belajar siswa, seorang guru hendaknya mampu untuk merancang

pembelajaran itu ke dalam suatu cerita permainan peran yang menarik, sehingga

-siswa dapat memahami dan menerima makna dan essensi materi pelajaran secara

utuh.

Selain faktor dari luar diri siswa seperti strategi pembelajaran yang digunakan

oleh guru, faktor yang berasal dari dalam diri siswa juga berpengaruh dalam

(26)

10

siswa salah satunya adalah kemampuan komunikasi interpersonal. Dalam Standar

Kompetensi penelitian yang akan diambil ini mengusung tujuan untuk

membentuk manusia yang bersusila sesuai dengan Pancasila Buddhis, hal ini erat

kaitannya dengan kemampuan berkomunikasi seseorang, jika seorang siswa

khususnya tidak mampu berkomunikasi sesama siswa, maka siswa tersebut

cenderung menarik diri dalam pergaulannya, sehingga dengan tidak atau kurang

berinteraksinya seseorang dengan dunia luar atau lingkungannya, seseorang

tersebut tidak dapat dikatakan manusia yang bisa bermasyarakat, dengan tidak

bermasyarakat, maka makna kesusilaan yang bisa ia pelajari dan dapatkan dari

masyarakat niscaya susah untuk tercapai. Dunia Pendidikan merupakan dunia

yang juga memerlukan kegiatan dan proses komunikasi. Guru harus senantiasa

memberikan rangsangan positif didalam membangkitkan komunikasi positif baik

antara siswa maupun antara siswa dengan guru.

Komunikasi menurut Effendy (2002) yang mengutip pendapat Hovland

(da-lam Hidayat,2012: 23) komunikasi merupakan upaya yang sistematis untuk

mengubah sikap atau perilaku orang lain. Upaya mengubah sikap misalnya, yang

asalnya tidak mengetahui menjadi tahu, yang semula tidak mengerti menjadi

mengerti, yang tadinya bodoh menjadi pintar. Upaya mengubah perilaku

dicontohkan yang semula malas menjadi rajin. Selain itu sebuah komunikasi akan

terjadi apabila seseorang dapat menangkap pesan dari orang yang menyampaikan

pesan tersebut. Menurut Iriantara(2013: 19), ada dua yang khas dalam komunikasi

manusia yatiu bersifat cair dan relasional. Karena komunikasi bersifat relasional,

(27)

11

akan membawa kita pada pembahasan mengenai konteks komunikasi, yang oleh

ahli komunikasi lain disebut sebagai taraf atau level komunikasi dimana dalam

konteks atau level komunikasi ini, bukan hanya jumlah orang yang terlibat

didalam proses komunikasi yang berbeda melainkan juga suasana atau latar

komunikasinya. Ketika individu berkomunikasi dengan orang lain untuk berbagai

tujuan dengan berbagai alasan ataupun untuk memecahkan masalah, konflik atau

sekedar untuk bertukar informasi dan memenuhi kebutuhan sosial kita untuk

berinteraksi dengan orang lain dan memperbaiki persepsi kita terhadap diri kita

sendiri, maka komunikasi yang perlu dibina adalah komunikasi

interpersonal. Dibutuhkan komunikasi interpersonal yang baik bagi seseorang

dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga ketika berhadapan dengan

berbagai permasalahan sosial ia dapat menyelesaikannya dengan baik dan juga

dapat memberikan lebih banyak manfaat dalam keberhasilan hidup seseorang.

Komunikasi Interpersonal bukan hanya berlangsung di antara dua orang,

melainkan juga bisa terjadi dalam kelompok kecil, yang memungkinkan semua

anggota kelompok kecil itu bisa saling tatap muka, dan memiliki giliran yang

sama untuk berbicara dan mendengarkan dalam suasana yang penuh keakraban.

Suasana relasi di antara mereka yang terlibat dalam komunikasi ini, menjadi ciri

komunikasi interpersonal dan suasana informal, penuh persahabatan dan

kekeluargaan menjadi karakteristiknya. Itulah sebabnya, meskipun komunikasi

berlangsung di antara dua orang yang baru kenal atau bahkan samasekali tidak

saling kenal seperti saat berkomunikasi dengan seorang pramuniaga toko,

(28)

12

komunikasinya tidak menunjukkan suasana informal yang penuh keakraban atau

bersuasana kekeluargaan.

Agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, efektif dan efisien, maka

faktor komunikasi interpersonal yang terjalin dalam proses pembelajaran harus

mendapat perhatian dari guru, karena dengan adanya komunikasi interpersonal

yang terjalin baik antara sesama siswa, antara siswa dengan guru ataupun siswa

dengan lingkungannya, dipadukan dengan strategi pembelajaran yang tepat,

dimana strategi Ekspositori sebagai strategi yang selama ini digunakan diharapkan

dapat membantu siswa dengan komunikasi interpersonal rendah. Dengan strategi

bermain peran dan strategi ekspositori, kedua strategi pembelajaran dengan ciri

-khasnya yang berbeda, maka strategi ini dapat diterapkan untuk kondisi siswa den

gan komunikasi interpersonal yang berbeda sehingga diharapkan hasil belajar

PAB siswa SMP Dr.Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan, kelas VII (tujuh)

dapat lebih ditingkatkan lagi.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang berhubungan dengan pencapaian hasil belajar Pendidikan

Agama tidaklah sesederhana yang dipikirkan, namun dengan adanya uraian

tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran yang kuat untuk dapat

melaksanakan penelitian yang bermanfaat bagi pencapaian hasil belajar PAB

secara optimal.

Berdasarkan latar belakang masalah, masalah yang akan diteliti adalah

(29)

Sudirohusodo-13

Medan Labuhan yaitu : faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil Belajar

PAB di SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo? Bagaimana guru melaksanakan proses

-pembelajaran? Adakah guru telah merencanakan pembelajaran dengan baik?

Bagaimana guru memilih strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan

komunikasi siswa? Apakah rendahnya komunikasi interpersonal siswa sebagai

-penyebab rendahnya hasil belajar PAB siswa? Apakah strategi pembelajaran

ekspositori dan bermain peran mempengaruhi hasil belajar PAB siswa? Apakah

ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran

ekspositori dan bermain peran ? Apakah ada perbedaan hasil belajar PAB antara

siswa dengan komunikasi interpersonal tinggi dengan rendah? Apakah ada

interaksi antara strategi pembelajaran dengan komunikasi interpersonal siswa

dalam mempengaruhi hasil belajar PAB siswa ?

C. Pembatasan Masalah

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal

maupun faktor eksternal, penelitian yang mencakup keseluruhan faktor tersebut

merupakan hal yang rumit, menuntut keahlian, waktu dan dana. Mengingat

keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat dielakkan serta agar penelitian ini

dapat terfokus, maka perlu batasan-batasan sehingga tujuan penelitian ini dapat

tercapai. Oleh sebab itu, objek permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi

pada pencapaian hasil belajar PAB pada aspek kognitif dan afektif di kelas VII

(30)

14

pemahaman dan penerapan, juga dapat masuk ke aspek afektif terutama pada

pengamalan dan karakterisasi.

Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada SMP Dr.

Wahidin Sudirohusodo yang melibatkan siswa kelas VII (tujuh) dan dilakukan

pada bulan Januari sampai Maret 2014 dengan satu variabel bebas, satu variabel

moderator dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah strategi pembelajaran dalam hal ini yang diteliti adalah strategi

pembelaja-ran ekspositori dan strategi pembelajapembelaja-ran bermain pepembelaja-ran.Variabel moderator

ada-lah komunikasi interpersonal siswa diklasifikasikan tinggi dan komunikasi

inter-personal siswa rendah. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar PAB.

Penelitian ini dikhususkan pada eksperimen di Standar Kompetensi (SK)

ke-3 di kelas VII yaitu Mengkonstruksi sikap Umat Buddha untuk menjadi manusia

susila sesuai Pancasila dengan 2 (dua) Kompetensi Dasar (KD) yaitu (1)

mendeskripsikan sila, (2) menguraikan Pancasila Buddhis berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 mata pelajaran Pendidkan Agama

Buddha pada kelas VII (tujuh) tahun pelajaran 2013/2014

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka

perlu dirumuskan masalahnya secara tepat, masalah yang akan diteliti adalah :

1. Apakah hasil belajar PAB siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran

bermain peran lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan strategi

(31)

15

2. Apakah siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi akan memiliki

hasil belajar PAB lebih tinggi dari siswa yang memiliki komunikasi

interpersonal rendah ?

3. Apakh ada interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi interpersonal

terhadap hasil belajar PAB ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hasil belajar PAB siswa yang diajar dengan strategi

pembe-lajaran bermain peran lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan strategi pembe

lajaran ekspositori

2. Untuk mengetahui hasil belajar PAB siswa yang memiliki komunikasi interper

sonal tinggi lebih tinggi dari siswa yang memiliki komunikasi rendah .

3. Untuk mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi

interpersonal siswa terhadap hasil belajar PAB siswa.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat teoretis dan

manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Untuk menambah dan mengembangkan khasanah pengetahuan tentang strategi

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pembelajaran, karakteristik

(32)

16

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan strategi

pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran PAB.

Sedangkan manfaat secara praktis adalah diharapkan penelitian ini dapat

bermanfaat :

1. Memberikan informasi bagi guru-guru, pengelola / yayasan sekolah, dan

lembaga-lembaga pendidikan lainnya dalam menjawab dinamika kebutuhan

siswa yang terus berkembang

2. Merupakan masukan bagi guru PAB untuk memilih strategi pembelajaran

khususnya Kelas VII Sekolah Menengah Pertama.

3. Sebagai masukan bagi siswa tentang strategi belajar yang baik, efektif dan

efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar PAB

4. Sebagai penyaji data empiris tentang pencapaian tujuan pembelajaran jika

menerapkan strategi pembelajaran bermain peran dan strategi pembelajaran eks

positori pada mata pelajaran PAB.

5. Sebagai sumbangan pemikiran untuk dilaksanakan bagi kemajuan dan

peningkatan hasil belajar PAB khususnya di SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo

(33)

132

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar PAB yang diajarkan dengan strategi pembelajaran bermain peran

lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan hasil belajar PAB yang diajarkan

dengan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa Kelas VII SMP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Medan

2. Hasil belajar PAB siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi lebih

baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki komunikasi

interpersonal rendah

3. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan komunikasi interpersonal

siswa dalam mempengaruhi hasil belajar PAB siswa Kelas VII SMP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Medan. Untuk siswa yang memiliki komunikasi

interpersonal tinggi akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar PAB

jika diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran bermain peran,

sedangkan untuk siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah,

ternyata strategi pembelajaran ekspositori lebih efektif dalam meningkatkan

hasil belajar PAB siswa dibandingkan jika menggunakan strategi pembelajaran

(34)

133

B. Implikasi

1. Hasil belajar PAB siswa dengan strategi pembelajaran bermain peran lebih baik dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas VII SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang diajarkan dengan

strategi pembelajaran bermain peran memiliki hasil belajar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran

ekspositori. Penerapan strategi pembelajaran bermain peran ternyata memberikan

pengaruh yang lebih signifikan dalam mengembangkan kompetensi-kompetensi

keagamaan dibanding strategi pembelajaran ekspositori. Dengan demikian, hal ini

dapat dijadikan pertimbangan dan alternatif bagi guru yang mengajar pada mata

pelajaran PAB untuk menerapkan strategi pembelajaran bermian peran khususnya

pembelajaran PAB kepada siswa SMP.

Kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran dengan kedua strategi

pembelejaran tersebut tidaklah kalah penting dalam mempengaruhi hasil belajar

siswa, karena setiap guru memiliki gaya mengajar yang berbeda. Idelanya, setiap

guru memiliki kompetensi untuk membawakan pembelajaran dengan berbagai

strategi. Namun kenyataannya, masih banyak guru memiliki kesiapan yang

kurang memadai untuk membawakan setiap strategi pembelajaran. Guru lebih

sering membawakan pembelajaran berdasarkan kecenderungan dirinya, sehingga

hasil pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal.

Dalam strategi pembelajaran bermain peran, dibutuhkan ketrampilan yang

lebih tinggi dalam mengelolanya, misalnya agar siswa dapat menampilkan

(35)

134

dapat menyerahkan seluruh persiapan pemeranan kepada siswa karena bagi siswa,

kegiatan pemeranan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Dalam hal tertentu,

dibutuhkan keterlibatan guru dalam menyiapkan dialog ataupun menyusun

skenario. Bahkan bila diperlukan, guru dapat memberikan pelatihan sehingga

kegiatan pemeranan dapat terlaksana dengan baik. Proses pemeranan tidak hanya

sekedar menyampaikan dialog-dialog berdasarkan teks yang telah disiapkan

semata, namun sesungguhnya dalam bermain peran, seharusnya pemeran harus

diarahkan untuk memerankan cerita itu hingga mendekati kejadian yang

sesungguhnya. Adegan pemeranan yang baik akan berpengaruh secara emosional

baik bagi pemeran maupun bagi pengamat. Para pengamat dan pemeran

seolah-olah sedang berada pada situasi yang sebenarnya terjadi sehingga pesan moral

yang ingin disampaikan pada adegan tersebut menjadi lebih nyata. Dengan

demikian bermain peran dapat memberikan dampak positif yang maksimal bagi

siswa.

Pengelolaan strategi pembelajaran ekspositori tidak serumit pengelolaan

pada strategi pembelajaran bermain peran. Kegiatan ceramah menjadi kekuatan

utama dalam strategi ekspositori. Dalam stratgei ekspositori, jika guru

benar-benar menguasai materi, sebenar-benarnya siswa akan mendapatkan situasi yang lebih

leluasa untuk memahami materi, jika guru mampu menguasai teknik mengajar

yang baik, maka siswa yang diajarkan dengan strategi ekspositori berkesempatan

untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk menganalisis materi

(36)

135

mendapatkan perhatian secara khusus dari guru atas ketidakmampuannya dalam

menguasai pelajaran dibandingkan dengan teman-temannya.

Strategi pembelajaran ekspositori dapat diterapkan pada berbagai jenis

kompetensi pembelajaran, sedangkan strategi pembelajaran bermain peran sulit

diterapkan pada kompetensi-kompetensi tertentu. Pemilihan di antara kedua

strategi pembelajaran ini harus dilakukan secara bijak terutama disesuaikan

dengan karakter pebelajar dan jenis kompetensinya.

2. Hasil belajar PAB siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi lebih tinggi dari siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal siswa

berpengaruh terhadap hasil belajar PAB. Siswa dengan komunikasi interpersonal

tinggi secara rata-rata mempunyai hasil belajar PAB lebih baik atau lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah. Hal

ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa komunikasi interpersonal

signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa

yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi lebih memiliki keinginan dan

kemampuan dalam berkomunikasi dengan teman-temannya untuk menemukan

solusi ataupun penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelajaran, sehingga

pada hakekatnya, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk memecahkan

masalah-masalah sehingga siswa dengan komunikasi interpersonal tinggi cenderung lebih

tinggi tingkat pencapaian hasil belajarnya.

Konsekuensi logis dari pengaruh komunikasi interpersonal terhadap hasil

(37)

136

melakukan identifikasi dan prediksi di dalam menentukan komunikasi

interpersonal yang dimiliki siswa. Apabila komunikasi interpersonal siswa dapat

dikelompokkan maka guru dapat menerapkan rencana-rencana dan

strategi-strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa, disamping

itu juga guru dapat melakukan tindakan-tindakan lain misalnya siswa dengan

komunikasi interpersonal tinggi diberikan tugas atau latihan dengan tingkat

kesukaran yang lebih tinggi sedangkan untuk siswa yang memiliki komunikasi

interpersonal rendah diberikan materi-materi remedial yang bertujuan

memberikan pemahaman dan penguasaan kepada siswa terhadap materi pelajaran.

Dengan demikian, siswa diharapkan mampu membangun dan menemukan sendiri

pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan

persoalan belajar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Disamping itu

siswa diharapkan mampu untuk meningkatkan retensinya dengan cara

menemukan materi-materi penting bukan karena diberitahukan oleh orang lain

(guru).

Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari segi komunikasi

interpersonal mengisyaratkan kepada guru dalam memilih strategi pembelajaran

haruslah mempertimbangkan komunikasi interpersonal siswa. Dengan adanya

komunikasi interpersonal dalam diri siswa akan berperan terhadap reaksi positif

atau negatif yang akan dilakukannya dalam merespon ide, gagasan, atau situasi

tertentu dalam pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, strategi

pembelajaran yang diterapkan guru akan efektif atau tidak tergantng dari

(38)

137

berimplikasi kepada guru dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat

belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi tentulah

guru cenderung tidak mengalami kesulitan dalam memotivasi siswa, tetapi bagi

siswa dengan komunikasi interpersonal rendah maka guru perlu memberikan

perhatian yang lebih dan kontiniu dalam memberikan motivasi dan meningkatkan

minat belajar siswa.

3. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Siswa dalam Mempengaruhi Hasil Belajar PAB Siswa.

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat

interaksi antara strategi pembelajaran dengan komunikasi interpersonal siswa.

Bagi siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi lebih efektif dalam

meningkatkan hasil belajar PAB dengan menggunakan strategi pembelajaran

bermain peran, dan juga bagi siswa yang memiliki komunikasi interpersonal

rendah lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar PAB dengan menggunakan

strategi pembelajaran Ekspositori. Karena dengan menggunakan strategi

pembelajaran bermain peran, guru dapat menentukan tingkah laku yang

bagaimana yang akan diperankan dalam merancang suatu pembelajaran sehingga

dapat membentuk karakter siswa yang memberikan dampak positif bagi dirinya

dalam menjalankan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

demikian, melalui peran yang disampaikan secara representatif, siswa yang

memiliki komunikasi interpersonal tinggi akan dapat memberikan kontribusi yang

baik bagi dirinya maupun teman-teman di sekelilingnya dalam memperdalam

(39)

138

positif yang diajarkan dalam agama. Keinginan untuk berkembang inilah yang

memberikan motivasi kepada siswa dalam meningkatkan kemampuannya dalam

menginterpretasikan makna dan tujuan pembelajaran PAB.

Bagi siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah dengan strategi

pembelajaran bermain peran, akan kesulitan dalam membangun atau

mengkonstruksikan pengetahuan dan ketrampilan PAB yang dibutuhkan, karena

siswa dengan kemampuan berkomunikasi interpersonal rendah hanya cenderung

hanya bergelut dalam dunia dan pikirannya sendiri dalam memaknai dan

memahami esensial PAB tanpa bekerja sama dengan temannya yang lain. Oleh

karena itu, untuk memahami materi pada pelajaran PAB, siswa harus lebih aktif

dalam berinteraksi dan berkomunikasi secara interpersonal baik sesama siswa

maupun siswa dengan guru atau sebaliknya. Dengan kata lain, bahwa

pembelajaran PAB harus berimplikasi pada perilaku siswa dalam meningkatkan

ilmu pengetahuan serta konsekuensinya dalam menjalankan perintah agama.

Sementara kelompok siswa yang memiliki komunikasi interpersonal tinggi

tidak lebih baik atau tidak lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan dengan

kelompok siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah yang sama-sama

dibelajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori. Hal ini disebabkan oleh

siswa dengan komunikasi interpersonal tinggi yang dibelajarkan dengan strategi

pembelajaran ekspositori akan memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal,

karena pembelajaran berbasis ekspositori hanya berpusat pada guru (teacher

centered) dan guru berfungsi sebagai sumber utama pembelajaran. Dalam strategi

(40)

139

lebih terfokus kepada seluruh anggota kelas tanpa memperhatikan aspek

individual, intelektual dan psikologi siswa. Guru bertindak sebagai satu-satunya

sumber belajar sesuai kemampuan yang ada pada dirinya masing-masing.

Pembelajaran seperti ini kurang memberikan kontribusi yang signifikan dalam

mencapai pembelajaran yang maksimal terutama bagi siswa yang mampu

berkomunikasi secara interpersonal. Pembelajaran ini baru akan berfungsi untuk

siswa yang mengalami kesulitan berkomunikasi dengan teman-temannya apabila

guru memberikan perhatian lebih khusus kepada siswa dengan komunikasi

interpersonal rendah ini.

Penerapan strategi pembelajaran bermain peran pada siswa dengan

komunikasi interpersonal tinggi akan lebih efektif sebab partisipasi siswa dalam

bekerjasama akan memperoleh hasil belajar yang baik. Guru harus berperan aktif

dalam setiap kegiatan pembelajaran, terutama dalam mempersiapkan suatu

pemeranan dalam memberikan suatu pembelajaran bermain peran yang aktif serta

kreatif seperti media pembelajaran yang dapat memberi dukungan penuh dalam

penerapan pembelajaran tersebut.. Oleh karena itu, perlu adanya kesesuaian antara

strategi pembelajaran yang akan diterapkan dengan karakteristik siswa khususnya

komunikasi interpersonal siswa. Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik siswa, maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna

sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih efektif, efisien dan memiliki

daya tarik. Meskipun demikian, perlu disadari tidak ada satupun strategi

pembelajaran yang benar-benar sesuai untuk setiap karakteristik siswa maupun

(41)

140

masukan bagi guru mata pelajaran PAB untuk memilih strategi pembelajaran yang

sesuai dan disesuaikan dengan alokasi waktu dalam mengajarkan materi pelajaran

sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik dan optimal

dalam tujuan meningkatkan hasil belajarnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta implikasinya, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan yaitu;

1. Guru PAB diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih

maupun menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam

menyampaikan materi yang harus disesuaikan dengan karakteristik mata

pelajaran dan karakteristik siswa.

2. Agar penerapan strategi pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif

dan efisien sebaiknya guru terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap

karakteristik, kebutuhan terutama kemampuan berkomunikasi interpersonal

siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

interpersonal sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, guru diharapkan

bukan sekedar meletakkan penyebab kegagalan pembelajaran pada strategi

pembelajaran semata, tetapi guru perlu lebih memberi perhatian penuh untuk

meningkatkan komunikasi interpersonal siswa.

3. Hendaknya seorang guru selalu berusaha secara aktif menciptakan strategi

pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa, dan mengadakan

(42)

141

dilakukannya evaluasi tersebut, maka guru lebih mudah untuk mendesain

pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

4. Pelajaran PAB merupakan pelajaran yang dikembangkan dari ajaran agama

itu sendiri, maka disarankan bagi guru PAB lebih menguasai terlebih dahulu

inti dari pelajaran tersebut dengan membuat desain yang menggugah

keaktifan siswa dalam memahami pembelajaran PAB sehingga tercermin

nilai-nilai taqwa siswa dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

5. Penelitian ini sangat perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan

yang lebih tinggi dan pada sampel yang lebih luas serta pada variabel

(43)

142

DAFTAR PUSTAKA

Arifin,Z. 2003. Mengapa Pendidikan Agama Tak Menarik . http://www.suaramer

deka.com/harian/0307/14/kha2.htm/. 10 Agustus 2013.

Bhikkhu Bodhi. 2005. Tipitaka Tematik-Sabda Buddha dalam Kitab Suci Pali. Terjemahan oleh Hendra Widjaja, Jakarta:Ehipassiko Foundation.

Budyatna, M. & Ganiem, L.M. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi, Cetakan ke-1, Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Daryanto. 2012. Ilmu Komunikasi 1, Cetakan ke-2 (edisi revisi), Bandung:Satu Nusa.

Effendy, O.U. 2013. Basics of Public Relations.(http://basicsofpublicrelations.blo

gspot.com/2013/04/komunikasi-onong-uchjana-effendy.html/14 Agustus

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:Pustaka Setia.

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran, Yogyakarta : Insan Madani.

Hamzah, B.U. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif, Cetakan ke-7, Jakarta:Bumi Aksara.

Hidayat.D. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Fakta Penelitian

Fenomenologi Orang Tua Karir dan Anak Remaja), Cetakan ke-1,

(44)

143

Hasibuan, S. 2010. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Sekolah Menengah Pertama(SMP)Negeri 2 Secanggang Kabupaten Langkat”. Tesis. Program Pascasar jana Universitas Negeri Medan.

Iriantara, Y. & Syaripudin, U. 2013. Komunikasi Pendidikan., Cetakan ke-1, Bandung:Simbiosa Rekatama Media.

Iru, L. & Arihi, L.O.S. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi,

dan Model-Model Pembelajaran, Cetakan ke-1, Yogyakarta:Multi

Presindo.

Julkifli.2009. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar PPKN Siswa MTS Nurul Hikmah Tinjoan

Kabupaten Simalungun”.

http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-640/640. 27 Februari 2014.

Joyce, B. R., & Weil, M. 2000. Concepts of Self; Modeling rich states of growth. In Models of Teaching (6th ed., pp. 301-311). Allyn and

Bacon.http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-pembelajaran-bermain-peran.html/.12 Agustus 2013.

Joyce, Bruce & Marsha, W. 1986. Model of Teaching, New Yersey : Prentice Hall Inc.(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/01/strategi bermai

n-peran-role-playing.html/.13 Agustus 2013.

Lilies Anie. 2011. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Skap Belajar terhadap Hasil Belajar Agama Buddha Siswa Sekolah Dasar Swasta Wiyata Dharma Medan”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.Medan.

Lilik. 2012. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa MTS Swasta

Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara”.

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-22554809122038%20-%20ABSTRAK.pdf.27 Februari 2014.

Lily.2013. “Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil

Belajar Bahasa Inggris”.

http://digilib.unimed.ac.id/strategi-pembelajaran- dan-komunikasi-interpersonal-terhadap-hasil-belajar--bahasa-inggris-29483.html.27 Februari 2014.

Mann,H. 2013. Kata Bijak untuk

Guru.http://www.berkata.com/2012/04/kata-kata-bijak-untuk-guru.html/.11 Agustus 2013.

(45)

144

Ningsih, I.M. 2012. “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dan Pengembangan Karir Dengan Kepuasan Kerja”.http://journal.uad.ac.id/ind

ex.php/EMPHATY/article/download/1597/947/.24 Agustus 2013.

Istarani, 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif, Cetakan ke-3, Medan:Media Persada.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan.http://www.hukumonline

.com/pusatdata/download/.../27239.10 Agustus 2013.

Psikologizone. 2013. Definisi Komunikasi Interpersonal.http://www.psikologizone

.com/definisi-komunikasi-interpersonal/06511922.15 Agustus 2013.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar, Cetakan ke 3, Yogyakarta:Pustaka Pela-jar.

Qomaruddin. 2008. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bermain Peran Pada Siswa Kelas V MI Negeri Kudus Tahun Ajaran

2007/2008”.http://bayu-bajoelz.blogspot.com/2012/05/peningkatan

kemampuan-berbicara-melalui.html. 27 Februari 2014.

Rakhmat, J. 2008. Psikologi Komunikasi, Cetakan ke-26, Bandung:Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cetakan ke-9, Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Sasanaputra, A.K. 2007. Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama

Buddha (Sekolah Menengah Pertama Kelas VII), Cetakan ke-1,

Jakarta:Mandiri Publication House.

Sembiring, J. 2009. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar PPKn Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjoan Kabupaten Simalungun”,Tesis.Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.Medan.

Siregar, E. & Nara, H. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, Cetakan ke-1, Bogor:Ghalia Indonesia.

Sismarjono.H. 2012. “Penerapan Metode Bermain Peran dalam PPKn”.http://heri

sismarjono.wordpress.com/2012/05/15/penerapan metode-bermain-peran-dalam-pembelajaran-pkn/.15 Agustus 2013.

Sudijono, A. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cetakan ke-12, Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sudrajat. A. 2008. Strategi Pembelajaran.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2

(46)

145

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Cetakan ke-3, Jakarta:Bumi Aksara.

Supriadie, D. & Darmawan, D. 2012. Komunikasi Pembelajaran, Cetakan ke-1, Bandung:Remaja Rosdakarya.

Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Cetakan ke-2, Bandung:Remaja Rosdakarya.

Taufiq. 2012. “Model Bimbingan Belajar Melalui Bermain Peran Berbasis Islam Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini”.http://rade

ntaufiq.wordpress.com/2012/03/26/model-bimbingan-belajar-melalui- bermain-peran-berbasis-islam-untuk-meningkatkan-kecerdasan-emosional-anak-usia-dini/.16 Agustus 2013.

Thera. N. 2010. The Dhammapada Pali Text and Translation With Stories in Brief

and Notes (Ilustrasi Dhammapada-Menelusuri Jejak Langkah Buddha).

Terjemahan oleh Asadhananda, Cetakan ke-1, Jakarta:Karaniya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcp

t1328331919.pdf/.10 Agustus 2013.

Wardhani. A. 2012. “Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar”.http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.a

c.id/index.php/candrajiwa/article/view/29/.15 Agustus 2013.

Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Cetakan ke-2 (edisi revisi), Jakarta: Rineka Cipta

Yaturrohmah. 2009. “Pengaruh Penerapan Metode Sosiodrama (Bermain Peran) Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X MAN Klaten Semester Gasal Tahun Ajaran 2008/2009” http://digilib.uin-suka.ac.id/.../1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.20

November2013.

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar                                                                                                        Halaman
Tabel 1.1.  Hasil Belajar Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Agama Buddha Kelas VII SMP Dr

Referensi

Dokumen terkait

Tabel.L 12 Perhitungan Efisiensi Jumlah Lapisan Klorofil Dengan Metode Spin Coating Sebanyak 3 Lapisan Dengan Bantuan Program Kaleida Graph 4.0

[r]

strategis dan kegiatan promosi yang kurang gencar dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti website, majalah, radio, spanduk, dan dapat menambahkan layanan

[r]

Pengantar Karya Tugas Akhir (S-1). Progam Studi Seni Rupa Murni. Fakultas Seni Rupa dan Desain. Universitas Sebelas Maret.. Tugas Akhir ini memvisualisasikan hasil

Pelatihan Ansambel Perkusi Pada Komunitas United States of Bandung Percussion (USBP) di Bandung adalah sebuah judul yang didasari oleh alasan bahwa, komunitas

Judul Skripsi : Pengaruh Desain Kemasan terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Konsumen di Kota Surakarta).. Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi yang saya buat ini

Kesamaan persepsi dalam menilai nilai penting dari menguasai lahan dalam aspek konservasi antara masyarakat dengan TNGHS terdapat dalam beberapa kriteria yang