• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFRENSI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PREFRENSI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PEMBATUAN

“Diajukan sebagai Laporan Akhir dalam Mata Kuliah Perilaku dan Tempat”

Diajukan Oleh:

MUHAMMAD ALFATIH RAHMATULLAH

NIM. 1C114078

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

(2)

PENDAHULUAN penutupan lokalisasi tersebsar di Asia seperti Dolly, Jarak dan Kalijodo, dan diusahakan daerah lainnya. Hingga Mei 2016, jumlah lokalisasi di seluruh Indonesia tinggal 99 tempat, berkurang dari sebelumnya yang lebih dari 100 tempat. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa pada tanggal 18 Agustus tiga lokalisasi di Kalimantan Selatan akan di tutup, yakni Pembatuan, Batu Besi, dan Eks Lokalisasi.

Pembatuan merupakan suatu tempat yang terletak di Landasan Ulin Kalimantan Selatan. Tempat tersebut sangat di kenal oleh hampir seluruh masyarakat Kalimantan Selatan akibat adanya PSK (Pekerja Seks Komersial) yang banyak menghuninya. Pembatuan telah menjadi tempat lokalisasi lebih dari 15 tahun. Hampir keseluruhan PSK di tempat tersebut merupakan warga non-lokal atau berasal dari luar Pembatuan bahkan luar Kalimantan Selatan. Beberapa di antaranya berasal dari Dolly. Banyak pengusaha yang mengambil peluang untuk menjalankan bisinis di tempat tersebut seperti membangun karaoke, penjualan miras dan ekstasi, maupun panti pijat dan warung makan plus-plus. Omset yang di dapatkan para PSK dari setiap pria hidung belang berjumlah Rp. 400.000 tergantung dari bonus yang di dapatkan dan kebaikan hati pelanggan. Jumlah tersebut masih belum benar-benar mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para PSK, karena jumlah PSK lebih banyak di bandingkan jumlah pelanggan yang datang perhari. Persaingan sersebut mengakibatkan minimnya pendapatan sehingga berakibat buruk terhadap pemenuhan kebutuhan baik kebutuhan primer maupun sekunder.

(3)

juga diberikan kompensasi sehingga pembatuan semakin sepi. Namun, tidak semua dari pedagang mau meninggalkan pembatuan. Beberapa telah menetap lama sebagai pedagang makanan seperti kwitiau, nasi goreng, nasi goreng, cap cay dan sate. Kini pembatuan telah sepi, sehingga berpengaruh terhadap penjualan dan pendapatan para pedagang kaki lima tersebut. Padahal pedagang juga bukan merupakan warga lokal, sama halnya dengan para PSK, mereka juga merupakan warga luar Kalimantan. Pemerintah memberikan uang kompensasi dengan harapan mereka juga mau ikut pindah dan menambah modal untuk penjualan.

Studi pendahuluan di lakukan peneliti di daerah pembatuan dekat rumah bordil Arema. Terdapat sepasang suami-isteri yang biasa menjual makanan seperti kwetiau, nasi goreng, dan mie goreng. Pedagang tersebut memang telah lama berjualan di tempat tersebut. Mereka menggunakan warung yang telah di tutup sebagai tempat berjualan dan meletakkan grobak di depan teras warung tersebut. Mereka berjualan hanya di malam hari. sepanjang observasi peneliti, selama tujuh hari tempat tersebut memang tidak pernah sepi sebelum peresmian penutupan pembataun. Akan tetapi, beberapa hari setelah peresmian, mungkin dalam satu malam hanya ada 4-7 orang pembeli saja. Turun drastis hingga 75% dari jumlah pembeli yang biasanya. Karena alasan tersebutlah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai preferensi pedagang kaki lima di lokalisasi pembatuan yang telah ditutup.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa masih ada pedagang kaki lima yang menetap untuk berjualan di pembatuan?

2. Apakah peresmian penutupan lokalisasi pembatuan tidak berpengaruh terhadap penjualan dan pendapatan pedagang?

(4)

C. Tujuan

1. Mengentahui alasan pedagang kaki lima yang menetap di pembatuan setelah peresmian penutupan lokalisasi pembatuan

2. Mengetahui pengaruh peresmian penutupan lokalisasi pembatuan terhadap penjualan dan pendapatan pedagang

3. Mengetahui mengenai makna daerah pembatuan memiliki makna tersendiri bagi pedagang kaki lima yang telah lama berjualan.

BAB II

(5)

Preferensi berasal dari kata preference (Inggris) yang artinya, lebih suka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009), preferensi diterjemahkan sebagai kecenderungan untuk memilih sesuatu dari pada yang lain. Menurut Kramer (1995), Anward (1995), dan Malinowski dan Thurber (1996) preferensi adalah sikap atau perasaan suka-tidak suka, atau memilih – tidak memilih. Strumse (1996) juga menyatakan preferensi adalah masalah suka – tidak suka. Tapi dia juga mengungkap adanya dimensi persepsi dalam preferensi. Oleh karena itu menurutnya, pernyataan preferensi bisa saja bersifat emosional, tapi dalam proses pengambilan keputusannya melalui suatu proses kognitif yaitu persepsi.

Menurut Porteus (dalam Saputra, 2000:10), Preferensi merupakan bagian dari komponen pembuat keputusan seorang individu. Dan komponen-komponen tersebut adalah perception (Persepsi), attitude (sikap), value (nilai), preference (Kecenderungan), dan satisfaction (kepuasan). Komponen tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Setiap individu memiliki preferensi dalam menentukan berbagai pilihan untuk kebutuhannya. Simamora (2004:87) mengungkapkan bahwa preferensi dapat dibentuk melalui pola pikir konsumen (individu) yang didasari oleh 2 hal, yaitu pengalaman yang diperolehnya dan kepercayaan turun temurun.

Maryati (2009:27) mengungkapkan bahwa preferensi bersekolah adalah keinginan atau kecenderungan seseorang untuk bersekolah atau tidak bersekolah yag dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yaitu kondisi sekolah, lokasi sekolah dan sosial ekonomi orang tua. Dan dijelaskan lagi oleh Maryati bahwa preferensi masyarakat terhadap sekolah terbentuk melalui 2 tahap yaitu kesukaan dan pemilihan sekolah.

1. Kesukaan yang dimaksud adalah pengelompokan sekolah-sekolah yang menjadi favorit atau kesukaan dari peserta didik ataupun orang tua.

(6)

tahap preferensi tersebut sesuai dengan 3 komponen penentu keputusan seseorang dalam memilih sesuatu yaitu nilai, sikap dan juga persepsi.

Preferensi di definisikan oleh Merriam-Webster sebagai suatu tindakan untuk menyukai sesuatu lebih dari yang lain. Dengan perkataan lain, preferensi adalah suatu ekspresi dari adanya suatu pilihan yang dilakukan secara subjektif, oleh seseorang atau suatu kelompok dari pilihan-pilihan yang dimilikinya. Biasanya, pilihan itu didasarkan kepada tujuan-tujuan dan kriteria-kriteria yang dimilikinya. (dalam Mardiansyah., Sugiri., & Hayati, 2014).

Preferensi juga dapat di artikan sebagai kecenderungan dalam memilih atau prioritas yang diinginkan (Maryati, 2009). Kaplan mengemukakan bahwa salah satu sifat dasar dari suatu makhluk hidup adalah adanya pemilihan dan kecenderungan/preferensi kepada tempat dan/atau kondisi lingkungan yang lebih sesuai baginya untuk beraktivitas, berkembanng dan beradaptasi di dalam proses kehidupan dan evolusinya. Kecenderungan seperti ini juga dimiliki oleh manusia, termasuk kelompok-kelompok masyarakat secara lebih spesifik.

Dalam kerangka ini, kemudian Kaplan (1988) memandang bahwa preferensi manusia kepada lingkungan sebagai suatu ekspresi bias (berdasarkan persepsinya) untuk memilih unsur-unsur lingkungan dan ruang yang cocok dan diharapkan dapat mendukung aktivitas-aktivitasnya dalam bertahan dan mempertahankan diri beserta aktivitas-aktivitasnya. Oleh karena itu, studi tentang preferensi merupakan suatu proses kognitif yang sangat penting di dalam kehidupan dan evolusi manusia (Sulivan III, 1994; dalam Mardiansyah., Sugiri., & Hayati, 2014).

(7)

PEMBAHASAN

Pembatuan yang kini telah tutup tentu mempengaruhi baik penjualan maupun pendapatan subjek. Para PSK telah dipulangkan, beberapa diskotik dan rumah makan telah ditutup. Warga yang tinggal didaerah pembatuan menjadi semakin sedikit. Namun begitu subjek masih tetap bertahan diakibatkan oleh beberapa faktor seperti rasa nyaman karena telah lumayan lama berada dipembatuan, tempat berjualan yang gratis, dan orang-orang yang telah dikenal.

Menurut Porteus (dalam Saputra, 2000:10), Preferensi merupakan bagian dari komponen pembuat keputusan seorang individu. Dan komponen-komponen tersebut adalah perception (Persepsi), attitude (sikap), value (nilai), preference (Kecenderungan), dan satisfaction (kepuasan). Komponen tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Seperti yang telah disebutkan bahwa persepsi subjek bahwa berjualan dipembatuan masih jauh lebih baik karena tempat berjualan yang gratis karena kalau berjualan ditempat lain harus membayar biaya tempat, harus bersaing dengan lebih banyak orang, harus beradaptasi lagi, dan mulai mencari pelanggan baru sehingga subjek cenderung mempersepsikan bahwa berjualan dipembatuan masih lebih baik terlebih dari aspek afektif subjek. Subjek bersikap acuh terhadap keadaan bahwa pembeli menjadi jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya maupun pendapatan yang semakin berkurang karena rasa nyaman tersebut. Kemudian, kepuasan yang dimiliki subjek terkait dengan apa yang telah disediakan oleh tempat tersebut selama ini. Sehingga pada ahirnya subjek memiliki pandangan yang lebih kuat bahwa berjualan dipembatuan masih lebih baik dibandingkan berjualan ditempat lain.

(8)

Sesuai dengan yang telah disampaikan mengenai persepsi subjek bahwa berjualan dipembatuan masih jauh lebih baik karena tempat berjualan yang gratis karena kalau berjualan ditempat lain harus membayar biaya tempat, harus bersaing dengan lebih banyak orang, harus beradaptasi lagi, dan mulai mencari pelanggan baru sehingga subjek cenderung mempersepsikan bahwa berjualan dipembatuan masih lebih baik terlebih dari aspek afektif subjek.

(9)

BAB IV SIMPULAN

(10)

Daftar Pustaka

Anward, H. H. 2009. Arti dan Evaluasi Terhadap Tempat Tinggal. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.

http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/09/10/oda79x382-kemensos-akan-tutup-3-lokalisasi-di-kalimantan-selatan di Akses pada tanggal 27 November 2016

Mardiansyah., Sugiri., & Hayati. (2014). Persepsi dan preferensi stakeholder lokal terhadap pembangunan kota semarang. Riptek. 8 (2) : 83-122.

Maryati, Sri. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) di kota Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(11)

LAMPIRAN Verbatim Ket

A : Pewawancara

B : Subjek 1

C : Subjek 2

A : Selamat malam Pak... Bu...

B : O iya nak... mau pesen apa?

A : Biasa bu, mie kwitiyau satu porsi... Ini saya mau sekalian wawancara boleh minta waktunya bu?

B : Wah, wawancara opo yo mas?

A : Wawancara penelitian bu, jadi saya punya judul penelitian “Preferensi Pedagang Kaki Lima terhadap pembatuan”...

B : Jadi ini gimana?

A : Saya mau wawancara salah satu dari bapak atau ibu, tapi nanti bapak atau ibu bisa menambahkan juga sih...

B : Kalau gitu saya sama aja mas, bapak iseh masak nasi goreng...

C : Sama ibu nya disek yo mas... ngko tak tambahi... hehe...

A : Saya dah sering kesini tapi belum pernah tau nama bapak sama ibu, bisa kenalan lagi?

B : O iya mas. Bisa... nama ibu ini bu Sutinah kalau nama bapaknya pak Wanto...

(12)

B : Asal tinggal di sini atau gimana mas?

A : Oh ibu ini rumah nya asli disini toh bu?

B : Ya saya ada rumah disini mas, ngontrak sebenarnya. Di Jawa juga ada rumah.

A : Kalau di sini, tinggalnya dimana nie bu?

B : Tinggal neng cedek bundaran kono mas...

A : Sebelum atau sesudah bundaran bu?

B : Sebelum bundaran, depan Apotik.

A : Oo.. Apotik yang di sebelah kiri jalan dari sini itu ya bu?

B : Enggeh mas...

A : Kalau nama saya Alfatih, saya mahasiswa psikologi ULM.

B : Oo... Mas Alfatih...

A : Iya bu... nah bu langsung saya mulai pertanyaannya ya?

B : O iya mas, monggo... silahkan...

A : Kenapa sih bu masih tetap bertahan disini, bukannya kemaren udah di kasih dana ya bu’ buat tambahan modal jualan di tempat lain? Kalau tidak salah tanggal 15?

B : Iya, sudah... Tapi kami itu gak tau tempat yang lain itu dimana lho mas... dan suasana di tempat lain itu juga gak seperti disini...

A : Kan bisa aja jualan di pasar ulin bu atau di dekat Apotek Hercules situ yang di bundaran belok kiri dari sini...

(13)

A : Bapak sama Ibu sudah lama ya berjualan disini?

B : Ya kira-kira tahun 2009 kami kesini, ke kalimantan, terus keliling, baru sebulan setelah itu kami tau tempat ini dan berjualan sampai sekarang ya pak...

C : Iya, bapak sama ibu nyari tempat dulu disini, kebetulan ada warung ini kalau malam kan tutup. Jadi, kami minta ijin berjualan disini. Alhamdulillahnya gratis. Jadi gak perlu mikir biaya tempat...

A : Wah, sudah Jadi sudah sekitar 7 tahunan ya bu berjualan disini?

B : Iya, sekitar 7 tahunan lebih...

A : Kok gak kepikiran untuk mencari ditempat lain bu?

B : Sudah cocok disini lho mas...

C : Ini mas, pesenannya tadi...

A : Iya, makasih pak, ini saya sambil makan lho... hehe

B : Iya, gak papa mas....

A : O iya, tadi itu cocok gimana bu?

B : Tempat sudah ada, gratis meneh. Pembeli banyak. Ra adoh tekan kontrakan.

A : Tapi, sekarang kan lokalisasi pembatuan sudah di tutup bu? Bukannya itu berpengaruh terhadap pendapatan ibu?

B : Iyo sih mas, sekarang pembeli semakin sedikit. Gak kayak dulu lagi, soalnya biasanya yang beli banyak itu kan pegawai Arema disana itu mas. Pelanggan-pelanggan disini juga banyak yang sekalian pesan makanan disini, jadi dulu banyak pembelinya. Sekarang, karena hiburan wis gak enek, pelanggan dari mbak-mbak nya itu juga gak enek, ya makin sepi...

(14)

B : Iyo... makanya bapak cuma sedikit bawa bahan mas.... sekarang nasi sama mie nya sampai tengah malam ya masih sisa, kalau dulu kan sampai jam 10 aja dah habis...

A : Nah, bukannya malah lebih baik nyari tempat yang baru yang lebih banyak pembeli nya?

B : Tempat yang lain banyak yang bayar mas, lagian kalau di tempat ini kan sudah tau lama orang-orang nya...

A : Kan orang-orangnya sudah banyak yang dipulangkan bu?

B : Penduduk yang asli sini maksdunya mas.... kan yang tinggal disini gak cuma yang kerja begituan aja toh? Hehe

A : Iya sih bu... Jadi, karena tempatnya nyaman, gratis, terus sudah mengenal orang-orang sini ya bu. Sehingga bapak sama ibu merasa tempat ini lebih baik dari tempat yang lain?

B : Iya mas, karena sudah lumayan lama tinggal disini juga...

C : Meskipun penjualnya gak seperti dulu, tapi cukuplah untuk kebutuhan sehari-hari...

A : Kalau boleh tau, tempat ini ada makna tersendiri gak sih bagi ibu?

B : Maksdunya gimana yo mas?

A : Maksud saya, pembatuan ini bagi ibu atau bapak pribadi seperti apa selama berjualan disini?

B : Ya, rame mas. Selama ini, pas belum ditutup... rame banget... suasananya itu gak pernah sepi... ada aja orang baru... Pelanggan tetap disini juga ada. Adit sama Guntur itu sering banget beli di sini....

(15)

B : Pertamanya ya gak percaya mas, masa pembatuan mau ditutup... lagian meskipun ditutup pasti banyak sekali yang melakukan praktek secara sembunyi-sembunyi....

A : Tapi...?

B : Tapi ternyata, beneran ditutup dan banyak yang dipulangkan... banyak baliho dipajang dimana-mana... rajia terus-terusan.... ibu kira ya gak bakal kayak gitu....

A : Kemudian, bagaimana perasaan ibu sekarang mengetahu bahwa lokalisasi pembatuan memang benar ditutup dan pekerja disini banyak yang telah dipulangkan?

B : Ya sebenarnya sedih soalnya tambah sepi lho mas, akeh sing wis akrab juga, pelanggan tetap juga. Tapi akan dipulangkan, ya mau gimana lagi... itu kan sudah diatur sama pemerintah... rakyat kecil ini ya menjalankan aja...

A : Lalu sekarang ada gak bu harapan ibu untuk keadaan ibu dan bapak saat ini?

B : Ya, saya berharap agar usaha kami ini makin lacar makin banyak pembeli...

A : aamiin... Ya udah kalo gitu bu, terimakasih lho untuk waktunya bu...

B : Oo nggih, sama-sama mas...

A : Selamat malam bu...

Referensi

Dokumen terkait

Rincian kegiatan yang dilakukan adalah: (a) melakukan analisis awal, apabila data yang sudah terkumpul sudah cukup lengkap; (b) melakukan reduksi data dan sajian data; (c)

Nilai 6 di anak yang lain itu beda dengan nilai 6 di anakanak tertentu.” “Yang lain nilainya 8,, 7, 9 untuk anak tersebut iya 3, 4 sudah paling banyak bahkan 3,2 itu nilainya

Berdasarkan hasil riset penggunaan tepung kepala udang pada beberapa komoditas ikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya,maka rencana penelitian yang akan dilakukan

Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan fitokimia tepung daun katuk dalam ransum berbasis pakan lokal tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nuraeni tahun 2011 yang meneliti Penggunaan Model Connected Mathematics task (CMT) Untuk meningkatkan kemampuan Pemecahan

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG DIUKUR DENGAN RETURN ON ASSET DAN RETURN ON EQUITY (Studi pada Perusahaan Pertambangan Batubara

Sumber daya manusia adalah faktor pendukung dan penghambat dalam kinerja organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia makan visi, misi dan tujuan organisasi tidak akan

Dengan model kinematika, dapat ditentukan konfigurasi refrensi input yang harus diumpamakan setiapa atuator agar robot dapat melakukan gerakan simulutan (seluruh