• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN SITUASIONAL MOTIVA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN SITUASIONAL MOTIVA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL, MOTIVASI KERJA DAN PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI

PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT Oleh : Muhammad Rieza Iqbal

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: 1) Kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat; 2) Hubungan Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja dan Persepsi tentang Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan teknik korelasional. Subjek penelitian adalah pegawai negeri sipil pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat. Hasil analisis korelasi parsial menunjukkan: (1) terdapat hubungan positif antara kepemimpinan situasional dengan kinerja pegawai dengan r1y-2.3 sebesar 0,348 serta memberikan sumbangan efektif sebesar 2,6 %; (2) terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai dengan r2y-1.3 sebesar 0,499 serta memberikan sumbangan efektif sebesar 6,4 %; (3) terdapat hubungan positif antara persepsi tentang lingkungan kerja dengan kinerja pegawai dengan r3y-1.2 sebesar 0,337 serta memberikan sumbangan efektif sebesar 72,1 %. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan situasional, motivasi kerja dan persepsi tentang lingkunan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai dengan koefesien korelasi R = 0,901 dan sumbangan efektif sebesar 81,1 %.

Kata Kunci : Kinerja, Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja, Persepsi tentang Lingkungan Kerja.

PENDAHULUAN

Kinerja pegawai merupakan salah satu kajian penting dalam Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia di sektor publik. Menurut Dwiyanto (2002), maju mundurnya sebuah negara, provinsi, kabupaten dan semua organisasi sangat bergantung pada kemampuan pemimpin dan para personil didalamnya, yaitu orang-orang yang diberi amanat oleh para warga (citizen) untuk melayani, mensejahterakan dan memajukan seluruh warga. Pemerintah yang memiliki kewenangan dan otoritas dalam pengelolaan dan penyelenggaraan negara merupakan institusi yang dibentuk dalam rangka memberikan pelayanan yang maksimal dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan kepada rakyatnya.

Menurut Worral (1998)

berkembangnya tingkat peradaban masyarakat dan permasalahan sosial yang terjadi berimplikasi kepada kompleksitas layanan publik yang diselenggarakan

oleh pemerintah daerah. Salah satu instansi pemerintah di Kabupaten Langkat adalah Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat yang memiliki kewenangan mengelola berbagai pelayanan di bidang kepegawaian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kabupaten Langkat Nomor: 23 Tahun 2007, Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Langkat. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat memiliki tugas pokok membantu Pejabat Pembina

Kepegawaian Daerah dalam

melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang ditetapkan dibidang pemerintahan.

(2)

tantangan yang dihadapi baik yang berasal dari dalam organisasi sendiri maupun yang berasal dari luar organisasi. Tantangan yang menyebabkan perubahan dari dalam diri organisasi, misalnya: volume pekerjaan yang bertambah banyak, adanya perubahan tujuan, dinamika mutasi kepegawaian, tingkat keterampilan, sikap serta perilaku pegawai. Sedangkan penyebab perubahan dari luar atau lingkungan organisasi misalnya: adanya peraturan baru, perubahan kebijaksanaan dari organisasi vertikal yang lebih tinggi serta perubahan terhadap selera masyarakat.

Dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan tersebut diperlukan adanya pengelolaan terutama sumber daya manusia agar organisasi tetap eksis dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Organisasi yang didukung oleh sumber daya manusia (pegawai) yang mampu dan mau bekerja keras sesuai dengan bidangnya masing-masing serta loyal pada tempat dimana ia bekerja akan dapat meningkatkan keberhasilan suatu organisasi. Pegawai merupakan sumber daya manusia yang berpotensi dan dapat berfungsi nyata secara fisik maupun non fisik untuk mewujudkan eksitensi organisasi yang akan berpengaruh terhadap efektivitas suatu pekerjaan.

Pada masa era globalisasi, tuntutan akan kemampuan dan kompetensi diri sudah merupakan hal yang wajar dan harus dilakukan sebagai suatu upaya dini dalam menjawab tantangan, termasuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi sesuai dengan keadaan dan perkembangan zaman. Tuntutan tersebut seiring dengan harapan masyarakat terhadap sebuah pelayanan publik oleh pemerintah yang cepat, cermat dan akurat sehingga masyarakat akan merasa terpuaskan. Salah satu lembaga pemerintahan yang berhubungan dengan masyarakat adalah Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat yang berfungsi untuk memberikan layanan

pemerintahan dalam bidang kepegawaian. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat sebagai suatu lembaga atau institusi juga dapat dipandang sebagai suatu organisasi. Oleh karenanya sebagai organisasi tentu memiliki keterkaitan dengan berbagai hal, baik dari segi manajemen, kinerja, kepemimpinan maupun permasalahan lainnya.

Kualitas kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat serta dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa faktor yang diduga berperan penting terhadap kualitas kinerja antara lain adalah gaya kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja. Kinerja didefinisikan sebagai prestasi kerja yang ditampilkan oleh pegawai atau staf dalam melaksanakan fungsi organisasinya pada kurun waktu tertentu. Dengan demikian kinerja dapat dipandang sebagai suatu yang berkaitan dengan kemampuan dan penampilan pegawai yang menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terhadap pekerjaan masing-masing di lembaga atau instansi.

(3)

dimaknai sebagai tanggung jawabnya. Bekerja tanpa motivasi akan cepat bosan, karena tidak adanya unsur pendorong. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya gairah kerja pegawai, agar pegawai mau bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk mewujudkan tujuan lembaga/organisasi. Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya sekitar imbalan moneter, dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negative, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan (Winardi, 2001; 207). Para pegawai mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energy tersebut akan dilepaskan atau digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Menurut McClelland dalam Malayu Hasibuan (2000;163) energi yang dilepaskan karena didorong oleh : 1) kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, 2) harapan keberhasilannya, dan 3) nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Selanjutnnya menurut McClelland bahwa hal-hal yang memotivasi seseorang adalah : 1) kebutuhan akan prestasi, 2) kebutuhan akan afiliasi, dan 3) kebutuhan akan kekuasaan. Faktor lain juga tidak kalah penting adalah lingkungan kerja tempat para pegawai melaksanakan tugas pekerjaannya sehari-hari. Dengan adanya lingkungan kerja yang baik dan didukung peralatan kerja yang memadai, serta suasana kerja yang nyaman maka pegawai akan merasa bebas untuk melaksanakan tugas, fungsi dan pekerjaan yang dibebankan padanya. Berbagai permasalahan yang diduga masih dialami oleh sejumlah pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat hingga saat ini antara lain: masih terdapat sebagian pegawai yang

berkinerja rendah, motivasi kerja yang cenderung rendah, juga masih terpaku pada pola kerja lama takut bersaing menghadapi masa depan yang kian berat dan kompleks.

Semua hal tersebut diatas dapat terlihat dari gejala-gejala yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan yang dapat diidentifikasi seperti: kepemimpinan yang tidak efektif yang ditandai masih ditemukannya saling lempar tugas maupun tanggung jawab antar pegawai, efektivitas kerja pegawai yang menurun yang ditandai lambannya pelayanan ataupun proses layanan administrasi yang diberikan, motivasi kerja yang kecenderungannya masih rendah yang ditandai masih terdapat pegawai yang melanggar ketentuan jam kerja terutama setelah jam istirahat, demikian juga lingkungan kerja yang kurang kondusif mengakibatkan ketidakharmonisan hubungan antar pribadi dan kesenjangan hubungan antar personil, serta terdapat suasana ruang kerja yang kurang menyenangkan karena agak sempit sehingga pegawai kurang nyaman dalam bekerja.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik korelasional. Variabel penelitian meliputi tiga variabel bebas yaitu Kepemimpinan situasional (X1), motivasi kerja (X2), persepsi tentang lingkungan kerja (X3) dan variabel terikat kinerja pegawai (Y). Menurut Arikunto (2002:37) penelitian korelasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau lebih variabel.

(4)

sampel dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Arikunto (1998) dan Sugiyono (2010). Arikunto (1998:125) mengatakan bahwa “untuk menentukan anggota sampel sebagai ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi (sensus)”. Teknik pengambilan sampel penelitian yang menggunakan seluruh populasinya sering dikatakan sebagai penyampelan jenuh/ saturated sampling

(Sugiyono, 2010).

Untuk memperoleh data dari keempat variabel tersebut, maka diperlikan alat ukur untuk mengukur variabel model kepemimpinan, motivasi kerja, persepsi lingkungan kerja dan kinerja pegawai. Alat ukur tersebut disusun dengan model likert yang dimodifikasi dengan empat alternatif jawaban.

Untuk menghitung uji validitas angket menggunakan rumus product moment dan untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus alpha. Uji persyaratan analisis adalah uji normalitas, linieritas dan multikolinieritas. Kemudian untuk analisis data dilakukan dengan analisis korelasi parsial dan analisis regresi linier berganda.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengungkapan bahwa kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat yang terdiri dari; tanggung jawab,

kerjasama, kejujuran,

ketaatan/kedisiplinan, kesetiaan/loyalitas, prestasi kerja dan prakarsa dikategorikan sangat baik. Hal ini membawa implikasi jika menginginkan kinerja pegawai meningkat maka diperlukan pegawai yang memahami sepenuhnya tugas dan fungsi yang merupakan tugas rutin kesehariannya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kepimpinan situasional terhadap kinerja pegawai Badan

Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat. Hal ini membawa implikasi terhadap pelaksanaan pekerjaan pegawai, yang memiliki makna jika menginginkan kinerja pegawai meningkat maka diperlukan penerapan model kepemimpinan situasional yang tepat dan sesuai dengan tingkat kematangan yang akan mendorong peningkatan kinerja individu maupun secara kelompok, sehingga akan tercipta pelaksanaan program kegiatan yang tepat sasaran.

Adanya hubungan yang positif antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Langkat. Hal ini membawa implikasi terhadap semangat dan produktivitas kerja, yang memiliki makna jika menginginkan kinerja pegawai meningkat maka diperlukan upaya untuk memotivasi pegawai. Melalui pemberian motivasi pegawai maka pegawai akan bekerja secara optimal dan mampu meningkatkan kinerja individu maupun lembaga tempat kerjanya

Hasil temuan lain dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif antara persepsi tentang lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah menyenangkan, hubungan antara atasan dengan bawahan yang harmonis, dan pelayanan sosial pegawai yang baik. Melalui persepsi tentang lingkungan kerja yang kondusif pegawai akan bekera sesuai dengan tuntutan lembaga.

(5)

Daerah Kabupaten Langkat dengan sumbangan efektif sebesar 81,1 %. Sumbangan efektif tersebut adalah kepemimpinan situasional sebesar 2,6%, motivasi kerja sebesar 6,4% dan persepsi tentang lingkungan kerja sebesar 72,1%. Hasil tersebut membawa implikasi apabila menginginkan kinerja pegawai meningkat maka diperlukan penerapan kepemimpinan situasional yang sesuai dengan kematangan pegawai, peningkatan motivasi kerja dan persepsi tentang lingkungan kerja yang kondusif ini ditunjukkan oleh 34 responden (89,47 %) dalam kategori sangat baik, 4 responden (10,53 %) dalam kategori baik dan tidak ada yang termasuk dalam kategori kurang baik serta tidak baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Langkat harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan terus. Begitu juga dengan Kepemimpinan Situasional Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Langkat sebanyak 26 responden (68,42 %) dalam kategori sangat efektif, 12 responden (31,58 %) dalam kategori efektif, dan tidak ada yang termasuk dalam kategori kurang efektif serta tidak efektif, sehingga dari hasil penelitian ini Kepemimpinan Situasional Badan Kepegawaian Daerah sudah termasuk sangat baik sehingga harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Demikian juga dengan Motivasi lingkungan kerja sebanyak 25 responden

(65,79%) dalam kategori sangat baik, 13 responden (34,21%) dalam kategori baik, dan tidak ada yang termasuk dalam kategori kurang baik serta tidak baik.

Dari hasil analisis korelasi parsial dimana terdapat hubungan positif dan signifikan antara Kepemimpinan Situasional dengan Kinerja Pegawai bila Motivasi kerja dan Persepsi tentang lingkungan kerja dikontrol maka diperoleh besar koefisiennya sebesar ry1.23 = 0,348. Dengan besarnya nilai korelasi yang diperoleh maka diperoleh thitung = 2,162 dan ρ = 0,038. Hasil ini dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 38 dengan α = 0,05 yakni sebesar 1,691. Sehingga nilai thitung > ttabel dan ρ < 0,05 yang dapat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Jadi hipotesis penelitian yang diajukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Kepemimpinan Situasional dengan Kinerja Pegawai dapat diterima dan teruji secara empiris. Dari hasil analisis statistik juga diperoleh bahwasannya Kepemimpinan Situasional memberikan sumbangan efektif 2,6 % terhadap Kinerja Pegawai.

(6)

positif dan signifikan antara Motivasi ditemukan juga bahwasannya terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel Persepsi tentang lingkungan kerja dengan Kinerja. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis korelasi parsial dimana terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja dengan Kinerja Pegawai jika variabel kepemimpinan situasional dan Motivasi kerja dikontrol maka diperoleh besar koefisiennya sebesar ry3.12 = 0,337. Dengan besarnya nilai korelasi yang diperoleh maka diperoleh thitung = 2,090 dan ρ = 0,044. Hasil ini dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 38 dengan α = 0,05 yakni sebesar 1,691. Sehingga nilai thitung > ttabel dan ρ < 0,05 yang dapat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Jadi hipotesis penelitian yang diajukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Persepsi tentang Lingkungan Kerja dengan Kinerja Pegawai dapat diterima dan teruji secara empiris. Dari hasil analisis statistik juga diperoleh bahwasannya Persepsi tentang Lingkungan Kerja memberikan sumbangan efektif 72,1 % terhadap Kinerja Pegawai.

Kemudian, dalam penelitian ini ditemukan juga bahwasannya terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja dan Persepsi tentang lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap Kinerja Pegawai. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi linier berganda dimana terdapat hubungan positif dan signifikan antara Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Persepsi tentang lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap Kinerja Pegawai

maka diperoleh besar koefisiennya sebesar R = 0,901. Dengan besarnya nilai korelasi yang diperoleh maka diperoleh Fhitung = 48,751. Hasil ini dikonsultasikan dengan Ftabel dengan N = 38 dan signifikansi 0,000 dengan α = 0,05 yakni sebesar 2,883. Sehingga nilai Fhitung > Ftabel dan ρ < 0,05 yang dapat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Sehingga hipotesis penelitian yang diajukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja dan Persepsi tentang lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap Kinerja Pegawai dapat diterima dan teruji secara empiris Dari hasil analisis statistik juga diperoleh bahwasannya Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja, dan Persepsi tentang lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap Kinerja Pegawai sebesar 33%, dan sisanya sebesar 67% diperkirakan dari variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

KESIMPULAN

(7)

Hasil analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan situasional terhadap kinerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kepemimpinan situasional yang sesuai diterapkan terhadap kinerja pegawai, maka cenderung meningkatkan kinerja

pegawai. Penerapan model

kepemimpinan situasional tersebut memberikan makna bahwa untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugasnya menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan mempertimbangkan kemampuan atau tingkat kematangan pegawai yang menjadi bawahan. Kinerja yang baik dari seorang pegawai selain berhubungan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai, uga berhubungan dengan motivasi kerja dan persepsi pegawai terhadap lingkungan kerjanya. Motivasi kerja yang tinggi diperoleh dari tingginya tanggung jawab pegawai terhadap pekerjaannya serta adanya pengakuan dan pujian oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan pegawai. Sedangkan persepsi lingkungan kerja yang baik diperoleh dari kondisi ruangan kerja yang nyaman serta hubungan baik antar sesame pegawai serta antara hubungan yang antara atasan dan bawahan.

SARAN

Bagi pemimpin lembaga dari hasil penelitian, pemimpin harus memiliki partisipasi yang kuat dan tinggi dengan memperhatikan keempat variabel dari penelitian ini. Khususnya pada variabel kepemimpinan situasional yang sumbangan efektifnya dalam mempengaruhi kinerja masih belum tinggi. Diharapkan kedepannya pemimpin lembaga bisa menerapkan variabel kepemimpinan situasional dengan optimal serta disesuaikan dengan tingkat kematangan pegawai sehingga mereka bisa bekerja dengan lebih baik lagi.

Berdasarkan hasil temuan motivasi merupakan variabel yang mempunyai hubungan yang kuat dengan kinerja pegawai, oleh karena itu aspek ini harus dipertahankan guna menunjang meningkatnya kinerja pegawai

Dalam penelitian ini ditemukan variabel persepsi tentang lingkungan kerja mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kinerja pegawai. Persepsi tentang lingkungan memiliki sumbangan efektif yang paling besar diantara variabel lain, sehingga variabel ini sangat layak dipertahankan dalam suatu lembaga maupun bagi peneliti lain demi menunjang kinerja yang lebih baik lagi.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan Pemerintah Daerah untuk senantiasa berupaya menerapkan model kepemimpinan situasional yang sangat sesuai dengan kematangan pegawainya, motivasi kerja yang sangat tinggi dan persepsi lingkungan kerja yang sangat baik sehingga dihasilkan kinerja pegawai yang sangat baik.

KEPUSTAKAAN

Ahyari, A (1994). Manajemen Produksi:

Perencanaan Sistem Produksi.

Yogyakarta: BPFE-UGM.

Arikunto, S. (1998). Organisasi dan administrasi pendidikan teknologi

dan kejujuran. Jakarta: Depdikbud

Dirjen PTPT LPTK.

As’ad, M (1995). Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Atmosudirjo, P. (1982). Kesekretarisan

Dan Administrasi Perkantoran.

Jakarta: CV. Rajawali.

Berk, R.A. (1986). Performance

Assessment. London: The Johns

Hopkins Press Ltd.

Dale, A.T. (2002). Kinerja (Terjemahan

Sofyan Cikmat). New York: KEND

(8)

Depdikbud. (1995). Kamus Besar

Bahasa Indonesia: Jakarta.

Agus Dwiyanto (2007), Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta: UGM Press.

Fattah, N. (1996). Landasan Manajemen

Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Fuad Mas’ud. (2004). Survei Diagnosis

Organisasional. Badan

Penerbit-Undip.

Gallerman, S.W. (1984). Motivasi Dan

Produktivitas. Jakarta: PT. Pustaka

Binaman Pressindo.

Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1985).

Organisasi, Jilid 1 Edisi Kelima. (Alih Bahasa Drs. Djarkasih, MPA, editor Agus Dharma, Ph.D). Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Gomez, F.C. (1999). Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Hasibuan, S.P. Malayu (2007).

Organisasi & Motivasi: Dasar

Peningkatan Produktivitas. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Hersey, P. & Blanchard, P. (1982).

Management of Organizational Behavior Utilizing Human

Resources. Fourth Edition. London:

Prentice Hall International Editions.

Kerlinger, F. N. (1973). Foundation of

Behavioral Research. Hotland

Rinehart Winston.

Kouzes, J.M. & Posner, B.Z. (2002).

Leadership the Challenge. New

York.

Luthans, F. (1981). Organizational

Behavior. New York: McGraw Hill

International Book Company.

Marzuki, dkk. (2009). Statistik Terapan

Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pasaribu, I.L dan Simandjuntak, B. (1984). Teori Kepribadian. Bandung: Tarsito.

Robbins, S.P. (1996). Perilaku Organisasi: Konsep, kontroversi, aplikasi. (Terjemahan Hadyana

Pujaatmaka & Triyana

Iskandarsyah), New Jersey:

Prentice Hall, Inc.

Azwar, S. (2004). Realibilitas dan

Validitas. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Sedarmayanti. (2008). Manajemen

Sumber Daya Manusia. Bandung:

PT Rafika Aditama.

Siagian, S.P. (1995). Teori Motivasi dan

Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sofyan, H. & Uno, H.B. (2003). Teori Motivasi dan Aplikasinya dalam

penelitian. Gorontalo: Nurul

Jannah.

Sutarto. (2006). Dasar-dasar

Kepemimpinan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian

Pendidikan: Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Umar, H. (2008). Desain Penelitian

MSDM dan Perilaku Karyawan.

(9)

Winardi. (2001). Motivasi dan

Pemotivasian Dalam Manajemen.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

It has been demonstrated that the foraging responses of individual Camponotus mus ants confronted with a standardized stimulus (10% sugar solution) depended on the nutritional state

Dari kerusakan yang didapatkan dari analisis, diketahui bahwa keruntuhan gedung lebih cenderung pada bagian kolom lantai dasar yang tidak memiliki dinding.. Hal ini disebabkan

enforcement of the 75% pictorial health warning.. Objective 4: Expand smokefree and ban tobacco advertising and promotion regulation to at least 30 new subnational

Strategi koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan. masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap

54 054/KPT/14 YOSEP PEPAH Lulus A PT.PONCO OILFIELD SUPPLIES &amp; SERVICE Sudah Jadi. 1 001/KJ/14 SEBASTIANUS NARA PRASIDDHA Lulus

Lebih spesifik lagi, pada penelitian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi anggota KJPL dalam membuat berita isu lingkungan serta sejauh mana KJPL menerapkan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sumber ekstrak dari buah pala (daging buah, fuli dan biji pala) yang berpengaruh terhadap daya hambat5. Staphylococcus aureus, selain itu

Metode ini tak lepas dari beberapa vareasi dan kerja kelompok yang melibatkan semua siswa secara langsung dan akan terciptanya tujuan pembelajaran yang diingin kanoleh