• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Pengertian Kanker Payudara - Mekanisme Koping Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Pengertian Kanker Payudara - Mekanisme Koping Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kanker Payudara

2.1.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal dimana sel

abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang cepat dan menginfiltrasikan

jaringan limfe dan pembuluh darah di dalam payudara (Carpenito, 1999). Kanker

payudara merupakan salah satu terbanyak ditemukan di Indonesia, biasanya kanker ini

ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas

(Mansjoer, 2000).

Penyebaran kanker terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan

tumbuh di kelenjar aksila ataupun supraklavikula. Kemudian melalui pembuluh darah

kanker menyebar ke organ lain seperti paru, hati, tulang dan otak (Luwia, 2003).

2.1.2 Penyebab Kanker Payudara

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya kanker

payudara, tetapi beberapa kemungkinan penyebabnya sebagai berikut (Tim

CancerHelps, 2010) :

1. Faktor Usia

Kejadian kanker payudara akan semakin meningkat setelah usia remaja.

2. Faktor Genetik

Ada dua jenis gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 yang sangat mungkin menjadi factor

(2)

payudara, maka kemungkinan akan memiliki resiko untuk terkena penyakit

payudara dua kali lipat.

3. Pemakaian Obat-obatan

Sebagai contoh, seorang wanita yang menggunakan terapi obat hormon pengganti

(hormone replacement therapy atau HRT) seperti hormone ekstrogen akan

menyebabkan peningkatan resiko menderita penyakit kanker payudara.

4. Diet

Faktor diet dapat juga sebagai kemungkinan terjadinya kanker payudara. hal ini

berhubungan dengan tingginya diet asam lemak jenuh dan kurang mengkonsumsi

vitamin C. tingginya intake alcohol mungkin juga berhubungan dengan

meningkatnya perkembangan kanker payudara

5. Trauma

Penggunaan BH yang terbuat dari bahan kawat, akibat terjadi benturan dari bahan

tumpul, penggunaan bahan karsinoge

2.1.3 Gambaran Klinis Kanker Payudara

Gambaran klinis yang dapat ditemukan (NJ Ye, 2011 dalam Churchill,

1990), yaitu:

1. Benjolan pada payudara, keras atau lembut.

2. Nyeri, yang bervariasi dengan siklus haid dan independen dari siklus haid

3. Perubahan pada kulit payudara:

a. Skin dimpling

b. Skin ulcer

c. Peau d'orange

(3)

a. Puting tertarik ke dalam

b. Eksim (ruam yang melibatkan puting atau areola, atau keduanya)

c. Putting discharge

2.1.4 Jenis-Jenis Kanker Payudara

Jenis-jenis kanker payudara sebagai berikut (Tim CancerHelps, 2010):

1. Duktal Karsinoma In Situ (DCIS)

Jenis ini merupakan tipe kanker payudara non invasif paling umum. DCIS

berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar

dinding duktus ke jaringan payudara di sekitarnya. Sekitar satu hingga lima

kasus baru kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan

kanker tahap ini dapat disembuhkan. Mammografi merupakan cara terbaik

untuk mendeteksinya.

2. Lobular Karsinoma In Situ (LCIS)

LCIS bukan kanker, tetapi LCIS terkadang digolongkan sebagai tipe kanker

payudara non invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu,

tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus. Mammografi rutin sangat

disarankan pada tipe kanker payudara ini.

3. Invasif atau Infiltrating Duktal Karsinoma (IDC)

IDC merupakan jenis kanker payudara yang paling umum dijumpai.

Timbulnya sel kanker bermula dari duktus, menerobos dinding duktus, dan

berkembang ke dalam jaringan lemak payudara. Kanker akan menyebar ke

organ tubuh lainnya melaui sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar

8-10 kasus kanker payudara invasif merupakan jenis ini.

(4)

Kanker jenis ini dimulai dari lobulus. Seperti IDC, ILC dapat menyebar atau

bermetastasis ke bagian lain di dalam tubuh.

5. Kanker payudara terinflamasi (IBC)

IBC merupakan jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi. Hanya

sekitar 1-3% dari semua kasus kanker payudara adalah jenis IBC. Jenis IBC

biasanya tidak terjadi benjolan tunggal atau tumor pada payudara.

sebaliknya, kanker jenis ini membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa

hangat. Kulit payudara juga tampak tebal dan mengerut seperti kulit jeruk.

2.1.5 Stadium Kanker Payudara

Stadium Keterangan

0 Stadium ini disebut kanker payudara non-invasif. Ada dua tipe,

yaitu: DCIS (Ductal Carcinoma In Situ) dan LCIS (Lobular

Carcinoma In Situ).

I Kanker invasive kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan tidak

menyerang kelenjar getah bening.

II Kanker invasive, ukuran tumor 2-5 cm dan sudah menyerang

kelenjar getah bening.

III Kanker invasive besar, ukuran tumo lebih dari 5 cm dan benjolan

sudah menonjol ke permukaan kulit, pecah, berdarah atau

bernanah.

IV Sel kanker sudah bermetastasis atau menyebar ke organ lain,

seperti paru-paru, hati, tulang, atau otak.

(5)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, yaitu

2007) :

1. Biopsi payudara (jarum atau eksisi) : membrikan diagnosa defenitif terhadap

massa dan berguna untuk klasifikasi histology pertahapan dan seleksi terapi

yang tepat.

2. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.

3. PU THM : untuk mengevaluasi ukuran tumor

4. CT Scan dan MRI : teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,

khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras

yang sulit diperiksa dengan mammografi.

5. Ultrasonografi (USG) : dapat membantu dalam membedakan antara massa

padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras ; hasil

komplemen dari mammografi.

6. Mammografi : memperlihatan struktur internal payudara untuk mendeteksi

kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.

2.1.7 Komplikasi Kanker Payudara

Menurut Carpenito (1999) dan R. Sjamsuhidayat (2004), komplikasi kanker

payudara adalah :

1. Gangguan Neurovaskular.

2. Metastasis : otak, pleura, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang

panjang.

3. Fraktur patologi.

(6)

5. Kematian.

2.1.8 Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan

meliputi : pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan terapi imunologi

(NJ Ye, 2011). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi

perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis

terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual (WHO, 2003).

1. Pembedahan

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur

pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada

tahapan penyakit, tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.

Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian

payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara

(mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya

diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi,hormon atau kemoterapi.

2. Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk

membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.

3. Terapi Hormon

Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon

dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada

stadium akhir.

(7)

Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut

penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa

digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah

Capecitabine, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada

sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.

5. Terapi Imunologik

Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu

pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,

trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2

dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien

sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi

dengan trastuzumab.

2.2 Mekanisme Koping

Dalam keperawatan konsep koping sangat penting karena semua pasien

mengalami stres, sehingga sangat perlu kemampuan untuk dapat mengatasinya dan

kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stres yang merupakan faktor penentu

yang penting dalam kesejahteraan manusia (Yasmin, 1999).

2.2.1 Pengertian Mekanisme Koping

Pada dasarnya, setiap individu yang berada pada situasi yang tidak

menyenangkan akan berusaha keluar dari situasi tersebut dengan cara menyesuaikan

diri dengan situasi tersebut. Usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi keadaan

yang menekan, menantang atau mengancam, serta menimbulkan emosi-emosi yang

tidak menyenangkan disebut sebagai tingkah laku koping (Lazarus, 1976 dalam

(8)

menangani masalah dan situasi (Kozier, 2011). Koping adalah mekanisme untuk

mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban

tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila

mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan

atau beban tersebut (Ahyar, 2010).

Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk

menghadapi perubahan yang diterima (Nursalam, 2007). Apabila mekanisme koping

berhasil, maka orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.

Kemampuan koping individu tergantung dari temperamen, persepsi, dan kognisi serta

latar belakang budaya/norma tempatnya dibesarkan (Nursalam, 2007 dalam Carlson,

1994).

Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala).

Koping dapat dikaji melalu berbagai aspek yaitu fisiologis dan psikologis (Devi, 2008

dalam Keliat, 1990). Koping yang efektif menghasilkan adaptasi sedangkan koping

yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif.

1. Fisiologis

Manifestasi stress pada aspek fisik tergantung pada :

a. Persepsi/penerimaan individu pada stress

b. Keefektifan strategi koping

2. Psikososial

Stuart dan Sundeen (1991) mengidentifikasi 2 kategori koping yang biasa

dipakai untuk mengatasi kecemasan :

a. Reaksi berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction)

Cara ini digunakan untuk meyelesaikan masalah, meyelesaikan konflik dan

(9)

 Perilaku Menyerang

Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan

pemenuhan kebutuhan. Pada prilaku menyerang, individu menggunakan

energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan

integritas pribadinya. Prilaku yang di tampilkan dapat merupakan tindakan

konstruktif maupun destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap

obyek, dapat berupa benda, barang, orang lain atau bahkan terhadap diri

sendiri.

• Perilaku Menarik Diri

Perilaku menarik diri digunakan secara fisik maupun psikologik untuk

memindahkan sesorang dari sumber stress.

• Perilaku Kompromi

Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoprasikan, menggani tujuan, mengorbankan aspek kebutuhan personal

seseorang. Lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau

negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Secara umum

kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.

b. Reaksi yang berorientasi pada ego (Ego Oriented Reaction)

Sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini

berguna untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.

 Denial (menyangkal)

Menghindarkan realitas ketidaksetujuan dengan mengabaikan atau menolak

untuk mengenalinya.

(10)

Mengaitkan pikiran atau impuls dirinya terutama keinginan yang tidak dapat di

toleransi, perasaan emosional, atau motivasi kepada orang lain.

• Regresi

Menghindari stress terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan

lebih awal

 Displacement/Mengalihkan

Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan kepada orang atau benda

tertentu ke benda yang netral atau tidak membahayakan.

 Isolasi

Memisahkan komponen emosional dari pikiran yang dapat temporer atau

jangka panjang.

 Supresi

Suatu proses yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan diri tetapi

benar-benar merupakan analogi represi, pencetus kesadaran yang bertujuan

suatu ketika dapat mengarah pada represi.

Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat) Harmer dan Ruyon

(1984), menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif yaitu:

1. Penalaran (reasoning)

Yaitu penggunaan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam

alternative pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternative yang

dianggap paling menguntungkan individu secara sadar mengumpulkan berbagai

informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi, kemudian

(11)

paling menguntungkan resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungannya yang

diperoleh paling besar.

2. Objektifitas

Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen

emosional dan logis dalam pemikiran,dan penalaran maupun tingkah laku.

Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran

yang berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk

melakukan koping jenis obyektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan

memiliki kemampuan mengelola emosinya sehingga individu mampu memilih dan

membuat yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.

3. Konsentrasi

Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan

yang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari

pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang

dihadapi. Pada kenyataanya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi

ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai

arus pemikiran yang justru membuat persoalan yang menjadi semakin kabur dan tidak

terarah.

4. Penegasan diri (self assertion)

Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stress

dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara

langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.

menjadi assertif tidak sama dengan tindakan agresi. Sertif adalah menegaskan apa

yang dirasakan, dipikiran oleh individu yang bersangkutan, namun dengan

(12)

pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar

manusia.

5. Pengamatan diri (self observation)

Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan

pengujian secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau mengadakan

pengamatan terhadap tingkah laku,motif,cirri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk

mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

Pengamatan diri mengandaikan individu memiliki kemampuan untuk melakukan

transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang diamati dengan

diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan latihan-latihan melakukan

introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam untuk melakukan

pengamatan diri.

Pada dasarnya manusia melakukan perilaku koping dengan tujuan untuk

keluar dari situasi yang tidak menyenangkan. Tingkah laku ini timbul dalam sejumlah

tahap, pertama kita menilai sumber stress yang dihadapi serta sumber-sumber yang

kita miliki untuk mengatasinya, kemudian bertindak (Ryan dalam Potter dan

McKenzie, 2002). Penilaian terhadap suatu situasi tidak dapat digeneralisasikan sama

pada semua individu. Setiap individu mempunyai respon yang berbeda terhadap suatu

sumber stress.

2.2.2. Sumber Koping

Menurut Wiscar dan Sandra (1995), sumber koping terdiri atas 2 faktor yaitu

dari dalam (internal) dan factor dari luar (eksternal) yaitu :

1. Faktor internal meliputi : kesehatan dan energy, system kepercayaan eksistensi

(13)

tingkat pengetahuan, perasaan seseorang seperti harga diri, control dan kemahiran,

ketrampilan, pemecahan masalah.

2. Factor eksternal meliputi : dukungan sosial dan sumber material

Menyadur dari Cobb dukungan sosial sebagai rasa memiliki rasa informasi terhadap

seseorang atau lebih dengan 3 kategori yaitu : dukungan emosi dimana seseorang

merasa dicintai; dukungan harga diri berupa pengakuan dari orang lain akan

kemampuan yang dimiliki; perasaan memiliki dalam sebuah kelompok.

2.2.3 Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping juga dibedakan menjadi dua tipe (Angela, 2012 dalam

Kozier, 2004) yaitu :

1. Mekanisme koping berfokus pada masalah (Problem Focused Coping)

Meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat perubahan

atau mengambil beberapa tindakan dan usaha segera untuk mengatasi ancaman pada

dirinya. Contohnya adalah negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat.

2. Mekanisme koping berfokus pada emosi (emotional focused coping)

Meliputi usaha-usaha dan gagasan yang mengurangi distress emosional.

Mekanisme koping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi seseorang

sering merasa lebih baik.

2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Koping

Mekanisme koping seseorang dipengaruhi oleh faktor – faktor diantaranya :

peran dan hubungannya, gizi dan metabolisme, tidur dan istirahat, rasa aman dan

(14)

tempat tinggal (Taylor dan Carol, 1997). Menurut Lazarrus dan folkman faktor yang

mempengaruhi strategi coping dari luar atau dari dalam ada enam, yaitu:

1. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar

2. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti

keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada

penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan

strategi coping tipe : problem-solving focused coping

3. Keterampilan Memecahkan Masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa

situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif

tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil

yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu

tindakan yang tepat.

4. Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah

laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku

dimasyarakat.

5. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain,

(15)

Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau

layanan yang biasanya dapat dibeli.

2.2.5 Mekanisme Koping Adaptif Dan Maladaptive

Menurut Suryani dan Widyasih (2008) secara garis besar mekanisme koping

terdiri dari mekanisme koping adaptif dan maladapif :

1. Mekanisme Koping Adaptif

Penggunaan koping yang adaptif membantu individu dalam beradaptasi untuk

menghadapi keseimbangan. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang

mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Adaptasi

individu yang baik, muncul reaksi untuk menyelesaikan masalah dengan melibatkan

proses kognitif, efektif dan psikomotor. Kompromi merupakan tindakan adaptif untuk

menyelesaikan masalah, dilakukan dengan cara musyawarah atau negosiasi untuk

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Mekanisme koping adaptif yang lain

adalah berbicara dengan orang lain tentang masalah yang dihadapi, berdoa,

melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan masalah, membuat berbagai

alternative tindakan untuk mengurangi situasi, dan merasa yakin bahwa semua akan

kembali stabil, mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.

2. Mekanisme Koping Maladaptif

Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi

integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan (Stuart dan

Sundeen, 1995). Penggunaan mekanisme koping yang maladaptif dapat

menimbulkan respon negative dengan munculnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh

(16)

berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan

melakukan pengelakan terhadap solusi).

Perilaku mekanisme koping maladaptive antara lain perilaku agresi dan

menarik diri. Perilaku agresi (menyerang) terhadap sasaran atau obyek dapat

merupakan benda, barang atau orang lain atau bahkan terhadap dirinya sendiri.

Perilaku menarik diri dimana perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari

lingkungan dan orang lain.

Karakterisistik mekanisme koping adalah sebagai berikut :

Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Masih mampu mengontrol emosi pada dirinya

b. Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada

masalah

c. Memiliki persepsi yang luas

d. Dapat menerima dukungan dari orang lain

Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Tidak mampu berfikir apa – apa atau disorientasi

b. Tidak mampu menyelesaikan masalah

c. Perilakunya cenderung merusak

Menurut National Safety Council (2004), strategi koping yang berhasil

(17)

1. Peningkatan kesadaran terhadap masalah : fokus obyektif yang jelas dan

prespektif yang utuh terhadap situasi yang tengah berlangsung.

2. Pengolahan informasi : situasi pendekatan yang mengharuskan anda mengalihkan

persepsi sehingga ancaman dapat diredam. Pengolahan informasi juga meliputi

pengumpulan informasi dan pengkajian semua sumber daya yang ada untuk

memecahkan masalah.

3. Pengubahan perilaku : tindakan yang dipilih secara sadar yang dilakukan bersama

sikap yang positif, dapat meminimalkan atau menghilangkan stresor.

4. Resolusi damai : suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi.

2.2.6 Strategi Koping

Strategi koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan

masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang

mengancam (Keliat, 2004).

Strategi koping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun

perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalisasikan

suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Secara alamiah baik disadari

ataupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam

menghadapi stress. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah

lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan atau

dihadapi. Setiap individu dalam melakukan koping tidak sendiri dan tidak hanya

menggunakan satu strategi tetapi dapat melakukannya bervariasi, tergantung dari

(18)

2.2.7 Cancer Coping Questionnaire 21 Items

Cancer coping questionnaire 21 items adalah kuesioner yang dirancang

untuk mengukur koping pasien kanker. Kuesioner ini dibuat oleh Stirling

Moorey, Maria Frampton, dan Steven Greer pada atahun 2000. Konstruk validitas

dan realibilitas instrument dilakukan pada 3 sampel (kelompok kanker campuran,

n ¼ 42, wanita dengan kanker payudara, n ¼ 50, dan sekelompok pasien yang

dirujuk untuk bantuan psikologis, n ¼ 48). CCQ menunjukkan realibilitas internal

Gambar

Tabel 1. Stadium Kanker Payudara (Tim CancerHelps, 2010).

Referensi

Dokumen terkait

Koping yang digunakan oleh pasien dalam menjalani terapi hemodialisa akan mempengaruhi respon koping terhadap masalah yang dihadapinya. Respon individu bisa adaptif atau

Koping diartikan sebagai cara yang digunakan seseorang dalam menghadapi masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta memberi tanggapan atau reaksi terhadap situasi

Ryan & Deci (2001), mengatakan individu yang berada dalam usia dewasa awal (young) memiliki skor tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi, penerimaan diri, dan tujuan hidup

Kesejahteraan psikologis merupakan gambaran kesehatan psikologis individu dalam menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, dapat menjalin hubungan

Ryan & Deci (2001), mengatakan individu yang berada dalam usia dewasa awal (young) memiliki skor tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi, penerimaan diri, dan tujuan hidup

Individu dikatakan memiliki resilien tinggi apabila individu menggunakan strategi Koping yang berfokus pada pemecahan masalah (problem focused coping) dengan jenis koping

Menurut Keliat (1999), mekanisme coping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi

Individu yang memiliki mekanisme koping adaptif akan menunjukkan kualitas hidup yang baik, seperti mengharapkan kesehatan yang baik, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan pada