• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapitalisme Politik dalam Pendidikan. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kapitalisme Politik dalam Pendidikan. pdf"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PENDIDIKAN POLITIK

KAPITALISME POLITIK DALAM PENDIDIKAN DOSEN PENGAMPU : Dr. Nasiwan, M.Si

Oleh: Farhan Ferian 15416241052

Jurusan Pendidikan Ilmu Pendgetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial

(2)

2

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan ... 3

A. Latar belakang ... 3

B. Rumusan masalah ... 5

C. Tujuan masalah ... 5

BAB II Pembahasan ... 6

A. Sejarah kapitalisme ... 6

B. Hegemoni kultural, ideologi, dan politik ... 10

C. Hegemoni pengetahuan ... 12

D. Tatanan ekonomi politik internasional ... 14

E. Masuknya kapitalisme ke indonseia ... 15

F. Kapitalisme Pendidikan ... 16

G. Pendidikan dalam anatomi ekonomi politik ... 20

H. Kesalahan Paradigma dan Pendekatan ... 21

I. Sekolah kapitalisme dan Budaya positivisme ... 26

J. Pendidikan kritis ... 28

(3)

3

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar belakang

Kapitalisme pada jaman sekarang seperti menjadi syarat wajib jika suatu negara

ingin bertarung di pentas peperangan ekonomi dunia, jika menggunakan istilah

sempit kapitalisme adalah kekuasaan dipegang oleh kapital atau pemilik

uang/kekuasaan bisa jadi investor atau elite pemerintahan karena sebagai pemilik

kekuasaan tertinggi. Hampir seluruh dunia menggunakan politik ini walaupun atas

nama sosialis atau komunisme bahkan demokrasi sekali pun masih menginginkan

kepentingan pribadi atau kelompok mayoritas maupun minoritas.

Memandang segala hal hanya dari segi ekonomi, memiliki kepentingan pribadi

diatas kepentingan bersama adalah hal yang sama dari kapitalisme. Sering terjadi

di indoneia bahwa sebuah kebijakan akan memihak pada suatu kepentingan bagi

sebuah kelompok atau elit, padahal Indonesia adalah negara demokrasi dan

pancasila. Karena kapitalisme yang sekarang bukan lah sekedar politik semata

namun hegemoni dan gaya hidup.

Pandangan orang yang berpikiran bahwa segala yang ada di luar negeri apa bila

diterapkan di Indonesia akan berjalan sama atau selaras dengan masyarakat. Yang

terjadi sebaliknya bahwa pemahaman pemahaman dari luar justru menggiring

pemikiran masyarakat untuk tidak nasionalis dan berpikir eropasentrik.

Terlebih lagi pendidikan diperlakukan sebagai komoditi diperkuat sejak

dokembangkannya di tandatanganinya kesepakatan GATT, di mana dunia secara

global telah memihak pada ke kepentingan pasar. Hal itu dilakukan demi

membuka peluang bagi Trans National Coreporation (TNC) untuk ekspansi. Salah

satu usaha strategis nya adalah mempengaruhi kebijakan negara negara

berkembang untuk me”licin”kan jalan bagi TNC untuk beroperasi. Mekanisme

dan proses globalisasi yang diperjuangkan oleh aktor utama, Globalisasi yakni

(4)

4 dilandaskan pada suatu ideologi yang berangkat dari kepercayaan bahwa

pertumbuhan ekonomi hanya dapat dicapai sebagai hasil normal dari “kompetisi bebas”.

Harga menjadi tanda apa yang harus diproduksi itulah alasan mengapa neoliberal

ekonomi ridak ingin pemerintah ikut campur, serahkan saja ppada mekanisme dan

hukum pasar untuk bekerja. Keputusan individual atas interest probadi

diharapkan mendapat bimbingan dari invisible hand sehingga masyarakat akan

mendapatkan berkah dari ribuan keputusan individual tersebut.

Paham inilah yang sejak lama berusaha untuk membatasi peran pemerintah dan

lebih memberi kesempatan pada perusahaan swasta untuk menjadi aktor dalam

bidang ekonomi di bawah situasi persaingan bebas yang diciptakan oleh gagasan

pasar bebas. Biarkan pasar menentukan harga. Akibat dari pendirian pasar bebas

tersebut ada sehumlah akibat yang nantinya akan berpengaruh terhadao visi

pendididkan dan akan memaksa komodifikasi pendidikan terjadi.

Hal yang berkaitan tentang kapitalis ini tidak hanya terjadi dalam sisi

pemerintahan di Indonesia tetapi juga dalam pendidikan indonesia yang dalam

UU sidiknas saja di tuliskan 18 karakter yang seharusnya dibentuk namun yang

terjadi di realitanya tetap tidak ada perubahan, karakter yang harusnya dibangun

di masa-masa sekolah justru tidak terinternalisasi di setiap pemahaman tanpeserta

didik

Dalam hal lain pendidikan di Indonesia banyak yang masih berpikiran bahwa

sekolah hanya untuk mencari pekerjaan, dengan kata-kata “sekolah adalah

invesstasi pendidikan” secara tidak langsung peran kapitalis masuk dalam sekolah

atau pendidikan orientasi masyarakat yang seharusnya pendidikan itu untuk

membuat lebih cerdas agar dapat menghadapi masalah atau sebagainya justru

(5)

5 Bahwa pendidikan, setelah dikaji secara politik ekonomi, ternyata telah menjadi

alat dari kepentingan yang mengingkari hakekat pendidikan, yakni sebagai

strategi budaya kemanusiaan untuk memanusiakan manusia. Apa yang menjadi

visi dari misi kemanusiaan dari pendidikan, yakni oendidikan sebagai suatu

strategi kebudayaann manusia. Semua sistem dan struktur ekonomi kapitalistik

telah membuat praktek pendidikan justru melanggengkan kelas sosial dan ketidak

adilan sosial.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengaruh politik kapitalisme terhadap pendidikan

C. Tujuan masalah

(6)

6

BAB II Pembahasan

A. Sejarah kapitalisme

Kapitalisme yang dibuat oleh Lorens Bagus, berasal dari bahasa inggris,

capitalisme atau kata latin caput yang berarti kepala. Kapitalisme itu

sendiri adalah sistem perekonomian yang menekankan peranan kapital

atau modal poin poin penting yang dapat diambil dalam mengartikan

kapitalisme adalah:

1. Kapitalisme adalah ungkapan kapitalis klasik yang dikaitkan dengan

apa yang dimaksud oleh Adam smith sebagai permainnan pasar yang

memiliki aturan sendiri. Ia yakin bahwa dengan kompetisi, pekerjaan

daru tangan yang tidak kelihatan akan menaikkan harga pada tingkat

alamiah dan mendorong tenaga kerja atau modal mengalami

pergeseran dari perusahaan yang kurang menguntungkan. Berarti

kapitalisme merupakan usaha-usaha kompetitif manusia yang akan

dengan sendirinya berubah menjadi kepentingan bersama atau

kesejahteraan sosial.

2. Kapitalisme merupakan ungkapan prancis lais-sez-faire,laissez-passer,

yang berarti semaunya, yang dilekatkan sebagai ungkapan penyifat.

Ungkapan lasissez-faire menekankan sebuah pandangan bahwa dalam

sistem ini kepentingan ekonomi dibiarkan berjalan sendiri agar

perkembangan berlangsung tanpa pengendalian negara dan dengan

regulasi seminim mungkin.

3. Bahwa ada keterkaitan antara bangkitny kapitalisme dengan

protestanisme. Kapitalisme merupakan bentuk sekuler dari penekanan

protestanisme pada individualisme dan keharusan mengusahakan

keselamatan pribadi.

Perluasan demi perluasan dengan argumentasi produktivitas yang dilakukan

selanjutnya menghadirkan fenomena dramatis dengan munculnya kolonialisasi

(7)

7 produksi. Lebih lanjut pada informasi yang sama, Dudley melalui Nur Sayid S.S.

bahwa perkembanga kapitalisme pada tahapan ini didukung oleh tiga faktor yaitu:

(1) dukungan agama dengan menanamkan sikap dan karakter kerja keras dan

anjuran untuk hidup hemat, (2) hadirnya logam mulia terhadap distribusi

pendapatan atas upah, laba dan sewa serta (3) keikutsertaan negara dalam

membantu membentuk modal untuk berusaha.

Budiman melalui Nur Sayid S.S, menyebutkan bahwa kapitalisme seolah menjadi

pesolek tanpa tanding dalam merebut pehatian para teoritasi sosial dunia. Salah

satu hal yang membuat kapitalisme bertahan adalah kelunturan produk yang

ditawarkan . produk-produk yang disediakan bersifat adaptif dengan zamannya.

Cita-cita yang disodorkan tidak pernah dibiarkan begitu saja dan menjadi

sebentuk keksombonga ideologis yang menejneuhkan, melainkan disesuaikan

dengan berbagai desakan pluralisasi wacana kehidupan. Kapitalisme berhasil tetap

bertahan karena ia mampu menghadirkan demokrasi ekonomi dan politik sebagai

bentuk keinginan umat manusia yang paling mutakhir, tetapi sebatas citra,

demokrarsi yang semu.produk kapitalisme yang menggairahkantersebut

dipandang sebagai trap, bahwa saat ini kapitalisme sedang menyiapkan perangkat

kebudayaan yang mengantarka umat manusia pada kondisi komoditi yang final

dan melelahkan.

Dalam kapitalisme ditingkat yang lebih tinggi adalah pemfungsian institusi negara

sebagai jaminan kontrol dari doktrin mekanisme pasar. Bahkan, para kapitalis

dengan sengaja berani membiayai dan merekayasa negara. Tujuannya dalah untuk

mengatasi kemungkinan terjadinya disintegrasi sistem sosial dalam struktur

masyarakat yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi dalam tubuh

kapitalisme itu sendiri. Asumsi ini diperkuat oleh fakta pertumbuhan

industri-industri kapitalisme hingga menciptakan korporasi-korporasi modern ternyata

memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kekuasaan politik.

Keterkitan negara-kapitalis yang ditunjukan dengan bergesernya mekanisme

(8)

8 ini bukanlah paham kapitalisme yang asli yang menganut paham laissez-faire,

laissez-passer, melainkan suatu sistem ekonomi yang tetao menggunakan prinsip

dasar kapitalisme yang membatasi penguasaan sumber daya dan konsumsi

berlebihan, baik secara infividual maupun pada tingkat yang berlebihan, baik

secara individual maupun pada tingkat perusahaan. Nilai-nilai yang berlaku pada

sistem kapitalisme amerika selalu mempertimbangkan beberapa aspek yaitu;

1. Asas kebebasan

Dengan maksud bebas bekonsumsi dan berinvestasi serta oembatasan

investasi pemerintah sekaligus mengikhtiarkan model politik yang

demokratis.

2. Asas keseimbangan

Dengan maksud adanya difusi antara kekuatan politik dan ekonomi

adanya bergaining power yang sama untuk produsen dan konsumen

serta adanya kesempatan yang sama sekaligus upaya untuk

mencipyakan pemerataan.

3. Asas keadilan

Dengan pengertian sebuah upaya untuk menghindari praktik yang

tidak adil seperti adanya upah buruh yang ridak memenuhi standar,

hubungan tuan dan majikan yang eksploitatif dan sebagainya. Oleh

karena itu, setiap praktik ekonomi harus dilandasi dengan sikap yang

penuh dengan kejujuran dan keterbukaan.

4. Asas kesejahteraan

Adanya pertimbangn efisiensi alokasi dan produksi. Parameter

kesejahteraan bisa diketahui melalui pengawasan pemerintah terhadao

stabilitas harga serta upaya untuk menciptakan kondisi

ketenagakerjaan bisa diketahui melalui pengawasan pemerintah

terhadap stabilitas harga sera upaya untuk menciptakan kondisi

ketenafa kerhaan yang bersifat full employment. Kesehran dan

keselamatan lingkkkkungan hidup juga dapat perhatian yang besar.

(9)

9 Pertumbuhan pendapatan riil dan kemajuan teknologi. Ada beberapa

pemerintah Amerika yang menjadi prioritas dalam menjamin

kebesaran kapitalisme. Di antaranya adalah kebijaksanaan yang

menjamin terciptanya kompetisi seperti terciptanya UU anti trust.

Tujannya untuk mencegah persaingn yang tidak sehat di antara pihaj

yang bersaing. Peraturan ini secara teknis bertujuan untuk menjamin

kebebasan dan keamanan dalam beinvestasi, kemudian kebijaksaaan

yang mengatur kemana arah kompetisi digerakkan.

Menurut Paul M Sweezy melalui nur sayyid S K dalam kapitalisme negara dan

masyarakat, kapitalisme sebagai suatu sistem dunia bermula pada akhir abad ke

15 dan awal abad ke 16 ketika orang-orang eropa yang menguasai pengetahuan

pelayaran jarak jauh, menghambur keluar dan mengarungi dunia untuk merampas

dan berniaga. Sejak itu kapitalisme terdiri dari dua bagian yang berberda tajam: di

satu pihak ada sejumkah kecil egara-negara dominanyamg memeras, dan di pihak

lain, dengan jauh lebih besar negara-negara yang dikuasai dan di peras. Keduanya

terjalin secara tak terpisahkan dan tidak ada kejadian dalam kedia negara itu yang

dapat dimengerti jika dilihat dari sistem itu yang menjadii sebuah keharusan.

Penting untuk menekankan bahwa hal itu benar, baik untuk kapitalisme modern,

dalam arti sistem kapitalisme merkantilis dari masa sebelum revolusi industri.

Scholte menyatakan bahwa globalisasi berlangsung sejak 1960-an, hal ini telah

membantu memperjangkauan dalam tiga komodifikasi dalam tiga wilayah.

Pertama, konsumerisme yang terhubungkan dengan produk=produk global yang

diperluas oleh kapitalisme industri. Kedua, pertumbuhan lembaga-lembaga yang

beroprasi dalam lingkup global seperti global banking dan global

secutritiessehingga memperluas jamgkauan modal uang. Ketiga, globalisasi telah

mendorong perluasan komodifikasi dalam wilayanh baru melibatkan informasi

dan komunikasi sebagai akibatnya, item-item software komputer dan telepon

(10)

10 Soedjatmoko melalui Nur Sayyid mengatakan bahwa perkembangan konstelasi

politik-ekonomi internasional adalah efek globalisasi yang telah masuk ke segala

sendi kehiduupan manusia di dunia internasional. Dampak dari perkembangan

ilmu pengetahuan telah timbuk berbagai masalah. Ternyata perkembangan ilmu

pengetahuan tidak mampu mengatasi, jurangyang besar antara negara kaya dan

miskin, masyarakat marginal, kelaparan, kemiskinan internasional, dan masalah

perkembangan indigeneous technology di dunia ketiga.

Pokok-pokok penfirian neo-liberal meliputi, pertama, bebaskan perusahaan swasta

dari campur tangan pemerintah, misalnya juahkan pemerintah dari campur tangan

di bidang perburuhan, investasim harga serta biarkan perusahaan itu mengatur diri

sendiri untuk tumbuh dngan menyediakan kawasan pertumbuhan. Kedua,

hentikan subsidi negara kepada rakyat karena bertentangan dengan prinsip pasar

dan persaingan bebas. Negara harus melakukan swastanisasi semua perusahaan

negaram karena perusahaan negara dibuat untuk melaksanakan subsidi negara

pada rakyat. Ini juga menghambat persaingan bebas. Ketiga, hapuska ideologi

kesejahteraan bersama dan pemilikan komunal seperti yang masih banyak dianut

oleh masyarakat tradisional karena menghalangi pertumbuhan. Serahkan

manajemen sumber daya alam kepada ahlinya bukan kepada masyarakat

tradisiional yang tidak mampu mengelola sumber daya alam secara efisien dan

efektif.

B. Hegemoni kultural, ideologi, dan politik

Proses pembangunan dan industrialisasi yang terjadi di negara dunia ketiga bukan

berarti kehadiran barang, jasa, tekhnologi dan informasi belaka. Tetapi konsep

pembangunan itu syarat dengan beban berat nilai-nilai dan budaya negara maju

yang pada akhirnya menciptakan hegemoni kultural pada negara-negara dunia

ketiga. Modernisasi adalah contoh terbaol bagaimana hegemoni berkangsung.

Karena modernisasi pada dasarnya menciptakan ideologi baru dengan pengaruh

(11)

11 proparganda yanng canggih untuk mengganti ideologi, kultur dan politik rakyat

yang tersubordinasi.

Menurut saiful arief melalui Nur sayyid santoso, Proses ini bekerja dengan baik di

negara dunia ketiga ketika modernisasi dipahami sebagai perubahan perilaku

tradisional secara kolektif kepada perilaku yang cenderung mengadopsi nilai dan

budaya negara kapitalis maju atau negara barat. Dan ini berakibat terjadinya

perombakan tatanan sistem sosio-budaya dan ekonomi masyarakat dunia ketiga,

sistem ekonomi yang semula bersifat fatalistik dan substesnsial didekonstruksikan

secara total oleh perangkat-perangkat kapitalisme dengan orientasi pemenuhan

kebutuhan individu sebesar-besarnya. Budaya lokal dinegasikan dan diganti

dengan nilai dan budaya barat. Karena itu pola, gaya hidup sera ringkah laku

masyarakat dunia ketiga hampir sama dengan pola dan aya hidup masyarakat

kapitalis yang profit oriented untuk mencapai high mass consumption yang

menggunakan budaya konsumtif di dalam masyarakat yang berprestasi.

Globalisasi gaya hidup yang acap ditunjukkn sebagai determinasi imperialisme

budaya atau imperialisme media ini, boleh dikatakan sebagai hedonisasi

masyarakat dunia ketiga, terutama untuk elite kelas menengahnya. Dennnis goulet

mengibaratkan industrialisasi dan tekhnologi logisasi yang terjadi di negara dunia

ketiga bagaikan sebilah pedang bermata dua, yakni sebagai pembawa dan

penghancur nilai-nilai. Sebagai pembawa nilai-nilai yang borjuis kapitalis barat

yang rasionalistik, individualistik, positivistik tetapi juga sekaligus penghancur

nilai budaya lokal yang religius-asketis, fatalis serta memgang teguh

prinsip-prinsip collective colligia. Negara dunia ketiga terjebak pada upaya mengejar

ketinggalan dan bisa sejajar dengan negara maju melalui pertumbuhan ekonomi ,

yang berdampak pada pemusatan yang berlebih pada pembangunan ekonomi.

Konsentrasi berlebih ini, cenderung melupakan aspek pembangunan nilai-nilai

dan budaya lokal dan lebih menikmati kehadiran budaya asing yang erinfiltrasi

(12)

12 Proses hegemoni kiltural di negara di negara dunia ketiga itu tidak terjadi dengan

sendirinya, tetapi melalui berbagai macam strategi yang bisa menopang

berkembangnya ideologi kapitalis, yaitu melliputi jenis pendidikan yang diberikan

di sekolah, media massa, cetak, radio, dan TV juga semua jenis lembaga, gereja,

dan lembaga keagamaan lainnya. Dengan berbagai strategi yang ditanamkan itu,

akhir na gagasan dan ideologi kelas berkuasa diambil oleh rakyat yang dikuasai

dan mereka menerima gagasan tersebut.

Para ahli ilmu-ilmu sosial memainkan peran yang besar dalam mengglobalkan

ideologi pembangunan dengan mmemngajukan gagasan kepada pemerintah

Amerika serikat untuk menggunakan berbagai cara dalam rangka

mendesiminasikan ideologi ideologi development dan modernisisasi dengan target

khusus negara dunia ketiga. Sarana pertama dengan menggunakan pangaruh

amerika terhadap kebijakan dan perencanaan ekonomi negara yang dibantu nya.

Para ahli ilmu sosial amerika sangat memahami bahwa USAID sangat efektif

mempengaruhi kebijakan dan perencanaan ekonomi. Sarana kedua, adalah

mendididk pemimpin dunia ketiga, baik dalam bentuk latihan maupun perjalanan

observasi ke amerika serikat. Strategi ini konon di usulkan berdasar pengalaman

pemimpin mahasiswa dalam menghancurkan pemerintahan nasionalis di

Indonesia tahun 1996. Sarana ketiga yaitu dengan menggunakan agama. Banyak

studi agama diarahkan pada peran penyebarluasan diskursus dan penafsiran yang

mendukung developmentalisme, sehingga perlunya sekularisasi menjadi bahasa

resmu pemimpin agama dunia ketiga. Hal inilah yang pada akhirnya menggusur

ajaran agama yang bercorak egalitarian, anti eksploitasi, teologi pembebasan serta

agama keadilan sosial lalinnya. Sedangkan sarana yang terakhir, adalah dengan

menggunakan fungsi training dan riset dari tenaga universitas amerika serikat

yang bekerja di luar negeri.

C. Hegemoni pengetahuan

Semua orang beranggapan bahwa pengetahuan adalah bidang yang netral,objektif

(13)

13 mempersoalkan bahwa pengetahuan ternyata mengandung kekuasaan,.

Kecenderungan memanfang kekuasaan hanya terpusat pada negara atau kelas,

bagi foucault merupakan pengingkaran kenyataan, karena relasi kekuasaan

terdapat pada setiap aspek kehidupan. Pengetahuan buka sesuatu yang ada tanpa

hubungan kekuasaan. Pengetahuan adalah peredaran dengan mana perwakilan

negara, perusahaan multinasional, universitas, dan organisasi formal lainnya

memajukan masyarakat kapitalis.

Pengetahuan pengembangunan dan modernisasi bukan sekedar hasrat untuk

mengendalikan dan menguasai. Jadi antara pengetahuan dijadikan sebagai sarana

dan kekuasaan tidak dapat dipisahkan. Pengetahuan dijadikan sebagai sarana dan

alat untuk melanggengkan ideologi dan kultut dominan melalui proses hegemoni

dalam Mansyour Fakih melalui Nur Sayyid. Disini peran lembaga-lembaga ilmu

pengetahuan berjasa melanggengkan proses kelas. Misalnya ketika Taylor

menciptakan ilmu manajemen, ternyata atas pesanan kaum indutrialis. Tujun ilmu

manajemen Taylor adalah untuk memotivasi buruh (baca: menjinakkan) demi

keuntungan perusahaan melalui peningkatan produktivitas kerja. Bukankah

hakekat ilmu kepemimpinan dan motivasi dalam manajemen yang dikembangkan

Mcgrgor adalah buruh yang menjual tenaganya itu “merasa memiliki perusahaan”

yang dalam kenyataannya bukan milik mereka.

Hasrat itulah yang menganut Foucault memberi pengaruh terhadap kekuasaan

antara birokrat dan intelektual universitas modern, ilmiah dan positivistik dan

masyarakat adat atau masyarakat awam, yang tradisionnal suku terasing,

perambah hutan, tidak ilmiah, takhayul, tidak mampu mengelola SDA dan belum

berbudaya sehingga perlu dibudayakan atau diperdayakan. Pengetahuan

pembangunan yang dikirimkan kepada negara dunia ketiga pada dasarnya

bukanlah pengetahuan netral. Bahkan sejak diskursus pembangunan mendominasi

dunia ketiga, diskursus menjadi satu-satunya bentuk pengetahuan, ekonomi,

politik, dan kultur yang sah. Oleh karena itu, sikursus pembangunan

(14)

14 seperti cara-cara pertanian tradisional digantikan oleh tipe pertanian modern.

Diskursus pembangunan juga menghancurkan formasi soosial non-kapitalistik.

D. Tatanan ekonomi politik internasional

Dinamka ekonomi politik internasional sejak dulu hingga saat ini menunjukkan

bahwa ekonomi politik internasional merupakan interaksi dari berbagai aspek, dan

bukan suatu sistem yang berjalan dengan sendirinya. Mekanisme pasar,

kepemimpinan, pemerintah, maupun hegemoni bertujuan untuk menjaga stabilitas

dunia. Ditambah dengan semakin berkembangnya globalisaasi, menuntut semua

aspek dalam tatanan ekonomi politik internasional untuk meningkatkan kualitas

interaksinya. Menurut Gilpin melalui Nur Sayyid setidak nya ada tiga teori yang

menerangkan tatanan ekonomi politik internasional. Ketiga teori tersebut adalah

teori dualisme ekonomi, modern world system, dan hegemonic stability.

Teori dualisme ekonomi berasumsi bahwa pembangunan ekonomi yang terjadi

saat ini merupakan perubahan sektor-sektor yang pada awalnya bersifat tradisional

menjadi modern. Sektor tradisional di sini maksudnya adalah belum banyak nya

modernisasi dan efisieensi sera self-sufficiency, sedangkan sektor modern berarti

banyak modernisasi dan efisiensi. Secara tradisional, kegiatan produksi ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, tetapi dalam perkembangannya kini

proses produksinya dibuat lebih efisien bahkan mengintegrasikan keseluruhan

aktivitas perekonomian negara-negara. Dengan demikian, institusi-institusi da

pasar terintegrasi secara global meningkatkan persaingan yang memicu para

produsen untuk terus berkembang dan berinovasi. Teori ini bersifat liberalis

karena menganggap manusia akan selalu berusaha menjadi baik.

Teori kedua adalah teori modern world system. Teori sistem dunia modern

didefinisikan sebagai sebuah unit dengan devisi buruh tunggal dan sistem budaya

yang jamak. Teri ini menganut ideologi marxisme karena masih memercayai

adanya class struggle yakini adanya dominasi suatu kelas terhadap kelas yang

lain. Wallerstein yang menganut marxisme membagi dunia menjadi tiga kelas

(15)

15 negara-negara kuat akan selalu mengeksplorasi priphery atau negara lemah dan

semi periphery demi mendapat keuntungan. Kapitalisme, sebagai salah satu

kejadian yag telah mengglobal, turut memunculkan hirarki-hirarkidalam ekonomi

domestik. Dalam kehidupan nyata, dapat dilihat bahwa negara-negara barat yag

maju seperti Amerika, Inggris, dan Jerman cenderung selalu mengeksploitasi

negara-negara berkembang di Asia dan Afrika.

Teori ketiga adalah hegemonic stability. Menjelaskan tentang tatanan dunia

ekonomi yang liberal dan terbuka, yang didalamnya terdapat keterlibatan

kekuatan negara-nefara hegemoni. Menyadari sulitya kerja sama tanpa ada

komando yang jelas dari satu negara untuk mengarahkan negara-negara yang

tergabung dalam aktivitas ekonomi internasional, maka eksistensi kekuasaan

dominan diperlukan. Hegemoni tidak hanya akan menjadi pemimpin

perekonomian internasional, tatapi juga bertindak sebagai stabilisator yang

mengawasi kelancaran perekonomian dunia, membatasi konflik antarnegara,

mendorong kerja sama dalam keseimbangan dan mencegah terjadinya

kecurangan. Contohnya adalah Amerika serikat yang berhasil memulihkan

perekonomian internasional setelah perang dunia kedua. Tanpa adanya amerika

yang muncul sebagai hegemon, kemingkinan perekonomian dunia akan terus

mengalami kekacauan.

E. Masuknya kapitalisme ke indonseia

Dalam wahid hasyim, Setelah pemerintah soekarno berhasil ditumbangkan atas

bantuankekuatan kapitalisme-modernisme, maka dengan mudah

kepentingan-kepentingan negara kapitalis dijalankan di Indonesia. Sejak saat pemerintahan

dibawahi oleh orba komando amerika sangat terasa dalam beberapa strategi sosial,

politik dan ekonomi yang dibangun oleh negara-negara kapitalis mulai diterapkan

dibawah payung ideologi developmentalisme. Ideologi ini mulai diterapkan oleh

pemerintah orba pada tahun 1968. Hal ini tercermin dalam undang-undang no 2

tahun 1968 mengenai penanaman asing di Indonesia. Sejak saat itu

(16)

16 merealisasikan ideologi tersebut di bidang ekonomi, pemerintahan orba

melaksanakan konsep-konsep W.W Rostoe sebagaimana dipesankan oleh negara

donor, seperti tertuang dalam konsep the stages of growth;five stage scheme dan

sebagainya.

F. Kapitalisme Pendidikan

Pasar adalah sesuatu yang anonim dan ideologis.dibalik pasar nbukan

sekedar para pelaki pasar, penawar, permintaan, tetapi siapa yang kuat

mengkontrol sarana-sarana ekonomi dan alokasinya. Dalam situasi ekonomi yang

timpang dalam hal pengontrol sarana ekonomi dan alokari, maka yang

menentukan akhirnya pengkontrol dan mengelola paling kuat. Pada jaman

globalisasi ekonomi, mereka adalah kaum pengontrol modal dan manajer

profesional yang disewanya. Dengan istilah pengontrol artinya untuk mampu

mempergunakannya tidak harus memilikinya. Sebagai contoh adalah para

penguasa negara yang korup dan pengusaha yang kroni . dengan kekuasaan politik

mereka mengontrol penggunaan uang negara, uang rakyat untuk kepentingannya

sendiri, bahkan untuk tetap mengontrol rakyar secara politik.bahi prlaku kapitalis

liberal, seperti pengusaha linitas negara, maupun kapitalis feeodalis,

pengusaha-pengusaha, gerak ekonomi diarahkan ke pelebaran dan oenguasaan pasar untuk

akumulasi kapital lebihi banyak lagi. Arah pendidikan dibuat sedenujuab rupa

sehingga [endidikan menjadi pabrik tenaga kerja yanf cocok intil tujuan ekonomi

kapitalis tersebut. Kurikulum juga diisi dengan pengetahuan dan keahlian untuk

industrialisasi, baik manufaktur maupun agroindustri. Pertahanan ekonomi lama

dari sebagian besar ralyat, seperti pertanian, perkebinan rakyat, dijadikan tumbal,

untuk memberikkan pelayanan berupa tenaga kerja murah eks sektor primer, tanah

dan makanan untuk buruh sektor industri. Mengapa industrualisasi? Sebab pasar

selalu mencati nilai tukar produk yang tertinggi. Nilai produk yang teknolohi dan

pengetahuan lebih unggl. Itu adalah produk hasil karya negara-negara bermodadl

besear. Itu yang menjajah pasar negara berkembang maupun menjajah sistem nilai

tukar barang. Akhirnya juga menjajah secara nilai tukar uang yang terkait dengan

(17)

17 yang pada gilirannya diikuti dengan hutang yang berakhir dengan perangkap

hutang dari negara-negara maju terhadap negara berkembang. Peramgkap hutang

menjadi pengendaliaan empuk dari negaradan pemain negara maju juga karena

mereka memberikan hutang pada rezim dan pengusaha negara berkembang yang

kirup. Itulah globalisasi perdagangan, ilmu, teknologi, sistem hukum, keuangan,

kebijakan ekonomi, kebijakan industrialisasi yang mengorbankan pertanian, dan

politik serta pola hidup dan konsumsi.walters melalui franco wahono

Pelaku yang mengarahkan kepada pendidikan adalah negara. Itulah yang

terjadi di negara-negara otoriter termasuk nnegara diktaktor proletariat pada

sistem komunisme penguasaan partai. Pemerintah atau partai berkuasa tahu yang

terbaik bahi rakyatnya. Yang terjadi adalah teror dan penyeragaman

dimana-mana. Ideologi yang melestarikan status quo di indoktrinasikan, dipompakan,

melalui antara lain upacara bendera sampai kuis tebak cermat. Suasana itu pula

yang dirasakan selama ordr baru. Nilai pelajaran dapat dipesan, seragam bukan

hanya dadlam hal pakaian, tetapi kurikulum, pengkatrolan nilai, bahkan muatan

lokal yang seragam untuk seluruh Nusantara yang beranekaragam. Pendekatan

dari atas kebawah menjadi panutan dimana-mana. Gaji guru dipatok rendah agar

posisi tawar-menawar hidupnya lemah, sehingga pilihan hidup ditukar sengan

pilihan sebuah partai pemerintah . sikap kritis dipasung, hasil penelitian

direkayasa, laporan kertas bertumpuk-tumpuk , semuanya tidak lain untuk

membuat langgeng birolrasi yng btosros. Acuan moral cima satu yaitu pedoman

penghayatan dan pengamalan panasila, tafsiran tunggal pancasila dasar negara.

Akhirnya, pendidikan menjadi pembodohan dan pembohongan generasi. Dan

semua diajarkan untuk otoriter, serba menurut petunjuk, mendungukan diri atau

didungukan, jauh dari demokratis dan cinta damai, karena kekuasaan bukan

hukum adil dan hormat pada manusia lain, akhirnya mana kala kehendak rudak

terpenuhhi seperti anak-anaik kecil yang manja atau yang tertekan, mudah

mekedak, beramuk dan suka mempergunakan kekerasan. Di era globalisasi, di

mana komunikasi menyatukan dunia menjadu satu desa raksasa. Dimana

(18)

18 cenferung ridak beradabdan semakin tertinggal, karena marah, nekad, merasa

kuasa menjadu jalan penyelesai persoalan(Tilaar1988 melalui frano wahono 2001)

Pelaku yang mengarahkan pendidikan adalah rakyat yang mencari hati diri

kemanusiaanya dan menuntut keadilan sosial yakni hak mendapat pendidikan

yang sama. Dalam hal ini, negara dapat bercampur tangan, tetapi tidak lebih dari

sekedar menjadi fasilitator. Keafasillitatoran negara ini perlu ditekankan, sebab

kecenderungannya adalah yang mengontrol uang , mengontrol pula manusianya.

Palagi kini negara mulai hendakmelepas pendidikan swasta, yanf negero diberi

kesempatan untuk otonom, artinya untuk berswasta. Yang swasta dibiarkan

mencari tekanan kerja perusahaan-perusahaan. Negara sebagai fasilitator artinya

juga sebagai penjaga nilai- nilai kemanisaan, sebagai moderator keadilan sosial,

namum tetap membiarkan peserta didik berkreasi menurut kebutuhan anak didik

dan konteks regionalnya . perebutan jelajah antaradi satu pihal pendidikan yang

dikehendali oleh rakyat dan di lain pihak pendidikan yang dimaui oleh perusahaan

swasta, dimana negara lebih condong ke yang terakhir adalah eilayah dari kajian

ekonomi dan pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan sebgai alat, perebutan

tersebut dapat dirumuskan sebgai pendidikan itu diusajakan untuk membuat orang

menang berkompetisi yang dilawankan dengan pendidikan untuk menyiapkan

orang sehingga mampu mandiri. Masyarakat dihadapkan pada pilihan antara

pendidika kompetisi ekonomi yang mencari kemenangan diri fan pendidikan

keadilan sosial yang menhamin kemandirian.

Pembangunan di Dunia Ktiga sejak pertengahan 1970-an yang

umumnya memuat satu tema dominan: yaitu meningkatnya kekuatan negara

berhadapan dengan masyarakt. Dalam tradisi ini, masalah-masalah pembangunan

dipahami dari perspektif hubungan neegara-masyarakat, yang dianggap bisa

mengarahkan analis politik pada inti persoalan, yang dianggap bisa mengarahkan

analisis politik pada inti persoalan, yaitu dinamika politik dari proses

pembangunan. Sedangka, episentrum dari dinamika itu adalah negara. Literatur

itu menilak pandangan Eastonian, yang menganggap negara sebagai blackbox

(19)

19 memprosesnya menjadi out-[it . semangat yang berlaku waltu itu filambangkan

dengan bagus, yang menegaskan negara sebagai variabel utama yang sevara

otonom bisa menyebabkan peribahan pada kekuatan-kekuatan sosial lainnya,

(evaans melalui Nur Sayyid Santoso)

Ada tiga alasan yang diajukan oleh Amartya Sen melalui Nur sayyid

perihal mengapa demokrasi sangat dibutuhkan:

1. Demokrasi dapat memperkaya seorang individu karena

memberikannya lebih banyak kebebasan dan menjmin bahwa

kebebasan yng diberikan kepadanya dapat dinikmati tanpa terlalu

terhalang. Jaminan inidiberika oleh hak-hak politik dan hak-hak sipil

seorang individu.

2. Demookrasi dapat menolong sebuah rezim yang memerintah, karena

memberikan insentif politik kepada pemerintah yang sanggup

memberikan respins yang cepat kepada keluhan, tuntutan atau

kebutuhan rakyatnya.

3. Demokrasi juga mendoronglahirnya proses yang lebih terbuka dalam

masyarakat untuk mengafakan berbagai dialog, dikusi, pertukaran

pikiran, perdebatan, kompetisi dan bentuk-bentuk lainya.

Menurut Paulo freire membaca sebagaimana juga usaha lain untuk

melakukan studi bukan hanya sekedar tindakan rekreatif namun usaha serius

dimana seseorang mencari kejelasan atas apa uang msig terasa pekat. Membaca

adalah menulis ulang, bukannya menghafal, apayang sedang dibacanya. Kita perlu

menyingkirkan anggaapan bahwa membaca adalah mengkonsumsi apa yang kita

(20)

20 G. Pendidikan dalam anatomi ekonomi politik

Setelah arah pendidikan atau visi dan misi dicanangkan, untuk memulai

suatu usaha mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan pendekatan dan cara kerja ,

yakni metode. Setelah pendekatan dipancangkan orang memerlukan alat kerja,

yakni kurikulum, laboratorium, alat peraga dan ilmu pengetahuan. Untuk

menggerakan alat kerja dibutuhkan guru. Guru hanya mungkin melaksanakan

kerjanya kalau ada murid. Murid dan guru mungkin bertemu kalau ada lembaga

pendidikan kendatipun itu hanya berupa kelas pribadi agar semuanya berlangsung

terus menerus fibutuhkan biaya. Biaya ini berarti penanaman modal pokok atau

investasi dan modal berjalan. Modal terkumpul karena diusahakan oleh

masyarakat. Masyarakat yang terlibat dalam pendidikan adalah pemerintah dan

orangtua. Pada gilirannya setelah bekerja mahasiswa dan murid akan memetik

perolehan finansial dan non finansial(prestige). Sebagian perolehan finansial akan

kembali ke lembaga pendidikan melalui sumbangan atau iuran pendidikan dari

orang tua bagi anak-anak mereka. Masyarakat mengumpulkan modal dalam

sistem dan kondisi sosial ekonomi tertentu. Sistem dan kondisi sosial ekonomi

tertentu ditentukan dan tercipta karena pilihan masyarakat luas, negara dan

swasta, nasional dan transnasional. Dari ini jrlas sudah keterkaitan antara

pendidikan dengan ekonomi. Pendidikan dengan visi misi, pendekatan dan

metode, olmu pengetahuandan teknologinya, guru dan murid nya, lembaga dan

investasi serta biaya operasionalnya, dan sistem ekonomi politik yamg menjadi

kerangka arah dan dan motor penggeraknya, sedang wkonomi degan sistem dan

kebijakannya,budget dan peluang usaha serta kerjanya, sengan preoduksi,

distribusi dan kosumsinya, inovasi dan perangkat hukum pengaturnya, ekonomi

dapat menjadi alasan pendidikan, penyedia sarana maupun tujuan pendidikan.

Pendidikan dikepung oleh ekonomi, namun juga ikut menggerakkan

ekonomi. Dengan mempergunakan unsur-unsur anatomi ekonomi dari pendidikan,

dengan menganalisis pendidikan dari pisau indikator-indikator ekonomi, kita

hendak menilai pendidikan kita. Pertanyaan dasarnya apakah pendidikan

(21)

21 memampukan dirinya dan membantu realisasi potensinya sebagai partisipasi fair

dalam ikut menata massyarakat ke arak kesejahteraan dan keadilan sosial.

H. Kesalahan Paradigma dan Pendekatan

dari hasil buku dari Francis Wahono persoalan pokok pendidikan yang

pertama adalah menyangkut kesalahan paradigma dan pendekatan.

Kesalahan ini sudah bermula dan merupakan warisan pemerintah

kolonoal Belanda. Oleh Pemerintah orde baru sampai kini masih

dilanjutkan tanpa sadar, warisan kolonial belanda itu disangkutkan

dengan kapitalisme liberal dan fasisme kolonial jepangmenjadi sistem

kependidikan yang liberalis feodalis. Sistem kependidikan yang

liberalis feodalis itu memakai payung paradigma global yakni

paradigma kompetisi. Sekilas paradigma kompetisi adalah wajar-wajar

saja, tetapi dalam khazanah orde baru adalah kamuflase dari

mempertahankan status quo ekonomi sosial yang timpang. Sebagai

conto, pembedaan alokasi subsidi yang bias pada sekolah-sekolah

negeri top dan di ibu kota yang mengnktirikan sekolah sekolah negeri

bawahan dan jauh dari pusat, di ibu kota kevamatan atau kabuppatenn

pelosok tanah air. Contoh kedua adalah pembedaan perlakuan antara

sekolah-sekolh yang dikelola oleh negara dan sekolah sekolah swasta.

Yang dikelola oleh negara adalah anak emas, yang fikelola oleh swsta

adalah anak tiri. Pembedaan inni adalah pembedaan sistematis, artinya

untuk maksuf tujuan politik ekonomi tertentu. Di jaman kolonial untuk

politik ekonomu kontrol oleh negra induk dan pengusaha Belanda. Di

jaman rezim orde baru untuk politik ekonomi kontrol oleh pemerintah

yang militeristik. Kesalahan paradigma demikian seharusnya sudah

dirubah, namun elite politik Indoesia masih sibuk ntuk bagi-bagi jatah

pangkat dan kalau bisa pesangon negara atau pelaku bisnis advonturis,

entah sumber uang nya dari sembarang mana: dari pajak rakyat atau

daru santunak hutanf daru IMF dan akhirnya juga jadi beban generasi

(22)

22 Paradigma pendidikan keadilan sosial itu adalah paradigma yang

direkomendasikan oleh pembukaan UUD 1945 dan pasal 27. Yang

pertama menhadikan “ikut mencerdaskan kehidupan bangsa” alasan

atau rasion d’etre berdirinya NKRI. Yang kedua menjamin “hak memperoleh pendidikan untuk semua”. P-4 atau istilahnya pendidikan

pancasila itu telah diindoktrinisasikan ke mana-mana bertahun-tahun

tetapi para pengelola dan pentelenggara pendidikan nasional seolah

ternina bobokkan mengikuti saja pikiran-pikiran pragmatis pemerintah

kala itu. Bahkan hingga kini, ketika jaman reformasi semestinya sudah

mulai menuju kearah yang lebih baik. Jangan-jangan ini menegaskan

kalau kita memang msih bangsa yang kerdil dengan ahli-ahlidan

penyelenggara pendidikn yang kerdil pula.

Paradigma pendidikan keadilan sosial menuntut dijadikannya dasar membangun

sistem persekolahanmaupun pendidikan masyarakat luas usaha-usaha secara

preferensial untuk mensubsidi eserta didik yang tertinggal secara sosial ekonomi.

Subsidi tidak hanya berupa materi termasuk uang, tetapi berupa juga

pendampingan ekstra. Maksudnya,agar beban ekonomi sosial tidak menjadi

kendala untuk mengembangkan kepandaian otak dan keluhuran watak. Lebih jauh

dari itu adalah pengakuan akan fakta bahwa fondasi pendidikan, baik dari pihak

guru maupun murid, adalah desa. Murid di dkota terutama kota lecamatan

sebagian besar dari desa. Dan dari desa itu artinya bukan dari keluarga kaya lahan

di desa. Mereka sekarang menjadu dasar bangunan sistem persekolahan di

Indonesia, karena subsidi yang dilakukan oleh keluarga desa dan kebanyakan

pada masa sebelum ada program sekolah Inpres, juga dilakukan oleh

sekolah-sekolah swasta yang kini masih eksis dirundung dua kesulitan: langka murid dan

susah dana. Paradigma keadilan sosial meminta eksistensi seperti itu dikukuhkan

secara konkret dalam alokasi dana budget dan sumbangan tenaga pemerintah yang

lebih nyata. Kecenderungan sekarang justru dengan menghentikan subsidi pada

sekolah swasta. Padahal sekolah swasta lah yang menjadi perintis dan penerobos

(23)

23 Maka dari itu untuk menyadarkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia

masih membawa kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok yang

memegang suatu kekuasaan dibutuhkan lah pendidikan kritis yang didalam nya

mengedepankan keadilan sosial yang membantu kaum-kaum tertindas karena

dalam paradigma pendidikan kritis sekolah diyakini memainkan peranan yang

berlebihan dalam membentuk kehidupan politik dan kultural. Sekolah adalah

media untuk menyiapkan dan melegitimasi bentuk-bentuk tertentu kehidupan

sosial. Pendidikan dimaknai lebih dari sekedar persoalan penguasaan

teknik-teknik dasar yang diperlukan dalam masyarakat industri, tetapi juga diorientasikan

untuk lebih menaruh perhatian pada isu-isu fundamental dan esensial, seperti

meningkatkan harkat kemanusiaan, menyiapkan manusia untuk hidup di dan

bersama dunia, dan mengubah sistem sosial dengan berpihak pada kaum

marjinal.

Titik berangkat pendidikan kritis adalah pada kecintaan dan penghargaan

yang tinggi terhadap manusia. Sebagai manusia, peserta didik dipersepsi sebagai

subyek yang merdeka dan punya potensi untuk menjadi manusia yang aktif, bukan

sebafai obyek yang hanya bisa beradaptasi dengan dunia. Jika peserta didik

diasumsikan sebagai obyek maka pendidikan akan dapat menjadi arena

penindasan karena yang terjadi adalah proses domestikasi (penaklukan) dan

penegasian kapasitas self-reflection peserta didik. Sebaliknya, jika peserta didik

dianggap sebagai subyek maka pendidikan akan dapat menjadi aksi kultural untuk

pembebasan karena yang terjadi adalah proses liberaso dan pengafirmasian

kapasitas self-reflection peserta didik.

Yang terjadi pada realita nya adalah peserta didik masih diajarkan dengan

metode yang sama yaitu menganggap bahwa peserta didik adalah subyek dari

pendidikan itu sendiri di tingkat SD, namun jika enam tahun di ajarkan dengan

metode itu hingga smp karakter itu sudah tertanam dan di lingkungan smp peserta

didik menjadi pasif dan takut untuk mengemukakakn pendapat atau hanya sekedar

(24)

24 Seharusnya guru tidak dianggap sebagai pusat segalanya. Guru bukan

satu-satunya sumber pemilik otoritas kebenaran dan pengetahuan. Dia bukan

pemmilik tunggal kelas. Hubungan guru-murid bukanlah bersifat vertikal seperti

di pabrik yang membuat terlihat seperti atasan dan bawahn atau manajer dengan

buruh, tapi bersifat horizontal dan egalitarian. Guru dan murid adalah sama-sama

learner. Subyek yang belajar bersama. Saat ini harus diakui masih banyak guru

atau dosen yang menganggap dirinya berkuasa penuh di kelas, merasa paling tahu

tentang ilmu, merasa sebagai sumber otoritas tunggal yang tidak bisa dibantah.

Hal demikian jelas tidak sehat karena sekolah hanya akan menjadi arena

indoktrinasi, bukan pencerdasan intelektual dan penyemaian hati nurani.

Pendidikan harus berorientasi kepada pengenalan realitas manusia dan

dirinya sendiri. Pengenalan itu tidak cukup hanya bersifat objektif atau subjektif,

tapi harus kedua-duanya. Kebutuhan objektif untuk merubah keadaan yang tidak

manusiawi selalu memerlukan kemampun subjektif untuk mengenali terlebih

dahulu keadaan yang tidak manusiawi, yang terjadi senyatanya adalah objektif.

Objektifitas dan subjektifitas dalam pengertian ini menjadi dua hal yang tidak

saling bertentangan, bukan suatu dikotomi dalam pengertian psikologis.

Kesadaran subjektif dan kemampuan objektif adalah suatu fungsi dialektis yang

ajeg dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kkenyataan yang saling

bertentangan yang harus dipahaminya. Oleh karena itu, pendidikan harus

melibakan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yakni pengajar,

peserta didik, dan realitas dunia.

Kedua paradigma yang saling bertentangan pandangan yakni paradigma

yang saling bertentangan, yakni paradigma kompeisi dan keadilan soasial,

mengimplikasikan pendekatan sendiri-sendiri. paradigma kompetisi

mengimplikasikan pendekatan kapitalis liberalis di Indonesia ditambah ajektif

feodal-sumber daya manusia. Pendekatan ini dibesarkan oleh para pemikir

ekonom neoklasik yang mengacu pada sebagian ajaran ekonom klasik mengenai

(25)

25 kemakmuran”. Argumentasinya asal ada pertumbuhan pertaan atau distribusi

berjalan dengan sendirinya. Kita tahu, terlebih setelah krisis, hal itu lebih sebagai

mitos ideologis darupada kenyataan. Pendekatan sumber daya manusia

mengandaikan investasi dalam bentuk uang maupun tenaga kerha. Istilah sumber

daya manusia adlah istirlah yang bersumber pada komoditisasi manusia. Manusia

disama-ratakan dengan barang. Dalam model produksi, baik vapital maupun

labour diperlakukan sama dalam maksimalisasi output. Adalah sangat

menyedihkan kalau para pengelola dan pelaku pendidikan masih dengan tanpa

rasa salah mempergunakan pendekatan smber data maanusia. Pendekatan ini

menghitung keutungan ppendidikan dari segi ongkos unvestasi uang dan hasil

upah yang diterima oleh peserta didikk ketika masuk pasar kerja.

Sementara itu, pendekatan keadilan sosial, adalah pendekatan

permberdayaan manusia. Pendekatan ini menempatkan manusia sebagai manusia.

Manusia tidak dapat direduksir menjadi komoditi, disejajarkan dengan barang.

Manusia adalah makhluk otonom dan merdeka, nenpunai gakultas atau

potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan direalisasikan. Lebig dari itu manusia

mempunyai kapasitas untuk mentransendensikan kemampuan dan potensinya.

Pendidikan dan sitemnya diadakan untuk maksud memberdayakan manusia

dengan segala kemampuan dan potensinya. Untuk maksudnya itu, kita harus

membedakan antara kemampuan dan potensi manusia yang dapat diubah adalah

kondisi ekonomi dan sosialnya, walaupun butuh waktu. Kemampuan dan potensi

manusia yang merupakan faktor bawaan adalah yang berhubungan dengan gen,

yakni mutu otak, watak asli, jenis kelamin, jumlah umur, sldb. Namun varian dari

kemampuan dan potensi bawaan dapat dipertajam, diubah dan dikembangkan.

Misalnya saja varian dari mutu otak adalh tingkat penguasaan ilmu eksakta dan

hafalan yang dapat ditingkatkan dengan latihan dan pendidikan. Varian dari watak

asli adalah sikap hidup dan etika yang dapat dipelajari, dikoreksi dan

dikembangkan. Darijenis kelamin adalah ralisasi otonom dari perempuan dan

laki-laki selain huga kontribusinya. Paula Allman dalam Agus nuryatno (2011)

(26)

26 proses pembelajaran di kelas tidaklah semata-mata akuisisi dan transmusu

pengetahuan, tapi merupakan prises pengembangan subyek yang kritis dimana

pengetahuan dan kekuasaan yang afa dipertanyakan secara terus menerut. Proses

pembelajaran ridaklah dimaknai sebgai prosses memiliki dan mengakumulasi

pengetahuan, tapi lebih sebagai proses untuk memahami, mengkritik,

memproduksi dan menggunakan pengetahuan sebgai sebuah alat untuk mengubah

realitas, hanya dalam perspektif inilah proses pembelajaran akan menghasilkan

implikasi politis.

I. Sekolah kapitalisme dan Budaya positivisme

Kapitalisme sebagai ideolohhi domunan saat ini punya pengaruh yang

besar dalam setuap kehidupan manusia. Dominasi kapitalisme tidak hanya

dalam wilayah ekonomi, tapi telah merambah ke wilayah lain, termasuk di

dalamnya dunia pendidikan. Dalam wilayah pendidikan, dampak paling

nyata dari domnasi kapitalisme adalah pada salah satu produk yang

dihasilkannya, yaitu culture positivism giroux dalam Agus

Nuryatno(2011:57)

Peter mcLaren melalui Agus Nuryatno, mengemukakan tiga dampak

kapitalisme terhadap pendidikan:

1. Hubungan antara kaitalisme dan pendidikan urban telah menyebabkan

praktek-praktek sekolah yang lebih mendukung kontrol ekonomi oleh

kelas-kelas elut

2. Hubungan antara kapitalisme dan ilmu pengetahuan telah mendorong

berkembangnya ilmu pengetahuan yang hanya bertujuan menfapatkan

progit material dibanding untuk menciptakan kehidupan global yang

lebih baik.

3. Perkawinan antara kapitalisme dan pendidikan telah menciptakan

gondasi bagi ilmu pendidikan yang menekankan nilai korporasi dengan

(27)

27 Globalisasi dan neoliberalisme adalah dua istilah yang berbeda tapi

mempunyau keterkaitan yang sangat kuat dan tidak bisa dipisahkan

satu sama lain. Mansour Fakih melalui Agus Nuryatno(2011) melacak

dengan akar genealogi globalisasi dan neoliberalisme. Menurutnya,

kedua ideologi fominan ini merupakan bagian dari sejarah dominasi

dan eksploitasi manusia atas manusia lain. Sejarah dominasi dan

eksploitasi ini dibagi tiga fase.

Fase pertama, adalah masa kolonialisme yang ditandai dengan

ekspansi secara fisik kapitalisme diEropa untuk memastikan perolehan

bahan baku mentah. Fase kolonialisme merupakan proses dominasi

manusia atas manusia yang lain melalui bentuk penjajahan secara

langsung dan terjadi selama ratusan tahun.

Fase kedua, kolonialisme tidak lagi dilakukan secara fisik dan

langsing, tetapi melalui penjajahan teori dan metodologi, atau apa yang

disebut dengan pembangunan atau developmentalis. Meskipun

negara-negara penjajah tidak lagi mencengkeram secara fisik negara-negara bekas

koloninya, namum meraka secara substantif masih mengontrol negara

tersebut melalui teori dan proses perubahan sosial mereka negara

bekas penjajahan ini mengintrodusir teori pembangunan atau paham

developmetalisme sebagai paradigma dalam membangun negara pasca

kolonialisme fisik, dan ternyata teori ini terbukti tidak berhasil. Fase

kedua ini bisa disebut dengan fase neokolonialisme, sebab domunasi

tidak dilakukan secara kasat mata tapi secara terselubung yang tidak

jarang membuat orang tidak sadar bahwa mereka terdominasi. Ketidak

sadaran ini dalam bahasa Gramsci disebut hegemoni.

Dominasi ketiga ditandai dengan liberalisasi disegala bidang yang

diinisiasi oleh lembaga finansial global dan disepakati oleh rezim GTT

dan WTO. Ini adalah era dominasi baru dengan wajah globalisasi.

Globaslisasi merupakan media yang paling efektig saat ini untuk

(28)

28 mengintegrasikaan ekonomi nasional ke dalam global dengan basis

utama pasar bebas.

J. Pendidikan kritis

Pendidikan kirtis (critical pedagogy) adalah mazhab pendidikan yang meyakini

adanya muatan politik dalam semua aktifitas pendidikan. Dalam konteks

akademik, mazhab ini sering disebut dengan “ the sociology of education” atau “critical theory of education”. Henry Giroux melalui Agus nuryatno 2011 menyebutkan bahwa mazhab ini dengan pendidikan radika. Paula allman melalui

Agus nuryatno menyebutnya dengan pendidikan revolusioner. Peter McLaren

melalui Agus nuryatno mengatakan bahwa mazhab ini tidak merepresentasikan

satu gagasan yang tunggal dan homogen. Namun , para pendukung mazhab ini

disatukan dalam satu tujuan yang sama yaitu memberdayakan kaum tertindas dan

mntransformasi ketidak adilan sosial yang terjadi di masyarakat melalui media

pendidikan.

Visi pendidikan kritis dilandaskan pada suatu pemahaman bahwa pendidikan

tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial, ekonomi, dan politik yang lebih luas.

Institusi pendidikan tidak lah netral, independen , dan bebas dari pelbagai

kepentingan, tapi justru menjadi bagioan dari institusi sosial lain yang menjadi

ajang pertarungan kepentingan. Pendidikan harus dipahami dalam kerangka

relasi-relasi antara pengetahuan, kekuasaan dan ideologi. Pelbagai kepentingan

inilah yang akan membentuk wajah institusi pendidikan dan mempengaruhi

subyektifitas manusia tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial yang lebih luas.

Subyektifitas manusia sangat dipengaruhi oleh apa yang dibaca dan dipelajari,

lingkungan sekolah tempat manusia belajar, lingkungan sosial tempatnya

berinteraksi, lingkungan keluarga tempat dia tinggal, sistem politik yangmengatur

kehidupan publik, media masssa dan televisi yang memberikan informasi publik,

dan entitas-entitas lain yang turut membentuk dan mempengaruhi kesadaran

(29)

29 Mazhab pendidikan kritis berbasis pada keadilan dan kesetaraan. Oleh karena itu,

pendidikan tidak hanya berlaku pada pertanyaan seputar sekolah, kurikulum, dan

kebijakan pendidikan, tapi juga tentang keadilan sosian dan kesetaraan (Joe

Kinchloe melalui Agus Nuryatno, 2011).

Dalam pendidikan kritis, yang telah ditekankan dalam pembelajaran dalah

bagaimana memahami, mengkritik, memproduksi, dan menggunakan ilmu

pengetahuan sebagai alat untuk memahami realitas hidup dan mengubahnya

(Allman melalui Agus N, 2011).

Proses pembelajaran dalam pendidikan kritis lebih menekankan pada how to think

daripada what to think. Penekanan pasa aspek waht to think atau materi pelajaran

itu penting, tapi proses atau metodologi untuk mendekati materi itu lebih penting.

Dengan demikian, proses berfikir, berdebat, berargumentasi, mengapresiasi

pendapat orang lain, selama masa pembelajaran jauh lebih penting daripada materi

pelajaran itu sendiri. Karena dalam proses itulah akan terjadi kritisme, bertukiar

pendapat, saling menghargai, dan assesment terhadap pengetahuan. Proses-proses

ini merupakan wahana pembelajaran demokrasi dikelas. Pengetahuan yang

didapat dikelas, dengan demikian, bukanlah pengetahuan yang didapat secara

instan dan siap pakai, tapi telah mengalami proses seleksi dan refleksi bersama

antara guru dan murid. Murid diajak untuk selalu mempertanyakan pengetahuan

yang ada, baik yang ada di teks atau yang disampaikan guru. Pengetahuan tidak

dianggap sebagai entitas independen yang lepas dari proses pembentukannya,

melainkan entitas yang terkonstruksi lewat satu proses tertentu yang tidak bebas

nilai (Freire dalam Agus N, 2011).

Tujuan teori kritis menurut Alan Robert Lacey melalui Agus N mengatakan

bahwa untuk mengaitkan antara teori dan praktik, memberikan pandangan, dan

memberdayakan subyek manusia untuk mengubah situasi-situasi opresif yang

mengitari mereka dan mencapai emansipasi manusia, sebuah masyarakaat rasional

(30)

30 Kriteria bagi kaum kritikalis adalah mereka yang menggunakan karya-karyanya

sebagai bentuk kritisisme sosial dan kulktural dan bersandarkan pada beberapa

asumsi dasar, bahwa semua pemikiran pada dasarnya dimediasi oleh relasi

kekuasaan yang dikonstruksikan secara sosial dan historis:

1. Fakta tidak bisa dipisahkan dari nilai dan ideologi. Fakta sosial adalah

hasil dari pertarungan dari pelbagai ideologi. Ideolohi yang dominanlah

yang kemudian akan sangat berpengaruh terhadap pembetukan wajah

soisial suatu masyarakat.

2. Hubungan antara teori dan objek, tidak pernah statis

3. Bahasa adalah elemen vital dalam pembentukan objektifitas.

4. Kelompok tertentu dalam suatu masyarakat mendapat keistimewaan

dibanding yang lain dan kondisi seperti itu selalu tidak berubah selama

yang tertindas berikir bahwa kondisi itu natural dan wajar.

5. Praktek-praktek penelitian pada umumnya membawa dampak pada

reproduksi sistem penindasan sosial, ras, dan gender.

Konsep hegemoni bisa dipakai sebagai alat analisis untuk memahami mengapa

kelompok-kelompok subordinat secara sukarela mau berasimilasi ke dalam

pandangan dunia kelompok dominan, yang pada gilirannya membuat kelompok

ini menjadi mudah untuk terus melanggengkan dominasi dan kekuasaan mereka.

Dengan demikian untuk memperahankan posisinya kelompok dominan selalu

berupaya untuk mengamankan persetujuan spontan kelompokk marginal dengan

cara menegosiasikan penciptaan konsensus politik dan ideologi(Dominic Strinati

melalui Agus Naryatno, 2011).

Freire menawarkan pendidikan sebagai bahasa kritik dengan

menghubungkan pendidikan dengan kekuasaan dan politik, karena ketiganya

saling terkait satu sama lainnya. Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari konteks

sosial yang lebih luas do ana ia berada, bahkan, disadari atau tidak, sebenarnya

pendidikan merupakan ajang pertarungan antar pelbagai ideologi yang

(31)

31 secara politis adalah ruang yang diperebutkan. Jika demikian halnya, pendidikan

tidak bisa dipisahkan dari pertarungan antar kepentingan. Dalam pandangan

Freire, pendidikan haru mengambil peran publik, bukan sekedar beradaptasi

dengan realitas sosial. Gagasan ini menggeser fokus belajar dari guru ke murid

tidak lagi telah mengubah relasi kekuasaan, tidak hanya di kleas tapi juga dalam

wilayah sosial. Pernyataannya bahwa”education is politic”, pernyataan ini berarti

semua aktifitas pendidikan itu pada dasarnya bersifat politis dan punya

konsekuensi dan kualitas politis. Cara guru mengajar, pilihan pengetahuan yang

hendak diajarkan, dan model relasi yang akan dibangun, semuanya bersifat politis,

karena merekia mempunyai kontribusi terhadap pembebasan atau domestikasi

peserta didik . Dalam hal ini guru harus konsisten dengan pilihan politiknya,

yang sering terjadi adalah guru mengumandangkan nilai-nilai demokrasi,

persamaan dan egalitarianisme, tapi pada saat yang sama mengembangkan sebuah

hubungan yang otoriter di kelas. (Freire melalui Agus Nuryatno, 2011).

Sebuah kebijakan suatu pemerintahan jelas tidak terlepas dari siapa yang menjabat

dan kepentingan kepentingan yang dibawanya, juga terjadi pada pendidikan,

dalam setiap periode pergantian mentri atau kekuasaan biasanya diganti

kurikulum itu misal tidak diganti, terus diadakan sebuah revisi dari kurikulum

yang sedang berjalan itu.

Setelah arah pendidikan atau visi dan misi dicanangkan, untuk memulai

suatu usaha mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan pendekatan dan cara kerja ,

yakni metode. Setelah pendekatan dipancangkan orang memerlukan alat kerja,

yakni kurikulum, laboratorium, alat peraga dan ilmu pengetahuan. Untuk

menggerakan alat kerja dibutuhkan guru. Guru hanya mungkin melaksanakan

kerjanya kalau ada murid. Murid dan guru mungkin bertemu kalau ada lembaga

pendidikan kendatipun itu hanya berupa kelas pribadi agar semuanya berlangsung

terus menerus fdibutuhkan biaya. Biaya ini berarti penanaman modal pokok atau

investasi dan modal berjalan. Modal terkumpul karena diusahakan oleh

masyarakat. Masyarakat yang terlibat dalam pendidikan adalah pemerintah dan

(32)

32 perolehan finansial dan non finansial(prestige). Sebagian perolehan finansial akan

kembali ke lembaga pendidikan melalui sumbangan atau iuran pendidikan dari

orang tua bagi anak-anak mereka. Masyarakat mengumpulkan modal dalam

sistem dan kondisi sosial ekonomi tertentu. Sistem dan kondisi sosial ekonomi

tertentu ditentukan dan tercipta karena pilihan masyarakat luas, negara dan

swasta, nasional dan transnasional. Dari ini jrlas sudah keterkaitan antara

pendidikan dengan ekonomi. Pendidikan dengan visi misi, pendekatan dan

metode, olmu pengetahuandan teknologinya, guru dan murid nya, lembaga dan

investasi serta biaya operasionalnya, dan sistem ekonomi politik yamg menjadi

kerangka arah dan dan motor penggeraknya, sedang ekonomi dengan sistem dan

kebijakannya, dengan produksi, distribussi dan konsumsinya, inovasi dan

perangkat perangkat hukum pengaturnya.

Sepanjang pendidikan dibatasi hanya pada metode dan teknik pengajaran

bagi anak didik, sedangkan guru dalam menceermatirealitas sosial, jika mereka

benar-benar mau melakukannya tidak lebihdari sekedar mendiskripsikannya,

maka tujuan pendidikan semcam ini sangat terbatas. Pendidikauntuk kebebasan

ini rifak sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana

teknologi lainnya yang ditawarkan sesuatu kepada peserta didik yang berasal dari

latar belakang apa pun Paulo Freire (2007: 208)

Namun sebgai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan

bantuan untuk membebaskan manusia di dalam kehidupan objektif dari

penindasan yang mencekik mereka. Oleh karenanata, ua merupakan pendidikan

politik, sebagai mana pendidikan lain bahkan yang mengklaim diri bersigat netral,

meski sebenarnya merupakan budak dari elite kekuasaan, jadi pendidikan politik

hanya bisa diterapkan secara sitematis, jika masyarakat sudah meengalamai

transformasi atau perubahan yang radikal. Hanya orang yang tidak tahu yang

mengira bahwa elit kekuasaan akan mendorong terlaksananya suatu jenis

pendidikan yang mengejek mereka secara kebih jekas daripada sehala kontradiksi

yang ada dalam struktur kekuasaan. Pandangan naif semacam ini juga

(33)

33 justru sangat berbahaya. Pendidikan yang benar-benar membebaskan hanya bisa

diterapkan di luar sistem kehidupan yang sekarang adam dan dilakukan dengan

cara yang sangat hati htai oleh mereka yang sanggup menghilangkan pandangan

(34)

34

DAFTAR ISI

Freire, P. (2007). Politik Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Freire, P. (2008). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3S.

Referensi

Dokumen terkait

Emergence, concept, and understanding of Pan-River-Basin (PRB). Memanen Air Hujan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Metode Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan Untuk

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui adanya hubungan yang positif antara penggunaan situs Google dan motivasi belajar secara

Dengan demikian, model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah matematis untuk mencapai hasil belajar

 Penerapan kurikulum 2013 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Stutend Team Achievment Divisons (STAD) dalam mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif

Pada saat hamil kebutuhan akan zat gizi mengalami peningkatan sehingga bila dengan konsumsi makanan sampel yang defisit dan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet

Bab ini berisi pembahasan hasil yang diperoleh dalam penelitian di mana kesesuaian hasil dengan tujuan penelitian akan menghasilkan sebuah rekomendasi

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem

Interaksi sosial dalam keluarga adalah hubungan timbal balik antara siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Palembang dengan sekumpulan orang, atau individu dengan individu