• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA

PEMERINTAHAN PRESIDEN B.J HABIBIE

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Politik Luar Negeri Indonesia

Oleh :

Fiqih Adhalistiya Susanto 140120400111062 Marisya Anugrah 145120401111008 Riza Mola Melati 145120401111004 Safira Rizki Amalia 145120401111003

Yuni Kurnia 145120401111014

Kelas A-HI-2

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah Politik Luar Negri Indonesia, Politik Luar Negri dibedakan menjadi 6 masa atau periode, yang setiap masanya ditandai dengan adanya presiden atau pemerintahan yang berganti atau berbeda. Periode pertama adalah Periode Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Periode kedua adalah Soeharto, Periode ketiga B.J Habibie, Periode keempat Abdurahman Wahid, diteruskan dengan periode Megawati Soekarnoputri dan yang terakir adalah Periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setiap periode memiliki fokus kebijakan atau politik luar negri sendiri, walaupun sering tetap digunakan, dalam pelaksanaan pencapaian fokus tersebut setiap presiden memiliki cara dan karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan fokus dan cara mencapai fokus tersebut dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu isue global yang terjadi saat itu; kasakteristik internal suatu negara, termasuk pembuat keputusan atau Foreign Policy Maker dan siapa yang berpengaruh dalam pemerintahan saat itu; kemudia psikology pemimpin, bagaimanakah karakteristik seorang pemimpin, ideologi dan kepercayaan yang dimilikinya.

(3)

Berdasarkan uraian diatas, kami penulis tertarik untuk membuat makalah dan mempresentasikan makalah yang berjudul Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden B.J Habibie.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil biografi B.J Habibie ?

2. Bagaimana awal mula B.J Habibie menjadi presiden Indonesia ?

3. Bagaimana keadaan politik, ekonomi, sosial pada masa pemerintahan B.J Habibie?

4. Siapa sajakah yang berpengaruh dalam pembuatan Foreign Policy periode B.J Habibie dan apa peran mereka dalam pembentukan Foreign Policy tersebut?

5. Apakah fokus Foreign Policy pada periode Presiden B.J Habibie?

6. Bagaimanakah Kebijakan atau cara yang diambil dalam memenuhi Fokus Foreign Policy pada periode B.J Habibie?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk menjelaskan profil biografi B.J Habibie.

2. Untuk menjelaskan awal mula B.J Habibie menjadi presiden Indonesia.

3. Untuk menjelaskan keadaan politik, ekonomi, sosial pada masa pemerintahan B.J Habibie.

4. Untuk menjelaskan siapa yang berpengaruh dalam pembuatan Foreign Policy periode B.J Habibie dan apa peran mereka dalam pembentukan Foreign Policy. 5. Untuk menjelaskan fokus Foreign Policy pada periode Presiden B.J Habibie. 6. Untuk menjelaskan Kebijakan atau cara yang diambil dalam memenuhi Fokus

Foreign Policy pada periode B.J Habibie.

(4)

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang biasa dikenal dengan sebutan Bapak Bj.Habibie merupakan mantan presiden ketiga Negara Republik Indonesia dengan masa kemimpinan yang termasuk kedalam jangka yang amat pendek yaitu hanya sekitar setahun. Dengan masa jabatan yang terhitung dari tanggal 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999 presiden ini telah mampumenghadirkan warna serta dinamika dalam masa kepemimpinannya.1 Presiden ketiga ini merupakan menteri riset dan teknologi pertama Republik Indonesia.2 Bj. Habibie termasuk salah seorang insane yang mampu mengharumkan nama Indonesia di kanca dunia, karena apabila kita melihat lebih rinci terkait biografi beliau banyak hal yang menunjukkan bahwa ia merupakan salah satu bangs Indonesia yang berwawasan tinggi dan kompeten dalam sepakterjangnya. Contohnya saja beliau pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg yang merupakan suatu perusahaan pesawat terbang ternama di Jerman selama 4 tahun pada tahun 1965 hingga 1969 dengan posisi sebagai Kepala Peneliti dan Pengembangan pada Analisis Struktur Pesawat terbang, dan karirnya yang bagus cenderung meningkat hingga ia dipercaya menjadi Vice President sekaligus direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978.3 Beliau juga sempat meraih penghargaan atas pembuatan pesawat terbang kelas internassional pada ajang tahunan yang diselenggarakan di Beijing, China tahun 1992 dari pemerintah China yaitu Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences) pada pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs.4 Beliau mempunyai prestasi pendidikan yang terbilang amat baik yaitu dengan dengan menempuh perkuliahan S1 di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955, kemudian ia menikah dengan istrinya yaitu ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1964.5

2. Awal mula B.J Habibie menjadi presiden Indonesia

1 http://www.profilpedia.com/2014/05/biografi-bj-habibie-sang-presiden-ke-3.html diakses pada Rabu, 29 April 2015

2 Ibid, diakses pada 29 April 2015

3 http://profil.merdeka.com/indonesia/b/baharuddin-jusuf-habibie/ diakses pada 29 April 2015

4 http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/27/biografi-dan-sejarah-kepimpinan-seorang-bj-habibie-546528.html diakses pada 29 April 2015

(5)

Era pemerintahan B J Habibie dimulai dengan tuntutan rakyat Indonesia akan adanya reformasi pemerintahan dari sistem otokrasi ke sistem demokrasi. Semangat demokratisasi pun digalakkan untuk menggalang dukungan rakyat terhadap pemerintahannya. Namun, rakyat Indonesia pada masa itu hanya melihat era pemerintahan Habibie sebagai era transisioal pemerintahan Orde Baru dengan era reformasi yang dianggap masih membawa carut marut Orde Baru. Di sisi lain, Habibie menghadapi sisa kebobrokan Orde Baru yang meninggalkan krisis moneter di Indonesia. Fokus politik luar negeri Indonesia kemudian ditata untuk membangun kembali ekonomi Indonesia dan memperbaiki stabilitas keamanan di Indonesia. Instrumen yang digunakan Hbibie untuk dapat memenuhi kepentingan nasional Indonesia dalam masa transisi antara lain pengelolaan investasi swasta, diplomasi terhadap bantuan asing, perdagangan bebas, kekuatan militer dan sistem politik yang demokratis.6 Sementara itu, Indonesia juga harus menyelesaikan berbegai persoalan yang menjadi warisan Orde Baru yang menyebabkan munculnya krisis legitimasi yang cukup parah. Untuk mengatasi hal tersebut, Habibie mencoba melakukan berbagai aksi untuk mendapatkan dukungan internasional.7

Setelah menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden RI, Suharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden B.J. Habibie. Pada saat itu juga Wakil Presiden B.J. Habibie diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto meletakkan jabatannya sebagai presiden dihadapan ketua dan beberapa anggota dari Mahkamah Agung. Pada tanggal itu pula, dan berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden, serta pelantikannya dilakukan di depan Ketua Mahkamah Agung dan para menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Diantara mereka menyatakan pengangkatan Habibie menjadi presiden konstitusional, berpegang pada Pasal 8 UUD 1945 yang menyatakan bahwa "Bila Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan

6 Widhiasih, 2013.

(6)

kewajibannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Tetapi yang menyatakan bahwa naiknya Habibie sebagai presiden yang inkonstitusional berpegang pada ketentuan Pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "Sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR". Sementara, Habibie tidak melakukan hal itu dan ia mengucapkan sumpah dan janji di depan Mahkamah Agung dan personil MPR dan DPR yang bukan bersifat kelembagaan. Dalam ketentuan lain yang terdapat pada Tap MPR No. VII/MPR/1973, memungkinkan bahwa sumpah dam janji itu diucapkan didepan Mahkamah Agung. Namun, pada saat Habibie menerima jabatan sebagai presiden tidak ada alasan bahwa sumpah dan janji presiden dilakukan di depan MPR atau DPR, Artinya sumpah dan janji presiden dapat dilakukan di depan rapat DPR, meskipun saat itu Gedung MPR/DPR masih diduduki dan dikuasai oleh para mahasiswa. Bahkan Soeharto seharusnya mengembalikan dulu mandatanya kepada MPR, yang mengangkatnya menjadi presiden. Apabila dilihat dari segi hukum materiil, maka naiknya Habibie menjadi presiden adalah sah dan konstitusional. Namun secara hukum formal hal itu tidak konstitusional, sebab perbuatan hukum yang sangat penting yaitu pelimpahan wewenang atau kekuasaan dari Soeharto kepada Habibie harus melalui acara resmi yang konstitusional. Apabila perbuatan hukum itu dihasilkan dari acara yang tidak konstitusional, maka perbuatan hukum itu menjadi tidak sah. Pada saat itu memang DPR tidak memungkinkan untuk bersidang, karena Gedung DPR/MPR diduduki oleh puluhan ribu mahasiswa dan para cendekiawan. Dengan demikian, hal ini dapat dinyatakan sebagai suatu alasan yang kuat dan hal itu harus dinyatakan sendiri oleh DPR. 8

3. Keadaan politik, ekonomi, sosial pada masa pemerintahan B.J Habibie

Bangsa dan negara saat itu kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Bahkan dia harus menghadapi perpecahan militer yang saat itu terjadi pertentangan kubu Wiranto, Prabowo dan berbagai faksi militer internal lainnya. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie dengan cepat membentuk sebuah Kabinet.

8 Tio Sandiago, masa pemerintahan BJ Habibie, diakses melalui

(7)
(8)

mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat, mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Tingginya tingkat intensitas konflik politik internal dalam negeri membuat konsentrasi penanganan masalah ekonomi dan social menjadi tidak optimal. Selain itu, dorongan IMF untuk menerapkan Structural Adjustment Program (Program Penyesuaian Struktural) di Indonesia tidak menambah ringan beban ekonomi bangsa. Penyebabnya adalah bahwa paket-paket kebijakan yang disodorkan oleh IMF tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Premis IMF yang melihat bahwa adanya peningkatan ketahan ekonomi suatu Negara akan secara langsung berimbas pada peningkatan ketahanan social masyarakat, kemudian terpatahkan dalam kasus Indonesia. Kondisi social dan ekonomi masyarakat Indonesia tidak menunjukkan hasil yang membaik. Memburuknya kondisi social dan ekonomi Indonesia pascareformasi salah satunya dapat dilihat dari poin kebijakan penghapusan subsidi bagi masyarakat yang disodorkan oleh IMF. Pemerintah tidak boleh memberikan subsidi yang signifikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, baik itu dalam bentuk subsidi usaha maupun proteksionisme terhadap sector ekonomi local. Meningkatnya angka pengangguran, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi, dan makin meningginya angka kriminalitas menjadi warna dari krisis multidimensi yang dihadapi oleh Indonesia pascareformasi. Menurunnya investasi asing di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab melambatnya kinerja ekonomi ini. Perwujudan lapangan pekerjaan menjadi hal yang konkret untuk menanggulangi krisis multidimensi tesebut.9

Keadaan politik saat itu, tekanan internasional yang tinggi dan lemahnya legitimasi politik memang sangat mempengaruhi perubahan kebijakan Habibie terhadap Timor-Timur. Kritik dan tekanan tinggi terhadap Habibie mengenai isu Timor-Timur berasal dari Amerika Serikat dan Australia. Dalam pertemuan tahunan CGI (Consultative Group on Indonesia) di Paris akhir bulan Juni 1998, Amerika Serikat mengkritik keras mengenai isu pelanggaran HAM di Timor-Timur. Lalu Kongres AS pun pada bulan Oktober 1998 secara tegas menunda bantuan peralatan militer dan pelatihak pasukan untuk Indonesia. Hal ini dapat disimpulkan secara jelas bahwa kritik AS bukan atas dasar status politik Timor-Timur, melainkan mengenai isu pelanggaran HAM yang terjadi di sana. Dengan kata lain, demi mendapatkan

(9)

bantuan ekonomi dari AS, pemerintah Habibie harus memikirkan jalan lain dalam menghadapi kritik ini, yaitu dengan cara melakukan perubahan kebijakan mengenai isu Timor-Timur. 10

Setelah kebijakan referendum ditetapkan, hal ini menimbulkan efek salah satunya dengan terjadinya pelanggaran HAM oleh milisi pro-Indonesia di sana. Melihat hal ini, Sekretaris Jenderal PBB, Koffi Annan memberikan ultimatum kepada pemerintah Indonesia untuk segera menyelesaikan kasus tersebut dan menghentikan kekerasan yang ada di sana, dan sebagai tambahannya, Koffi Annan mengirimkan pasukan perdamaian PBB yang dipimpin oleh komando pasukan Australia guna menciptakan dan menjaga perdamaian.11

4. Aktor yang berpengaruh dalam pembuatan Foreign Policy periode B.J Habibie dan apa peran mereka dalam pembentukan Foreign Policy

Politik luar negeri tentu tidak lepas dari peran aktor pembuat kebijakan luar negeri. Polugri era reformasi diwarnai oleh peran dari beberapa aktor: presiden, sebagai aktor utama, serta TNI sebagai aktor sekunder.

a. Presiden

Sebagai presiden, Habibie memang berperan besar dalam proses pengambilan kebijakan. Pada awal masa pemerintahannya, banyak terdapat permasalahan legitimasi dan krisis moneter, yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan masyarakat domestik dan internasional terhadapnya.Untuk memperoleh dukungan internasional, Habibie menghasilkan dua Undang-Undang (UU) menyangkut masalah Hak Asasi Manusia (HAM). Selain itu, pemerintahan B.J. Habibie pun berhasil mendorong ratifikasi empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak pekerja, serta membentuk Komnas Perempuan. Dalam permasalahan Timor-Timur,

10 Kai He, Indonesia’s Foreign Policy After Soeharto : International Pressure, Democratization, and Policy Change, Oxford University Press, 2007, page 12. Diakses melalui

https://coretcoretkuliah.wordpress.com/2010/05/23/the-dynamics-of-indonesia-australia-relations-over-east-timor-in-habibie-era-1998-1999/ pada 23 Mei 2010 oleh Eduardus.

(10)

Habibie juga berusaha mencari dukungan internasional dengan menawarkan referendum, apakah Timor-Timur ingin tetap menjadi bagian dari Republik Indonesia ataukah ingin melepaskan diri dari Indonesia.Sayangnya, kebijakan referendum Habibie yang dimaksudkan untuk mencari dukungan internasional ini malah berbalik menyerang Habibie karena ternyata Timor-Timur lebih memilih opsi yang kedua untuk memerdekakan wilayahnya sendiri terlepas dari Indonesia.Rakyat menganggap Habibie bertanggung jawab atas lepasnya Timor-Timur dari Indonesia.Belum lagi isu tindakan kekerasan yang dilakukan TNI di wilayah Timor-Timur, sehingga dunia internasional juga menganggap Habibie tidak mampu mengendalikan TNI, karena TNI mendukung referendum Timor-Timur namun nyatanya terdapat tindak kekerasan yang dilakukan TNI di Timor-Timur.12

b. TNI

Pada masa reformasi era presiden BJ Habibie, TNI adalah salah satu aktor politik luar negeri yang cukup berpengaruh dalam kepemerintahan negara Republik Indonesia.Dalam masa pemerintahan Presiden BJ Habibie yang melanjutkan era Soeharto, beliau membuat kebijakan terkait reformasi militer.Ada beberapa hal yang perlu dicatat sebagai bagian positif penataan militer pada era ini dalam hal penataan masalah pertahanan dan kemanan serta perubahan paradigma militer.Pada tanggal 1 Februari 1999, BJ Habibie mengesahkan UU No.4 tahun 1999 tentang Susduk MPR, DPR dan DPRD. Didalam Undang-Undang ini diatur tentang keberadaan militer didalam kelembagaan MPR, DPR dan DPRD sebagai berikut :

 Jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang : DPR, 500 orang. Utusan Daerah 135 orang.

 Jumlah anggota DPR sebanyak 500 orang dimana anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang.

 Jumlah Anggota DPRD I sekurang-kurangnya 45 orang dan maksimal 100 orang termasuk 10% ABRI yang diangkat.

 Anggota DPRD II sekurang-kurangnya 20 orang dan maksimal 45 orang termasuk 10% ABRI yang diangkat.

(11)

 Jumlah Jumlah anggota DPR / MPR ABRI yang diangkat di dalam UU No.4 tahun 1999, lebih sedikit jumlahnya dibandingkan Undang-Undang sebelumnya UU No.5 tahun 1995 sebanyak 75 orang.Selain itu, Habibie melakukan perubahan dalam ABRI dengan merubah nama ABRI menjadi TNI, serta memisahkan TNI dengan Polri.

5. Fokus Foreign Policy pada periode Presiden B.J Habibie.

Politik luar negeri Indonesia dari awal merdeka hingga sekarang mengalami banyak pasang surut seiring dengan perubahan tampuk kepemimpinan.Lain pemimpin, lain karakter dan fokus politik luar negerinya.Hal ini karena berdasarkan skema tahapan pembuatan kebijakan luar negeri Kegley menjabarkan bahwa hal-hal yang mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri ada 3 yaitu kondisi internasional, kondisi domestik, karakter pemimpin.

Fokus politik luar negeri Indonesia pun berubah-ubah dari masa ke masa mengikuti perubahan kondisi politik global dan politik domestik yang ada. Sering kali, fokus politik luar negeri di era kepemimpinan tertentu menjadi pembeda politik luar negeri di era kepemimpinan tersebut dengan era kepemimpinan lain. Fokus politik luar negeri Indonesia era awal reformasi pun tak luput dari sorotan meskipun B.J Habibie, presiden di awal reformasi, hanya menjabat tidak kurang dari 2 tahun.

Dalam menjalankan politik luar negeri era reformasi, terdapat 3 fokus utama yaitu pemulihan citra Indonesia, mendahulukan stabilisasi sosial dan politik, memobilisasi sumber daya demi memperoleh bantuan ekonomi.

a) Pemulihan citra Indonesia

Fokus pertama adalah pemulihan citra Indonesia di mata internasional.Sebab, ketika orde baru berada di ambang kehancuran, banyak permasalahan yang diwariskan kepada kepemimpinan yang baru, utamanya adalah krisis multidimensional yang menyebabkan keterpurukan yang dialami Indonesia tidak sebatas permasalahan ekonomi-politik tetapi juga merambah ke aspek sosial-budaya.Menurut Dhurorudin Mashad.13

(12)

Realitas ekonomi dan politik domestik pasca orde baru telah menyebabkan posisi dan kredibilitas Indonesia di luar negeri sangat merosot. Pemulihan citra ini dilakukan agar pemerintah Indonesia yang belum mendapat legitimasi yang kuat di lingkungan domestik karena dianggap hanya meneruskan langkah orde baru, mendapat dukungan internasional lagi selepas krisis.Upaya pemulihan citra ini memperoleh keberhasilan, meskipun tidak sepenuhnya, dibuktikan dengan Indonesia diberi kepercayaan oleh dua institusi penting di kancah internasional yakni IMF dan World Bank.

b) Mendahulukan stabilisasi sosial, ekonomi dan politik

Fokus kedua adalah mendahulukan stabilisasi ekonomi, sosial dan politik.Hal ini karena pemerintahan B.J.Habibie hirau cukup besar terhadap perbaikan dalam negeri akibat krisis multidimensional.14

Karakter politik luar neneri Indonesia era pemerintahan BJ Habibie dikatakan no profile, hal tersebut karena tidak adanya peranan Indonesia secara jelas dalam implementasi politik luar negerinya. Dalam usaha menjaga stabilitas sosial, ekonomi dan politik dalam negeri Habibie berusaha mendapatkan dukungan internasional melalui berbagai cara, antara lain : pemerintahan Habibie menghasilkan dua Undang- Undang (UU) yang berkaitan dengan perlindungan atas hak asasi manusia yaitu UU no.5/1998 mengenai Pengesahan Convention against Torture and other Cruel,Inhuman or Degrading Treatment or Punishment dan UU no.29/1999 mengenai Pengesahan Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965.Selain itu, pemerintahan Habibie berhasil mendorong ratifikasi empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak pekerja. Pembentukan Komnas Perempuan juga dilakukan pada masa pemerintahan Habibie. akan tetapi Habibie kurang berhasil dalam menyikapi masalah Timor-Timur. Pada kasus Timor-Timur Juni 1998 Habibie mengeluarkan pernyataan adanya pemberlakuan otonomi seluas-luasnya untuk provinsi Timor Timur. Hingga pada akhirnya Indonesia harus kehilangan Timor- Timur, akibatnya Habibie kehilangan kepercayaan baik dimata masyarakat internasional maupun domestik.

c) Memobilisasi sumber daya demi memperoleh bantuan ekonomi.

(13)

Implementasi yang dilakukan Habibie terutama lebih ditekankan pada upaya pendekatan kepada Barat, utamanya Eropa.sebagai upaya untuk memperoleh dukungan kepemimpinannya yang mewarisi carut-marutnya ekonomi dan politik. Kepemimpinan Habibie akhirnya mendapat dukungan internasional ketika menawarkan referendum kepada Timor-Timur. Dengan catatan positif bidang HAM Habibie relatif berhasil menarik perhatian internasional sebagai kompensasi atas minimnya legitimasi dalam negeri, seperti terlihat dalam hubungan Habibie dan IMF.jika di era Soeharto, IMF mendesak menghentikan proyek pembuatan pesawat rancangan Habibie yang berbiaya tinggi, belakangan di era Habibie justru tidak dipersoalkan lagi. IMF dan bank dunia justru mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 milliar dolar AS, bahkan menawarkan tambahan bantuan sebesar 14 milliar dolar AS. 15

6. Kebijakan atau cara yang diambil dalam memenuhi Fokus Foreign Policy pada periode B.J Habibie.

Korelasi antara legitimasi politik dari publik kepada pemerintah dalam kaitannya dengan kebijakan luar negeri dapat digambarkan melalui 4 pola umum, yaitu :

 States will compromise in deeds when political legitimacy is low and international pressure is high.

 States will compromise in words when both political legitimacy and international pressure are low.

 States will balance externally when both political legitimacy and international pressure are high.

 States will balance internally when political legitimacy is high and international pressure is low.16

(14)

Di tingkat domestik, ia melakukan restorasi mengenai kebebesan pers, selain itu ia juga melepaskan beberapa tahanan politik di era rezim Soeharto, dan juga memperkenalkan undang-undang yang memungkinkan untuk dilakukannya pengalihan kewenangan politik dan fiskal kepada daerah atau yang lebih dikenal dengan kebijakan otonomi daerah. Di tingkat internasional, Habibie melakukan “terobosan” dalam hal isu Timor-Timur, dimana yang selama 23 tahun berada di bawah kontrol Indonesia. Hal ini dikarenakan atas dasar keinginan Habibie untuk memperoleh simpati publik internasional dan berharap untuk mendapatkan bantuan dana untuk menangani krisis finansial yang sedang dialami Indonesia. Walaupun pendekatan-pendekatan ini berhasil mendapatkan beberapa pujian baik dari tingkat internasional, namun di tingkat domestik pelaksanaan kebijakan baru ini dianggap sebagai contoh kasus dari usaha Habibie yang gagal.17

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

(15)

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang biasa dikenal dengan sebutan Bapak Bj.Habibie merupakan mantan presiden ketiga Negara Republik Indonesia dengan masa kemimpinan yang termasuk kedalam jangka yang amat pendek yaitu hanya sekitar setahun. Dengan masa jabatan yang terhitung dari tanggal 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999 presiden ini telah mampumenghadirkan warna serta dinamika dalam masa kepemimpinannya. Era pemerintahan B J Habibie dimulai dengan tuntutan rakyat Indonesia akan adanya reformasi pemerintahan dari sistem otokrasi ke sistem demokrasi. Semangat demokratisasi pun digalakkan untuk menggalang dukungan rakyat terhadap pemerintahannya. Setelah menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden RI, Suharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden B.J. Habibie. Pada saat itu juga Wakil Presiden B.J. Habibie diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara. Kondisi politik, sosial dan ekonomi pada saat itu mewarisi kebobrokan pada masa orde baru, negala saat itu mengalami inflasi yang tinggi, penurunan mata uang rupiah terhadap dolar, serta keadaan politik yang diwarnai dengan lepasnya timor-timur. Aktor yang berperan saat itu dominan presiden dengan TNI. Sedangkan fokus kebijakan polugrinya adalah pemulihan citra Indonesia, mendahulukan stabilisasi sosial, ekonomi dan politik, memobilisasi sumber daya demi memperoleh bantuan ekonomi. Di tingkat domestik, ia melakukan restorasi mengenai kebebesan pers, selain itu ia juga melepaskan beberapa tahanan politik di era rezim Soeharto, dan juga memperkenalkan undang-undang yang memungkinkan untuk dilakukannya pengalihan kewenangan politik dan fiskal kepada daerah atau yang lebih dikenal dengan kebijakan otonomi daerah. Di tingkat internasional, Habibie melakukan “terobosan” dalam hal isu Timor-Timur, dimana yang selama 23 tahun berada di bawah kontrol Indonesia.

SARAN

(16)

membasmi semua masalah yang berangsur selama orde baru tetapi penyelesaian tersebut tak membuahkan hasil yang memuaskan. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Habibie dalam kebijakan domestik dan luar negerinya menghasilkan beberapa kebanggaan dan prestasi namun disisi lain keputusan Habibie dalam kebijakan referendum tentang Timor-Timur tersebut adalah kesalahan terbesar yang dilakukan Habibie pada masa pemerintahannya dan diharapkan hal-hal serupa tersebut tidak terjadi di pemerintahan – pemerintahan selanjutnya agar Indonesia memiliki kedaulatan dalam segala hal. Hal-hal yang terjadi di masa pemerintahan yang lampau dapat di jadikan tolak ukur, pembelajaran, serta pengalaman dalam melakukan kebijakan dalam negara untuk saat ini dan di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

D.Murphy dan J.McBeth, (1999) ‘Scorched Earth: East Timor’, Far Eastern Economic Review, 162, halaman 10–14.

Wuryandari, Ganewati, dkk. 2007. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengh Pusaran Politik Domestik. Jakarta: Pusat Penelitian Politik- LIPI

http://www.profilpedia.com/2014/05/biografi-bj-habibie-sang-presiden-ke-3.html

http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/27/biografi-dan-sejarah-kepimpinan-seorang-bj-habibie-546528.html

http://profil.merdeka.com/indonesia/b/baharuddin-jusuf-habibie/

http://profil.merdeka.com/indonesia/b/baharuddin-jusuf-habibie/

http://wartasejarah.blogspot.com/2014/11/masa-pemerintahan-presiden-bj-habibie.html

http://nerurin.blogspot.com/2012/03/sejarah-orde-baru-dan-orde-reformasi.html

Referensi

Dokumen terkait

Supervisi klinis di SD Islam Baburrohmah dilaksanakan dengan empat tahapan, yaitu (1) tahap pertemuan awal (pre-converence) , pada pertemuan ini kepala sekolah memanfaatkan

Bank Syari’ah Mandiri Kantor Caba ng Pembantu Bagan Batu, Dari hasil wawancara kepada pihak Bank, bahwa indikator kepuasan nasabah terhadap produk pembiayaan murabahah adalah

Untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan visualisasi (visual thinking) , guru harus terlebih dahulu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan siswa

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap

Jika kita melihat kembali pada sejarah kemerdekaan Republik Indonesia, ideology Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai- nilai kebudayaan, serat

The average social cost of a road injury was estimated to be $77,500 and the total social cost to be $3.84 billion ( Ministry of Transport, 2008 ), consistent with a much higher

nasional adalah, “untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode karyawisata pada konsep ekosistem terhadap hasil belajar siswa kelas VII MTs Darul Ulum Palangka Raya