• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESIKO KONTIJENSI PADA BANK SYARIAH DI I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RESIKO KONTIJENSI PADA BANK SYARIAH DI I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“RESIKO KONTIJENSI PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA 2016-2017”

Oleh :

Annisa maulina hasan 16113067

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang pesat sepanjang 3 dekade terakhir, baik di dunia internasional maupun di Indonesia. Perkembangan perbankan syariah berdasarkan prediksi

McKinsey tahun 2008 total asset perbankan syariah global pada tahun 2006 0,75M. diperkirakan 2010 total asset mencapai 1Milyar dolar AS. Tingkat pertumbuhan bank syariah terbesar di dunia mencapai 27% per tahun dibanding dengan tingkat pertembuhan 100 bank konvensional terbesar yang mencapai 19% per tahun.

Sebagai sebuah entitas bisnis, dalam kegiatan usaha bank menghadapi resiko-resiko yang dimiliki potensi mendatangkan kerugian. Resiko ini tidak selalu bias dihindari melainkan dikelola tanpa harus mengurangi hasil yang harus dicapai.

Perbankan syariah diharapkan turut berkonstribusi dalam mendukung transformasi perekonomian pada aktivitas ekonomi produktif, bernilai tambah tinggi dan inklusif, terutama dengan memanfaatkan bonus demografi dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga peran perbankan syariah dapat terasa signifikan bagi masyarakat.

B. Tujuan penulisan

a. Untuk menyampaikan gagasan/ide tentang sebuah topik dalam bentuk tulisan. b.Mendiskusikan gagasan kepada pembaca melaui tulisan.

c. Melatih kemampuan menulis dalam bentuk tulisan.

BAB II PEMBAHASAN

Semakin besar pertumbuhan perbankan syariah, semakin luasnya jangkauan perbankan syariah menunjukkan peran perbankan syariah makin besar untuk pembangunan ekonomi rakyat di negeri ini. Perbankan syariah seharusnya tampil sebagai garda terdepan atau lokomotif untuk terwujudnya financial inclusion.

Namun dalam pengembangannya, perbankan syariah menghadapi sejumlah tantangan yang harus dihadapai dengan berbagai macam langkah strategis. Oleh sebab itu, diharapkan perekonomian nasional di 2016 akan semakin pulih terutama dengan banyaknya proyek-proyek infrastruktur dan semakin baiknya pemerintahan pusat dan daerah dalam penyerapan anggaran.

(3)

Diprediksikan bahwa 2016, pertumbuhan aset perbankan syariah diperkirakan sekitar 15%. Dengan demikian pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan masih berkisar di angka tersebut. Meskipun program sekuritisasi aset perbankan syariah akan dilakukan di Indonesia terhadap perbankan syariah, tampaknya, program ini baru jalan di awal tahun 2017, kecuali lembaga penerbit EBA SP Syariah bergerak lebih cepat.

Dia mengungkapkan, di tahun 2016 akan diwarnai oleh tingkat kompetisi bisnis jasa keuangan yang semakin ketat, karena mulai berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) dimana untuk industri perbankan hal ini tertuang dalam ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). Semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan TI yang belum mumpuni.

Sementara dalam rangka mengembangkan industri perbankan syariah untuk menjadi pemain yang unggul dan berperan signifikan di Indonesia, terdapat beberapa tantangan dan strategis yang harus menjadi prioritas bagi stakeholders perbankan syariah. Pertama, yakni inovasi produk keuangan dan perbankan syariah yang merupakan pilar utama dalam pengembangan industri perbankan syariah.

Bank-bank syariah harus memiliki produk inovatif yang makin beragam agar bisa berkembang dengan baik. Upaya ini mutlak dilakukan karena bank syariah akhir-akhir ini mengalami pelambatan pertumbuhan bahkan penurunan market share dibanding konvensional.

Sebenarnya banyak peluang bisnis yang menguntungkan bagi perbankan syariah,

seperti international trade finance, sindicated financing, Margin During Construction (MDC), hybrid take over dan refinancing, factoring, KPRS inden, pembiayaan reimburs, IMBT dan Ijarah Maushifah fiz Zimmah, serta Musyarakah Mutanaqishah. Akad Musyarakah Mutanaqishah dapat diterapkan dalam 11 produk dan kebutuhan bisnis nasabah.

Sampai saat ini bank-bank syariah umumnya belum mengembangkan produk-produk ini, sehinngga produknya masih sangat terbatas. Bank-bank syariah sudah seharusnya mengembangkan produknya secara kreatif dan inovatif antara lain dengan menerapkan musyarakah mutanaqishah.

Lalu tantangan yang kedua, sekuritisasi aset Bank Syariah. Salah satu kunci kesuksesan KPR Syariah adalah sekuritisasi (tawriq) asset. Sekuritisasi akan meningkatkan ketersediaan dana bagi bank-bank syariah. Dalam konsep sekuritisasi asset, bank syariah mentransformasikan aset berisikonya (pembiayaan) ke dalam bentuk uang cash (uang segar) yang kemudian dapat digunakan untuk ekspansi usaha atau disalurkan kembali ke pihak yang memerlukan dana. Uang segar tersebut diperoleh dari sebuah lembaga penerbit EBA yang membeli asset produktif bank syariah.

Keuntungan dari sekuritisasi pembiayaan antara lain bank tidak perlu menunggu lebih lama (10-15 tahun) untuk mendapatkan kembali dana yang sudah dikucurkan kepada nasabah, khususnya pembiayaan berjangka panjang seperti pembiayaan perumahan.

Selama ini pemanfaatan sekuritisasi dalam perbankan syariah belum mendapat perhatian yang berarti dan belum dipraktekkan, karena memang belum ada regulasi dan kebutuhan bank-bank syariah akan sekuritisasi belum mendesak. Pada akhir tahun 2015, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan mengenai sekuritisasi dengan penerbiatan Efek Beragunan Asset (EBA) Syariah melalui POJK No 20 tahun 2015.

(4)

Dengan demikian, di 2016 ini pengelolaan pembiayaan bermasalah tetap menjadi tantangan terbesar bagi bank-bank syariah ke depan. Untuk menghadapi tantangan ini, Bank syariah harus terus memperketat standar underwriting dan secara proaktif memonitor nasabah dalam sektor industri yang terkena dampak perlambatan ekonomi secara umum.

Untuk itu bank-bank syariah,harus membentuk divisi penyelamatan penyelesaian pembiayaan bermasalah. Bank-bank syariah harus meningkatkan kompetensi SDMnya agar bisa mengatasi pembiayaan bermasalah dan mampu melakukan restrukturisasi pembiayaan secara syariah.

Sedangkan tantangan yang keempat, yakni memperkuat permodalan dan skala usaha bank syariah. Permodalan bank syariah perlu diperkuat secara signifikan agar memiliki skala usaha yang memadai untuk melakukan ekspansi. Untuk mewujudkan itu, OJK telah mendorong komitmen Bank Induk Konvensional untuk mengoptimalkan perannya dan meningkatkan komitmennya untuk mengembangkan layanan perbankan syariah hingga mencapai share minimal di atas 10% asset BUK induk.

Bentuk peranan tersebut adalah pengembangan kegiatan business process leveraging antara bank syariah dan lembaga keuangan dalam satu grup usaha secara integratif. Strategi leverage model ini sangat signifikan dalam meningkatkan daya saing bank syariah dengan BUK maupun BUS pesaing di pasar regional yang memiliki skala ekonomi dan efisiensi yang tinggi. Selain meningkatkan daya saing yang juga cukup penting, program ini secara signifikan akan menekan biaya operasional.

Selain itu, dalam rangka memperkuat permodalan, perbankan syarah diharapkan lebih aktif menawarkan sahamnya kepada public, khususnya kepada investor ritel yang diperkirakan semakin bertambah seiring peningkatan kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. Sejalan dengan penawaran kepada public, pemegang saham bank institusi diharapkan tetap menjadi pengendali dengan turut memberikan tambahan modal.

Tantangan kelima yang dihadapi oleh perbankan syariah adalah persaingan dalam mengumpulkan dana nasabah, terlebih dana murah (CASA). Selama ini bank-bank syariah masih rendah komposisinya dalam soal dana murah ini, seperti dana giro wadiah. Menurut data, dana murah bank syarah sebesar 8%. Pesaingan DPK tidak saja terjadi dengan lembaga perbankan konvensional tetapi juga terjadi dengan institusi keuangan non-bank (IKNB) seperti takaful dan reksa dana. Oleh karena itu, beberapa dekade belakangan bank umum mulai mencari sumber dana non-deposito.

Bank-bank syariah harus bisa menggali dan mendapatkan dana-dana murah. Selain giro wadiah, dana-dana waqaf seharusnya bisa diraih dan dikelola bank-bank syariah dalam jumlah yang signifikan.

Pemerintah dalam hal ini dirjen pajak seharusnya memberikan intensif kepada penempatan dana waqaf di bank syariah berupa pembebasan pajak.

Tantangan financing juga akan dihadapi bank syariah, yaitu dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan asing multinasional yang membeli (akuisisi) perusahaan pembiayaan swasta di Indonesia. Bank-bank atau Lembaga Keuangan asing tersebut kelebihan dana murah, seperti Jepang. Suku bunga yang mereka tawarkan kepada perusahaan pembiayaan sangat rendah, sehingga bank syariah jauh kalah pricing dibanding bank-bank multinasional tersebut.

(5)

Sedangkan tantangan yang terakhir, adalah meningkatkan teknologi sistem keuangan syariah. Masalah klasik yang tidak boleh diabaikan, bahkan harus menjadi prioritas adalah aspek teknologi. Aspek ini harusnya menjadi perhatian utama bank syarah. Bank-bank syariah harus menginvestasikan danaya dalam penyediaan teknologi informasi (TI). Di tengah era financial digital saat ini pemanfaatan TI dalam proses bisnis sudah semakin meluas dan menjadi suatu keharusan.

Tren konsumen saat ini sudah menjadikan internet menjadi salah satu kebutuhan utama. Hal ini dapat dilihat dari lonjakan pengguna internet terutama saat era smartphone saat ini. Terkait dengan perkembangan tersebut, bank syariah tidak boleh ketinggalan dalam mengupgrade teknologi yang digunakan. Manfaat yang dapat dirasakan oleh bank syariah dengan sistem TI yang mutakhir adalah peningkatan jumlah nasabah dan efisiensi biaya.

C. Kesimpulan

Pertumbuhan perbankan syariah setiap tahunnya selalu meningkat mencapai 27% per tahun.

Dalam kegiatan usaha bank menghadapi resiko-resiko yang dimiliki potensi mendatangkan kerugian.

Semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan TI yang belum mumpuni.

Bank syariah harus memanfaatkan meningkatnya penggunaan internet dengan mencapai kinerja syariah yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi meningkat dikarenakan beberapa factor dan terus meningkat dari tahun sebelumnya. Pangsa perbankan syariah masih dibawah 5%, dan diperkirakan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Bank syariah harus mewaspadai tren peningkatan pembiayaan bermasalah di tahun depan yang mempengaruhi kualitas asset.

Daftar pustaka

http://infobanknews.com/tantangan-perbankan-syariah-di-2016/

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa rasionalisasi birokrasi yang ditandai dengan etos Webe- rian yang kuat, birokrasi tidak akan mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintah yang kompleks dalam lingkungan

Dari segi waktu untuk pengolahan biodisel menggunakan biji jarak pagar dibutuhkan bahan yang sangat simpel dan ramah lingkungan, oleh karena

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan S kripsi

Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Seli Noeratih, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang,

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magelang mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan penanggulangan bencana yaitu menetapkan pedoman dan pengarahan

Adaptasi ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan pengembangan buku teks geografi di lapangan, yaitu (1) tahap pertama identifikasi standar kompetensi, kompetensi

In Yakima, both the Northwest =pat a- (examples 210 and 211) and Columbia River pata- (example 212) forms are used, within and across speakers.. I refer to the variations as the

Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan menurut ilmu kesehatan reproduksi usia antara 20-30 tahun, namun akhir- akhir ini mulai beranjak hingga usia 35 tahun. Syarat