• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk kantor cabang Syariah Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk kantor cabang Syariah Malang"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK KANTOR CABANG

SYARIAH MALANG

SKRIPSI

Oleh

SUSIANA NIM : 05610079

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2010

(2)

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK KANTOR CABANG

SYARIAH MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh

SUSIANA NIM : 05610079

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2010

(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Hirabbil Alamin

Dengan senantiasa Memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Kupersembahkan buah karya Ini Untuk :

Ayahanda dan mamaku tercinta (Hasan Ratno dan Jumilah) ananda haturkan banyak terima kasih yang telah banyak memberikan kasih sayang. Terima kasih

atas do’a dan nasehat serta motivasi yang tak pernah terputus-putus.

Buat Abang-Abangku (Adi, Iwan dan johan) terimakasih atas nasehat dan motivasinya. Semoga ketenangan akan senantiasa mewarnai hari indahmu.

Buat Adik-Adikku (Ika, Aya). Terima kasih untuk semua motivasi dan kepercayaannya, buat (Sanjaya, Habib dan Zakiya) yang selalu menghiburku

dengan kelucuannya. Kejar dan raihlah impianmu, jalanmu masih panjang.

Semua Keluarga saya di Medan

(5)

MOTTO

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Surat Al- Baqarah Ayat 245

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang ”.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad Saw yang senantiasa kita harapkan syafaatnya kelak dihari kiamat. Terselesaikannya skripsi ini merupakan salah satu syarat yang ditempuh dari apa yang selama ini penulis lakukan selama kuliah di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini khususnya kepada :

1. Ayahanda dan Ibunda (Hasan Ratno dan Jumilah) beserta keluargaku yang penuh kasih sayang telah berusaha memberikan bimbingan serta mendo’akan penulis dalam menempuh kehidupan ini. Semoga Allah memberi rahmat dan hidayahnya kepada mereka. Amin.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Drs. HA. Muhtadi Ridwan, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak H. Ahmad Djalaluddin, Lc., MA terima kasih atas saran, arahan dan motivasinya.

(7)

5. Bapak/Ibu Dosen Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.

6. Bapak Tangguh F.P.R dan Ibu Tanti Widia N selaku Account Officer dan juga kepada segenap Staf PT. BTN (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang.

7. Teman-teman Fakultas Ekonomi, teman-teman kos Gajayana 37 dan buat Dian, Firdha dan Nikma, Azizah makasih telah memberikan sesuatu yang lain dalam hidup penulis yaitu kekompakan, semoga sukses untuk kita semua serta semua pihak yang penulis tidak bisa disebutkan satu persatu yang selama ini telah membantu penulis, semoga amal ibadah mereka dijadikan sebagai amal kebajikan oleh Allah SWT. Amin.

Akhir kata, kami harapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Dan mudah-mudahan segala bantuan, do’a dan amal dari semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini mendapat ridha dari Allah SWT. Amin.

Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhirnya dengan mengharap ridha dari Allah SWT semoga penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Malang , 07 April 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Batasan Masalah ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Kajian Teoritis ... 13

2.2.1 Bank Syariah ... 13

1. Pengertian Bank Syariah ... 13

2. Sejarah Bank Syariah di Indonesia ... 14

3. Tujuan Pengembangan Bank Syariah ... 15

4. Produk Perbankan Syariah ... 16

2.2.2 Pembiayaan ... 19

1. Pengertian Pembiayaan ... 19

2. Unsur-Unsur Pembiayaan ... 20

3. Jenis-Jenis Pembiayaan ... 23

4. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan ... 24

(9)

2.2.3 Pembiayaan Mudharabah ... 27

1. Pengertian Mudharabah ... 27

2. Konsep Mudharabah Dalam Literatur Fiqih ... 29

3. Landasan Syariah Mudharabah ... 30

4. Rukun-Rukun Mudharabah ... 32

5. Jenis-Jenis Mudharabah ... 33

6. Nisbah Keuntungan ... 34

7. Aplikasi Mudharabah Dalam Perbankan ... 35

8. Manfaat dan Risiko Mudharabah ... 36

2.2.4 Bagi Hasil ... 37

1. Pengertian Bagi Hasil... 37

2. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil ... 38

3. Peran Bagi Hasil Bagi Stabilitas Ekonomi dan Distribusi Pendapatan ... 38

2.3 Kerangka Berfikir ... 40

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 41

3.2 Jenis Penelitian ... 41

3.3 Data dan Sumber Data ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV : PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 49

1. Sejarah Perusahaan ... 49

2. Dasar Pelaksanaan Bisnis Usaha BTN syariah ... 51

3. Tujuan Pendirian ... 52

4. Visi dan Misi Bank BTN Syariah ... 52

(10)

5. Struktur Organisasi dan Job Discription BTN

Syariah ... 54

6. Ruang Lingkup Kegiatan BTN Syariah ... 65

7. Jenis-Jenis Produk Pendanaan dan Pembiayaan BTN Syariah ... 67

4.1.2 Penerapan Pembiayaan Mudharabah Pada PT. BTN (Pesero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang ... 71

4.1.3 Penentuan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah ... 77

4.2 Pembahasan Data Hasil Penelitian ... 79

4.2.1 Analisis dan Deskripsi Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada BTN KCS Malang ... 81

1. Sistem dan Prosedur Pembiayaan ... 81

2. Strategi penyaluran Pembiayaan ... 87

3. Jenis Pembiayaan ... 91

4.2.2 Analisis Kendala dan Solusi Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada BTN KCS Malang ... 92

4.2.3 Analisis Sistem Bagi Hasil Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada BTN KCS Malang ... 93

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Pembiayaan-Pembiayaan Tahun 2007-2008 ... 5 Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu... 10 Tabel 4.1: Pendapatan Produk Pembiayaan PT. BTN (Persero) Tbk Kantor

Cabang Syariah Malang ... 68

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Jenis-Jenis Pembiayaan ... 24

Gambar 2.2 : Kerangka Berfikir ... 40

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi ... 55

Gambar 4.2 : Kegiatan Bank BTN KCS Malang ... 66

Gambar 4.3 : Skema Pembiayaan Mudharabah ... 71

Gambar 4.4 : Sistem Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah ... 78

Gambar 4.5 : Contoh Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah ... 80

Gambar 4.6 : Flowchart Pembiayaan Mudharabah ... 86

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Penelitian dari BTN Syariah Malang ... 101

Lampiran 2 : Bukti Konsultasi ... 102

Lampiran 3 : Biodata Peneliti ... 103

Lampiran 4 : Pedoman Interview ... 104

Lampiran 5 : Foto Wawancara ... 106

Lampiran 6 : Akad Pembiayaan Mudharabah ... 107

Lampiran 7 : Check List Permohonan Pembiayaan Mudharabah ... 118

Lampiran 8 : Nisbah Bagi Hasil Mudharabah... 119

Lampiran 9 : Fatwa DSN-MUI tentang Pembiayaan Mudharabah ... 122

Lampiran 10 : Fatwa DSN-MUI tentang Bagi Hasil ... 125

Lampiran 11: Laporan Keuangan BTN Syariah Cabang Malang Tahun 2007-2009 ... 129

Lampiran 12 : Penghargaan BTN Syariah ... 130

(14)

ABSTRAK

Susiana. 2010. SKRIPSI. Judul: “ Analisis Pembiayaan Mudharabah Pada PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang”

Pembimbing : H. Ahmad Djalaluddin, Lc., MA Kata Kunci : Pembiayaan, Mudharabah, Bagi Hasil

Bank syariah merupakan bank dengan prinsip bagi hasil yang menyediakan pembiayaan diantaranya adalah pembiayaan mudharabah dimana pembiayaan mudharabah merupakan salah satu instrumen pengganti bunga akan tetapi pada kenyataannya pembiayaan ini kurang diminati dibandingkan dengan pembiayaan murabahah dimana ini sebenarnya menunjukkan sikap avers to risk.

Meskipun pembiayaan mudharabah masih kecil diminati dibandingkan dengan pembiayaan lain, namun pembiayaan mudharabah dibank BTN syariah terus mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari tahun 2007 5.29% dan tahun 2008 meningkat menjadi 7.47%. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembiayaan mudharabah, kendala dan solusi serta sistem bagi hasil pembiayaan mudharabah pada PT. BTN (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dari data yang diperoleh melalui metode observasi, interview dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah data yang diperoleh, dikumpulkan, diolah, dianalisis kemudian disesuaikan antara konsep dengan aplikasi pembiayaan mudharabah di PT. BTN (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang, penafsiran dan pengulasan kembali kemudian ditarik suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan pembiayaan mudharabah pada PT. BTN (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang telah memiliki prosedur yang sistematis dan tertulis dengan menggunakan analisa 5C+1S dan pembiayaan mudharabah disalurkan pada jenis usaha produktif.

Kendala dalm pemberian pembiyaan yaitu: tingkat persaingan margin yang ditawarkan, kurangnya tenaga SDM, IT yang masih belum sesui dengan standar dan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap produk-produk pembiayaan syariah yang ditawarkan oleh PT. BTN (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang. Adapun solusi dari pemberian pembiyaan mudharabah adalah margin atau bagi hasil harus lebih kompetitif, menambah tenaga SDM dan IT sesuai dengan standar dan benar-benar bekualitas khusus untuk menganalisa pembiyaan mudharabah diinstansi atau koperasi. Sedangkan untuk perhitungan dan penetapan nisbah bagi hasil pertahunnya telah ditetapkan sesuai ketetapan dari kantor pusat yaitu dengan menggunakan metode revenue sharing (bagi hasil).

(15)

ABSTRACT

Susiana. 2010. SKRIPSI. Title: “ The Analysis “Mudharabah” of At PT. Savings Bank Negara ( Persero) Tbk Branch Office Sharia Malang”

Advisor : H. Ahmad Djalaluddin, Lc., MA Keywords : Credit, Mudharabah, Profit Sharing

Sharia bank is a bank with a profit-sharing principles that provide some sort of financing including “Mudaraba”. Mudaraba is one instrument as replacement toward bank rates, is less attractive compared to the another financing named “Murabaha” which actually shows the attitude of risk avers.

However, mudaraba financing at BTN bank keeps slighty increasing year such as 5,29% in 2007 and 7,47% in 2008. This study aims to describe the implementation of mudaraba financing, constrains and solutions and system for profit-sharing of mudaraba at PT. BTN (Persero) Tbk Branch Sharia Malang.

This research is a qualitative research with descriptive approach. The data is collected through observation, interviews and documentation. Data analysis conducted through process of obtaining, collecting, processing, analyzing and then adjusting with as application of the concept of mudaraba financing at BTN (Persero) Tbk Branch Sharia Malang, interpretating and reviewing before conclution and suggestion are made.

The result shows that the implementation of the mudaraba financing at Pursuant to result of research obtained by that execution of credit of mudharabah at PT. BTN (Persero) Tbk Branch Sharia Malang has systematic and written procedure using 5C+1S and distributed to productive enterprises. The customer are mostly from financial support unit or other institution from both public and private sector constrain in the provision of financing, the level of margin, lack of human resources, unsimpatible and nonstandard and low public awareness of financial product offered by Islamic Sharia BTN. While the calculation and determination of ratio of annual income have been determined according to standard of the central office by using the method of revenue sharing.

(16)

Bank

Tabungan Negara (BTN) ! "#$ % #!

&#' () * +,-*./

Lc 0

#12 -3 0 2 4

15# 6

0

2 7

0 2

8 9 :; 3

<!#= >#' &#= 3 ?@

)

*>3AB) 2 8 9 :; )C*

3DE F G6

* 7 F HI/A*.J G6 ? 6 2 K!

L#

" 2 M N < , O)JP*GE ! PBQ7 RS# + 7NN. ) (63 2

T< O J) +*) Avers To Risk.

7

? 6 H

A#%9 " 2 M N RS# U 3 O2 7

:G# V (6

2

&) #= ! Bank Tabungan Negara (BTN)

< ) # 1 BQ

3E) 1 ) ?/ WE + 2007

5,29 X J:G#

7 47 0 X 2

YN) BQ*=N7

B*2 GE3#2=32 8 9 :; Z[ H 4#\ H Y5>H

2

]IH* Q1 #' BTN

! >#' >$

. 2 # = 2 R #N 3 2 O NN 7 YN BQ 7 ? 63 7

Y5N ( H

Y^)H2 N H2[.3 , 2DE " = 7 )H

:_ Q >1

23 G637 Y W33 H 7 8#N 3 ( 2 Y) !3) `^ )./ H ]aD_ H = Y5N 2

&#= 2 BTN

>#' W>73 H 7E1 ) `^7 Y > H 2Hb H

2 . 8#Oc 2

Y W ) ?/2 + = 32 YN) 2d . " CE2 2

]IH* 2Q1 2@#' BTN

U

e 633 H ) f . 7 `[E F C#-J7 g 3Q3 H

4 c #h3 @ >1 2 J2 YWH 37 >13 Y5"(

(63)H2#3 ' 2OW ?=NH )1 7! 1OE N3i CW"

< E 3- E6 `"

2 2 4 E: _ `D!3 jiHH2 M N2

&#= Z1 BTN

:; 3H/7! 3 ? 6 ?/ G6 4 \ )/

2

]I_ H2 M N - E6 `"7 R2E73 H #'3 O) W < ]I;H<1!E8 9 NEHR 6 !2 2G62<) d % 7

F ^J 3 H ) ?/ " H>

7N#) W + > J E>3] Ic 2 a3 @# k3 #3 N2F ) #O*N 8 9 :; 3 1

Revenue Sharing

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan syariah selama tahun 2007 bisa dibilang sebagai momentum kebangkitan ekonomi syariah. situasi tersebut sangat baik dijadikan momentum untuk menggerakkan sektor riil dan investasi yang saat ini belum bergerak lewat perbankan syariah. Peningkatan persentase pembiayaan melalui pola mudarabah.

(ekisopini. com, 2009).

Pada saat ini lembaga keuangan tidak hanya melakukan kegiatan berupa pembiayaan investasi perusahaan, namun juga telah berkembang menjadi pembiayaan untuk sektor konsumsi, distribusi, modal kerja dan jasa lainnya (Arthesa dkk, 2006 :7). Dalam setiap aktivitas perekonomian nasional dunia perbankan telah memiliki peranan yang sangat penting. Sepanjang sejarah bank- bank yang telah ada dan dirasakan mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi utamanya, yaitu menjembatani antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana (Sumitro, 2002 : 17). Selain itu peran strategis lembaga keuangan bank dan non bank adalah sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Lembaga keuangan bank dan non bank merupakan lembaga perantara keuangan (financing intermediaries) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian (Sholahuddin, 2006 : 3).

Mobilisasi dana dari masyarakat sangatlah mempengaruhi lajunya perekonomian suatu Negara. Dengan demikian kedudukan bank sangatlah penting

(18)

karena dalam perekonomian modern, suatu negara tidak terlepas dari lembaga keungan yaitu perbankan. Pelayanan perbankan menunjukkan manfaat terhadap masyarakat yang dapat mencapai kemajuan yang pesat, karena setiap transaksi masyarakat pasti selalu berhubungan dengan bank terutama penyaluran dana pada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan.

Dimana Pembiayaan mudharabah sendiri merupakan salah satu produk pembiayaan bank syariah sebagai instrumen perekonomian dalam Islam berdasarkan bagi hasil, dimana pada posisi ini mudharabah secara tepat dipahami sebagai salah satu instrumen pengganti dari sistem bunga serta dapat diterapkan oleh lembaga keuangan syariah. (Muhammad, 2005: 101). Adapun produk mudharabah sendiri merupakan produk berakad kerjasama dan berorientasi bisnis yang sumber dananya berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat dimana dana-dana ini dapat berbentuk giro, tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu yang bervariasi, dana-dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank ke dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan pendapatan aktiva (earning asset) dan keuntungan dari penyaluran pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan pemilik DP-3.

(Karim, 2006: 211). Sedangkan akad mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku pemilik dana dengan nasabah selaku mudharib yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal.

Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.

(19)

Namun pembiayaan mudharabah kurang diminati oleh bank syariah dibanding dengan produk pembiayaan yang berprinsip jual-beli. Hal ini diakibatkan bank syariah kurang mengetahui risiko ketidakpastian untung atau rugi ketika pengusaha mengelola dana mudharabah-nya. Walaupun berbagai prosedur telah digunakan oleh pihak bank syariah namun risiko ketidak pastian ini tetap kurang bisa diminimalisir. Masalah risiko ketidak pastian ini merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan prinsip bagi-hasil di bank syariah. Oleh karenanya bank syariah dituntut ekstra hati-hati dalam mengelola pembiayaan mudharabah.(herisudarsono .com 2007).

Nuryanto (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “Dengan kalkulasi keuangan pembiayaan mudharabah tidak ada yang dirugikan antara debitur dan pihak bank, yang mana pihak bank dan debitur sama-sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama.”

Sedangkan Nadziroh (2004) dan Hakiki (2005) mempunyai argumen yang sama mengenai prosedur pembiayaan mudharabah yaitu dalam penyaluran harus memperhatikan prinsip kehati-hatian dengan anlisis 5C (Character/karakter nasabah, Capacity/kemampuan, Capital/modal, Collateral/jaminan dan Codition Of Economic/kondisi perekonomian dan anlisis lingkungan sebagai dasar dalam melakukan analisa kredit. Analisa 5C tersebut sangat penting untuk mengetahui layak atau tidaknya nasabah tersebut untuk dibiayai. Namun ada hal yang lebih penting untuk memberikan pembiayaan mudharabah yaitu karakteristik sesesorang karena dengan karakter itu pihak bank dapat melihat apakah orang

(20)

tersebut bersifat jujur atau tidak, sebab pembiayaan mudharabah memerlukan kepercayaaan 100%.

Berkaitan dengan itu para ahli fiqih juga banyak yang mendukung pelaksanaan mudharabah, yang tujuannya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia. Sesuai dengan kenyataan yang kita cermati bahwa sering terjadi seseorang memiliki modal tetapi tidak mampu menjalankan usaha atau sebaliknya ingin menajalankan usaha tetapi tidak memiliki modal yang dapat digunakan untuk usaha. Dengan pembiayaan mudharabah kedua belah pihak memungkinkan dapat mencapai suatu tujuan bersama dan saling bekerjasama untuk memperoleh keuntungan bagi keduanya dengan prinsip bagi hasil.

Dalam hal ini mudharabah bisa dibangun dalam bentuk kerjasama dimana bank BTN Syariah sebagai shohibul maal menyalurkan dananya kenasabah sebagai mudharib dalam bentuk modal kerja yang mana keuntungannya didasarkan pada prinsip bagi hasil sehingga baik bank ataupun nasabah sama-sama mendapatkan keuntungan dan tidak ada yang merasa dirugikan dan seandainya dalam pelaksanaan usaha tidak memperoleh keuntungan maka baik nasabah ataupun bank akan sama- sama menanggungnya sehingga dalam pembiayaan ini prinsip keadilan bagi keduanya.

Bank sebagai shohibul maal (pemilik dana) bertugas sebagai fasilitator atau penyedia dana bagi nasabah yang ingin menjalankan usaha tetapi tidak memiliki dana maka disinilah tugas bank sebagai penyalur dana membantu nasabah yang membutuhkan dana. BTN Syariah merupakan salah satu bank yang memberikan fasilitas pembiayaan salah satu pembiayaan yang diberikan BTN

(21)

Syariah adalah pembiayaan mudharabah dalam bentuk modal kerja dengan prinsip pengembaliannya berdasarkan prinsip bagi hasil, perkembangan pembiayaan mudharabah di BTN Syariah mengalami perkembangan yang cukup baik hal ini dapat dilihat dari tahun 2007 sampai 2008 seperti dijelaskan dalam tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel: 1.1

Pembiayaan- pembiayaan tahun 2007 dan 2008

Pembiayaan 2007 % 2008 %

Murabahah (MRB) 54.602.837.994 89.98 91.013.881.142 89.87 Mudharabah (MDA) 3.208.059.632 5.29 7.559.063.597 7.47 Musyarakah (MSA) 2.872.987.792 4,74 2.704.428.131 2,67 Sumber: PT. BTN Persero Tbk Kantor Cabang Syariah Malang (Data diolah)

Akan tetapi jenis produk pembiayaan bank syari’ah di indonesia, produk pembiayaannya masih didominasi oleh produk pembiayaan dengan akad jual beli hal ini juga terlihat pada perkembangan pembiayaan di bank BTN syariah.

Sebagaimana dinyatakan oleh Karim (2001), bahwa: “hampir semua bank syari’ah di dunia didominasi dengan produk pembiayaan murabahah. … sedangkan sistem bagi hasil sangat sedikit diterapkan, hal ini dipengaruhi oleh banyak atau faktor.

faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor internal perbankan syari’ah dan faktor eksternal bank syari’ah. secara internal perbankan syari’ah, mungkin belum dipahami secara baik oleh kalangan internal perbankan tentang mekanisme kerja produk mudharabah, pihak bank bersifat averse to risk (menghindari resiko) atas pembiayaan mudharabah. Kontrak mudharabah adalah kontrak menanggung untung dan rugi antara pemilik dana (bank/sohibul maal) dengan nasabah (Mudharib).

(22)

Dimana pada hubungan kontrak bisnis seperti ini diperlukan saling keterbukaan antara kedua belah pihak (pemilik dana dengan nasabah) dalam hal untung dan rugi bisnis yang dijalankan. jika salah satu pihak (utamanya nasabah) tidak menyampaikan secara transparan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perolehan hasil, sehingga dapat terjadi aktivitas moral hazard. Kontrak mudharabah adalah kontrak keuangan yang sarat dengan asymmetric information (informasi yang berbeda) (ekisonline. Com, 2009)

Sebagai lembaga Intermediary (perantara) dan seiring dengan situasi lingkungan internal dan eksternal perbankan yang mengalami perkembangan pesat, bank syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.

Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik untuk meneliti masalah mengenai Analisis Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka, permasalahan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang?

(23)

2. Apa saja kendala dan solusi penerapan pembiayaan mudharabah pada PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang?

3. Bagaimana sistem perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembiayaan mudharabah pada PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang.

2. Untuk mendeskripsikan kendala dan solusi dalam penerapan pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang.

3. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan sistem perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang dibahas adalah hal-hal yang berkenaan dengan Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder sebagai pendukung.

(24)

1.5 Manfaat Penelitian 1. Mahasiswa

Dapat mengetahui sinkronisasi antara teori pembiayaan mudharabah dengan kenyataan riil di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang serta berbagai sarana menambah wawasan keilmuan agar lebih mengenal tentang produk dari perbankan syariah dan juga BTN Syariah.

2. Perusahaan

Hasil penelitian diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen untuk menentukan kebijakan ataupun keputusan dimasa yang akan datang serta dapat digunakan sebagai barometer untuk meningkatkan profitabilitas PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang.

3. Pihak- Pihak Lain

Dapat mengetahui informasi tentang pelaksanaan pembiayaan mudharabah terhadap suatu lembaga keuangan serta dapat juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dan bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan bahan informasi.

(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nadziroh (2004) “ Penerapan Konsep Pembiayaan Mudharabah Sebagai Pola kredit Investasi Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus Pada BMT Mitra Sarana Gadang Kota Malang)”

menyimpulkan bahwa:

Sistem pembiayaan di BMT Mitra Sarana Gadang Malang cukup memadai dengan proses yang benar- benar memperhatikan prinsip kehati-hatian dengan analisis 5C sebagai dasar dalam melakukan analisa atau survey kredit.

Penerapan konsep pembiayaan mudharabah di BMT Mitra Sarana Gadang, dapat dikatakan memenuhi ketentuan-ketentuan atau sudah sesuai dengan konsep pembiayaan mudharabah dalam perspektif Islam. Hal ini dapat dilihat pada ketetapan-ketetapan, peraturan-peraturan serta kebijakan-kebijakan dalam operasionalisasi pembiayaan mudharabah melaui system dan prosedur, target market, jenis pembiayaan, strategi penyaluran dan teknik perhitungan bagi hasil hasil pembiayaan mudharabah. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah analisis ini yaitu suatu metode-metode menganalisis data yang berbentuk usaha atau penyelesaian laporan.

Menurut Nuryanto (2003) “ Sistem Pembiayaan Mudharabah Sebagai Alternatif Kredit Konvensional (Studi Kasus pada BPR Syariah Daya Arta Mentari Gempol Pasuruan)” menyimpulkan bahwa:

(26)

Dengan kalkulasi keuangan pembiayaan mudharabah tidak ada yang dirugikan antara debitur dan pihak bank, yang mana pihak bank dan debitur sama- sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama dalam perjanjian, yakni antara debitur dan bank saling menerima keuntungan dan jika terjadi kerugian, kerugian tersebut ditanggung bersama.

Menurut Hakiki (2005) “Aplikasi Pembiayaan Modal Kerja Dalam Penyaluran Modal Kerja (Studi Kasus Pada BPRS Rinjani Batu)” menyimpulkan bahwa :

Prosedur pembiayaan mudharabah perlu melakukan analisa 5C dan analisa lingkungan karena hal tersebut sangat penting untuk mengetahui layak tidaknya nasabah tersebut untuk dibiayai, selain itu disebutkan juga bahwa penyaluran pembiayaan mudharabah di BPRS Bumi Rinjani Batu menggunakan pembiayaan modal kerja untuk perdagangan karena memang nasabah pembiayaan mudharabah adalah pedagang yang mana perputarannya sangat tinggi dimana pengukuran pembiayaan didasarkan pada estimasi pendapatan, dimana nasabah harus menentukan estimasi pendapatan di awal mengajukan permohonan pembiayaan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Metode

Analisis Hasil

Nadziroh,

2oo4 Penerapan Konsep Pembiayaan Mudharabah Sebagai Pola kredit Investasi dalam Perspektif

Deskriptif

Kualitatif Sistem dan prosedur pembiayaan di BMT mitra sarana gadang cukup memadai dengan proses penyaluran yang benar dengan menggunakan prinsip kehati- hatian dengan analisis 5C sebagai dasar dalam melakukan

(27)

Islam (Studi Kasus Pada

BMT Mitra

Sarana Gadang Kota Malang)

analisa. Dengan penetapan bagi hasil yang didasarkan pada penetapan bersih (netto).

Nuryanto,

2003 Sistem Pembiayaan Mudharbah Sebagai

Alternatif Kredit Konvensional (Studi Kasus

Pada BPR

Syariah Daya Arta Mentari Gempol

Pasuruan)

Deskriptif

Komparatif Dengan kalkulasi keuangan pembiayaan mudharabah tidak ada yang dirugikan antara debitur dan pihak bank, yang mana pihak bank dan debitur sama-sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama.

Hakiki,

2005 Aplikasi Pembiayaan Modal Kerja Dalam

Penyaluran Modal Kerja (Studi Kasus

Pada BPRS

Rinjani Batu)

Deskriptif

Kualitatif Prosedur pembiayaan mudharabah perlu melakukan analisa 5C dan analisa lingkungan karena hal tersebut sangat penting untuk mengetahui layak tidaknya nasabah tersebut untuk dibiayai. Penyaluran pembiayaan mudharabah di BPRS Bumi Rinjani Batu menggunakan pembiayaan modal kerja untuk perdagangan karena memang nasabah pembiayaan mudharabah adalah pedagang yang mana perputarannya sangat tinggi.

Susiana,

2010 Analisis Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang

Deskriptif Kualitatif

Sistem pembiayaan mudharabah PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang menggunakan analisa 5C, sedangkan jenis pembiayaan yang dibiayai adalah usaha produktif dimana nasabah dalam pembiayaan ini

adalah koperasi-

koperasi/instansi-instansi, adapun dalam perhitungan nisbah telah ditetapkan oleh kantor pusat dan kendala yang

(28)

dihadapi adalah persaingan margin dengan bank lain dan kurangnya SDM yang menganalisa khusus pembiayaan mudharabah.

Sumber: Sumber data diolah peneliti

Dari hasil tabel diatas maka dapat terlihat persamaan dan perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu. Adapun persamaannya adalah terletak pada objek yang diteliti yaitu sama-sama mengkaji masalah sistem pembiayaan mudharabah.

Sedangkan yang membedakan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah dari segi judul penelitian, lokasi penelitian atau studi kasusnya. Nuryanto (2003) dalam penelitiannya ingin mengetahui sistem pembiayaan mudharabah sebagai alternatif kredit konvensional, Nadziroh (2004) dalam penelitiannya ingin mengetahui Penerapan Konsep Pembiayaan Mudharabah Sebagai Pola kredit Investasi Dalam Perspektif Islam. Sedangkan Hakiki (2005) dalam penelitiannya hanya terbatas ingin mengetahui aplikasi pembiayaan mudharabah dalam penyaluran modal kerja sedangakan peneltian sekarang untuk mendeskripsikan penyaluran pembiayaan mudharabah dan kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapannya serta sistem bagi hasil di PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Syariah Malang.

Selain itu peneltian sekarang juga membahas tentang pembiayaan produktif yaitu pembiayaan investasi jadi tidak hanya membahas penyaluran pembiayaan mudharabah pada modal kerja Selain itu perbedaan penelitian sekarang dan penelitian terdahulu yaitu dalam penelitian Nuryanto (2003) jenis penelitiannya menggunakan penelitian deskriptif komparatif.

(29)

2.2 Kajian Teoritis 2.2.1 Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah (Rodoni, 2008: 14).

Sumitro (2002: 5) menyatakan bahwa ”Bank Islam menurut Ensiklopedia Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta predaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat islam”. Dalam syariat Islam dijelaskan bahwa praktek riba adalah haram hukumnya. Oleh karena itu, bank syariah berusaha menerapkan sistem bagi hasil dan jual beli dalam kegiatan operasinya sesuai dengan prinsipnya yang tidak menggunakan sistem bunga.

Pada undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.

7 Th. 1992 tentang perbankan pasal (1) disebutkan bahwa:

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan/ atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain: pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

(30)

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa istishna).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah suatu bentuk perbankan yang dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya baik dalam kegiatan penghimpunan dana maupun penyaluran dana berdasarkan pada prinsip syariah islam.

2. Sejarah Bank Syariah di Indonesia

Berkembangnya bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia pada awal periode 19980-an. Diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut seperti Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Raharjo, A. M.

Syaifuddin, M. Amin Azis dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkan diantaranya adalah Baitul Tamwil Salman, Bandung yang sempat tumbuh mengesankan, di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi Ridho Gusti.

Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) pada tanggal 18 sampai 20 Agustus 1990 menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada musyawarah nasional (MUNAS) IV MUI yang berlangsung di hotel Sahid Jaya Jakarta, 22 sampai 25 Agustus 1990-an.

Berdasarkan amanat MUNAS IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut tim

(31)

perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak tekait. (Antonio, 2001: 25).

3. Tujuan Pengembangan Bank Syariah

Menurut Sumitro (2002: 17), tujuan dibentuknya bank syariah adalah:

a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan). Dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.

b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).

c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama terhadap kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha).

d. Untuk membantu menaggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.

e. Untuk menjaga kestabilan ekonomi atau moneter pemerintah.

f. Untuk menyelematkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non Islam yang menyebabkan umat Islam berada dibawah kekuasaan bank.

Sedangkan tujuan pendirian bank Islam menurut Arifin (2006: 12) pada umumnya adalah ” untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan

(32)

prinsip-prinsip syariat Islam dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait”.

4. Produk Perbankan Syariah

Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Produk pendanaan

Produk- produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak.

1) Pendanaan dengan prinsip Wadi’ah (simpanan) adalah perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang), dimana pihak penyimpan (termasuk bank) bersedia menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang ditipkan kepadanya. Prinsip ini dikembangkan dalam bentuk produk simpanan yaitu:Giro wadi’ah dan tabungan wadi’ah(Arikunto,1992:31).

2) Pendanaan dengan prinsip Mudharabah (Bagi Hasil) adalah perjanjian antara pemilik modal (shohibul maal) dengan bank sebagai mudharib (pengelola) . Dimana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek/ usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai perjanjian. Prinsip ini dikembangkan dalam bentuk produk bagi hasil yaitu: Tabungan Mudharabah, Deposito/ Investasi Umum (Tidak Terikat dengan prinsip mudharabah al-mutlaqah) dan Deposito/Investasi khusus (Terikat dalam prinsip mudharabah al-muqayyadah).

b. Produk Pembiayaan

Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya (Rodoni. Hamid, 2008: 23-27) yaitu:

(33)

1) Prinsip Jual Beli (Ba’i) dilaksanakan sehubungan dengan adanya pemindahan kepemilikan barang atau benda, yang mana tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dengan menjadi bagian harta atas barang yang djual.

Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Dimana bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada, oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai.

Istishna, produk istishna menyerupai salam namun dalam istishna pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapakali (termin) pembayaran.

2) Prinsip Sewa (Ijarah), Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat, pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan jual beli bedanya hanya pada objeknya bila jual beli objek transaksinya adalah barang sedangkan ijarah objek transaksinya adalah jasa.

3) Prinsip Bagi Hasil (syirkah), produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil adalah:

Musyarakah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan, membatalkan haknya dalam pelaksanaan usaha tersebut.

Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shohibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan,

(34)

bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100% modal dari shohibul maal dan keahlian dari mudharib.

c. Produk Jasa Perbankan (Rodoni. Hamid, 2008: 37) yaitu:

1) Sharf (Jual Beli Valuta Asing), jual beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilaksanakan pada waktu yang sama dimana bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

2) Ijarah (Sewa), jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan dan jasa tatalaksana administrasi dokumen dimana bank dapat imbalan sewa dari jasa tersebut.

2.2.2 Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan (financing) yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga atau dengan kata lain pembiayaan adalah pendanan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. (Muhammad, 2005: 17).

Sedangkan dalam (Kasmir, 2006: 102) Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuangan yaitu pemberian fasilitas penyediaan

(35)

dana untuk memenuhi kebutuhan pihak- pihak yang merupakan defisit unit.

(Kasmir, 2001: 73).

Sedangkan menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah yang mewajibkan nasabah untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Kasmir, 2005:

92).

Dari definisi- definisi yang telah dijelaskan diatas maka jelaslah bahwa pembiayaan merupakan suatu pendanaan yang diberikan oleh pihak bank untuk memfasilitasi suatu usaha atau pihak- pihak yang membutuhkan (nasabah) yang didasarkan pada persetujuan atau kesepakatan antara kedua belah pihak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu pembiayaan juga tidak sama dengan kredit meskipun ada sedikit kesamaan yaitu sama- sama menyalurkan dana kepada masyarakat akan tetapi di bank konvensional dana yang diberikan kepada nasabah tidak jelas arahnya, sedangkan pembiayaan dibank Syariah nasabah benar-benar dikontrol tentang penggunaan dana untuk apa dan jenis usahanya selalu ditinjau selain itu bank Syariah juga lebih menguntungkan karena yang diberikan kepada bank adalah keuntungan bersih dengan melihat prosentase kesepakatan dari awal akad.

(36)

2. Unsur- Unsur Pembiayaan

a. Unsur- Unsur Pembiayaan Menurut Konvensional

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan Kasmir (2005 : 94) adalah sebagai berikut :

1) Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan bagi sipemberi pembiayaan bahwa pembiayaan yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.

2) Kesepakatan, disamping unsur percaya di dalam pembiayaan juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan si penerima pembiayaan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu akad dimana masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Jangka Waktu, setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati.

4) Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian pembiayaan.

5) Balas Jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi pembiayaan ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

(37)

b. Unsur- Unsur Pembiayaan Menurut Syariah

Adapun unsur–unsur pembiayaan syariah menurut Sabiq (1998: 178) adalah sebagai berikut :

1) Tidak menyalahi hukum syariah yang disepakati adanya. Maksudnya bahwa perjanjian yang diadakan oleh para pihak itu bukanlah perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau perbuatan yang melawan hukum syariah, sebab perjanjian yang bertentangan dengan hukum syariah adalah tidak sah, dan dengan sendirinya tidak ada kewajiban bagi masing-masing pihak untuk menepati atau melaksanakan perjanjian tersebut, atau dengan perkataan lain apabila isi perjanjian itu merupakan perbuatan yang melawan hukum (hukum syariah), maka perjanjian yang diadakan dengan sendirinya batal demi hukum.

2) Terjadinya perjanjian atas dasar saling ridho dan ada pilihan, dalam hal ini tidak boleh ada unsur paksaan dalam membuat perjanjian tersebut.

Maksudnya perjanjian yang diadakan dan para pihak haruslah didasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing- masing pihak ridha atau rela akan isi perjanjian tersebut, atau dengan perkataan lain harus merupakan kehendak bebas masing-masing pihak Dalam hal ini berarti tidak boleh ada paksaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, dengan sendirinya perjanjian yang diadakan tidak mempunyai kekuatan hukum apabila tidak didasarkan kepada kehendak bebas pihak-pihakyang mengadakan perjanjian.

(38)

3) Isi perjanjian harus jelas dan gamblang. Maksudnya apa yang diperjanjikan oleh para pihak harus terang tentang apa yang menjadi isi perjanjian, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kesalah pahaman diantara para pihak tentang apa yang telah mereka perjanjikan dikemudian hari.

Dengan demikian pada saat pelaksanaan atau penerapan perjanjian masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian atau yang mengikatkan diri dalam perjanjian haruslah mempunyai interpretasi yang sama tentang apa yang telah mereka perjanjikan.

3. Jenis-Jenis Pembiayaan

a. Pembiayaan Produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Pembiayaan produktif dibagi menjadi (Antonio, 2001:) :

Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi, (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

Pembiayaan Investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Dalam hal ini pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan nasabah yaitu penambahan modal guna

(39)

mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru, diamana ciri-ciri pembiayaan investasi ini adalah untuk pengadaan barang-barang modal, mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah, berjangka waktu menengah dan panjang.

b. Pembiayaan Konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau pembiayaan konsumtif dapat dijelaskan sebagai suatu jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. (Antonio, 2001: 168).

Secara umum jenis- jenis pembiayaan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 2.1 Jenis-Jenis Pembiayaan

(Sumber: Antonio, 2001: 161).

4. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan

Produktif

Investasi Konsumtif

Modal Kerja

Pembiayaan

(40)

dilakukan dengan analisis 5C dan 7P. (Kasmir, 2005: 104-105). Adapun penjelasan untuk 5 C sebagai berikut:

a. Character (Karakter)

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang besifat pribadi seperti: cara hidup yang dianutnya, keadaaan keluarga, hobi dan jiwa sosial. Ini semua merupakan ukuran ”kemauan” nasabah untuk membayar.

b. Capacity (Kemampuan)

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat ”kemampuannya” dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.

c. Capital (Modal Sendiri)

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.

Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

(41)

d. Colleteral (Jaminan)

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition (Kondisi)

Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing- masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.

Kemudian penilaian ppembiayaan dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut (Kasmir, 2005: 106-107) :

a. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiaanya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

(42)

c. Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan pembiayaan dapat bermacam-macam, contoh untuk modal kerja,konsumtif dan lain sebagainya.

d. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunnyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

e. Payment Merupkan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah di ambil atau dari sumber mana saja dana untuk mengembalikan pembiayaan.

f. Profitability, Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan di perolehnya.

g. Protection, Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.2.3 Pembiayaan Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan dimana pengertian memukul atau berjalan lebih tepat adalah proses seseorang

(43)

memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. (Antonio, 2001: 95) Secara teknis Mudharabah adalah suatu akad kerjasama atau persetujuan kongsi usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh dana (100%) dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha dimana keuntungannya dibagikan sesuai dengan rasio bagi hasil yang telah disepakati bersama. (Karim, 2006: 205).

Muhammmad (2005: 102) menyebutkan dalam fiqih muamalah, definisi terminologi bagi mudharabah diungkap secara bermacam-macam oleh beberapa ulama madzhab. Diantaranya menurut madzhab Hanafi mendefinisikan Mudharabah adalah suatu perjanjian untuk berkongsi di dalam keuntungan dengan modal dari salah satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain. Sementara madzhab Maliki menamai mudharabah sebagai: penyerahan uang dimuka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada seseorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya (Muhammad, 2005: 102). Sedangkan madzhab syafi’i mendefinisikan mudharabah bahwa pemilik modal menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadi milik antara keduanya (Muhammad, 2005: 102).

Suatu hal yang barangkali terlupakan oleh beberapa madzhab ini dalam mendefinisikan mudharabah adalah bahwa kegiatan kerjasama mudharabah merupakan jenis usaha yang tidak secara otomatis mendatangkan hasil. Oleh karena itu penjabaran mengenai untung dan rugi perlu untuk diselipkan sebagai bagian yang integral dari sebuah definisi yang baik. Banyak para

(44)

ulama yang mengatakan bahwa kerjasama mudharabah terjadi manakala terdapat untung dari sebuah usaha, sementara ketika tidak mendapatkan untung disebut sebagai mudharabah. Pendapat ini kiranya membingunggkan dan bahkan terkesan menutupi konsekuensi kerugian yang harus ditanggung pemilik modal ketika usaha mudharabah tidak menghasilkan laba atau untung modal hilang sama sekali. Jadi maksud dari berakhirnya akad mudharabah ketika kerugian menjadi hasilnya adalah semuanya kembali kepada asalnya.

Artinya kerugian modal ditimpakan kepada penyedia modal sedangkan kerugian tenaga keterampilan dan kesempatan mendapat laba ditanggung oleh pengusaha (Muhammad, 2005: 104-105).

2. Konsep Mudharabah dalam Literatur Fiqih

Dalam fiqih muamalah definisi terminologi bagi mudharabah diungkap secara bermacam- macam oleh beberapa ulama madzhab, diantaranya menurut madzhab Hanafi mendefinisikan mudharabah adalah suatu perjanjian untuk berkongsi dalam keuntungan dengan modal dari salah satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain. (Muhammad, 2005: 102).

Dalam hal ini para fuqaha sebenarnya tidak memperbolehkan apabila modal mudharabah berbentuk barang, ia harus uang tunai karena barang tidak tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidak pastian besarnya modal mudharabah akan tetapi para ulama mazhab Hanafi membolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh mudharib dan shahibul maal.

(45)

Sementara menurut madzhab Syafi’i mudharabah bahwa pemilik modal menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya.

(Muhammad, 2005: 102). Sedangkan menurut madzhab Maliki mudharabah sebagai penyerahan uang di muka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya (Muhammad, 2005: 106).

Dalam hal ini para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah dengan hutang atau dalam kata lain modal mudharabahnya belum disetorkan, karena tanpa adanya setoran modal berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib bekerja dan para ulama Syafi’i dan Maliki melarang itu karena merusak sahnya akad.

Satu hal yang mungkin terlupakan oleh beberapa madzhab ini dalam mendefinisikan mudharabah adalah bahwa kegiatan kerjasama mudharabah merupakan jenis usaha yang tidak secara otomatis mendatangkan hasil. Oleh karena itu penjabaran mengenai untung dan rugi perlu untuk diselipkan sebagai bagian yang integral dari sebuah definisi yang baik. Banyak para ulama mengatakan bahwa kerjasama mudharabah terjadi manakala terdapat untung dari sebuah usaha, sementara ketika tidak mendapatkan untung disebut sebagai mudharabah. Pendapat ini kiranya membingungkan dan bahkan terkesan menutupi konsekuensi yang harus ditanggung pemilik modal ketika usaha mudharabah tidak menghasilkan laba atau untung modal hilang sama sekali. Jadi maksud dari berakhirnya akad mudharabah ketika kerugian

(46)

menjadi hasilnya adalah semuanya kembali kepada asalya, artinya kerugian modal ditimpakan kepada penyedia modal sedangkan kerugian tenaga keterampilan dan kesempatan mendapat laba ditangung oleh pengusaha.

(Muhammad, 2005: 104 -105).

3. Landasan Syariah Mudharabah

Secara umum landasan dasar syariah mudharabah antara lain adalah:

a. Al- Qur’an: Surat Al- Muzzamil ayat 20

...

“... dan dari orang- orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT....”.

Dimana yang menjadi wajhud-dilalah atau argumen dari penjelasan surat (Q.S. Muzammil: 20) adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah dimana berarti melakukan suatu perjalanan usaha (Atonio, 2001: 95). Kata Yadhribuna Fiil Ard dalam tafsir (Al-Maragi, 1993:

204) yang menafsirkan kata yadhribuna mereka bepergian untuk berdagang atau sama dengan perjalanan usaha. Selain itu Mudharib sebagai enterpreuner adalah sebagai orang yang melakukan (dharb) perjalanan untuk mencari karunia Allah SWT dan keuntungan investasinya ditempat lain.

b. Al- Hadist Nabi Riwayat Ibnu Majah

Dari Shalihah bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw bersabda:

(47)

!"# $%

# &!' (

!)*"# +, -."/ 0, 1' 2 2!)*3 # 45 *6/ 7! / # 898 : ! #

*"! *!; < =39>? (: 94@A3BCD* >E 6*!FGH &."'9 D*"!I !

“ Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at- Tijarah).

J9 2) :6# +, !? K #

L MC5 !"N: ! # K ; ! *' OE

I9 PQ!89 !) QI9 P% !) R "$QI O3!)! / -"# < ST! U> VW : DF8 E X MU>8 !) J S Q Y, -."/ 0, 1' )Z T [" F :? R !M@;FO\F>Z !

]^A_F&."'9!)*"#

`

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan lah syarat- syarat tersebut kepada Rasulullah saw dan Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Thabrani).

(Antonio, 2001: 96)

c. Ijma

Bila ditinjau dari segi hukum Islam maka praktik mudharabah ini diperbolehkan baik menurut Al- Qur’an, Al- Hadits dan Ijma’. Selain itu menurut Imam Zailai dimana ia telah menyatakan bahwa para sahabat telah

(48)

berkonsensus terhadap legitimasi pengelolahan harta yaitu secara mudharabah selain itu kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab Al Amwal (454). (Antonio, 1999: 151)

4. Rukun- rukun Mudharabah antara lain: (Karim, 2006: 205) a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

b. Objek Mudharabah (modal dan kerja) c. Persetujuan kedua belah pihak (Ijab Qabul) d. Nisbah bagi hasil.

5. Jenis-jenis Mudharabah

Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu (Sudarsono, 2005: 59-60) :

a. Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

b. Mudharabah Muqayyadah (restricted mudharabah atau speciefied mudharabah) adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya si mudharib dibatasi dengan batasan usaha, waktu dan tempat usaha. Dan adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis usaha.

Mudharabah muqayyadah terbagi menjadi dua yaitu:

(49)

1) Mudharabah muqayyadah on Balance sheet yaitu simpanan khusus (restricted investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat- syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.

2) Mudharabah muqayyadah off Balance sheet yaitu penyaluran dana langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha dan pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dalam pelaksanaan usahanya.

6. Nisbah Keuntungan (Karim, 2006: 206)

a. Prosentase, nisbah keuntungan yang harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal.

b. Bagi Untung dan Bagi Rugi, ketentuan itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong kedalam kontrak investasi (natural uncertainty contracs). Dalam kontrak ini return tergantung kepada kinerja sektor riilnya, bila laba bisnisnya besar kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula akan tetapi bila labanya kecil maka bagiannya kecil juga, jadi filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk nominal.

c. Jaminan, tujuan pengenaan jaminan dalam akad mudharabah adalah untuk menghindari moral hazard mudharib bukan untuk “mengamankan” nilai

(50)

investasi kita jika terjadi kerugian karena faktor risiko binis. Tegasnya bila kerugian yang timbul disebabkan karena faktor risiko bisnis, jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shohibul maal.

d. Menentukan Besarnya Nisbah, besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul sebagi hasil tawar menawar antara shohibul maal dengan mudharib.

e. Cara Menyelesaikan Kerugian. Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah:

1) Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan pelindung modal.

2) Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok modal.

7. Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. (Antonio, 2001: 97) Pada sisi penghimpun dana, mudharabah diterapkan:

a. Tabungan berjangka yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus seperti tabungan haji, tabungan kurban dan deposito biasa.

b. Deposito spesial dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu misalnya murabahah saja atau ijarah saja.

Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan:

a. Pembiayaan modal kerja seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

(51)

b. Investasi khusus disebut juga mudharabah muqayyadah dimana sumber dana khusus dengan syarat- syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

Dana-dana ini dapat berbentuk giro wadiah, tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu yang bervariasi, dana-dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank ke dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan earning asset (pendapatan aktiva) dan keuntungan dari penyaluran pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan pemilik DP-3. Dimana bila terjadi keuntungan laba tersebut dibagi menurut nisbah bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan bila rugi penyandang modal (shahibul maal) yang akan menanggung kerugian finansialnya. Pihak yang mengkontribusikan jasanya (mudharib) tidak menanggung kerugian finansial apapun karena ia memang tidak memberikan kontribusi apapun, bentuk kerugian yang ditanggung oleh pihak mudharib berupa hilangnya waktu dan usaha yang selama ini sudah ia kerahkan tanpa mendapat imbalan apapun.

8. Manfaat dan Risiko Mudharabah (Antonio, 1999: 152-153).

a. Manfaat Mudharabah

1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan mengalami negative spread.

Referensi

Dokumen terkait

Cabang Pembantu Kisaran menjalankan kegiatan pembiayaan mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Pembiayaan yang telah disesuaikan dengan ketentuan Bank Indonesia dan fatwa DSN

mudharabah baik untuk calon mudharib perorangan atau untuk badan usaha. Usaha mudharib telah sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan PT. Bank Negara Indonesia Syariah

Menurut Penjelasan Pasal 19 Huruf (c) UU Perbankan Syariah maka diketahui bahwa pembiayaan Mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan pembiayaan KPR BTN iB periode 2010- 2011 dan juga cara Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Kata Kunci : Manajemen Risiko, Manajemen Risiko Pembiayaan Mudharabah , Penilaian Likuiditas. Dinamika perkembangan perbankan syariah di Indonesia tumbuh semakin

Kantor Cabang Syariah Surabaya teller memiliki kualifikasi, diantaranya adalah memiliki keahlian (knowledge and skill) dan integritas tinggi dilihat dari kejujuran

31 dalam Meningkatkan Laba dan Market Share pada Produk Pembiayaan Mudharabah (Studi PT. Bank BNI Syariah cabang Makassar) dalam penelitian ini adalah kualitatif

Pembahasan mengenai kesesuai pengakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada Bank BTN Syariah Cabang Makassar dengan PSAK 105 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan atas pembiayaan