FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN BASIS EKONOMI DI KOTA MALANG
(Gatot Subroto1, Hart Arsy Nesiaestetika1, Dewi Arimbi1, Eko Budi Santoso2, Siti Nurlaela2)
1 Magister Jurusan Arsitektur Alur Manajemen Pembangunan Kota ITS 2Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS
Pertumbuhan suatu kota dipengaruhi oleh pertumbuhan pada sektor ekonominya. Pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat seiring dengan perbaikan - perbaikan yang ada pada sektor pendorong ekonomi. Keberhasilan pembangunan daerah juga dinilai dari kemampuan daerah tersebut untuk mencukupi kebutuhan masyarakatnya dan mengembangkan segala potensi yang ada.Setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda, ini dapat terlihat dari keunggulan masing - masing sektor ekonomi. Tentu saja dengan keanekaragaman karakter daerah yang ada, maka berbeda pula keunggulan dari sektor -sektor ekonomi tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) identifikasi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Kota Malang, (2) identifikasi pergeseran ekonomi basis yang terjadi di Kota Malang. Dari analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan / basis Kota
Malang pada periode 2005 – 2014 telah mengalami perubahan yang semula bertumpu pada
sektor primer-sekunder (pertanian-perdagangan) menjadi bertumpu pada sektor sekunder-tersier.(perdagangan-industri pengolahan dan jasa), telah terjadi Pergeseran struktur ekonomi di Kota Malang dari struktur ekonomi pertanian ke struktur ekonomi industri, perdagangan, keuangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeser an konstribusi terhadap PDRB dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan, keuangan dan jasa di Kota Malang.
(Kata Kunci: Ekonomi, Pergeseran Ekonomi, Sektor Basis, Kota Malang)
PENDAHULUAN
Suatu pembangunan daerah merupakan motor dari pembangunan nasional, karena tanpa dukungan dari daerah – daerah yang ada maka pembangunan nasional akan sulit untuk tercapai. Sama halnya dengan motto yang diusung oleh pembangunan nasional, pembangunan daerah pun juga dari, oleh, dan untuk daerah tersebut. Jadi pembangunan daerah adalah buah dari inovasi dan kombinasi daerah itu sendiri untuk pencapaian kemajuan dan kesejahteraan bersama. Salah satu indikator tercapainya suatu pembangunan daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat kearah signifikan. Artinya pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat seiring dengan perbaikan - perbaikan yang ada pada sektor pendorong ekonomi. Keberhasilan pembangunan daerah juga dinilai dari kemampuan daerah tersebut untuk mencukupi kebutuhan
masyarakatnya dan mengembangkan segala potensi yang ada.Setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda, ini dapat terlihat dari keunggulan masing - masing sektor ekonomi. Tentu saja dengan keanekaragaman karakter daerah yang ada, maka berbeda pula keunggulan dari sektor-sektor ekonomi tersebut.
pendidikan dan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Rencana perkembangan kota Malang merupakan salah satu perencanaan kota yang terbaik di Hindia Belanda waktu itu. Tentu saja hal ini tidak luput dari orang-orang yang ada dibalik rencana tersebut. Selain walikota Malang pertama yaitu: H.I. Bussemaker (1919-1929), juga tak bisa lepas dari peran perencana kota yang terkenal pada waktu itu yaitu: Ir. Herman Thomas Karsten. Antara tahun 1914-1929, Malang sudah mempunyai 8 tahap perencanaan kota yang pasti. Masing-masing tahapan tersebut dinamakan sebagai Bouwplan I s/d VIII. Tujuan utama dari perluasan ini adalah pengendalian bentuk kota akibat dari pertambahan penduduk serta kemajuan ekonomi yang sangat cepat.
”The city is The People”, kota adalah manusia yang menghuninya, demikian sering dikatakan oleh para ahli perkotaan. Seperti halnya semua kota-kota kolonial di Jawa pada umumnya, Kota Malang juga dihuni oleh sebuah masyarakat yang majemuk. Masyarakat inilah yang membentuk pola permukiman di Kota Malang sebelum tahun 1900. Kota-kota kolonial di Jawa antara tahun 1800 sampai tahun 1900 punya ciri khas, alun-alun sebagai pusatnya. Bentuk-bentuk kotanya juga ditujukan terutama pada kepentingan ekonomi. Dimana kepentingan produksi pertanian serta distribusi memegang peran penting dalam perekonomian Kolonial. (Handinoto, 1992).
Sejak era otonomi daerah dan reformasi, pertumbuhan Kota Malang banyak terjadi dengan sangat cepat yang ditandai dengan berkembangnya jasa pendidikan skala nasional, keterkaitan dengan simpul transportasi regional dan pariwisata nasional dengan wilayah di sekitarnya terutama Kota Batu. Dengan demikian muncul peran-peran baru Kota Malang yang terus berkembang dan perubahan struktur ekonomiyang berdampak luas dalam perkembangan kota Malang.
TINJAUAN TEORI
1. Urban Growth (Pertumbuhan Kota) Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, yaitu perubahan politik, struktur sosial, nilai sosial, dan struktur kegiatan perekonomiannya, Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan bertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa sektor primer (pertanian), (2) meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), dan (3) pangsa sektor tersier (jasa) juga memberikan kontribusi yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 1998). Selanjutnya terkait dengan perkembangan kota maka ada beberapa teori yang banyak di adopsi oleh kota-kota di dunia adalah:
a. Central Place
b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base)
c. Teori Basis Ekspor (Export Base Theory)
2. Economic Shift (PergeseranEkonomi) Teori Basis Ekspor
Teori basis ekspor adalah bentuk model pendapatan yang paling sederhana. Teori ini menyederhanakan suatu sistem regional menjadi dua bagian yaitu daerah yang bersangkutan dan daerah-daerah lainnya. Masyarakat di dalam satu wilayah dinyatakan sebagai suatu sistem sosial ekonomi. Sebagai suatu sistem, keseluruhan masyarakat melakukan perdagangan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya.
pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya, berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis (Richardson 1977). Selain itu terdapat juga beberapa model pertumbuhan seperti: a. Teori Inovasi Schum Peter
b. Model Pertumbuhan Harrot-Domar c. Model Input-Output Leontief d. Model Pertumbuhan Lewis
e. Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
3. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share adalah analisis yang bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Analisis shift share digunakan pula untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi wilayah sehingga dapat diidentifikasi penyebab-penyebab pertumbuhan ekonomi sekaligus potensi pengembangannya di masa akan datang. Hasil analisis shift share akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB Kota Malang dibandingkan Provinsi Jawa Timur.
Analisis Shift Share membagi pertumbuhan wilayah dalam tiga komponen. Pertama, komponen Share yang menjelaskan bahwa pertumbuhan wilayah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional. Kedua, komponen mix menjelaskan relatif kecepatan pertumbuhan wilayah dibanding nasional. Ketiga komponen competitive, menjelaskan relatif keunggulan kompetitif suatu sektor dalam wilayah dibanding secara nasional. Sektor yang memiliki keunggulan kompetitif berarti di dalamnya memiliki lingkungan yang kondusif bagi perkembangan sektor yang bersangkutan (Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri, 2001:52)
Menurut Prasetyo Soepomo (1993) bentuk umum persamaan analisis shift share adalah
Dij = Nij + Mij + Cij.
Dimana Dij adalah pengaruh total dari pengaruh pertumbuhan nasional (Nij), bauran industry (Mij) dan keunggulan kompetitif (Cij). Data yang digunakan dalam analisis shift share ini adalah PDRB Kota Malang dan Jawa Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan. Penggunaan data harga konstan dengan tahun dasar yang sama agar bobotnya (nilai riilnya) bisa sama dan perbandingan menjadi valid (Tarigan, 2007).
4. Analisis Location Quotient (LQ) Didasarkan pada Teori Basis Ekonomi Menentukan sektor ekonomi basis (ekspor) dan non-basis Ekonomi diasumsikan
tertutup Asumsi lain: “Jika suatu daerah
lebih berspesialisasi dibanding negara dalam menghasilkan produk tertentu (LQ>1), maka ia akan mengekspor barang tersebut. Hasilnya hanya digunakan untuk mengetahui struktur ekonomi, bukan untuk projeksi.
LQ > 1 : Daerah j lebih berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan sektor i nasional.
LQ < 1 : Daerah j tidak berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan sektor i nasional
LQ = 1: Baik daerah j maupun nasional sama derajatnya dalam memproduksi sektor i.
PEMBAHASAN
pertumbuhan ekonomi Kota Malang dengan Provinsi Jawa Timur periode 2012-2015.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Kota Malang periode 2012-2015
Selanjutnya untuk melihat struktur ekonomi dan sektor yang paling berkembang yang menggambarkan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Malang maka perlu melihat hasil analisis LQ dan Shift Share. Berdasarkan hasil olah data PDRB dengan menggunakan metode Location Quotient, sektor yang memiliki indeks LQ lebih besar dari satu (1) dan merupakan sektor basis ekonomi di Kota Malang adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,66, Sektor basis terbesar kedua dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,52 adalah sektor Jasa-jasa/ service, Sektor ke tiga yang juga merupakan sektor basis adalah sektor industri pengolahan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,26, . Adapaun sektor basis yang ke empat yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restauran sebesar 1,21.
Sektor Transformasi Sektoral
Periode (2005-Pertambangan <1 Non
Basis
Sektor Transformasi Sektoral
Periode (2005-Pengangkutan <1 Non
Basis
Sumber : Bappeda Kota Malang
pendapatan rendah yang ditandai dengan nilai indeks williamson yang 0,00 sedang terkait dengan keunggulan wilayah maka berdasarkan tipology Klassen maka Kota Malang masuk dalam kategori daerah maju dan tumbuh dengan pesat.
WILAYAH
KOTA MALANG Tinggi
(5,96)
Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Kota Malang
1. Sumber Daya Manusia 2. Sumber Daya Alam
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 4. Budaya
5. Sumber Daya Modal
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka struktur perekonomian Kota Malang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sektor unggulan / basis kota malang pada periode 2005 – 2014 telah mengalami perubahan yang semula bertumpu pada sektor primer-sekunder (pertanian-perdagangan) menjadi bertumpu pada sektor sekunder-tersier.(perdagangan-industri
pengolahan dan jasa)
2. Struktur ekonomi daerah berdasarkan hasil analisis shift share untuk konstribusi PDRB Kota Malang dari komponen jumlah (total), semua sektor lapangan usaha di Kota Malang menunjukkan nilai positif, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang paling besar dalam memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan PDRB di Kota Malang yakni sebesar Rp 6,652,523.78 (35,66 %) diikuti sektor industri pengolahan sebesar Rp 6,319,409.35 (33,87 %), sektor jasa-jasa sebesar Rp 2,200,305.84 (11,79%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 2,101,397.28 (11,26%),
3. Telah terjadi Pergeseran struktur ekonomi di Kota Malang dari struktur ekonomi pertanian ke struktur ekonomi industri, perdagangan, keuangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran konstribusi terhadap PDRB dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan, keuangan dan jasa di Kota Malang.
4. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kota malang adalah ketersediaan SDM, efek SDA daerah di sekitarnya, Perkembangan Teknologi dan budaya.
5. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Kota Malang sangat baik yang ditandai dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, IPM yang tinggi, Disparitas pendapatan yang rendah dan masuk dalam kategori daerah maju dan tumbuh pesat.
Handinoto. Perkembangan Kota Malang Pada Jaman Kolonial (1914-1940). Dimensi 22/ September 1996
Glasson, John,1977. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.
Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri, 2001. Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, sosial dan Lingkungan. LP3ES, Jakarta.
Richardson, Harry W, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Paul Sitohang, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.
Siagian, Sondang P, 1984. Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional. Gunung Agung, Jakarta.
Timur Provinsi Sumatera Utara, Pustaka Bangsa Press.
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang.
Supartono, 2003. Pergeseran Struktur Perekonomian Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa di Kabupaten Malang Tahun 1990-1999. Jurnal IPM Agritek Vol.11 No.4 Hal:746-752 Malang. Prasetyo Soepomo, 1993. Analisis Shift
Share, Perkembangan dan Penerapannya. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Tarigan, Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi Aksara, Cetakan Keempat, Jakarta. Todaro, Michael P, 1998. Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga, Edisi Keenam, Jakarta.