• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean

Apabila pihak franchisor berada di dalam daerah pabean, maka atas penyerahan merek tersebut PPN dikenakan atas penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Sedangkan apabila pihak franchisor berada di luar daerah pabean, maka termasuk dalam pengertian pemanfaatan Barang Kena Pajak (BKP) Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean.

(2)

Pasal 3

(1) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dihitung dengan cara sebagai berikut:

10% (sepuluh persen) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak, jika dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai; atau

10/110 (sepuluh per seratus sepuluh) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak, jika dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

(2) Dalam hal tidak ditemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis untuk jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ditemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis akan tetapi tidak dengan tegas dinyatakan bahwa dalam jumlah kontrak atau

perjanjian sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

Pasal 4

Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terjadi pada saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean tersebut.

Pasal 5

(3)

a. saat Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya;

b. saat harga perolehan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;

c. saat harga jual Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau

d. saat harga perolehan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya.

(2) Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diketahui, saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 6

(1) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib dipungut dan disetorkan seluruhnya ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2) Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menggunakan Surat Setoran Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, dengan ketentuan pengisian sebagai berikut:

a. pada kolom “Nama WP” dan “Alamat WP” diisi nama dan alamat orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean.

b. pada kolom “NPWP” diisi dengan angka 0 (nol), kecuali kode Kantor Pelayanan Pajak diisi dengan kode Kantor Pelayanan Pajak dari pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak.

c. pada kotak “Wajib Pajak/Penyetor” diisi nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak.

(4)

(1) Bagi Pengusaha Kena Pajak, Pajak Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bulan terutangnya pajak.

(2) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlakukan sebagai laporan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

(3) Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak

Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan mempergunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut paling lama akhir bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.

pasal 9

Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 568/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penghitungan, Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Penutup

Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP Tidak Berwujud dan JKP dari luar Daerah Pabean wajib memungut, menyetor, dan melaporkan sendiri PPN yang terutang. Apabila PKP terlambat setor, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran. Identitas pembayar pajak harus diisi dengan nama Wajib Pajak Luar Negeri sedangkan NPWP diisi dengan angka "0", kecuali kode KPP diisi dengan kode KPP tempat Wajib Pajak Dalam negeri yang memanfaatkan BKP/JKP terdaftar. Apabila pengisian SSP tidak sesuai maka atas pemungutan PPN tersebut tidak boleh dikreditkan dalam SPT Masa PPN.

Contoh Kasus

PT. XYZ (NPWP 01.234.567.8-011.000) adalah Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di bidang industri perlengkapan olahraga, seperti sepatu, bola, dan lain-lain. PT. XYZ dalam salah satu produksinya menggunakan desain model sepatu yang diperoleh dari ABC Ltd yang berasal dari Amerika Serikat. Pada tanggal 10 Januari 2014 ditandatangani kontrak dengan kesepakatan bahwa royalti yang akan dibayarkan kepada ABC Ltd adalah sebesar US$ 5 per pasang sepatu yang diproduksi dan diekspor.

(5)

1. 25 Februari 2014, sepatu yang didasarkan pada desain model sepatu dari ABC Ltd mulai diproduksi.

2. 10 Mei 2014, dilakukan ekspor 40.000 pasang sepatu ke Eropa senilai US$ 4,000,000.00.

3. 15 Juni 2014, PT. XYZ melakukan penyetoran PPN terutang atas pemanfaatan desain model sepatu terkait dengan ekspor pada tanggal 10 Mei 2014, dengan asumsi nilai kurs KMK US$ 1 = Rp 10.000,00

4. 20 Juni 2014, dilakukan ekspor 60.000 pasang sepatu ke Eropa senilai US$ 6,000,000.00.

5. 30 Juni 2014, dilakukan pembayaran atas pemanfaatan desain model sepatu dengan nilai US$ 500,000.00.

6. 15 Juli 2014 PT. XYZ melakukan penyetoran PPN terutang atas pemanfaatan desain model sepatu terkait dengan ekspor pada tanggal 20 Juni 2014, dengan asumsi kurs KMK US$ 1 = Rp 9.500,00

Pertanyaan:

1. Apakah atas transaksi di atas terutang PPN?

2. Apabila terutang:

 Atas transaksi apa?

 Kapan saat terutang PPN?

 Berapa DPP?

 Berapa PPN yang terutang?

 Bagaimana cara penyetoran PPN yang terutang?

Jawaban:

1. Atas transaksi di atas terutang PPN.

(6)

3. Saat terutang PPN atas penggunaan desain model sepatu tersebut adalah tanggal 10 Mei 2014, yaitu pada desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd. dimanfaatkan oleh PT A untuk memproduksi dan mengekspor 40.000 pasang sepatu; dan tanggal 20 Juni 2014, yaitu pada desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd. dimanfaatkan oleh PT A untuk memproduksi dan mengekspor 60.000 pasang sepatu.

4. DPP PPN terutang untuk royalti atas penjualan ekspor tanggal 10 Mei 2014 adalah US$ 5 X 40.000 = US$200,000.00. ; dan DPP PPN terutang untuk royalti atas penjualan ekspor tanggal 20 Juni 2014 adalah US$ 5 X 60.000 = US$300,000.00.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa benar dengan demikian Terdakwa pergi meninggalkan kesatuan tanpa ijin dari Komandan Satuannya atau atasan lain yang berwenang sejak tanggal 16 Oktober 2015 sampai dengan

Strategi penurunan infeksi HAIs di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta yaitu dapat dengan pemutusan rantai infeksi (melalui menjaga kebersihan tangan, penggunaan APD,

1) Melaksanakan pengumpulan, pengentrian, penyimpanan (pengarsipan) dan penyebaran data meteorologi baik berupa data hardcopy maupun data digital. 2) Melaksanakan/membantu

sekolah dasar di Singapura melalui kontak pribadi para peneliti yang kemudian diisi secara anonim. Sebanyak 85 kuesioner dikembalikan dengan data yang dapat

Anda akan melihat bahwa Anda harus menggunakan literatur untuk menjelaskan penelitian Anda - setelah semua, Anda tidak menulis tinjauan literatur  hanya untuk memberitahu pembaca

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ariyanti (2012) di RSUD Singaperbangsa Karawang menunjukkan dari 56 responden, sebanyak 22 orang yang

Pengukuran tingkat capaian kinerja Pengadilan Negeri Kota Timika tahun 2016, dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator kinerja yang

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putrady dan Haryanto (2014), Wibisono (2012), serta Ibrahim dan Raharja (2014) yang menyatakan bahwa