STRATEGI PERLINDUNGAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT
R. Yando Zakaria (antropolog)
Bahan bacaan yang dipersiapkan untuk
Focus Group
Discussion Background Study
Penyusunan RPJMN
2020 – 2024 Bidang Kebudayaan, dengan tema “Hak
Berkebudayaan Masyarakat Adat”, diselenggarakan oleh
Konstitusionalitas pengakuan dan pelindungan hak masyarakat adat
Pra-Amandemen
• II. Dalam territoir Negara
Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen”
dan“Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali,
negeri di Minangkabau, dusun dan
marga di Palembang dan
sebagainya. Daerah-daerah itu
mempunyai susunan asli dan oleh
karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia
menghormati kedudukan
daerah-daerah istimewa tersebut dan
segala peraturan negara yang mengenai daerah itu akan
mengingati hak-hak asal-usul
daerah tersebut”.
Pasca-amandemen
• Pasal 18B ayat (2):
• Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
• Pasal 28i ayat (3):
• Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
Keniscayaan UU ttg. (Hak) Masyarakat Adat
• Pasal 18B ayat (2) memang menyatakan bahwa pengaturan lebih
lanjut pengakuan atas hak masyarakat adat ini ‘diatur dalam undang-undang’. Artinya, tidak perlu ada undang-undang khusus yang
mengatur pengakuan itu. Namun, masalahnya,
• Sistem ‘pengakuan bersyarat’ pada perkembangan selanjutnya bermuara pada
munculnya berbagai macam defenisi dan syarat yang tidak sejalan satu sama lainnya.
• Munculnya logika hukum ‘pengakuan subyek mendahului pengakuan hak’ yang
bermuara pada kebutuhan pada kelembagaan yang berwenang untuk memutuskan tentang ‘ada tidaknya suatu masyarakat’
• Kerangka hukum turunan yang tersedia saat ini terlalu melihat
masyarakat adat sebagai entitas politis, sehingga perlu mekanisme pengakuan sedemikian rupa. Padahal banyak dari hak masyarakat adat itu merupakan hak-hak yang bersifat keperdataan saja.
• Dengak kata lain, kerangka hukum yang tersedia, yang marak muncul pasca
Putusan MK 35 Tahun 2012, tidak sesuai dengan realitas sosio-antropologis masyarakat adat hari ini.
• Ada hak masyarakat adat yang meski telah diakui oleh Putusan MK,
Empat arah utama pengaturan ke depan
•
Berpedoman pada hasil amandemen UU 1945
à
perlu
mengadopsi terma baru
à
Dari KMHA/MHA menjadi MA
•
Dari fokus kepada pengakuan subyek menjadi fokus
kepada pengakuan obyek (dan mekanime pengakuan
subyek menyertai karakter obyek yang akan diakui)
•
Mekanisme pengakuan dan perlindungan:
• Hak masyarakat adat ada yang bersifat publik dan ada yang
bersifat privat à membutuhkan mekanisme pengkauan subyek dan obyek yang berbeda-beda
•
Kelembagaan
à
Dari kelembagaan khusus menjadi
maintreaming
peran K/L sektoral dgn pengawasan dan
Defenisi
…
Masyarakat Adat adalah sekelompok orang
perseorangan yang hidup secara turun temurun di
wilayah geografis tertentu dan diikat oleh identitas
budaya, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah
dan sumber daya alam di wilayah adatnya, serta
sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, dan hukum, baik yang diatur melalui
suatu lembaga adat yang memiliki otoritas untuk
mengatur warganya maupun tidak, sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Hak Masyarakat Adat
Diatur menurut per-UU-an yang ada
• hak untuk berkembang/hak
pembangunan
• hak untuk berpartisipasi
• hak lingkungan yang baik dan sehat
• hak untuk memutuskan
berdasarkan informasi awal dan tanpa paksaan
• hak untuk terbebas dari segala tindakan yang diskriminatif dan menjadi objek kekerasan
• hak melakukan sistem perkawinan
dan waris adat
• jaminan kesehatan
• mata pencaharian/pekerjaan tradisional
Diatur khusus melalui RUU PHMA (versi DPD RI 2018i)
• hak atas identitas budaya
• hak atas penyelenggaraan
pemerintahan
• hak untuk menyelesaikan
sengketa adat dan pelanggaran adat
• hak atas Wilayah Adat dan
tanah adat
• hak atas pengelolaan sumber
daya alam dan ekosistemnya
• hak atas Kekayaan
Intelektual Tradisional
• hak atas spiritualitas
• hak atas pendidikan
Pelindungan & Pemajuan Hak Masyarakat Adat
• Pelindungan dan pemajuan hak masyarakat adat haruslah
operasional, tidak cukup hanya sekedar deklaratif saja.
• Pelindungan (hak masyarakat adat) adalah tindakan oleh
negara yang dilakukan dalam rangka menjamin Masyarakat Adat dapat memenuhi hak asal-usul dan hak
kewarganegaraannya, termasuk upaya-upaya pemajuan Hak Masyarakat Adat, sehingga dapat hidup, tumbuh dan
berkembang, dan berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.
• Pemajuan hak masyarakat adat adalah serangkaian upaya
yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat adat
untuk:
• Melestarian Hak Masyarakat Adat;
• Memberdayaan Masyarakat Adat;
• Mengembangan Hak Masyarakat Adat; dan
CONTOH 1:
PERLINDUNGAN HAK
Pengakuan atas Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat
Pasal 14
䐟
Masyarakat Adat berhak atas Hak Ulayat/Hak Wilayah
Adat.
䐠
Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi hak untuk mengatur, mengelola,
memanfaatkan, dan mengawasi pemanfaatan Hak
Ulayat/Hak Wilayah Adat bagi anggota Masyarakat Adat
dan/atau untuk kepentingan Masyarakat Adat.
䐡
Penyelenggaraan Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
Pasal 15
䐟 Pemerintah Pusat menyelenggarakan pendaftaran Hak
Ulayat/Hak Wilayah Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 bagi Masyarakat Adat.
䐠 Pemerintah Pusat melakukan inventarisasi dan verifikasi
dalam rangka pendaftaran Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat.
䐡 Masyarakat Adat dapat mendaftarkan wilayah adatnya
kepada instansi pemerintah yang mengurus urusan
pendaftaran pertanahan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
䐢 Instansi pemerintah sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) melakukan verifikasi lapangan untuk menentukan keabsahan klaim yang diajukan.
䐣 Penentuan keabsahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat didasarkan pada pedoman verifikasi sistem
Pengakuan atas Hak Atas Tanah
Pasal 16
䐟 Hak atas tanah meliputi:
a. tanah milik bersama; dan
b. tanah milik perorangan.
䐠 Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
didaftarkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
䐡 Pendaftaran tanah adat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan oleh instansi Pemerintah Pusat yang
menyelenggarakan urusan pertanahan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
䐢 Dalam melakukan verifikasi lapangan, Instansi Pemerintah
Pusat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria
Pengaturan tentang
Penggunaan dan Pemanfaatan
Pasal 17
䐟 Hak Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah dapat dimanfaatkan
oleh Pihak Lain melalui pemberian hak sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
䐠 Pemberian hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai
kepada pihak ketiga di wilayah Masyarakat Adat dilakukan dengan syarat kegiatan usaha yang akan dilakukan mendukung kepentingan Masyarakat Adat, memelihara lingkungan hidup, dan pemberiannya dilakukan setelah memperoleh persetujuan tertulis dari Masyarakat Adat yang bersangkutan.
䐡 Dalam hal hak atas tanah sebagaimana sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) hapus karena sebab tertentu, maka:
a) tanahnya kembali dalam penguasaan Masyarakat Adat yang bersangkutan; atau
b) tanahnya kembali dalam penguasaan negara jika Masyarakat Adat yang bersangkutan sudah tidak ada lagi.
䐢 Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
Pasal 18
䐟
Dalam menetapkan fungsi ruang, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah memperhatikan Hak
Ulayat/Hak Wilayah Adat dan hak atas tanah
Masyarakat Adat.
䐠
Hak Masyarakat Adat atas Hak Ulayat/Hak
Wilayah Adat dan hak atas tanah tidak
mengubah fungsi ruang yang telah ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan.
䐡
Penyelenggaraan Hak Masyarakat Adat atas
CONTOH 2:
PEMAJUAN HAK
Pelestarian Hak Masyarakat Adat
Pasal 26
䐟 Pelestarian Hak Masyarakat Adat dilakukan oleh Masyarakat
Adat melalui dukungan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
䐠 Pelestarian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain:
a) inventarisasi;
b) identifikasi;
c) dokumentasi;
d) penelitian;
e) revitalisasi; dan
f) promosi dan publikasi.
a) Masyarakat Adat berhak memperoleh dukungan program
Bagian Ketiga
Pemberdayaan Masyarakat Adat
Pasal 27
䐟 Pemberdayaan Masyarakat Adat dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
䐠 Pemberdayaan Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a) peningkatan kualitas sumber daya manusia;
b) Fasilitasi sarana dan prasarana Pendidikan Layanan Khusus;
c) fasilitasi sarana da prasarana kesehatan; dan
d) pengalokasian anggaran.
䐡 Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, berupa: a) pendidikan;
b) kursus atau pelatihan; dan/atau
c) pendampingan.
䐢 Fasilitasi sarana dan prasarana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diselenggarakan di tempat Masyarakat Adat berada.
䐣 Fasilitasi sarana dan prasarana kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
antara lain:
a) layanan kesehatan dan gizi yang berkualitas;
b) jaminan pembiayaan kesehatan;
c) pengadaan dan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di tempat Masyarakat Adat berada; dan
d) penyediaan air bersih dan sanitasi yang baik.
䐤 Pengalokasian anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan Hak
Masyarakat Adat yang berasal dari: a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
Pengembangan Hak Masyarakat Adat
Pasal 28
䐟
Pengembangan Hak Masyarakat Adat dilakukan oleh
Masyarakat Adat melalui dukungan dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
䐠
Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a) penguatan kelembangaan Masyarakat Adat;
b) peningkatan sumber daya manusia;
c) penelitian dan pengkajian; dan
d) pendampingan.
䐡