• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAKIT BEDAH DAN TULANG.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENYAKIT BEDAH DAN TULANG.doc"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT BEDAH & TULANG

(2)

PENYAKIT BEDAH & TULANG

PENYAKIT BEDAH

Luka adalah terputusnya atau hilangnya kontinuitas jaringan.

Penyebab luka: ~ Trauma

- Trauma tajam - Trauma tumpul

~ Bahan kimia - Basa kuat - Asam kuat

~ Suhu - Dingin - Panas

~ Listrik

~ Ledakan

~ Dll

Trauma

Trauma tajam dan tumpul dapat menyebabkan:

 Luka robek

- Vulnus skisum - Vulnus apertum

 Luka tercabik/vulnus laseratum  Luka tusuk/vulnus iktum

Perbedan trauma tajam dan trauma tumpul

Trauma tajam Trauma

tumpul

1. Tepi luka rata Tepi luka tidak teratur 2. Sudut luka tajam Sudut luka tidak ada

- Salah satunya tajam - Kedua-duanya tajam

Ini tergantung alat yang digunakan

3. Tidak ada jembatan jaringan Ditemukan jembatan jaringan

4. Luka bersih, tidak ada benda asing Luka biasa kotor, dan ada benda asing Dapat menyebabkan luka sampai lapisan paling dalam sampai tulang atau bahkan jaringan yang dilindungi oleh tulang.

Tindakan:

a. Penutupan luka

Sebelum penutupan luka perlu dilihat:

(3)

Sumber perdarahan ada 3 macam: - Arteri (pembuluh nadi)

- Vena (pembuluh balik) - Kapiler

Cara menghentikan perdarahan:

~ Ikat sumber perdarahan --- apabila disentra pelayanan --- benang cat gut.

~ Pemasangan tourniquet --- tidak terlalu dianjurkan. Yang dianjurkan sekarang adalah Bebat Langsung pada Luka.

~ Tutup luka dengan apa saja --- bila tak ada lagi alat yang bisa digunakan. o Melihat ada tidaknya benda asing pada luka

Kalau ada benda asing harus dikeluarkan --- untuk menghindari penyulit pada penyembuhan luka.

o Pembersihan luka:

 Cairan steril (NaCl 0,9%)  Air bersih

o Pembiusan local (anestesi local)

 Lidokain 2%

o Pembersihan jaringan yang mengalami nekrose (nekrotomi) yaitu pembuangan jaringan yang mati.

o Penjahitan luka.

Macam-macam penjahitan luka:

 Penjahitan terputus/satu-satu  Penjahitan sirkuler

 Penjahitan subkutikuler  Penjahitan cara matras

~ Vertikal ~ horisontal

b. Penyembuhan luka

○ Penyembuhan luka secara primer Dilakukan penjahitan luka.

○ Penyembuhan luka secara sekunder

 Luka dibiarkan terbuka.

 Tidak dilakukan penjahitan luka.

c. Penyakit yang terjadi pada proses penyembuhan luka

○ Memar / Hematoma

○ Seroma --- penumpukan cairan (plasma luka) ○ Infeksi

○ Koloid

Luka Bakar

○ Derajat luka bakar ditentukan oleh: ~ Luasnya

(4)

○ Derajat luka bakar: ~ Derajat I (Tingkat I)

 Hanya pada lapisan dermis  Kemerahan pada kulit  Tidak terdapat bulla  Tidak ada nyeri

 Sembuh dalam seminggu

~ Derajat II (Tingkat II)  Mengenai lapisan dermis  Terdapat bulla

 Nyeri sangat hebat  Tampak kemerahan

 Sembuh kurang lebih 2 minggu  Penyebab: air panas, zat kimia.

~ Derajat III (Tingkat III)  Luka bakar lebih dalam  Kadang sampai tulang  Kulit tampak pucat/hitam  Tidak disertai sakit  Sembuh dengan cacat.

○ Penanganan luka bakar:

~ Disiram dengan air dingin/air mengalir kurang lebih 30 menit. ~ Membersihkan luka.

~ Pemberian cairan perinfus.

~ Pemberian analgetik (anti sakit) --- novalgin, tramadol, petidin --- dengan resep dokter).

~ Pemberian antibiotic.

~ ETT (Endo Trakheal Tube). ~ Trakheostomi (jika perlu) ○ Pembagian luka bakar:

Dewasa anak-anak

9 9 9 9 10 10 20 20

9 9

9 9 1% 15 15 9

(5)

9 9 ○ Indikasi rawat inap

1. Penderita syok atau terancam syok

 Anak-anak : Luasnya diatas 10%  Dewasa : Luasnya diatas 15%

2. Letak luka

 Wajah, mata  Tangan, kaki  Perineum

3. Terancam udema laring

 Terhirup asam/udara panas

Persiapan Prabedah

I. Persiapan mental.

II. Persiapan fisik.

a. Persiapan system dan organ

 Suhu tubuh --- normal.

 Kulit (bebas dari penyakit kulit).  Puasa 4 – 6 jam sebelum operasi.  Tekanan darah.

 Saluran nafas.  Saluran cerna.  Fungsi hati.  Fungsi ginjal.

b. Keadaan gizi penderita c. Penyakit pasca operasi:

 Penyakit jantung.  Penyakit paru-paru.  Usia lanjut.

Persiapan pada Anak

~ Berbeda dengan orang dewasa.

~ Anak dan bayi bukanlah miniatur orang dewasa. ~ Dalam keadaan bertumbuh dan berkembang.

~ Diupayakan untuk mengembalikan anatomi dan fungsi organ agar kembali normal. ~ Cadangan kalori, air dan elektrolit yang kurang.

~ Persiapan mental orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya akan dioperasi. ~ Suhu tubuh penderita harus selalu dalam pengawasan.

~ Kadar gula darah harus selalu dipantau terutama neonatus karena belum stabil.

Pembedahan

(6)

bagian tubuh yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.

 Pencegahan infeksi

~ Antisepsis : Adalah cara atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman.

~ Asepsis : Adalah tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan keadaan bebas kuman.

~ Sumber infeksi:

1. Udara

2. Alat dan pembedahan

3. Kulit penderita

4. Viscera

5. Darah

~ Pengendalian infeksi

a. Lingkungan pembedahan

 Lingkungan sekitar tempat pembedahan merupakan darah aseptic.  Udara harus diganti sebanyak 18 - 25 kali setiap jam.

 Suhu udara harus sejuk. b. Personil kamar operasi

 Setiap personil kamar operasi harus tunduk pada teknik asepsis yang berlaku.

personil kamar operasi adalah pembawa kuman yang potensial.

 Disiplin dasar berupa:

1. Hygiene perorangan. 2. Berbicara seperlunya.

3. Membatasi berjalan-jalan bila tidak perlu.

4. Membatasi kontak dengan orang lain diluar kamar operasi. 5. Pemakaian gaun bedah, masker dan tutup kepala yang benar.

6. Pemakaian gaun steril untuk mencegah kontaminasi dari penderita dan ke penderita.

7. Mencuci tangan dengan air mengalir.

 Syarat pakaian dasar bedah:

1. Bersih 2. Ringan

3. Berbahan tipis dan tembus udara. 4. Berlengan pendek.

5. Menutup sampai tungkai bawah. 6. Seragam untuk setiap unit. 7. Tidak perlu steril.

 Syarat gaun bedah:

1. Bersih dan steril.

2. Disediakan diatas meja instrument. 3. Menutup seluruh tubuh secara melingkar. 4. Menutupi leher.

5. Panjangnya sampai dibawah lutut. 6. Terbuat dari bahan tipis dan kuat.

c. Antisepsis

(7)

~ Persiapan kulit bedah.

~ Mencukur rambut pada lapangan operasi.

 Penyucihamaan

~ Gunakan antiseptik yang sama untuk semua ruangan. ~ Desinfeksi dilakukan setelah penderita dibius.

~ Caranya melingkar dari dalam keluar.

 Penutupan lapangan pembedahan:

~ Untuk membatasi/mempersempit lapangan pembedahan. ~ Mengurangi kontaminasi.

d. Sterilasi peralatan bedah  Cara kimiawi

 Glutaradehid 2%

 Untuk dari karet dan plastic.

 Cara pemanasan

 Menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf) ~ 1260 c = 10 menit

~ 1340 c = 5 menit ~ 1210 c = 15 menit

 Menggunakan sterilisator panas  Membakar dengan api spirtus

e. Hemostasis

 Setiap perdarahan harus segera dihentikan.  Caranya:

~ Irigasi dan penyaliran. ~ Elektrokautor.

~ Pemasangan tourniquet. ~ Hipotensi

f. Penyaliran

 Dilakukan setelah luka dibedah ditutup.  Dapat secara pasif maupun aktif.

 Dicabut segera mungkin. g. Antibiotik profilaksis

h. Pencegahan infeksi silang.

Cara Penjahitan Luka

Penjahitan luka dimaksudkan untuk mempertemukan dan mempertahankan posisi kedua permukaan tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya luka dapat sembuh perprimen intentionem.

Cara penjahitan luka:

1. Jahitan simpul tunggal terputus.

2. Jahitan jelujur

(8)

3. Jahitan matraks a. Matraks vertical

b. Matraks vertikal

4. Intrakutan

5. Stapler 6. Agrafe

Perawatan Luka Bedah

1. Luka bedah yang sudah dijahit harus ditutup ○ Mencegah terjadinya infeksi

○ Menyerap cairan dari luka ○ Luka tidak menjadi kering. ○ Menghindari gerakan penderita ○ Psikologi penderita.

2. Penutup luka yang basah harus diganti. 3. Pentup luka dibiarkan 48 jam pertama. 4. Pengambilan benang antara 4 – 12 hari.

Masa Pulih

 Masa pulih dimulai sejak pasien selesai ditangani secara bedah, sampai penderita sadar sempurna dan dapat dipindahkan keruang perawatan.

 Penderita dipindahkan dari ruang bedah keruang pemulihan dalam keadaan tidak sadar atau setengah sadar.

 Posisi penderita saat dipindahkan adalah baring tanpa bantal dan kepala dimiringkan.  Jarak antara ruang bedah dan ruang pemulihan tidak terlalu jauh.

 Yang harus tersedia didalam ruang pemulihan adalah:

 Perawat khusus yang berpengalaman menangani keadaan kritis.  Oksigen dan perangkat pemberiannya.

 Nampan trakeostomi.

 Perangkat pencegahan syok; seperti:

(9)

~ Lampu tempat tidur.

~ Peralatan balut-membalut dan perawatan luka.

 Yang terpenting dalam perawatan masa pulih adalah pengawasan jalan napas.  Setiap tindakan bedah harus selalu dianggap besar.

Perawatan Paska Bedah

○ Pembedahan adalah merupakan trauma yang akan menyebabkan perubahan secara fisiologis sebagai respon terhadap trauma.

○ Perintah dokter untuk perawatan paska bedah harus ditulis secara jelas dan rapi.

○ Sebaiknya disediakan lembar khusus yang berisi petunjuk dan tindakan yang harus dikerjakan oleh perawat.

○ Lembar khusus berisi:

~ Pengukuran/pemantauan tanda vital (dicatat cara dan waktunya)

 Denyut nadi  Tekanan darah  Suhu badan

 TVS (tekanan vena sentral)

~ Sikap tubuh penderita.

~ Cairan yang masuk (jumlah dan waktunya)

 Infus (jumlah waktu, jenis)  Cara lain

~ Cairan yang keluar (jumlah dan waktunya)

 Urine

 Cairan sonde lambung  Perdarahan

 Saliran (drainase)

~ Jenis obat (jumlah, waktu, cara pemberian)

 Antibiotik  Analgetik  Sedatif

~ Oksigen (jumlah dan waktu) ~ Foto roentgen (waktu)

~ Pemeriksan laboratorium (waktu)

Penyakit Paska Bedah

1. Nyeri 11.Hematoma

2. Demam 12.Parotitis

3. Takikardia 13.Sistem respiratorius

4. Batuk dan sesak napas 14.Gangguan jantung 5. Kolaps dan pemburukan keadaan umum. 15.Gangguan saluran cerna

6. Mual/muntah 16.Cedera saraf

7. Gangguan traktus urinarius 17.Dekubitus 8. Perubahan keadaan mental 18.Trombosis vena 9. Ikterus

(10)

PATAH TULANG

 Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan, yang umumnya akibat rudapaksa.

 Penyababnya akibat:

○ Trauma tumpul ○ Trauma tajam

 Berat ringannya patah tulang tergantung pada:

○ Jenis trauma ○ Kekuatan trauma ○ Arah trauma

 Patah tulang didekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan luksasi

(pergeseran) sendi yang disebut fraktur dislokasi.

Klasifikasi Patah Tulang

1. Patah tulang tertutup.

2. Patah tulang terbuka

Dibagi menjadi 3 derajat berdasarkan berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.

Derajat I

 Luka: laserasi kurang dari 2 cm.  Fraktur:

* Sederhana * Dislokasi * Fragmen * Minimal  Derajat II

 Luka:

* laserasi lebih dari 2 cm. * Kontusi otot disekitarnya.

 Fraktur:

* Dislokasi * Fragmen jelas  Derajat III

 Luka:

* Luka lebar

* Rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya.

 Fraktur:

* Kominutif * Segmental

* Fragmen tulang ada yang hilang Cat:

(11)

Diagnosis

 Anamnesis

* Riwayat trauma * Kuatnya trauma  Inspeksi

* Bandingkan antar kiri dan kanan  Palpasi

* Menilai nyeri  Gerakan

* Aktif/fasif

 Pemeriksaan radiologis

* Untuk menentukan pengololahan yang tepat dan optimal. * Melihat jenis fraktur.

 Syarat foto yang baik:

~ Patah tulang dipertengahan foto.

~ Persendian proximal dan distal terlihat. ~ Dua foto dengan dua arah bersilangan 900. ~ Sinar menembus secara tegak lurus

Tahap-Tahap Pengobatan Fraktur

1. Pembersihan luka.

2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati. 3. Pengobatan fraktur itu sendiri.

4. Penutupan luka.

5. Pemberian obat antibiotic. 6. Pencegahan tetanus.

Komplikasi

1. Perdarahan, syok, septic --- kematian. 2. Tetanus.

3. Gangren.

4. Septikimia, toksemia oleh karena infeksi. 5. Perdarahan sekunder.

6. Osteomylitis kronik.

7. Delayet union (penyembuhan lama), non union (tak bersambung), mal union (terjadi gangguan dalam penyambungan luka).

8. Kekakuan sendi.

9. Komplikasi akibat perawatan yang lama.

OSTEOMILITIS

(12)

~ Osteomilitis akut ~ Osteomilitis sub akut ~ Osteomilitis kronik

I. Osteomilitis akut

* Adalah infeksi tulang dan sumsum yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain.

* Ditemukan pada anak-anak, jarang pada orang dewasa. ○ Etiologi

 Stafilokokus aureus hemolitikus  Hemofilus influenza

 Pneumokokus, s.tifosa, pseudomonas dll.

Faktor predisposisi  Umur (usia muda)

 Jenis kelamin (anak laki-laki lebih sering)  Trauma

 Lokasi: metafisis tulang panjang

 Nutrisi: lingkungan dan imunitas yang buruk

Teori terjadinya osteomilits pada metafisis

* Teori vaskuler

Vaskuler pada metafisis berkelok-kelok dan membentuk sinus-sinus sehingga aliran darah menjadi dilambat.

* Teori fagositosis

 Daerah metafisis merupakan tempat pembentukan sel-sel darah merah

(retikuloendotel)

 Terdapat fagosit yang matur dan imatur.

 Fagosit yang matur dapat memakan bakteri tapi yang imatur tidak dapat dan

inilah yang berkembang biak. ○ Teori trauma

Bila trauma artificial dilakukan pada binatang percobaan --- hematoma pada daerah lempeng epefisis. Dengan pengambilan bakteri intravena, akan terjadi infeksi pada daerah yang hematom.

Gambaran klinis  Nyeri

 Gangguan pergerakan sendi  Demam

 Malaise

 Nafsu makan menurun

Pemeriksaan laboratorium  Leukositosis

 LED (normal 0 – 10 ml --- 1 jam pertama)  Kultur dan uji sensitivitas

 Biopsi

Pemeriksaan radiologist

* Photo toraks

(13)

- Pembentukan jaringan lunak - Distruksi tulang setelah 2 minggu * USG

- Efusi (penimbunan cairan) pada sendi ○ Komplikasi

 Septikimia

 Infeksi yang bersifat metastalik  Artritis supuratif

 Gangguan pertumbuhan  Osteomilitis kronik

Pengobatan  Isterahat  Obat-obatan

* Analgetik, antibiotika

 Isterahat local  Drainase bedah

II. Osteomilitis Sub Akut

* Ditemukan pada anak-anak dan remaja.

* Terdapat kavitas yang dilingkari jaringan granulasi ○ Gambaran Klinis

 Artropi otot  Nyeri local

 Pembengkakan sendi

 Nyeri berlangsung beberapa minggu --- beberapa bulan.  Suhu badan normal

Diagnosis

 Pemeriksaan laboratorium

~ Leukosit biasanya normal ~ LED meningkat

 Pemeriksaan radiologist

~ Ditemukan pada daerah metafisis tulang panjang ○ Pengobatan

 Antibiotika selama 6 minggu

III. Osteomilitis Kronis

* Merupakan lanjutan dari osteomilitis yang tidak terdiagnosa atau tidak diobati dengan baik.

* Akibat fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.

Etiologi

 Stapilokokus aureus  E.Coli

 Proteus  Pseudomonas

(14)

 Nyeri yang hilang timbul  Terdapat fistel atau sikatris  Keluar cairan dari fistel

Diagnosis

 Pemeriksaan laboratorium

~ Leukositosis ~ LED meningkat

~ Kultur dan uji sensitifitas

 Pemeriksaan radiologist

~ Porosis dan sclerosis tulang

~ Perubahan periost (pinggir tulang) ~ Elevasi periostium

Pengobatan

1. Pemberian antibiotic

 Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat.  Mengontrol eksaserbasi akut.

2. Operasi

 Setelah pemberian dan pemayungan AB.  Setelah fase eksaserbasi akut telah reda.

Tujuan operasi:

 Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, selanjutnya dilakukan drainase dan

irigasi selama beberapa hari.

 Sebagai dekompresi agar AB mudah mencapai sasaran dan mencegah

penyebaran.

OSTEOPOROSIS

Merupakan kelainan metabolic tulang dimana terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang.

Insidens

Laki-laki : perempuan = 1 : 2 – 4

Etiologi

 Merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara factor genetic dan

lingkungan.

 Faktor predisposisi

a. Usia lanjut b. Ras = kulit putih c. Faktor keturunan d. Skeliosis

e. Aktifitas fisik yang kurang f. Tidak pernah melahirkan g. Menapause

h. Gizi

(15)

Gambaran Klinis

1. Nyeri tulang 2. Deformitas tulang

Diagnosis

 Pemeriksaan fisis  Pemeriksaan radiologis

Penatalaksanaan

1. Diet TKTP

2. Pemberian kalsium dosis tinggi 3. Pemberian vitamin D dosis tinggi 4. Pemasangan penyangga tulang 5. Pencegahan:

a. Hindari factor resiko

b. Penanganan fraktur yang tinggi

ARTRITIS REUMATOID

Adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi dan jaringan ikat sendi secara simetris.

Insidens

 Mengenai kurang lebih 30% penduduk  Umur 20 – 30 tahun

 Perempuan : laki-laki = 3 : 1

 Mengenai sendi tangan, pergelangan tangan, lutut dan panggul  Etiologi

 Tidak diketahui

 Diduga disebabkan oleh:

1. Infeksi streptokokus 2. Endokrin

3. Autoimun 4. Metabolik 5. factor genetic 6. fakor lingkungan

Patologi

Dibagi atas 2 bagian, yaitu:

1. Kelainan pada daerah artikuler (persendian) Sinovia, tendo dan tulang.

2. Kelainan pada daerah extra artikuler

Otot, nodul subkutan, pembuluh darah perifer, kelenjar limfe, syaraf dan viscera.

I. Kelainan Daerah Artikuler Dibagi dalam 3 stadium:

a. Stadium I (stadium sinovitis)

(16)

 Disertai infiltrasi lapisan sub sinovial oleh sel / sel limfosit dan sel plasma.

 Penebalan struktur kapsul sendi disertai pembentukan villi pada sinovium dan

erupsi pada sendi dan pembungkus sendi.

b. Stadium II (stadium destruksi)  Inflamasi menjadi kronis  Destruksi sendi atau tendo

 Kerusakan tulang rawan sendi oleh:

~ Enzim proteolitik

~ Jaringan vaskuler pada lipatan sinovial ~ Jaringan granulasi pada sendi

 Erosi pada tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi atau reabsorpsi osteoblast.  Tenosenovitis + invasi kolagen --- rupture tendo parsial/total.

c. Stadium III (stadium deformitas)

 Instabilitas dan deformitas sendi akibat destruksi sendi, ketegangan selaput sendi

dan ruptur tendo.

 Inflamasi sudah berkurang.

II. Kelenjar Jaringan Extra ArtikulerOtot :

 Miopati --- kelemahan otot  Artropi otot --- pengecilan otot

Nodul subkutan

 25% dari seluruh penderita arthritis

 Berupa jaringan ikat padat dan diinflistrasi oleh sel-sel bulat.

Pembuluh darah perifer  Poliferasi t.intima

 Lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa  Gangguan respon arteriol terhadap suhu

○ Kelenjar limfe

Pembesaran kelenjar limfe, hyperplasia arthritis, peningkatan aktivitas system retikulo endothelial dan proliferasi jaringan ikat --- splenomegali.

Gambaran Klinis

 Tergantung onset, distribusi, stadium dan progresif penyakit.

 Stadium awal: melalui penurunan Berat Badan, rasa capek, demm, dan anemia.  Gejala local: nyeri, pembengkakan dan gangguan pergerakan.

 Tenosinovitis: Pada daerah extensor pergelangan tangan dan fleksor jari-jari.  25% kasus mengalami remisi.

 Stadium lanjut:

~ Kerusakan sendi dan deformitas yang permanent. ~ Sendi tidak stabil akibat rupture tendo.

Diagnosis (ARA = American Rematoid Arthtritis)

1. Kekakuan sendi pada pagi hari (morning stiffness) 2. Nyeri pada pergerakan/nyeri tekan

(17)

5. Pembengkakan sendi bersifat simetris

6. Nodul subkutan pada tonjolan tulang daerah ekstensor 7. Uji aglutinasi factor rematoid

8. Pengendapan cairan musin yang jelek

9. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovial 10. Gambaran histologik yang khas pada nodul

Kriteria diagnosis:

Klasik : Bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung diatas 6 minggu. Defenitif : Bila terdapat 5 kriteria, diatas 6 minggu.

Kemungkinan rematoid : 3 kriteria, diatas 4 minggu

Pengobatan:

Prinsip:

1. Membantu penderita, mengetahui penyakit rematoid arthritis. 2. Memberikan dukungan psikologis.

3. Meringankan rasa nyeri. 4. Menekan terjadinya inflamasi.

5. Mempertahankan fungsi sendi, mencegah deformitas. 6. Mengoreksi deformitas yang ada.

7. Meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu. 8. Rehabilitasi.

OSTEOARTRITIS

Defenisi

Osteoartritis adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa desintegrasi dan perlunakan progresif diikuti perlambatan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit; diikuti

fibrosis pada kapsul sendi. ○ Klasifikasi

A. Osteoartritis primer

 Tidak diketahui penyebabnya.  Mengenai sendi atau beberapa sendi  Perempuan, kulit putih

 Umur : pertengahan

B. Osteoartritis sekunder

 Trauma/instabilitas

 Faktor genetic/perkembangan  Penyakit metabolic/endokrin  Osteonekrosis

Etiologi

Faktor predisposisi:

1. Umur : diatas 50 tahun (mulai berkembang) ok.kondroitin sulfat. 2. Jenis kelamin:

(18)

4. Faktor metabolic/endokrin 5. Keturunan

6. Faktor mekanik 7. Cuaca/iklim 8. Diet

Gambaran Klinis

1. Nyeri akibat:

 Inflamasi yang luas  Kontraktur kapsul sendi

 Peningkatan tekanan intra artikular

2. Kekakuan sendi 3. Pembengkakan

4. Gangguan pergerakan 5. Deformitas

Diagnosis

Pemeriksaan radiologist: Gambaran yang khas adalah:

 Densitas tulang normal atau meninggi  Penyempitan ruang sendi yang asimetris  Nekrosis tulang subkondral

 Kista tulang pada permukaan sendi  Osteofit pada tepi sendi

Pengobatan

1. Penanganan umum

 Isterahat yang teratur untuk mengurangi beban sendi.  Menurunkan berat badan

 Fisioterapi

2. Pemberian obat-obatan

3. Aspirasi bila ada cairan dalam sendi 4. Pemasangan bidai

5. Tindakan operasi dilakukan bila:

 Nyeri tidak teratasi dengan obat-obatan  Sendi yang tidak stabil

 Adanya kerusakan sendi

 Untuk mengoreksi beban sendi

RAKITIS

* Adalah kelainan dengan gangguan pertumbuhan tulang akibat kegagalan deposisi garam kalsium pada matriks tulang (osteoid) dan pada tulang rawan pra osseus dari epifisis.

* Defosit normal kalsium pada osteoid dan tulang rawan pra osseus dipengaruhi oleh kadar kalsium dan fosfor plasma yang merupakan hasil interaksi dari absorpsi pada usus, ekskresi pada ginjal dan mobilisasi kalsium dari/ke tulang.

Etiologi

(19)

 Insufisiensi ginjal kronik  Insufisiensi tubulus renalis

Jenis-jenis Rakitis

Dibagi atas 3 tipe; yaitu: * Tipe I

 Simple rakitis

 Akibat defesiensi vitamin D

 T.u pada anak-anak umur kurang lebih 1 tahun  Menyebabkan gangguan pertumbuhan

 Stadium dini terjadi hipokalsemia yang ditandai konvulsi (kejang) dan tetani.  Defesiensi vitamin D akibat gangguan absorpsi.

* Tipe II

 Jarang ditemukan

 Terjadi akibat insufisiensi renalis yang kronis

 Menyebabkan lesi pada tulang hiperparatiroid sekunder --- metafisis yang

ireguler, erosi korteks tulang dan osteoporosis. * Tipe III

 Terjadi akibat gangguan resorpsi fosfat pada tubulus ginjal, ekskresi fosfat pada

urin meningkat.

 Diturunkan secara seks dominant autosomal.

 Pertumbuhan penderita lambat, wajah pucat, deformitas tulang dan miopati.

Diagnosis

~ Pada bayi dengan konvulsi, tetani, iritabilitas dan gangguan perkembangan fisik ---pikirkan adanya penyakit rakitis.

~ Ditegakkan berdasarkan:  Gambaran Klinis

Pembengkakan pada lempeng epifisis, khususnya bagian distal radius dan sendi kostokondral.

 Pemeriksaan radiologist

 Lempeng epifisis melebar dan ireguler  Osteosklerosis pada tulang rangka  Pada anak-anak epifisiolisis

 Pemeriksaan laboratorium

 Penurunan kadar kalsium plasma

 Peningkatan kadar fosfat dan alkali fosfotasi.  Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfat pada urin.

Pengobatan

1. Pemberian obat-obatan untuk mengontrol penyakit sehingga tidak terjadi deformitas.

2. Pemasangan bidai pada deformitas.

Referensi

Dokumen terkait

Inilah yang memotivasi mengapa penelitian ini diorientasikan untuk menguji pengaruh moderasi keserasian belanja daerah dalam meningkatkan pengaruh pertumbuhan ekonomi

a. Kinerja atau aktivitas guru meningkat dalam proses pembelajaran. Dimana dikatakan meningkat apabila mengalami peningkatan rata-rata skor pada tiap siklusnya dan

permainan yang ada pada Concertino for Trombone Op.4 karya Ferdinand David ini, penulis mengharuskan untuk melakukan latihan rutin setiap hari seperti nada

Dapat disimpulkan, market value adalah harga saham yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi yang penting terkait penilaian ekonomi jasa lingkungan hutan kota dan juga dapat menjadi referensi

Dalam ayat (1) pasal tersebut dinyatakan bahwa instansi yang bertanggung jawab menerbitkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan, dalam

Penelitian yang mengaitkan kepuasan sebagai salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan dengan salah satu teori keperawatan sebagai pendekatan dalam asuhan

Diameter sel parenkim dari tepi luar batang ke arah dalam bervariasi dengan 121 sel, terlihat bahwa diameter parenkim memiliki variasi yang tinggi dan dapat juga