PENYAKIT BEDAH & TULANG
PENYAKIT BEDAH & TULANG
PENYAKIT BEDAH
Luka adalah terputusnya atau hilangnya kontinuitas jaringan.
Penyebab luka: ~ Trauma
- Trauma tajam - Trauma tumpul
~ Bahan kimia - Basa kuat - Asam kuat
~ Suhu - Dingin - Panas
~ Listrik
~ Ledakan
~ Dll
Trauma
Trauma tajam dan tumpul dapat menyebabkan:
Luka robek
- Vulnus skisum - Vulnus apertum
Luka tercabik/vulnus laseratum Luka tusuk/vulnus iktum
Perbedan trauma tajam dan trauma tumpul
Trauma tajam Trauma
tumpul
1. Tepi luka rata Tepi luka tidak teratur 2. Sudut luka tajam Sudut luka tidak ada
- Salah satunya tajam - Kedua-duanya tajam
Ini tergantung alat yang digunakan
3. Tidak ada jembatan jaringan Ditemukan jembatan jaringan
4. Luka bersih, tidak ada benda asing Luka biasa kotor, dan ada benda asing Dapat menyebabkan luka sampai lapisan paling dalam sampai tulang atau bahkan jaringan yang dilindungi oleh tulang.
Tindakan:
a. Penutupan luka
Sebelum penutupan luka perlu dilihat:
Sumber perdarahan ada 3 macam: - Arteri (pembuluh nadi)
- Vena (pembuluh balik) - Kapiler
Cara menghentikan perdarahan:
~ Ikat sumber perdarahan --- apabila disentra pelayanan --- benang cat gut.
~ Pemasangan tourniquet --- tidak terlalu dianjurkan. Yang dianjurkan sekarang adalah Bebat Langsung pada Luka.
~ Tutup luka dengan apa saja --- bila tak ada lagi alat yang bisa digunakan. o Melihat ada tidaknya benda asing pada luka
Kalau ada benda asing harus dikeluarkan --- untuk menghindari penyulit pada penyembuhan luka.
o Pembersihan luka:
Cairan steril (NaCl 0,9%) Air bersih
o Pembiusan local (anestesi local)
Lidokain 2%
o Pembersihan jaringan yang mengalami nekrose (nekrotomi) yaitu pembuangan jaringan yang mati.
o Penjahitan luka.
Macam-macam penjahitan luka:
Penjahitan terputus/satu-satu Penjahitan sirkuler
Penjahitan subkutikuler Penjahitan cara matras
~ Vertikal ~ horisontal
b. Penyembuhan luka
○ Penyembuhan luka secara primer Dilakukan penjahitan luka.
○ Penyembuhan luka secara sekunder
Luka dibiarkan terbuka.
Tidak dilakukan penjahitan luka.
c. Penyakit yang terjadi pada proses penyembuhan luka
○ Memar / Hematoma
○ Seroma --- penumpukan cairan (plasma luka) ○ Infeksi
○ Koloid
Luka Bakar
○ Derajat luka bakar ditentukan oleh: ~ Luasnya
○ Derajat luka bakar: ~ Derajat I (Tingkat I)
Hanya pada lapisan dermis Kemerahan pada kulit Tidak terdapat bulla Tidak ada nyeri
Sembuh dalam seminggu
~ Derajat II (Tingkat II) Mengenai lapisan dermis Terdapat bulla
Nyeri sangat hebat Tampak kemerahan
Sembuh kurang lebih 2 minggu Penyebab: air panas, zat kimia.
~ Derajat III (Tingkat III) Luka bakar lebih dalam Kadang sampai tulang Kulit tampak pucat/hitam Tidak disertai sakit Sembuh dengan cacat.
○ Penanganan luka bakar:
~ Disiram dengan air dingin/air mengalir kurang lebih 30 menit. ~ Membersihkan luka.
~ Pemberian cairan perinfus.
~ Pemberian analgetik (anti sakit) --- novalgin, tramadol, petidin --- dengan resep dokter).
~ Pemberian antibiotic.
~ ETT (Endo Trakheal Tube). ~ Trakheostomi (jika perlu) ○ Pembagian luka bakar:
Dewasa anak-anak
9 9 9 9 10 10 20 20
9 9
9 9 1% 15 15 9
9 9 ○ Indikasi rawat inap
1. Penderita syok atau terancam syok
Anak-anak : Luasnya diatas 10% Dewasa : Luasnya diatas 15%
2. Letak luka
Wajah, mata Tangan, kaki Perineum
3. Terancam udema laring
Terhirup asam/udara panas
Persiapan Prabedah
I. Persiapan mental.II. Persiapan fisik.
a. Persiapan system dan organ
Suhu tubuh --- normal.
Kulit (bebas dari penyakit kulit). Puasa 4 – 6 jam sebelum operasi. Tekanan darah.
Saluran nafas. Saluran cerna. Fungsi hati. Fungsi ginjal.
b. Keadaan gizi penderita c. Penyakit pasca operasi:
Penyakit jantung. Penyakit paru-paru. Usia lanjut.
Persiapan pada Anak
~ Berbeda dengan orang dewasa.~ Anak dan bayi bukanlah miniatur orang dewasa. ~ Dalam keadaan bertumbuh dan berkembang.
~ Diupayakan untuk mengembalikan anatomi dan fungsi organ agar kembali normal. ~ Cadangan kalori, air dan elektrolit yang kurang.
~ Persiapan mental orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya akan dioperasi. ~ Suhu tubuh penderita harus selalu dalam pengawasan.
~ Kadar gula darah harus selalu dipantau terutama neonatus karena belum stabil.
Pembedahan
bagian tubuh yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Pencegahan infeksi
~ Antisepsis : Adalah cara atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman.
~ Asepsis : Adalah tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan keadaan bebas kuman.
~ Sumber infeksi:
1. Udara
2. Alat dan pembedahan
3. Kulit penderita
4. Viscera
5. Darah
~ Pengendalian infeksi
a. Lingkungan pembedahan
Lingkungan sekitar tempat pembedahan merupakan darah aseptic. Udara harus diganti sebanyak 18 - 25 kali setiap jam.
Suhu udara harus sejuk. b. Personil kamar operasi
Setiap personil kamar operasi harus tunduk pada teknik asepsis yang berlaku.
personil kamar operasi adalah pembawa kuman yang potensial.
Disiplin dasar berupa:
1. Hygiene perorangan. 2. Berbicara seperlunya.
3. Membatasi berjalan-jalan bila tidak perlu.
4. Membatasi kontak dengan orang lain diluar kamar operasi. 5. Pemakaian gaun bedah, masker dan tutup kepala yang benar.
6. Pemakaian gaun steril untuk mencegah kontaminasi dari penderita dan ke penderita.
7. Mencuci tangan dengan air mengalir.
Syarat pakaian dasar bedah:
1. Bersih 2. Ringan
3. Berbahan tipis dan tembus udara. 4. Berlengan pendek.
5. Menutup sampai tungkai bawah. 6. Seragam untuk setiap unit. 7. Tidak perlu steril.
Syarat gaun bedah:
1. Bersih dan steril.
2. Disediakan diatas meja instrument. 3. Menutup seluruh tubuh secara melingkar. 4. Menutupi leher.
5. Panjangnya sampai dibawah lutut. 6. Terbuat dari bahan tipis dan kuat.
c. Antisepsis
~ Persiapan kulit bedah.
~ Mencukur rambut pada lapangan operasi.
Penyucihamaan
~ Gunakan antiseptik yang sama untuk semua ruangan. ~ Desinfeksi dilakukan setelah penderita dibius.
~ Caranya melingkar dari dalam keluar.
Penutupan lapangan pembedahan:
~ Untuk membatasi/mempersempit lapangan pembedahan. ~ Mengurangi kontaminasi.
d. Sterilasi peralatan bedah Cara kimiawi
Glutaradehid 2%
Untuk dari karet dan plastic.
Cara pemanasan
Menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf) ~ 1260 c = 10 menit
~ 1340 c = 5 menit ~ 1210 c = 15 menit
Menggunakan sterilisator panas Membakar dengan api spirtus
e. Hemostasis
Setiap perdarahan harus segera dihentikan. Caranya:
~ Irigasi dan penyaliran. ~ Elektrokautor.
~ Pemasangan tourniquet. ~ Hipotensi
f. Penyaliran
Dilakukan setelah luka dibedah ditutup. Dapat secara pasif maupun aktif.
Dicabut segera mungkin. g. Antibiotik profilaksis
h. Pencegahan infeksi silang.
Cara Penjahitan Luka
Penjahitan luka dimaksudkan untuk mempertemukan dan mempertahankan posisi kedua permukaan tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya luka dapat sembuh perprimen intentionem.
Cara penjahitan luka:
1. Jahitan simpul tunggal terputus.
2. Jahitan jelujur
3. Jahitan matraks a. Matraks vertical
b. Matraks vertikal
4. Intrakutan
5. Stapler 6. Agrafe
Perawatan Luka Bedah
1. Luka bedah yang sudah dijahit harus ditutup ○ Mencegah terjadinya infeksi
○ Menyerap cairan dari luka ○ Luka tidak menjadi kering. ○ Menghindari gerakan penderita ○ Psikologi penderita.
2. Penutup luka yang basah harus diganti. 3. Pentup luka dibiarkan 48 jam pertama. 4. Pengambilan benang antara 4 – 12 hari.
Masa Pulih
Masa pulih dimulai sejak pasien selesai ditangani secara bedah, sampai penderita sadar sempurna dan dapat dipindahkan keruang perawatan.
Penderita dipindahkan dari ruang bedah keruang pemulihan dalam keadaan tidak sadar atau setengah sadar.
Posisi penderita saat dipindahkan adalah baring tanpa bantal dan kepala dimiringkan. Jarak antara ruang bedah dan ruang pemulihan tidak terlalu jauh.
Yang harus tersedia didalam ruang pemulihan adalah:
Perawat khusus yang berpengalaman menangani keadaan kritis. Oksigen dan perangkat pemberiannya.
Nampan trakeostomi.
Perangkat pencegahan syok; seperti:
~ Lampu tempat tidur.
~ Peralatan balut-membalut dan perawatan luka.
Yang terpenting dalam perawatan masa pulih adalah pengawasan jalan napas. Setiap tindakan bedah harus selalu dianggap besar.
Perawatan Paska Bedah
○ Pembedahan adalah merupakan trauma yang akan menyebabkan perubahan secara fisiologis sebagai respon terhadap trauma.
○ Perintah dokter untuk perawatan paska bedah harus ditulis secara jelas dan rapi.
○ Sebaiknya disediakan lembar khusus yang berisi petunjuk dan tindakan yang harus dikerjakan oleh perawat.
○ Lembar khusus berisi:
~ Pengukuran/pemantauan tanda vital (dicatat cara dan waktunya)
Denyut nadi Tekanan darah Suhu badan
TVS (tekanan vena sentral)
~ Sikap tubuh penderita.
~ Cairan yang masuk (jumlah dan waktunya)
Infus (jumlah waktu, jenis) Cara lain
~ Cairan yang keluar (jumlah dan waktunya)
Urine
Cairan sonde lambung Perdarahan
Saliran (drainase)
~ Jenis obat (jumlah, waktu, cara pemberian)
Antibiotik Analgetik Sedatif
~ Oksigen (jumlah dan waktu) ~ Foto roentgen (waktu)
~ Pemeriksan laboratorium (waktu)
Penyakit Paska Bedah
1. Nyeri 11.Hematoma
2. Demam 12.Parotitis
3. Takikardia 13.Sistem respiratorius
4. Batuk dan sesak napas 14.Gangguan jantung 5. Kolaps dan pemburukan keadaan umum. 15.Gangguan saluran cerna
6. Mual/muntah 16.Cedera saraf
7. Gangguan traktus urinarius 17.Dekubitus 8. Perubahan keadaan mental 18.Trombosis vena 9. Ikterus
PATAH TULANG
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan, yang umumnya akibat rudapaksa.
Penyababnya akibat:
○ Trauma tumpul ○ Trauma tajam
Berat ringannya patah tulang tergantung pada:
○ Jenis trauma ○ Kekuatan trauma ○ Arah trauma
Patah tulang didekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan luksasi
(pergeseran) sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Klasifikasi Patah Tulang
1. Patah tulang tertutup.2. Patah tulang terbuka
Dibagi menjadi 3 derajat berdasarkan berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.
Derajat I
Luka: laserasi kurang dari 2 cm. Fraktur:
* Sederhana * Dislokasi * Fragmen * Minimal Derajat II
Luka:
* laserasi lebih dari 2 cm. * Kontusi otot disekitarnya.
Fraktur:
* Dislokasi * Fragmen jelas Derajat III
Luka:
* Luka lebar
* Rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya.
Fraktur:
* Kominutif * Segmental
* Fragmen tulang ada yang hilang Cat:
Diagnosis
Anamnesis* Riwayat trauma * Kuatnya trauma Inspeksi
* Bandingkan antar kiri dan kanan Palpasi
* Menilai nyeri Gerakan
* Aktif/fasif
Pemeriksaan radiologis
* Untuk menentukan pengololahan yang tepat dan optimal. * Melihat jenis fraktur.
Syarat foto yang baik:
~ Patah tulang dipertengahan foto.
~ Persendian proximal dan distal terlihat. ~ Dua foto dengan dua arah bersilangan 900. ~ Sinar menembus secara tegak lurus
Tahap-Tahap Pengobatan Fraktur
1. Pembersihan luka.2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati. 3. Pengobatan fraktur itu sendiri.
4. Penutupan luka.
5. Pemberian obat antibiotic. 6. Pencegahan tetanus.
Komplikasi
1. Perdarahan, syok, septic --- kematian. 2. Tetanus.
3. Gangren.
4. Septikimia, toksemia oleh karena infeksi. 5. Perdarahan sekunder.
6. Osteomylitis kronik.
7. Delayet union (penyembuhan lama), non union (tak bersambung), mal union (terjadi gangguan dalam penyambungan luka).
8. Kekakuan sendi.
9. Komplikasi akibat perawatan yang lama.
OSTEOMILITIS
~ Osteomilitis akut ~ Osteomilitis sub akut ~ Osteomilitis kronik
I. Osteomilitis akut
* Adalah infeksi tulang dan sumsum yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain.
* Ditemukan pada anak-anak, jarang pada orang dewasa. ○ Etiologi
Stafilokokus aureus hemolitikus Hemofilus influenza
Pneumokokus, s.tifosa, pseudomonas dll.
○ Faktor predisposisi Umur (usia muda)
Jenis kelamin (anak laki-laki lebih sering) Trauma
Lokasi: metafisis tulang panjang
Nutrisi: lingkungan dan imunitas yang buruk
○ Teori terjadinya osteomilits pada metafisis
* Teori vaskuler
Vaskuler pada metafisis berkelok-kelok dan membentuk sinus-sinus sehingga aliran darah menjadi dilambat.
* Teori fagositosis
Daerah metafisis merupakan tempat pembentukan sel-sel darah merah
(retikuloendotel)
Terdapat fagosit yang matur dan imatur.
Fagosit yang matur dapat memakan bakteri tapi yang imatur tidak dapat dan
inilah yang berkembang biak. ○ Teori trauma
Bila trauma artificial dilakukan pada binatang percobaan --- hematoma pada daerah lempeng epefisis. Dengan pengambilan bakteri intravena, akan terjadi infeksi pada daerah yang hematom.
○ Gambaran klinis Nyeri
Gangguan pergerakan sendi Demam
Malaise
Nafsu makan menurun
○ Pemeriksaan laboratorium Leukositosis
LED (normal 0 – 10 ml --- 1 jam pertama) Kultur dan uji sensitivitas
Biopsi
○ Pemeriksaan radiologist
* Photo toraks
- Pembentukan jaringan lunak - Distruksi tulang setelah 2 minggu * USG
- Efusi (penimbunan cairan) pada sendi ○ Komplikasi
Septikimia
Infeksi yang bersifat metastalik Artritis supuratif
Gangguan pertumbuhan Osteomilitis kronik
○ Pengobatan Isterahat Obat-obatan
* Analgetik, antibiotika
Isterahat local Drainase bedah
II. Osteomilitis Sub Akut
* Ditemukan pada anak-anak dan remaja.
* Terdapat kavitas yang dilingkari jaringan granulasi ○ Gambaran Klinis
Artropi otot Nyeri local
Pembengkakan sendi
Nyeri berlangsung beberapa minggu --- beberapa bulan. Suhu badan normal
○ Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium
~ Leukosit biasanya normal ~ LED meningkat
Pemeriksaan radiologist
~ Ditemukan pada daerah metafisis tulang panjang ○ Pengobatan
Antibiotika selama 6 minggu
III. Osteomilitis Kronis
* Merupakan lanjutan dari osteomilitis yang tidak terdiagnosa atau tidak diobati dengan baik.
* Akibat fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.
○ Etiologi
Stapilokokus aureus E.Coli
Proteus Pseudomonas
Nyeri yang hilang timbul Terdapat fistel atau sikatris Keluar cairan dari fistel
○ Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium
~ Leukositosis ~ LED meningkat
~ Kultur dan uji sensitifitas
Pemeriksaan radiologist
~ Porosis dan sclerosis tulang
~ Perubahan periost (pinggir tulang) ~ Elevasi periostium
○ Pengobatan
1. Pemberian antibiotic
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat. Mengontrol eksaserbasi akut.
2. Operasi
Setelah pemberian dan pemayungan AB. Setelah fase eksaserbasi akut telah reda.
Tujuan operasi:
Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, selanjutnya dilakukan drainase dan
irigasi selama beberapa hari.
Sebagai dekompresi agar AB mudah mencapai sasaran dan mencegah
penyebaran.
OSTEOPOROSIS
Merupakan kelainan metabolic tulang dimana terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang.
○ Insidens
Laki-laki : perempuan = 1 : 2 – 4
○ Etiologi
Merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara factor genetic dan
lingkungan.
Faktor predisposisi
a. Usia lanjut b. Ras = kulit putih c. Faktor keturunan d. Skeliosis
e. Aktifitas fisik yang kurang f. Tidak pernah melahirkan g. Menapause
h. Gizi
○ Gambaran Klinis
1. Nyeri tulang 2. Deformitas tulang
○ Diagnosis
Pemeriksaan fisis Pemeriksaan radiologis
○ Penatalaksanaan
1. Diet TKTP
2. Pemberian kalsium dosis tinggi 3. Pemberian vitamin D dosis tinggi 4. Pemasangan penyangga tulang 5. Pencegahan:
a. Hindari factor resiko
b. Penanganan fraktur yang tinggi
ARTRITIS REUMATOID
Adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi dan jaringan ikat sendi secara simetris.
Insidens
Mengenai kurang lebih 30% penduduk Umur 20 – 30 tahun
Perempuan : laki-laki = 3 : 1
Mengenai sendi tangan, pergelangan tangan, lutut dan panggul Etiologi
Tidak diketahui
Diduga disebabkan oleh:
1. Infeksi streptokokus 2. Endokrin
3. Autoimun 4. Metabolik 5. factor genetic 6. fakor lingkungan
Patologi
Dibagi atas 2 bagian, yaitu:
1. Kelainan pada daerah artikuler (persendian) Sinovia, tendo dan tulang.
2. Kelainan pada daerah extra artikuler
Otot, nodul subkutan, pembuluh darah perifer, kelenjar limfe, syaraf dan viscera.
I. Kelainan Daerah Artikuler Dibagi dalam 3 stadium:
a. Stadium I (stadium sinovitis)
Disertai infiltrasi lapisan sub sinovial oleh sel / sel limfosit dan sel plasma.
Penebalan struktur kapsul sendi disertai pembentukan villi pada sinovium dan
erupsi pada sendi dan pembungkus sendi.
b. Stadium II (stadium destruksi) Inflamasi menjadi kronis Destruksi sendi atau tendo
Kerusakan tulang rawan sendi oleh:
~ Enzim proteolitik
~ Jaringan vaskuler pada lipatan sinovial ~ Jaringan granulasi pada sendi
Erosi pada tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi atau reabsorpsi osteoblast. Tenosenovitis + invasi kolagen --- rupture tendo parsial/total.
c. Stadium III (stadium deformitas)
Instabilitas dan deformitas sendi akibat destruksi sendi, ketegangan selaput sendi
dan ruptur tendo.
Inflamasi sudah berkurang.
II. Kelenjar Jaringan Extra Artikuler ○ Otot :
Miopati --- kelemahan otot Artropi otot --- pengecilan otot
○ Nodul subkutan
25% dari seluruh penderita arthritis
Berupa jaringan ikat padat dan diinflistrasi oleh sel-sel bulat.
○ Pembuluh darah perifer Poliferasi t.intima
Lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa Gangguan respon arteriol terhadap suhu
○ Kelenjar limfe
Pembesaran kelenjar limfe, hyperplasia arthritis, peningkatan aktivitas system retikulo endothelial dan proliferasi jaringan ikat --- splenomegali.
Gambaran Klinis
Tergantung onset, distribusi, stadium dan progresif penyakit.
Stadium awal: melalui penurunan Berat Badan, rasa capek, demm, dan anemia. Gejala local: nyeri, pembengkakan dan gangguan pergerakan.
Tenosinovitis: Pada daerah extensor pergelangan tangan dan fleksor jari-jari. 25% kasus mengalami remisi.
Stadium lanjut:
~ Kerusakan sendi dan deformitas yang permanent. ~ Sendi tidak stabil akibat rupture tendo.
Diagnosis (ARA = American Rematoid Arthtritis)
1. Kekakuan sendi pada pagi hari (morning stiffness) 2. Nyeri pada pergerakan/nyeri tekan
5. Pembengkakan sendi bersifat simetris
6. Nodul subkutan pada tonjolan tulang daerah ekstensor 7. Uji aglutinasi factor rematoid
8. Pengendapan cairan musin yang jelek
9. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovial 10. Gambaran histologik yang khas pada nodul
Kriteria diagnosis:
Klasik : Bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung diatas 6 minggu. Defenitif : Bila terdapat 5 kriteria, diatas 6 minggu.
Kemungkinan rematoid : 3 kriteria, diatas 4 minggu
Pengobatan:
Prinsip:
1. Membantu penderita, mengetahui penyakit rematoid arthritis. 2. Memberikan dukungan psikologis.
3. Meringankan rasa nyeri. 4. Menekan terjadinya inflamasi.
5. Mempertahankan fungsi sendi, mencegah deformitas. 6. Mengoreksi deformitas yang ada.
7. Meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu. 8. Rehabilitasi.
OSTEOARTRITIS
○ Defenisi
Osteoartritis adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa desintegrasi dan perlunakan progresif diikuti perlambatan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit; diikuti
fibrosis pada kapsul sendi. ○ Klasifikasi
A. Osteoartritis primer
Tidak diketahui penyebabnya. Mengenai sendi atau beberapa sendi Perempuan, kulit putih
Umur : pertengahan
B. Osteoartritis sekunder
Trauma/instabilitas
Faktor genetic/perkembangan Penyakit metabolic/endokrin Osteonekrosis
○ Etiologi
Faktor predisposisi:
1. Umur : diatas 50 tahun (mulai berkembang) ok.kondroitin sulfat. 2. Jenis kelamin:
4. Faktor metabolic/endokrin 5. Keturunan
6. Faktor mekanik 7. Cuaca/iklim 8. Diet
○ Gambaran Klinis
1. Nyeri akibat:
Inflamasi yang luas Kontraktur kapsul sendi
Peningkatan tekanan intra artikular
2. Kekakuan sendi 3. Pembengkakan
4. Gangguan pergerakan 5. Deformitas
○ Diagnosis
Pemeriksaan radiologist: Gambaran yang khas adalah:
Densitas tulang normal atau meninggi Penyempitan ruang sendi yang asimetris Nekrosis tulang subkondral
Kista tulang pada permukaan sendi Osteofit pada tepi sendi
○ Pengobatan
1. Penanganan umum
Isterahat yang teratur untuk mengurangi beban sendi. Menurunkan berat badan
Fisioterapi
2. Pemberian obat-obatan
3. Aspirasi bila ada cairan dalam sendi 4. Pemasangan bidai
5. Tindakan operasi dilakukan bila:
Nyeri tidak teratasi dengan obat-obatan Sendi yang tidak stabil
Adanya kerusakan sendi
Untuk mengoreksi beban sendi
RAKITIS
* Adalah kelainan dengan gangguan pertumbuhan tulang akibat kegagalan deposisi garam kalsium pada matriks tulang (osteoid) dan pada tulang rawan pra osseus dari epifisis.
* Defosit normal kalsium pada osteoid dan tulang rawan pra osseus dipengaruhi oleh kadar kalsium dan fosfor plasma yang merupakan hasil interaksi dari absorpsi pada usus, ekskresi pada ginjal dan mobilisasi kalsium dari/ke tulang.
○ Etiologi
Insufisiensi ginjal kronik Insufisiensi tubulus renalis
○ Jenis-jenis Rakitis
Dibagi atas 3 tipe; yaitu: * Tipe I
Simple rakitis
Akibat defesiensi vitamin D
T.u pada anak-anak umur kurang lebih 1 tahun Menyebabkan gangguan pertumbuhan
Stadium dini terjadi hipokalsemia yang ditandai konvulsi (kejang) dan tetani. Defesiensi vitamin D akibat gangguan absorpsi.
* Tipe II
Jarang ditemukan
Terjadi akibat insufisiensi renalis yang kronis
Menyebabkan lesi pada tulang hiperparatiroid sekunder --- metafisis yang
ireguler, erosi korteks tulang dan osteoporosis. * Tipe III
Terjadi akibat gangguan resorpsi fosfat pada tubulus ginjal, ekskresi fosfat pada
urin meningkat.
Diturunkan secara seks dominant autosomal.
Pertumbuhan penderita lambat, wajah pucat, deformitas tulang dan miopati.
○ Diagnosis
~ Pada bayi dengan konvulsi, tetani, iritabilitas dan gangguan perkembangan fisik ---pikirkan adanya penyakit rakitis.
~ Ditegakkan berdasarkan: Gambaran Klinis
Pembengkakan pada lempeng epifisis, khususnya bagian distal radius dan sendi kostokondral.
Pemeriksaan radiologist
Lempeng epifisis melebar dan ireguler Osteosklerosis pada tulang rangka Pada anak-anak epifisiolisis
Pemeriksaan laboratorium
Penurunan kadar kalsium plasma
Peningkatan kadar fosfat dan alkali fosfotasi. Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfat pada urin.
○ Pengobatan
1. Pemberian obat-obatan untuk mengontrol penyakit sehingga tidak terjadi deformitas.
2. Pemasangan bidai pada deformitas.