• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang - Teks Pidato Soekarno Tentang Lahirnya Pancasila Tinjauan Pragmatik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang - Teks Pidato Soekarno Tentang Lahirnya Pancasila Tinjauan Pragmatik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah sebuah media komunikasi yang digunakan manusia dalam berinteraksi. Bahasa sebagai lambang bunyi yang arbitrer digunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana, 1994:24). Hidayat (dalam Sobur, 2004: 274) mengatakan bahwa pengertian bahasa adalah percakapan, alat untuk melukiskan sesuatu pikiran, perasaan, atau pengalaman; alat ini terdiri dari kata-kata yang merupakan penghubung bahasa dengan dunia luar, sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti.

Bahasa dan pikiran saling berkaitan erat. Sebuah uraian yang cukup menarik mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran dinyatakan oleh Whorf dan Saphir. Whorf dan Saphir melihat bahwa pikiran manusia ditentukan oleh sistem klasifikasi dari bahasa tertentu yang digunakan manusia.

Salah satu bentuk penggunaan bahasa dapat dilihat dalam wacana. Kridaklaksana (dalam Tarigan, 1993: 25) mengatakan wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

(2)

kegiatan formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Salah satu bentuk wacana berdasarkan media penyampaiannya adalah wacana lisan. Wacana lisan atau

spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan (Tarigan 1987: 55). Salah satu wacana yang disampaikan secara lisan adalah pidato. Untuk menerima, memahami, atau menikmati sebuah wacana lisan maka penerima harus menyimak dan mendengarkan wacana tersebut. Hal terpenting adalah kemampuan penyimak atau pendengar untuk memahami maksud dan tujuan yang disampaikan dengan tetap menggunakan daya nalar yang dimiliki.

Istilah penalaran sebagai terjemahan dari bahasa Inggris reasoning menurut kamus The Random House Dictionary berarti the act or process of a person who reasons (kegiatan atau proses menalar yang dilakukan oleh seseorang), sedangkan

reason berarti the mental powers concerned with forming conclusion, judgements or inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan simpulan dan penilaian) (Effendy, 1990: 104). Dalam menganalisis wacana, pendengar atau penyimak harus memiliki daya nalar yang baik sehingga pendengar atau penyimak dapat membentuk suatu simpulan dan penilaiannya sendiri terhadap wacana yang disampaikan. Dengan kata lain, pendengar atau penyimak dapat memahami makna yang terkandung dalam wacana tersebut.

Pemahaman terhadap wacana lisan, dalam hal ini pidato jelas membutuhkan pemikiran dan pengertian yang mendalam terhadap beberapa aspek yang mendukung pendengar atau penyimak dalam menerima isi dan tujuan yang disampaikan oleh pemberi pidato. Aspek tersebur antara lain adalah studi pragmatik yang bergelut pada ranah pengambilan makna melalui hubungan bahasa dengan pemakainya.

(3)

wacana. Leech (1974: 22) berpendapat bahwa pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar. Leech membatasi pragmatik umum pada kajian komunikasi linguistik yang berkenaan dengan prinsip-prinsip percakapan, dan pada suatu model pragmatik yang retoris.

Penggunaan istilah ‘retoris’ ini sangat tradisional dan mengacu pada kajian mengenai pemakaian bahasa secara efektif di dalam komunikasi. Dalam tradisi-tradisi historis tertentu, retorik diartikan sebagai seni keterampilan menggunakan bahasa untuk tujuan-tujuan persuasi, sastra, atau berpidato. Istilah retorik memusatkan diri pada situasi ujar yang berorientasi tujuan, dan di dalam situasi tersebut penutur memakai bahasa dengan tujuan menghasilkan suatu efek tertentu pada pikiran petutur.

Jalan menuju pemahaman tentang bahasa terletak dalam kajian teks. Dijk (dalam Lubis, 1993: 21) berpendapat bahwa teks sama dengan discourse, yaitu kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain saling terikat erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat. Dengan kata lain, teks adalah satu kesatuan semantik bukan kesatuan gramatikal. Kesatuan yang bukan dikarenakan bentuknya (seperti morfem, klausa, kalimat) tetapi kesatuan artinya.

(4)

Pidato adalah mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak (KBBI, 2003: 871). Pidato merupakan salah satu bentuk retorika. Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari perkataan Latin rhetorica yang berarti ilmu bicara (Effendy, 1990: 53). Cleanth Brooks dan Robert Penn Waren (dalam Effendy, 1990: 53) dalam bukunya, Modern Rhetoric, mendefenisikan retorika sebagai the art of using language effectively atau seni penggunaan bahasa secara efektif.

Pemahaman terhadap sebuah pidato tidak dapat dipisahkan dari struktur yang membangun pidato tersebut. Seperti pada teks pidato lahirnya pancasila, Soekarno sebagai seorang yang terampil dalam berpidato terlihat dengan sangat jelas membangun pidatonya dengan struktur yang sangat terperinci. (Wisanggeni, 2011 : 71) dalam bukunya, Cara Instan Jago MC & Berpidato Dalam Bahasa Indonesia,

mengatakan bahwa secara garis besar, kerangka pidato dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut,

1. Pendahuluan atau Pembuka

Pendahuluan atau pembuka bertujuan untuk mempersiapkan pendengar pada pokok permasalahan yang hendak dikemukakan. Pendahuluan berisi sapaan kepada pendengar, ucapan syukur, dan latar belakang masalah.

2. Isi

Bagian isi berisi gagasan pokok atau materi yang hendak disampaikan. 3. Penutup

Berisi rangkuman, seruan, maupun penegasan kembali. Penutup berupa kesimpulan, saran dan ucapan terimakasih.

(5)

Surabaya pada tangal 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1970 dalam umur yang ke-69 tahun.

Soekarno memilki peranan yang sangat penting dalam memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Soekarno tidak hanya sebagai proklamator kemerdekaan tetapi juga sebagai pemikir dan pencetus dasar negara Republik Indonesia yang sekarang kita kenal sebagai pancasila.

Tim Redaksi Nera Pustaka (2011 :254) mengatakan bahwa Soekarno dikenal dunia internsional sebagai pejuang dan konseptor kemerdekaan RI yang handal. Banyak konsepnya sangat dikagumi oleh dunia karena itu ia sering kali diundang oleh banyak negara. Undangan itu ia manfaatkan untuk mengungkapkan konsepnya tentang pembangunan dan perjuangan yang disampaikannya dengan menarik yang membuat orang terkagum padanya. Soekarno dikenal sebagai pejuang dan peletak dasar RI yang punya kemampuan berpidato yang baik yang dapat ditunjukkan di level internasional dan dalam negara Indonesia. Pidato yang mengesankan dari Soekarno adalah pidato hari lahirnya Pancasila dan hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.

(6)

Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung

tersebut merupakan gedung

Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Pada sidang pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara. Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr tanggal 1 Juni yaitu:

a. Kebangsaan Indonesia

b. Internasionalisme dan peri kemanusiaan c. Mufakat atau demokrasi

d. Kesejahteraan sosial e. Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut pancasila yang menurut beliau bilamana diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:

a. Sosionasionalisme b. Sosiodemokrasi

c. Ketuhanan yang berkebudayaan

(7)

Lahirnya Pancasila merupakan buah dari pidato Bung Karno yang diucapkan dengan tidak tertulis pada masa dahulu dalam sidang pertama BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 (hari ke empat) ketika sidang membicarakan Dasar (Beginsel) Negara Indonesia, sebagai wujud dari keinginan bung Karno. Pidato yang disampaikan langsung tanpa naskah ini, sangatlah luar biasa isinya, hingga mampu mencetuskan kelangsungan hidup bangsa Indonesia hingga saat ini.

Teks pidato Presiden Soekarno tentang lahirnya pancasila ini menarik dan penting untuk diteliti karena menunjukkan suatu kekuatan bahasa berkaitan dengan makna bahasa dan pemakai bahasa tersebut dalam menghasilkan sesuatu yang merupakan landasan berlangsungnya kehidupan suatu bangsa yang besar yaitu bangsa Indonesia. Hal tersebut menjadi alasan utama peneliti melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap teks pidato Presiden Soekarno tentang lahirnya Pancasila. Adapun judul penelitian ini adalah Teks Pidato Soekarno Tentang Lahirnya Pancasila, Tinjauan Pragmatik.

1.1.1 Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Implikatur apakah yang terdapat dalam teks pidato Soekarno tentang lahirnya pancasila?

(8)

1.2 Batasan Masalah

Sebuah penelitian sangat membutuhkan batasan masalah agar penelitian tersebut terarah dan tidak terlalu luas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini terbatas pada analisis pragmatik yang meliputi implikatur dan tindak tutur yang terdapat pada teks pidato Presiden Soekarno tentang lahirnya pancasila, pada tanggal 1 Juni 1945.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut di bawah ini.

1. Menentukan implikatur yang terdapat dalam teks pidato Soekarno tentang lahirnya pancasila.

2. Menemukan dan menganalisis jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam teks pidato Soekarno tentang lahirnya pancasila.

1.3.2 Manfaat penelitian 1.3.2.1Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat hasil penelitian tinjauan pragmatik terhadap teks pidato lahirnya pancasia Presiden Soekarno adalah:

(1) menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai pidato lahirnya pancasila Presiden Soekarno yang membuahkan tercetusnya dasar negara kita. (2) menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membicarakan tentang teks

(9)

1.3.2.2Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea

ketika negara ingin membangun infrastruktur seharusnya alokasi anggaran ditingkatkan. Tidak akan tercapai pembangunan infrastruktur yang maksimal apabila tidak

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat

Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Puguh Harianto sebagai Ketua Pelaksana yaitu tugas dari dua divisi ini hampir sama dan sesuai dengan keputusan dari DPM agar

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam "Ibnu Sina" Yarsi Sumbar Bukittinggi menunjukkan bahwa 54,7% perawat memiliki kecendrungan turnover, dari

Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,04 persen, minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09 persen, serta makanan

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak