• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan dan pendahuluan typoid Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan dan pendahuluan typoid Indonesia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

a. Pengertian

Demam tifoid adalah penyakit endemic didaerah tropis yang disebabkan oleh masuknya kuman Salmonella typhi kedalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman (Sudoyo, 2009).

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Widoyono, 2011).

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Arif Mansjoer, 2009).

Jadi, Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman.

b. Anatomi dan fisiologi 1) Anatomi

(Sumber: http://maduhitampahit.com/gejala-penyakit-usus-halus.jpg)

(2)

(Sumber : http://ronaprobiotik.blogspot.com/2013/08)

2) Fisiologi

Saluran pencernaan di tubuh manusia dimulai dari rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus hingga anus. Sistem pencernaan meliputi:

Usus halus

Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, memiliki panjang 2/3 dari panjang total saluran pencernaan. Bagian permukaan usus halus untuk sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi menjadi 3 bagian yaitu : a. Duodenum

Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas.Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika 10 cm dari pilorus.

b. Yeyunum

Yeyunum menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus. c. Ileum

(3)

a) Dinding lapisan luar usus halus adalah Tunika serosa, yaitu peritoneum yang membalut usus dengan erat. Terdiri atas lapis mesotel dengan jaringan ikat subserosa di bawahnya.

b) Tunika muskularis terdiri atas lapisan luar yang mempunyai serabut otot longitudinal dan lapisan dalam yang mempunyai serabut otot halus berbentuk sirkuler. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh suatu jaringan ikat berisi pleksus sarafparasimpatis yang disebut plexus Mienterikus atau Auerbach’s.Suplai darah untuk usus halus diberikan melalui cabang-cabang dari arterimesenterica celiaca dan cranialis yang menembus tunika muskularis kemudian tunika submukosa.

c) Tunika sub mukosa, terdapat antara otot sirkuler dan lapisan yang terdalam yang merupakan perbatasannya. Dinding sub mukosa ini terdiri dari jaringan areolar dan berisi banyak pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar dan plexus saraf yang disebut plexus meissner. Di dalam duodenum terdapat kelenjar bruner yang mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang bekerja untuk melindungi lapisan duodenum dari pengaruh isi lambung yang asam.

(4)

Akhirnya, permukaan penyebaran ditingkatkan oleh mikrovili. Mikrovili merupakan penjuluran sitoplasma pada permukaan bebas epitel vili.Vili dan mikrovili berfungsi memperluas permukaan usus halus sehingga penyerapan lebih efisien Di antara dasar-dasar vili terdapat kelenjar-kelenjar yang meluas ke dalam bagian bawah mukosa yang disebut kripta. Sel-sel kripta menyediakan sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel permukaan vili yang terbuang ke dalam lumen usus.

Di dalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel termasuk banyak leukosit juga terdapat beberapa nodula jaringan limfe yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ileum terdapat kelompok-kelompok nodula, membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisi 20-30 kelenjar soliter yang panjangnya 1 cm sampai beberapa cm. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus atau tifoid.

Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorbsi khime dari lambung isi duodenum yaitu alkali.

Lamina Propia Usus Halus

Terdiri dari jaringan penyambung, pembuluh darah dan limfe, serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos. Tepat dibawah membran basalis, terdapat lapisan kontinyu sel-sel limfoid penghasil antibodi dan makrofag membentuk sawar imunologik pada daerah ini. Lamina propia menembus ke dalam vili usus, bersama dengan pembuluh darah dan limfe, saraf, jaringan penyambung, miofibroblas, dan sel-sel otot polos.

(5)

getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke PH optimal untuk kerja enzim-enzim pankreas.

Kontrol saraf terhadap fungsi Gastrointestinal Sistem saraf enteric

Traktus gastrointestinal memiliki system persarafan tersendiri yang disebut system saraf enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esofagus dan memanjang sampai ke anus. Sistem saraf enterik berfungsi dalam mengatur fungsi pergerakan dan sekresi gastrointestinal.

Sistem saraf enterik terdiri dari 2 fleksus : 1) Fleksus Mienterikus (fleksus Auerbach)

Fleksus menterikus terletak dibagian luar diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular. Fleksus mienterikus mengatur pergerakan gastrointestinal. Fleksus mienterikus terdiri dari suatu rantai linear dari banyak neuro yang saling berhubungan yang memebentang disepanjang traktus gastrointestinal. Bila fleksus ini dirangsang, efeknya yang utama adalah :

a) Peningkatan reaksi tonik, atau “tonus”, dinding usus b) Peningkatan intensitas kontraksi ritmis

c) Sedikit peningkatan kecepatan kontraksi

d) Peningkatan kecepatan konduksi gelombang eksitatoris disepanjang dinding usus, menyebabkan pergerakan gelombang peristaltic usus yang lebih cepat.

2) Fleksus Submukosa (Fleksus Meissner)

Terletak dibagian dalam sub mukosa. Fleksus submukosa berperan pada pengaturan fungsi didalam dinding sebelah dalam dari tiap bagian kecil segmen usus.

Serabut Saraf Sensoris Aferen yang berasal dari Usus

(6)

sendiri dan beberapa pada akar dorsal ganglia medulla spinalis. Saraf-saraf sensorik ini dapat dirangsang oleh :

1) Iritasi mukosa usus

2) Peregangan usus yang berlebihan

3) Adanya zat kimianyang spesifik dalam usus

Sinyal-sinyal yang dikirimkan melalui serabut-serabut tersebut kemudian dapat menimbulkan eksitasi atau pada beberapa keadaan lain, inhibisigerakan intestinal atau sekresi intestinal.

Enzim pencernaan usus halus meliputi : 1) Enterokinase

Berfungsi untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pancreas 2) Laktase

Berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi glukosa

3) Erepsin/ dipeptidase, mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam amino.

4) Maltase, untuk mengubah maltose menjadi glukosa.

5) Disakarase, Berfungsi uintuk mengubah disakarida menjadi monosakarida.

6) Peptidase, Untuk mengubah polipeptida menjadi asam amino. 7) Sukrase, untuk memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. 8) Lipase, Untuk mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak.

c. Etiologi

1) Bakteri salmonella typhi

Salmonella adalah bakteri gram-negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagela dan membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57°C beberapa menit. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting pada pemeriksaan laboratorium yaitu:

(7)

Menurut nomen klatur yang baru, salmonella dibedakan menurut adanya keterkaitan DNA-nya sehingga saat ini hanya terdapat dua spesies: Salmonella bongori dan salmonella enterica. Salmonella yang menyerang manusia disebut sebagai strain dalam spesies 1 dan S.enterica.

2) Bakteri salmonella paratyphi A, B, dan C.

3) Bakteri salmonella ini memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan yang penularannya melalui 5 F yaitu Food, Fingers, Flies,Feces, Fomitus.

Cara Penularan

(8)

d. Patofisiologi

(9)

e. Patoflow(terlampir) f. Manifetasi Klinis

Minggu I

1) Demam remitten (biasanya pagi hari menurun, dan meningkat pada sore dan malam hari).

2) Sakit kepala, pusing. 3) Anorexia, mual, muntah. 4) Nyeri otot, lemas.

5) Konstipasi selanjutnya diare.

6) Perasaan tidak enak di perut (kembung). 7) Epistaksis.

Minggu II

1) Demam tinggi, terus menerus dan konstan. 2) Nadi : Bradikardi

3) Lidah yang khas (kotor di tengah, berwarna merah di ujung dan tepinya).

4) Stomatitis, mulut bau.

5) Hepatomegali dan splenomegali.

6) Penurunan kesadaran : somnolen atau delirium. Minggu III

1) Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang. 2) Demam (temperature suhu) mulai menurun.

3) Komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi akibat lepasnya kerak dari ulkus.

Minggu IV

(10)

g. Komplikasi

Komplikasi Intestinal 1) Perdarahan usus

Karena perlukaan dinding usus dan ditandai dengan melena. 2) Perforasi usus

Karena bakterinya yang mengakibatkan peradangan usus dan terjadi pada minggu ke 3, dengan gejala pasien mengeluh sakit perut hebat, akan lebih nyeri lagi jika ditekan, terlihat tegang (kembung), nadi kecil dan cepat, TD turun.

3) Ileus paralitik : karena peradangan (inflamasi) usus yang lama sehingga menyebabkan peristaltik usus berhenti.

Komplikasi Ekstra Intestinal

1) Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, thrombosis. 2) Darah : anemia, trombositopenia.

3) Ginjal : glomerulonefritis

4) Tulang : osteomielitis dan arthritis

5) Neuropsikiatrik : delirium, meningitis, polyneuritis perifer

h. Test Diagnostik 1) Laboratorium

Darah rutin : SGOT & SGPT, Pemeriksaan leukosit Leukopenia Bila endotoxin kuman menekan retikulo endotelial system dan ditemui leukopenia maka terkadang dapat terjadi leukositosis, hal ini disebabkan karena adanya infeksi sekunder, Hb dan trombosit : dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia, hitung jenis leukosit : dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia.

2) Uji Widal

(11)

dalam serum pasien yang disangka menderita demam tifoid. Akibat infeksi oleh S. Typhi pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu :

a) Aglutinin O yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

b) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman).

c) Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Tes widal O dan H aglutinin mulai positif pada hari kesepuluh dan titer akan semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 hari yang menunjukkan kenaikan progresif dari titer aglutinin (di atas 1 : 200). Hal ini juga menunjukkan diagnosis positif dari infeksi aktif demam tifoid.

3) Kultur

Darah : kuman salmonella (+) selama minggu I.

Feces dan urine : kuman salmonella (+) bila sudah terkena pada ginjal dan saluran pencernaan pada minggu II.

4) Laju endap darah

Sering kali meningkat pada demam tipoid. 5) Lever Fungsi Test

Meningkat bila sudah terjadi gangguan pada hepar (hepatomegali) dan lien splenomegali.

6) Ultrasonografi

Ditemukan adanya pembesaran hepar dan lien (Hepatomegali dan splenomegali).

i. Penatalaksanaan Medik

(12)

terbuang akibatnya pasien semakin lemah dan mudah terserang kuman.

2) Mobilisasi diberikan secara bertahap setelah + 2-3 hari bebas panas. 3) Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan gas.

4) Therapy yang diberikan :

a) Antibiotika: Pemberian antibiotika untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman.

b) Kloramfenicol dosis pertama 4 x 20 mg, hari kedua 4 x 500 mg diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam kemudian dosis diturunkan 4 250 mg selama 5 hari.

c) ( anti inflamasi ). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.Deksametason 1-3 mg/kg BB/ hari IV, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

d) Antipiretik : tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam tifoid, seperti : parasetamol.

e) Antiemetik : diberikan bila mual dan muntah.

(13)

2. Konsep Dasar Proses Keperawatan a. Pengkajian Keperawatan

1) Identitas Pasien 2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Pada pasien typhoid biasanya mengeluh mual, muntah, nafsu makan menurun, badan terasa panas.

b) Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit typhoid atau pernakah mengalami penyakit lainnya.

c) Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya penyakit pada pasien typhoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala, pusing, nyeri otot, lidah kotor, jika sudah mencapai keadaan yang lebih berat bisa mengalami gangguan kesadaran somnolen sampai koma.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah keluarga pernah mengalami typhoid atau sakit lainnya. 3) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan terasa lemas, panas, pusing, mual, muntah, perut terasa tidak enak, anorexia.

b) Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat c) Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan TD, bradikardi d) Sistem Integumen

Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat e) Sistem gastrointestinal

(14)

f) Sistem muskuloskeletal Klien tampak lemas g) Sistem neurologis

Adanya keluhan pusing, sakit kepala b. Diagnosa Keperawatan

a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anorexia

b) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d nyeri tekan pada abdomen c) Hipertermi b.d proses infeksi salmonella typhi

d) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik

e) Resiko defisit volume cairan b.d pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare

(15)

mual, muntah, dan

- Keluhan mual berkurang.

2. Beri makanan dalam porsi

2. Asupan nutrisi diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, diperlukan untuk melawan bakteri yang menyerang dan agar seimbang dengan kebutuhan energi akibat metabolisme yang meningkat.

3. Makanan yang merangsang lambung dapat menimbulkan mual dan muntah.

4. Menambah selera makan pasien.

5. Menghilangkan mual dan muntah serta menambah nafsu makan. Nutrisi parenteral bermanfaat jika intake peroral sangat kurang.

(16)

-Nutrisi parenteral.

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional

2. Hipertermi b.d proses

-Peningkatan suhu tubuh dapat terkontrol selama proses infeksi berlangsung.

1. Observasi TTV setiap 2-4 jam selama periode demam (khususnya HR dan Suhu).

2. Observasi tingkat kesadaran pasien.

3. Berikan kompres hangat pada daerah axilla/lipat paha.

4. Berikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.

5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antibiotik.

1. Peningkatan suhu tubuh dapat terkontrol selama proses infeksi berlangsung.

2. Penurunan tingkat kesadaran dapat terjadi pada minggu II,

5. Antipiretik sebagai penurun

panas, Antibiotik

mengendalikan

(17)

3. Intoleransi aktivitas b.d

kelemahan fisik. Aktivitas dapat dilakukansecara mandiri. Kriteria hasil:

Kebutuhan aktivitas sehari-hari (seperti: higiene perseorangan, nutrisi dan eliminasi dengan bantuan dalam jangka waktu 1 hari.

1. Kaji keluhan pasien.

2. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

4. Tingkatkan mobilisasi pasien secara bertahap setelah tidak demam.

1. Untuk mengidentifikasi masalah klien.

2. Mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya. 3. Keluarga ikut bertanggung

jawab dalam merawat pasien, karena pasien merupakan bagian dari keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah proses kliping Berita Nasional, Regional dan Kota Cimahi dipindahkan ke komputer, lalu penulis mendistribusikan ke bagian terkait seperti : Asisten

Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana terjadi suatu perombakan zat pati yang ada dalam bahan makanan diubah menjadi bentuk yang

Tabungan Mudharabah (Mudharabah-sav. acc.) Deposito Mudharabah (Mudharabah-inv.. ex tended) Dana Pihak Ketiga (Deposit Fund). FDR (Financing to

Pasal 13 (1) Retribusi menjadi terutang terhitung pada saat Wajib Retribusi memperoleh pelayanan jasa kepelabuhanan termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan

Bahaya (hazard) adalah agen-agen biologis, kimia, maupun fisika yang terdapat dalam pangan dan berpotensi untuk menyebabkan efek buruk bagi kesehatan. Evidence base adalah

1 Senin 29-Mei-17 08.00 TIF523 Analisis dan Desain Sistem Informasi A 3 Warsun Najib, S.T., M.Sc.. Lukito Edi Nugroho,

Teori akuntansi normatif dibentuk berdasarkan pada keyakinan para peneliti  bahwa dalam kondisi tertentu suatu fenomena seharusnya akan terjadi tanpa perlu dilakukan

Dalam penelitian ini juga dilakukan identifikasi subyek terhadap suatu populasi yang merokok dan tidak merokok, dan peneliti melakukan observasi terhadap subyek penelitian selama