• Tidak ada hasil yang ditemukan

APA BOLEH BUAT ALMARHUM TAUFIK MENINGGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APA BOLEH BUAT ALMARHUM TAUFIK MENINGGAL"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PERTEMUAN I

I.

Newstainment, Bebek Bertelur Emas

Newstainment merupakan program televisi yang memadukan unsur berita (news) dan hiburan (entertainment). Kemunculan newstainment erat kaitannya dengan hasil produksi stasiun TV yang tayang selama 24 jam. Dengan durasi tayang yang panjang itu, para pelaku industri pertelevisian berlomba-lomba menggaet penonton dengan informasi yang dikemas secara menghibur. Fenomena itu mulai menggejala di Amerika Serikat awal 1980-an, sejumlah TV kabel yang beroperasi sehari penuh seperti CNN, Fox News, MSNBC, dan CNBC berani merombak konsep konvensional program news—news anchor statis, intonasi bicara tegas, narasi berita singkat dan melulu 5 w + 1 h, latar belakang di studio, dll.

Awalnya keberadaan newstainment dicibir, karena gaya penampilan news anchor atau pembawa berita yang centil dan seringkali mengumbar senyum. serta menyajikan berita secara bombastis dengan kata-kata yang cenderung melebih-lebihkan, mempermainkan emosi penonton dengan melontarkan narasi ―tudingan‖ dan seringkali menggunakan teknik editing yang ekstrem. Di Indonesia, program berita seperti itu terlebih dulu direproduksi secara berani lewat program berita hiburan para selebritas atau infotainment (info & entertainment). Sayangnya, keberadaan infotainment dianggap melanggar kode etik jurnalisme dalam melakukan reportase sekaligus cara penyampaian beritanya.

Sebagai contoh: seorang penyanyi yang terbelit masalah perceraian menolak untuk diwawancarai. Para reporter berupaya keras untuk mengejarnya. Di dalam tayangan, penonton diperlihatkan aksi perburuan reporter terhadap penyanyi tersebut. Di mata penonton, pemandangan tersebut dramatis layaknya sebuah film, apalagi dibarengi dengan ilustrasi musik yang menderu dan teknik montage yang memikat emosi penonton. Namun dalam kode etik jurnalisme, perbuatan reporter tersebut tidak dibenarkan karena seorang reporter wajib menghargai hak privat narasumber. Pengejaran investigatif baru bisa dilakukan apabila berulang kali narasumber tidak bersedia diwawancarai dan pembongkaran kasus atau permasalahan tersebut mendesak dilakukan karena perbuatan narasumber mengganggu hak publik (masyarakat).

(2)

dipublikasikan karena berpotensi besar menuai opini dan respons yang berdampak pada intimidasi psikologis maupun fisik terhadap si anak.

Fenomena tumbuh suburnya infotaiment di jagat pertelevisian Indonesia sangat menarik untuk dipelajari. Jelas-jelas dari kacamata jurnalistik, tayangan tersebut melanggar kode etik, namun uniknya, rating infotainment, menurut A.C. Nielsen, jauh melesat meninggalkan rating program news. Fakta di atas kertas itu membuktikan, berdasarkan perolehan penonton, tayangan infotainment lebih banyak dikonsumsi dan menariknya lagi, isu-isu seputar selebritas yang diekspos di TV tak jarang menjadi bahan pembicaraan di ruang pergaulan (water cooler talk). Pergunjingan di lingkup awam itu menjadi indikator kuat bahwa tayangan infotainment berhasil menyita perhatian penonton.

Dalam satu hari, satu stasiun televisi bisa menayangkan infotainment sebanyak 3 kali. Awalnya, pada periode tahun 1990-an, infotainment hanya diputar pada siang dan sore hari. Slot tayangan di siang sampai sore hari memang dikenal banyak mendapat perhatian penonton, karena pada jam-jam tersebut, penonton sedang menikmati makan siang sambil nonton TV dan di sore harinya, para karyawan sedang siap-siap untuk pulang kerja kantor. Namun di awal tahun 2000-an, banyak stasiun TV menjajal tren baru. Mereka memasang slot tayangan infotainment di pagi hari—padahal jam pagi dikenal kering rating alias kurang laku untuk ditonton. Perlahan namun pasti, keberadaan infotainment di pagi hari ternyata mampu menggaet penonton, otomatis mendongkrak rating, dan praktis banyak iklan yang datang mengisi ruang commercial break. Asal tahu saja, mayoritas infotainment diproduksi oleh production house. Baru, pada tahun 2004, segelintir TV membuat sendiri tayangan infotainment tersebut. Tetapi, biasanya, mereka hanya memilih salah satu slot waktu tayangan infotainment. Entah itu tayangan infotainment di pagi, siang, atau sore hari. Sedangkan slot waktu tayangan infotainment yang lain tetap diproduksi oleh rumah produksi.

(3)

tayangan infotainment adalah produk ―murah-meriah‖ tapi bisa mendulang laba raksasa, layaknya ―bebek bertelur emas‖.

II.

News Department, Jantung Keberlangsungan Newstainment

Kesuksesan infotainment dalam soal rating, sedikit-banyak dijadikan motivasi bagi tim programming, tim pemberitaan, dan kreatif program news. Mereka mengadopsi hal-hal positif dari infotainment, meski jauh sebelumnya program news sudah mengawali gebrakan. Seperti kita ketahui, di awal tahun 1990, saat RCTI menjadi televisi swasta pertama di Indonesia, wajah penyajian tayangan news secara radikal berubah. Pastinya, perubahan itu Dulu, tayangan program berita di TVRI—televisi pemerintah yang menjadi satu-satunya kanal penyiaran publik sejak 24 Agustus 1962 sampai tahun1990—selalu menampilkan tayangan berita yang kurang interaktif. Jikalau diperhatikan, ketika itu, cara penyajian berita nyaris belum tereksplorasi secara menyeluruh. News anchor (penyaji berita) masih jarang mengumbar tawa dan senyum, jarang melemparkan banyolan, di dalam studio hanya menggunakan satu sudut pengambilan gambar (singlecam), dan immobile (tidak beranjak dari tempat duduk). Namun, news anchor di televisi swasta terlihat ramah, sudah berani mobile (bergerak), tak jarang melontarkan banyolan, dan selalu menyapa sehingga terbangun suasana interaktif dengan penonton. Sedangkan teknik la prise de vue (pengambilan gambar) di dalam studio sudah mulai variatif dengan menggunakan dua atau lebih sudut pengambilan gambar (multikamera).

Rating memang menjadi kiblat kesuksesan suatu program. Dengan kemasan yang menghibur itu, penonton sangat menikmati untuk mengikuti perkembangan berita terkini. Terlebih lagi, seiring perubahan pola mata pencaharian—era industri, profesi karyawan dan buruh menjadi profesi yang jamak dijumpai, penonton lebih suka program berita yang menghibur karena mereka butuh hiburan sebagai pelepas penat di tengah rutinitas yang membelenggu. Oleh sebab itu, setiap program tayangan, khususnya tayangan berita mutlak memperhatikan segmen penonton atau karakter penonton yang disasar. Jikalau sudah membidik salah satu segmen, misal segmen penonton berusia 20+ (dewasa), kemasan tayangan harus menyesuaikan dengan tren dan ritme kehidupan golongan muda usia 20+ yang cenderung dinamis. Konsekuensinya, tim kreatif, programming, redaksi, dan produksi di dalam news department harus berpikir bagaimana grafis visual dan ilustrasi musik yang sesuai dengan selera anak muda, gaya bahasa news anchor yang santai tapi tetap santun, gaya bahasa dalam narasi yang dramatis namun tidak berbelit-belit, gaya editing yang dinamis dengan stok gambar yang melimpah.

(4)

para peracik bumbu berita yang berusaha keras ―memasak‖ berita menjadi sajian yang menarik perhatian penonton. Layaknya konsekuensi dari industri pertelevisian, mereka juga berlomba-lomba dengan tim redaksi televisi lain untuk menampilkan suguhan yang memiliki angle berita menarik sekaligus nikmat ditonton. Bicara soal bagaimana mengemas news atau berita yang bisa tepat menyasar pasar, tim redaksi yang tergabung di dalam news department (departemen pemberitaan) sebelum mencari berita dan menentukan headline terlebih dahulu melakukan rapat budgeting (rapat perencanaan). Rapat itu dilakukan tiap hari dan melibatkan pemimpin redaksi, executive producer (produser eksekutif), producer (produser), reporter, cameraman (kameramen), chief post production (kepala editor), koordinator liputan, dan scriptwriter (penulis naskah). Semua pihak yang hadir dalam rapat itu wajib urun pikiran dan suara. Dalam rapat itu membahas:

1. Topik atau isu berita yang diliput.

2. Narasumber yang wajib diwawancarai. Siapa saja narasumber yang baik dari segi kapabilitas dan kapasitas serta layak ―jual‖. Pilih narasumber yang berpengalaman dan memiliki otoritas di bidangnya. Dengan demikian, reporter terlebih dulu bisa mengidentifikasi permasalahan, mengajukan pertanyaan, dan mendapatkan jawaban yang akurat dari narasumber.

3. Kebijakan redaksi (editorial policy) atau keberpihakan redaksi atas suatu kasus. Artinya redaksi harus menentukan sikap dan sudut pandangnya terhadap suatu masalah, berada di pihak mana dan harus melontarkan peluru kritik pada siapa. Selain itu, redaksi juga menawarkan alternatif solusi terhadap suatu permasalahan. Penentuan sikap ini sangatlah penting sebagai panduan reporter dalam melihat suatu permasalahan dan menyusun materi pertanyaan.

4. Kemungkinan kendala-kendala yang terjadi selama liputan, produksi, hingga pasca-produksi dan membahas kemungkinan solusinya.

5. Proyeksi penentuan headline dan penyusunan rundown (segmentasi) program tayangan.

6. Menginventarisasi stok gambar yang harus disiapkan sekaligus stok gambar yang dibutuhkan sehingga kameramen bisa merekamnya untuk keperluan kelengkapan penulisan naskah dan editing.

7. Rambu-rambu reportase, penulisan naskah, dan editing. Artinya mengidentifikasi apa saja yang wajib dilakukan dan larangan yang dihindari saat meliput, menulis naskah, dan mengedit gambar, sehingga tayangan bisa memberikan edukasi bagi penonton dan tetap dalam koridor kode etik jurnalistik.

(5)

9. Perkiraan kebutuhan anggaran liputan.

Kerja sama tim, itulah kunci penentu keberhasilan tayangan: bisa on air atau tidak dan apakah berita yang disuguhkan bisa menjadi referensi berita aktual dan positif bagi publik sehingga siapa saja membicarakan isi berita itu di dalam ruang pergaulan mereka. Kerja sama itu tak lepas dari pembagian tugas dalam tubuh redaksi.

A.

Alur kerja dalam proses produksi berita

Di stasiun televisi, departemen pemberitaan mengakomodasi cukup banyak sumber daya manusia yang terbagi di dalam bagian praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Ibarat mata rantai, wilayah pekerjaan antara satu dan lainnya saling berhubungan. Jadi apabila di bagian hulu terjadi kesalahan, pasti kesalahan itu akan berdampak di bagian hilir.

Tahap praproduksi: jajaran redaksi menggodog ide tentang isu apa saja yang layak untuk diangkat, melakukan riset atas isu yang dibangun itu, perencanaan angle berita, pemilihan narasumber dan semua itu dibicarakan di dalam rapat budgeting. Dalam rapat budgeting itu pada intinya tim redaksi melakukan proses penyeleksian berita yang layak untuk disiarkan. Setelah penentuan berita, reporter membuat wishlist (daftar perencanaan liputan) agar di dalam melakukan peliputan, reporter memiliki bekal referensi saat menghadapi narasumber.

Berita-berita yang dinilai memiliki bobot itu kemudian disusun dalam sebuah segmentasi (rundown). Pembagian durasi per segmen diatur berdasarkan nilai berita; berita yang dinilai paling ―menjual‖ dijadikan headline dan ditaruh di segmen awal. Biasanya, program berita berdurasi setengah jam terbagi menjadi tiga segmen. Setiap segmen maksimal enam menit. Di dalam ranah redaksi, proses identifikasi, seleksi, serta penentuan segmentasi berita itu dinamakan proses gatekeeping. Sedangkan para pelaku gatekeeping disebut gatekeeper—pemimpin redaksi, produser eksekutif (executive producer), produser (producer), koordinator liputan, reporter, kameramen, dan copy editor/scriptwriter.

(6)

angle liputan tetap konsisten terhadap hasil rapat budgeting. Namun tantangan menghadang manakala kondisi di lapangan berbeda dengan rencana yang sudah disusun secara rapi dan itu sangat sering muncul. Tak jarang, narasumber-narasumber yang sudah ditetapkan mendadak berhalangan, tim liputan kehilangan kesempatan/moment akibat hal di luar dugaan, atau ada peristiwa yang tak kalah penting terjadi sehingga menuntut pengalihan tim liputan. Praktis, produser dan koordinator liputan pun memutar haluan untuk mencari narasumber alternatif. Usai melakukan peliputan, reporter menulis berita sedangkan kameramen mengecek hasil rekaman (preview), mencatat time code yang berisi stock visual hasil rekaman, atau melakukan edit rough cut (pemotongan gambar). Pencatatan itu bermanfaat untuk membantu reporter maupun editor dalam memvisualkan hasil reportase. Artinya, dalam menulis naskah reportase, reporter mutlak menulis naskah reportase berdasarkan fakta yang direkam dalam media audio-visual. Jadi artinya, setiap fakta yang ditulis di dalam naskah reportase wajib merujuk pada rekaman peristiwa, wawancara, stock visual, ataupun suara yang direkam oleh kamera. Itulah yang membedakan gaya penulisan naskah reportase untuk media televisi dengan naskah reportase untuk media cetak.

Namun ada juga, hasil liputan ditulis oleh scriptwriter/copy editor. Biasanya itu terjadi di dalam program infotainment. Reporter sebatas memberikan laporan hasil liputan. Usai menulis berita, reporter atau scriptwriter/copy editor menyerahkannya kepada produser untuk diperiksa.

Tahap pasca-produksi: naskah yang sudah diperiksa dan diedit produser selanjutnya diserahkan kepada editor. Hasil pencatan time code gambar oleh kameramen atau hasil rough cut pun diserahkan kepada editor. Setelah naskah sudah siap, dubber atau reporter membaca naskah reportase itu untuk di-dubbing. Produser memeriksa hasil akhir tayangan yang sudah selesai edit. Jikalau masih ada kesalahan terkait isi berita atau durasi berlebih, produser meminta editor dan reporter atau scriptwriter/copy editor untuk memperbaiki naskah reportase itu. Usai benar-benar tidak ada kesalahan atau kesalahan mendekati 0%, hasil edit itu siap ditayangkan. Selanjutnya, naskah yang akan dibaca oleh presenter atau news anchor dimasukkan ke dalam teleprompter. Tak lupa, rundown tayangan yang sudah dibuat oleh produser diserahkan ke bagian studio sebagai pegangan staf master control room yang berada di studio.

(7)

Memang, ujung tombak program berita adalah reporter dan kameramen. Mereka punya wewenang penuh untuk mencari, menulis, dan merekam berita. Mereka menyuplai berita yang menjadi bahan baku utama program news. Meski demikian, mereka tidak akan bergerak apabila tidak ada dukungan dan perintah dari pemegang kebijakan redaksi dan juga berita yang dikumpulkan oleh reporter jelas tidak akan menjadi tayangan layak tonton tanpa andil editor ataupun scriptwriter/copy editor. Jadi jelas, news department merupakan sebuah organisasi karena di dalamnya terbangun rantai hierarki, ada aturan main, dan diatur oleh manajemen pemberitaan yang saling terkoneksi antara satu dan yang lain. Dan sebagai penanggung jawab program tayangan news dipegang oleh pemimpin redaksi. Dialah secara formal pemegang wewenang tertinggi di news department. Berikut ini struktur organisasi di dalam news department dimulai dari yang tertinggi.

1. Pemimpin Redaksi: bertanggung jawab terhadap sumber daya manusia di redaksi, bertanggung jawab terhadap mekanisme kerja dalam memproduksi tayangan berita, dan bertanggung jawab terhadap semua produk tayangan redaksi. Selain itu, ia juga memikul tanggung jawab penuh dalam menentukan kebijakan redaksi yang berpengaruh pada penentuan angle berita, keberpihakan pemberitaan, gaya pemberitaan, jenis-jenis tayangan, dan penentuan metode bagaimana berita atau program berita itu layak untuk ditayangkan. Oleh sebab itu, jikalau suatu program berita digugat secara hukum, pemimpin redaksi menjadi sosok yang menjadi ―sasaran tembak‖. Selain itu, apabila suatu peristiwa penting terjadi di luar jam tayang program berita, pemimpin redaksi berhak untuk memutuskan penayangan breaking news.

2. Produser eksekutif (executive producer): merancang sebuah konsep program acara TV. Konsep program dibuat secara detail, dari estimasi biaya produksi, jumlah personel (SDM) yang dibutuhkan, target penonton, target rating, isi program, kemasan produk tayangan, hingga setting lokasi termasuk dekorasi sesuai dengan konsep program yang dibuat; membuat rundown program tayangan; melakukan supervisi terhadap hasil kinerja personel di bawah otoritasnya; bertanggung jawab penuh atas keberhasilan dan kegagalan atas suatu program tayangan; pemegang keputusan terhadap susunan rundown berita, termasuk

(8)

scriptwriter, bertanggung jawab penuh atas kinerja reporter dan kameramen yang menjadi tim kerjanya.

4. Koordinator liputan: bertanggung jawab atas semua yang akan diliput dan diberitakan; membagi tugas liputan kepada reporter dan kameramen; melakukan briefing kepada reporter mengenai target-target berita yang harus didapat; memantau proses peliputan reporter selama di lapangan; memberikan solusi saat reporter menemukan kesulitan dalam mencari berita dan melakukan peliputan.

5. Reporter: mencari berita sesuai dengan acuan perintah produser; berkomunikasi dengan koordinator liputan; jikalau menemui kendala saat meliput, sebaiknya reporter tidak mengambil keputusan sendiri agar berita yang diliput tidak ditolak karena tidak sesuai dengan harapan produser; selalu berkoordinasi dengan koordinator liputan terkait angle berita, karakter dan informasi narasumber; perkembangan isu terkini; informasi tentang suatu peristiwa; dan lain-lain; menulis hasil reportase;

6. Kameramen: merekam peliputan; mencari stock gambar sebanyak mungkin berkaitan dengan liputan; mencatat stock gambar dan proses liputan secara offline atau melakukan rough edit; bertanggung jawab penuh atas kualitas sekaligus kuantitas gambar yang didapat.

7. Scriptwriter: menulis naskah berita sesuai dengan gaya redaksional sebuah tayangan; tulisan dibuat berdasarkan data dari reporter atau data-data dari sumber lain yang disetujui oleh produser; mutlak menguasai kemampuan bahasa yang baik dan memahami ekonomi bahasa.

8. Editor: melakukan edit audio-visual sesuai dengan gaya atau jiwa tayangan; merekam voice over dari reporter atau dubber.

9. News anchor: menguasai materi yang disampaikan; memiliki artikulasi dalam berbicara yang jelas; memiliki kemampuan berbahasa; memiliki kemampuan intra dan interpersonal yang baik sehingga dapat berinteraksi dengan penonton dan reporter secara santun.

10. Production Assistant: bertanggung jawab atas administrasi dan tugas-tugas kesekretariatan terkait produksi sebuah tayangan berita. Termasuk di dalamnya: menyiapkan kostum news anchor; melakukan kesepakatan dengan agen rental mobil, akomodasi, administrasi penyediaan perlengkapan liputan dan editing, atau travel agent untuk tugas liputan; mendistribusikan naskah rundown kepada staf di studio.

(9)

I.

Kaidah Jurnalistik

Tim redaksi yang terlibat dalam proses produksi tayangan berita, mutlak mengetahui dan memamahi kode-kode etik jurnalistik karena jurnalis merupakan pilar demokrasi dan praktis mengemban amanat dari rakyat untuk memberitakan informasi yang mendidik dan bermanfaat. Dan, untuk mendapatkan kebenaran atas informasi itu, jurnalis harus menerapkan kegiatan jurnalistik demi mengungkap kebenaran yang berpihak pada masyarakat. Dari pengertian itu, kode etik jurnalistik meliputi kaidah/prinsip dan cara atau metode jurnalistik. Namun dari penjelasan itu, muncul pertanyaan, apa itu jurnalistik? Jurnalistik tak lain adalah aktivitas yang menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme dan para pelakunya bernaung dalam perusahaan pers. Sedangkan jurnalisme sendiri merupakan kesatuan aktivitas yang di dalamnya meliputi aktivitas mengumpulkan data, melontarkan pertanyaan, investigasi, dan berani bersikap dalam mencari kebenaran atas suatu fakta. Tujuannya untuk memberikan informasi ke publik lewat media massa.

Saat ini, mayoritas jurnalis di Indonesia sudah mengetahui kaidah dan menjalankan metode reportase yang memenuhi kode etik jurnalistik, hanya saja mereka sulit untuk bersikap independent. Mengapa demikian? Fenomena itu menjadi ―seolah-olah wajar‖ karena para pemilik media massa kebanyakan berprofesi sebagai penguasaha yang berafiliasi pada salah satu partai. Sebagai contoh di stasiun TV One, saat memberitakan isu kecuragan Pemilu 2009 yang dimuat dalam buku Membongkar Gurita Cikeas, TV One menghadirkan pengamat-pengamat yang berpihak pada Partai Demokrat. Sedangkan TV lain, terutama Metro TV, bersikap sebaliknya, ia menghimpun para pengamat kritis yang beroposisi terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat. Dari sudut pandang kebijakan redaksional yang tampak sudah jelas, bagaimana keberpihakan 2 stasiun TV itu.

Tidak jauh beda dengan media infotainment. Beberapa waktu lalu, isu keretakan rumah tangga pasangan Cut Tari dan Yusuf Subrata ditengarai oleh kehadiran pria idaman lain. Kedekatan Cut Tari dengan Wishnutama, Direktur Utama Trans Corp, waktu itu. Kedekatan itu terekam pada moment ulang tahun program Insert kedua. Beberapa kamera wartawan infotainment merekam mereka berciuman. Di Trans TV, berita itu dilarang untuk dipublikasikan sedangkan di TV lain, Cut Tari menjadi bulan-bulanan.

(10)

jurnalistik. Terlebih belakangan tren citizen journalisme (jurnalisme warga) makin marak. Terbukti, sejumlah stasiun televisi mulai mengakomodasi liputan yang dilakukan oleh masyarakat. Setidaknya, fungsi media massa sebagai sarana mediasi masyarakat sudah terwujudkan lewat saluran berita citizen journalisme.

Jurnalis yang berintegritas harus memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab penuh pada profesi dan setia pada suara masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis itu menerapkan kaidah kerja jurnalistik dan prinsip-prinsip etisnya yang tertuang dalam kode etik jurnalistik dan sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach. Bill Kovach adalah wartawan senior berkebangsaan Amerika Serikat yang bekerja untuk The New York Time. Sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach yaitu:

1. Kewajiban utama jurnalisme adalah mencari kebenaran. 2. Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara. 3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.

4. Jurnalis harus menjaga independensi atau netralitas terhadap objek liputan. 5. Jurnalis harus berperan sebagai alat kontrol terhadap kekuasaan.

6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi.

7. Jurnalis harus membuat hal penting menjadi menarik dan relevan. 8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional. 9. Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nuraninya.

Sejak angin reformasi berhembus, kebebasan pers sudah dijamin dengan Undang-Undang No. 40 tahun 1999. Di dalamnya juga mengatur kode etik jurnalistik. Dengan demikian, aktivitas jurnalisme mendapatkan perlindungan sekaligus memperoleh pedoman. Pedoman dalam hal ini berisi tentang fungsi, hak, kewajiban, konsekuensi hukum, serta rambu-rambu yang harus ditaati dan dihindari oleh pelaku jurnalisme. Tak akan ada pembredelan atau pencabutan hak siar jikalau perusahaan pers melakukan pelanggaran. Semua permasalahan antara masyarakat dan pers diselesaikan secara bertahap. Artinya, masyarakat atau pihak yang merasa dirugikan dengan pemberitaan media tertentu diarahkan untuk menggunakan hak jawab, hak koreksi, pengaduan ke Dewan Pers, atau proses perdata. Hal itu diatur dalam nota kesepahaman antara Dewan Pers dan Kepolisian Negara RI. Nota kesepahaman itu mengatur dua aspek yaitu koordinasi operasional penegakan hukum dan koordinasi perlindungan kemerdekaan pers (jurnalis sangat rentan menjadi korban kekerasan). Apabila jalur perdata tidak terselesaikan, masyarakat atau pihak yang bersengketa dengan media pers diarahkan untuk lapor ke Dewan Pers dan membereskannya lewat jalur pidana.

(11)

UU 40/1999, PERS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 harus dijamin;

b. bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa;

c. bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun;

d. bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;

e. bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d, dan e, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers;

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945;

(12)

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERS.

Daftar isi

1 BAB I KETENTUAN UMUM

2 BAB II ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS 3 BAB III WARTAWAN

4 BAB IV PERUSAHAAN PERS 5 BAB V DEWAN PERS

6 BAB VI PERS ASING

7 BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT 8 BAB VIII KETENTUAN PIDANA

9 BAB IX KETENTUAN PERALIHAN 10 BAB X KETENTUAN PENUTUP

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan:

1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.

(13)

8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.

10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya.

11. Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

12. Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan.

14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.

BAB II ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS

Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 3

(1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

(2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Pasal 4

(1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.

(2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran.

(14)

(4) Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak.

Pasal 5

(1) Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.

(2) Pers wajib melayani Hak Jawab. (3) Pers wajib melayani Hak Koreksi. Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:

a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan; c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar; d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kepentingan umum; e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

BAB III WARTAWAN

Pasal 7

(1) Wartawan bebas memilih organisasi wartawan.

(2) Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pasal 8

Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.

BAB IV PERUSAHAAN PERS

Pasal 9

(1) Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. (2) Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.

Pasal 10

Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya.

Pasal 11

(15)

Pasal 12

Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan.

Pasal 13

Perusahaan pers dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat; b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

Pasal 14

Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap warga negara Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita.

BAB V DEWAN PERS

Pasal 15

(1) Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.

(2) Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain; b. melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers; c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik; d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers; e. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah; f. memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan; g. mendata perusahaan pers.

(3) Anggota Dewan Pers terdiri dari:

a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan; b. pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.

(4) Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota.

(16)

(6) Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.

(7) Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari:

a. organisasi pers; b. perusahaan pers; c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.

BAB VI PERS ASING

Pasal 16

Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 17

(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers; b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.

BAB VIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 18

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(17)

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

(1) Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di bidang pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang ada tetap berlaku atau tetap menjalankan fungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini.

(2) Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang ini, wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini.

BAB X KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku:

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2815 ) yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3235);

2. Undang-undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan Terhadap Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban

Umum (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2533), Pasal 2 ayat (3) sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletin-buletin, surat-surat kabar harian, majalah-majalah, dan penerbitan-penerbitan berkala; dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

(18)

ttd MULADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 166 PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG

PERS I. UMUM

Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Pers yang meliputi media cetak, media elektronik dan media lainnya merupakan salah satu sarana untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan tersebut. Agar pers berfungsi secara maksimal sebagaimana diamanatkan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 maka perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers. Fungsi maksimal itu diperlukan karena kemerdekaan pers adalah salah satu perwujudan kedaulatan rakyat dan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Dalam kehidupan yang demokratis itu pertanggungjawaban kepada rakyat terjamin, sistem penyelenggaraan negara yang transparan berfungsi, serta keadilan dan kebenaran terwujud.

Pers yang memiliki kemerdekaan untuk mencari dan menyampaikan informasi juga sangat penting untuk mewujudkan Hak Asasi Manusia yang dijamin dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, antara lain yang menyatakan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hak Asasi Manusia Pasal 19 yang berbunyi: "Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah".

Pers yang juga melaksanakan kontrol sosial sangat penting pula untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme, maupun penyelewengan dan penyimpangan lainnya.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu dituntut pers yang profesional dan terbuka dikontrol oleh masyarakat.

(19)

(media watch) dan oleh Dewan Pers dengan berbagai bentuk dan cara. Untuk menghindari pengaturan yang tumpang tindih, undang-undang ini tidak mengatur ketentuan yang sudah diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

II. PASAL DEMI PASAL ekonomi, agar kualitas pers dan kesejahteraan para wartawan dan karyawannya semakin meningkat dengan tidak meninggalkan kewajiban sosialnya.

Pasal 4

Ayat (1) Yang dimaksud dengan "kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara" adalah bahwa pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan, dan atau penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin. Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya penegakan supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung jawab profesi yang dijabarkan dalam Kode Etik Jurnalistik serta sesuai dengan hati nurani insan pers. Ayat (2) Penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran tidak berlaku pada media cetak dan media elektronik. Siaran yang bukan merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan jurnalistik diatur dalam ketentuan undang-undang yang berlaku. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Tujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan dapat melindungi sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Hak tersebut dapat digunakan jika wartawan dimintai keterangan oleh pejabat penyidik dan atau diminta menjadi saksi di pengadilan. Hak Tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan keselamatan negara atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan.

Pasal 5

Ayat (1) Pers nasional dalam menyiarkan informasi, tidak menghakimi atau membuat kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih dalam proses peradilan, serta dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak yang terkait dalam pemberitaan tersebut. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 6

(20)

yang tepat, akurat dan benar. Hal ini akan mendorong ditegakkannya keadilan dan kebenaran, serta diwujudkannya supremasi hukum untuk menuju masyarakat yang tertib.

Pasal 7

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan "Kode Etik Jurnalistik" adalah kode etik yang disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.

Pasal 8

Yang dimaksud dengan "perlindungan hukum" adalah jaminan perlindungan Pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

Ayat (1) Setiap warga negara Indonesia berhak atas kesempatan yang sama untuk bekerja sesuai dengan Hak Asasi Manusia, termasuk mendirikan perusahaan pers sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pers nasional mempunyai fungsi dan peranan yang penting dan strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, negara dapat mendirikan perusahaan pers dengan membentuk lembaga atau badan usaha untuk menyelenggarakan usaha pers. Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 10

Yang dimaksud dengan "bentuk kesejahteraan lainnya" adalah peningkatan gaji, bonus, pemberian asuransi dan lain-lain. Pemberian kesejahteraan tersebut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara manajemen perusahaan dengan wartawan dan karyawan pers.

Pasal 11

Penambahan modal asing pada perusahaan pers dibatasi agar tidak mencapai saham mayoritas dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12

(21)

Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15

Ayat (1) Tujuan dibentuknya Dewan Pers adalah untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kualitas serta kuantitas pers nasional. Ayat (2) Pertimbangan atas pengaduan dari masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d adalah yang berkaitan dengan Hak Jawab, Hak Koreksi, dan dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik Jurnalistik. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas

Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Untuk melaksanakan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat dibentuk lembaga atau organisasi pemantau media (media watch).

Pasal 18

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Dalam hal pelanggaran pidana yang dilakukan oleh perusahaan pers, maka perusahaan tersebut diwakili oleh penanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 12. Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3887 CATATAN

II.

Mempersiapkan Reportase Televisual

(22)

(hook/persepsi redaksi berdasarkan kebijakan redaksi) dari news peg (isu besar yang memiliki bobot berita). Nah, news angle itulah yang membedakan persepsi antara media yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh: kisruh PSSI menyebabkan institusi PSSI terbelah jadi dua, kubu Johar Arifin dan kubu La Nyalla Matalitti, Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Dampaknya sistem kompetisi terpecah menjadi dua yaitu ISL dan LPI (news peg). Eriyanto (16 tahun), kapten terbaik di perhelatan Milan Junior Camp Day Tournament 2010 yang diadakan oleh AC Milan, tidak kunjung diberikan beasiswa oleh pemerintah. Padahal pemerintah menjanjikan beasiswa untuknya. Remaja asal desa Nagrak Sukabumi itu putus sekolah dan memilih menggembala kambing. (news angle).

Setelah mendapatkan news peg dan menentukan news angle. Reporter melakukan riset terhadap kisruh PSSI dan permasalahannya serta menggali informasi tentang Eriyanto dan persoalan yang dihadapinya. Riset bisa dilakukan dengan menggunakan data sekunder (data yang sudah tersedia dan terdokumentasi, semisal mencari arsip-arsip berita seputar ricuh PSSI dan riwayat permasalahan yang dihadapi Eriyanto) dan data primer (data yang diambil langsung dari sumber data, semisal mewawancarai pihak-pihak PSSI dan KPSI, Eriyanto, orangtua Eriyanto, Menpora, dll.) Pemilihan narasumber harus mempertimbangkan kompetensi narasumber terhadap permasalahan itu. Praktis, untuk mencari dan menggali informasi lewat wawancara itu, harus mencari tahu kontak narasumber. Kontak personal bisa didapat dari sesama teman jurnalis, sosial media, institusi PSSI dan KPSI, bahkan Kemenpora. Selanjutnya, reporter membuat wish list atas data primer dan sekunder yang ia peroleh. Wishlist adalah daftar daftar sejumlah hal yang diharapkan dapat diperoleh tim liputan saat berada di lapangan. Salah satu unsur dalam wish list adalah urutan visual/shot list. Visual/shot list adalah urutan gambar yang diinginkan produser sehingga bisa dikatakan bahwa wishlist merupakan bentuk sederhana dari storyboard. Wish list juga seringkali disamakan dengan TOR atau Terms Of Reference. Dengan berpegang pada wish list, reporter bisa merencanakan liputan secara detail termasuk di dalamnya kemungkinan shot-shot apa saja yang harus diambil, merumuskan masalah secara tercatat dan tersistematis termasuk di dalamnya daftar pertanyaan, mencari solusi, dan bekerja secara efektif karena di dalamnya juga memperhitungkan lama waktu liputan sekaligus deadline. Berikut ini contoh wish list.

WISH LIST

Reporter/Cameraman: ... / ...

Lokasi liputan:

Durasi liputan: ... menit

(23)

Program berita:

Produser:

Permasalahan: (uraikan permasalahan, pertanyaan-pertanyaan berdasarkan permasalahan, dan kemungkinan tawaran solusi yang akan diverifikasi kepada narasumber)

...

Narasumber: .... (sebutkan siapa saja nama narasumber yang akan diwawancarai)

Soundbyte target: (kemungkinan-kemungkinan pernyataan narasumber yang harus bisa terekam)

...

Target data: (data-data sementara yang berhasil dihimpun sebagai pegangan dalam merumuskan masalah serta argumen ketika data-data itu ditanyakan oleh narasumber. Selain data-data yang sudah dikumpulkan, uraikan juga data-data yang mutlak diperoleh selama proses liputan)

Visual/shot list: (berisi rencana pengambilan gambar apa saja yang akan direkam)

Vox populi: (wawancara beberapa orang awam sebagai representasi suara masyarakat)

A.

Elemen-elemen yang mempengaruhi bobot berita

Mencari berita yang layak tonton dan sesuai dengan segmen penonton tidaklah mudah. Terlebih lagi reporter diberikan target untuk mendapatkan berita sebanyak mungkin dan harus bersaing dengan banyak stasiun TV yang berlomba-lomba mencari berita terbaik. Berita memiliki bobot (kualitas) apabila mengandung dua unsur pokok yaitu aktual dan faktual. Aktual adalah berita terkini (baru saja terjadi atau sedang berlangsung); faktual adalah sesuai dengan kenyataan atau memiliki fakta (bukti/bukan rekaan). Berdasarkan dua unsur pokok berita itulah, reporter bisa menyusun skala prioritas dalam pencarian berita demi mendapatkan berita terhangat. Berikut ini panduan bagi reporter dalam penyusunan skala prioritas saat mencari berita:

1.

Sesuatu yang baru atau new: misalnya Rhoma Irama dijagokan menjadi calon presiden; 2. Human interest: cerita mengenai manusia dan kehidupannya yang menyentuh emosi,

semisal: perjuangan hidup Ferrasta Soebardi ―Pepenk‖ dalam menjaga semangatnya di tengah deraan penyakit langka, multiple sclerosis. Ketagaran istrinya dalam menemani sang suami.

(24)

4. Notoriété (orang terkenal): informasi memiliki nilai berita jika menyangkut orang penting atau organisasi penting. ―Man makes news.‖ Semakin terkenal atau semakin penting orang itu semakin tinggi nilai beritanya. Contoh: berita duka kematian Mbah Surip yang mendadak.

5. Konflik: perselisihan atau perbedaan pendapat dua orang atau kelompok. Contoh: konflik antara Arumi Bachsin dan orangtuanya hingga menyebabkan Arumi kabur dari rumah. 6. Kontroversi: kasus-kasus perselisihan yang banyak mengundang perdebatan. Contoh: kasus pencabulan di bawah umur, Andika, eks vokalis Kangen band;

7. Proximité (kedekatan): informasi yang dekat dengan keseharian penonton berdasarkan lokasi, relevansi isu, dan tokoh. Contoh: berita tentang artis yang lebih memilih Jokowi ketimbang Foke jauh lebih menjadi daya magnet daripada berita terpilihnya kembali Presiden Barrack Obama;

8. Drama dan tragedi: peristiwa atau kejadian yang membangkitkan emosi. Contoh: anak-anak Bambang Trihatmodjo melabrak rumah Mayangsari.

9. Si le sang coule, le sujet sera porteur (peristiwa berdarah jadi berita utama): berita pembunuhan. Contoh: Lidya Pratiwi divonis bersalah terkait kasus pembunuhan Naek Gonggom;

10. Seks: persoalan skandal seksual selalu menduduki rating tinggi.

11. Impact (dampak): peristiwa yang memberikan dampak besar pada penonton lebih tinggi nilai beritanya.

12. Rapidité (waktu): informasi yang baru bernilai berita tinggi. ―Baru‖ sangat tergantung dari sifat medianya. Kejadian seminggu yang lalu adalah ―baru‖ bagi terbitan mingguan. Tetapi bagi media online, harian, dan televisi, kejadian beberapa menit yang lalu dan 24 jam sebelum terbit atau tayang adalah baru;

13. Aneh dan unik;

14. Developpement (pembangunan): permasalahan ―dunia ketiga‖ yaitu kemiskinan pasti memiliki nilai berita.

B.

Mempersiapkan dan melakukan wawancara

(25)

mendapati isu atau news peg yang tak terduga. Semisal, mendadak ada musibah yang menimpa seseorang dan peristiwa itu mutlak menjadi headline bahkan breaking news (berita terkini saat peristiwa berlangsung). Praktis reporter harus segera mencari informasi secepat mungkin terhadap tokoh atau peristiwa yang terjadi. Contoh, tragedi kecelakaan komedian Taufik Savalas. Kecelakaan naas itu terjadi menjelang tengah malam. Kabar kecelakaan itu didapat dari kepolisian setempat kemudian menyebar di kalangan jurnalis. Menyikapi informasi yang sangat mendadak itu, reporter harus menggali fakta-fakta,terlebih dahulu menghubungi kepolisian untuk menanyakan kronologi, bekerja sama dengan kepolisan mencari tahu siapa saja saksi mata yang ada di tempat kejadian peristiwa (TKP), menghubungi keluarga Taufik Savalas (alamat dan nomor kontak keluarga Taufik Savalas bisa diperoleh dari pihak kepolisian, rumah sakit, teman-teman sesama wartawan, bisa juga dari call center Telkom [apabila kita sudah menggenggam identitas dan alamat jelas Taufik Savalas]). Tak lupa, reporter mutlak mempelajari riwayat Taufik Savalas supaya memilki referensi cukup dan bisa memainkan news angle saat mewawancarai keluarga, kerabat, dan sahabat Taufik Savalas sehingga reporter bisa memunculkan banyak pertanyaan kepada mereka. Patut digarisbawahi, sebagai reporter televisi harus memiliki kesadaran penuh untuk merekam dan mendokumentaasikan penelusuran fakta itu, karena televisi adalah media audio-visual. Jadi seluruh fakta harus bisa ditonton dan didengar oleh penonton.

Bertanya, terus mencari fakta, dan menginformasikan fakta itu ke publik, itulah tugas pokok seorang reporter. Prinsip dasar pertanyaan menganut prinsip 5W + 1H (who, what, where, when why, how). Jadi kelima unsur pertanyaan itu minimal harus terakomodasi dalam whist list, wawancara, dan hasil reportase. Berikut ini tahap dasar menembus narasumber dengan wawancara:

1. Persiapkan perlengkapan. (bolpoin, buku saku, kamera, tripot atau monopot, microphone, dll.);

2. Siapkan draf pertanyaan sesuai dengan tipe narasumber 5 W 1 H; 3. Membuat list narasumber yang akan dikunjungi;

4. Mengetahui sedikit tentang riwayat dan kepribadian dari narasumber; 5. Lebih banyak mendengar daripada menerangkan;

6. Menjaga sikap di depan narasumber dan dapat membawa kenyamanan ketika melakukan wawancara.

Media-media pencarian data: 1. Internet;

2. Perpustakaan;

(26)

PERTEMUAN III

I.

La Prise de Vue

Pengambilan gambar (la prise de vue) khususnya gambar-gambar jurnalistik itu befungsi untuk memvisualkan informasi kepada publik. Gambar-gambar yang mengandung elemen audio-visual itu harus memiliki nilai berita (menyuratkan rekaman fakta dan aktualitas), nilai etis-estetika (nilai-nilai keindahan, kelayakan, dan menjaga kode etik jurnalistik), dan dramatisasi (mampu membangkitkan daya magnet dan emosi bagi penonton). Kameramen mengambil peranan penting dalam merekam fakta sedangkan reporter memegang peranan membongkar fakta. Keduanya bersinergi atau bekerja sama untuk menyebarluaskan fakta. Dalam hal ini, kameramen harus memahami prinsip-prinsip dasar pengambilan gambar:

A. Berdasarkan luas bidang pandangan

Le plan general=extreme long shot: montre une grande partie de l'espace soit pour situer le film ou situer le sujet par rapport à l'espace dans lequel il se trouve. Les personnages sont difficiles à identifier. C'est un plan essentiellement descriptif.

(27)

Le plan d'ensemble=long shot: révèle un large espace qui permet de situer le film dans son environnement géographique ou son milieu social. Les personnages sont identifiables.

Long shot bertujuan untuk menekankan atmosfir lingkungan terhadap subjek.

Le plan demi ensemble=medium long shot: le decor est reduit par rapport au plan d’ensemble; souvent les personnages sont groupes; ils sont plus importants que le decor. Ce plan situe ainsi les personnage dans leur decor.

(28)

Le plan moyen=medium shot: permet de montrer des groupes, en coupant le decor autour d’eux, on montre leurs eccupations. Ce plan cadre un ou des personnages en entier, des pieds a la tete. A partir de ce cadrage, l’action a predominance sur le decor.

Medium shot: menekankan aksi subjek dan dilatarbelakangi oleh setting tempat

Le plan americain=medium close shot: coupe les personnages plus bas que la ceinture. Ce plan tirerait son appellation des western: on cadre souvent les cowboys de la tete aux revolvers colts. Ce type de cadrage est usite lors de scenes de discussion entre deux personnages; ce procede prend ainsi une valeur dramatique. des sujets coupés à mi-corps, d'habitude des genoux en haut.

(29)

Le plan rapproche = close shot: permet l’approche d’un groupe, montre un acteur en buste; on s’interesesse a son jeu, ses mimiques,ses reactions. On fixe alors l’attention sur un personnage; l’action est moins importante que la psychologie du personnage.

Close shot: cenderung untuk memperlihatkan kondisi psikologis subjek daripada aksi

Le gros plan = close up: peut montrer en detail un visage, detailler un objet. Il a une grande capacite de renseignement, un pouvoir suggestif. Il a evidemment une valeur dramatique et essentiellement psychologie.

(30)

Le tres gros plan ou plan serre = extreme close up: peut focaliser sur les levres, les yeux d’un perssonnage ou sur un bouton de commande, un objet. Il peut donner une acuite monstreuese, creer une tension. Il isole souvent un detail du corps ou du visage qui prend une importance dramatique.

Extreme close up: cenderung mengangkat nilai-nilai dramatis

L’insert = cut in: est tourne separement pour etre intercale, insere ensuite lors du montage. Il montre en gros plan un objet ou un detail.

(31)

Gros plan moyen: medium close-up: de la poitrine au visage.

Medium close up: cenderung mengangkat bahasa tubuh, profil, dan emosi

b.

Angle camera

(sudut pengambilan gambar)

Sejumlah teknik dalam mengambil sudut pengambilan gambar antara lain:

1. Bird Eye View: sudut pengambilan gambar yang dilakukan di atas, seolah menjadi mata burung yang terbang dan mampu melihat suasana dan aktivitas di bawahnya. seperti burung terbang yang melihat ke bawah. Sudut pengambilan gambar dilakukan di atas gedung ataupun dengan helikopter. 2. High Angle (plongée): sudut pengambilan gambar yang tepat di atas objek. 3. Low Angle (contre-plongée): sudut pengambilan gambar yang diambil dari

bawah objek atau subjek. Sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle.

4. Eye Level: sudut pengambilan gambar dengan sudut sejajar dengan mata subjek atau objek.

c.

Pergerakan kamera

1. Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya.

Panning right: gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan. Panning left: gerak kamera mendatar dari kanan ke kiri.

2. Tilting adalah gerakan kamera secara vertikal (posisi kamera tetap di tempat) dari atas ke bawah atau sebaliknya.

(32)

Tilt down: gerak kamera secara vertikal dari atas ke bawah.

3. Tracking adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi subjek atau objek.

Track in: gerak kamera mendekati subjek atau objek. Track out: gerak kamera menjauhi subjek atau objek.

4. Follow adalah gerakan kamera mengikuti kemana pun subjek atau objek bergerak.

(33)

PERTEMUAN IV

Menjadi Jurnalis yang Peka dan Berwawasan

Jurnalisme tidak hanya sekadar mengumpulkan informasi, jurnalisme juga menyangkut penulisan

naskah dan editing. Oleh sebab itu definisi sederhana dari jurnalisme adalah ―melaporkan, menulis

dan mengedit berita untuk diterbitkan atau disiarkan‖.

Namun demikian seorang jurnalis yang hebat tidak hanya sekedar mengumpulkan fakta-fakta

dan menyiarkannya. Seorang jurnalis harus meletakkan konteks, perspektif dan latar belakang dalam

menyampaikan laporan, serta menulis naskah dan melakukan editing.

Mengembangkan Diri Sebagai Jurnalis

Seorang jurnalis butuh pengembangan diri. Untuk itu dibutuhkan pengembangan karakter sebagai berikut:

1. News junkie (suka kepada berita)

Pertama-tama seorang reporter yang andal haruslah seseorang yang menyukai berita. Mereka merasa

lapar dan bersemangat untuk mengikuti berita. Berita adalah aliran darahnya. Newsroom yang terbaik

adalah dipenuhi dengan news junkie ini. Ketika terjadi breaking news mereka ingin menjadi yang

pertama memberitakannya. Mereka juga mengamati stasiun televisi lain cara memberitakan breaking

news. Mereka ingin tahu gambar yang terbagus dan informasi yang paling akurat. Mereka merupakan

orang-orang yang berdaya saing tinggi.

2. General knowledge (pengetahuan umum)

Sikap lainnya yang dimiliki jurnalis adalah mereka memiliki pengetahuan umum dan informasi

tentang dunia serta bagaimana bergerak. Bagaimana kita tahu sesuatu informasi ini penting? Di mana

akan ditempatkan dalam rundown? Apakah kita memiliki latar belakangnya untuk disampaikan

kepada pemirsa? Inilah alasan mengapa kita harus memiliki pengetahuan sebanyak mungkin.

3. Knowledge challenge

Jika reporter tidak memiliki pengetahuan dasar, reporter akan menghadapi kesalakan yang serius

dalam menentukan berita mana yang penting. Keputusan memilih berita yang buruk dan kelalaian

akan menyebabkan lunturnya kepercayaan pemirsa. Lebih buruk lagi jika kita membiarkan berita

(34)

percaya lagi kepada berita yang kita siarkan maka mereka tidak akan menoleh lagi kepada stasiun

kita.

4. Jeopardy (berpengetahuan luas dan serba tahu)

Jeopardy merupakan game televisi yang populer di Amerika Serikat soal kuis berbagai topik seperti

sejarah, seni budaya, sains, olahraga dan geografi. Bayangkan Anda menjadi salah satu kontestannya

yang akan menghadapi pertanyaan dengan berbagai topik. Reporter bukanlah ahli namun reporter

harus tahu banyak. Untuk itu reporter biasa disebut tahu ―satu mil lebar dan satu inci dalamnya‖

mengenai sesuatu informasi.

Lalu bagaimana memperoleh pengetahuan yang luas ini. Resepnya: membaca, membaca, dan

membaca. Bacalah semua jenis majalah, buku, surat kabar dan situs internet. Membaca setiap hari

(35)

PERTEMUAN V

I.

Menulis Berita

Dalam menulis berita di televisi, kita harus memilih kata-kata yang mudah dicerna dan bisa ditangkap secara jelas oleh telinga. Untuk itu, kita harus belajar dan mempraktikkan lima unsur dalam menulis berita: Conversational/Courant, Clear/Clair, Concise/Concis, Compelling/Convaincant, dan Cliché.

1. Conversational/Courant

Saat kita menulis berita untuk disiarkan, maka kita menulis untuk didengarkan oleh telinga pemirsa. Pemirsa mendengar dan melihat berita dalam televisi maka televisi merupakan perangkat paling baik dalam menyampaikan informasi kepada publik. Namun kelemahannya pemirsa hanya memiliki satu kali kesempatan untuk menyimak berita. Ini berarti kita harus menggunakan bahasa percakapan karena dengan cara itu mereka tak perlu berpikir panjang dalam mengetahui informasi. Cara ini membantu mereka memahami berita dengan cepat.

Tulislah berita seperti cara orang berbicara. Kita memberitahukan berita apa yang yang paling penting dan menarik. Oleh karena itu dalam urutan segmentasi berita, berilah pemirsa berita paling penting dulu dan menjadi isu santer. Dalam percakapan kita juga jarang menggunakan kalimat yang kompleks dengan anak kalimat. Janganlah hal ini dilakukan dalam siaran berita.

2. Clear/Clair

Batasi satu kalimat dengan satu kalimat utuh tanpa banyak anak kalimat. Cara ini mempermudah pemirsa untuk memagami sebuah gagasan. Saat kita menggunakan kata sambung ―dan‖ atau koma maka kalimatnya akan menjadi kompleks. Dalam penulisan berita, pencantuman atribusi (penjelas adegan/aksi) sangatlah penting supaya tidak muncul ambiguitas (pemahaman ganda), subjek diletakkan sebelum kata kerja. Sebuah kutipan kalimat tanpa atribusi mengesankan pendapat dari penyiar.

(36)

Contoh tepat: Jokowi mengerenyitkan dahi saat menyaksikan Pintu Air Manggarai Jakarta Timur tertutup oleh sampah. Menurutnya, pengetahuan masyarakat akan pentingnya peranan sungai dalam kehidupan masih rendah.

Jangan pula menuliskan terlalu banyak angka. Angka sulit untuk diikuti. Batasi satu kalimat satu angka dan usahakan jangan meletakkan angka pada kata pertama karena akan membingungkan.

Contoh bermakna ganda: Tiga belas orang tewas ketika kereta api anjlok di dekat Bekasi, namun seratus lima puluh penumpang selamat dalam kecelakaan kereta api.

Contoh tepat: Kecelakaan kereta api dekat Bekasi menewaskan tiga belas penumpang. Terhitung, seratus lima puluh penumpang selamat dari musibah kereta anjlok ini.

3. Concise/Concis

Gunakan kalimat singkat. Kalimat deklaratif atau pernyataan merupakan jantung dari penulisan berita televisi. Letakkan subjek di bagian pertama, disusul dengan kata kerja dan objek.

Tuliskan kalimat pendek karena kalimat pendek mudah dipahami dan lebih kuat.

4. Compelling/Convaincant

Tuliskan kalimat aktif. Reporter atau penulis berita menggunakan kalimat aktif karena bentuk aktif lebih kuat daripada kalimat pasif.

Menulis kalimat aktif sulit dilakukan dengan baik, namun ini merupakan ciri dari karakter penulisan berita TV.

Contoh buruk: Bola ditendang oleh Andik Firmansyah ke luar lapangan.

Contoh baik : Andik Firmansyah menendang bola ke luar lapangan.

5. Cliché

Klise merupakan penyakit bagi berita televisi. Bahasa klise menyiratkan bahwa media tersebut belum memiliki fakta kuat. Usahakan menghindari bahasa klise dalam penulisan naskah.

(37)

1. Diduga/disangka: inilah klise yang tidak berguna dalam naskah siaran. Banyak penulis naskah siaran menggunakan kata ―disangka‖ karena mereka tidak mau melaporkan seseorang itu bersalah atas sebuah kejahatan.

2. Dilaporkan/diberitakan: ini adalah kata lain yang banyak digunakan produser dan reporter karena mereka malas mendapatkan informasi akurat dan atribusi yang jelas. 3. Tampaknya: kata-kata ini dengan dengan dilaporkan.

4. Belum dipastikan: jika kita tidak tahu jangan menyebutkan info yang belum pasti. 5. Tersangka: kata ini sering disalahgunakan. Yang berarti polisi memiliki nama

seseorang yang melakukan kejahatan. Kecuali kalau identitas jelas dan orang itu diketahui jangan gunakan kata ―tersangka‖.

6. ―Pejabat mengatakan ....‖: kita akan mengetahui siapa yang mengatakan atau tidak sama sekali. Jangan menggunakan sumber yang mengambang.

7. Laporan baru-baru ini: terkadang produser dan reporter menggunakan kalimat ini karena beritanya tidak baru dan mereka berusaha menyembunyikan fakta.

II.

Hard News/Straight News dan Feature/Soft News

Dalam menyajikan berita aktual dan faktual, reporter sudah harus mempersiapkan peruntukan liputannya. Artinya dalam rapat redaksi sudah diplot, apakah liputan tersebut digunakan untuk hard news (berita terkini yang ditayangkan segera mungkin karena jika tidak segera ditayangkan, berita itu akan ―basi‖ atau tidak lagi memiliki unsur aktualitas) atau soft news (berita yang disajikan dengan cara bertutur, lebih mendalam dan tidak harus segera ditayangkan). Oleh karena itu, dengan memperhatikan kriteria berita itu, reporter wajib memperhatikan 4 pendekatan dalam melakukan peliputan.

– Pendekatan waktu: dalam hal ini, informasi berupa fakta atau peristiwa harus mengutamakan kekinian dan harus kronologis (runtut).

– Pendekatan geografis: isu-isu yang diangkat harus berhubungan dengan kejadian atau peristiwa lokal.

– Pendekatan sosial: dalam hal ini, reporter harus memperhatikan isu atau masalah dengan latar belakang segmen pemirsa.

(38)

Menyampaikan informasi yang mengandung unsur 5 W+1 H. Dalam penulisannya, ekspresi jurnalistik mutlak memenuhi pertanyaan-pertanyaan 5 W+1 H dan jangan lupa, untuk berita televisi, fakta berupa audio visual menjadi panglima dalam penulisan berita.

Dalam menulis hasil reportase, perhatikan hierarki penulisan berita yaitu menganut metode piramida terbalik. Artinya, metode tersebut memaparkan hal terpenting di awal tulisan, kemudian diikuti referensi-referensi yang mendukung hal tersebut. Penulisan berita disajikan dengan kalimat pendek sehingga mudah dipahami pemirsa. Jangan membuat kalimat yang memiliki anak-anak kalimat.

Feature/Soft News

Soft news atau feature mengangkat kisah-kisah yang mengangkat fakta mendalam, bisa juga mengangkat berita yang menghibur, bisa juga mengangkat tema ―human interest‖ dan tidak terikat waktu. Hasil reportase ditulis dan ditayangkan dengan gaya bertutur. Tujuan dibuat feature untuk memberikan berita yang mendalam dan menghibur pada penonton. Nilai sebuah feature adalah kebaruan dan kejelian sudut pandang reporter dalam mengangkat permasalahan yang belum diangkat oleh media lain.

Feature tak hanya memberikan informasi, tapi juga harus memperhatikan elemen ―how‖ dan ―why‖ yang jauh lebih mendalam daripada hardnews. Jadi feature harus lebih detil, harus bisa menjelaskan peristiwa secara jelas. Pendeknya, feature ibarat menyajikan berita dalam bentuk cerita pendek. Lain halnya dengan hardnews yang benar-benar memadatkan durasi dengan informasi terkini dan ditulis dengan kalimat-kalimat pendek. Genre feature meliputi: explanation feature dan argumentative feature.

Explanation feature: penuturan bersifat penjelasan atau pemaparan. Contohnya: news feature (sisi-sisi unik dalam sebuah berita [hard news]), memoir tokoh, sejarah, wisata, human interest, ritual atau perayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya residu aflatoksin M1 serta tingkat residunya pada susu sapi segar yang berasal dari peternakan rakyat yang ada di Kodya

Hal ini terjadi akibat dari infeksi virus yang mempengaruhi telinga seperti yang menyebabkan vestibular neurtitis dan penyakit Meniere adalah penyebab signifikan

Hal yang sama terjadi pada wartawan dalam mempersepsi perusahaan melalui aktivitas media relations, pertama – tama stimuli atau sensasi datang melalui siaran pers

Guru memberikan penjelasan materi pembelajaran tentang pengertian momentum sudut, hubungan antara momentum sudut dan torsi dan formulasi hukum kekekalan momentum

BPR Bank Jogja ini meliputi proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi telah dilakukan pengamatan kembali baik dari peneliti dan dari pihak Bank Jogja,

Warga masyarakat Desa Jetis Kapuan yang telah membantu dan bersedia untuk bekerja sama dengan mahasiswa dalam pelaksanaan program kerja KKN BMC UNNES 2020.. Semua pihak yang telah

pria obesitas, setiap kenaikan 10 poin di HBI Rata dikaitkan dengan kemungkinan 4% lebih rendah memiliki tinggi puasa insulin dan kadar kolesterol LDL tinggi dan 3% lebih rendah

Penelitian ini menunjukan bahwa di dalam perusahaan terdapat FBM yang dihadiri oleh tiga orang anggota keluarga yaitu Narasumber 3 sebagai Direktur Utama,