Tugas Makalah
Agribisnis Tanaman Perkebunan
OPTIMALISASI AREAL PERTANIAN
KAKAO
DIRLAND JUNARDI
MUH. AKBAR PRATAMA
ASRIADI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Kakao merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki peranan yang cukup nyata dan dapat diandalkan dalam mewujudkan program pembangunan per-tanian, khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendorong pengembangan wilayah, peningkatan kesejahteraan petani dan peningkatan pendapatan/ devisa negara. Pengusahaan kakao di Indonesia sebagian besar merupakan perkebunan rakyat. Dalam dua dasawarsa terakhir ini areal kakao
Nasional terus menjalani pertumbuhan yang nyata sehingga produksi kakao nasional juga menjalani pertumbuhan yang nyata sehingga produksi kakao nasional juga meningkat seiring dengan peningkatan luas arealnya, namun demikian produktivitasnya stabil bahkan menurun.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kakao Indonesia, khususnya yang dihasilkan oleh rakyat, di pasar Internasional masih dihargai paling rendah karena citranya yang kurang baik yakni didominasi oleh bijibiji
tanpa fermentasi, biji-biji dengan kadar kotoran tinggi serta terkontaminasi serangga, jamur dan mitotoksin. Sebagai contoh, pemerintah Amerika serikat terus meningkatkan diskonnya dari tahun ke tahun. Citra buruh inilah yang menyebabkan ekspor kakao ke China atau negara lain harus melalui Malaysia atau Singapura terlebih dahulu.
Kelompok negara Asia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan konsumsi seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, sedikit saja kenaikan tingkat konsumsi di Asia, akan meningkatkan serangan produk kakao di Asia. Kapasitas produksi kakao di beberapa Negara Asia Pasifik lain seperti Papua New Guinea, Vietnam dan Fhilipina masih jauh di bawah Indonesia baik dalam hal luas areal maupun total produksi, oleh karena itu disbanding Negara lain, Indonesia memiliki beberapa keunggulan dalam hal pengembangan kakao, antara lain ketersediaan lahan yang cukup luas, biaya tenaga kerja relatif murah, potensi pasar domestik yang besar dan sarana transportasi yang cukup baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Perkebunan adalah salah satu lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokalKakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional.
2.1 Potensi Tanaman Kakao di Indonesia
Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Keberhasilan perluasan areal telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading pada tahun 2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003.
2.2 Potensi Lahan
Jika luas areal meningkat maka dengan otomatis produktivitas juga ikut meningkat akan tetapi produktivitas dan mutu menurun apabila disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
• Menipisnya unsur hara tanah
• Serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dan penyakit Vascular Streak Diebacks (VSD), Menurunnya kualitas kebun
Dari tahun 2000-2008 luas areal pertanian kakao terus mengalami peningkatan. Areal meningkat mengakibatkan produksi juga ikut meningkat.
2.3. Pengembangan usaha perkebunan kakao
Pengembangan usaha tersebut dapat tercapai apabila terpenuhi beberapa syarat seperti:
• ketersediaan lahan yang luas,
• tenaga kerja yang cukup,
• modal
• sarana dan prasarana memadai
2.4 Potensi Sumberdaya Alam
Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan di Provinsi ini. Pada tahun 2006, luas areal kakao mencapai 41.312,50 ha tersebar di hampir seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Timur dengan produksi mencapai 26.774 ton (produktivitas 1,02 ton/ha). Wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang luas berpotensi untuk dilakukannya pengembangan kakao melalui perluasan areal tanam.
2.5 Pohon Produksi
Biji kakao yang telah kering dipisahkan antara kulit (shell) dan liquor-nya. Dari liquor akan diperoleh lemak (fat) dan cake. Dari kulit biji dan liquor tersebut, lebih lanjut akan diperoleh bermacam-macam produk
Pangsa pasar biji kakao di dalam negeri masih relatif kecill, hal ini disebabkan oleh belum berkembangnya industri pengolahan biji kakao di Indonesia.
2.6 Upaya Perbaikan
Upaya rehabilitasi perlu dilakukan untuk meningkatkan potensi kebun yang sudah ada melalui perbaikan bahan tanan dengan teknologi sambung samping ataupun penyulaman dengan bibit unggul. Tetapi apabila upaya rehabilitasi tidak memungkinkan, maka perbaikan potensi kebun dapat dilakukan melalui peremajaan. Kedua kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kebun-kebun kakao petani yang telah dibangun.
• Peremajaan kebun tua/rusak dengan bibit unggul.
• Perluasan areal pada lahan-lahan potensial dengan menggunakan bibit unggul.
• Peningkatan upaya pengendalian hama PBK.
• Perbaikan mutu produksi sesuai dengan tuntutan pasar.
• Pengembangan industri pengolahan hasil mulai dari hulu sampai hilir, sesuai dengan kebutuhan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keberhasilan perluasan areal telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading pada tahun 2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003. Hampir semua tempat di Indonesia cocok untuk komoditi kakao, dan Irian Jaya (Papua) adalah Provinsi dengan luas lahan kakao terbesar di Indonesia yakni seluas 2.443.853 Ha. Sedangkan di Sulawesi sendiri, khususnya Sulawesi selatan hanya mempunyai luas lahan sebesar 52.856 Ha.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1993, Pengolahan kakao, Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian RI.
Anonimus, 2004, Kakao (theobroma cacao L), Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian RI. Anonimous, 2007, Prospek dan Arah Pembangunan Agrisbisnis Kakao, Badan
Pengembangan dan Penelitian Pertanian (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development),
Departemen Pertanian RI Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006, Panduan Lengkap Budidaya Kakao (Kiat mengatasi permasalahan praktis), PT. Agromedia Pustaka.
Sri Mulato dkk, 2005, Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1988, Taksonomi Tumbuhan (Spermathopyta), Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Tumpal H.S. Siregar dkk, 2006, Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Coklat, Penebar Swadaya Jakarta.