• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGEMB BUDAYA LITERASI DI SEKOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENGEMB BUDAYA LITERASI DI SEKOL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Membaca merupakan merupakan keterampilan berbahasa.dan faktor yang penting dalam proses pembelajaran, karena dengan membaca peserta didik dapat memperoleh informasi. Membaca merupakan salah satu kegiatan dalam berliterasi. Literasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah.

Budaya membaca dan menulis pada masyarakat Indonesia masih jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini terbukti (salah satu) dari nilai prestasi pendidikan yang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia misalnya, yang kemerdekaan negaranya jauh lebih baru daripada kemerdekaan negara kita Republik Indonesia. Mengapa demikian? Salah satu sebabnya karena budaya literasi masyarakat kita masih rendah.

B. Rumusan Masalah

(2)

BAB II

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Sedangkan Pengertian Budaya literasi sekolah adalah Budaya kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis khususnya pada sekolah sekolah.

(3)

B. Bagaimana cara pengembangan budaya literasi di sekolah

Literasi sekolah dalam konteks gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar (SD) merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. GLS di SD merupakan suatu upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai komunitas pembelajaran literasi.

Gerakan literasi sekolah sangat penting guna mengembangkan minat baca. Banyak sekali manfaat yang di dapat dengan menumbuhkan budaya literasi sekolah, selain menumbuhkan minat baca juga dengan membaca akan menambah berbagai wawasan. Ada baiknya kita tahu bagaimana cara mengembangkan Budaya Literasi Sekolah. Berikut adalah cara mengembangkan Budaya Literasi Sekolah :

(4)

Tidak hanya siswa, tetapi guru juga sangat perlu membaca buku guna memperluas wawasan, guna menambah ilmu pengetahuan, yang nantinya akan diajarkan kepada siswa-siswa di sekolah. Untuk mengembangkan budaya literasi sekolah, setiap guru wajib membaca buku setiap satu bulan satu buku yang di baca. Buku tersebut diresensi kemudian didiskusikan dalam sebuah acara misalnya pada forum Kelompok Kerja Guru (KKG) yang diadakan setiap minggu atau setiap bulan. 2. Membaca Senyap 15 Menit Setiap Hari

(5)

3. Perpustakaan Kelas

(6)

4. Pengadaan Buku Bacaan Berkualitas

(7)

5. Kunjungan ke Pameran Buku

(8)

6. Kunjungan ke Perpustakaan Daerah

Setiap daerah pasti mempunyai perpustakaan yang menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik dilingkungan formal maupun non formal. Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan pengguna untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya, baik dalam berkelompok, maupun belajar mandiri pada waktu-waktu kosong, dengan berbagai profesi. Sekolah membuat program agar para siswa bisa berkunjung ke perpustakaan daerah setempat.

(9)
(10)

Sekolah membuat program tantangan membaca buku kepada guru dan siswa misalkan yang berhasil membaca 100 buah buku dalam setahun maka akan mendapatkan reward.

(11)
(12)

Sekolah memberikan reward kepada siswa/guru yang paling rajin membaca di perpustakaan, perpustakaan kelas terbaik, guru dan siswa yang berhasil menerbitkan buku.

C. Bagaimana cara pengajaran literasi inovatif di sd

Saat ini gerakan ini telah dijadikan sebagai program utama dari Kemdikbud di bawah Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah yang akan dijalankan dengan secara masif, terstruktur dan berkelanjutan pada semua sekolah di Indonesia. Sekolah hendaknya menjadi lembaga formal yang menjadi garda terdepan dalam menumbuhkan budaya literasi yang berkesinambungan.

(13)

1. Demonstrasi dan Temuan

Demonstrasi dan temuan adalah strategi yang mengajarkan siswa untuk menguasai strategi membaca dan menulis serta mengajarkan cara memahami konsep-konsep bahasa. Melalui strategi demonstrasi, siswa belajar memahami cara kerja bahasa. Strategi itu dapat dilaksanakan sendiri oleh siswa atau dengan arahan guru. Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan strategi tersebut adalah memprediksi isi bacaan, koreksi diri, revisi, dan mengedit tulisan. Melalui strategi penemuan, siswa belajar tentang cara menemukan informasi dari bahasa, juga belajar tentang ilmu kebahasaan dan strategi berbahasa. Strategi itu dilaksanakan dengan pembandingan antar-teks yang sama atau antarteks yang berbeda. Melalui pembandingan antar-teks tersebut siswa dapat belajar memprediksi.

Memprediksi isi bacaan adalah memperkirakan atau menebak isi bacaan sebelum membaca (tahap prabaca), dilakukan melalui membaca judul, mengamati gambar sampul, gambar di dalam buku, dan pengaktifan skemata melalui tanya jawab. Koreksi diri adalah siswa mengamati, mengoreksi, mengontrol aktivitas membaca dan menulis yang telah dilaksanakan dengan bertanya pada diri sendiri tentang kinerja yang telah dilakukan, dan mengisi daftar cek koreksi diri tentang membaca dan menulis (proses atau produk). Revisi dan mengedit tulisan adalah perbaikan tulisan dengan mengubah draf awal berdasar masukan guru, teman, dan pemikiran diri sendiri

2. Penggunaan Bimbingan

(14)

3. Strategi Bertanya

Strategi bertanya merupakan strategi penting pengajaran karena setiap guru dalam membelajarkan siswanya selalu menggunakan pertanyaan. Pertanyaan juga merupakan bagian dari strategi konferen untuk meningkatkan penguasaan siswa tentang strategi membaca dan pemahaman isi bacaan serta bimbingan menulis dalam proses dan produk. Strategi tersebut umumnya didesain sesuai dengan hierarki pemahaman bacaan, yaitu literal, inferensial, evaluatif, dan tanggapan kreatif. Pertanyaan literal adalah pertanyaan yang jawabannya langsung terdapat pada teks. Pertanyaan inferensial jawabannya mengacu pada teks, tetapi tidak langsung tampak, jawaban perlu membaca teks. Pertanyaan evaluatif mengacu pada teks, tetapi jawaban siswa harus dikaitkan dengan pengetahuan latarnya. Pertanyaan kreatif membutuhkan pe-mahaman materi lebih luas. Jawaban perlu didukung ide baru berdasar ide-ide materi yang dibaca.

Agar pertanyaan efektif sebaiknya pertanyaan dipersiapkan terlebih dulu. Burn, Roe, & Ross menawarkan tiga formula pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan. Formula pertanyaan digambarkan sebagai berikut.

Membantu Siswa Menjawab Pertanyaan

Hal penting dalam penerapan strategi bertanya bagi ABK adalah membantu siswa menjawab pertanyaan dan membangkitkan pertanyaan siswa. Untuk membantu siswa menguasai cara menjawab pertanyaan Raphael (1986) mengerangkakan hubungan-jawaban-pertanyaan atau Question-Answer- Relationship (QARs) dalam empat kategori kelompok dengan dua judul yakni”Dalam Buku dan Dalam Pikiranku” yang dipetakan sebagai berikut.

Dalam menerapkan QARs bagi ABK, Raphael merekomendasikan tiga tahapan sebagai berikut.

(15)

 Membagikan kepada siswa fotokopi bagian bacaan pendek, mendiskusikan solusi jawaban pertanyaan dalam kelompok dan mengoreksinya, serta mengarahkan siswa fokus pada sumber informasi untuk menjawab pertanyaan. (contoh: Bagaimana kamu mengetahui jawabannya? Dapatkah kamu memperbaikinya? Apakah teks menunjukkan jawabanmu? Jika tidak, bagaimana kamu mengetahuinya?

 Meningkatkan bagian bacaan lebih panjang dan pertanyaan lebih banyak secara bertahap dalam kelompok. Selanjutnya, siswa harus menjawab pertanyaan sendiri dengan bimbingan sampai siswa mampu menggunakan QARs mandiri.

Cara lain membantu siswa menguasai strategi menjawab pertanyaan disarankan oleh Rhodes & Marling (1988) bahwa guru hendaknya menginternalisasi formula pertanyaan efektif, yaitu (1) pertanyaan harus melibatkan siswa berpikir tentang teks untuk mengonstruksi makna secara efektif; (2) perta-nyaan harus melibatkan siswa memahami hubungan antara teks dan pengalaman, kehidupan, perasaan, dan sikap mereka; (3) pertanyaan harus melibatkan siswa dalam percakapan autentik dengan komunitas pembaca dan penulis tentang aspek-aspek teks; (4) pertanyaan harus mendorong pembaca dan penulis memutuskan sendiri hal penting tentang teks dan mengorganisasikan sendiri tulisannya.

(16)

sendiri dalam proses menulis. Dengan kata lain, untuk mendorong/membangkitkan pertanyaan siswa terbaik adalah mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertanya antarteman.

4. Pengajaran Langsung dan Pemodelan

Pengajaran langsung dapat membantu siswa yang sulit mendapatkan konsep-konsep penting dalam proses membaca dan menulis. Melalui penjelasan dan contoh langsung, siswa akan dapat memahami proses mental yang mengaarahkan siswa berada pada inti membaca dan memungkinkan siswa menjadi pembaca mandiri. Strategi pemahaman kata-kata sulit dengan mencari makna kata dalam kamus/ensiklopedi,/buku pintar akan menumbuhkan pemahaman membaca lebih tinggi.

Pemodelan membaca lisan yang baik menunjukkan kepada siswa bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Hal itu akan mendorong siswa banyak membaca sehingga mereka dapat memperbaiki

kosakata, ekspresi, dan kualitas suara serta pemahaman struktur dan meningkatkan kompetensi berbahasa (Shophia, 2002). Pemodelan membaca pemahaman memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan kemampuan menerapkan strategi membaca untuk meningkatkan pemahamannya.

(17)

5. Unit Tematik

Unit tematik merupakan salah satu model pengajaran yang mendekati kehidupan nyata. Penggunaan tema-tema akan memungkinkan bagi siswa merangkaikan pelajaran dengan kecakapan-kecakapan yang dapat ditemukan secara alamiah dalam kehidupan sebenarnya, dan juga memberikan kesempatan yang luas bagi siswa menggunakan kecerdasan majemuknya secara praktis (Amstrong, 2000). Pada dasarnya unit tematis merupakan metode lama dan telah dikenalkan oleh John Dewey pada tahun 1920-an, dan tahun 1930 sebagai bagian dari pendidikan progresif. Dalam pengajaran bahasa unit tematis diintensifkan pemanfaatannya

dimulai tahun

1980 pada saat terjadi gerakan whole language. Pendekatan tematis ini diistilahkan dengan nama yang bervariasi, diantaranya adalah unit dan unit tematik, studi tema, siklus tema, pengajaran terpadu, pengajaran lintas kurikulum, dan pengajaran tematik. Ide di balik istilah ini adalah kurikulum lintas mata pelajaran. Khususnya anak belajar bahasa sebagaimana menggunakannya dalam semua mata pelajaran (Cox, 1999).

(18)

oleh guru individu. RPP disusun mengacu pada buku Panduan Teknis Penyusunan RPP di Sekolah Dasar/M1 (Kemendikbud, 2014).

BAB III PENUTUP

(19)

Pengertian Pengembangan Budaya literasi di sekolah adalah suatu usaha untuk meningkatkan Budaya kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis khususnya di sekolah sekolah

Berikut adalah cara mengembangkan Budaya Literasi Sekolah : Diskusi Hasil Resensi Buku, Membaca Senyap 15 Menit Setiap Hari, Perpustakaan Kelas, Pengadaan Buku Bacaan Berkualitas, Kunjungan ke Pameran Buku, Kunjungan ke Perpustakaan Daerah, Kunjungan ke Penerbit Buku Terdekat, Challenge, Writing Contest dan Penerbitan Buku, Reading Award

Strategi pengajaran membaca dan menulis umumnya diterapkan guru untuk mendorong perkembangan dan pertumbuhan performansi membaca dan menulis (literasi). Rhodes & Marling (1988) menawarkan strategi pengajaran membaca dan menulis yang dapat diterapkan untuk ABK juga dapat diterapkan untuk siswa reguler, yaitu (1) demonstrasi dan penemuan, (2) penggunaan bimbingan, (4) pengajaran langsung dan permodelan (3) strategi bertanya, (5) unit tematik.

B. Saran

(20)

Suryanti dkk. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara

https://motivatorkreatif.wordpress.com/2016/02/01/10-cara-mengembangkan-budaya-literasi-di-sekolah/

literasi, Beers, dkk. (2009). A Principal’s Guide to Literacy Instruction: MLC

https://id.wikipedia.org/wiki/Kamus_Besar_Bahasa_Indonesia/Pengertian pengembangan

Referensi

Dokumen terkait

DINAS PETERNAKAN PERIKANAN DAN

Dalam rangka mendukung kebijakan diatas hal yang dapat dilakukan khususnya di Kabupaten Rembang adalah peningkatan kuantitas dan kualitas terumbu karang, selain

From the results of the analysis, the researcher found that with positive regards such as love and sympathy that given by others can develops and sustains the personality

Beberapa penelitian yang mendukung teori tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Fama dan French (2001) yang menemukan bahwa perusahaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan substitusi parsial tepung kedelai sangrai dan margarin canola pada pound cake secara fisik, kimia, dan sensoris..

NaCl dalam larutannya memang merupakan elektrolit kuat, karena dalam larutan, partikel-partikel NaCl akan terionisasi seluruhnya sehingga menghasilkan banyak

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan kajian yang lebih mendalam tentang pengaruh penggunaan selebriti dalam

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea adalah suatu