• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Tanaman Nanas Ananas comosus L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Produksi Tanaman Nanas Ananas comosus L. "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KAPITA SELEKTA

PRODUKSI TANAMAN NANAS

(Ananas comosus (L.) Merr.)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Produksi Tanaman Buah-Buahan

Oleh:

ARIF AFFAN WICAKSONO (150510120107)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun berdasarkan studi literatur mengenai tanaman nanas secara menyeluruh, mulai dari nilai gizinya, budidayanya, hingga kepada analisis usaha taninya. Di Indonesia, produksi nanas melimpah, dilihat dari nilai ekspornya yang tinggi dan semakin banyaknya daerah yang ikut memproduksinya. Selain itu, nanas merupakan buah yang multifungsi, karena seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan. Hal inilah yang menjadi keunikan tersendiri dari tanaman nanas. Selanjutnya semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai bagaimana budidaya nanas yang baik hingga bagaimana mengelola pemasukan dan pengeluaran dalam usaha taninya. Harapan kami, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga informasi mengenai masalah yang dibahas dapat tersebar dan dipahami dengan baik.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Produksi Buah-buahan yang telah membimbing serta memberikan pengetahuan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Jatinangor, Maret 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

I. PENDAHULUAN...5

1.1 Arti Penting Tanaman Nanas...5

1.1.1 Nilai Gizi dan Fungsinya...5

1.1.2 Nilai Ekonomi...6

1.1.3 Nilai Sosial Budaya...6

1.2 Mengenal Tanaman Nanas...6

1.2.1 Karakteristik Morfologi (Akar, Batang, Daun, Bunga, Buah)...6

1.2.2 Perilaku Tumbuh Tanaman Nanas...8

1.2.2.1 Arsitektur Tajuk Tanaman Nanas...8

1.2.2.2 Aktivitas Fotosintesis...9

1.2.2.3 Fruiting Habit...9

1.2.3 Keluarga Tanaman Nanas...10

1.2.4 Jenis-Jenis Tanaman Nanas...10

1.3 Lingkungan Tumbuh (Fisik) Tanaman Nanas...10

1.3.1 Iklim...10

1.3.2 Tanah...11

1.3.3 Pusat Produksi Nanas di Indonesia...11

1.4 Lingkungan Biotik Tanaman Nanas...12

1.4.1 Hama...12

1.4.2 Penyakit...13

1.4.3 Gulma...14

1.4.4 Organisme Bermanfaat...15

II. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN NANAS...16

2.1 Pembiakan Tanaman Nanas dan Pembibitan...16

2.2 Penyiapan Lahan...18

2.3 Penanaman dan Sistem Tanam...19

2.4 Pengairan...20

(4)

2.6 Teknik Pemangkasan...20

2.7 Pengendalian OPT...20

2.8 Panen dan Penanganan Pasca Panen (Umur Panen, Kriteria Panen, Waktu Panen, Cara Panen, Penanganan Pasca Panen, Produk Olahan)...21

III. PERMASALAHAN PRODUKSI NANAS DAN ALTERNATIF SOLUSINYA...23

IV. ANALISIS USAHA TANI PRODUKSI TANAMAN NANAS...26

(5)

I. PENDAHULUAN

1.1 Arti Penting Tanaman Nanas

Tanaman nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan salah satu tanaman paling popular di dunia. Nanas juga menjadi salah satu tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis maupun subtropis. Volume ekspor nanas begitu besar sehingga Indonesia menjadi negara pengekspor nanas terbesar di dunia hingga awal tahun 2012. Berdasarkan data Indonesian Trade Promotion Center, nilai ekspor tersebut mencapai 139 juta US dolar.

Bagi masyarakat Indonesia, nanas merupakan bagian dari kehidupannya, karena semua bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Disamping itu, sisi penting lainnya adalah luas areal perkebunan rakyat tanaman nanas yang mencapai 47% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah tangga petani. Pengusahaan nanas juga membuka tambahan kesempatan kerja dari kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil samping yang sangat beragam jenisnya (Tarmansyah, 2007).

1.1.1 Nilai Gizi dan Fungsinya

Buah nanas mengandung gizi yang cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim bromelain (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana.

Selain itu buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Sari buahnya juga dapat mengobati penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dengan cara mengoleskannya di tempat munculnya penyakit. Kulit buah nanas pun mempunyai nilai guna yang dapat diolah menjadi sirup atau diekstraksi cairannya untuk pakan ternak.

Adapun kandungan gizi buah nanas dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 1.1. Kandungan Gizi Buah Nanas (Ananas comosus L.) (Anonim, 2012)

(6)

5.

Bagian utama yang bernilai ekonomi tinggi dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar, juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, sirup, keripik dan lain-lain. Rasanya yang manis hingga sedikit masam segar membuatnya disukai masyarakat luas. Hal ini membuat buah nanas menjadi tanaman yang mempunyai pangsa pasar yang bagus dan luas.

1.1.3 Nilai Sosial Budaya

Tanaman nanas produksinya begitu besar, sehingga Indonesia bisa mencapai ranking pertama dalam hal ekspor nanas. Karena besarnya produksi yang diekspor, maka akan besar pula pemasukan. Dengan besarnya pemasukan akan berdampak pada kesejahteraan petani. Sejahteranya petani, secara tidak langsung akan menaikkan status sosialnya.

Selain itu dari nilai budaya, telah beredar mitos di masyarakat bahwa orang yang sedang menstruasi tidak boleh mengonsumsi buah nanas karena dapat mengganggu kesehatan. Namun yang sebenarnya bukanlah seperti itu. Justru dengan memakan nanas ketika menstruasi, akan mengurangi rasa nyeri di perut.

1.2 Mengenal Tanaman Nanas

1.2.1 Karakteristik Morfologi (Akar, Batang, Daun, Bunga, Buah)

Tanaman nanas berbentuk semak dan termasuk golongan perennial (tahunan). Susunan tubuh terdiri dari bagian utama yang meliputi: akar, batang, daun, bunga dan buah.

(7)

Sistem perakaran tanaman nanas sebagian tumbuh di dalam tanah dan sebagian lagi menyebar di permukaan tanah. Dengan demikian akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem perakaran yang dangkal dan terbatas. Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah jarang mencapai kedalaman 30 cm. Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berAkar-akar serabut (monokotiledon). Akar tumbuh dari buku batang, kemudian masuk ke dalam ruang antara batang dengan daun. Bentuk akar menjadi lebih pipih dan melingkar (membelit batang) karena akar dalam keadaan terjepit. Akar-akar cabang tumbuh setelah akar adventif dapat keluar dari ruangan antara batang dan daun.

2. Batang

Batang pendek dan tertutup oleh daun-daun dan akarnya. Batang berbentuk gada panjang berkisar antara 20-30 cm, diameter batang bagian bawah berkisar antara 2-3,5 cm, di bagian atas antara 5,5- 6,5 cm, dan bagian puncak mengecil. Batang beruas-ruas pendek yang terlihat bila daun-daun dilepas. Panjang ruas bervariasi antara 1-10 mm, ruas yang lebih panjang terletak di bagian tengah. 3. Daun

Daun nanas tidak bertangkai, liat dan tidak mempunyai daun utama. Bentuk daun seperti talang dan memanjang seperti pedang. Ujung daun memanjang dan runcing sehingga dapat menyalurkan air embun dan gerimis lalu menampung di pangkal daun.

Daun tumbuh memanjang sekitar 130-150 cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, pinggir daun ada yang berduri dan ada tanpa duri, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau cokelat kemerah-merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-putihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang (tanaman) bervariasi antara 70-80 helai yang letaknya seperti spiral, yakni mengelilingi batang mulai dari bawah ke atas arah kanan dan kiri.

4. Bunga

(8)

Pertumbuhan bunga dinilai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari tanam sampai berbentuk bunga sekitar 6-16 bulan. Sifat pembungaan nanas termasuk menyerbuk silang. Tanpa melalui penyerbukan silang, buah nanas tidak menghasilkan biji (partenocarpi).

5. Buah

Buah nanas merupakan buah majemuk yang terbentuk dari gabungan 100-200 bunga. Buah majemuk umumnya membentuk sebuah “gada” besar bulat panjang atau bulat telur. Bekas putik buah menjadi “mata” buah nanas seperti yang dikenal selama ini. Ukuran, bentuk, rasa dan warna buah sangat beragam tergantung varietasnya. Buah dapat dipanen sekitar 5-6 bulan setelah berbunga.

1.2.2 Perilaku Tumbuh Tanaman Nanas 1.2.2.1 Arsitektur Tajuk Tanaman Nanas

Tajuk tanaman nanas terbentuk dari daun-daun yang panjang dan tipis yang tersusun secara spiral pada batang yang pendek dan membentuk sebuah roset. Terbentuk dari 70-80 daun dan terdapat kuncup di dalam aksil dari masing-masingnya ada beberapa kuncup yang tumbuh menjadi tunas atau pucuk, selainnya dorman.

Bentuk tajuk bervariasi dan tergantung dari posisi batang dan usia. Hal ini penting untuk petani, begitu pula para peneliti, untuk mengetahui perbedaan bentuk tajuk. Daun-daun yang membentuk tajuk ini dapat dibedakan sebagai berikut (Py dan Tisseau, 1965):

A. Daun luar, telah berkembang secara sempurna ketika tunas ditanam; mempunyai ‘leher’, zona pertumbuhan terbatas, dekat dengan pangkal dan menempati posisi horizontal secara praktis.

B. Daun yang sedang berkembang; lehernya terletak lebih tinggi dan diatasnya kita bisa lihat beberapa duri (ini, terkadang, terjadi setelah penghentian setiap pertumbuhan).

C. Daun tertua berkembang setelah tanam; tidak ada leher yang dapat diamati.

D. Daun muda, namun sudah berkembang secara penuh, berada pada sudut sekitar 45o; daun ini umumnya diambil untuk analisis dan

(9)

E. Daun yang dalam perkembangan penuh, belum cukup hijau. F. Daun yang berada di dalam roset; kecil dan berwarna terang.

1.2.2.2 Aktivitas Fotosintesis

Tanaman nanas termasuk dalam golongan tanaman fotosintesis CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tanaman yang termasuk golongan ini lebih adaptif di daerah kering dan panas. Tanaman ini mengambil CO2 pada malam hari

dan menggunakannya untuk fotosintesis pada siang harinya. Meski tidak mengeluarkan oksigen di malam hari, namun dengan memakan CO2 yang beredar

di lingkungan sekitarnya, tanaman ini sudah membantu membersihkan udara, jadi cocok untuk ditaruh di tempat tidur.

Tanaman pada kelompok CAM ini penambatan CO2 seperti pada tanaman

C4, tetapi dilakukan pada malam hari dan dibentuklah senyawa dengan gugud 4-C. Pada siang hari berikutnya, pada saat stomata dalam keadaan tertutup terjadi dekarboksilase senyawa C4 tersebut dan penambatan kembali CO2 melalui

kegiatan RUDP karboksilase. Jadi tanaman CAM mempunyai beberarapa persamaan dengan kelompok C4 yaitu adanya dua tingkat sistem penambatan CO2.

1.2.2.3 Fruiting Habit

Waktu antara penanaman dan pembentukan bunga bervariasi antara 6 dan 16 bulan, dan tergantung pada kultivar, ukuran propagul, waktu penanaman, iklim dan tanah. Bunga, yang berjumlah 100 hingga 200, adalah hermaprodit dan mengeluarkan nektar. 5-10 bunga membuka setiap hari, dari pangkal ke atas, selama 10-20 hari. Serbuk sari dan bakal biji keduanya fungsional, namun tidak bisa menghasilkan biji kecuali dengan penyerbukan silang. Burung kolibri merupakan agen penyerbukan yang utama dan oleh karena itu importasi mereka ke Hawaii dilarang. Lebah mendatangi bunga, namun tidak dapat melakukan penyerbukan. Buah yang ketegangannya kompatibel dapat berisi hingga 3000 biji yang keras (Pickergill, 1976).

(10)

tumbuh sampai buah matang dan bisa digunakan untuk propagasi (perbanyakan). Demikian juga bagian-bagian yang ada di bawah buah (slips) dapat digunakan untuk perbanyakan. Beberapa bagian-bagian (slips) tersebut adalah mahkota yang sebenarnya dari buah-buah kecil, yang terkadang terlihat. Sebuah slip dapat dikenali dari liukan atau lengkungan pada bagian bawah.

1.2.3 Keluarga Tanaman Nanas

Klasifikasi tanaman nanas adalah: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)

Ordo : Farinosae (Bromeliales) Famili : Bromiliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus (L.) Merr. Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.

1.2.4 Jenis-Jenis Tanaman nanas

Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu: Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas ataupun kultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayenne dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerto Rico, Meksiko dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazil. Dewasa ini ragam varietas/kultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.

1.3 Lingkungan Tumbuh (Fisik) Tanaman Nanas 1.3.1 Iklim

(11)

daerah basah, C di daerah agak basah, D di daerah sedang, E di daerah agak kering dan F di daerah kering.

Pada umumnya tanaman nanas toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya salju. Jadi tanaman nanas bisa tidak berproduksi atau bahkan mati apabila suhu di sekitarnya sangat rendah.

Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan tahunan rata-rata 2000 jam. Lalu suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23o-32oC, tetapi juga dapat bertahan

hidup di lahan bersuhu rendah hingga 10oC.

1.3.2 Tanah

Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok bagi tanaman nanas. Meskipun demikian, akan lebih cocok bila ditanaman di jenis tanah yang mengandung pasir, subur gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah. Kemudian derajat keasaman (pH) yang cocok adalah sekitar 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan mengalami klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium dan molibdinum dengan cepat.

Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak, dalam artian tidak becek dan tidak menyebabkan penggenangan. Hal yang harus diperhatikan adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akat.

Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas, namun nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering.

1.3.3 Pusat Produksi Nanas di Indonesia

(12)

Luas panen nanas di Indonesia kurang lebih 165.690 ha atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan nasional (657.000 ha). Beberapa tahun terakhir luas areal tanaman nanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yang dibudidayakan di Indonesia.

1.4 Lingkungan Biotik Tanaman Nanas 1.4.1 Hama

1. Penggerek buah (Thecla basilides Geyer)

Ciri : kupu-kupu berwarna cokelat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.

Gejala : menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.

Pengendalian : (1) non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian tanaman yang terserang hama; (2) kimiawi dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

2. Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)

Ciri : berupa kumbang kecil, berwarma cokelat/hitam; larva berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6.

Gejala : menyerang tanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri).

Pengendalian : dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida.

3. Lalat buah (Atherigona sp.)

Ciri : lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah, kemudian menjadi larva berwarna putih.

(13)

4. Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)

Ciri : tubuh thrips berkuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna cokelat, dan bermata besar.

Gejala : menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman mudah terhambat.

Pengendalian : (1) secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang; (2) secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.

5. Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)

Ciri : serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm, bulat dan datar, berwarna putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun, sehingga menyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman terhambat.

Pengendalian : dapat disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron 500 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

6. Ulat buah (Tmolus echinon L.)

Ciri : serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna cokelat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya kecil.

Gejala : menyerang buah nanas dengan cara menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah berlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang berat.

Pengendalian : dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

7. Hama lain: rayap, tikus, nematoda, bintil akar dan kutu tepung jeruk juga kadang-kadang menyerang tanaman nanas.

1.4.2 Penyakit

1. Busuk hati dan busuk akar

(14)

inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan kelembaban tanah tinggi antara 25o-35oC.

Gejala : pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran.

Pengendalian : (1) non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut tanaman yang sakit; (2) kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.

2. Busuk pangkal

Penyebab : cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base root. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah.

Gejala : pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih kekuning-kuningan.

Pengendalian : (1) non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis; (2) kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.

3. Penyakit lain

Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh cendawan Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu dan bercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya. Pengendalian : harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yang sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan/pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit.

1.4.3 Gulma

(15)

tanah. Hal ini yang menyebabkannya menjadi salah satu gulma yang dominan di areal perkebunan nanas.

2. Teki (Cyperus rotundus).

3. Alang-alang (Imperata cylindrica) 4. Mikania (Mikania micrantha)

Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanik maupun dengan herbisida. Penyiangan gulma secara mekanik dilakukan setiap 45 hari. Setiap hektar memerlukan tenaga senilai 7 HOK untuk penyiangan.

Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida Paracol (bahan aktif 276 g/l paraquat diclorida) dicampur Ally (bahan aktif 20% metil metsulfuron). Paracol sebanyak 60 ml dicampur dengan Ally 3 g dilarutkan dalam air 18 liter. Volume semprot adalah 270-288 liter larutan per hektar, sedangkan alang-alang dikendalikan dengan Round Up (bahan aktif 480 g/l isopromil amina glifosate) dengan konsentrasi 6 ml/l air. Larutan ini disemprotkan secara langsung ke spot yang ada alang-alangnya atau dioleskan ke daun alang-alang.

1.4.4 Organisme Bermanfaat

(16)

II. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN NANAS

2.1 Pembiakan Tanaman Nanas dan Pembibitan

Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nanas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif, yakni menggunakan tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang, dan cara generatif, dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian, akan tetapi ini jarang digunakan. Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal sehat serta bebas dari gangguan hama dan penyakit.

1. Persyaratan Benih

Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang.

2. Penyiapan Benih

Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena membutuhkan teknik khusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dan tidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara vegetatif (tunas akar) mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di dalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif sedikit, bentuk daun lebih langsing, masa remaja tunas akar relatif pendek. Cara vegetatif lain (tunas batang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh dari batang dan jumlah tunas per rumpun relatif sedikit. Tunas buah mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh di bawah tangkai buah dan di atas tunas batang, jumlah tunas buah per tanaman relatif banyak hingga mencapai 10 tunas dan ukuran tunas yang bervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman. Untuk cara vegetatif dengan mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yang non-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuan khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak, seragam, dan mudah dalam pengangkutan.

(17)

pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas batang yang baik mempunyai panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal pohon dipotong untuk mengurangi penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu biarkan selama beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat penanaman langsung segera ditanam.

Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakuakan adalah memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm, kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas. Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan dengan tinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila bibit akan diangkut dalam jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus lembab.

Benih yang disiapkan harus disesuaikan dengan luas areal penanaman. Kepadatan tanaman yang ideal berkisar antara 44.000-77.000 bibit tanaman per hektar, tergantung jarak tanam, jenis nanas, kesuburan tanah, sistem tanam dan jenis bibit. Penanaman dengan sistem persegi (jarak tanam 150 x 150 cm) membutuhkan sekitar 3556 bibit bila lahan yang mangkus ditanami 80%. Atau 12.698-15.875 bibit pada sistem tanam kereta api dengan jarak tanam 60 x 60 cm dan jarak antar barisan sebelah kanan/kiri dari kereta api adalah 150 cm.

3. Teknik Penyemaian

Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Langkah dalam menyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung (misalnya Rootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat pertumbuhan akar. Belahan batang pada bak persemaian disemaikan sedalam 1,5-2,5 cm dan jarak tanam 5-10 cm. Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan lembar plastik tembus cahaya (bening).

Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian baru yang medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan. Campuran media berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang halus (1:1). Langkah terakhir adalah memindahtanamkan bibit nanas dari persemaian perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.

4. Pemeliharaan Pembibitan

(18)

kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan dan pemberian pestisida dapat dilakukan jika diperlukan.

5. Pemindahan Bibit

Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atau berumur 3-5 bulan.

2.2 Penyiapan Lahan

1. Persiapan

Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah waktu musim kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan. Derajat keasaman tanah perlu diperhatikan karena tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar 5,5. Jumlah bibit yang diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas, tingkat kesuburan tanah dan ekologi pertumbuhannya.

2. Pembukaan Lahan

Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan pembuangan dan pembersihan pohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar lahan kebun ke tempat penampungan limbah pertanian. Mengolah tanah dengan dicangkul/dibajak dengan traktor sedalam 30-40 cm hingga gembur, karena bisa berakibat fatal pada produksi tanaman. Biarkan tanah menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benar-benar matang dan siap ditanami.

3. Pembentukan Bedengan

Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekelilingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengan cara membuat bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90- 150 cm atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan atau bedengan adalah antara 30-40 cm.

4. Pengapuran

(19)

disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha. Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar kapur cepat melarut.

5. Pemupukan

Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas atau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kalium diperlukan untuk perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk urea penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan.

2.3 Penanaman dan Sistem Tanam

1. Penentuan Pola Tanam

Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanaman nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu: sistem baris tunggal atau persegi dengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cm jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm. Sistem baris rangkap dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak antar barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90 cm. Sistem baris rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan tanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm serta sisitem baris rangkap empat dengan jarak 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan tanaman 90 cm.

2. Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan sistem tanam. Ukuran lubang tanam adalah 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanam digunakan cangkul, tugal atau alat lain.

3. Cara Penanaman

(20)

dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit pada lubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam; (3) tanah ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah; (4) dilakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman bibit nanas jangan terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudah busuk.

2.4 Pengairan

Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yan cukup. Pengairan/penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakanmesin penyemprot atau embrat.

2.5 Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:

a) Pupuk NPK tablet (Pamafert)

1. Komposisi kandungan N-P2O5-K2O-MgO-CaO adalah 17-8-12-0-2+mikro 2. Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet

3. Dosisi anjuran satu tablet tiap tanaman

b) Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl

1. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar. Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.

2. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6 bulan dipupuk kandang 10 ton/ha.

(21)

2.6 Teknik Pemangkasan

Penjarangan atau pemangkasan pada nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan tidak berbentuk pohon.

2.7 Pengendalian OPT

Untuk pengendalian OPT, pada bagian Hama dan Penyakit telah dijelaskan. Pada intinya, pengendalian OPT dilakukan dengan dua cara, yakni non kimiawi dan kimiawi. Untuk non kimiawi, dilakukan dengan beberapa cara; (1) secara mekanis dengan membunuh langsung hama yang ditemui dan (2) dengan penerapan sanitasi yang teratur, artinya kebersihan kebun dijaga secara tertib, ranting dan daun-daun yang berserakan dibersihkan. Kemudian untuk cara kimiawi adalah dengan mengaplikasikan pestisida sintetik.

2.8 Panen dan Penanganan Pasca Panen (Umur Panen, Kriteria Panen, Waktu Panen, Cara Panen, Penanganan Pasca Panen, Produk Olahan)

1. Kriteria dan Umur Panen

Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:

a) Mahkota buah terbuka. b) Tangkai buah mengkerut.

c) Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat. d) Warna bagian dasar buah kuning.

e) Timbul aroma nanas yang harum dan khas. 2. Waktu Panen

(22)

3. Cara Panen

Tata cara panen buah nanas adalah dengan memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tanda siap panen. Kemudian pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar.

4. Penanganan Pasca Panen

Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai.

a. Pengumpulan

Setelah panen dilakukan pengumpulan buah di tempat penampungan hasil atau gudang sortasi.

b. Penyortiran dan Penggolongan

Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.

c. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan jika harga turun, untuk menunggu harga naik kembali. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas bersuhu dingin yang angkanya sekitar 5oC.

d. Pengemasan dan Pengangkutan

Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar seragam. Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalam keranjang bamboo atau perti kayu atau dos karton bergelombang. Ukuran wadah pengemasan adalah 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses pengangkutan dimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat pengangkutan, lalu buah nanas diangkut dan akhirnya dipasarkan di tempat pemasaran.

5. Produk Olahan

(23)

III. PERMASALAHAN PRODUKSI NANAS DAN ALTERNATIF

SOLUSINYA

Secara umum, produksi nanas berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan pada tren produksi yang terus meningkat setiap tahunnya. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah produksi nanas di Indonesia tahun 2010 mencapai 1.406.445 ton, tahun 2011 sebanyak 1.540.626 ton, dan semakin meningkat pada tahun 2012 sebesar 1.781.899 ton. Rata-rata produksi nanas yang mencapai 1,5 juta ton per tahun tersebut menjadikan nanas sebagai salah satu buah yang melimpah jumlahnya di Indonesia.

Namun tren tersebut tidak serta merta menunjukkan tidak adanya hambatan atau kendala dalam produksi nanas. Terdapat beberapa hambatan atau kendala yang sering melanda produksi nanas di Indonesia. Kendala tersebut antara lain adalah ketersediaan bibit yang melimpah dan berkualitas; terbatasnya varietas yang sesuai degan permintaan industri pengolahan, eksportir, dan keinginan konsumen; serta serangan hama, penyakit dan gulma.

(24)

cara aplikasi IBA dengan pengolesan juga memberikan hasil yang lebih baik dalam menghasilkan jumlah akar primer daripada cara penyemprotan.

Kendala berikutnya adalah terbatasnya varietas yang sesuai dengan dengan permintaan industri pengolahan, eksportir, dan keinginan konsumen (Pusat Kajian Buah Tropika, 2005). Untuk meningkatkan produksi, selain penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, juga diperlukan varietas yang mempunyai kualitas buah lebih baik dibandingkan dengan varietas yang ada, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) memiliki beberapa kandidat varietas nanas rendah oksalat (1.050-1.250 mg/100g), rasa buah manis (PTT ≥16° Brix), dan daun tidak berduri dari hasil seleksi populasi indigenous dan persilangan (Hadiati et al. 2004). Dengan dihasilkannya nanas tanpa duri, maka memudahkan petani dalam budidaya atau pemeliharaan serta pemanenan, sehingga biaya tenaga kerja menjadi lebih rendah (Py et al. 1987, Hadiati 2004). Hadiati dkk. (2011), telah melakukan penelitian untuk mengevaluasi pertumbuhan dan hasil beberapa kandidat varietas nanas rendah oksalat dan manis tanpa duri. Materi genetik yang digunakan ialah 2 kandidat nenas rendah oksalat (Q dan EE), satu kandidat nenas manis tanpa duri (P), dan dua varietas pembanding (Simadu dan Ponggok). Aksesi Q, EE, dan varietas Ponggok daunnya berduri, sedangkan aksesi P dan varietas Simadu daunnya tidak berduri. Kandidat yang diuji merupakan hasil seleksi Balitbu Tropika dari populasi indigenous dan persilangan. Varietas Simadu (golongan Cayenne) berasal dari Subang, Jabar dan varietas Ponggok (golongan Queen) berasal dari Kecamatan Ponggok, Blitar. Kandidat VUB yang ditanam berasal dari perbanyakan kultur jaringan, sedangkan varietas pembanding berasal dari tunas anakan. Hasil penelitian menunjukkan aksesi P, Q, dan EE mempunyai kualitas buah yang kurang baik dibandingkan varietas pembanding Simadu, tetapi aksesi EE mempunyai kualitas buah yang lebih baik (bobot buah, vitamin C, dan kadar oksalat) dibandingkan dengan varietas pembanding Ponggok, sehingga aksesi EE berpeluang untuk dijadikan varietas unggul baru.

(25)

Meskipun jumlahnya melimpah, namun apabila produksinya ditingkatkan, maka akan ikut meningkatkan nilai ekspor yang berarti menaikkan pemasukan negara. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil tanaman nanas adalah dengan membudidayakannya di atas lahan gambut. Potensi hasil yang bisa didapatkan apabila berhasil akan tinggi mengingat lahan gambut yang tersebar di seluruh Indonesia begitu luas dan juga nanas termasuk tanaman yang sangat toleran terhadap tingkat keasaman tinggi yaitu pH antara 3-4. Penelitian peningkatan hasil nanas ini dilakukan di lahan gambut Kalimantan Barat dengan luas 15.730 km2 atau

sekitar 24,3% dari luas areal gambut yang ada di Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidi dan Elly (2012), bahwa pemupukan Urea, SP-36 dan KCl mampu meningkatkan hasil tanaman nanas pada lahan gambut. Takaran pemupukan yang paling baik dalam menunjang hasil tanaman nanas adalah 350 kg Urea + 250 kg SP-36 + 400 kg KCl per hektar.

(26)

IV. ANALISIS USAHA TANI PRODUKSI TANAMAN NANAS

Perkiraan analisis budidaya nanas dengan luas lahan 1 hektar adalah sebagai berikut: 1) Biaya produksi

a. Nilai sewa tanah per tahun Rp. 2.500.000,-b. Sprayer dan alat pertanian Rp. 600.000,-c. Bibit 45.000 batang @ Rp. 500,- Rp. 22.500.000,-d. Pupuk

- Pupuk kandang 20 ton @ RP. 150.000,- Rp. 3.000.000,-- ZA 300 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 375.000,-- TSP (SP-36) 200 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-- KCl 150 Kg @ Rp. 1.650,- Rp. 247.500,-e. Pestisida Rp. 400.000,-f. Pengolahan tanah borongan Rp. 1.500.000,-g. Pemupukan & penanaman 10 HKP @ Rp.7.000,- +100 HKW Rp. 570.000,-h. Pemeliharaan tanaman 200 HKW @ RP. 5.000,- +20 HKP Rp. 1.140.000,-i. Panen dan pascapanen 100 HKW +10 HKP Rp. 570.000,-j. Biaya lain-lain (tidak terduga 10%) Rp. 1.801.250,-Jumlah biaya produksi Rp. 35.563.750,-2) Hasil penjualan dan laba (keuntungan)

a. Produksi tahun ke-1: 75% x 45.000 x Rp 6500,- /buah Rp. 219.375.000,-b. Biaya produksi tahun ke-1 Rp. 35.563.750,-c. Keuntungan tahun ke-1 Rp. 183. 811 . 2 50,-d. Produksi tahun ke-2: 80% x 45.000 x Rp. 6500,-/buah Rp. 234.000.000,-e. Biaya produksi tanpa dihitung bibit & alat pertanian

(27)

12.463.750,-f. Keuntungan ke-2 Rp. 221.5 3

6.250,-DAFTAR PUSTAKA

Hadiati, S. 2004. Nenas Komersial Berdaun Tanpa Duri. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26 (2): 13-14.

Hadiati, S., I. Sukmayadi, Edison, Kartono dan H. Handayani. 2004. Seleksi dan Karakterisasi Nenas Rendah Oksalat. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanaman Buah. Solok. Belum dipublikasi.

Hadiati, S., S. Yuliati dan Jumjunidang. 2011. Evaluasi pertumbuhan dan hasil beberapa kandidat varietas nenas rendah oksalat dan manis tanpa duri. Jurnal Hortikultura 21 (4): 315-323, 2011. Diakses dari http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ jhort/article/view/888/733 pada 9 Mei 2015.

Hartmann, H. T., D. E. Kester, F. T. Davies dan R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation: Principles and Practices, 6th ed. New York: Prentice Hall.

Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maulidi, dan Elly Mustamir. 2012. Upaya peningkatan hasil tanaman nenas di lahan gambut. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika, Vol. 2, No. 2, Desember 2012. Diakses dari http:// jurnal.untan.ac.id/index.php/perkebunan/article/view/3505/3544 pada 9 Mei 2015.

Pusat Kajian Buah Tropika. 2005. Pengembangan Buah-Buahan Unggulan Indonesia Komoditas Nenas. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional. Bogor.

(28)

Sabari, S.D., Suyanti dan Sunarmani. 2006. Tingkat kematangan panen buah nenas Sampit untuk konsumsi segar dan selai. Jurnal Hortikultura 16 (3): 258-266, 2006. Diakses dari http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/view/1140/954 pada 9 Mei 2015.

Salisbury, Frank B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. Samson, J. A. 1986. Tropical Fruits. 2nd ed. Longman Scientific and Technical.

Wudianto, R. 1999. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

http://digilib.unila.ac.id/

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8081 http://digilib.uns.ac.id/

http://etd.ugm.ac.id/

http://finance.detik.com/read/2012/01/02/192700/1804972/4/ri-jadi-negara-pengekspor-nanas-terbesar-di-dunia

http://tanya.bebeja.com/tanyabebeja/prospek-pasar-ekspor-buah-nanas/ http://warintek.ristek.go.id/pertanian/nenas.pdf

Gambar

Tabel 1.1. Kandungan Gizi Buah Nanas (Ananas comosus L.) (Anonim, 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan terhadap ukuran dan kandungan kimia buah lima kultivar nanas memberikan hasil sebagai berikut: nanas Minyak menunjukkan h asil yang lebih tinggi pada ukuran buah

Beberapa hama dan penyakit nanas yang sering dijumpai di Kecamatan Ngancar yaitu hama uret, kutu putih, tikus, kera, penyakit layu (MWP), busuk pangkal batang, bercak kelabu,

Manfaat penelitian ini adalah dapat mengetahui informasi pengaruh hasil induksi kolkisin terhadap karakter morfologi tanaman nanas yang berkualitas baik,

Pada penelitian utama dodol nanas yang telah dibuat kemudian dikemas dengan edible film tapioka, digunakan plastik PP dan kertas minyak sebagai kontrol, masing-masing dari

Dari hasil penelitian yang dilakukan percobaan selai buah kulit nanas dengan 4 macam kategori yaitu rasa, tekstur, aroma, dan warna, terdapat 85% responden sangat

Virus yang berasosiasi dengan penyakit ini yaitu pineapple mealybug wilt-associated virus-1 (PMWaV-1) dan PMWaV-2 yang telah berhasil diekstrak dari tanaman nanas

ANALISIS PEMASARAN NANAS Ananas Comosus L Merr DI DESA RIMBA JAYA KECAMATAN AIR KUMBANG KABUPATEN BANYUASIN Oleh: DODI CANDRA Skirpsi Sebagai salah satu syarat untuk

Gambar 1 Gejala penyakit layu pada nanas klon MD2 a gejala layu pada tajuk tanaman, b perbedaan daun tanaman sehat dan tanaman sakit, c reduksi akar pada tanaman sakit, d gejala lesi