• Tidak ada hasil yang ditemukan

KODE ETIK BANKIR INDONESIA Kode Etik Ban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KODE ETIK BANKIR INDONESIA Kode Etik Ban"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KODE ETIK BANKIR INDONESIA

Kode Etik Bankir Indonesia (Code of Ethics Indonesian Bankers)

1. Seorang bankir patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. (A banker should obey and comply to the respective laws and existing regulations). Prinsip ini maknanya tidak membenarkan seorang bankir untuk melakukan suatu tindakan yang diketahui atau sepatutnya diketahui, melanggar peraturan, undang-undang atau hukum yang berlaku. Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 49 angka 2b menyatakan bahwa “anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).”.

2. Seorang bankir melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan kegiatan banknya. (A banker should correctly record all related transactions and activities of the bank). Wujud nyata pelaksanaan prinsip ini adalah seorang bankir harus menghindari pencatatan transaksi yang tidak benar, melapor kepada atasan apabila mengetahui terjadinya pencatatan yang tidak benar, serta membantu pemeriksa internal maupun eksternal untuk meneliti apabila diketahui terjadi pencatatan yang tidak benar. Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 49 angka 1a menyatakan bahwa “Anggota dewan komisaris, direksi, pengurus atau pegawai bank yang dengan sengaj membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam laporan maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi rekening atau rekening suatu bank diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 5 (lima tahun) dan paling lama 15 (limabelas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,- (dua ratus miliar rupiah).

3. Seorang bankir menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat (A banker should avoid unhealthy competition). Bankir tidak dibenarkan melakukan kerjasama berupa kesepakatan atau perjanjian yang tidak sehat, dengan tujuan untuk memenangkan persaingan atau menjatuhkan bank lainnya secara tidak jujur dan sehat. Termasuk didalamnya adalah menggunakan cara-cara yang tidak sehat / menipu dalam mempromosikan usahanya.

4. Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi (A banker should not abuse the given authority for personal purposes). Bankir tidak dibenarkan mengambil manfaat, kesempatan atau menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi / orang lain yang akan merugikan kepentingan bank dan msyarakat.

(2)

6. Seorang bankir menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya (A banker should safe guard the confidentiality of the customers and the bank). Bankir harus menjaga dan melindungi segala informasi maupun data nasabah/bank yang tercatat pada dokumen bank yangwajib dirahasiakan menurut perbankan.

7. Seorang bankir memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan lingkungan. (A banker should take into considerations the disadvantages to the economy, social, and environment when establishing the policy of the bank). Dalam pengambilan keputusan, bankir harus mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi secara ekonomi, sosial dan politis bagi perekonomian nasional.

8. Seorang bankir tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun keluarganya. (A banker should not accept undeclared gift nor compensation to enrich one self or the family). Bankir tidak dibenarkan untuk menggunakan kedudukannya untuk mencari keuntungan pribadi dari pihak-pihak yang akan atau telah mengadakan hubungan dengan bank.Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 49 angka 2b dinyatakan bahwa “anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja meminta atau menerima, mengisinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk kepentingan pribadinya dan atau keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain atau dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya ataupun dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah)”.

9. Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya. (A banker should not misconduct which may effect disadvantageously to the image of the profession). Bankir harus menjaga citra diri dan banknya sehingga tidak dibenarkan di dalam dan di luar bank melakukan perbuatan dan sikap tercela yang dapat merugikan profesinya secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan citra banknya.

(3)

Kode Etik Bankir Indonesia.

Semua lembaga baik lembaga swasta maupun lembaga pemerintah pasti memilki kode etik yang harus mereka taati,karena kode etik tersebut telah disepakati oleh seluruh lembaga, baik yangtelah dibuat oleh pemerintah yang tercantum dalam undang-undang dan mereka yang berkewajiban untuk melaksanakannya.

Menyadari bahwa pentingnya etika bagi setiap profesi, khususnya di bidang perbankan,maka telah dikeluarkan lode etikbankir sebagai penuntun profesi yang berisi nilai-nilai dan norma-norma untuk bertingkah secara baik dan pantas yang terdiri dari 9 prinsip, diantaranya :[5]

1. Setiap bankir harus patuh dan taat kepada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

Dalam hal ini seorang bankir dituntut untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum perundang-undangan, segala peraturan atau hukum yang berlaku, baik hukum yang tertulis maupun yang tidak tertulis, peraturan yang mengatur bankir maupun yang ada dalam kehidupan masayarakat.

Dalam UU No. 7 tahun 1992 yang telah disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 pasal 49 ayat 2b dinyatakan bahwa :

“Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang ini dan ketentuan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,- (Lima Milyar Rupiah) dan paling banyak 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah)[6]

Dengan adanya peraturan ini, seorang bankir untuk tidak melkukan hal-hal yang melanggar hukum. Memang ketentuan dalam dunia perbankan ini sangatlah luas dan terus berkembang, sehingga belum tentu seorang bankir dapat memahami dan mengerti semua ketentuan yang berlaku. Dan sebaliknya, seorang bankir dapat melakukan tugasnya sesuai dengan ketentuan operasional dan prosedur tertulis yang berlaku serta melaksanakan tugasnya dengan penuh kehati-hatian, menghindari diri dari praktek-praktek yang bertentangan dengan hukum yang berlaku.

2. Seorang bankir harus melakukan pencatatan dengan benar mengenai segala transaksi yang berkaitan dengan kegiatan banknya.

Dalam UU No 7 tahun 1992 dan yang kemudian disepurnakan dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 49 ayat 1a disebutkan bahwa :

(4)

transaksi atau rekening suatu bank diancam dengan pidana penjara kurangnya 5 tahun penjara dan paling lama 15 tahun serta denda sekurang-kurangnya 10 milyar rupiah dan paling banyak 20 milyar rupiah”[7]

Hal ini sangat penting, karena tingkat kepercayaan dan informasi bank sangat tergantung dengan kebenarandata, informasi dan pencatatan serta konsistensi dalam menggunakan standar akuntansi yang berlaku.

3. Seorang bankir harus menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.

Tujuan dibuatkannya kode etik bankir salah satunya adalah untuk menghindari persaingan yang tidak sehat demi mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari pada pesaingnya, sehingga menggunakan berbagai macam cara untuk menjatuhkan pesaingnya.

4. Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi

Bank selaku lembaga yang dipercaya masyarakat harus menjaga kepercayaan dan tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan, seperti menyalahgunakan dana masyarakat untuk suatu kepentingan pribadi maupun orang lain yang merugikan kepentingan bak dan masyarakat itu sendiri.

5. Seorang bankir harus menghidarkan diri dari keterlibatan pengambilan keputusan jika terdapat pertentangan kepentingan.

6. Seorang bankir wajib menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya ~ Seorang bankir harus menjaga dan melindungi segala informasi maupun data nasabah atau bank yang tercatat dalam dokumen bank yang wajib dirahasiakan menurut kelaziman dalam dunia perbankan,sehingga seorang bankir dilarang memberikan data dan informasi tersebut kepada pihak ketiga yang tidak berkepentingan.

7. Seorang bankir haris memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang diterapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan.

8. Seorang bankir dilarang menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadinya maupun keluarganya.

9. Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya dan lembaga banknya.

KESIMPULAN

(5)

Pentingnya pelayanan dan etika perbankan adalah untuk menciptakan iklim perbankan yang sejuk untuk menarik simpatik para kreditor juga menghindarkan persaingan antar bank agar dapat melakukan kompetisi yang sportif. Jika para masyarakat simpatik, maka akan menimbulkan kepercayaan sehingga

pemasaran prosuk bank akan menjadi lancar.

Indikator pelayan dan etika bank ini meliputi : Pimpinan dan Kepemimpinan Bank; Organisasi bank; Karyawan Bank (SDM); Desentralisasi Authority; Peralatan Bank; kantor Cabang; dan Pengembangan Karyawan Bank

Sumber : http://juraganmakalah.blogspot.co.id/2014/04/kode-etik-bank.html

KODE ETIK BANKIR INDONESIA

KODE ETIK BANKIR INDONESIA

(CODE OF ETHICS OF INDONESIAN BANKERS)

Seorang bankir patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. (A banker should obey and comply to the respective laws and existing regulations)

Seorang bankir melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan kegiatan banknya.

(A banker should correctly record all related transactions and activities of the bank)

Seorang bankir menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat. (A banker should avoid unhealthy competition)

Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi (A banker should not abuse the given authority for personal purposes)

Seorang bankir menghindarkan diri dari keterlibatan pengambilan keputusan dalam hal terdapat pertentangan kepentingan.

(A banker should avoid conflict of personal interests in decision making)

Seorang bankir menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya.

(A banker should safe guard the confidentiality of the customers and the bank)

Seorang bankir memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

(A banker should take into considerations the disadvantages to the economy, social, and environment when establishing the policy of the bank)

Seorang bankir tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun keluarganya.

(A banker should not accept undeclared gift nor compensation to enrich one self or the family)

Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya. (A banker should not misconduct which may effect disadvantageously to the image of the profession)

sumber : http://bank-kita.blogspot.co.id/2011/02/kode-etik-bankir-indonesia.html

(6)

Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat istiadat/

kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak

dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang

berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.

Pengertian Kode Etik

kode etik profesi

merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu

kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun

bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma

hukum.

Referensi

Dokumen terkait

(4) Pengungkapan kepentingan atau kepemilikan anggota Dewan Komisaris, anggota direksi, anggota Komite Investasi, anggota Tim Pengelola Investasi, dan pegawai Manajer

(4) Dalam hal anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris dilarang menjadi anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris oleh Otoritas Jasa Keuangan sehingga

(3) Untuk tujuan pemeriksaan, anggota direksi, anggota dewan komisaris, atau yang setara dengan anggota direksi dan anggota dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi

Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank untuk melakukan atau ti- dak melakukan tindakan yang mengaki- batkan bank tidak

(ii) Komite Nominasi dan Remunerasi akan menyusun kebijakan dan kriteria yang diperlukan dalam proses nominasi calon anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris

8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah).” Pasal 47A:“Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi

Berdasar- kan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

atau Perusahaan yang dikendalikan kepada anggota direksi, dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham utama atau Perseroan, yang selanjutnya sesuai dengan kebijakan Perusahaan dan