• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN LAMA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN LAMA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN LAMA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMK BINA

CIPTA PALEMBANG TAHUN 2016

Reni Saswita

Program Studi DIII Kebidanan STIKES Mitra Adiguna

ABSTRAK

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia ditambah masa remaja merupakan suatu masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian anemia pada remaja putri di SMK Bina Cipta Palembang tahun 2016. Desain penelitian ini adalah studi kasus yang bersifat kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami anemia ringan sekali sebanyak 53,8%, sebagian besar responden dengan lama menstruasi 7 hari sebanyak 61,6%, dan sebagian besar responden IMT pada kategori normal sebanyak 67,3%. Dari kelompok responden yang mengalami anemia baik ringan sekali, ringan dan sedang sebagian besar adalah responden dengan lama menstruasi 7 hari yaitu 57,1%, 37,5% dan 85,7%. Dari kelompok responden yang mengalami anemia ringan sekali, sebagian besar adalah responden dengan IMT normal yaitu 71,4%, dan dari kelompok responden yang mengalami anemia ringan dan sedang, sebagian besar adalah responden dengan IMT kurang yaitu 62,5% dan 57,1%. Diharapkan kepada pihak sekolah dapat berkerjasama dengan pihak terkait seperti dari Puskesmas atau Dinas Kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada siswi-siswi nya mengenai anemia yang terjadi pada remaja putri, baik tanda dan gejala, cara pencegahan maupun pengobatannya bila sudah menderita anemia.

Kata kunci : Anemia, Lama Menstruasi, Status Gizi Bahan Bacaan : 9 (2007-2015)

ABSTRACT

Young women are one of the groups that are prone to anemia plus adolescence is a transition from childhood to adulthood. The purpose of this study was to determine the description of anemia in young women in SMK Bina Cipta Palembang in 2016. The design of this study is a case study that is qualitative. The result of the research showed that most of respondents had mild anemia as much as 53,8%, most of them were menstruation 7 days 61,6%, and most of IMT respondent in normal category was 67,3%. Of the group of respondents who experienced anemia both mild, mild and moderate most of the respondents with a 7-day menstrual period of 57.1%, 37.5% and 85.7%. Of the group of respondents who experienced mild anemia, most of the respondents with normal BMI that is 71,4%, and from group of respondents who have mild and moderate anemia, most of them are respondents with less BMI that is 62,5% and 57,1% . It is expected that the school can cooperate with related parties such as from Puskesmas or Dinas Kesehatan to provide counseling to their students about anemia that occur in young women, both signs and symptoms, how to prevent and treatment if already suffering from anemia.

(2)

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 25-40% remaja putri di Asia Tenggara menderita anemia tingkat ringan sampai berat. Beberapa negara dunia, prevalensi anemia remaja putri menunjukkan masalah kesehatan masyarakat, terutama Negara berkembang (Handayani dkk, 2014). Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia ditambah masa remaja merupakan suatu masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat-zat yang relative besar jumlahnya. Remaja putri mudah terserang anemia karena pada umunya masyarakat Indonesia termasuk remaja putri lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi, remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan, remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hati, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria (Tartowo dkk, 2012).

Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit (sel darah merah) atau kadar Hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Jenis anemia yang paling sering timbul adalah kekurangan zat besi, bila kadar hemoglobin < 12 g% (Andriani dan Bambang, 2012).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2013, menunjukkan anemia gizi besi pada remaja putri 13 – 18 tahun masih merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi sebesar 22,7% (Kemenkes RI, 2013).

Anemia pada remaja dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena tidak ada gairah belajar dan konsentrasi. Anemia juga dapat mengganggu

pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit dan juga dapat menyebabkan menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot (Tartowo dkk, 2012).

Faktor yang menyebabkan remaja putri lebih beresiko menderita anemia adalah setiap bulan remaja putri mengalami menstruasi, remaja putri yang mengalami menstruasi yang banyak selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan zat besi (membutuhkan zat besi pengganti) lebih banyak dari pada remaja putri yang menstruasinya hanya tiga hari dan sedikit. Remaja putri sering kali menjaga penampilan, ingin kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat penting seperti zat besi (Andriani dan Bambang, 2012).

Masalah yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan menderita kurang gizi dan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi (Waryana, 2010).

Mencegah anemia pada remaja menjadi sangat penting, karena nantinya wanita yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak risiko, yaitu abortus, melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, mengalami penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik ataupun karena tidak mampu meneran, perdarahan setelah persalinan yang sering berakibat kematian (Tartowo dkk, 2012).

(3)

dan tahun 2015 sebanyak 1.060 orang, jumlah remaja putri yang mengalami anemia tertinggi di Kabupaten Musi Banyuasin sebesar 438 orang dan terendah di Kota Pagar Alam sebesar 5 orang (Dinas Provinsi Sumsel, 2016).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang jumlah remaja putri yang Cipta Palembang, dengan pertimbangan sebagian besar muridnya adalah remaja putri. Berdasarkan data dari pihak pendidikan jumlah siswa kelas X sebanyak 109 orang, kelas XI sebanyak 90 orang dan kelas XII sebanyak 85 orang.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Kejadian Anemia Pada Remaja

Putri di SMK Bina Cipta Palembang Tahun

2016.”

METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan reproduksi kejadian anemia pada remaja putri di SMK Bina Cipta Palembang tahun 2016. Desain penelitian ini adalah studi kasus yang bersifat kualitatif.

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 sampai 22 April 2016.

Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Bina Cipta Palembang.

Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan bantuan sahli haemometer dan pedoman wawancara mendalam serta observasi.

Teknik / Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan secara manual, dengan melakukan pencatatan data dari pihak pendidikan SMK Bina Cipta Palembang sebagai sumber data sekunder serta memeriksa kadar Hb dengan bantuan sahli haemometer, melakukan wawancara mendalam dan observasi sebagai sumber data primer.

Populasi dan Sampel Populasi

Situasi sosial dalam penelitian ini adalah kejadian anemia pada remaja putri.

Sampel

Pada penelitian ini jumlah informan atau partisipan berjumlah 52 orang, untuk mengetahui jumlah siswi yang mengalami kejadian anemia dengan menggunakan alat sahli haemometer untuk mengukur kadar hemoglobin masing-masing siswi. Selanjutnya berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin ditentukan jumlah siswi yang termasuk kelompok yang mengalami anemia yang akan dijadikan informan atau partisipan dalam penelitian ini, jumlah tersebut diketahui setelah diadakan pemeriksaan kadar hemoglobin.

Teknik Analisis Data

(4)

maka akan disajikan secara keseluruhan menjadi sebuah hasil penelitian yang selanjutnya akan dibahas dan dirangkum menjadi sebuah kesimpulan dari sebuah studi kasus.

HASIL PENELITIAN

1. Distribusi responden berdasarkan umur

Tabel 1

Distribusi Responden berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Persentase

1 15 Tahun 15 28,8

2 16 Tahun 28 53,9

3 17 Tahun 9 17,3

Jumlah 52 100

2. Distribusi Responden berdasarkan kejadian anemia

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kejadian Anemia

3. Distribusi Responden berdasarkan Lama Menstruasi

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Lama Menstruasi

4. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Berdasarkan Lama Menstruasi

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Berdasarkan Lama Menstruasi

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari kelompok responden yang mengalami anemia baik ringan sekali, ringan dan sedang sebagian besar adalah responden dengan lama menstruasi 7 hari yaitu 57,1%, 37,5% dan 85,7%.

5. Distribusi Frekuensi Repsonden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Repsonden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

No IMT f %

1 Kurang < 18,5 17 32,7

2 Normal ≥ 18,5 – 25,0 35 67,3

52 100

6. Distribusi Frekunesi Kejadian Anemia Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

Tabel 6

Distribusi Frekunesi Kejadian Anemia Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(5)

Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari kelompok responden yang mengalami anemia ringan sekali, sebagian besar adalah responden dengan IMT normal yaitu 71,4%, dan dari kelompok responden yang mengalami anemia ringan dan sedang, sebagian besar adalah responden dengan IMT kurang yaitu 62,5% dan 57,1%.

Pembahasan Kejadian Anemia

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Hb menggunakan alat bantu Sahli haemometer, ditemukan sebagian besar responden mengalami anemia ringan sekali sebanyal 53,8%.

Lama Menstruasi

Berdasarkan hasil wawancara diketahui sebagian besar lama menstruasi responden 7 hari dan dari 32 responden dengan lama menstruasi 7 hari terdapat 50% yang mengalami anemia ringan sekali. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Fauziah dkk (2012), lama menstruasi ≥ 7 hari atau jumlah darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak atau melebihi 80 cc akan menyebabkan anemia.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 16 orang menderita anemia ringan sekali dan 2 orang responden menderita anemia ringan serta 3 orang responden menderita anemia sedang diduga penyebabnya adalah mengalami menstruasi dalam jumlah banyak selama 5-7 hari, hal ini sesuai dengan pernyataan Andriani dan Bambang (2012), remaja putri lebih beresiko menderita anemia adalah setiap bulan remaja putri mengalami menstruasi, remaja putri yang mengalami menstruasi yang banyak selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan zat besi (membutuhkan zat besi pengganti) lebih banyak dari pada remaja putri yang menstruasinya hanya tiga hari dan sedikit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Febrianti dkk (2010), dengan

judul “Lama Haid dan Kejadian Anemia

Pada Remaja Putri”. Menyimpulkan

kejadian anemia pada penelitian ini berhubungan bermakna dengan lama haid. Empat puluh persen siswi Madrasah Aliyah Negeri 2 Bogor dalam penelitian ini mengalami haid lebih dari 7 hari. Haid lebih dari 7 hari merupakan salah satu dari gejala menorraghia.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Yulaeka (2015), dengan

judul “ Hubungan Status Gizi Dan Lama

Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten”. Menyimpulkan siswa yang mengalami menstruasi tidak normal lebih banyak yang mengalami anemia yang terjadi disebabkan oleh kehilangan darah yang berlebihan saat menstruasi sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin di dalam darah.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Fauziah (2012), dengan judul

“Hubungan Antara Pola Menstruasi dan

Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Informatika

Ciamis”. Menyimpulkan kejadian anemia

lebih banyak didapatkan pada responden dengan lama menstruasi panjang dibandingkan yang lama menstruasinya normal.

Indeks Massa Tubuh

(6)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 4 orang responden menderita anemia ringan sekali dan 3 orang responden menderita anemia ringan diduga disebabkan oleh status gizi yang kurang dimana hasil perhitungan IMT < 18,5, hal ini sesuai pernyataan Naristasari (2015), status gizi dapat mempengaruhi kejadian anemia, apabila asupan gizi dalam tubuh kurang, hal ini menyebabkan kebutuhan gizi dalam tubuh tidak terpenuhi terutama kebutuhan gizi seperti zat besi dimana zat besi merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembentukan hemoglobin. Berkurangnya asupan nutrisi dan zat besi dalam tubuh seseorang akan menyebabkan berkurangnya bahan pembentuk sel darah merah, sehingga sel darah merah tidak dapat melakukan fungsinya dalam mensuplai oksigen keseluruh tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya anemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yulaeka (2015), dengan judul “ Hubungan Status Gizi Dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten”. Menyimpulkan siswa yang mengalami anemia dan status gizi kurus lebih banyak dari pada yang normal dan gemuk.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Abidin, dkk (2012), dengan

judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh

(IMT) Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Kifayatul Achyar

Wilayak Kec. Cibiru Bandung”.

Menyimpulkan sebagian besar remaja putri tergolong dalam IMT kurus mengalami anemia ringan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 4 orang responden menderita anemia ringan sekali dan 2 orang responden menderita anemia ringan serta 4 orang responden menderita anemia sedang diduga disebabkan 2 faktor yaitu jumlah darah menstruasi yang banyak 7 hari dan perhitungan IMT < 18,5 yang mengkategorikan status gizi yang kurang, hal ini sesuai dengan pernyataan

Tarwoto dkk (2012), remaja putri mudah terserang anemia karena remaja putri mengalami haid atau menstruasi setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari dan pernyataan Naristasari (2015), status gizi dapat mempengaruhi kejadian anemia, apabila asupan gizi dalam tubuh kurang, hal ini menyebabkan kebutuhan gizi dalam tubuh tidak terpenuhi terutama kebutuhan gizi seperti zat besi dimana zat besi merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembentukan hemoglobin. Berkurangnya asupan nutrisi dan zat besi dalam tubuh seseorang akan menyebabkan berkurangnya bahan pembentuk sel darah merah, sehingga sel darah merah tidak dapat melakukan fungsinya dalam mensuplai oksigen keseluruh tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya anemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yulaeka (2015), Hubungan Status Gizi Dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten, menyimpulkan siswa yang mengalami anemia dan status gizi kurus lebih banyak dari pada yang normal dan gemuk dan siswa yang mengalami menstruasi tidak normal lebih banyak yang mengalami anemia yang terjadi disebabkan oleh kehilangan darah yang berlebihan saat menstruasi sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin di dalam darah.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Fauziah (2012), dengan judul

“Hubungan Antara Pola Menstruasi dan

Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Informatika

Ciamis”. Menyimpulkan kejadian anemia

(7)

SIMPULAN DAN SARAN disimpulkan bahwa, Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami anemia ringan sekali sebanyak 53,8%, sebagian besar responden dengan lama menstruasi 7 hari sebanyak 61,6%, dan sebagian besar responden IMT pada kategori normal sebanyak 67,3%. Dari kelompok responden yang mengalami anemia baik ringan sekali, ringan dan sedang sebagian besar adalah responden dengan lama menstruasi 7 hari yaitu 57,1%, 37,5% dan 85,7%. Dari kelompok responden yang mengalami anemia ringan sekali, sebagian besar adalah responden dengan IMT normal yaitu 71,4%, dan dari kelompok responden yang mengalami anemia ringan dan sedang, sebagian besar adalah responden dengan IMT kurang yaitu 62,5% dan 57,1%.

Saran

Diharapkan pihak sekolah dapat berkerjasama dengan pihak terkait seperti dari Puskesmas atau Dinas Kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada siswi-siswi nya mengenai anemia yang terjadi pada remaja putri, baik tanda dan gejala, cara pencegahan maupun pengobatannya bila sudah menderita anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Imam, Supriyadi dan Sumbara. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh Degnan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Kifayatul Achyar Wialayak Kec. Cibiru Bandung Tahun 2012. Jurnal Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012.

Achadi, Endang L. 2013. Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Andiani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Prenad Media Group.

Fauziah, Desi, Nurliana dan Kiki Korneliani. 2012. Hubungan Pola Menstruasi Dan Konsumsi Zat Besi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA Informatika Ciamis. Jurnal Poltekkesjogja Tahun 2012.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesda 2013).

Naristasari, Anindya Ayu Dewi dan Dewi Rokhanawati. 2015. Hubungan status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Kelas XI Di Tiga SMA Kota Yogyakarta Tahun 2015.

Nurhayati. 2014. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Pondok Pesantren Wahid Hasyim Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. at

akbidarrahma.ac.id/download/Jurnal/N UR%20HAYATI.pdf.

Proverawati, Atikah, dan Siti Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika. Tartowo, et al. 2012. Kesehatan Remaja

Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto, Wasnidar. 2013. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil Konsep dan Penatalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media.

(8)

Widyastuti, Yani, Anita Rahmawati dan Yuliasti Eka Purnamaningrum. 2009. Kesehatan Repoduksi. Yogyakarta : Fitramaya.

WHO. 2014. Infordatin Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Gambar

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia

Referensi

Dokumen terkait

HAWAii Bali yang memiliki slogan One Stop Bali Experience merupakan sebuah usaha yang dimiliki oleh Bapak I Made Suandita atau yang dikenal dengan Made Hawai.. Alasan mengapa

Karena asam lemak tidak jenuh mengandung ikatan karbonhidrogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada jumlah atom karbonnya yang sama, asam lemak tak

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Total Quality Management

Pada tahun 2008, THI, anak perusahaan, memperoleh fasilitas demand loan dan rekening koran dengan jumlah maksimum masing-masing sebesar Rp 5 milyar dan Rp 3 milyar yang jatuh

Dari hasil percobaan ini semakin besar beban awal pada percobaan siklik, beban puncak yang dicapai swpesimen semakin besar, penurunan beban puncak semakin

Sutarman (2012:3) menjelaskan bahwa “ Komputer adalah alat elektronik yang dapat melakukan perhitungan numerik, dapat membaca input data dan mengolahnya sesuai

Karakteristik karbon aktif yang baik yang memenuhi standar mutu SII-0258-88 dihasilkan pada temperatur 450 o C dengan konsentrasi aktivator HCl 0,5 M, menghasilkan karbon aktif

Puji Syukur atas berkat dan kasih yang diberikan oleh Allah SWT kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir serta menyusun Laporan Tugas Akhir