• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah Di SMA Negeri 12 Semarang T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah Di SMA Negeri 12 Semarang T2 BAB IV"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

52 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Perpustakaan SMA N 12 Semarang

Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang sudah berdiri sejak tahun 1987. Perpustakaan ini dulu sangat sederhana dengan koleksi yang sedikit, buku-buku penunjang yang ada hanya berkisar buku-buku-buku-buku karya sastra. Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang menempati gedung sendiri seluas 162 meter persegi dilengkapi, ruang petugas, ruang referensi, gudang, ruang penyimpanan alat multimedia, ruang baca, ruang rak buku, ruang pelayanan, dan ruang kerja petugas perpustakaan.

(2)

53 mengundurkan diri, kemudian diangkat pustakawan lulusan D2.

Visi perpustakaan sekolah di SMA N 12 Semarang sebagai pusat layanan informasi dan sumber belajar prima menuju sumber daya manusia berprestasi dan berakhlak mulia. Misi perpustakaan sekolah adalah : (1) Meningkatkan minat baca, iman, taqwa melalui pelayanan yang cepat dan professional. (2) Meningkatkan dan mengembangkan efisiensi pelayanan dengan memanfaatkan teknologi Informatika sesuai dengan kemajuan zaman. (3) Meningkatkan mutu sumber informasi yang bertumpu pada kearifan lokal.

Untuk mewujudkan visi, misi perpustakaan sekolah mempunyai tujuan yaitu : (1) Melayani peminjaman buku kepada siswa, guru, karyawan dan alumni SMA N 12 Semarang. (2) Menyelenggarakan layanan belajar online dan multimedia untuk warga sekolah. (3) Meningkatkan mutu sumber informasi dan sumber belajar melalui penganekaragaman judul dan penambahan sarana belajar.

Dari hasil observasi di perpustakaan sekolah SMA Negeri 12 Semarang diperoleh informasi bahwa struktur organisasi ada hubungan kepala sekolah, kepala perpustakaan, tiga wakil kepala sekolah dan kepala tata usaha. Kepala perpustakaan membawahi pustakawan, dan dua tenaga teknis.

(3)

54 Gambar 4.1

Struktur Organisasi Perpustakaan SMA N 12 Semarang

Pimpinan perpustakaan dipegang oleh kepala SMA Negeri 12 Semarang yang bernama Drs. Khoirul Imdad, Ed.M., kepala sekolah ini memiliki fungsi sebagai penanggungjawab segala keputusan yang diambil demi pengembangan perpustakaan sekolah. Di bawah kepala sekolah selaku pimpinan perpustakaan, terdapat kepala perpustakaan yang bernama Faozi Hidayah, S.Pd., wakil kepala bidang sarana dan prasarana, wakil kepala bidang kurikulum, wakil kepala bidang humas, serta kepala tata usaha untuk koordinasi. Di bawah kepala perpustakaan yang diambil dari guru mata pelajaran, terdapat pustakawan, petugas pelayanan dan administrasi yang bertugas mengelola perpustakaan sekolah.

Kepala Sekolah

Waka Sarpra

Waka Kurikulum

Kepala Perpustakaan

Waka Humas

Kepala TU

(4)

55 4.1.2 Pelaksanaan Focus Gorup Discussion (FGD)

Kondisi Awal Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang

FGD tahap pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 November 2014 bertempat di laboratorium kimia SMA Negeri 12 Semarang. FGD dimulai sejak pukul 09.30 pagi sampai dengan pukul 11.30 WIB. Peserta Focus Group Discussion tahap pertama adalah Kepala Sekolah, satu orang kepala perpustakaan, satu orang pustakawan, dua orang tenaga teknis perpustakaan serta sepuluh guru dengan jumlah total peserta FGD sebanyak 17 orang. Narasumber FGD adalah DR. Wellius P., M.Pd. dan Kepala Sekolah. Sebagai moderator Bapak Sukimin, M.Pd., notulen dilaksanakan oleh Ibu Supriatun M. Pd.

(5)

56 FGD yang harus dibaca, diisi, didiskusikan dan disimpulkan oleh semua peserta FGD sehingga diperoleh simpulan gambaran atau profil kondisi awal pengelolaan perpustakaan sekolah.

Tahap pertama FGD ini juga membahas hasil analisis SWOT yang telah disusun oleh peneliti. Hasil analisis SWOT tersebut menyatakan bahwa kelemahan dominan pada layanan perpustakaan lambat dan bertele-tele dan potensi yang dominan terdapat tenaga pustakawan yang yang telah memenuhi klasifikasi pendidikan perpustakaan. Lebih jelas disajikan gambaran atau profil kondisi awal komponen perpustakaan sekolah hasil FGD tahap pertama sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Matrik FGD Kondisi Awal Komponen Perpustakaan Sekolah

No Pertanyaan Simpulan

1. Tanggapan mengenai ketersediaan koleksi buku yang telah dimiliki oleh

perpustakaan SMAN 12 Semarang

1.Buku teks pelajaran 2.Buku panduan

pendidik

3.Buku referensi 4.Buku fiksi 5.Koleksi serial 6.Koleksi digital

(6)

57 2. Tanggapan mengenai

sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh perpustakaan SMAN 12 Semarang

1.Ruang di lantai dua 2.Perabot meja kursi

kurang

3.Sarana teknologi belum lengkap

4.Media pendidikan kurang

5.Perlengkapan lain untuk print kurang 3. Tanggapan mengenai

pelayanan yang telah diberikan

Perpustakaan SMAN 12 Semarang kepada pengguna

1.Kurang prima

2.Ada tata cara layanan 3.Sirkulasi masih manual 4.Memanfaatkan sumber

daya perpustakaan 5.Sebagian mengacu SNP 6.Belum ada kerjasama

antar perpustakaan 7.Katalog on-line terbatas 4. Tanggapan mengenai

tenaga perpustakaan

3. Tenaga teknis (belum bintek/ diklat)

(7)

58 d. Bantuan luar negeri e. Hasil usaha jasa 6 Tanggapan mengenai

pengelolaan dan lambat bertele-tele. Hal itu dikarenakan dalam 8. Kelebihan dominan

(8)

59 perpustakaan sekolah

yang telah dilakukan oleh perpustakaan SMAN 12 Semarang.

aplikasi IT, penggunaan kartu perpustakaan

dilengkapi barcode secara bertahap untuk sirkulasi buku

Sumber: Data Primer Penelitian 2014 yang diolah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai gambaran aktual pengelolaan perpustakaan sekolah SMA Negeri 12 Semarang, peneliti mengambil simpulan hasil FGD berdasarkan data atau informasi dari peserta FGD dan pertimbangan tertentu. Peneliti dalam merumuskan hasil FGD tahap pertama juga meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dan dosen ahli untuk validasi format pertanyaan FGD tahap kedua. Dinyatakan bahwa pengelolaan dan pengembangan seyogyanya menerapkan otomasi dan aplikasi teknologi informasi, penggunaan kartu perpustakaan siswa dilengkapi barcode secara bertahap untuk sirkulasi buku. Saran tersebut kemudian dimasukan dalam model pengembangan komponen standar perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang.

(9)

60 Tabel 4.2 Analisis SWOT Komponen Standar

Perpustakaan SMA 12 Semarang

No Elemen SWOT

Kekuatan (S)

Bobot Skor Total skor 1. Kepedulian kepala

sekolah

0,30 3 0,90

2. Satu pustakawan memenuhi kualifikasi pendidikan

0,20 4 0,80

3. Gedung 0,20 3 0,60

4. Koleksi buku pelajaran 0,20 3 0,60

5. Dana APBN/ APBD/ Komite

0,10 2 0,20

Jumlah skor 1.00 3,10

No Elemen SWOT

Kelemahan (w)

Bobot Skor Total skor 1 Layanan belum

menerapkan TI

0,30 4 1,20

2 Dana pengadaan sarana belum mencukupi

0,20 4 0,80

3 Tidak ada tenaga teknis perpustakaan

0,20 2 0,40

4 Sarana belum memadai 0,30 1 0,30

(10)

61 No Elemen SWOT Peluang

(O)

Bobot Skor Total skor 1. Pengiriman tenaga

perpustakaan untuk diklat

0,40 4 1,60

2. Kerja sama dengan perpustakaan daerah

0,30 3 0,90

3. Kerja sama dengan institusi lain

0,30 3 0,90

Jumlah skor 1,00 3,40

No Elemen SWOT

Ancaman (T)

Bobot Skor Total skor 1. Masih menggunakan

kartu kertas

0,30 3 0,90

2. Sulit melacak buku yang hilang

0,30 3 0,90

3. Guru dan karyawan belum semua peduli terhadap perkembangan perpustakaan

0,20 2 0,40

4. Koleksi buku pelajaran terbitan lama

0, 20 3 0,60

(11)

62 Tabel 4.3 Perhitungan Analisis SWOT SMA Negeri 12

Semarang Skor akhir IFAS dan EFAS

IFAS (Matriks Internal Factor Analysis Summary)

EFAS (Matriks Eksternal Factor Analysis Summary)

Total Skor Kekuatan (S)

3,10 Total Skor

Peluang (O)

3,40

Total skor Kelemahan (W)

2,70 Total Skor

Ancaman (T)

2,80

S-W 0,40 O - T 0,60

(12)

63 perpustakaan sekolah dengan bobot 0,30 dan skor 3. Faktor gedung perpustakaan dianggap telah memenuhi standar sarana dan prasarana perpustakaan sekolah dengan bobot 0,20 dan skor 3. Selanjutnya koleksi buku pelajaran dianggap telah memenuhi komponen standar perpustakaan sekolah bahwa perpustakaan di lingkungan sekolah memiliki fungsi menyediakan koleksi buku pelajaran bagi siswa dengan bobot 0,20 dan skor 3. Faktor dana pembiayaan dan operasional berasal dari APBN/ APBD/ Komite dianggap memenuhi komponen standar perpustakaan dikarenakan secara legal formal pembiayaan utama perpustakaan sekolah dibawah naungan resmi APBN/ APBD/ Komite dengan bobot 0,10 dan skor 2.

(13)

64 maka semakin lengkap sarana dan prasarana yang dapat dimiliki, sebaliknya semakin kecil alokasi dana maka semakin sedikit sarana dan prasarana yang dimiliki.

Hasil analisis data kuadran peluang dapat dijelaskan bahwa faktor pengiriman tenaga perpustakaan untuk mengikuti bintek/ diklat. Komponen ini menjadi faktor peluang dikarenakan dapat meningkatkan pengetahuan, skill, ketrampilan tenaga perpustakaan dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Faktor ini oleh para peserta FGD diberi bobot 0,40 dengan skor 4. Selanjutnya kerja sama dengan perpustakaan daerah dianggap sebagai peluang yang besar disebabkan dapat membantu pendanaan dengan menambah koleksi dengan bobot 0,30 dan skor 3. Faktor ketiga adalah kerjasama dengan institusi lain dikarenakan dapat meningkatkan ketersediaan koleksi perpustakaan dengan bobot 0,30 dan skor 3.

(14)

65 semua peduli terhadap perkembangan perpustakaan dianggap sebagai kendala yang menghambat pengelolaan perpustakaan sekolah dengan bobot 0,20 dan skor 2. Koleksi buku pelajaran terbitan lama juga menjadi kendala untuk memenuhi komponen standar perpustakaan dengan bobot 0, 20 dan skor 3.

(15)

66 DIAGRAM ANALISIS SWOT

Gambar 4.2

Diagram Analisis SWOT

Dari diagram analisis di atas, diperoleh hasil bahwa skor kekuatan dikurangi skor kelemahan adalah 3,10 – 2,70 dengan hasil 0,40 , sedangkan skor peluang dikurangi ancaman adalah 3,40 – 2,80 dengan hasil 0,60. Data ini menghasilkan strategi di kuadran S – O ( strengths – opportunity ) yaitu strategi di mana kekuatan yang ada dimaksimalkan untuk menangkap peluang.

(16)

67 4.1.3 Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)

Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang FGD tahap kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 November 2014 bertempat di ruang laboratorium kimia SMA Negeri 12 Semarang. FGD dimulai sejak pukul 09.30 pagi sampai dengan pukul 11.30 WIB. Peserta Focus Group Discussion tahap kedua adalah Kepala Sekolah, satu orang kepala perpustakaan, satu orang pustakawan, dua orang tenaga teknis perpustakaan serta sepuluh guru dengan jumlah total peserta FGD sebanyak 17 orang. Narasumber FGD adalah DR. Wellius P., M.Pd. dan Kepala Sekolah. Sebagai moderator Bapak Sukimin, M.Pd. notulen dilaksanakan oleh Ibu Supriatun M. Pd.

(17)

68 diisi, didiskusikan dan disimpulkan oleh semua peserta FGD sehingga diperoleh model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah. Lebih jelas disajikan hasil FGD kedua berisi model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Matrik FGD Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah

No Pernyataan Simpulan

1. Saran mengenai

ketersediaan koleksi di perpustakaan SMAN 12 Semarang

1. Buku teks pelajaran 2. Buku panduan pendidik 3. Buku referensi buku fiksi hibah dari siswa

2. Saran mengenai sarana dan prasarana di 3. Media pendidikan kurang

(18)

69 pengguna 4. Memanfaatkan sumber

daya perpustakaan 5. Secara bertahap mengacu

SNP

6. Menjalin kerjasama antar perpustakaan

7. Katalog on-line dikembangkan 4. Saran mengenai tenaga

perpustakaan SMAN 12 Semarang

1. Kepala perpustakaan 2. Pustakawan

3. Tenaga teknis (dikirim bintek/ diklat) kepada Perpusda Jateng

6. Saran mengenai buku minimal satu tahun sekali

2. Koleksi serial secara bertahap diberi barcode 3. Koleksi digital

diinventaris otomasi

Sumber: Data Primer 2014 yang diolah

(19)

70 meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dan dosen ahli untuk validasi model pengembangan yang akan diterapkan.

Berikut disajikan hasil validasi model pengembangan dari dosen ahli; (1) UU Perpustakaan Nomor 43 dengan model pengembangan otomasi perpustakaan SMA Negeri 12 sesuai; (2) pengembangan koleksi buku fiksi di SMAN 12 Semarang berasal hibah dari siswa perpustakaan; (3) pengembangan sarana dan prasarana berupa pengadaan print iP 2770 hitam putih dan warna serta penyediaan catrid Canon 810; (4) pengembangan layanan berbasis IT di SMAN 12 Semarang sesuai dengan SNP (5) pengembangan kemampuan skill tenaga teknis perpustakaan SMAN 12 Semarang dengan mengikuti bintek dan diklat; (6) pengembangan sumber operasional pendanaan berupa pengajuan bantuan ke perpusda sesuai dan dapat dilakukan; (7) pengembangan inventarisasi koleksi digital secara otomatis, pemberian barcode

(20)

71 4.1.4 Model Pengembangan

4.1.4.1 Disain Produk dan Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah SMA Negeri 12 Semarang

Enam komponen standar perpustakaan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah. Komponen pengadaan koleksi buku perpustakaan yang mengandalkan pembelian sekolah dan bantuan pemerintah dapat memperoleh buku fiksi hibah dari siswa, guru dan staf sekolah. Pengembangan komponen koleksi buku dilakukan oleh 35 siswa kelas XI MIA 2 dengan menghibahkan bacaan fiksi berupa novel. Dari kegiatan ini diperoleh 7 buah novel.

Pengembangan komponen sarana dan prasarana dilakukan dengan menambahkan fasilitas catridCanon iP 2770 hitam dan warna. Pengembangan telah dilaksanakan dan dirasakan hasilnya yaitu mencetak foto warna anggota perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang.

Pengembangan layanan perpustakaan dengan penerapan sirkulasi otomasi secara bertahap tidak tergantung catatan atau tulisan manual.Katalog on-line

mulai digunakan sehingga siswa dapat mengakses layanan sirkulasi menggunakan koneksi internet, tidak harus datang langsung, antri dan berebut di meja katalog buku.Telah dilaksanakan kerjasama dengan Perpusda Jateng untuk membantu pengadaan dan peminjaman koleksi buku.

(21)

72 layanan sirkulasi, administrasi perpustakaan dan

selving dimaksudkan dapat meningkatkan kompetensi kepustakaan.

Pengembangan Komponen pendanaan berupa pengajuan bantuan kepada Perpusda Jateng. Komponen ini dapat dilaksanakan dengan wujud bantuan peminjaman koleksi buku.

Pengembangan pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sekolah adalah dengan; (1) keikutsertaan aktif dalam lomba menulis resensi buku minimal satu tahun sekali dan telah dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012; (2) Pemberian barcode

pada koleksi serial; (3) menginventaris koleksi digital pada semester I tahun pelajaran 2014/2015.

(22)

73 Gambar 4.3

Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah di SMA Negeri 12 Semarang

Pendanaan

(23)

74 4.1.4.2 Validasi Produk dan Revisi Model

Desain produk berupa kartu anggota perpustakaan digital dibuat, kemudian dilanjutkan dengan validasi disain dengan memperhatikan masukan dari dosen ahli dan rekan sejawat. Validasi desain yang dilakukan oleh disain ahli dan rekan sejawat menyatakan bahwa: (1) prototype kartu anggota perpustakaan digital layak untuk diujicobakan pada anggota perpustakaan; (2) prototype produk sesuai dengan SNP perpustakaan sekolah; (3) secara rasional efektif meningkatkan pengelolaan dan pengembangan layanan perpustakaan ditinjau dari waktu dan tenaga.

4.1.4.3 Uji Coba Terbatas Produk Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah

Prototipe produk pengembangan model komponen perpustakaan sekolah yang dapat diujicobakan secara terbatas adalah kartu anggota perpustakaan SMA Negeri 12 Semarang. Kartu anggota digital tersebut di bagian depan terdiri dari nama sekolah, nama siswa, NIM, masa berlaku foto siswa, nama kepala perpustakaan sekolah, dan kode barcode. Sedangkan di bagian belakang terdapat peraturan perpustakaan sekolah yang harus ditaati oleh siswa.

(24)

masing-75 masing buku ke sistem. Selanjutnya sistem akan mengubah angka-angka yang diinputkan menjadi batangan barcode dalam bentuk gambar. Kemudian gambar barcode tersebut di cetak ke kertas stiker yang telah disediakan.Tahap yang terakhir adalah, setelah

barcode tercetak, petugas perpustakaan menempelkan hasilnya ke setiap buku. Setelah semua buku diberikan label oleh petugas perpustakaan maka informasi terhadap buku tersebut dapat dimasukan ke dalam sistem sehingga kinerja dari petugas perpustakaan menjadi lebih efisien.

Barcode adalah suatu kode dalam bentuk

sejumlah baris tegak.Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga kode baris atau kode batang atau sandi lurik.Kode berbentuk baris tegak ini dapat dibaca dengan suatu alat baca tertentu (barcode reader) yang kemudian hasilnya dapat disalurkan ke komputer untuk diolah.Berikut ini adalah contoh barcode.

Sistem pengkodean yang digunakan tidak sama antara satu dengan lainnya, disesuaikan dengan teknologi/sistem yang diterapkan. Barcode merupakan metode yang paling mudah, paling efektif dan paling dapat diandalkan (reliable) untuk mengindentifikasikan dan memasukkan informasi ke dalam sebuah komputer yang berbasis sistem informasi.

(25)

76 perpusakaan dalam melaksanakan tugasnya. Hal itu dikarenakan dengan menggunakan kartu anggota digital, petugas perpustakaan hanya perlu menggunakan barcode reader (pembaca barcode) untuk memasukan data siswa yang akan meminjam atau mengembalikan buku ke dalam sistem di komputer. Jadi pengelola perpustakaan tidak perlu menulis nama, judul buku, tanggal peminjaman atau pengembalian buku yang dilakukan oleh siswa.

Berikut ini adalah contoh kartu anggota perpustakaan digital yang dikembangkan oleh peneliti di SMA N 12 Semarang.

Gambar 4.4

(26)

77 Gambar 4.5

Barcode reader (Pembaca barcode)

Setelah model kartu anggota perpustakaan digital selesai dibuat kemudian dicetak untuk dilakukan uji coba. Peneliti mencetak 36 kartu anggota digital untuk diujicobakan kepada siswa kelas X MIA 1. Dalam uji coba tersebut, masing-masing siswa di berikan kartu anggota digital untuk melakukan kegiatan peminjaman dan kegiatan pengembalian buku. Uji coba dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari kartu anggota digital yang telah dibuat. Uji coba dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran 2014/2015. Hasil uji coba dapat dideskripsikan bahwa siswa dengan mandiri dapat menggunakan kartu digital di depan barcode reader

(27)

78 4.1.4.4 Evaluasi Perbaikan

Setelah dilakukan uji coba penggunaan kartu perpustakaan digital terhadap 36 siswa diketahui kekurangan dan kelebihan dari penggunaan kartu anggota perpustakaan tersebut. Poin kekurangan dan kelebihan tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan perbaikan.

(28)

79 4.2 Pembahasan

Perpustakaan menjadi bagian integral yang mendukung proses belajar-mengajar. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sumber belajar sehingga dapat membantu pengembangan dan peningkatan minat baca, literasi informasi, serta kemampuan peserta didik.

Pengembangan pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sekolah harus mengacu pada enam komponen dasar SNP dalam UU Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 mencakup; (1) pengadaan koleksi; (2) sarana dan prasarana; (3) layanan; (4) tenaga perpustakaan; (5) pendanaan; (6) pengelolaan dan pengembangan. Semua komponen saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Pengembangan komponen koleksi yang semula pengadaan koleksi buku hanya berasal dari pemerintah dan sekolah, dapat pula melibatkan siswa untuk memberi sumbangan koleksi buku fiksi/novel. Komponen ini telah dilaksanakan dengan hibah koleksi 5 buku fiksi dari siswa.

Pengembangan komponen sarana dan prasarana yang semula memiliki keterbatasan dalam mencetak dilengkapi dengan fasilitas catridge hitam dan warna untuk printer Canon iP 2770 sehingga perpustakaan sekolah dapat mencetak foto warna secara mandiri.

(29)

80 Komponen tenaga perpustakaan yang semula mengandalkan satu orang pustakawan tersertifikasi dengan mengirimkan tenaga teknis perpustakaan mengikuti bintek atau diklat kepustakaan.

Komponen sumber pendanaan operasional yang semua mengandalkan sumber dana dari APBN dan APBD, dikembangkan dengan mengajukan bantuan kepada perpustakaan daerah Jateng. Bantuan dana diwujudkan dengan peminjaman koleksi buku dari Perpustakaan daerah Jawa Tengah.

Komponen pengelolaan dan pengembangan yang semula koleksi digital belum diinventaris belum diberi label atau barcode dikembangkan dengan otomasi koleksi digital.

Wujud produk pengembangan komponen standar perpustakaan yang dapat dilaksanakan di SMA 12 Semarang berupa pembuatan kartu digital anggota perpustakaan yang dilengkapi dengan barcode. Pembuatan kartu tersebut sebagai sebuah produk telah mewakili model pengembangan enam komponen standar perpustakaan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

(30)

81 Perpustakaan sekolah sebagai produsen informasi sangat memungkinkan memanfaatkan inovasi teknologi informasi. Perangkat barcode dalam proses sirkulasi perpustakaan sangat dibutuhkan untuk memasukan data anggota dan buku dikarenakan perangkat barcode merupakan sebuah alat yang lebih cepat dan akurat dalam membaca data dibandingkan menggunakan jari. Kegiatan layanan perpustakaan dengan aktifitas siswa datang ke meja petugas perpustakaan untuk meminjam buku kemudian petugas secara manual menuliskan data buku yang dipinjam (kode dan judul buku) ke dalam file excel

membutuhkan banyak waktu sehingga dapat menimbulkan antrian panjang.

Sistem baru yang dirancang untuk menyederhanakan kegiatan layanan perpustakaan SMA 12 Semarang memanfaatkan teknologi barcode. Barcode

digunakan untuk mempercepat proses pencatatan kegiatan peminjaman dan pengembalian koleksi. Alat ini mampu meminimalkan kesalahan penulisan kode koleksi, baik buku ataupun media. Keberadaan barcode

scanner dalam kegiatan layanan perpustakaan

membantu petugas perpustakaan tidak perlu mencatat transaksi secara manual, cukup melakukan scan pada koleksi buku yang dipinjam/dikembalikan, dan data langsung dikelola dalam sistem basis data.

(31)

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perpustakaan SMA N 12 Semarang
Tabel 4.2 Analisis SWOT Komponen Standar Perpustakaan SMA 12 Semarang
Tabel 4.3 Perhitungan Analisis SWOT SMA Negeri 12 Semarang Skor akhir IFAS dan EFAS
Gambar 4.2 Diagram Analisis SWOT
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian dan penelitian mengenai perancangan Video Promosi Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara dapat disimpulkan bahwa video promosi pariwisata

Variabel Perceived Value (Y1) terbukti berpengaruh signifikan terhadap variabel E- Customer Satisfaction (Y2). Secara keseluruhan rata-rata skor Perceived Value

Menurut penulis, efek pidana penjara bagi anak yang terlibat dalam jual beli narkotika haruslah dijadikan upaya terakhir. Anak-anak tersebut sebetulnya juga adalah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang sesuai dengan harapan akan membuat para pelanggan tidak terlepas dari kinerja karyawan bengkel AUTO

visual didapat dengan cara mencari referensi-referensi gambar organ-organ pada sistem pencernaan pada manusia dan juga pewarnaan pada organ yang biasa dipakai,

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan

IPS mampu mengajak siswa untuk dapat menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan materi dan kehidupan sehari-hari, mata pelajaran ini juga merupakan mapel favorit

Pada hasil perhitungan biaya yang diambil dari data RAP proyek dan dengan penambahan beberapa sewa alat berat dan bahan bakarnya maka akan ditabelkan dengan