• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estetika Dromology dan Psikologi Revolus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Estetika Dromology dan Psikologi Revolus"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Estetika, Dromology, dan Psikologi

Revolusi

Oleh: Rizma Afian Azhiim1

Abstract

The end of 2010 and the beginning of 2011, the Arab world heating surprisingly by social and political revolution were begin in Tunisia, that involving unsatisfied empowerment of political structure, as an implication of adverse economic condition and the people interpretation of failing the government system that caused social and political transformation until the falling of President of Tunisia Zine El Abidine Ben Ali, and the falling of President of Egypt Hosni Mubarok. The ruckus, commotion, consternation, and

dissemination of „the endemic revolution‟ were not freed from media effect that represented

„the aesthetic‟ in artistic representation of the actions and build an interpretation on mind to affect Arab people behavior chance, then constructed psychics and mentalities motivation to made a social movement to transform and revolts.

Keywords: Aesthetic, Dromology, Revolution, Psychoanalysis, Psychology of Politica l Control

Pada akhir tahun 2010 dan awal tahun 2011, dunia dihebohkan dengan revolusi yang

terjadi dikawasan timur tengah, yang dimulai di Tunisia, sebagai implikasi dari kondisi

ekonomi yang buruk, dan interpretasi masyarakat tentang gagalnya tata kelola pemerintahan

dalam negara yang berakibat pada perubahan sosial-politik hingga runtuhnya rezim

kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali, dan Presiden Mesir Hosni Mubarok.

Kehebohan, penyebab, pergolakan, dan penyebaran „endemik‟ dari revolusi ini tidak lepas

dari pengaruh media yang merepresentasikan estetika dalam representasi artistik dari aksi,

dan menciptakan suatu interpretasi pada masyarakat yang mempengaruhi perubahan prilaku

1

(2)

2

atau behavior masyarakat timur tengah, yang kemudian membentuk suatu dorongan psikis dan mental untuk melakukan suatu perubahan dan guncangan stabilitas sosial-politik di

Timur Tengah dan Afrika. Tidak hanya itu, media juga menciptakan suatu identitas Jasmine

Revolution terhadap revolusi yang terjadi, dan mengemas representasi atas kondisi dan realita menjadi sebuah seni estetika visual, yang ketika diinterpretasikan mengubah psikologis

masyarakat pada kawasan Timur Tengah dan Afrika. Jasmine Revolution di Tunisia yang dimulai dengan aksi demonstrasi untuk mendesak Pemerintah Tunisia untuk mengatasi

pengangguran2, yang berujung pada munculnya suatu pemicu revolusi berupa aksi bakar diri

Mohammed Bouazizi pada 17 Desember 20103, membentuk suatu interpretasi bagi

masyarakat di kawasan Timur Tengah dan Afrika, yang menimbulkan suatu pengaruh baru

terhadap stabilitas sosial-politik kawasan, dan kemudian interpretasi dari representasi media

menjadikan hal tersebut sebagai sebuah trending action yang kemudian ditiru oleh beberapa masyarakat diberbagai negara lainnya. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang

bagaimana interpretasi dari representasi media tersebut mampu membentuk

perubahan-perubahan prilaku masyarakat dan sosial-politik di kawasan timur tengah secara psikologis.

Kerangka Analisis

Dapat dilihat pada paragraf awal artikel ini, saya akan mencoba menganalisa

interpretasi dari representasi media atas pergolakan di Timur Tengah yang mampu

membentuk perubahan-perubahan prilaku masyarakat dan sosial politik di kawasan tersebut.

Namun sebelum penulisan artikel ini berlanjut, saya akan menampilkan terlebih dahulu

kerangka analisis atau kerangka dasar pemikiran dalam bentuk teori-teori yang dielaborasi,

dan akan saya gunakan sebagai pisau untuk membedah dan menganalisis data-data yang saya

dapatkan.

Pisau pertama yang akan saya gunakan adalah teori yang saya anggap mampu untuk

menganalisa representasi media atas pergolakan, kondisi, dan interpretasi subjektif, yaitu

teori mengenai aesthetic interpretation of representation, berakar dari pemikiran Roland Breiker mengenai ketidaksadaran masyarakat pada estetika subjektif yang terdapat pada

representasi media, dan suatu kesalahan pemaknaan bahwa representasi media terhadap

2 BBC Indonesia, 8 Dese er : Pe eri tah Tu isia Didesak Atasi Pe ga ggura diakses elalui

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/12/101227_unjukrasa_tunisia.shtml pada 07/07/2011 pukul 21.01.

3 Ja a Pos Nasio al Net ork, Ju i : Gejolak Du ia Ara , I plikasi ya agi Negara-negara Barat:

Keu tu ga Besar Melaya g, Kerjasa a Terha at diakses elalui

(3)

3

realita hanya sebuah representasi mimetic atau sebuah representasi orisinil yang hanya mengambarkan suatu kejadian secara objektif, tanpa mendalami bagaimana pengemasan

artistik media secara subjektif merepresentasikan hal-hal tersebut. Lebih lanjut lagi, Roland

Breiker mengemukakan bahwa interpretasi masyarakat terhadap hasil representasi dibentuk

melalui pemahaman mereka melalui mimetic a pproaches atau pendekatan mimetic yang menganggap bahwa representasi yang mereka terima adalah sesuatu yang objektif dan „natural‟. Tidak hanya itu, Breiker berpendapat bahwa mimetic approaches tidak cukup menjelaskan hubungan antara representasi dan yang direpresentasikan.4

Menurut saya, framework Roland Breiker memiliki tujuan untuk mempelajari hal-hal dibalik fakta tentang dunia yang direpresentasikan oleh media, dan terlebih dari itu,

framework ini menjelaskan dan mendukung tentang bagaimana suatu intertextual tidak hanya memiliki pembedaan interpretasi makna, namun seperti dalam pemikiran Jacques

Derrida, terdapat sebuah differance atau penundaan pada interpretasi terhadap teks, atau dalam hal ini saya mengembangkan pemikirannya bahwa differance tidak hanya terdapat pada interpretasi terhadap teks, namun sangat mungkin untuk muncul pada representasi yang

bersifat intertextual. Tidak hanya itu, framework Roland Breiker akan hal ini juga mendukung pengetahuan yang saya dapatkan dari Martin Heidegger tentang pemaknaan

terhadap being yang didapat melalui phenomenology, atau pemahaman atas fenomena yang terjadi.

Lebih lanjut lagi, Roland Breiker menawarkan sebuah alternatif dari mimetic

approaches yaitu aesthetic approach untuk melihat dan meneliti lebih lanjut tentang fakta-fakta yang direpresentasikan dimulai dengan sebuah proses penting yaitu pendalaman

pemahaman kita terhadap segala sesuatu yang berada jauh didalam dunia politik yang secara

relatif mempersempit disiplin ilmu yang hanya muncul untuk masuk, menelusuri, dan

memecahkan masalah. Kuncinya adalah sebuah tantangan untuk menelusuri secara konsisten

untuk mendapatkan dan mengklaim nilai-nilai estetika dalam politik, dan pemikiran

teknisnya dilandasi oleh perluasan dan pendalaman pandangan estetika dalam ruang lingkup

politik.5 Namun Roland Breiker mengatakan bahwa estetika adalah validasi dari persepsi

manusia, dan dalam hal makalah ini, nilai-nilai estetika yang akan dikemukakan adalah

validasi dari persepsi saya sebagai manusia atau subjek yang menuliskan artikel ini.

4 Rola d Breiker,

The Aesthetic Turn in Political International Theory , Mille iu : Jour al of International Relation Studies, 2001), 509-512

5Rola d Breiker,

The Aesthetic Turn in Political International Theory , Mille iu : Jour al of I ter atio al

(4)

4

Pisau kedua, berasal dari pemikiran Paul Virilio mengenai Dromology atau percepatan perang, yang dalam cosmology conceptual Virilio, interpretasi realita perang dan keberlangsungannya tidak hanya terjadi di dunia nyata, namun juga terjadi di cyber world, atau dunia digital, terkait dengan teaterikalisasi virtual atas dunia nyata yang dilakukan media

melalui shrinking effect (efek mengkerut) global: “Dengan percepatan, tidak ada lagi disana

atau disini yang ada hanya kebingungan mental tentang percampuran utopia atas sejarah, berita, dan halusinasi dari teknologi komunikasi”6

.

Paul Virilio berpendapat bahwa kemunculan media dan militer industrial sebagai

penanda momen modernitas, kemampuan untuk berperang tanpa peperangan, yang menghasilkan “pasar informasi pararel” berupa propaganda, ilusi, dan penipuan, yang didukung oleh perangkat-perangkat teknologis seperti link-up satelit, real time feed, dan

video resolusi tinggi, dapat meningkatkan kekuatan revisi untuk menutup-nutupi, bahkan, beberapa media yang konvergen sekarang memiliki kekuatan untuk “mengganti realitas”. Virilio juga berpendapat, dengan kemunculan pandangan global, maka kita jadi tidak bsa

dibedakan dari kamera optik, dan akibatnya kesadaran kritis bisa menghilang. Selain itu

Virilio berfikir bahwa informasi yang dijadikan konsumsi publik membuat kita tidak lagi

dapat melihat efek keterkaitan global, bahkan, pada zaman modern ini informasi mengalir

melebihi kekuatan pertimbangan, perembukan, konsolidasi, dan musyawarah, yang

menyebabkan kebenaran direlatifkan oleh kecepatan, dan saat krisis menyebar lebih cepat

daripada endemik, dan firewall protektif terhadap civil society perlahan-lahan terkikis. Sebagai tanggapan, Paul Virilio menawarkan serangkaian konsep luar biasa yang bertindak

sebagai dispositivis yaitu: instrumen penyelidikan dan strategi preskriptif yang menghasilkan citra mental untuk mengganggu pandangan commonsencial (terlalu umum) tentang dunia, menangkap bentuk-bentuk sangat aneh dan sering sangat gampang berubah dari kebenaran

yang ada diluar sana.7

Pisau ketiga yang saya gunakan adalah teori untuk menganalisa perubahan-perubahan

yang terjadi pada masyarakat melalui pendekatan psikologis, dari Anne E. Freedman dan P.E.

Freedman dalam buku The Psychology of Political Control, pada bab kelima dalam buku ini, terdapat teori mengenai The Breakdown of Political Control8 melalui psychological

6

Paul Virilio, The Art of The Motor , (University of Minnesota Press, Minneapolis: 1995) , 35.

7 Ja es Der Deria ,

Paul Virilio , ed.Je y Edki s da Ni k Vaugha Willia s, Teori Kritis: Me a ta g

Pa da ga Uta a “tudi Politik I ter asio al Pustaka Baca, Yogyakarta: 2010), 431.

8

(5)

5

approach yang saya interpretasikan bentuk-bentuk dan mekanisme kontrol politiknya terhadap masyarakat, yang mampu membentuk kekuatan lain yang menjadi resistance of political control.

Anne E. Freedman dan P.E. Freedman menjelaskan mengenai „The Influence of

Behavior‟9, terkait dengan pola prilaku manusia dan perlawanan psikis terhadap ketaatan dan kepatuhan yaitu sebuah asumsi tentang munculnya sebuah kekuatan baru yang melawan

resistance of political control terjadi karena adanya perubahan interpretasi terhadap beha vior

atau interpretasi perilaku pemerintahan yang mengkontrol politik, terutama

perubahan-perubahan yang bersifat negativity interpretative dalam mentalitas dan psikis masyarakatnya, misalnya ketika terbentuk sebuah interpretasi dalam pikiran masyarakat mengenai

prilaku-prilaku negatif dari rezim pemerintahan yang berkuasa seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan

pengambilan kebijakan yang diinterpretasikan melalui pikiran sebagai kebijakan yang hanya

menguntungkan kelompok tertentu dan menjadi subject discriminative, dan dalam interpretasi saya terhadap asumsi ini, terdapat pola perubahan behavioral terkait dengan pengaruh

interpretasi behavior of political control terhadap social group behavioral. Kemudian hal tersebut menyebabkan terbentuknya Supressive Political Control sebagai perlawanan terhadap Supportive Political Control10, yaitu berbagai gagasan-gagasan dan mentalitas yang mendorong untuk melakukan perlawanan, yang kemudian diasumsikan sebagai Supressive Political Control, terhadap hirarki, militer, dan birokrasi pada pemerintahan, yang diasumsikan sebagai Supportive Political Control11.

Selain berbagai teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam aritikel ini, saya

juga menggunakan psycholinguistic yang berakar dari lacanian psychoanalysis yang dijadikan approach atau pendekatan, agar mampu menjadi elaborasi dari berbagai pisau analisis dalam artikel ini. Psycholinguistic yang dimaksud adalah pendekatan psikologis pada subjektivitas, teks dan bahasa-bahasa manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan

dan merepresentasikan esensi dari fenomena sosial, dengan berpijak pada berbagai teori

dalam psychoanalysis.12

(6)

6 Aksi Protes di Tunisia

Sebelum Desember 2010, tidak banyak aksi protes yang dilakukan di Tunisia, dan

tidak biasanya rakyat Tunisia turun ke jalan untuk memprotes pemerintah. Namun marak

terjadi berbagai demonstrasi di berbagai kota, seperti di ibukota Tunis dan kota Sidi Bouzid

pada 17 Desember 2010. Sekitar 1.000 orang, terutama para lulusan perguruan tinggi yang

belum mendapatkan pekerjaan, menggelar berbagai aksi di depan kantor pemerintahan dan

serikat pekerja di ibukota Tunis. Kerusuhan mewarnai aksi ini dan polisi menghalau massa

yang mendesak pemerintah menciptakan lapangan kerja, terutama di kawasan pedesaan.

Beberapa hari kemudian ketegangan sosial meningkat, setelah dipicu tindakan bunuh diri

melalui aksi bakar diri Mohammed Bouazizi, seorang lulusan universitas berusia 26 tahun

dengan menyiramkan bensin di kepalanya dan membiarkan tubuhnya dalam kobaran api. Hal

tersebut dilakukan Bouazizi karena mengalami depresi setelah dibentak oleh polisi wanita

yang korup, yang meminta „pungutan liar‟ dan menyatakan bahwa ia tidak memiliki izin

menjual buah dan sayuran, dan menyita dagangannya.13 Dalam psychoanalysis melalui interpretasi saya terhadap teks tentang aksi Mohammed Bouazizi, aksi ini mungkin

disebabkan oleh depresi yang berakar dari psychoneuroses, yaitu kekacauan mental yang muncul tanpa disebabkan oleh kerusakan organ syaraf, yang gejala-gejalanya muncul dari

konflik intrafisik antara fantasi yang secara tidak sadar keluar dari batas dan pertahanan

psikis untuk menekan fantasi tersebut agar tidak keluar dari batas. 14 Dalam kasus Bouazizi,

depresi muncul dari fantasi-fantasi ketakutan yang disebabkan oleh keputusasaan atas

interpretasi terhadap kesulitan, kesedihan, dan melancolia yang tidak mentolerir pengalaman kehilangannya dalam hubungannya dengan ego dengan superego yang juga sekaligus menjadi batas pertahanan terhadap fantasi-fantasi ini. Aksi Bouazizi tidak hanya sebuah

depresi, namun juga sebuah frustasi atau frustration yang dalam interpretasi pemahaman saya terhadap pemikiran Melanie Klein15, adalah sebuah bentuk proteksi diri dengan menolak

realita yang terjadi, dimana dalam hal ini ego Bouazizi dalam bentuk neurotic mencoba keluar dari fantasi-fantasi ketakutan dengan tidak mentolerir kenyataan melalui aksi pada Id.

13 Blake Hou shell, “o Mu h To Be Angry A out ,

Forein Policy Special Report (2011): REVOLUTION IN THE

ARAB WORLD , 4.

14 Fra is Drossart,

International Dictionary of Psychoanalysis , ed. Alai De Mijolla (USA: Thompson Gale),

1138

15

(7)

7

Kemudian dalam asumsi saya, frustasi Bouazizi dengan tidak mentolerir kenyataan

membentuk fusion instinct, atau peleburan naluri atau insting kehidupan (eros) dan kematian (thanos) sebagai akibat dari regresi dalam konflik aksi perlawanan ego atau superego

terhadap psychoneuroses, yang mana dalam hal ini ego Bouazizi mempengaruhi Id dengan membentuk enigma perlawanan untuk bersikap regresif terhadap depresi dan frustasi neurotiknya yang berupa fantasi-fantasi ketakutan dan keputusasaan melalui self-sacrifice

sebuah aksi pembakaran diri.

Estetika dan Dromology Aksi Bakar Diri

Estetika dari aksi bakar diri, saya temukan pada interpretasi terhadap tulisan dalam

berbagai artikel dan foto-foto yang saya temukan, seperti misalnya pada artikel New York

Times 21 Januari 201116yang berjudul “How A Single Man Ignite A Revolution”, dan diawali dengan pertanyaan What Drives an Ordina ry Man Burn Himself to Death?. Judul dan pertanyaan pada awal artikel ini tidak hanya mendeskripsikan tentang bagaimana aksi bakar

diri seorang pria, Mohammed Bouazizi, memicu revolusi, namun merepresentasikan sebuah

makna dengan nilai estetika tentang bagaimana api yang membakar seorang pria biasa (an

ordinary man), Mohammed Bouazizi, mampu membakar atau menyalakan (ignite) api revolusi. Tidak hanya itu, artikel ini juga merepresentasikan estetika pembakaran Bouazizi

bersama representasi fotografi „artistik‟ pengorbanan bakar diri seorang „biksu suci‟ di

saigon, Vietnam, pada tahun 1963, dan aksi bakar diri Jan Palach yang melakukan protes terhadap pendudukan Soviet atas Czechoslovakia pada tahun 1969.

Dalam artikel lainnya di dunia maya, atau cyber world dalam pemikiran Virilio, seperti artikel BBC Indonesia 23 Januari 201117 yang berjudul “Bouazizi, Pahlawan Revolusi Tunisia”, merepresentasikan kalimat-kalimat „laporan‟ yang mendaulatkan Boazizi sebagai „pahlawan‟, tidak hanya tereduksi sampai pada hal tersebut. Dalam interpretasi saya terhadap representasi artikel ini, Bouazizi menjadi ilusi baru superhero yang memimpin perlawanan terhadap otoritarian pemerintah, terlebih lagi pada artikel tersebut di representasikan berbagai fotografi „artistik‟, mulai dari masyarakat yang mengusung poster Boazizi dalam unjuk rasa, hingga foto representasi „artistik‟ yang mengharukan ketika Presiden Tunisia Ben Ali

16Lihat Ne York Ti es Ja uari :

How A Single Man Ignite A Revolution , diakses melalui http://www.nytimes.com/2011/01/23/weekinreview/23worth.html?_r=1 pada 08/07/2011 pukul 01.29.

17 Lihat BBC I do esia Ja uari , Bouazizi Pahla a Re olusi Tu isia , diakses elalui

(8)

8

menjenguk dirumah sakit. Saya juga mendapatkan berbagai temuan dalam penulusuran saya

di dunia maya, misalnya ketika saya mencari foto Bouazizi melalui salah satu search engine, terdapat berbagai fotografi-fotografi artistik seorang pria yang berlari hingga bersujud ketika

terbakar, yang saya interpretasikan sebagai representasi dari aksi pembakaran diri Bouazizi,

yang tentu saja menyentuh nilai-nilai sosial, etika, dan estetika yang ada dalam superego

manusia.

Selain representasi peristiwa pembakaran diri yang dilakukan oleh Mohammed

Bouazi dalam berbagai artikel, representasi lainnya dalam berbagai media pada Desember

2010-Januari 2011 menggemparkan dan menghebohkan dunia, hingga sempat menjadi salah

satu trending topic di salah satu jejaring sosial18, dan muncul dalam setiap headline news di layar televisi di dunia19. Penyebaran representasi dan interpretasinya terdapat perang dalam

bentuk teaterikalisasi virtual atas dunia nyata yang dilakukan media melalui shrinking effect

(efek mengkerut) global dengan kecepatan yang luar biasa melampaui penyebaran endemik,

menyebabkan interpretasi reduktif terhadap jarak dan waktu, serta kebingungan mental

tentang percampuran utopia atas sejarah, berita, dan halusinasi dari teknologi komunikasi yang menghasilkan “pasar informasi pararel” berupa propaganda, dan ilusi, yang didukung oleh perangkat-perangkat teknologis seperti link-up satelit, real time feed, dan video resolusi tinggi.20

Breakdown of Political Control

Dromology of burning himself Bouazizi menjadi Influence of Behavior yang interpretasinya membentuk berbagai perubahan-perubahan prilaku berupa perlawanan secara

psikis dan mentalitas masyarakat terhadap pemerintahan di Mesir, Libia, dan negara-negara

lainnya dikawasan Afrika dan Timur Tengah, dan mengubah masyarakat menjadi supressive

political control. Namun, saya menemukan bahwa pengaruh artistik dan dromology media atas aksi Bouazizi mulai terlihat pada unjuk rasa 14 Januari 201121 dan berlanjut pada

18

Cristopher Alexa der, A Month Made for Drama , Forein Policy Special Reports (2011): REVOLUTION IN

THE ARAB WORLD , 46.

19 Blake Hou shell, “o Mu h To Be Angry A out ,

Forein Policy Special Report (2011): REVOLUTION IN THE

ARAB WORLD , 6.

20Ja es Der Deria ,

Paul Virilio , ed.Je y Edki s da Ni k Vaugha Willia s, Teori Kritis: Me a ta g

Pa da ga Uta a “tudi Politik I ter asio al Pustaka Ba a, Yogyakarta: , .

21 Lihat BBC I do esia, Ja uari : Keadaa Darurat di Tu isia diakses elalui

(9)

9

berbagai unjuk rasa lainnya, ketika masyarakat berunjuk rasa untuk menentang korupsi,

kenaikan harga pangan, dan inflasi, dengan berbagai ketegangan-ketegangan dalam unjuk

rasa yang menyebabkan diberlakukannya keadaan darurat pada negara tersebut. Tidak

berhenti sampai disitu, aksi protes juga berakibat pada pembubaran kabinet dan bentrokan

antara polisi, mliliter, dengan pengunjuk rasa, dan berujung pada mundurnya Presiden Zine

al-Abidine Ben Ali. Tingginya angka pengangguran, praktek korupsi, kenaikan harga pangan,

inflasi, dan aksi bakar diri Mohammed Bouazizi, yang melalui interpretasi saya terhadap teks

tentang fenomena tesebut di Tunisia, hanya diasumsikan sebagai sikap regresif dari

perlawanan Bouazizi melalui self-sacrifice terhadap depresi dan frustasi neurotik yang berupa fantasi-fantasi ketakutan dan keputusasaan, menjadi semacam The Influence of Group

Behavior22, yaitu interpretasi perlawanan psikis terhadap ketaatan dan kepatuhan masyarakat terhadap pemerintah Tunisia, terkait dengan munculnya persepsi masyarakat yang kemudian

membentuk resistance of political control. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan interpretasi terhadap beha vior atau interpretasi perilaku pemerintahan yang mengkontrol politik, terutama perubahan-perubahan yang bersifat negativity interpretative dalam mentalitas dan psikis masyarakat Tunisia, seperti interpretasi masyarakat Tunisia terhadap

gagalnya rezim Ben Ali dalam menjalankan sistem pemerintahan. Kemudian interpretasi

tersebut memotivasi23 masyarakat menjadi Supressive Political Control24 yang dipenuhi dengan berbagai gagasan-gagasan dan mentalitas yang mendorong untuk melakukan

perlawanan terhadap Supportive Political Control, yaitu hirarki, militer, dan birokrasi pada pemerintahan, dalam tuntutan pembubaran kabinet pemerintahan hingga tuntutan kepada

Zine Abidine Ben Ali untuk mundur.

22

Anne E. Freedman dan P.E. Freedman, The Psy hological of Political Control , “t. Marti Press, Ne York:

1975), 145-149

23

Anne E. Freedman dan P.E. Freedman, The Psy hologi al of Politi al Control , “t. Marti Press, Ne York: 1975), 150

24

Anne E. Freedman dan P.E. Freedman, The Psy hologi al of Political Control , “t. Marti Press, Ne York:

(10)

10

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

De Mijolla, Alain, “International Dictionary of Psychoanalysis vol. 3, USA, Thompson Gale, 2002.

Edkins, Jenny, dan Nick Vaughan Williams, “Teori Kritis: Menantang Pandangan

Utama Studi Politik Internasional” Yogyakarta, Pustaka Baca, 2010.

Freedman, Anne E. dan P.E. Freedman, “The Psychological of Political Control”,

New York, St. Martin Press, 1975.

Malone, Karen Ror, dan Stephen R. Friedlander, “The Subject of Lacan: A Lacanian Reader for Psychologist”, New York, State University of New York Press, 2000.

Strachey,Alix, “In The writings of Melanie Klein Vol. 2: The psycho-analysis of

children“, London, Hogarth Press and the Institute of Psycho-Analysis, 1975.

Virilio, Paul, “The Art of The Motor”, Minneapolis, University of Minnesota Press,

1995.

Artikel dan Jurnal:

Alexander, Cristopher, “A Month Made for Drama“, Forein Policy Special Reports (2011): “REVOLUTION IN THE ARAB WORLD”, 45-49.

Breiker, Roland, “The Aesthetic Turn in Political International Theory”, Millenium: Journal of International Relation Studies, 2001.

Hounshell, Blake, “So Much To Be Angry About”, Forein Policy Special Report

(11)

11 Sumber Elektronik:

BBC Indonesia, 14 Januari 2011: “Keadaan Darurat di Tunisia” diakses melalui

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/01/110114_breakingnewstunisia.shtml pada 08/07/2011 pukul 00.38.

BBC Indonesia 23 Januari 2011, “Bouazizi Pahlawan Revolusi Tunisia”,

diakses melalui

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2011/01/110123_tunisia_pahlawan.shtml pada 09/07/2011 pukul 02.16.

BBC Indonesia, 28 Desember 2010: “Pemerintah Tunisia Didesak Atasi Pengangguran” diakses melalui

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/12/101227_unjukrasa_tunisia.shtml pada 07/07/2011 pukul 21.01.

Jawa Pos Nasional Network 12 Juni 2011: “Gejolak Dunia Arab, Implikasinya bagi

Negara-negara Barat: Keuntungan Besar Melayang, Kerjasama Terhambat” diakses melalui

http://www.jpnn.com/read/2011/06/12/94827/Keuntungan-Besar-Melayang,-Kerja-Sama-Terhambat- pada 07/07/2011 pukul 21.13.

New York Times 21 Januari 2011: “How A Single Man Ignite A Revolution”, diakses

Referensi

Dokumen terkait

Bukti otentik akan besarnya kekuatan buah mangga di kabupaten ini adalah sebuah tugu yang dikenal dengan Tugu Mangga, berdiri tegak di simpang lima atau “jalan masuk” menuju

STIKIP Mega Reski Makassar, bahwa kedepan STIKIP Mega Reski Makassar harus menjadi perguruan tinggi yang mampu menghasilkan alumni, Ilmu Keguruan dan Pendidikan

Deli Serdang T.P 2017/2018, diperoleh bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika masih rendah, hal tersebut dilihat dari hasil belajar siswa yang belum

Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa setelah melakukan penelitian terhadap implementasi media promosi online melalui aplikasi instagram pada Alter Ego

Sedangkan ketika melukiskan perbuatan yang dilakukan oleh mitra bicara dalam hal ini adalah non-muslim, maka perbuatan mereka tidak dilukiskan dengan dosa melainkan dengan,

“ANALISIS HUKUM ATAS PERBUATAN OKNUM NOTARIS YANG MENERIMA PENITIPAN PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan

Setelah mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok peserta didik dapat: 1. Dapat menggunakan pola bilangan persegipanjang untuk menyelesaikan masalah. Dapat menggunakan

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,