• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER BETINA Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Susan Dikta Mentari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER BETINA Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Susan Dikta Mentari"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM TERHADAP

PERFORMAN AYAM BROILER BETINA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Peternakan

Oleh : Dwi Yulianingsih

H0507033

Oleh :

Susan Dikta Mentari

H0507071

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

commit to user

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM TERHADAP

PERFORMAN AYAM BROILER BETINA

Jurusan/Program Studi Peternakan

Oleh :

Susan Dikta Mentari

H0507071

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

1

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM TERHADAP

PERFORMAN AYAM BROILER BETINA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Susan Dikta Mentari

H0507071

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 24 Januari 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan tim penguji

Ketua

Dr. sc. agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., MP NIP. 19720421 200012 1 001

Anggota I

Nuzul Widyas, S.Pt., MSc NIP. 19810718 200501 2 002

Anggota II

Wara Prastitis S. S, S.Pt., MP NIP. 19730422 200003 2 001

Surakarta, Maret 2012 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

(4)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

rahmat dan nikmat yang penulis dapatkan, sehingga pada kesempatan kali ini

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Suplementasi Betain

dalam Ransum terhadap Performan Ayam Broiler Betina.

Penulis menyadarai bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, tidaklah mungkin skripsi ini dapat terselesaikan pada saat ini. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Kepala Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

3. Dr. sc. agr. Adi Ratriyanto, S. Pt, MP. selaku pembimbing utama dan dosen

penguji.

4. Nuzul Widyas, S.Pt, MSc. selaku pembimbing pendamping dan dosen penguji.

5. Wara Prastitis S. S, S.Pt., MP. selaku dosen penguji.

6. Bapak, Ibu dosen dan Staf Jurusan Peternakan atas pengajaran dan bimbingan.

7. Orang tua, kakakku, kakak iparku, dan ponakanku atas cinta, kasih sayang,

doa dan materiil.

8. Kakakku “Samuel Agus K.” yang selalu memberi doa, bantuan dan semangat.

9. Teman-teman Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Maret Surakarta angkatan 2007 serta semua pihak yang telah membantu

sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Surakarta, Maret 2012

(5)

commit to user

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMANPENGESAHAN ... ii

KATAPENGANTAR ... iii

DAFTARISI ... iv

DAFTARTABEL ... vi

DAFTARGAMBAR ... vii

DAFTARLAMPIRAN ... viii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Ayam Broiler ... 4

B. Betain ... 5

C. Performan Ayam Broiler ... 7

1. Konsumsi Ransum ... 7

2. Pertambahan Bobot Badan ... 8

3. Konversi Ransum ... 9

4. Rasio Efisiensi Protein ... 9

HIPOTESIS ... 11

III.MATERI DAN METODE ... 12

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 12

C. Persiapan Penelitian ... 15

D. Pelaksanaan Penelitian ... 16

(6)

commit to user

v

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Kondisi Umum ... 18

B. Konsumsi Ransum ... 18

C. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ... 19

D. Konversi Ransum ... 20

E. Rasio Efisiensi Protein (REP) ... 21

V. KESIMPULAN ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(7)

commit to user

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

1. Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler ... 12

2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan untuk Ransum dalam BK ... 13

3. Susunan Ransum Basal Fase Starter dan Fase Finisher (as-fed) ... 13

4. Kandungan Nutrien Ransum Basal Fase Starter dan Fase Finisher (%) dalam BK ... 13

5. Program Pemberian Vaksin ... 14

6. Rerata Konsumsi Ransum Ayam Broiler Betina Selama Penelitian (g/ekor/hari) ... 18

7. Rerata PBBH Ayam Broiler Betina Selama Penelitian (g/ekor) ... 19

8. Rerata Konversi Ransum Ayam Broiler Betina Selama Penelitian ... 20

9. Rerata REP Ayam Broiler Betina Selama Penelitian ... 21

(8)

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Struktur Kimia Betain ... 5

(9)

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

1. Analisis Variansi Rerata Konsumsi Ransum Ayam Broiler Betina

(g/ekor/hari) ... 28

2. Analisis Variansi Rerata Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ayam Broiler betina (g/ekor) ... 30

3. Analisis Variansi Rerata Konversi Ransum Ayam Broiler Betina ... 32

4. Analisis Variansi Rerata Rasio Efisiensi Protein (REP) Ayam Broiler Betina ... 34

5. Suhu Lingkungan dan Dalam Kandang selama Penelitian ... 36

6. Denah Kandang ... 38

(10)

commit to user

x

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM TERHADAP

PERFORMAN AYAM BROILER BETINA

Susan Dikta Mentari

H0507071

RINGKASAN

Betain merupakan aditif pakan yang berfungsi sebagai osmolit dan sebagai

donor gugus metil. Sebagai osmolit, betain menjaga stabilitas sel epitel saluran

pencernaan terhadap perbedaan tekanan osmotik, sehingga dapat meningkatkan

kecernaan nutrien. Betain mempunyai tiga gugus metil (CH3) dan dapat

melepaskan gugus tersebut pada reaksi transmetilasi untuk mensintesis berbagai

substansi metabolik yang penting seperti karnitin dan kreatin. Betain sebagai

donor gugus metil diharapkan meningkatkan ketersediaan metionin untuk sintesis

protein sehingga menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi betain dalam ransum cukup

metionin dan level suplementasi betain yang paling optimum terhadap performan

ayam broiler betina.

Penelitian ini dilaksanakan di Mini Farm Program Studi Peternakan di Desa

Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, selama 42 hari

mulai tanggal 29 Juni sampai 9 Agustus 2011. Materi yang digunakan adalah

ayam broiler betina sebanyak 200 ekor yang dibagi dalam 4 macam perlakuan dan

5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam broiler betina. Penelitian ini

dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Ransum basal tersusun dari jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung

ikan, onggok, L-lysine HCl, DL-methionine, kalsit, premix, garam dan betain dalam bentuk betain anhidrous. Perlakuan yang diberikan meliputi ransum basal

tanpa suplementasi betain (P0), sedangkan ransum basal yang disuplementasi

betain sebesar 0,1, 0,2, dan 0,3% disebut sebagai P1, P2 dan P3. Peubah yang

diamati meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian (PBBH),

(11)

commit to user

xi

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa suplementasi betain sampai taraf

0,3% memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati.

Kesimpulan adalah suplementasi betain sampai taraf 0,3% dalam ransum tidak

mempengaruhi konsumsi ransum, PBBH, konversi ransum dan REP ayam broiler

betina.

(12)

commit to user

xii

EFFECT OF BETAINE SUPPLEMENTATION IN THE DIET

ON PERFORMANCE TRAITS OF FEMALE BROILERS

Susan Dikta Mentari

H0507071

Summary

Betaine is a feed additive which acts as an osmolyte and as a methyl group

donor. As an osmolyte, betaine stabilize the epithelial cells against the osmotic

gradient along the intestinum, thus may increase the digestibility of nutrients.

Betaine has three methyl groups (CH3) and can release its methyl group into

transmethylation reactions to synthesismetabolically important substances such as

carnitine and creatine. As a methyl donor, betaine is expected to increase the

availability of methionine for protein synthesis to produce optimal growth. This

study aimed to determine the effect of betaine supplementation in a methionine adequate diet and the optimum level of betaine supplementation on performance

traits of female broilers.

The study was conducted for 42 days started on 29 Juny to 9 August 2011,

in experimental farm of Department of Animal Science, Faculty of Agriculture

Sebelas Maret University located in Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar. The

material used were 200 female broiler chicks which were divided into four

treatments and five replicates, every replication consisted of ten female broilers.

The research was carried out experimentally using the Completely Randomized

Design (CRD).

The basal rations consisted of yellow corn, wheat, soybean meal,fish meal,

tapioca waste, L-lysine HCl, DL-methionine, limestone, premix, salt and anhydrous betaine. The basal diet without betaine supplementation was defined as

P0, whereas the rest three treatments were basal diet supplemented with betaine as

(13)

commit to user

xiii

The observed variables included feed consumption, average daily gain (PBBH),

feed conversion, protein efficiency ratio (REP).

The results of analysis variance indicated that betaine supplementation did

not affect performance traits. It can be concluded that betaine supplementation up

to 0.3% in the diet did not improve on feed consumption, average daily gain, feed

conversion and protein efficiency ratio of female broilers fed diet adequate in

methionine.

(14)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ayam broiler merupakan ternak yang ekonomis karena mampu

menghasilkan daging dalam waktu yang cepat. Kelebihan ayam boiler tersebut

dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya

untuk mencukupi kebutuhan daging. Usaha peningkatan kualitas dan kuantitas

produk dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan nutrien ayam broiler dalam

ransum melalui suplementasi nutrien misalnya dalam bentuk pemberian aditif pakan

(feedadditive).

Salah satu aditif pakan yang memegang peranan penting baik pada

saluran pencernaan maupun pada metabolisme adalah aditif sebagai donor

gugus metil (CH3) (Eklund et al., 2005). Pada hewan vertebrata, termasuk unggas, gugus metil tidak dapat disintesis di dalam tubuh sehingga menjadi

komponen yang harus dipenuhi di dalam ransum. Bahan aditif sebagai donor

gugus metil yang potensial untuk digunakan adalah metionin, kolin dan betain.

Akan tetapi ketersediaan substansi-substansi tersebut untuk transmetilasi tidak

setara. Metionin yang digunakan sebagai donor gugus metil harus dikonversi

menjadi S-adenosilmetionin (SAM), untuk kemudian menjadi homosistein dan

sebagian besar metionin diperlukan untuk sintesis protein. Sedangkan, kolin

harus dikonversi terlebih dahulu menjadi betain. Fungsi kolin digunakan dalam

pembentukan membran sel dan neurotrasmitter. Betain dapat secara langsung digunakan sebagai donor gugus metil (Metzler-Zebeli et al., 2009; Pillai et al., 2006; Ratriyanto et al., 2009).

Betain merupakan bahan aditif yang mempunyai potensi meningkatkan

status nutrisi pada ternak tanpa menyediakan nutrien secara langsung, tetapi

mengoptimalkan penggunaan nutrien yang ada pada ransum. Berdasarkan

struktur kimiawinya (Gambar 1), betain mempunyai berbagai peran baik pada

saluran pencernaan maupun metabolisme (Ratriyanto et al., 2009). Pada metabolisme, betain berfungsi sebagai donor gugus metil pada proses

(15)

commit to user

transmetilasi. Betain mempunyai tiga gugus metil dan dapat melepaskan gugus

metil yang dimilikinya pada reaksi transmetilasi untuk mensintesis

substansi-substansi yang sangat penting untuk metabolisme, misalnya karnitin dan

kreatin (Kidd et al., 1997). Betain sebagai donor gugus metil diharapkan meningkatkan ketersediaan metionin untuk sintesis protein sehingga

menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Selain itu pada saluran pencernaan

betain memiliki fungsi osmotik baik bagi sel epitel maupun mikroflora saluran

pencernaan, sehingga berpotensi meningkatkan kecernaan nutrien.

Meningkatnya kecernaan nutrien berkorelasi dengan meningkatnya performan

ternak (Eklund et al., 2005).

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa suplementasi betain sebesar

0,1% dalam ransum mempengaruhi kinerja pertumbuhan ayam broiler dalam

kondisi cekaman panas (Farooqi et al., 2005). Menurut Honarbakhsh et al. (2007a, b) suplementasi betain sebanyak 0,08-0,23% dalam ransum dapat

meningkatkan pertambahan bobot badan dan menurunkan nilai konversi pakan

pada ayam broiler jantan. Level optimum suplementasi betain terhadap

performan, pengaruh kondisi yang optimal dan betain sebagai suplemen dalam

ransum yang berkecukupan metionin belum diketahui. Oleh sebab itu,

dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dan level optimum

suplementasi betain dalam ransum terhadap performan ayam broiler betina.

B.Rumusan Masalah

Betain mempunyai peran baik pada saluran pencernaan maupun

metabolisme. Osmoregulasi adalah kemampuan sel untuk mempertahankan

struktur dan fungsinya dengan mengatur pergerakan air dari dan keluar sel.

Proses pencernaan dan penyerapan nutrien membutuhkan perlindungan dari

substansi osmolit untuk menjaga stabilitas pertukaran air dalam sel usus.

Betain dianggap penting sebagai substansi osmolit. Betain memiliki fungsi

osmotik baik bagi sel epitel maupun mikroflora saluran pencernaan, sehingga

berpotensi meningkatkan kecernaan nutrien. Meningkatnya kecernaan

(16)

commit to user

berfungsi sebagai donor gugus metil pada proses transmetilasi. Betain

mempunyai tiga gugus metil dan dapat melepaskan gugus tersebut pada reaksi

transmetilasi untuk memsintesis berbagai substansi metabolik yang penting

seperti karnitin dan kreatin. Betain sebagai donor gugus metil diharapkan

meningkatkan ketersediaan metionin untuk sintesis protein sehingga

menghasilkan pertumbuhan yang optimal.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan level optimum

dari suplementasi betain dalam ransum terhadap performan ayam broiler

betina.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh suplementasi betain dalam ransum terhadap

performan ayam broiler betina.

2. Mengetahui level optimum suplementasi betain dalam ransum terhadap

(17)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan hasil rekayasa genetika dengan cara

perkawinan silang sehingga diperoleh ayam yang memiliki pertumbuhan

cepat dan memiliki karakteristik ekonomis (Murtidjo, 1987; Yusdja, 2011).

Ayam Broiler merupakan ayam penghasil daging yang memiliki kecepatan

tumbuh pesat dalam kurun waktu singkat (Rasyaf, 1994). Suprijatna et al, 2005) menyatakan ayam broiler mampu memproduksi daging secara optimal

dengan hanya mengkonsumsi ransum dalam jumlah relatif sedikit.

Keunggulan ayam broiler adalah dagingnya empuk, ukuran badan

besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap ransum cukup

tinggi, sebagian besar dari ransum diubah menjadi daging dan pertambahan

bobot badan sangat cepat. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh

sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi ransum, suhu lingkungan

dan pemeliharaan (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang paling cepat terjadi

sejak menetas sampai umur 4-6 minggu (Suprijatna et al, 2005). Hal ini sesuai dengan Aviagen (2007) bahwa ayam broiler strain New Lohmann merupakan ternak yang ekonomis karena mampu menghasilkan daging dalam

waktu yang cepat. Bobot badan untuk ayam broiler betina pada umur 42 hari

mencapai 2,3 kg dengan konversi ransum sekitar 1,8.

Pemilihan strain ayam broiler sangat menentukan hasil produk. Strain

ayam broiler sudah banyak dan mudah ditemukan dipasaran (Prambudi,

2009). Jenis strain ayam broiler yang dapat diperoleh antara lain Lohmann 202, Brahma, Pilch, Yabro, Tegel 70, ISA, Kim cross, Hyline, Vdett, Hybro, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Hypeco-Broiler, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Cornish, Langshans, Super 77, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707 (Setiawan, 2009).

(18)

commit to user B. Betain

Betain merupakan bahan alami yang banyak terdapat pada tumbuhan

dan jaringan hewan. Betain terdapat pada hewan invertebrata yang hidup di

perairan, tanaman bit dan gandum (Kidd et al., 1997). Sumber utama betain adalah gula bit dan produk sampingannya seperti molases. Sebagai bahan

aditif, betain terdapat dalam bentuk yang sudah dimurnikan yaitu betain

anhidrous, betain monohidrat dan betain hidrokhorid. Struktur kimiawi betain

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia betain (Eklund et al., 2005).

Aditif pakan sebagai donor gugus metil yang potensial untuk

digunakan dalam pakan ternak adalah metionin, kolin dan betain. Sebagian

besar metionin diperlukan untuk sintesis protein, sedangkan kolin digunakan

dalam pembentukan membran sel dan neurotrasmitter (Metzler-Zebeli et al., 2009; Ratriyanto et al., 2009). Betain dapat secara langsung digunakan sebagai donor gugus metil, sedangkan kolin harus dikonversi terlebih dahulu

menjadi betain. Metionin dapat digunakan sebagai donor gugus metil harus

dikonversi terlebih dahulu menjadi S-adenosilmetionin (SAM) untuk kemudian menjadi homosistein (Pillai et al., 2006; Ratriyanto et al., 2009).

Transfer gugus metil terjadi pada hati dengan melibatkan donor gugus

metil. Transfer gugus metil pada transmetilasi terjadi melalui aktivasi

metionin menjadi SAM yang mentransfer gugus metil kepada aseptor. Reaksi

transmetilasi yaitu aktivasi betain melepaskan gugus metil untuk mengubah

homosistein menjadi metionin (Kidd et al., 1997). CH3

CH2 CH3

CH3

(19)

-commit to user

Bagan transmetilasi dapat dilahat pada gambar 2.

Gambar 2. Transfer gugus metil pada transmetilasi. Ket enzim: 1) metionin

adenosiltransferase; 2) sistationin β-sintase; 3) betain-homosistein metiltransferase; 4) 5-metiltetrahidrofolatmetiltransferase; 5) kolin oksidase. THF : tetrahydrofolate; CH3THF : methyltetrahydrofolate (Pillai et al., 2006).

Transfer gugus metil pada transmetilasi terjadi melalui aktivasi

metionin menjadi SAM yang mentransfer gugus metil kepada abseptor

(Kidd et al., 1997). Selama reaksi SAM terdegradasi menjadi S-adenosil

homosistein dan berubah menjadi homosistein. Homosistein dapat mengalami 2 jalur metabolisme yang berbeda. Transfer gugus metil menghasilkan

transformasi betain menjadi dimetilglisin. Gugus metil dapat dipecah menjadi

fragmen karbon tunggal kemudian ditranfer untuk membentuk metionin dari

homosistein (Eklund et al., 2005).

Betain mempunyai potensi meningkatkan status nutrisi pada ternak

tanpa mensuplai nutrien secara langsung, tetapi mengoptimalkan penggunaan

nutrien yang ada pada ransum. Betain mempunyai berbagai peran baik pada

saluran pencernaan maupun metabolisme (Ratriyanto et al., 2009). Pada saluran pencernaan, betain memiliki fungsi osmotik baik bagi sel epitel

maupun mikroflora saluran pencernaan, sehingga berpotensi meningkatkan

(20)

commit to user

Sementara itu, pada tingkat metabolisme, betain berfungsi sebagai donor

gugus metil pada proses transmetilasi (Eklund et al., 2005).

Kebutuhan betain bagi ternak dipengaruhi oleh kandungan donor

gugus metil di dalam ransum dan variasi osmotik di dalam saluran

pencernaan. Apabila jumlah betain yang dibutuhkan tidak dapat dicukupi oleh

metabolisme, maka suplementasi betain pada ransum sangat diperlukan untuk

menjaga atau meningkatkan kesehatan dan performan ternak

(Ratriyanto et al., 2009).

C. Performan Ayam Broiler

1. Konsumsi Ransum

Secara biologis ayam mengkonsumsi ransum untuk proses

hidupnya. Kebutuhan energi untuk fungsi-fungsi tubuh dan memperlancar

reaksi-reaksi asam amino dari tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa ternak

ayam mengkonsumsi ransum digunakan untuk kebutuhan ternak tersebut.

Oleh karena itu, kualitas dari bahan pakan dan keserasian komposisi

nutrien sesuai dengan kebutuhan merupakan dua hal yang dapat

menentukan tercapainya performan puncak (Wahju, 2004).

Konsumsi ransum dihitung dengan cara menimbang jumlah ransum

yang diberikan dikurangi dengan sisa ransum selama penelitian dinyatakan

dengan g/ekor/hari (Rasyaf, 1994). Konsumsi ransum dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain: umur, strain, temperatur, palatabilas ransum,

aktivitas ternak, energi dan tingkat protein ransum (Anggorodi, 1990).

Penelitian terdahulu menunjukkan suplementasi betain dapat

menggantikan hingga 25% dari total metionin dalam ransum dan tidak

mempengaruhi rata-rata konsumsi ransum harian ayam broiler

(Sun et al., 2008). Menurut Pillai et al. (2006) dan Konca et al. (2008) suplementasi betain 0,28% dan 0,02% dalam ransum tidak mempengaruhi

(21)

commit to user

2. Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan murni adalah pertambahan dalam bentuk dan bobot

jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan

semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak

mengubah nutrien ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan.

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan

untuk mengukur pertumbuhan (Anggorodi, 1990).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler antara lain

faktor nutrisional yang meliputi energi, protein, vitamin, mineral dan

kalsium serta faktor manajerial meliputi genetik, jenis kelamin, umur,

penyakit, manajemen pemeliharaan (Wahju 2004). Pertumbuhan ayam

broiler juga dipengaruhi oleh faktor genetik, dimana masing-masing

individu ternak mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda

(Suprijatna et al., 2005).

Pertambahan bobot badan merupakan silisih bobot badan awal dan

bobot akhir selama pemeliharaan yang dinyatakan dalam g/ekor (Rasyaf,

1994). Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan

bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan

berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertumbuhan badan tiap hari, tiap

minggu, atau tiap bulan (Tillman et al, 1991).

Pada ayam broiler, suplementasi betain sebesar 0,04 sampai 0,07%

dalam ransum yang defisien metionin dapat meningkatkan rata-rata

pertambahan bobot badan harian dibandingkan ransum yang tidak

disuplementasi betain (Attia et al., 2005). Suplementasi betain 0,14% pada ransum yang mengandung gugus metil cukup dapat meningkatkan

pertambahan berat badan dan efisiensi pakan pada ayam broiler (Hassan et al., 2005) dan kalkun (Noll et al., 2002). Di pihak lain, Esteve-Garcia and

Mack (2000) melaporkan bahwa suplementasi betain sebesar 0,05% dalam

(22)

commit to user

3. Konversi Ransum

Konversi ransum (feed conversion ratio/FCR) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan, bila rasio

kecil berarti penggunaan ransum efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar

badan dan bangsa ayam, tahap produksi, kadar energi dalam ransum dan

temperatur lingkungan (Rasyaf, 1994).

Kualitas ransum menentukan konversi ransum. Kualitas ransum

ditentukan oleh keseimbangan nutrien dalam ransum itu untuk memenuhi

kebutuhan tubuh ayam. Ransum yang berkualitas baik dapat menghasilkan

pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan ransum akan semakin

efisien bila jumlah ransum yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan

pertambahan bobot badan yang tinggi. Ransum yang kekurangan salah

satu unsur gizi akan mengakibatkan ayam mengkonsumsi ransum secara

berlebihan untuk mencukupi kekurangan zat yang diperlukan oleh tubuh

(Tillman et al., 1991).

Suplementasi betain sebesar 0,04-0,07% dalam ransum defisien

metionin dapat memperbaiki konversi ransum ayam broiler (Attia et al., 2005). Demikian juga menurut Honarbakhsh et al. (2007a, b) suplementasi betain sebesar 0,08-0,23% dalam ransum dapat menurunkan nilai konversi

ransum pada ayam broiler jantan dalam kondisi cekaman salinitas (kadar

garam dalam air minum). Sedangkan, menurut penelitian Zulkifli et al. (2004) menyatakan bahwa suplementasi betain dalam ransum sebesar 1%

tidak mempengaruhi konversi ransum pada ayam broiler yang dipelihara

dalam kondisi cekaman panas.

4. Rasio Efisiensi Protein (REP)

Rasio efisiensi protein (REP) atau Protein Efficiency Ratio didefinisikan sebagai pertambahan berat badan per satuan konsumsi

protein (Anggorodi, 1990). REP merupakan salah satu metode untuk

mengukur kualitas protein yang dihitung dengan cara membagi

pertambahan berat badan dengan konsumsi protein (Wahju, 2004).

(23)

commit to user

of Official Analytical Chemist (AOAC) dan digunakan untuk mengukur kualitas protein.

Nilai REP akan bervariansi dengan sumber protein yang berbeda

karena kualitas dan komposisi protein bervariansi terhadap asam asam

amino esensial (Anggorodi, 1990). Menurut Tillman et al. (1991) nilai REP dipengaruhi juga oleh umur, jenis kelamin, lamanya pemeliharaan

dan kadar protein dalam ransum.

Nilai REP pada ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan

metionin dalam ransumnya. Suplementasi metionin sintetis sebesar 0,08%

dan 0,12% pada ransum menyebabkan nilai efisiensi penggunaan protein

pada ayam pedaging lebih tinggi daripada suplementasi metionin pada

tingkat 0,04% maupun tanpa suplementasi metionin. Suplementasi

metionin sebesar 0,12% memiliki nilai efisiensi penggunaan protein

(24)

commit to user

III. MATERI DAN METODE

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Mini Farm Program Studi Peternakan

yang berlokasi di Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten

Karanganyar. Analisis Proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan

Makanan Ternak, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret. Pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan selama 42 hari, dimulai

tanggal 29 Juli sampai 9 Agustus 2011.

B.Bahan dan Alat Penelitian

1. Ternak

Penelitian ini menggunakan 200 ekor Day Old Chicks (DOC) ayam broiler betina strain New Lohmann (MB 202) grade Platinum yang diproduksi PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Rerata bobot DOC

44,66±0,08 g dan rerata bobot badan awal perlakuan umur 8 hari adalah

149,53±2,52 g dengan Coefficient of Variation (CV) 1,68%. Ayam broiler dibagi dalam 4 perlakuan dan 5 ulangan.

2. Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini tersusun dari jagung

kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, onggok, L-Lysine HCl, DL-methionine, kalsit, premix, garam dan betain dalam bentuk betain anhidrous. Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum dan susunan ransum

basal fase starter dan finisher dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler

No. Nutrien Starter

(1-21 hari)

Finisher (22-42 hari) 1. Energi termetabolis (Kkal/kg) 3200 3200

(25)

commit to user

Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum (BK)

Nama Bahan ME1) PK3) Ca1) P Trs1) Lisin1) Met1)

Hasil Analisis Lab.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta(2011)

Tabel 3. Susunan Ransum Basal Fase Starter dan Fase Finisher (as-fed). No. Bahan ransum Starter (%) Finisher (%)

Tabel 4. Kandungan Nutrien Ransum Basal Fase Starter dan Fase Finisher (%) dalam BK

(26)

commit to user

3. Vaksin dan Vitamin

Vitamin yang diberikan yaitu Vita Stress dan Fortevit produksi PT. Medion Bandung yang diberikan melalui air minum. Program

pemberian vaksin selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Program Pemberian Vaksin

No Vaksin Umur (hari) Cara Pemberian

1 ND B1 4 Melalui tetes mata

2 Gumboro 9 Air minum

3 ND La Sota 14 Air minum

4. Kandang dan Peralatan

Penelitian ini menggunakan 20 petak kandang litter dengan ukuran 1,0 x 1,0 x 0,5 m. Bahan untuk sekat tiap kandang dari bambu dan untuk

litter dari sekam dengan ketebalan 5 cm dari alas kandang. Peralatan kandang yang digunakan adalah :

a. Tempat pakan

Tempat pakan yang digunakan tempat pakan gantung terbuat dari

bahan plastik sebanyak 20 buah yang ditempatkan 1 buah pada setiap

petak kandang.

b. Tempat air minum

Tempat air minum yang digunakan tempat minum gantung

terbuat dari bahan plastik sebanyak 20 buah yang ditempatkan 1 buah

pada setiap petak kandang.

c. Termometer

Termometer yang digunakan adalah termometer ruang untuk

mengetahui suhu ruang kandang.

d. Lampu pijar

Lampu pijar yang digunakan adalah lampu pijar 25 watt sebanyak

20 buah yang ditempatkan 1 buah untuk setiap petak kandang dan

(27)

commit to user

e. Timbangan

Timbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

timbangan digital merk Camry EK 3651-05 kapasitas 5 kg dengan

kepekaan 1 gram untuk menimbang ransum dan ayam. Timbangan

digital merk Tanita kapasitas 2 kg dengan kepekaan 1 gram untuk

menimbang DOC. Timbangan AND kepekaan 0,001 gram untuk

menimbang betain.

C.Persiapan Penelitian

1. Persiapan kandang

Kandang terlebih dahulu dibersihkan dan dilakukan desinfeksi

dengan Rodalon dengan kadar 1,5 ml Rodalon per liter air sebelum digunakan. Desinfeksi bertujuan untuk menjaga kebersihan kandang dan

sanitasi kandang dari mikrobia patogen. Kegiatan lain yang dilakukan

adalah pencucian lantai kandang, pengapuran lantai dan penyekat,

pencucian peralatan seperti tempat pakan dan tempat minum dengan

merendamnya dalam larutan antiseptik kemudian dikeringkan dibawah

sinar matahari dan dimasukkan ke dalam kandang. Sekam sebagai litter juga didesinfeksi. Ayam broiler ditimbang kemudian dimasukkan ke

dalam petak kandang perlakuan secara acak.

2. Persiapan ayam

Ayam sebanyak 200 ekor dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan,

setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan, dan setiap ulangan terdiri dari 10

ekor ayam. DOC yang baru datang diberi minum air gula 2%

(Setiawan dan Sujana, 2009).

3. Penentuan petak kandang

Penentuan petak kandang dilakukan untuk menentukan petak

(28)

commit to user D.Pelaksanaan Penelitian

1. Macam perlakuan

Percobaan dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) dengan 4 perlakuan (P0, P1, P2, dan P3), masing-masing perlakuan

diulang 5 kali dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam broiler. Adapun

keempat perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :

P0 = ransum basal + betain 0% (kontrol)

P1 = ransum basal + betain 0,1%

P2 = ransum basal + betain 0,2%

P3 = ransum basal + betain 0,3%

2. Pemberian ransum

Pemeliharaan dilaksanakan selama 42 hari. Pada umur 1 sampai 7

hari, ayam diberi ransum kontrol dan ransum perlakuan diberikan mulai

umur 8 hari. Pemberian ransum dan air minum secara ad libitum. 3. Peubah Penelitian

a. Konsumsi ransum

Konsumsi ransum dihitung dengan cara menimbang jumlah

ransum yang diberikan dikurangi dengan sisa ransum selama penelitian

yang dinyatakan dengan g/ekor/hari (Rasyaf, 1994).

Konsumsi ransum = ransum yang diberikan – ransum yang tersisa

b. Pertambahan bobot badan harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan harian merupakan silisih bobot badan

awal dan bobot akhir selama penelitian yang dinyatakan dalam g/ekor

(Rasyaf, 1994).

PBBH Ĩ Bobot akhir bobot awal g/ekor

(29)

commit to user

c. Konversi ransum

Konversi ransum dihitung dengan cara membagi jumlah ransum

yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan selama penelitian

(Rasyaf, 1994).

Konversi ransumĨ Ransum yang dikonsumsi g/ekor

PBB g/ekor

d. Rasio Efisiensi Protein (REP)

REP diperoleh dengan cara pertambahan berat badan dibagi

konsumsi protein selama penelitian (Wahju, 2004).

REPĨ PBB g

Konsumsi protein g

E.Cara Analisis Data

Data yang diperoleh dalam percobaan ini dianalisis menggunakan analisa

variansi berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan suplementasi

betain sebagai faktornya, untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan

terhadap peubah yang diamati. Model matematika yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan pada satuan perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ = nilai tengah perlakuan ke-i τi = level suplementasi betain ke-i

εij = error (galat) percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j.

Apabila hasil analisis variansi menunjukkan adanya pengaruh yang

nyata, dilanjutkan dengan pembandingan secara Polinomial Ortogonal.

Pengaruh level suplementasi betain dapat berbentuk linier, kuadratik, maupun

kubik sehingga hasil akhirnya dapat diketahui level optimum antara 4

(30)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Kondisi Umum

Ternak dipelihara dalam kondisi optimal dan sehat. Selama pemeliharaan

3 ekor ayam mati dan 9 ekor ayam di-culling. Rata-rata temperatur dalam kandang pada pagi hari 25,4ºC, pada siang 31,8ºC dan pada sore 29,1ºC.

Rata-rata temperatur luar kandang pada pagi hari 24,8ºC, pada siang 33,6ºC dan

pada sore 27,6ºC. Coefficient Variation (CV) peubah berkisar antara 2,07%-4,76%, ini menunjukkan bahwa sebaran data bersifat homogen.

B.Konsumsi Ransum

Konsumsi ayam broiler betina yang disuplementasi betain dalam ransum

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rerata Konsumsi Ransum Ayam Broiler Betina Selama Penelitian (g/ekor/hari).

Perlakuan Ulangan Rerata

1 2 3 4 5

Analisis variansi dari keempat perlakuan menunjukkan bahwa

suplementasi betain sampai taraf 0,3% tidak berpengaruh terhadap konsumsi

ransum (Lampiran 1). Hal ini diduga ketidakseimbangan asam amino sebagai

donor gugus metil pada ransum. Jika jumlahnya berlebih akan ada reaksi

transmetilasi yang berlebihan. Hal tersebut menyebabkan berlebihnya transfer

gugus metil kepada homosistein untuk remetilasi (negative feed back).

Konsumsi ransum yang berpengaruh tidak nyata juga dipengaruhi oleh kualitas

nutrien dalam ransum, terutama kandungan energi dan protein. Masing-masing

ransum perlakuan mempunyai perbandingan energi dan protein yang relatif sama,

sehingga pemberian ransum dengan energi yang sama menyebabkan ayam broiler

betina mengkonsumsi ransum dalam jumlah yang relatif sama.

(31)

commit to user

Sejalan dengan penelitian ini, Pillai et al. (2006) menyatakan bahwa pemberian betain sebesar 0,28% dalam ransum tidak mempengaruhi konsumsi

ransum ayam broiler. Pemberian betain dalam ransum berkecukupan metionin

dapat mengakibatkan terjadinya penurunan efektivitas betain sebagai donor

gugus metil sebagai akibat berlebihnya homosistein untuk remetilasi. Hal ini

sejalan dengan Kidd et al. (1997) bahwa pemberian betain dalam ransum yang bercukupan metionin tidak efektif untuk meningkatkan kinerja performan.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa respon ayam terhadap

suplementasi betain dalam ransum bervariasi. Menurut Sun et al. (2008) variasi tersebut diantaranya perbedaan kandungan metionin dalam ransum dan kondisi

kesehatan ayam broiler. Eklund et al. (2006) menyatakan bahwa efektivitas betain juga dipengaruhi oleh jenis atau sumber betain yang digunakan.

Sementara itu Wahju (2004) menyatakan bahwa kualitas dari bahan pakan dan

keserasian komposisi gizi sesuai dengan kebutuhan merupakan dua hal yang

dapat menentukan tercapainya performan puncak.

C.Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

PBBH ayam broiler betina yang disuplementasi betain dalam ransum

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rerata PBBH Ayam Broiler Betina Selama Penelitian (g/ekor).

Perlakuan Ulangan Rerata

1 2 3 4 5

Analisis variansi dari keempat perlakuan menunjukkan bahwa

suplementasi betain sampai taraf 0,3% tidak berpengaruh terhadap PBBH

(Lampiran 2). Asam amino metionin dalam ransum basal fase starter dan fase finisher sebesar 0,5% dan 0,38%. Hal tersebut diduga menyebabkan proses transmetilasi dapat berlangsung dengan baik tanpa suplementasi betain sebagai

(32)

commit to user

metionin, cekaman panas, koksidosis dan kurangnya kebersihan. Sedangkan,

Eklund et al. (2005) menyatakan bahwa betain merupakan substansi yang mengandung nitrogen (N) sehingga memerlukan energi untuk

mengekskresikannya. Tingginya suplementasi betain menyebabkan semakin

bertambahnya energi yang digunakan untuk mengekskresikan betain dan energi

yang digunakan untuk pertumbuhan berkurang.

Suplementasi betain tidak mempengaruhi PBBH, hal ini diduga pula

karena poliferasi sel tidak di bawah kondisi stress sehingga betain sebagai

substansi osmolit tidak berjalan dengan baik. Hal ini didukung oleh Ratriyanto

et al. (2009) bahwa proses pencernaan dan penyerapan gizi membutuhkan mekanisme perlindungan dari tekanan osmotik di dalam sel epitel usus. Betain

dianggap penting sebagai substansi osmolit untuk mengkontrol tekanan

osmotik di dalam sel epitel usus.

Pada ransum defisien metionin dapat terjadi peningkatan efektivitas

betain sebagai donor gugus metil sebagai akibat kurangnya homosistein untuk

remetilasi karena metionin yang disintesis pada proses metilasi digunakan

untuk sintesis protein dan tidak diubah kembali menjadi homosistein

(Metzler-Zebeli et al., 2009). Hal ini sejalan dengan Kidd et al. (1997) bahwa suplementasi betain dalam ransum yang berkecukupan metionin tidak efektif

untuk meningkatkan performan. Sejalan penelitian ini, Zulkifli et al. (2004) menyatakan bahwa suplementasi betain 1% dalam ransum tidak mempengaruhi

berat badan ayam broiler yang dipelihara dalam kondisi cekaman panas.

D.Konversi Ransum

Pengaruh suplementasi betain dalam ransum terhadap konversi ransum

ayam broiler betina selama penelitian disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rerata Konversi Ransum Ayam Broiler Betina Selama Penelitian.

Perlakuan Ulangan Rerata

(33)

commit to user

Angka diatas pada ransum perlakuan P0 menggambarkan bahwa ayam

broiler betina pada percobaan mengkonsumsi sebanyak 2,42 g untuk

menaikkan 1 g bobot badannya, dan seterusnya. Semakin kecil nilai konversi

ransum maka didapat nilai efisiensi ransum yang lebih tinggi. Analisis variansi

menunjukkan bahwa suplementasi betain sampai taraf 0,3% tidak berpengaruh

terhadap konversi ransum (Lampiran 3). Tidak berpengaruhnya konsumsi dan

pertambahan bobot badan harian ayam broiler betina dalam penelitian

menyebabkan konversi ransum tidak berpengaruh.

Suplementasi betain tidak mempengaruhi konversi ransum karena respon

ternak terhadap suplementasi betain diduga tergantung pada komposisi nutrien

ransum, metionin dalam ransum dan taraf suplementasi betain. Sejalan

penelitian ini, Zulkifli et al. (2004) menyatakan bahwa suplementasi betain sebesar 1% dalam ransum tidak mempengaruhi konversi ransum pada ayam

broiler yang dipelihara dalam kondisi cekaman panas. Besar kecilnya konversi

ransum tergantung pada besar kecilnya konsumsi dan pertambahan bobot badan.

Menurut Rasyaf (1994) konversi ransum dipengaruhi oleh bangsa ayam, tahap

produksi, kadar energi dalam ransum dan temperatur lingkungan.

E.Rasio Efisiensi Protein

Pengaruh suplementasi betain dalam ransum terhadap REP ayam broiler

betina selama penelitian disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rerata REP Ayam Broiler Betina Selama Penelitian.

Perlakuan Ulangan Rerata

1 2 3 4 5

Analisis variansi menunjukkan bahwa suplementasi betain sampai taraf

0,3% tidak berpengaruh terhadap REP (Lampiran 4). Tidak berpengaruhnya

dari nilai REP diduga konsumsi protein dan PBB yang dicapai relatif sama.

(34)

commit to user

tersebut dapat digambarkan dengan meneliti imbangan efisiensi protein, yang

diukur melalui pertambahan berat badan dan konsumsi protein. Menurut

Tillman et al. (1991) nilai REP dipengaruhi juga oleh umur, jenis kelamin,

lamanya percobaan dan kadar protein dalam ransum.

Betain mempunyai tiga gugus metil dan dapat melepaskan gugus tersebut

pada reaksi transmetilasi sehingga betain terlibat dalam metabolisme protein

dan energi (Kidd et al., 1997). Dalam penelitian ini metionin dalam ransum cukup, sehingga metabolisme protein dapat berjalan dengan baik tanpa adanya

suplementasi betain sebagai donor gugus metil. Menurut Anggorodi (1990)

nilai REP akan bervariasi dengan sumber protein yang berbeda karena kualitas

(35)

commit to user

23

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

suplementasi betain sampai taraf 0,3% dalam ransum tidak mempengaruhi

Gambar

Tabel                                                Judul
Gambar 1. Struktur kimia betain (Eklund et al., 2005).
Gambar 2. Transfer gugus metil pada transmetilasi. Ket enzim: 1) metionin
Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh subtitusi minyak sawit oleh minyak ikan lemuru dan suplementasi vitamin E dalam ransum ayam broiler terhadap pertambahan

Pengaruh suplementasi betain dalam ransum rendah metionin terhadap kualitas telur puyuh.. commit

Disertasi “Respon Ayam Broiler Terhadap Penurunan Tingkat Protein dalam Ransum Berdasarkan Efisiensi Penggunaan Protein dan Suplementasi Asam Amino Metionin dan Lisin..

Data analisis sidik ragam pertambahan bobot badan ayam broiler Data rataan pertambahan bobot badan ayam broiler umur 0-35 hari.... Data analisis sidik ragam konversi ransum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh subtitusi minyak sawit oleh minyak ikan lemuru dan suplementasi vitamin E dalam ransum ayam broiler terhadap

Berdasarkan hal tersebut, penelitian performan ayam broiler yang diberi ransum komersil yang sebagian disubstitusi dengan menir dan bungkil kelapa serta

Suplementasi campuran tepung kunyit dan sambiloto sampai aras 40 g/kg dalam ransum tidak dapat memperbaiki kinerja ayam petelur, namun suplementasi pada aras 10 g/ kg dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji suplementasi betain ke dalam pakan yang memiliki kandungan metionin sesuai standar cukup terhadap performa dan efisiensi pakan ayam broiler