• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA JAWA PADA JAGAD JAWA HARIAN UMUM SOLOPOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA JAWA PADA JAGAD JAWA HARIAN UMUM SOLOPOS"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM BAHASA JAWA PADA JAGAD JAWA

HARIAN UMUM SOLOPOS

(Suatu Kajian Sosiolinguistik)

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan

guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Oleh:

Indah Wahyuningsih

C.0107029

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv Nama : Indah Wahyuningsih

Nim : C0107029

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Interferensi Leksikal Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini di beri tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarata,

Yang membuat pernyataan

Indah Wahyuningsih

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Bapak dan ibu tercinta.

Mas Ilham (suamiku) dan Vivi (anakku) tercinta yang selalu memberiku

semangat.

(6)

vi

Sesuatu jika tidak dicoba tidak akan tahu hasilnya.

(

penulis)

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Penulis dalam menyusun skripsi ini banyak menemui hambatan dan rintangan, tetapi berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang bersifat langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, Ph.D., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberi izin dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M.Hum, Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberi kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., Pembimbing pertama yang dengan sabar, perhatian serta ketelitian mengarahkan, membimbing, dan mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Sri Supiyarno, M. A., Pembimbing kedua yang telah mengarahkan, membimbing, dan mendorong dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Wakit Abdulah, M. Hum., Pembimbing akademik yang dengan kesabaran dan kebijaksanaan membimbing penulis selama menjalankan masa

(8)

viii penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah mengamalkan dan memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 7. Seluruh staf perpustakaan pusat maupun fakultas yang telah membantu

penulis dalam mencari buku-buku yang berhubungan dengan mata kuliah maupun skripsi.

8. Sahabat-sahabatku tersayang angkatan 2007, terima kasih atas kenangan indah baik suka maupun duka serta kekompakan kalian semua selama ini.

9. Bapak dan ibu yang telah memberiku kasih sayang, doa, dan motifasi dalam menyelesaikan skripsi.

10.Suamiku tercinta Mas Ilham Nugroho, terima kasih atas kasih sayang, kesetiaan, dan perhatianmu. Anugrah Adha Marvi Marmara anakku tercinta, terimakasih atas keceriaan yang ananda berikan.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga bantuan, bimbingan, arahan, kritik, dan saran dengan caranya masing-masing dapat diterima menjadi amalan yang baik. Penulis mengucapkan terima kasih.

Surakarta, Penulis

Indah Wahyuningsih

(9)

ix

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN ... xii

ABSTRAK ... xii

SARI PATHI ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 7

C. Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

(10)

x

D. Interferensi ... 14

1. Pengertian Interferensi ... 14

2. Macam-macam Interferensi ... 15

3. Faktor penyebab terjadinya Interferensi ... 18

E. Kategori Kata ... 19

F. Ragam Jurnalistik ... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Data dan Sumber Data ... 22

C. Populasi dan Sampel ... 23

D. Alat Penelitian ... 24

E. Metode Pengumpulan Data ... 25

F. Metode Analisis Data ... 25

G. Metode Penyajian Hasil Analisis ... 29

BAB IV ANALISIS DATA ... 30

A. Kategori kata dari unsur leksikal bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa yang terdapat dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS ... 30

1.Interferensi Leksikal kategori kata benda ... 30

2. Interferensi Leksikal kategori kata kerja ... 50

3.Interferensi Leksikal kategori kata sifat ... 51

4. Interferensi Leksikal kategori kata penghubung ... 57

(11)

xi

JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS ... 58

1. Kedwibahasaan peserta tutur... 58

2.Tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima... 59

3.Tidak cukupnya kosakata bahasa penerima ... 60

4.Menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan... 61

5.Kebutuhan akan sinonim ... 62

6.Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa ... 62

7.Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu ... 63

BAB V PENUTUP ... 65

SIMPULAN ... 65

SARAN ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69

(12)

xii TANDA

1. ‘....’: Glos sebagai tanda yang menyatakan terjemahan/ makna

satuan lingual.

2. (...): Tanda kurung buka dan tutup yang menyatakan mana suka dan atau keterangan tambahan.

SINGKATAN / KETERANGAN

BUL : Bagi Unsur Langsung PUP: Pilah Unsur Penentu

(13)

xiii

Indah Wahyuningsih. C0107029. 2011. Interferensi Leksikal bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa pada JAGAD Jawa harian umum SOLOPOS (Suatu Kajian Sosiolinguistik). Skripsi bidang Linguistik. Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada (1) kategori kata dari unsur leksikal bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa yang terdapat dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS. (2) faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk (1) Mendeskripsikan kategori kata dari unsur leksikal bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa yang terdapat dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS. (2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa data tulis yaitu kalimat yang mengandung interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa. Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana bahasa Jawa di rubrik JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS yang mengandung interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa. Populasi dalam penelitian ini adalah semua interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa yang terdapat pada sumber data. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan data yang berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang sama dengan ciri-ciri atau sifat-sifat pada populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa yang mewakili populasi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penyimakan dengan teknik yang digunakan teknik catat. Metode analisis data dengan menggunakan metode padan, dengan teknik PUP yang digunakan untuk menentukan penyimpangan yang berwujud interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa, sedangkan metode agih dengan teknik lanjutan teknik ganti dipakai untuk membuktikan kecocokan dan keberterimaan leksikon bahasa Jawa padanan dari leksikon bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

Setelah dilakukan penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kategori kata dari unsur leksikal bahasa Indonesia yang berinterferensi kedalam bahasa Jawa yang terdapat dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS yaitu interferensi leksikal kategori kata benda, interferensi leksikal kategori kata kerja, intrerferensi leksikal kategori kata sifat, dan interferensi leksikal kategori kata penghubung (2) Faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi bahasa Indonesia kedalam bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS yaitu kedwibahasaan peserta tutur, tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima, tidak cukupnya kosakata bahasa penerima, menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan, kebutuhan akan sinonim, prestise bahasa sumber dan gaya bahasa, terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu.

(14)

xiv

Indah Wahyuningsih. C0107029. 2011. Interferensi leksikal basa Indonesia dhatêng basa Jawi wontên ing JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS(Suatu Kajian Sosiolinguistik). Skripsi Bidang Linguistik. Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Prêkawis ingkang wontên ing panalitèn inggih punika: (1) Kados pundi jinising têmbung saking interferensileksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi inkang wontên ing JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS, (2) Kados pundi musababipun ingkang njalari dumadosipun interferensi leksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi wontên ing JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

Ancasing panalitèn inggih punika: kanggé (1) Ngandharakên jinising têmbung saking interferensi leksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi ingkang wontên ing JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS, (2) Ngandharakên musababipun ingkang njalari dumadosipun interferensi leksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi ing JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

Panalitèn punika sipatipun deskriptif kualitatif. Data ingkang dipun-ginakakên awujud data tulis inggih punika ukara ingkang ngandhut interferensi leksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi. Sumbêr data ingkang dipun-ginakakên inggih punika wacana basa Jawi ing rubrik JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS. Populasinipun sêdaya interferensi leksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi ingkang wontên ing sumbêr data. Cara kanggé nemtokakên

sampel wontên ing panalitèn punika dipun-ginakakên teknik purposive sampling.

Sampel ingkang dipun-ginakakên inggih punika sêdaya ukara ingkang ngandhut

interferensi leksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi ingkang dipunanggêp sagêd makili populasi. Cara anggènipun ngêmpalakên data dipunginakakên

metode simak kanthi tèknik lajênganipun tèknik cathêt. Cara ngandharakên data

dipunginakakên kalih metode inggih punika metode padan kanthi tèknik dhasaripun teknik Pilah Unsur Penentu (PUP), metode agih kanthi tèknik dhasaripun Bagi Unsur Langsung (BUL) saha teknik lajênganipun teknik ganti

utawi substitusi dipun-ginakakên kanggé nêmtokakên jumbuhing saha treping têmbung-têmbung basa Jawi padanan saking interferensi têmbung basa Indonesia dhumatêng basa Jawi.

Kanthi wontênipun andharan data wontên ing panalitèn punika, dudutanipun inggih punika. (1) jinising têmbung saking interferensi leksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi ingkang wontên ing JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS inggih punika interferensi leksikal jinising têmbung aran, interferensi leksikal jinising têmbung kriya, interferensi leksikal jinising têmbung kahanan, interferensi leksikal kategori têmbung pangikêt. (2) faktor-faktor ingkang njalari dumadosipun interferensi leksikal basa Indonesia dhumatêng basa Jawi ing

JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS inggih punika kedwibahasaan paraga tutur, tipisipun kasêtyan pangagêm basa panampi, botên cêkapipun têmbung basa panampi, icalipun têmbung-têmbung ingkang arang dipun-ginakakên, kabêtahan

(15)

xv

Indah Wahyuningsih. C0107029. 2011. Interference lexicase Indonesian in Java language in general daily JAGAD Jawa SOLOPOS (A sociolinguistic study). Thesis field of Linguistics. Regional Literature Department of Literature and Fine Arts faculty of Sebelas Maret Uniersity Surakarta. This study focuses on the problems of lexical interference of Indonesian in the Java language in JAGAD Jawa Daily SOLOPOS. The objectives are to (1) Describes the categories of words from lexical elements interfere Indonesian language into the Java language contained in the General Solopos JAGAD Daily Java. (2) Describe the factors underlying the occurrence of lexical interference Indonesian language into Java in JAGAD Jawa Daily Solopos. This research is descriptive qualitative. The data in this study is a data write sentences containing lexical interference Indonesian in Java language. Sources of data in this study is the discourse of the Java language in the rubric JAGAD Jawa Daily SOLOLPOS containing lexical interference Indonesian in Java language. The population in this study were all Indonesian lexical interference in the Java language contained in the data source. Determination of the sample in this study using purposive sampling techniques namely the determination of the data based on the characteristics or properties of similar characteristics or properties of the population. Methods of data collection in this study using methods with techniques used penyimakan note technique. Methods of data analysis using matching methods, with techniques that are used to determine the PUP deviations tangible Indonesian interference is determined by the Java language as a guide, while the advanced engineering methods agih with dressing technique used to prove suitability and acceptability of the words Java language equivalent of the word Indonesian language is interfering into the Java language in JAGAD Jawa Daily SOLOPOS.

Having done this research, we can conclude several things: (1) Category words of Indonesian language lexical items interfere into the Java language contained in the Daily JAGAD Jawa SOLOPOS the interference of lexical categories noun, verb interference lexical category, lexical categories of words intrerferensi properties, and lexical category word interference condition (2) factors underlying the occurrence of interference into the Indonesian language Java in JAGAD Jawa Daily SOLOPOS namely multilingual of participants said, the thinness of the recipient language user loyalty, insufficiency of the recipient language vocabulary, the disappearance of rare words used, the need for synonyms, the prestige of the source language and style of language, customs entrainment in the mother tongue.

(16)

INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA JAWA PADA JAGAD JAWA HARIAN

UMUM SOLOPOS (Suatu Kajian Sosiolinguistik)

Indah Wahyuningsih1

Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum2 Drs, Sri Supiyarno M. A.3

ABSTRAK

2011. Skripsi bidang Linguistik. Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada (1) kategori kata dari unsur leksikal bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa yang terdapat dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS. (2) faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk (1) Mendeskripsikan kategori kata dari unsur leksikal bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa yang terdapat dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS. (2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa data tulis yaitu kalimat yang mengandung interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa. Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana bahasa Jawa di rubrik JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS yang mengandung interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa. Populasi dalam penelitian ini adalah semua interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa yang terdapat pada sumber data. Penentuan sampel dalam

1

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0107029 2

Dosen Pembimbing I 3

Dosen Pembimbing II

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan data yang berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang sama dengan ciri-ciri atau sifat-sifat pada populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa yang mewakili populasi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penyimakan dengan teknik yang digunakan teknik catat. Metode analisis data dengan menggunakan metode padan, dengan teknik PUP yang digunakan untuk menentukan penyimpangan yang berwujud interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa, sedangkan metode agih dengan teknik lanjutan teknik ganti dipakai untuk membuktikan kecocokan dan keberterimaan leksikon bahasa Jawa padanan dari leksikon bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Masyarakat Bahasa

Masyarakat bahasa adalah suatu masyarakat yang didasarkan kepada penggunaan bahasa tertentu, jadi yang menjadi ukuran buat kita untuk menunjuk kepada masyarakat itu ialah bahasa apa yang digunakan oleh anggota masyarakat itu dalam kehidupan mereka (Khaidir Anwar, 1990:30).

Leonard Bloomfield (dalam Kaidir Anwar, 19990:31) mengatakan bahwa masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan bahasa tertentu. Charles Hockett membuat batasan yang agak panjang, (dalam Khaidir Anwar, 1990:31) ialah: semua kelompok orang yang berkomunikasi satu sama lain , baik secara langsung atau tidak langsung, dengan perantaraan sebuah bahasa yang umum diantara mereka.

Masyarakat bahasa merasa bahwa bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi yang memadai, para anggota tidak merasa kekurangan akan bahasa yang mereka perlukan dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Hal ini berlaku baik masyarakat bahasa itu mempunyai satu jenis bahasa atau berbagai bahasa. Biasanya masyarakat bahasa memakai bahasa lebih dari satu ragam bahasa karena hubungan sosial beragam. Hubungan sosial tertentu menghendaki digunakannya satu macam ragam bahasa sedangkan hubungan sosial yang lain menuntut penggunaan ragam bahasa yang berbeda.

10

(18)

B.Kontak Bahasa

Di tengah-tengah masyarakat, kehadiran bahasa berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi antar anggota masyarakat. Mereka menggunakan lebih dari satu bahasa sebagai alat komunikasinya, sehingga di dalam masyarakat bahasa itu peluang terjadinya kontak bahasa lebih besar. Kontak bahasa terjadi apabila masing-masing individu menggunakan bahasa secara bergantian.

Dalam hubunganya dengan masalah kontak bahasa, salah satu teori yang penulis gunakan adalah teori Weinrich (1974: 1) yang mengatakan bahwa kontak bahasa terjadi apabila dua bahasa atau lebih dipakai secara bergantian. Kontak itu mengakibatkan terjadinya transfer, yaitu pemindahan atau peminjaman unsur-unsur dari satu bahasa ke bahasa lain.

Mackey (dalam Samino, 2002:17) memberikan pengertian kontak bahasa adalah pengaruh bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain baik langsung maupun tak langsung, sehingga menimbulkan perubahan bahasa yang dimiliki oleh ekabahasawan. Selain definisi tersebut Mackey juga memberi tekanan bahwa kontak bahasa cenderung kepada gejala tutur (parole). Namun karena langue (gejala bahasa) pada hakekatnya adalah sumber dari parole, maka kontak bahasa sudah selayaknya nampak dalam dwibahasawan, sebab tutur bersumber pada gejala bahasa. Dengan kata lain, kedwibahasaan terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa.

(19)

Menurut Suwito (1983 : 39) kontak bahasa meliputi segala peristiwa bersentuhan antara beberapa bahasa yang berakibat adanya kemungkinan pergantian pemakaian bahasa olah penutur dalam konteks sosialnya.

Samino (2002:17) berpendapat bahwa kontak bahasa meliputi segala peristiwa persentuhan antara beberapa bahasa yang diperoleh dari berbagai lingkungan sebagai alat berkomunikasi yang berakibat adanya kemungkinan pergantian pemakaian bahasa oleh penutur dalam konteks sosialnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa kontak bahasa meliputi segala peristiwa persentuhan antara beberapa bahasa yang digunakan oleh dwibahasawan dalam berkomunikasi yang berakibat adanya kemungkinan pergantian pemakaian bahasa.

C. Kedwibahasaan dan Diglosia

Didalam pergaulan sehari-hari baik dalam situasi formal maupun nonformal dapat terjadi perubahan variasi bahasa. Situasi tersebut dapat mengubah variasi bahasa dari bahasa satu ke dalam bahasa yang lain. Keadaan semacam ini tercermin pada dwibahasawan.

Nababan mengatakan bahwa bilingualism ialah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain. Nababan juga mengatakan istilah kedwibahasaan dapat dipakai perorangan dan dapat juga untuk masyarakat (1986:27 dan 29). Artinya masyarakat dwibahasawan adalah masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih dalam berkomunikasi.

(20)

Menurut Iqbal (2011:9) kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseltif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.

Harimurti Kridalaksana(2008:36) mengatakan bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau oleh suatu masyarakat. Harimurti membagi kedwibahasaan kedalam tiga kategori. Pertama bilingualisme koordinat(co-ordinate bilingualism) bilingualisme dengan dua sistem bahasa atau lebih yang terpisah ( seseorang yang bilingual koordinat, ketika mempergunakan satu bahasa, tidak menampakkan unsur-unsur dari bahasa yang lain; pada waktu beralih ke bahasa lain tidak terjadi percampuran sistem). Kedua bilingualisme majemuk (compound bilingualism) bilingualisme dengan dua sistem bahasa atau lebih yang terpadu ( seseorang yang bilingual majemuk sering “mengacaukan”

unsur-unsur kedua bahasa- atau lebih-yang dikuasainya). Ketiga bilingualisme subordinat (suborinate bilingualism) bilingualisme dengan dua sistem bahasa atau lebih yang terpisah tetapi masih terdapat proses penerjemahan (seseorang yang bilingual subordinat biasanya masih mencampurkan konsep-konsep bahasa pertama kedalam bahasa kedua).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan adalah kemampuan dua bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh dwibahasawan.

(21)

gambaran peristiwa yaitu dua variasi dari satu bahasa hidup berdampingan di dalam masyarakat, dan masing-masing mempunyai peranan tertentu (Ferguson dalam Vitalia, 1999: 16). Istilah diglosia kemudian mengalami perkembangan dan cenderung meluas. Menurut Fishman bahwa diglosia pada hakikatnya adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menyebutkan suatu masyarakat yang mengenal dua bahasa (atau lebih) untuk berkomunikasi diantara anggota-anggotanya(Fishman dalam Vitalia, 1999:46).

Diglosia juga dipergunakan untuk melukiskan keadaan masyarakat yang terdiri dari suatu bangsa yang berlainan dalam menggunakan bahasa dan logat (Suwito,1983:46).

D. Interferensi

1. Pengertian Interferensi

Rusyana(1975:52) mengatakan bahwa interferensi itu terjadi karena adanya kecenderungan pada dwibahasawan untuk mempersamakan unsur-unsur yang ada pada bahasa lain apabila dua bahasa berkontak. Interferensi terjadi pada individu pemakai bahasa yang cenderung menggunakan dua unsur bahasa dalam tuturannya.

Weinrich (1974:12) menyatakan bahwa interferensi adalah bentuk penyimpangan norma, bahasa yang dilakukan oleh dwibahasawan sebagai akibat pengenalan dua bahasa. Sebagai konsekuensinya, dwibahasawan mempersamakan unsur-unsur yang ada pada bahasa lain.

(22)

Suwito (1983:54) berpendapat bahwa interferensi adalah peristiwa yang pada umumnya dianggap sebagai gejala tutur (speech parole) hanya terjadi pada dwibahasawan dan peristiwanya yang tidak perlu terjadi karena unsur-unsur serapan itu sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa penyerap, diharapkan semakin berkurang atau sampai batas minim.

Rindjin (1981:20) menyatakan bahwa interferensi sebagai akibat adanya kontak bahasa maka terjadilah tutup-menutup bagian-bagiannya diantara bahasa-bahasa itu, yaitu penerapan dua buah system secara serempak kepada suatu unsur bahasa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Interferensi adalah gejala tutur, berupa masuknya unsur bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, peristiwa ini menyebabkan perubahan-perubahan sistem bahasa, baik sistem bahasa penyerap atau sistem bahasa donor.

2. Macam-macam Interferensi

Suwito (1983:55-58) mengatakan beberapa macam interferensi meliputi (1) tataran fonologi, (2) morfologi, (3) sintaksis, dan (4) semantik.

1. Interferensi fonologi adalah interferensi yang berhubungan dengan bunyi, misalnya ada kata-kata dari bahasa Jawa yang berawalan /b/, /d/, /g/, dan /j/. maka akan terjadi penasalan di depannya seperti kata

mbandung.

2. Interferensi morfologi terjadi karena adanya pembentukan kata dengan menggunakan afiks bahasa pertama kedalam bahasa kedua atau

(23)

sebaliknya. Seperti dikatakan Suwito (1983:55) bahwa interferensi morfologi terjadi apabila dalam pembentukan kata-katanya suatu bahasa menyerap afiks-afiks bahasa lain, seperti kata terpepet.

3. Interferensi sintaksis terjadi karena didalam diri penutur terjadi kontak bahasa antara bahasa yang sedang diucapkannya dengan bahasa lain yang juga dikuasainya (Suwito, 1983:56). Contohnya, Pak Ali kaya sendiri di kampungku.

4. Interferensi leksikal terjadi apabila morfem-morfem bahasa satu ditransfer ke bahasa lain (Weinrich, 1974:47).Contohnya, Critane Yanusa Nugroho, penulis kondhang, kang tau gawe konsep pagelaran wayang kulit purwa.

Harimurti Kridalaksana (2008:126) dalam Kamus Linguistik mengklasifikasikankan leksikal menjadi tiga yaitu, (1) bersangkutan dengan leksem, (2) bersangkutan dengan kata, dan (3) bersangkutan dengan leksikon. Jika dikatakan leksikon bersangkutan dengan leksem perlu duketahui pengertian leksem yaitu,satuan leksial dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Leksikal juga bersangkutan dengan leksikon, maksudnya adalah leksikal memuat komponen yang bermakna dan pemakaian kata dalam bahasa.

Interferensi leksikal kategorinya meliputi kategori kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Mengenai terjadinya interferensi leksikal ini Rusyana (1975:99) mengatakan interferensi leksikal terjadi jika penggantian unsur dari satu bahasa oleh bahasa lain terdapat aspek bahasa yang satu disalin dalam aspek bahasa lain

(24)

interferensi sintaksis terjadi apabila hubungan kata-kata dalam kalimat, atau kelompok kata dalam kalimat, yang berhububngan dengan frasa, klausa, dan kalimat dalam sebuah tata kalimat melibatkan aturan atau kaidah-kaidah bahasa lain.

Huda dalam (Vitalia 1999: 23) dengan mengacu pendapat Weinreich mengidentifikasikan interferensi atas empat macam yakni:

1. Mentransfer unsur suatu bahasa ke bahasa yang lain,

2. Adanya perubahan fungsi dan katagori yang disebabkan oleh adanya pemindahan,

3. Penerapan unsur-unsur bahasa kedua yang berbeda dengan bahasa pertama; dan

4. Kurang diperhatikanya struktur bahasa mengingat tidak ada ekuivalensi dalam bahasa pertama.

Rindjin (1981:22-24) membagi interferensi menjadi empat macam berdasarkan pendapat Weinreich yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut

1. Peminjaman unsur satu bahasa ke dalam tuturan bahasa lain dan dalam peminjam itu ada aspek tertentu yang ditransfer. Hubungan antara bahasa yang dipinjam unsur-unsurnya disebut bahasa sumber, sedangkan bahasa penerima disebut bahasa peminjam. Aspek yang ditransfer dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima disebut aspek importansi.

(25)

2. Penggantian unsur suatu bahasa dengan padanannya ke dalam suatu tuturan bahasa yang lain. Dalam penggantian itu ada aspek dari suatu bahasa disalin ke dalam bahasa yang lain yang disebut substitusi.

3. Penerimaan hubungan ketatabahasaan bahasa A ke dalam morfem bahasa B juga dalam kaitan tuturan bahasa B, atau pengingkaran hubungan ketatabahasaan bahasa B yang tidak ada modelnya dalam bahasa A.

4. Perubahan fungsi morfem melalaui jati diri antara satu morfem bahasa B tertentu dengan morfem bahasa A tertentu, yang menimbulkan perubahan (perluasan maupun pengurangan) fungsi-fungsi morfem bahasa B berdasarkan satu model tata bahasa A.

Pembagian lain yang masih mengacu pada pendapat Weinreich ialah pembagian interferensi berdasarkan bentuknya. Berdasarkan bentuknya interferensi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1) interferensi bidang bunyi, (2) interferensi bidang gramatikal, (3) interferensi bidang leksikal dan kosakata (Rindjin:1981:24).

3. Faktor penyebab terjadinya Interferensi

Iqbal (2011: 34) dalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik Teori dan Praktik mengatakan bahwa faktor penyebab terjadinya interferensi adalah:

a. Kedwibahasaan peserta tutur.

(26)

c. Tidak cukupnya kosakata bahasa penerima. d. Menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan. e. Kebutuhan akan sinonim.

f. Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa. g. Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu.

E. Kategori Kata

John Crawfurd dalam Harimurti Kridalaksana (2005:12) membagi kata menjadi tujuh kelas kata, yaitu: noun, adjective, numeral, pronoun, verb, adverb,conjunction. Adapun pengertian dari ketujuh kelas kata tersebut dalam Kamus Linguistik (2008) adalah:

1. Noun (kata benda) atau nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subyek atau obyek dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau haal lain yang dibendakan dalam alam luar bahasa; kelas ini dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Dalam bahasa Jawa kata benda dapat diikuti kata sing dan dalam bentuk ingkar (negatif) dapat diawali kata dudu (Soepomo Poedjosoedarmo, 1979: 77).

2. Verb (kata kerja) atau verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan, atau proses; kelas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih,dsb. Dalam bahasa Jawa untuk

(27)

membentuk kalimat ingkar (negatif) dipergunakan kata ora (Soepomo Poedjosoedarmo, 1979: 24).

3. Adjective (kata keadaan) atau ajektiva adalah kata yang menerangkan kata benda. Dalam bahasa Indonesia ajektiva mempunyai ciri dapat bergabung dengan tidak dan partikel seperti lebih, sangat,dsb. Dalam bahasa Jawa dapat didahului dengan kata luwih „lebih‟ dan rada „agak‟ serta diikuti

kata banget „sangat‟ dan dhewe „paling‟ (Soepomo Poedjosoedarmo, 1979:

122).

4. Numeral (kata bilangan) atau numeralia adalah kata atau frase yang menunjukkan bilangan atau kuantitas.

5. Pronoun (kata ganti) atau pronomina adalah kata yang menggantikan nomina atau frase nominal.

6. Adverb (kata tambahan) atau adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, ajektiva, preposisi, atau adverbia lain.

7. Conjunction atau konjungsi adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat kalimat, atau paragraf dengan dengan paragraf.

F. Ragam Jurnalistik

Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi masa sebagaimana tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelektual yang minimal. Sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati

(28)

isinya, walaupun demikian tuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik tidak boleh ditinggalkan (Rosihan Anwar, 1991: 2).

Ciri-ciri bahasa jurnalistik menurut Rosihan Anwar (1991:1) dalam bukunya jurnalistik dan Komposisi mengatakan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh para wartawan. Bahasa jurnalistik atau bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik mempunyai sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, menarik, dan baku.

Sifat padat dan singkat bahasa jurnalistik karena sifat ekonomis yang sangat dibutuhkan oleh surat kabar dan majalah. Harus diingat bahwa yang membaca surat kabar dan majalah bukan hanya dari kalangan masyarakat kelas atas saja melainkan juga sampai kepada masyarakat bawah.

Bahasa yang rumit dan sulit akan menyulitkan penyampaian isi tulisan kepada lapisan bawah, informasi yang disampaikan harus mereka pahami. Disamping itu bahasa jurnalistik harus lancar karena akan membuat tulisan menjadi menarik, kejelasan juga harus menjadi syarat utama agar pembaca tidak perlu membaca berulang-ulang untuk memahami isinya.

Bahasa jurnalistik tunduk pada bahasa baku yaitu bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya (Rosihan Anwar, 1991:2), yang mengutip pendapat Jus Badudu. Bahasa baku digunakan dalam situasi resmi baik lesan maupun tertulis, seperti bahasa pada ceramah, pidato,

(29)

dan yang tulisan berupa surat-surat resmi, buku, undang-undang dan sebagainya, juga dalam surat kabar, majalah, dan televisi.

Sumaridia (2008:7) mendefinisikan bahasa jurnalistik sebagai bahasa yang digunakan oleh para wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.

(30)

METODE PENELITIAN

Edi Subroto (1992: 32) mengatakan bahwa istilah metode di dalam penellitian linguistik dapat ditafsirkan sebagai strategi kerja berdasarkan ancangan tertentu sedangkan teksnik dapat ditafirkan sebagai langkah dan kegiatan yang terdapat dalam kerangka strategi yang dilakukan yang tedapat dalam kerangka strategi tertentu. Metode mencakup kesatuan dan serangkaian proses penentuan kerangka pikiran, perumusan masalah, penentuan sampel sata, teknik pengumpulan data, dan analisis data (Sudaryanto, 1992: 31-32). Dalam metode penelitian ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal antara lain: (A) jenis penelitian, (B) data dan sumber data, (C) alat penelitian, (D) populasi dan sampel, (E) metode pengumpulan data, (F) metode analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang kerjanya menyajikan data berdasarkan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada (Sudaryanto, 1992: 5). Penulis mencoba menggambarkan dan mengintrepetasi objek sesuai dengan apa adanya. Data yang terkumpul berupa kata-kata dalam bentuk kalimat dan bukan angka.

B. Data dan Sumber Data

Data adalah fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1992: 5). Data dalam penelitian ini adalah data tulis yaitu berupa kalimat yang mengandung inteferensi

23

(31)

data penelitian itu diperoleh (Edi Subroto, 1992:34). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wacana bahasa Jawa di rubrik JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS yang mengandung interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian yang pada umumnya merupakan keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 1992: 32). Populasi dalam penelitian ini adalah semua interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa yang terdapat pada sumber data.

Sampel ialah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian langsung yang mewakili atau dianggap mewakili populasi secara keseluruhan (Edi Subroto, 1992: 32). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling,

maksudnya yaitu penentuan sampel berdasarkan pada kepentingan peneliti secara selektif. Sampel yang digunakan adalah kalimat yang mengandung interferensi leksikal bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa yang mewakili populasi. Adapun sampel yang dimaksud adalah:

(32)

8. Kalawarti III/No.145/Maret/2010 9. Kalawarti III/No.153/Mei/2010 10.Kalawarti III/No.157/Juni/2010 11.Kalawarti III/No.161/Juli/2010 12.Kalawarti III/No.166/Agustus/2010 13.Kalawarti III/No.167/September/2010 14.Kalawarti III/No.169/September/2010 15.Kalawarti III/No.173/Oktober/2010 16.Kalawarti III/No.175/Oktober/2010 17.Kalawarti III/No.177/November/2010 18.Kalawarti III/No.182/Desember/2010 19.Kalawarti III/No.185/Januari/2011

D. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Disebut alat utama karena alat tersebut yang paling dominan dalam penelitian khususnya dalam pencarian data, sedangkan alat bantu berguna untuk memperlancar jalannya penelitian. Adapun alat bantu dalam penelitian ini yakni bolpoint, tipe-ex, buku catatan, kertas HVS, dan kartu data. Alat bantu elektronik berupa komputer dan flashsdisk.

(33)

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak atau penyimakan, karena memang berupa penyimakan, dilakukan dengan menyimak pengguna bahasa (Sudaryanto,1992:2). Metode simak digunakan untuk mengamati kata-kata berbahasa Indonesia dalam JAGAD Jawa yang merupakan interferensi bahasa Indonesia kedalam bahasa Jawa. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik catat dan pengelompokan data sesuai dengan kategori kata.

Adapun langkah langkah pengumpulan data sebagai berikut:

1. Menyimak leksikon-leksikon bahasa Indonesia di dalam JAGAD Jawa. 2. Menggarisbawahi kalimat-kalimat yang mengandung leksikon bahasa

Indonesia.

3. Memindahkan kalimat-kalimat tersebut ke dalam kartu data dan disertai sumber data.

4. Mengklasifikasi data sesuai dengan permasalahan yang ditetapkan guna mempermudah analisis.

F. Metode Analisis Data

Analisis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penganalisaan ini yang akan menentukan apakah dalam suatu kalimat terjadi interferensi dari bahasa Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode padan dan metode agih. Metode padan adalah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan

(34)

dari bahasa dan tidak menjadi bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto,1992:13).

Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik PUP(Teknik Pilah Unsur Penentu). Adapun alat penentunya dapat dibedakan menjadi lima jenis, yakni:

1. Alat penentunya referen, maksudnya adalah alat penentunya yang berupa kenyataan atau segala sesuatu (yang bersifat diluar bahasa) yang ditunjuk oleh bahasa.

2. Alat penentunya alat ucap, metode alat penentunya organ atau alat ucap terutama sekali dipakai untuk mengidentifikasikan bunyi-bunyi bahasa tertentu secara fonetik artikulatoris, yaitu berdasarkan cara terjadinya atau berasarkan gabungan antara alat ucap yang disebut artikulator dan titik artikulasinya.

3. Alat penentunya bahasa lain, alat penentu lingual lain kegunaannya dalam penelitian bahasa adalah memeberi penuntun atau pedoman atau ancar-ancar permulaan tentang unsur lingual bahasa yang diteliti itu. 4. Alat penentunya bahasa tulis, yaitu alat penentunya yang berupa

perekam atau pengawet bahasa, berupa bahasa tulisan.

5. Alat penentunya berupa lawan bicara, tampak dalam kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat afektif. Kalimat-kalimat tersebut jika dinyatakan akan menimbulkan reaksi lawan bicara.

(35)

ditentukan oleh bahasa Jawa sebagai pedoman. Penerapan teknik ini dapat dilihat pada contoh berikut:

Data 2. Emosi (Kalawarti III/No 185/Januarii/2011)

Nanging emosi kulawarga kudu melu katut bombong. ‘Namun emosi keluarga harus ikut bangga.’

Kata emosi mempunyai padanan dalam bahasa Jawa yaitu rasa pangrasa. Maka kalimat yang seharusnya adalah:

Nanging rasapangrasa kulawarga kudu melu katut bombong.

Teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik HBS(Hubung Banding menyamakan hal pokok). Masing-masing menggunakan daya banding menyamakan hal pokok, memperbedakan dan daya banding menyamakan hal pokok sebagai alatnya (Sudaryanto,1993:27). Daya banding menyamakan hal pokok dapat dilihat pada contoh berikut.

Data 3. awam(Kalawarti III/No 138/Januari/2010)

Minangka wong awam aku mung bisa ngelus dhadha. ‘Sebagai orang awam saya hanya bisa mengelus dada.’

Kata awam dalam kalimat bahasa Indonesia mempunyai padanan dalam bahasa Jawa yaitu lumrahatauumum. Maka kalimat yang seharusnya adalah:

Minangka wong lumrah aku mung bisa ngelus dhadha.

(36)

dilihat dalam contoh berikut:

Data.4 maksimal (Kalawarti III/No 110/Juli/2009)

Mesthi ora bisa maksimal. ‘Pasti tidak bisa maksimal.’

Kata maksimal yang artinya ‘sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata pol yang artinya ‘ saakeh-akehe, sadhuwur-dhuwure’.

Kesalahan penggunaan kosakata pada kalimat diatas terletak pada kata maksimal yang seharusnya adalah pol karena kalimat diatas adalah berbahasa Jawa. Dengan demikian kalimat tersebut akan lebih berterima. Pada data (3) kesalahan atau penyimpangan pada penggunaan kosakata awam ’umum’, karena merupakan kosakata bahasa Indonesia. Seharusnya menggunakan bahasa Jawa yaitu lumrah atau umum. Jika digolongkan dalam kategori kata, maka kata emosi

masuk pada kategori kata benda, kata awam masuk pada kata sifat, dan kata

maksimal masuk pada kategori kata keadaan.

Metode agih adalah metode yang alat penetunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL), karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis, ialah memebagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur, dan unsur unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:15 dan 30).

(37)

unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:37). Teknik ini dipakai untuk membuktikan kecocokan dan keberterimaan kata-kata berbahasa Jawa padanan dari kata berbahasa Indonesia yang berinterferensi kedalam bahasa Jawa dalam JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

Data 5. khas(Kalawarti III/No 138/ Januari/2010)

Brambang asem iki salah sijining jajanan khaskutha Solo. ‘Brambang asem ini salah satu jajanan khas kota Solo.’

Interferensi pada kalimat diatas terletak pada penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata khas yang artinya ‘khusus’, didalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata mligi atau mirunggan. Untuk mengetahui apakah penggantian kata tersebut dapat diuji dengan teknik ganti, maka kalimat diatas tersebut akan berubah menjadi:

Brambang asem iki salah sijining jajanan mligi kutha Solo. Brambang asem iki salah sijining jajanan mirunggan kutha Solo.

Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa penggantian kata khas dengan kata

mligi dan mirunggan dalam kalimat tersebut tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna dan bisa berterima.

G. Metode Penyajian Hasil Analisis

Metode penyajian hasil analisis penelitian menggunakan metode informal.. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa atau sederhana, dalam memaparkan analisis data agar penyampaiannya mudah dipahami (Sudaryanto,

(38)

ANALISIS DATA

Penelitian ini difokuskan pada dua pokok permasalahan, yaitu kategori kata dari unsur leksikal bahasa Indonesia yang berinterferensi ke dalam bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS, dan latar belakang terjadinya interferensi bahasa Indonesia dalam bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

Di dalam menganalisis data penelitian berpedoman pada KAMUS Jawa (Sudaryanto, 1991), Kamus Lengkap Jawa-Indonesia, Indonesia-Jawa (Megandaru, ), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2007).

Berdasarkan data yang diperoleh, analisis kategori kata dari Interferensi Leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS dibagi menjadi empat kategori kelas kata.

A. Kategori Kata Interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Jawa pada JAGAD Jawa Harian Umum SOLOPOS.

1. Interferensi Leksikal Kategori Kata Benda

Data 6. Konsep (Kalawarti III/No145/Maret/2010)

Critane Yanusa Nugroho, penulis kondhang, kang tau gawe konsep pagelaran wayang kulit purwa.

‘Ceritanya Yanusa Nugroho, penulis ternama, yang pernah membuat konsep pagelaran wayang kulit purwa.’

Penggunaan unsur leksikal bahasa Indonesia yang sudah ada padanannya dalam bahasa Jawa pada konteks tersebut adalah kata konsep yang artinya

31

21

(39)

rancangan yang artinya ‘rancangan’ , untuk mengetahui apakah tetap cocok pada kalimat tersebut dapat diuji dengan teknik ganti sebagai berikut:

Critane Yanusa Nugroho, penulis kondhang, kang tau gawe

rancangan pagelaran wayang kulit purwa.

‘Ceritanya Yanusa Nugroho, penulis ternama, yang pernah

membuat rancangan pagelaran wayang purwa.’

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diketahui bahwa kalimat di atas dapat diterima dan tidak berubah maknanya walaupun ada penggantian kata konsep dengan kata rancangan.

Kata konsep pada data 6 berfungsi sebagai objek, kata konsep termasuk dalam kelas kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina+yang+adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata konsep dan rancangan dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Konsep yang rapi. dalam bahasa Jawa

Rancangan sing rapi.

‘konsepyang rapi.’

b. Dalam bentuk ingkar, dapat didahului oleh dudu ‘bukan’.

bukan konsep

dudu rancangan.

‘bukan rancangan.’

(40)

Jejere Tilarsih, tilas wanita planyahan kuwi sing dadi uderaning gosip.

‘Sosoknya Tilarsih, bekas wanita jalang itu yang menjadi

pusat gosip.’

Penyimpangan pada kalimat tersebut terdapat pada kata gosip yang artinya ‘isu’, di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata rerasan yang artinya ‘rerasan’ . Berdasarkan teknik ganti maka kalimat dapat diubah menjadi:

Jejere Tilarsih, tilas wanita planyahan kuwi sing dadi uderaning rerasan.

‘Sosok Tilarsih, bekas wanita jalang itu yang menjadi pusat

perbincangan.’

Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui penggantian kata gosip dengan kata rerasan dalam kalimat tersebut tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat.

Kata gosip pada data 7 berfungsi sebagai objek, kata gosip termasuk dalam kelas kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang +adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata gosip dan rerasan dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Gosip yang terbaru. Dalam bahasa Jawa

Rerasan sing anyar.

‘gosip yang terbaru.’

b. Dalam bentuk ingkar (negatif) dapat didahului dudu‘bukan’.

(41)

‘Bukan perbincangan’

Kata gosip ‘isu’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata gosip termasuk dalam kata benda (nomina).

Data 8. Etika (Kalawarti II/No 89/Januari/2009)

Kajaba saka iku uga tinemu perangan etika kang nyakup babagan becik-ala, bener kleru lan liya-liyane.

‘Selain itu juga ditemukan perihal etika yang mencakup tentang baik-buruk, benar salah dan lain-lain.’

Penyimpangan pada kalimat tersebut terdapat pada kata etika yang artinya

kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan kewajiban

moral’ atau ‘tatakrama’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata tatakrama yang artinya ‘tatakrama’. Berdasarkan teknik ganti maka kalimat tersebut dapat diubah menjadi:

Kajaba saka iku uga tinemu perangan tatakrama kang nyakup babagan becik-ala, bener kleru lan liya-liyane.

‘Selain itu juga ditemukan perihal tatakrama yang mencakup

tentang baik-buruk, benar salah dan lain-lain.’

Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui penggantian kata etika dengan kata tatakrama dalam kalimat tersebut tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat.

Kata etika pada data 8 berfungsi sebagai subjek, kata etika termasuk dalam kategori kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

(42)

atas, akan menjadi:

Etika yang baik. Dalam bahasa Jawa

Tatakrama sing becik.

‘Tatakrama yang baik.’

b. Dalam bentuk ingkar dapat didahului kata dudu ‘bukan’.

Bukan etika Dudu tatakrama.

‘Bukan tatakrama.’

Kata etika tatakrama’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata etika termasuk dalam kata benda (nomina).

Data 9. Koleksi (Kalawarti III/No 122/Oktober/2009)

Museum Radyapustaka pancen ora nyimpen koleksi bathik.

‘Museum Radyapustaka memang tidak menyimpan koleksi

bathik’.

Interferensi pada kalimat tersebut terdapat pada kata koleksi yang artinya

kumpulan’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata kumpulan

yang artinya ‘kumpulan’. Berdasarkan teknik ganti maka kalimat tersebut dapat diubah menjadi:

Museum Radyapustaka pancen ora nyimpen kumpulan

bathik.

‘Museum Radyapustaka memang tidak menyimpan kumpulan bathik.’

(43)

dengan kata kumpulan dalam kalimat diatas tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat.

Kata koleksi pada data 9 berfungsi sebagai objek, kata koleksi termasuk dalam kelas kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang + adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata koleksi dan kumpulan dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Koleksi yang banyak. Dalam bahasa Jawa

Kumpulan sing akeh.

‘Koleksiyang banyak.’

b. Dalam bentuk ingkar (negatif) dapat didahului kata dudu

‘bukan’.

bukan koleksi dudu kumpulan.

‘bukan kumpulan.’

Kata koleksi kumpulan’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata koleksi

termasuk dalam kata benda (nomina).

Data 10. Profesi (Kalawarti III/No 110/ Juli/2009)

Profesi saliyane dhalang pranyata bisa nglairake dhalang-dhalang kang nduweni bakat.

(44)

dhalang yang mempunyai bakat.’

Interferensi pada kalimat tersebut terdapat pada kata profesi yang artinya ‘pekerjaan, keterampilan,kejuruan yang dilandasi pendidikan

keahlian’, di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata pagawean

atau panggaotan yang artinya ‘pekerjaan’ atau ‘pekerjaan’ . Berdasarkan teknik ganti maka kalimat dapat diubah menjadi:

Pagawean saliyane dhalang pranyata bisa nglairake dhalang-dhalang kang nduweni bakat.

‘Pekerjaan selain dalang ternyata bisa melahirkan dalang-dalang yang mempunyai bakat.

Panggaotan saliyane dhalang pranyata bisa nglairake dhalang-dhalang kang nduweni bakat.

‘Pekerjaan selain dalang ternyata bisa melahirkan dalang-dalang yang mempunyai bakat.

Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui penggantian kata profesi dengan kata pagawean dan panggaotan dalam kalimat diatas tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat serta dapat berterima.

Kata profesi pada data 10 berfungsi sebagai subjek, kata profesi termasuk dalam kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang + adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata profesi, pagawean dan panggaotan dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Profesi yang mapan. Dalam bahasa Jawa

(45)

‘Pekerjaan yang mapan.’

Panggaotan sing mapan.

‘Pekerjaan yang mapan.’

b. Dalam bentuk ingkar dapat didahului kata dudu‘bukan’.

bukan profesi

dudu pagawean ‘Bukan pekerjaan’ dudu panggaotan ‘bukan pekerjaan’

Kata profesi ‘pagawean’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata profesi

termasuk dalam kata benda (nomina).

Data. 11 inisiatif (Kalawarti III/No 167/September/2010)

Bojoku banjur nduweni inisiatif golek koskosan.

‘Istriku kemudian mempunyai inisiatif mencari koskosan.’

Interferensi pada kalimat tersebut terletak pada penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata inisiatif yang artinya prakarsa’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata ada-ada atau reka yang artinya akal

atau ‘rerigen’. Untuk mengetahui apakah penggantian kata tersebut cocok dapat diuji dengan teknik ganti, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi:

Bojoku banjur nduweni ada-ada golek koskosan.

‘Istriku kemudian mempunyai akal mencari koskosan’.

Bojoku banjur nduweni reka golek koskosan.

(46)

dengan kata ada-ada dan reka dalam kalimat diatas tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat dan bisa berterima.

Kata inisiatif pada data 11 berfungsi sebagai keterangan, kata inisiatif termasuk dalam kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang + adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata inisiatif, ada-ada dan reka dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Inisiatif yang bagus. Dalam bahasa Jawa

Ada-ada sing becik.

‘Prakarsa yang bagus.’

Reka .sing becik.

‘Prakarsa yang bagus.’

b. Dalam bentuk ingkar (negatif) dapat di dahului kata dudu

‘bukan’.

bukan inisiatif

dudu ada-ada ‘bukan prakarsa’ dudu reka ‘bukan prakarsa’

Kata inisiatif prakarsa’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata inisiatif

termasuk dalam kata benda (nomina).

Data. 12 materi (Kalawarti II/No 88/Januari/2009)

(47)

kanggo ngemudheni uripe.

‘Uang itu sebangsa materi, maka orang hidup perlu

memperhatikan itu untuk mengemudikan hidupnya.’

Penyimpangan pada kalimat tersebut terletak pada penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata materi yang artinya ‘benda, bahan, segala sesuatu yang tampak’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata bandha.

Untuk mengetahui apakah penggantian kata tersebut cocok dapat diuji dengan teknik ganti, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi:

Dhuwit iku ewoning bandha, mula wong urip prelu ngluru iku kanggo ngemudheni uripe.

‘Uang itu sebangsa barang berwujud, maka orang hidup perlu memperhatikan itu untuk mengemudikan hidupnya.

Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui penggantian kata materi dengan kata bandha dalam kalimat diatas tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat dan bisa berterima.

Kata materi pada data 12 berfungsi sebagai keterangan, kata materi termasuk dalam kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang + adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata materi dan bandhadimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Materi yang banyak. Dalam bahasa Jawa

Bandha sing akeh.

‘Barang berwujud yang banyak.’

(48)

‘bukan’.

bukan materi

dudu bandha ‘bukan barang berwujud’

Kata materi ‘benda’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata materi termasuk dalam kata benda (nomina).

Data.13 insting (Kalawarti III /No 110/Juli/2009) Dheweke nduweni insting.

‘Dia mempunyai insting.’

Interferensi pada kalimat diatas terletak pada penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata insting yang artinya ‘pola tingkah laku yang bersifat turun-temurun yang dibawa sejak lahir, naluri, garizat’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata naluri sakabehing tumindak gawaning urip sing turun-tumurun’. Untuk mengetahui apakah penggantian kata tersebut cocok dapat diuji dengan teknik ganti, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi:

Dheweke nduweni naluri.

‘Dia mempunyai naluri.’

Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui penggantian kata insting dengan kata naluri dalam kalimat diatas tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat dan bisa berterima.

Kata insting pada data 13 berfungsi sebagai subjek, kata insting masuk dalam kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

(49)

Bila kata insting dan naluri dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Insting yang tajam. Dalam bahasa Jawa

Naluri sing landhep.

‘Naluri yang tajam.’

b. Dalam bentuk ingkar (negatif) dapat didahului kata dudu ‘bukan’.

Bukan insting

Dudu naluri ‘bukan naluri’

Kata insting naluri’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata insting

termasuk dalam kata benda (nomina).

Data.14 nilai (Kalawarti II/No 89/ Januari/2009)

Nilai sing kacakup minangka wohing budi kang makarti

‘Nilai yang tercakup sebagai hasil dari perbuatannya.

Penyimpangan pada kalimat diatas terletak pada penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata nilai yang artinya ‘banyak sedikitnya isi, mutu, kadar’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata bobot. Untuk

mengetahui apakah penggantian kata tersebut cocok dapat diuji dengan teknik ganti, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi:

Bobot sing kacakup minangka wohing budi kang makarti.

‘ Bobot yang tercakup sebagai buah dari perbuataanya.

(50)

dengan kata bobot dalam kalimat diatas tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat dan bisa berterima.

Kata nilai pada data 14 berfungsi sebagai objek, kata nilai termasuk dalam kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang+ adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata nilai dan bobot dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Nilai yang tercakup. Dalam bahasa Jawa

Bobot sing kacakup.

‘Bobot yang tercakup.’

b. Dalam bentuk ingkar (negatif) dapat didahului kata dudu‘bukan’.

bukan nilai

dudu bobot ‘bukan bobot’

Kata nilai mutu, kadar’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata nilai

termasuk dalam kata benda (nomina).

Data. 15 versi (Kalawarti III/ No 169/ September/2010)

Sawetara sumber nyebutake kesenian reyog iku ngamot crita nganti sawetara versi.

‘Sekian sumber menyebutkan kesenian reyog itu memuat cerita sampai sekian versi.’

(51)

bahasa Indonesia yaitu kata versi yang artinya ‘model, menurut cara’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata modhel ‘conto, cara anyar’. Untuk mengetahui apakah penggantian kata tersebut cocok dapat diuji dengan teknik ganti, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi:

Sawetara sumber nyebutake kesenian reyog iku ngamot crita nganti sawetara modhel.

‘Sekian sumber menyebutkan kesenian reyog itu memuat cerita sampai

sekian model.

Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui penggantian kata versi dengan kata modhel dalam kalimat diatas tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat dan bisa berterima.

Kata versi pada data 14 berfungsi sebagai keterangan, kata versi ter masuk dalam kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang + adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata versi dan modhel dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Versi yang baru. Dalam bahasa Jawa

Modhel sing anyar.

‘Model yang baru.’

b. Dalam bentuk ingkar (negatif) dapat didahului kata dudu

‘bukan’.

bukan versi

(52)

Kata versi model’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar (negatif) dapat didahului kata bukan ‘dudu’, maka kata versi termasuk dalam kata benda (nomina).

Data.16 interpretasi (Kalawarti III/No 173/Oktober/2010)

Sejatine interpretasi iku oleh-oleh wae, nanging aja nganti pengarang mateni karaktere pengarang.

‘Sejatinya interpretasi itu boleh-boleh saja, tapi jangan sampai pengarang membunuh karakter pengarang.

Interferensi pada kalimat tersebut terletak pada penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata interpretasi yang artinya ‘tafsiran, pandangan teoritis terhadap sesuatu’ di dalam bahasa Jawa kata ini

berpadanan dengan kata tapsiran ‘tapsiran’. Untuk mengetahui apakah penggantian kata tersebut cocok dapat diuji dengan teknik ganti, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi:

Sejatine tapsiran iku oleh-oleh wae, nanging aja nganti pengarang mateni karaktere pengarang.

‘Sejatinya tafsiran itu boleh-boleh saja, tapi jangan sampai pengarang membunuh karakternya pengarang.

Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui penggantian kata

interpretasi dengan kata tapsiran dalam kalimat diatas tetap

menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat dan bisa berterima.

(53)

interpretasi masuk dalam kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang + adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata interpretasi dan tapsiran dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Interpretasi yang benar. Dalam bahasa Jawa

Tapsiran sing bener.

‘Tafsiran yang benar.’

b. Dalam bentuk ingkar (negatif) dapat didahului kata dudu

‘bukan’.

bukan interpretasi

bukan tapsiran ‘bukan tafsiran’

Kata interpretasi tafsiran’ bisa diikuti kata yang ‘sing’ dan adjektif serta dalam bentuk ingkar (negatif) dapat didahului bukan ‘dudu’, maka kata interpretasi termasuk dalam kata benda (nomina).

Data.17 inspirasi (KalawartiIII /No173/Oktober/2010)

Samubarang kang ana lan dumadi ing alam utawa Jagad iki dadi sumber inspirasi kang banjur nglairake sesanti utawa unen-unen.

‘Semua yang ada dan tercipta di alam atau Jagat ini menjadi sumber inspirasi yang kemudian melahirkan nasihat atau petuah.

(54)

dari bahasa Indonesia yaitu kata inspirasi yang artinya ilham’ di dalam bahasa Jawa kata ini berpadanan dengan kata ilham atau wisik ‘pituduh’. Untuk mengetahui apakah penggantian kata tersebut cocok dapat diuji dengan teknik ganti, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi:

Samubarang kang ana lan dumadi ing alam utawa Jagad iki dadi sumber ilham kang banjur nglairake sesanti utawa unen-unen.

‘Semua yang ada dan tercipta di alam atau Jagat ini menjadi

sumber ilham yang kemudian melahirkan nasihat atau petuah. Samubarang kang ana lan dumadi ing alam utawa Jagad iki dadi sumber wisik kang banjur nglairake sesanti utawa unen-unen.

‘Semua yang ada dan tercipta di alam atau Jagat ini menjadi

sumber ilham yang kemudian melahirkan nasihat atau petuah. Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui penggantian kata inspirasi dengan kata ilham dan wisik dalam kalimat diatas tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat dan bisa berterima.

Kata inspirasi pada data 17 berfungsi sebagai keterangan, kata inspirasi termasuk dalam kata benda yang mempunyai ciri sintaksis sebagai berikut:

a. Nomina + yang + adjektif / Nomina + sing + adjektif

Bila kata inspirasi dan ilham dimasukkan dalam rumusan di atas, akan menjadi:

Inspirasi yang bagus. Dalam bahasa Jawa

Referensi

Dokumen terkait

Celebrity Endorser tidak hanya akan melakukan promosi produk dengan hanya mengulas pesan-pesan tentang keunggulan produk yang dapat mempersuasi penontonnya, melainkan

Perlakuan iradiasi gamma memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar asam jenuh maupun kadar asam lemak tak jenuh/PUFA dari kadar lemak total S.platensis (Gambar 7)

Jadi, yang dimaksudkan judul skripsi ini adalah penulis ingin mengetahui bagaimana proses pemberian bantuan untuk siswa yang memiliki rendah diri dalam mengatasi

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan pemahaman konsep fisika siswa dengan pendekatan induktif

(4) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengadakan musyawarah untuk menentukan calon anggota BPD paling sedikit 2 (dua) kali dan paling banyak 3 (tiga) kali dari kuota

[r]

Seingnya terjadi sengketa dalam pelaksanaan suatu kontrak konstruksi terjadi karena adanya perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan konstruksi, yang bagi penyedia jasa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis teks eksposisi. Untuk mengetahui pengaruh penguasaan tata