• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARA MELEJITKAN ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CARA MELEJITKAN ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

CARA MELEJITKAN ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA

PADA ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN

I. PENDAHULUAN

(2)

Anak adalah perwujudan cinta kasih dan amanah yang diberikan pada orangtua. Mengenal, mengetahui dan memahami dunia anak bukan sesuatu yang mudah; dunianya penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia anak tidak sama dengan dunia orang dewasa. Anak adalah manusia muda yang akan didewasakan, bukan dewasa kecil yang akan dibesarkan

“Let boys be boys and girls be girls, they are not small adult”. Pandangan dan perlakuan yang salah terhadap anak mengakibatkan perkembangan anak diatur orang dewasa, kebebasan yang sesuai dengan dunianya hilang, kepatuhan dan disiplin anak tercipta karena otoritas orang dewasa dan anak menjadi objek pendidikan dan pengajaran orang dewasa. Sebagai orangtua tentu menginginkan yang terbaik bagi anak salah satunya dengan mengirim anak ke sekolah merupakan suatu “ kewajiban “, dengan harapan anak dapat memperoleh tambahan wawasan, dunia baru, hidup bersosial dan ilmu-ilmu demi mempersiapkan mereka menghadapi masa depan dengan baik. Keberhasilan seseorang sangat terkait dengan pembentukan kesiapan intelektual dan kematangan emosional, social, spiritual dan psikomotorik yang harus dikembangkan sejak usia dini. Karena itu orangtua menghendaki anak tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas dalam olah rasa, memiliki kepekaan sosial, moral dan agama.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Makna Bahasa

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa C. Tipe perkembangan bahasa

(3)

III.PEMBAHASAN A. Makna bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.1

Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah swt, yang denganya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan budayanya. Bahasa sangat erat kaitanya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.

Perkembangan pikiran itu mulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu adalah sebagai berikut:

 Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti:”bapak makan”

 Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif(menyangkal), seperti: “bapak tidak makan”

 Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat: 1) Kritikan: “ini tidak boleh”, “ini tidak baik”.

2) Keragu-raguan: barangkali, mungkin, bisa jadi. Ini terjadi apabila anak sudah menyadari akan kemungkinan kekhilafanya.

1 Syamsu yusuf, LN, psikologi perkembangan anak dan remaja,Bandung: PT Remaja

(4)

3) Menaril kesimpulan analogi, seperti: anak melihat ayahnya tidur karena sakit, pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibu tidur karena sakit.

Bermain merupakan sebuah instrumen penting bagi perkembangan sosial, emosioanal, dan kognitif anak-anak,juga sebagai sebuah refleksi atas perkembangan mereka. Memahami bahwa anak adalah konstruktor-konstruktor aktif atas pengetahuan yang dimiliki dan bahwa perkembangan dan belajar sebagai hasil proses interaktif, para guru anak usia dini mengakui bahwa bermain bagi anak merupakan sebuah kontek yang sangat mendukung untuk proses-proses perkembangan tersebut.2 Bermain memberi anak-anak kesempatan-kesempatan untuk memahami dunia, berinteraksi dengan orang lain dalam cara-cara yang secara sosial diterima, mengekspresikan dan mengontrol emosi-emosi, dan mengembangkan kapabilitas-kapabilitas simbolik mereka. Keberhasilan anak usia dini merupakan pijakan awal bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan usia emas. Artinya bila pada masa itu mendapat pendidikan yang “benar” maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci.

Saat ini jarang ditemukan pendidikan anak yang menggunakan model pembelajaran berbasis kemampuan atau potensi anak. Mereka lupa, bahwa usia anak adalah usia bermain. Oleh karenanya, perlu dilakukan rekonstruksi terhadap praktik pembelajaran pada anakyang yang berbasis pada permainan (ya bermain, ya belajar). Bermain sekaligus belajar merupakan dua aktivitas yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan dan memiliki makna anak belajar melalui bermain. Aktivitas-aktivitas anak lebih ditekankan pada ciri-ciri bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Melalui bermain itulah anak akan memperoleh berbagai kemampuan,

2Elliot, S.N., Kratochwill, T.R., Littlefield, J., Travers, J.F. 1999. Educational Psychology :

(5)

seperti kemampuan berkomunikasi, berbahasa, bersosialisasi, memanajemen emosi, dan berpikir logis-matematis.

Slogan bermain sambil belajar sangat sesuai dengan karakteristik kurikulum untuk pendidikan anak usia dini. Ini karena kegiatan bermain mampu menyentuh seluruh aspek perkembangan anak. Saat bermain anak memiliki kebebasan berimajinasi, mengeksplorasi,danberkreasi.

Pada saat bermain itulah, aspek-aspek perkembangan fisik motorik kasar dan halus, aspek emosional, aspek kognitif/intelektual, dan aspek sosial berkembang dalam situasi yang menyenangkan. Anak usia dini mencakup usia dari lahir hingga delapan tahun, meskipun di Indonesiadibatasihinggausiaenamtahun.

Anak secara instrinsik memang termotivasi untuk selalu bermain. Dalam bermain, mereka menikmati kegiatannya, merasa kompeten melakukan sesuatu. Mereka terus belajar mendapatkan pengalaman baru yang dipadukan dengan apa yang telah diketahuinya. Namun, strategi bermain dalam pendidikan anak usia dini ini ternyata belum sepenuhnya dipahami orangtua, guru, dan pendamping. Bahkan, tidak jarang orangtua menolak kegiatan bermain dalam pendidikan prasekolah. Mereka lebih senang jika anak langsung dikenalkan dengan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung.

(6)

Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah bicara dengan bahasa, meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaanya paling luas dan paling penting.3

Seorang psikologi perkembangan dari Illinois State University bernama Laura E. Berk (1989) setelah mempelajari dan meneliti berbagai aspek perkembangan individu, sampailah dia pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Sungguhpun bahasa itu kompleks, namun pada umumnya berkembangan pada individu dengan kecepatan luar biasa pada pada awal masa kanak-kanak.

Anak datang dengan kemampuan membedakan bunyi yang bersesuaian dengan fonem yang berbeda dalam semua bahasa. Apa yang berbeda selama tahun pertama kehidupan adalah bayi mempelajari fonem mana yang relevan dengan bahasanya, dan kehilangan kemampuan untuk membedakan bunyi-buyi yang bersesuaian dengan fonem yang sama dalam bahasanya. Fakta luar biasa tersebut ditentukan oleh eksperimen dimana bayi dipresentasikan pasangan bunyi secara berututan sementara mereka mengisap dot.

Berbagai peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya, meskipun kadang-kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat perkembangan motoriknya daripada perkembangan bahasanya. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya maka

3 Med. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, child deve

(7)

para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan. 4

Menurut Owens, mengemukakan bahwa anak usia dini dapat menggunakan past mapping yaitu suatu proses dimana anak dapat menyerap arti kata baru setelah mendengarkan sekali atau dua kali di dalam percakapan/suatu kalimat yang berbentuk kalimat pertanyaan,negativedanperintah.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa

Aliran nativisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya. Dengan demikian, jika orang tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan cepat, perkembangan bahasa anak pun juga akan baik dan cepat. Begitu juga sebaliknya, jika kemampuan bahasa orang tuanya lambat dan kurang baik, perkembangan bahasa anak pun ikut lambat. Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan bahasa seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa orang tuanya kurang baikdan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif

4 H.sunarto dan B. Agung Hartono, perkembangan peserta didik, Jakarta: PT.Rineka

(8)

dengan lingkungan berbahasa secara baik dan cepat, kemampuan perkembangan bahasa anak menjadi baik dan cepat.

Adapun aliran lain yang cendrung lebih moderat, yaitu aliran konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Menurut aliran ini perkembangan kemampuan bahasa seseorang merupakan konvergensi atau perpaduan dari kedua faktor tersebut. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitif seseorang.

Sedangkan faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang yaitu besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungannya. Individu yang sehari-harinya banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kaya kemampuan bahasanya cenderung memliki kesempatan lebih banyak dalam dan lebih bagus untuk mengembangkan bahasanya. Sebaliknya, individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin kemampuan bahasanya cenderung memberikan kesempatan yang terbatas terhadap perkembangan bahasa individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa,yaitu:

1. Kognisi

Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.

2. Polakomunikasidalamkeluarga

(9)

bahasa keluarganya dibanding yang menerapkan komunikasi dan interaksi sebaliknya.

3. Jumlahanakataujumlahkeluarga

Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.

4. Posisiurutankelahiran

Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak tengah memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja. 5. Kedwibahasaan(Bilingualisme)

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu:

 faktor kesehatan,

 intelegensi,

 statsus

 sosial ekonomi,

 jenis kelamin, dan

(10)

C. Tipe perkembangan bahasa

Penelitian Piaget mengenai bahasa dan pikiran anak (the language and thought of the child) diawali dengan mempertanyakan kebutuhan apa yang ingin dipenuhi oleh seorang anak ? Piaget menjawab pertanyaan ini dengan menghubungkan bahasa dengn struktuk kognitif dan kemudian membedakan fungsi bahasa ke dalam empat level kognitif. Piaget mengidentifikasi dua kategori bicara pada anak pra operasional (usia 6 tahun), yaitu :

1. Egocentric speech : anak terasuk dalam kategori ini bila mereka tidak peduli pada siapa mereka bicara, atau apakah orang lain mendengarkan mereka atau tidak. Ada tiga tipe dari egocentric speech, yaitu : repetition, monologue (anak berbicara pada dirinya sendiri seolah sedang mengatakan pada setiap orang apa yang dipikirkannya), monologue collective.

2. Socialized speech : anak termasuk kategori ini bila mereka saling bertukar pandangan dengan pihak lain, saling mengkritik satu sama lain, mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban, dan bahkan perintah atau ancaman.

Dia menyatakan bahwa meskipun kebanyakan anak-anak mulai mengkomunikasikan pikirannya pada usia antara 7 – 8 tahun, namun pengertian mereka mengenai satu sama lain masih terbatas. Penggunaan dan kompleksitas bahasa berkembang pesat setelah anak melampaui empat tahap perkembangan kognitif. Piaget yakin bahwa pertumbuhan kemampuan verbal yang menyolok tidak muncul secara terpisah sebagai fenomena perkembangan, namun merefleksikan perkembangan stuktur kognitif.5

5 Syamsu yusuf, LN, psikologi perkembangan anak dan remaja,Bandung: PT Remaja

(11)

D. Tahapan Perkembangan Bahasa

Ada aspek lingustik dasar yang bersifar universal dalam otak manusia yang memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangkan menurut kaum empiris yang dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Penguasaan bahasa merupakan hasil dari perkembangannya. Menurut para penganut aliran behavioristik, penggunaan bahasa merupakan asosiasi yang terbentuk melalui proses pengkondisian klasik (classical conditioning), pengondisian operan (operan conditioning), dan belajar sosial (sosial learning).

Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989¬) dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:

1. Fonologi (phonology) 2. Semantik (semantic)

3. Tata bahasa (grammar), dan 4. Pragmatic (pragmatics)

Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memeahami dan menghasilkan bunyi bahasa. Jika kita pernah mengunjungi daerah lain atau Negara lain yang bahasanya tidak kita mengerti boleh jadi kita akan kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana terdengar begitu cepat dan sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan kata yang lain. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin mengalami hambatan karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya. Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi merupakan sejarah perkembangan fonologi.

(12)

memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang perkembangan kosa kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan anak untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.

Grammar merujuk kepada penguasaan kosa kata dan memodifikasikan cara-cara yang bermakna. Pengetahuan grammar meliputi dua aspek utama.

1. Sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun ke dalam kalimat yang dipahami.

2. Morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang mliputi jumlah, tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain dalam bahasa.

Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai dengan tepat oleh penerimanya.6

Pragmatik juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, seseorang harus memahami dan menerapkan cara-cara

6 Sodono, Anggani. Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Pendidikan Anak Usia

(13)

interaksi dan komunikasi yang dapat diterima oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat datang dan selamat tinggal serta cara mengucapkannya. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.

Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap meraban (pralinguistik) pertama

Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-konsonan yang amat rumit.

(14)

2. Tahap meraban (pralinguistik) kedua

Tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap maraban kedua ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. Banyak kerikan yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal hilang dari output para bayi, dan mereka mulai menghasilkan urutan-urutan KV (konsonan-vokal), dengan satu suku kata yang sering diulang berkali-kali.

Pada suatu waktu bagian terakhir periode ini (sekitar akhir tahun pertama kehidupan) muncullah “kata pertama”. Biasanya kata itu tidak akan berbunyi lebih menyerupai kata orang dewasa daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi selama tahap ini, tetapi akan dianggap sebagai kata pertama itu. Misalnya seorang bayi (bayi keluarga Cairns mengatakan [X] dan menunjuk kepada tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil, bahkan kepada tombol (lampu) di dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan karena berbunyi lebih menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi karena jelas bunyi tersebut mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini “cahaya; lampu), dan itulah sebenarnya apa yang disebut ujaran dan bahasa itu.

3. Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama)

(15)

Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.

4. Ucapan-ucapan dua kata

Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mempergunakan holofrase-holofrase “kucing” dan “papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-anak itu telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu anak-anak akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang nenek’, ‘saya mandi’, dan sebagainya.

Selama periode dua kata ini anak-anak tidak menggunakan infleksi. Verba-verba yang mereka pakai tidak mempunyai penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-nomina mereka tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun kosa kata perorangan amat berbeda-beda, namun pada tahap ini anak-anak jarang sekali menggunakan preposisi, partikel, dan konfungsi (yang biasa disebut kata tugas), misalnya: ‘papa mama pergi’ (papa dan mama pergi), ‘nenek Bandung’ (nenek ke Bandung)

(16)

5. Pengembangan tata bahasa

Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.

Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-kata tugas yang menyebabkan ucapan anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis oleh orang dewasa.

IV.KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah swt, yang denganya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.

Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya.

Piaget menghubungkan bahasa dengn struktuk kognitif dan kemudian membedakan fungsi bahasa ke dalam empat level kognitif. Piaget mengidentifikasi dua kategori bicara pada anak pra operasional (usia 6 tahun).

(17)

V. PENUTUP

Demikian makalah yang dapat saya sampaikan. Saya sebagai pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun, sangat saya harapkan. Dan akhir kata, pemakalah meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik berupa sistematika penulisan, maupun isi dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Elliot, S.N., Kratochwill, T.R., Littlefield, J., Travers, J.F. 1999. Educational Psychology : Effective TeachingEffective Learning. Second Edition. Madison : Brown & Benchmark Publishers.

H.sunarto dan B. Agung Hartono, perkembangan peserta didik, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008

Med. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, child deve opment, jakarta: penerbit Erlangga, jilid keenam 1978

Sodono, Anggani. Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Pendidikan Anak Usia Dini).( Jakarta: Grasindo. 2000.)

Syamsu yusuf, LN, psikologi perkembangan anak dan remaja,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka penemuan marka molekuler atau segmen DNA yang berkaitan dengan ekspresi tertentu, penelitian ini ditujukan untuk mengkaji asosiasi keragaman lokus

Nilai-nilai karakter bangsa itu berkaitan erat dengan hajat hidup dan kehidupan manusia Indonesia yang tidak hanya mengejar kepentingan diri sendiri, tetapi juga berkaitan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu peneliti berusaha untuk menemukan pengaruh keterlibatan kerja, ketidakamnan kerja, keadilan distributif pada komitmen

Results of plant diversity inventory showed that in critical area of Brantas river basin during the rainy season, there were 251 taxa consisting of 144 taxa of undergrowth, 47 taxa

pada gelas kimia tidak mengalami perubahan juga tidak terdapat adanya gas atau gelembung, tidak terdapat adanya gelembung tersebut membuktikan bahwa tidak

Hasil pengukuran faktor fisik kimia tanah pada lahan pertanian organik dan anorganik di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo didapatkan 5 faktor yang diduga

 Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp9,2 triliun yang mana mengalami peningkatan sebesar Rp2,2 triliun dari periode yang sama tahun 2016.. Peningkatan pendapatan